Anda di halaman 1dari 141

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN DIABETES MELLITUS


DENGAN DIAGNOSA RESIKO KETIDAKSTABILAN KADAR GULA
DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN

TANGGAL 30 s/d 1 Februari 2020

OLEH :

PUTU ELSA ARYADI

NIM: 17E10030

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


DENPASAR

TAHUN 2020
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN DIABETES MELLITUS


DENGAN DIAGNOSA RESIKO KETIDAKSTABILAN KADAR GULA
DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN

TANGGAL 30 s/d 1 Februari 2020

Diajukan sebagai salah satu peryaratan dalam mendapatkan gelar Ahli Madya
Keperawatan (A.Md.Kep)

ITEKES BALI

DIAJUKAN OLEH :

PUTU ELSA ARYADI

NIM: 17E10030

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

DENPASAR

i
TAHUN 2020

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Putu Elsa Aryadi

NIM : 17E10030

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : Institut Teknologi dan Kesehatan Bali (ITEKES)


Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Studi Kasus yang saya tulis ini

adalah benar-benar mnerupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil

alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran

saya sendiri. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis

ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar,28 Mei 2020

Pembuat Pernyataan Dosen Pembimbing

(Putu Elsa Aryadi)

NIM: 17E10030 ( Ns. Putu Noviana S, S.Kep.,M. Kes)

ii
MOTTO

“Orang cerdas mampu dikalahkan karena keuletan orang bodoh”

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Putu Elsa Aryadi, NIM: 17E10030 dengan judul
“Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Diabetes Mellitus
Dengan Diagnosa Resiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah Di Wilayah Kerja
Puskesmas I Denpasar Selatan” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

iv
Denpasar, 28 Mei 2020

Pembimbing Pendamping

Ns. Putu Noviana Sagitarini, S.Kep.,M.Kes

NIDN: 0819128705

v
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Putu Elsa Aryadi, NIM: 17E10030 dengan judul “Karya
Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Diabetes Mellitus Dengan
Diagnosa Resiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah Di Wilayah Kerja
Puskesmas I Denpasar Selatan” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Denpasar, 5 Mei 2020

Disahkan Oleh :

Dewan Penguji Ujian Akhir Program

1. Ns.I Gusti Agung Tresna Wicakana, S.Kep.,M.Kep

NIDN: 0819088503

2. Ns. Putu Noviana Sagitarini, S.Kep.,M.Kes

NIDN: 0819128705

Institus Teknologi Kesehatan Bali

vi
Rektor,

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,Ph.D

NIDN. 0823067802

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul “Karya

Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Diabetes Mellitus Dengan

Diagnosa Resiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas I

Denpasar Selatan”, laporan studi kasus ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan dari program studi DIII Keperawatan

Institut Teknologi dan Kesehatan Bali (ITEKES BALI).

Dalam menyusun laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan pengarahan,

masukan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga kasus ini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., PhD., selaku Rektor ITEKES

Bali beserta staf yang telah memberikan izin dan petunjuk kepada penulis dalam

menyelesaikan laporan studi kasus.

2. Ibu Ns. NLP Dina Susanti, S.Kep., M. Kep., selaku Wakil Rektor 1 ITEKES

BALI yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan karya

laporan studi kasus.


vii
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep.,S.Pd., MNS, selaku Wakil Rektor II

ITEKES BALI yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan karya laporan studi kasus.

4. Ibu Ida Ayu Lisandari, SE, MM selaku Sekertaris ITEKES BALI yang telah

memberikan arahan khususnya dalam bidang administrasi kepada penulis dalam

menyelesaikan karya laporan studi kasus.

5. Bapak Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan ITEKES BALI yang telah memberikan izin kepada penulis dalam

menyelesaikan laporan studi kasus.

6. Ibu Ns. Putu Noviana Sagitarini, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing yang telah

banyak memberikan masukan dan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan

laporan kasus.

7. Bapak Ns.I Gusti Agung Tresna Wicakana, S.Kep.,M.Kes selaku penguji akdemik

yang telah memberikan masukan, petunjuk dan motivasi dalam penyusunan

laporan studi kasus.

8. Bapak, Ibu, Adik, Sahabat, Teman – teman, dan keluarga tercinta yang telah

memberikan dukungan serta doa kepada penulis selama penulis mengikuti

pendidikan.

9. Rekan – rekan mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan ITEKES BALI yang

telah memberikan dukungan dan bantuan selama perkuliahan ataupun dalam

penyusunan laporan kasus ini.

Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
viii
pihak, guna kesempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata penulis berharap semoga

laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, Mei 2020

Penulis

ix
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN DIABETES MELLITUS


DENGAN DIAGNOSA RESIKO KETIDAKSTABILAN KADAR GULA
DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN

PUTU ELSA ARYADI

Program Studi D III Keperawatan ITEKES BALI


elsaaryadii@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. Pada DM

kemampuan tubuh ntuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pancreas dapat

menghentikan sama sekali prosukdi insulin (Brunner and Suddarth,2001 dalam

Wijaya dan Putri,2013).

Tujuan: Adapun tujuan umum penulisan ini adalah mampu melaksanakan asuhan

keperawatan pada lansia dengan Diabetes Mellitus.

Metode: Pengumpulan data menggunakan metode studi kasus, dilakukan pada Tn.W

dengan diabetes mellitus.

Hasil: Asuhan keperawatan gerontik dengan diabetes mellitus yang memunculkan

diagnosa yakni pada Tn.W resiko ketidakstabilan kadar gula darah, kerusakan

integritas jaringan, dan resiko infeksi serta prioritass diagnosa yaitu resiko

ketidakstabilan kadar gula darah.

x
Kesimpulan: Berdasaran hasil dari analisis, kesimpulan diperoleh adalah masalah

keperawatan Tn.W dengan diagnosa keperawatan kerusakan integritas jaringan belum

bisa teratasi tetapi diagnosa keperawatan resiko ketidakstabilan kadar gula darah dan

resiko infeksi sudah tercapai dan teratasi dengan baik.

Kata Kunci: Gerontik, Diabetes Mellitus, Resiko ketidakstabilan kadar gula darah.

xi
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM ............................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. ........................................... ii
MOTTO. ............................................................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN. ............................................................................... v
KATA PENGANTAR. ....................................................................................... vi
ASTRAK. ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI. ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL. .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR. ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
DAFTAR ARTI SINGKATAN DAN ISTILAH. ............................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang. ........................................................................................ 1
B. RumusanMasalah. ................................................................................... 5
C. TujuanStudiKasus. .................................................................................. 5

1. TujuanUmum .............................................................................. 5
2. TujuanKhusus ............................................................................. 5
D. ManfaatStudiKasus. ................................................................................ 6
1. ManfaatTeoritis ........................................................................... 6
2. ManfaatPraktis ............................................................................ 6
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TinjauanTeori Proses Menua. ................................................................. 8
1. KonsepDasarMenua. ......................................................................... 8 a.
PengertianMenua......................................................................... 8
b. Batasan- batasanLanjutUsia. ....................................................... 9
c. Proses Menua. ............................................................................. 10
d. TeoriPenuaan............................................................................... 10
e. Tipe-tipeLanjutUsia. ................................................................... 15
f. PerubahanAkibat Proses Menua ................................................. 16
2. KonsepDasarDiabetesMelitus ........................................................... 25
a. Definisi Diabetes Melitus ............................................................ 25
b. Klasifikasi Diabetes Melitus ....................................................... 25
c. Patofisiologi ................................................................................ 29 1)
Etiologi .................................................................................. 29
2) Proses
Terjadi ........................................................................ 30
3) ManifestasiKlinis ................................................................
.. 32
4) Komplikasi ..........................................................................
.. 33
d. PemeriksaanDiagnostik ............................................................... 33
e. PenatalaksanaanMedis ................................................................ 36
B. TinjauanAsuhanKeperawatanPadaLansiadengan Diabetes Melitus ....... 37
a. Pengkajian ................................................................................... 37
b. Diagnosa ...................................................................................... 54
c. Perencanaan................................................................................. 55
d. Pelaksanaan ................................................................................. 70
e. Evaluasi ....................................................................................... 70
C. WOC ....................................................................................................... 73
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis / Desain/ RencanaStudiKasus ........................................................ 76
B. SubjekStudiKasus ................................................................................... 76
C. FokusStudiKasus ..................................................................................... 76
D. DefinisiOperasionalFokusStudiKasus .................................................... 76
1. AsuhanKeperawatanGerontik ..................................................... 76
2. Lansia .......................................................................................... 77
3. Diabetes Mellitus ....................................................................... 77
E. LokasidanWaktuStudiKasus ................................................................... 78
F. Analisa Data danPenyajian Data ............................................................. 78
1. Pengumpulan Data ..................................................................... 78
2. Mereduksi Data .......................................................................... 78
xiii
3. Penyajian Data ........................................................................... 79
4. Kesimpulan ................................................................................. 79
G. EtikaStudiKasus ...................................................................................... 79
1. Information Sheet ........................................................................ 79
2. Inform Consent ........................................................................... 80
3. Anomity ....................................................................................... 80
4. Confidentiality ............................................................................ 80
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ........................................................................................................ 81
1. Gambaran lokasi penngambilann data ............................................. 81
2. Karakteristik klien ............................................................................ 81
3. Data asuhan keperawatan ................................................................. 82 a.
Pengkajian ................................................................................. 82
b. Diagnosa keperawatan ..............................................................
101
c. Perencanaan keperawatan .........................................................
102
d. Pelaksannaan keperawatan ........................................................
107
e. Evaluasi .....................................................................................
110
B. Pembahasan ............................................................................................. 112
1. Pengkajian ........................................................................................ 112
2. Diagnosa ........................................................................................... 114
3. Perencanaan ...................................................................................... 115
4. Pelaksanaan ...................................................................................... 117 5.
Evaluasi ............................................................................................ 117

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 119
B. Saran ........................................................................................................ 121

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 122

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan DM Tipe-I dan DM Tipe-II ............................................... 29

xv
Tabel 2.2 Activity Daily Living(ADL) ............................................................... 41

Tabel 2.3 Indeks KATZ ..................................................................................... 42

Tabel 2.4 Short Portabel Mental Status Questionaire (SPMSQ) ...................... 44

Tabel 2.5 Depresi Beck ...................................................................................... 46

Tabel 2.6 APGAR Keluarga ............................................................................... 50


DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. WOC ............................................................................................................... 73
2. Genogram ........................................................................................................ 83

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

A. Lampiran 1. Penjelasan Mengikuti Penelitian (PSP) Tn.W


B. Lampiran 2. Inform consent (Persetujuan menjadi partisipan) Tn.W C.
Lampiran 3. Bukti Proses bimbingan

xvii
xviii
DAFTAR SINGKATAN

1. ADL : Activity Daily Living


2. BAB : Buang Air Besar
3. BAK : Buang Air Kecil
4. BB : BeratBadan
5. Depkes : DepartemenKesehatan
6. DM : Diabetes Mellitus
7. DNA : Deoxyribo Nucleic Acid
8. DMG : Diabetes Mellitus Gestatuinal
9. GDP : GulaDarahPuasa
10. GDS : Gula Darah Sewaktu
11. GD2PP : Gula Darah 2 Jam Post Pradial
12. HONK : Hiperosmoral Non Ketotik
13. HHNK : Hiperglikemia Hiperosmoral Non Ketotik
14. HDL : High-Density Lipoprotein
15. IDF : International Diabetes Federation
16. IDB : Inventaris Diabetes Beck
17. IMA : Infark Miokard Akut
18. IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
19. KAD : Ketoasidosis Diabetik
20. LDL : Low-Density Lipoprotein
xix
21. MMSE : Mini Mental Status Exam
22. MODY : Maturity Onset Diabetes of the Young
23. NIDDM :Non-Insulin Dependent Diabbetes Mellitus
24. Perkeni : PerkumpulanEndokrinologi Indonesia
25. Riskesdas : RisetKesehatanDasar
26. ROM : Range Of Motion
27. SPMSQ : Short Portable Mental Status Questionaire

28. WOC : Web Of Coution


29. WOD : WawancaraObservasiDokumen
30. WHO : World Health Organization
31. β : Beta

xx
xxi
BAB 1

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Semakin tingginya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah

membawa banyak pengaruh besar terhadap kemajuan ilmu terutama di bidang ilmu

kesehatan. Sering di manfaatkan oleh masyarakat untuk mengakses informasi terbaru,

yang berkaitan dengan kesehatan. Para ahli kesehatan banyak menyumbangkan

pengetahuan berupa informasi yang bermanfaat bagi masyarakat yang

membutuhkannya. Dengan adanya hal tersebut, telah dilakukan berbagai upaya untuk

meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat, khususnya kesehatan lansia.

Kesehatan lansia diselenggarakan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan

hidup lansia.

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua

merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara

biologis maupun psikologis. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti


2
1

dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Sri Artinawati, 2014).

Menurut laporan data Demografi Penduduk Internasional yang dikeluarkan oleh

Bureau of The Census USA (1993) dalam Sunaryo, 2016 dilaporkan bahwa

Indonesia pada 1990-2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lansia sebesar 414%.

Suatu angka yang paling tinggi di seluruh dunia di bandingkan jumlah lansia di

Negara-negara lain, seperti Kenya sebesar 347%, Brasil 225%, India 245%, China

220%, Jepang 129%, Jerman 66%, Swedia 33%. Menurut WHO dalam seminar lansia

di Amsterdam, Nederland tanggal 4 Desember 1999 adalah sebesar 400% antara

2000-2025. Menurut Data Komnaslansia,2011 dalam Sunaryo, 2016 menunjukan di

Indonesia terjadi peningkatan penduduk secara signifikan, tercatat 7,18% (14,4 juta

orang) di tahun 2000 dan diperkirakan akan menjaddi 11,34% (28,8 juta orang) pada

2020.

Kemudian masalah kesehatan yang paling sering ditemukan pada lansia adalah

penyakit kronis yang kadang timbul secara akut dan akan di derita sampai meninggal.

Salah satu penyakit kronis yang ditemukan pada populasi lansia adalah diabetes

mellitus (DM). Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau

kedua-duanya (Perkeni, 2015).

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015 menyatakan estimasi penderita

Diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta. Diabetes mellitus menjadi salah

satu penyebab kematian terbesar di dunia dan di Indonesia. Data Sample Registration

Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa Diabetes merupakan penyebab kematian


3
terbesar nomor 3 di Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%, setelah Stroke

(21,1%) dan penyakit Jantung Koroner (12,9). Selain itu, IDF pada tahun 2014 juga

memperkirakan pada tahun 2035 jumlah insiden diabetes melitus akan mengalami

peningkatan menjadi 205 juta kasus di antara usia penderita diabetes melitus 40-59

tahun. Indonesia berada di posisi kedua terbanyak di kawasan Asia Tenggara, angka

kejadian diabetes melitus di Indonesia sebesar 9.116,03 kasus.

Laporan WHO tahun 2012 terdapat 1,5 juta penduduk mengalami kematian

akibat diabetes dengan prevalensi sekitar 2,7%. Dari seluruh kematian akibat diabetes

mellitus di dunia, 70% kematian terjadi di negara-negara berkembang termasuk

Indonesia (WHO, 2014). Berdasarkan data Riskesdas (2013) prevalensi diabetes

mellitus pada usia 55-64 tahun sebesar 4,8% dan pada usia 65-74 tahun sebesar 4,2%

presentasi ini menunjukkan bahwa prosentase terbesar diabetes mellitus di Indonesia

adalah pada lansia.

Jumlah penderita DM di Provinsi Bali dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan pada tahun 2008 jumlah penderita sebanyak 98.000 orang, tahun 2009

sebanyak 108.000 orang dan tahun 2010 sebanyak 161.000 orang. Berdasarkan data

dari Profil Kesehatan Provinsi Bali (2018) menunjukan bahawa Diabetes Mellitus

tertinggi pada Kabupaten Gianyar dengan jumlah 26.782 orang dan paling terendah

pada Kabupaten Tabanan dengan jumlah 2.744 orang. Dengan keseluruhan jumlah

penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2018 adalah 67.172 orang dan penderita

Diabetes Mellitus yang mnedapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar sejumlah

36.234 orang.

Berdasarkan catatan medis di Puskesmas I Denpasar Selatan dalam kurun

waktu 3 bulan terakhir dari bulan November 2019 sampai Januari 2020 tercatat bahwa
4
penyakit terbanyak adalah hipertensi, diabetes mellitus dan infeksi saluran pernafasan

atas. Penyakit diabetes melitus tercatat sebanyak 180 orang. Penderita DM yang

terjadi pada bulan November sebesar 23,89% (43 orang), laki-laki 41,86% (18 orang)

sedangkan perempuan 58,13% (25 orang), pada bulan Desember 2019 penderita DM

sebesar 19,44% (35 orang), laki-laki 42,85% (15 orang) sedanngkan perempuan

57,14% (20 orang), dan pada bulan januari 2020 penderita DM sebesar 16,66% (30

orang), laki-laki 56,66% (17 orang) sedangkan perempuan 43,33 (13 orang). Jadi

dapat disimpulkan bahwa penderita diabetes melitus dari November 2019 sampai

Januari 2020 mengalami penurunan.

Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada klien lansia dengan diabetes

mellitus antara lain, Komplikasi metabolik (Ketoasidosis diabetik dan HHNK

(Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik) dan Komplikasi (Mikrovaskuler kronis

(penyakit ginjal dan mata) dan neuropati dan Makrovaskuler (MCI, Stroke, penyakit

vascular perifer).

Berdasarkan data diatas penderita diabetes mellitus di dunia khususnya di

Indonesia dan Bali masih sangat tinggi, untuk mengatasi hal tersebut penulis tertarik

untuk melaksanakan “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Klien yang

mengalami Diabetes Mellitus” dengan harapan dapat memberikan asuhan

keperawatan yang benar dan tepat kepada klien.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada Karya

Tulis Ilmiah adalah bagaimana asuhan keperawatan gerontik pada klien dengan

Diabetes Mellitus.
5
C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia dengan

Diabetes Mellitus.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada lansia dengan

Diabetes Mellitus.

b. Mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada lansia dengan

Diabetes Mellitus.

c. Mampu membuat perencanaan keperawatan pada lansia dengan

Diabetes Mellitus

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada lansia dengan

Diabetes Mellitus.

e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada lansia dengan

Diabetes Mellitus.

D. Manfaat Studi Kasus

Adapun manfaat studi kasus ini, sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis studi kasus ini dapat menambah ilmu pengetahuan

tentang asuhan keperawatan gerontik pada lansia Diabetes Mellitus.

2. Manfaat Praktis
6
a. Bagi Penulis

Hasil studi kasus ini dapat menambah pengetahuan dalam memberikan

asuhan keperawatan gerontik secara tepat dan menyeluruh.

b. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil studi kasus ini diharapkan menambah dalam rangka

meningkatkann mutu dan kinerja pelayanan kesehatan, khususnya

dalam asuhan keperawatan Diabetes Mellitus pada lanjut usia.

c. Bagi Institusi

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sumber ilmiah dalam

mengembangkan ilmu keperawatan serta menjadi sumber informasi

untuk studi kassus berikutnya tentang asuhan keperawatan Diabetes

Mellitus pada lanjut usia.

d. Bagi Klien dan Keluarga

Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang Diabetes Mellitus

sebagai pedoman bagi keluarga untuk mengurangi resiko terdiagnosis

Diabetes Mellitus.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Proses Menua

1. Konsep Dasar Menua

a. Pengertian Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi

dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang

hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai

sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses yang

alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,

yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara

biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit

yang mengendur, rambut memutih, gigi ompong, pendengaran kurang

jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakkan lambat dan figure

tubuh yang tidak professional (Nugroho, 2016)

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraa

lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60

9
9
tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,

tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan

perubahan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya

tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh

yang berakhir dengan kematian (Sri Artinawati,2014)

Dalam Buku Ajar Geriatri, Darmojo dan Martono (1994)

mengatakan bahwa “Menua” (menjadi tua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak

untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya sehigga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides. 1994). Proses

menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara ilmiah

dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup

(Nugroho, 2016)

b. Batasan-batasan Lanjut Usia

Menurut organisasi kesehatan dunia WHO (Sri Artinawati,

2014) ada empat tahap seseorang disebut lanjut usia yakni :

1. Usia pertengahan (middle age) Antara usia 45 sampai 59

tahun

2. Usia pertengahan (ederly) berusia antara 60 dan 74 tahun

3. Lanjut usia (old) berusia antara 75 sampai 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun


10
c. Proses Menua

Proses menua merupakan proses yang berhubungan dengan

umur seseorang. Manusia mnegalami perubahan sesuai dengan

bertambahnya umur tersebut. Semakin bertambahnya umur

semakin berkurangnya fungsi-fungsi organ tubuh. Adapun factor

yang memeprngaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi atas

dua bagian. Pertama, faktor genetic, yang melibatkan perbaikan

DNA, respons terhadap stress, dan pertahanan terhadap

antioksidan. Kedua, faktor lingkungan, yang meliputi, pemasukan

kalori, berbagai macam penyakit, dan stress dari luar, misalnya

radiasi atau bahan-bahan kimia. Kedua faktor tersebut akan

mempengaruhi aktivitas metabolisme sel yang menyebabkan

terjadinya stress oksidasi sehingga terjadinya kerusakan pada sel

yang menyebabkan terjadinya proses penuaan (Sunaryo et al,

2016).

d. Teori Penuaan

Ada beberapa teori tentang penuaan, sebagaimana dikemukaan

oleh Sunaryo dkk, 2016 dalam Buku Asuhan Keperawatan Gerontik

yaitu :

1) Teori Biologis

Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi

bahwaproses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam

struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih
11
menekan pada perubahan kondisi tingkat structural sel/organ

tubuh, termasuk di dalamnya adalah pengaruh agen pantologi.

Menurut Hayflick (1977), focus dari teori ini adalah mencari

determinan-determinan yang menghambat proses penurunan

fungsi organismeyang dalam konteks sistemik, dapat

memengaruhi atau member dampak terhadap organ atau sistem

tubuh lainnya dan berkembang sesuai degan peningkatan usia

kronologis .

Teori biologis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

:teori Stokastik/Stocftoft’ Theories dan Teori

Nonstokasik/Nonstochatic Theories.

a) Teori Stokastik/Stochastic Theories

Teori ini mengatakan bahwa penuaan merupakan suatu

kejadian yag terjadi secara acak atau randomdan akumulasi

setiap waktu. Termasuk teori menua dalam lingkup proses

menua biologi dab=n bagian dari teori teori stochastic/

Stochastic TheoriesAdalah Teori Kesalahan (Eror Theory),

Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limi Theory), Teori

Pakai Dan Usang (Wear And Tear Theory), Teori Imunitas

(Immunity Theory), Teori Radikal Bebas (Free Radical

Theory), Dan Teori Ikatan Silang(Cross Linkage Theory).

(1). Teori kesalahan (Eror Theory)

Eror Theory atau teori kesalahan dikemukakan oleh

Goldteris dan Brocklehurs (1989) dalam Darmojo dan


12
Martono (1999) dan Kane (1994) dalam Tamber S. dat

Noorkasini (2009), yaitu didasarkan pada gagasan

manakala kesalahan dapat terjadi dalam rekaman sistesis

DNA. Kesalahan ini diabaikan dan secepatnya didorong

kearah sistem yang tidak berfungsi di tingkatkan yang

optimal.

(2). Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limi Theory)

Teori ini dikemukankan oleh Haiflick (1987) dalam

Darmojo dan Martono (1999) dalam teori ini, protein

mengalami metabolisme tidak normal sehingga banyak

produksi sampah dalam sel dan kinerja jaringan tidak dapat

efektif dan efisien.

(3). Teori Pakai dan usang (Wear and Tear Theory)

Dalam teori ini dinyatakan bahwa sel-sel tetap ada

sepanjang hidup manakala sel-sel tersebut digunakan

secara terus-menerus. Teori ini dikenalkan oleh Weisman

(1891). Hayflick menyatakan bahwa kematian merupakan

akibat dari tidak digunakannya sel-sel karena dianggap

tidak diperlukan dan tidak dapat meremajakan lagi sel-sel

tersebut secara mandiri.

(4). Teori Imunitas (Immunity Theory)


13
Dalam teori ini, penuan dianggap disebabkan oleh

adanya penuruanan fungsi sistem imun.

(5). Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)

Teori ini kemukakan oleh Cristiasen

dan Grzybowsky (1993) yang menyatakan bahwa

penuaan disebabkan oleh akumulasi kerusakan ireversibel

akibat senyawa pengoksidan.

(6). Teori Ikatan Silang(Cross Linkage Theory).

Teori ini dikemukakan oleh Oen (1993) yang

dikutip dari Darmojo dan Martono (1999). Teori ini

mengatakan bahwa manusia diibaratkan seperti mesin

sehingga perlu adanya perawatan. Penuaan merupakan

hasil dari penggunaan.

b) Teori Nonstokasik/Nonstochatic Theories.

Teori ini kemukakan oleh John Wiley and Sons dalam

Ross (1996). Dlama teori ini dikatakan bahwa proses

penuaan disesuaikan menurut waktu tertentu (Cristiasen dan

Grzybowsky, 1993). Termasuk teori meunua lingkup proses

menua biologis dan bagian dari teori

Nonstokasik/Nonstochatic Theories adalah Programmed

Theory dan Immunity Theory.

(1) Programmed Theorydikemukakan oleh Baratawidjaya

K.G. (1993).
14
Teori ini mengemukakan bahwa pembelahan sel

dibatasi oleh waktu sehingga suatu saat tidak dapat

regenerasi kembali.

(2) Immunity Theory

Teori ini mengemukakan bahwa mutasi yang

berulang atau perubahan protein pascatranslasi, dapat

menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun

tubuh mengenali dirinya sendiri. Mutasi somatic

menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen

permukaan sel. Hal ini dapat menyebabkan sistem imun

tubuh mengalami perubahan dan dapat dianggap

sebagai sel asing. Hal inilah yang menjadi dasar

terjadinya peristiwa autoimun. Di lain pihak, daya

pertahanan sistem imun.

e. Tipe – Tipe Lanjut Usia

Menurut Nugroho, 2016. Di zaman sekarang ( zaman

pembangunan), banyak ditemukan bermacam- macam tipe lanjut usia.

Yang menonjol antara lain:

1) Tipe arif bijaksana: lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,

menyusaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,

bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, menerima

undangan, dan menjadi panutan.

2) Tipe mandiri: lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang

dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari perkejaan dan teman

pergaulan, serta memenuhi undangan.


15
3) Tipe tidak puas: lanjut usia ini yang selalu mengalami konflik lahir

batin, menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan

kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,

status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah

tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.

4) Tipe pasraru lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib

baik, mempunyai konsep habis (“habis gelap terbitlah terang),

mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja

dilakukan

5) Tipe bingung: lanjut usia ini yang kagetan, kehilangan kepribadian,

mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh

f. Perubahan Akibat Proses Menua

Menurut Sri artinawati (2014) menyatakan bahwa perubahan

akibat proses menua yaitu :

1) Perubahan Fisik

a) Sel

b) Jumlah sel menurun

c) Ukuran sel lebih besar

d) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang

e) Proporsi protein di otak, otot ginjal, darah dan hati

menurun

f) Jumlah sel otak menurun

g) Mekanisme perbaikan sel terganggu

h) Otak menjadi atrifu, beratnyaberkuranng 5-10%


16
i) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar

2) Sistem Persarafan

a) Saraf pancaindra mengecil sehinngga fungsinya menurun

serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi kususnya

yang berhubunan dengan stress.

b) Defisit memori

c) Kurang sensitive terhadap sentuhan

d) Berkurangnya atau hilangnya lapisan myelin akson,

sehingga menyebabkan kekurangan respon motorik dan

reflex

3) Sistem Pendengaran

a) Gangguan pendengaran, hilangnya daya pendengaranpada

telinga dalam, terutama terhadap bunyi suaraatau nada

yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kta-kata,

50% terjadi di atas umur 65 tahun.

b) Membran tifani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

c) Terjadi pengumpulan serumen, dapa mengeras karena

meningkatnya keratin.

d) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia

yang mengalami ketegangan/stress.

e) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada

tinggi atau rendah, bisa terus-menerus atau intermitten)


17
f) Vertigo (perasaan yang tidak stabil yang terasa seperti

bergoyang atau berputar)

4) Sistem Penglihatan

a) Respon terhadap sinar menurun

b) Adaptasi terhadap gelap menurun

c) Akomodasi menurun

d) Lapang pandang menurun

e) Katarak

5) Sistem Kardiovaskuler

a) Katup jantung menebal dan kaku

b) Kemampuan memompa darah menurun (menurunnya

kontraksi dan volume)

c) Elastisitas pembuluh darah menurun

d) Meningkatkan resitensi pembuluh darah perifer sehingga

tekanan darah meningkat

6) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai

suatu thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran

terjadi pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering

ditemui antara lain :

a). Temperatur suhu tubuh menurun (hipotermi) secara fisiologis

±35oC ini akibatnya metabolism yang menurun.

b). Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula

menggigil, pucat dan gelisah.


18
c). Keterbatasan reflex menggigil dan tidak dpat memproduksi panas

yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.

7) Sistem Respirasi

a) Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun


dan kaku,

elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga

menarik nafas lebih berat.

b) Alveoli melebar dan jumlahnya menurun.

c) Kemampuan batuk menurun.

d) Penyempitan pada bronkus.

8) Sistem Pencernaan

a) Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang

biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Peneybab lain meliputi

kesehatan gigi dan gizi yang buruk

b) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lender yang

kronis, atropi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas

saraf pengecap dilidah, terutama rasa manis dan asin.

c) Esofagus melebar.

d) Rasa lapar menurun,asam lambung menurun, motilitas dan

waktu pengosongan lambung menurun.

e) Peristaltik melemah dan biasa timbul konstipasi.

f) Fungsi absorbs melemah (daya absorbs terganggu, terutama

karbohidrat)

g) Hati semakin mengecil dan tempatpenyimpanan menurun,


19
aliran darah berkurang.

9) Sistem Reproduksi

Wanita

a) Vagina mengalami konraktur dan mengecil.

b) Ovarium menciut dan uterus mengalami atrofi

c) Atrofi payudara

d) Atrofi vulva

e) Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus,

sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi

perubahan warna.

Pria

a) Testis masih bisa memproduksi spermatozoa, meskipun ada

penurunan secara berangsur-angsur.

b) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun, asala

kondisi kesehatannya baik,yaitu :

▪ Kehidupan seksual dapan diupayakan sampai masa


lanjut

usia

▪ Hubungan seksual secara teratut membantu

mempertahankan kemampuan seksual

▪ Tidak perlu cemas karena prosenya alamiah

▪ Sebanyak ±75% pria usia diatas 65 tahun mengalami

pembesaran prostat
20
10) Sistem Genitourinaria

a) Ginjal : ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,

penyaringan di glomelurus menurun, dan fungsi tubulus

menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi urin ikut

menurun.

b) Vesika Urinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun,

dan resistensi urin, Prostat : Hipertrofi pada 75% lansia

c) Vagina : Selaput lender mongering dan sekresi menurun

11) Sistem Endokrin

Kelenjar Endokrin adalah kelenjar buntu dala tubuh manusia

yang memproduksi hormone. Hormone berperan sangat penting dalam

pertumbuhan, pematangan pemeliharaan dan metabolism organ tubuh.

Dimana pada lansia akan mengalami penurunan.

12) Sistem Integumen

a) Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis

b) Rambut dalam hidung dan telinga melebar

c) Elastisitas menurun

d) Vaskularisasi menurun

e) Kuku keras dan menebal

f) Kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk

13) Sistem Muskuloskeletal

a) Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis)

b) Bungku (kifosis)

c) Persendian membesar dan menjadi kaku


21
d) Kram, Tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis

14) Belajar dan memori

a) Kemampuan belajar masih ada tetapi relative menurun.

Memori (daya ingat) menurun karena proses encoding

menurun.

b) Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari

yang lalu dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan

jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kengan buruk (bisa

kearah dimensia)

15) Intelegentia Quation (IQ)

IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan

perkataan verbal. Penampilan, persepsi dan keterampilan

psikomotor berkurang. terjadi perubahan pada daya

membayangkan karena tekanan faktor waktu.

b. Perubahan Sosial

1) Peran : post power syndrome, single woman, and single parent

2) Keluarga : kesendirian, kehampaan

3) Teman : ketika lansia lainnya meninggal, maka akan muncul perasaan

kapan akan meninggal, berada di rumah terus menerus akan cepat

pikun (tidak berkembang)

4) Abuse : kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan non verbal

(dicubit, tidak diberi makan)


22
5) Masalah hukum : berkaitan dengan perlindungan asset dan kekayaan

pribadi yang di kumpulkan sejak mash muda

6) Pensiun : kalau menjadi PNS akan da tabungan (dana pensin), kalau

tidak, anak dan cucu yang akan memberikan uang

7) Ekonomi : kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi

lansia dan income security

8) Rekreasi : untuk ketenangan batin

9) Keamanan : jatuh, terpleset

10) Transportasi : kebutuhan akan sistem trasnportasi yang cocok bagi

lansia

11) Politik : kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan

masukan dalam sistem politik yang berlaku

12) Pendidikan : berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan keempatan

untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia

13) Agama : melaksanakan ibadah

14) Panti jompo : merasa dibuang / diasingkan

c. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi

kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian,

perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan.


23
d. Perkembangan Spiritual

1) Agama / kepercayaan semakin teritegrasi dalam kehidupan (Maslow,

1970)

2) Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini

terlihat dalam berpikir dan berindak dalam sehari-hari (Murray dan

Zentrner, 1970)

3) Perkembangan spiritual dalam umur 70 tahun menurut Folwer (1978),

universalizing, perkembangan yang dicapai pada tigkat ini adalah

berpikir dan bertindak dengan cara member contoh cara mencintai dan

keadilan.

2. Konsep Dasar Diabetes Mellitus

a. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen

yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau

hiperglikemi. Pada DM kemampuan tubuh ntuk bereaksi terhadap

insulin dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali

prosukdi insulin (Brunner and Suddarth,2001 dalam Wijaya dan

Putri,2013)

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin atau kedua-duanya (Perkeni, 2015).

b. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Perkeni (2006) dalam (Nur Aini dan Ledy Marth, 2016)

mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi empat, yaitu diabetes

tipe-1(diabetes bergantung insulin) dan diabetes tipe-2 (diabetes tidak


24
bergantung insulin), diabetes tipe lain, serta diabetes karena

kehamilan.

1) Diabetes tipe-1 (Insullin Dependent Diabetes

Mellitus [IDDM])

Merupakan kondisi autoimun yang menyebabkan

kerusakan sel βpankreas sehingga timbul defisiensi insulin

absolute. Pada DM tipe-1 sistem imun tubuh sendiri secara

spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin yang

terdapat pada pankreas. Belum diketahui hal apa yang memicu

terjadinya kejadian autoimun ini,namun bukti-bukti yang ada

menunjukan bahwa faktor genetic dan faktor lingkungan

seperti infeksi virus tertentu berperan dalam prosesnya. Sekitar

70-90% sel β hancur sebelum timbul gejala klinis. Pasien DM

tipe-1 harus menggunakan injeksi insulin menjalankan diet

secara ketat.

2) Diabetes tipe-2 atau (Non-Insulin Dependent Diabbetes

Mellitus [NIDDM])

Diabetes tipe ini merupakan benuk diabetes paling

umum. Penyebabnya bervariasi mulai dominan resistansi

insulin disertai defisiensi insulin relative sampai defek sekresi

insulin disertai resistensi insulin. Penyebab resistensi insulin

pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang

banyak berperan antara lain sebagai berikut :

a) Kelainan genetik
25
b) Usia

Umumnya manusia mengalami penurunan fisilogis

secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setellah 40

tahun. Penurunan ini yang akan berisiko pada penurunan fungsi

endokrin pancreas untuk memproduksi insulin.

c) Gaya hidup dan stress

Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari

makananyang cepat saji kaya pengawet, lemak, dan gula.

Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pancreas. Stress

juga akan meningkatkan kerja metabolism dan meningkatkan

kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan

kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pancreas mudah

rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.

c) Pola makan yang salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama

meningkatkan resiko terkena diabetes.

d) Obesitas (terutama pada abdomen)

Obesitas mengakibatkan sel-sel β pancreas mengalami

hipertropi sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan

produksi insulin. Peningkata BB 10 kg pada pria dan 8 kg pada

wanita dari batas normal IMT (indeks masa tubuh) akan

menu=ingkatkan resiko DM tipe-2 .

e) Infeksi
26
Masukya bakteri atau virus kedalam pancreas akan

berakibat rusaknya sel-sel pancreas. Kerusakan ini berakibat

pada penurunan fungsi pancreas.

3) Diabetes tipe lain

a) Defek genetic fungsi sel beta (maturity onset diabetes of

the young [MODY] 1,2,3 dan DNA mitokondria).

b) Defek genetik kerja insulin.

c) Penyakit eksokrin pankreas (pankreatitis,

tumor/pankreatektomi, dan pankreatopati fibrokalkus),

d) Infeksi (rubella congenital, sitomegalovirus)

4) Diabetes mellitus gestatuinal (DMG)

Diabetes ini disebabkan karena terjadi resistansi insulin

selama kehamilan dan biasanya kerja insulin akan kembali normal

setelah melahirkan.

Tabel 2.1 Perbedaan DM Tipe-I dan DM Tipe-II


No. Permasalahan DM tipe-1 DM tipe-2
Awitan usia <40 tahun >40 tahun
1.
Habitus tubuh Nomal-kurus Gemuk
2.
Insulin plasma Rendah – negative Normal-tinggi
3.
4. Genetic lokus Kromosom 6 Kromosom 11
(tetapi masih
belum jelas dan
dipertanyakan)
5. Komplikassi akut Koma ketosidosis Koma
hiperosmolar non-
ketotik
Terapi insulin Rensponsif Responsiveresistan
6.

Obat oral Tidak responsive Responsive


7.
Sumber: Tambayong,J.,200
27

c. Patofisiologi

1) Etiologi

a) Diabetes mellitus tipe-1

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan

penghancuran sel-sel β pancreas yang disebabkan oleh :

(1) Factor genetic : pasien tidak mewarisi penyakit itu

sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau

cenderungan kearah terjadinya diabetes tipe-1.

(2) Faktor imunologi (autoimun)

(3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat

memicu proses autoimun yang menimbulkan estruksi

beta

b) Diabetes mellitus tipe-2

Disebabkan oleh kegagalan relative sel β dan

resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan

dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia,

obesitas, riwayat dan keluarga (Amin Huda Nurarif dan

Hardi Kusuma, 2015).

2) Proses Terjadi

Faktor pencetus diabetes seperti faktor genetik, infeksi

genetik, infeksi virus, dan penurunan imunologik

mengakibatkan kerusakan pada sel beta yang mengakibatkan

ketidakseimbangan prosuksi insulin. Kurangnya produksi


28
insulin berakibat pada gula darah yang tidak dapat dibawa

massuk ke dalam sel yang dapat mengakibatkan hiperglikemia

dan menurunnya anabolisme protein. Hiperglikemia dapat

menyebabkan vikositas darah meningkat, syok hiperglikemia

yang melebihi ambang batas ginjal dapat menyebabkan gluko

uria. Syok hiperglikemi dapat menyebabkan koma diabetik,

peningkatan vikositas darah dapat menyebabkan aliran darah

lambat dan menyebabkan iskemik pada jaringan yang dapat

menimbulkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.

Glukosuria dapat menyebabkan dieresis osmotik dan

kehilangan kalori. Dieresis osmotic dapat menyebabkan poli

uri hingga retensi urin yang mengakibatkan hilangnya elektrolit

dalam sel, hilangnya elektrolit dalam sel dapat mengakibatkan

dehidrasi, dehidrasi yang tidak ditangani dapat menimbulkan

resiko syok. Kehilangan kalori mengakibatkan sel mengalami

kekurangan bahan makanan untuk metabolism, sel akan

merangsang hipotalamus bagian pusat lapar dan haus yang

mengakibatkan munculnya rasa lapar dan haus yang berlebihan

(polidipsia, polipagia), selain itu sel juga akan melakukan

katabolisme lemak dan pemecahan protein.

Katabolisme lemak menghasilkan aam lemak dan

pemeahan protein menghasilkan keton dan ureum. Keton dan

asam lemak yang berikatan dapat menyebabkan ketosidosis.

Sel juga akan melakukan pembakaran lemak dan protein yang


29
akan digunakan untuk metabolism, hal ini dapat

mengakibatkan berat badan menurun dan menimbulkan

masalah keletihan.

Anabolisme protein menurun dapat menyebabkan

kerusakann terhadap antibodi yang berakibat pada penurunan

sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubu menurun dapat

menyebabkan resiko infeksi dan neuropati sensori perifer.

Neuropati sensori perifer dapat menyebabkan klien tidak

merasakan sakit dan mengakibatkan nekrosis pada luka, yang

mengakibatkan luka akan menjadi gangrene dan menimbulkan

masalah kerusakan intergritas jaringan (Amin Huda N dan

Hardi Kusuma, 2015).

3) Manisfestasi Klinis

Manisfestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi

metabolic defesiensi insulin (Price and Wilson) dalam Amin

Huda N dan Hardi Kusuma (2015).

a) Kadar glukosa puasa tidak normal

b) Hiperglikemi berat berakibat glukosuria yang akan

menjadi diresis osmotic yang

meningkatkan penegluaran urin (poliuria dan

timbul rasa haus

(polidipsia)
30
c) Rasa lapar semakin besar (polifagia) BB berkurang

d) Lelah dan mudah mengantuk

e) Gejala lain yang dikeluarkan adalah kesemutan, gatal,

mata kabur, impotensi, perutas luka.

4) Komplikasi

Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada klien

lansia dengan diabetes mellitus sebagai berikut.

a) Komplikasi metabolik

(1) Ketoasidosis diabetik

(2) HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non


Ketotik)

b) Komplikasi

(1) Mikrovaskuler kronis (penyakit ginjal dan mata)

dan neuropati

(2) Makrovaskuler (Stroke, penyakit vascular


perifer).

d. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Amin Huda N dan Hardi Kusuma (2016)

pemeriksaan diagnostic pada klie lansia dengan diabetes sebagai

berikut :

a) Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode

enzimatik sebagai patokan penyaring


31
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah DM Belum Pasti

Sewaktu DM

Plasma Vena >200 100-200

80-100
Darah Kapiler >200

Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)

Kadar Glukosa Darah DM Belum Pasti

Puasa DM
Plasma Vena >120 110-120

Darah Kaplier >110 90-110

b) Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus

pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

(1) Glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl (11,1

mmol/L)

(2) Glukosa plasma puasa > 140mg/dl (7,8

mmol/L)

(3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2

jam kemudian sesudah megkonsumsi 75 gr

karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >

200mg/dl).

(4) Tes Laboratorium DM


32
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes

saring, tes diagnostic, tes pemantauan terapi

dan tes unuk mendeteksi komplikasi.

(5) Tes Saring

Tes-tes saring pada DM adalah :

(a) GDP, GDS

(b) Tes glukosa Urin:

i. Tes Konvensional (metode reduksi/

benedict) ii. Tes carik celup (metode

glucose oxidase/ hexokinase)

(6) Tes Diagnostik

Tes-tes diagnostik pada DM adalah :

GDP, GDs, GD2PP (Glukosa Darah 2 jam Post

Pandrial), Glukosa jam ke-2 TTGO.

(7) Tes Monitoring terapi DM adalah :

(a) GDP : Plasma vena, darah


kapiler

(b) GD2PP : Plasma vena

(c) A1c : darah vena, darah kapiler

(8) Tes untuk mendeteksi komplikasi Tes-tes

untuk mendeteksi komplikasi

adalah:

(a) Microalbuminuria : Urin

(b) Ureum, Kreatinin, Asam urat

(c) Kolesterol total : Plasma vena (puasa)


33
(d) Kolesterol LDL : Plasma
vena

(puasa)

(e) Kolesterol HDL : Plasma


vena

(puasa)

(f) rigliserida : plasma vena (puasa)

e. Penatalaksanaan Medis

Menurut Amin Huda N dan Hardi Kusuma (2016)

menyatakan bahwa penatalaksaan medis pada klien diabetes

sebagai berikut :

Insulin pada DM tipe-2 diberikan pada keadaan :

a. Penurunan berat badan yang cepat

b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

c. Ketoasidosis diabetic (KAD) atau hiperglikemia hiperglikemia

hiperosmolar non ketotik (HONK)

d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat

e. Stress berat (infeksi sistemik, IMA, stroke)

f. Kehamilan dengann DM/ diabetes mellitus gestasional yang

tak terkendali dengan perencanaan makan

g. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

h. Kontraindikasi dan atau alergi.


34
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Diabetes Mellitus

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

(Nursalam, 2013).

Pengkajian:

a. Identitas : nama, jenis kelamin, umur, agama, status perkawinan,

pekerjaan, alamat rumah

b. Keluhan utama

c. Riwayat Kesehatan

1) Masalah kesehatan yang pernah dialami dan yang dirasakan

saat ini.

2) Masalah kesehatan keluarga/keturunan

3) Genogram :

Genogram dibuat berdasarkan tiga generasi ke atas dan

generasi ke bawah menyesuaikan dengan jumlah anggota

keluarga.
35
Gambar:

Keterangan gambar :

: Laki-laki

: Sudah meninggal

: Perempuan

: Hubungan

: Klien

: Tinggal dalam satu rumah

d. Kebiasaan sehari-hari

1) Biologis

a) Pola nutrisi

Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya

defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat

dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering

kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan

menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat

mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan

metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan

penderita.

b) Pola tidur dan istirahat


36
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan

mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita,

sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita

c) Pola eliminasi (BAB/BAK)

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis

osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri)

dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada

eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.

d) Aktivitas sehari-hari

Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain

dalam meningkatkan aktivitas fungsional. Penilaian

meliputi makan, mandi, toiletingberpakaian, mobilisasi di

tempat tidur, mobilisasi berpindah, berias dan ROM.

Tabel 2.2 ADL (Activity Daily Living)


Aktivitas (ADL) 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat
tidur
Mobilisasi berpindah
Sumber : Nursalam, 2013

Dengan penilaian:

0: Mandiri

1: Membutuhkan alat bantu

2: Membutuhkan pengawasan orang lain


37
3: Membutuhkan bantuan orang lain

4: Ketergantungan total

e. Rekreasi

f. Indeks KATZ

Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk

aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi

fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal : makan,

kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan

berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan

sistem penilaian yang didasarkan pada timngkat bantuan orang

lain dalam melakukan aktifitas fungsionalnya. Salah satu

keuntungan dari alat ini adalah kemmapuan untuk mengukur

perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri

evaluasi dan aktivitas rehabilisasi.

Tabel 2.3 Indeks KATZ


Indek Keterangan
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan
mandi
B Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas
C Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi
yang lain
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah
dan satu fungsi yang lain.
G Ketergantungan untuk enam fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, F, dan G
Sumber : Nursalam, 2013

Keterangan:
38
Mandiri berrati tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif

dari orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu

fungsi diaanggap tidak melakukan fungsi meskipun ia dianggap

mampu.

g. Status mental dan kognitif gerontik (SPMSQ dan MMSE)

1) SPMSQ (Short Portable Mental Status Questioner)

Digunakan untuk mendeteksi tingkat keruskaan intelektual

terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, riwayat pribadi,

memori dalam hubungan dengan kemampuan perawatan diri,

memori jauh dan kemampuan matematis atau perhitungan.

Metode penentuan skors sederhana meliputi tingkat fungsi

intelektual, yang membantu dalam membuat keputusan yang

khusus mengenai kapasitas perawatan diri.

Tabel 2.4 Short Portabel Mental Status Questionaire (SPMSQ)

Short Portabel Mental Status Questionaire (SPMSQ)


Skore No Pertanyaan
+ - 1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa hari ini?
3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomor telepon anda
4a. Dimana alamat anda? Tanyakan hanya klien
tidak mempunyai telepon
5. Berapa umur anda?
6. Kapan anda lahir?
7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa presiden sebelumnya?
9. Siapa nama kecil ibu anda?
39
10. Kurangi 3 dari 30 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun
Jumlah Kesalahan Total
Sumber: Nursalam, 2013

Instruksi:

Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar, catat semua jawaban.

Ajukan pertanyaan 4A hanya jika klien tidak mempunyai

telepon. Catat jumlah kesalahan total

berdasrakan 10 pertanyaan.

Penilaian SPMSQ:

Kesalahan 8 – 10 fungsi intelektual berat

Kesalahan 5 – 7 fungsi intelektual sedang

Kesalahan 3 – 4 fungsi intelektual ringan

Kesalahan 0 – 2 fungsi intelektual utuh

2) MMSE (Mini Mental Status Exam)

Merupakan suatu alat yang berguna menguji kemajuan klien

dengan menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi,

regritasi, perhatian, dan kalkulasi, mengingat kembali dan

Bahasa. Nilai paling tinggi adalah 30, dimana nilai m21 atau

kurang biasa indikasi adanya kerusakan kognitif yang

memerlukan penyelidikan lanjut.

Alat pengukur status afektif digunakan untuk membedakan

jenis depresi yang memengaruhi fungsi susasana hati.


40
Depresi adalah hal yang umum terjadi pada lanjut usia.

Keadaan ini sering dihubungkan dengan kacau mental dan

disorientasi sehingga depresi pada lanjut usia sering

disalahartikan dengan demensia. Pemeriksaan status mental

tidak membedakan antara depresi dan demensia dengan jelas

sehingga pengkajian afektif adalah alat tambahan yang

penting.

h. Depresi (Beck/ Yesavage)

Menurut Beck & Beck (1972), Inventaris Depresi Beck (IDB)

berisikan 13 hal tentang gejala dan sikap yang berhubungan

dengan depresi, yaitu:

Tabel 2.5 Depresi Beck

No Uraian Depresi Beck Skor

A. Kesedihan

3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya.

2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya.

1 Saya merasa sedih atau galau.

0 Saya tidak merasa sedih.

B. Pesimisme

3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik.

2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan.

1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.

0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
41
C. Rasa Kegagalan

3 Saya merasa saya benar-benar menjadi seseorang (orang tua, suami,


istri).

2 Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan.

1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya.

0 Saya tidak merasa gagal.

D. Ketidakpuasan

3 Saya tidak puas dengan segalanya.

2 Saya tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun.

1 Saya menyukai cara yang saya gunakan.

0 Saya tidak merasa tidak puas.

E. Rasa Bersalah

3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk dan tak berharga.

2 Saya merasa sangat bersalah.

1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu yang
biak.

0 Saya merasa tidak benar-benar bersalah.

F. Tidak Menyukai Diri Sendiri

3 Saya benci diri saya sendiri.

2 Saya muak dengan diri saya sendiri.

1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.

0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mrengenai membahayakan diri


sendiri.

G. Membahayakan Diri Sendiri

3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai


kesempatan.
42
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.

1 Saya merasa lebih baik mati.

0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri


sendiri.

H. Menarik Diri Dari Sosial

3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
perduli pada mereka semua.

2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
sedikit perasaan pada mereka.

1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.

0 Saya tidak kehilangan minta pada orang lain.

I. Keragu-raguan

3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.

2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.

1 Saya berusaha mengambil keputusan.

0 Saya membuat keputusan yang baik.

J. Perubahan Gambaran Diri

3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan.

2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam


penampilan saya dan membuat saya tidak menarik.

1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik.

0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya.

K. Kesulitan Kerja

3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.

2 Saya telah mendorong diri saya sendiri sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu.
43
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu.

0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.

L. Keletihan

3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.

2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu.

1 Saya lelah dari yang biasanya.

0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya.

M. Anoreksia

3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.

2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang.

1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.

0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.

Sumber: Nursalam, 2013

Setiap hal direntang menggunakan skala 4 poin untuk

menandakan intensitas gejala. Alat mudah dinilai dan dapat

dilakukan sendiri atau diberikan perawat dalam 5 menit. Penilaian

dengan cepat membantu dalam memperkirakan beratnya depresi.

Penilaian :

0-4 = Depresi tidak ada atau minimal

5-7 = Depresi ringan

8-15 = Depresi sedang

> 15 = Depresi berat


44
i. Keadaan emosi

j. Konsep diri

1) Identitas diri :

2) Gambaran diri :

3) Ideal diri :

4) Peran diri :

5) Harga diri :

k. APGAR Keluarga

Suatu alat skrining yang digunakan mengkaji fungsi

sosial lanjut usia (Smilkstein et al., 1982). Adaptasi (adaption),

hubungan (partnership), pertumbuhan (growth), dan pemecahan

(resolve). [APGAR] adalah aspek fungsi keluarga yang

digunakan pada klien yang mempunyai hubungan sosial lebih

intim dengan teman-temannya daripada keluarganya sendiri.

Nilai kurang dari 3 menandakan disfungsi keluarga sangat tinggi,

sedangkan nilai 4-6 disfungsi keluarga sedang. Instrumen

skrining ini digunakan oleh klien yang mengalami peristiwa

hidup penuh stress.

Tabel 2.6 APGAR Keluarga

APGAR Keluarga

No Fungsi Uraian Skor

1 Adaptasi Saya puas bahwa dapat kembali pada keluarga saya untuk
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya.
45
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya.

3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung


keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru.

4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya, seperti marah,sedih atau
mencintai.

5 Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama.

Sumber: Nursalam, 2013

Penilaian :

Pernyataan yang dijawab :

Skor 2 jika selalu

Skor 1 jika kadang-kadang

Skor 0 jika hampir tidak pernah

l. Sosial

1) Dukungan keluarga

2) Hubungan dengan keluarga

3) Hubungan dengan orang lain

m. Spiritual

1) Pelaksanaan ibadah
46
2) Keyakinan tentang kesehatan

n. Pola Fungsi Kesehatan

a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat


Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan
persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya
pengetahuan tentang dampak
b) Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya
defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat
dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing,
banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita.
c) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi
alvi relatif tidak ada gangguan.
d) Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai
akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita,
sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita

e) Pola Aktivitas
Adanya Adanya luka gangren dan kelemahan otot –
otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita
mudah mengalami kelelahan.
f) Pola hubungan dan peran
47
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau
menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri. lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem)
h) Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami
neuropati / mati rasa pada kaki sehingga tidak peka terhadap
adanya trauma.
i) Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di
organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi
seks, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak
pada proses ejakulasi serta orgasme.
j) Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang
kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan
menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
k) Pola tata nilai dan keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan
kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan
konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan
keterbatasan gerak klien.

o. Pemeriksaan Fisik

Tujuan Sistem
48
1. Keadaan Umum

2. GCS : E...V...M…

Eye :

a) Nilai 4 : Mata membuka spontan

b) Nilai 3 : Mata membuka dengan perintah

c) Nilai 2 : Dengan rangsangan nyeri

d) Nilai 1 : Tidak berespon Verbal:

a) Nilai 5 : Orientasi baik

b) Nilai 4 : Berbicara membingungkan

c) Nilai 3 : Kata-kata tidak jelas (tidak ada hubungannya

dengan pertanyaan)

d) Nilai 2 : Mengerang

e) Nilai 1 : Tidak berespon Motorik:

b) Nilai 6 : Sesuai perintah

c) Nilai 5 : Melokalisir nyeri

d) Nilai 4 : Menjauhi rangsangan nyeri

e) Nilai 3 : Fleksi abnormal

f) Nilai 2 : Ekstensi abnormal

g) Nilai 1 : Tidak berespon

3. Tngkat Kesadaran :
49
a) Compos mentis : 15-14

b) Apatis : 11-10

c) Somnolen : 9-7

d) Spoor : 6-4

e) Coma : 3

4. Suhu : ……...°C

Nadi : ……… x/menit

Pernafasan : ……… x/menit

Tekanan Darah : ……… mmHg

Tinggi Badan : ……… cm

Berat Badan : ……… kg

p. Head to toe

(1) Kepala Leher


Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging,
adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal,
ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
(2) Sistem integument
50
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang
mengalami dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah
sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.

(3) Sistem pernafasan


Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami
diabetes ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri
dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
(4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis. Hal ini berhubungan erat dengan adanya
komplikasi kronis pada makrovaskuler
(5) Sistem urinari
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas
atau sakit saat berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang
dalam bentuk urin.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan,
penyebaran masa otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
7) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada
system neurologis pasien sering mengalami penurunan
sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.

q. Informasi Penujang

Informasi penunjang yang dimaksud adalah data dari hasil

pemereiksaan laboratorium, rontgen, ataupun yang lainnya.


51
2. Diagnosa

Menurut NANDA NIC-NOC 2016 menyatakan bahwa diagnose

keperawatan yang sering muncul pada klien dengan diabetes mellitus

adalah:

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas

jasmani

b. Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit kedalam

sel tubuh, hipovolemia

c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan

jaringan (nekrosis luka gangrene)

d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses

penyakit (diabetes mellitus)

e. Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan kantung

kemih, spingter kuat dan poliuria

f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan sirkulasi darah kapiler, proses penyakit.

g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gejala

poliuria dan dehidrasi.

h. Keletihan

Selain diagnosa diatas menurut Ganong (2010, hal 572) menyatakan

bahwa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan

diabtes mellitus adalah sebagai berikut :

i. Ketidakstabilan kadar glukosa


52
3. Perencanaan

Berdasarkan NANDA NIC-NOC 2016 perencanaan tindakan keperawatan

adalah sebagai berikut:

1) Prioritas masalah

a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b) Ketidakstabilan kadar gula darah

c) Resiko syok

d) Kerusakan integritas jaringan

e) Resiko infeksi

f) Retensi urin

g) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

h) Resiko ketidakseimbangan elektrolit

i) Keletihan

2) Rencana keperawatan

1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin,

makanan dan aktivitas jasmani

a) Tujuan

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan

kebutuhan nutrisi pada klien terpenuhi

b) Kriteria hasil

(1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

(2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

(3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

(4) Tidak ada tanda-anda mal nutrisi


53
(5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan

(6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

c) Intervensi dan rasional

(1) Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.


Rasional: Untuk mengetahui tentang keadaan dan
kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan
dan pengaturan diet yang adekuat
(2) Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah
diprogramkan.
Rasional: Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
(3) Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional: Mengetahui perkembangan berat badan pasien
(berat badan merupakan salah satu indikasi untuk
menentukan diet).

(4) Identifikasi perubahan pola makan.

Rasional: Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan


program diet yang ditetapkan.

(5) Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian


insulin dan diet diabetik.

Rasional: Pemberian insulin akan meningkatkan


pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah
menurun, pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat
penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.

2) Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit

kedalam sel tubuh, hipovolemia

a) Tujuan

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan

resiko syok pada klien tidak terjadi


54

b) Kriteria hasil

(1) Nadi dalam batas yang diharapkan

(2) Irama jantung dalam batas yang diharapkan

(3) Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan

(4) Irama nafas dalam batas yang diharapkan

(5) Natrium serum dalam batas normal

(6) Kalium serum dalam batas normal

(7) Klorida serum dalam batas normal

(8) Kalsium serum dalam batas normal

(9) Magnesium ser,um dalam batas normal

(10) PH darah serum dalam batas normal

c) Intervensi dan rasional

(1) Monitor tanda awal syok


Rasional: Melihat adanya gejala awal syok agar dapat
ditangani lebih dini.
(2) Monitor suhu dan pernapasan
Rasional: Monitor ttv pada pasien untuk mendeteksi
adanya ketidaknormalan pada pasien sehingga dapat
dilakuakan tindakan segera.
(3) Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala
datangnya syok dan tentang langkah untuk mengatasi
gejala syok
Rasional: pasien dan keluarga perlu mengerti tanda dan
gejala syok agar dapat mengatasi gejala syok dan
memebrikan pertolongan pertama.
3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis

kerusakan jaringan (nekrosis luka gangrene)


55
a) Tujuan

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan

kerusakan integritas kulit dapat terkontrol dan terhindar dari

infeksi

b) Kriteria hasil

(1) Integritas kulit bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,

temperatur, hidrasi dan pigmentasi)

(2) Tidak ada luka / lesi pada kulit

(3) Perfusi jaringan baik

(4) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit

dan mencegah terjadinya cedera berulang

(5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan

kelembapan kulit dan perawatan alami

c) Intervensi dan rasional

(1) Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.


Rasional: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
(2) Observasi luka: lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan
nekrotik, tanda-tanda infeksi local, formasi traktus.
Rasional: Observasi luka untuk dilakukan perawatan luka.
(3) Rawat luka dengan baik dan benar : Membersihkan luka
secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif,
angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan
nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional: Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat
menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan
56
merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan
jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.

(4) Anjurkan untuk makan dan minum yang adekuat.


Rasional: menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.
(5) Ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka

Rasional: Pasien dan keluarga perlu mengerti bagaimana


merawat luka yang benar.
(6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin,
pemeriksaan kulturpus pemeriksaan gula darah pemberian
anti biotik.
Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula darah,
pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan
anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar
gula darah untuk mengetahui perkembangan penyakit.

4) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses

penyakit (diabetes mellitus)

a) Tujuan

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan

resiko infeksi tidak terjadi

b) Kriteria hasil

(1) Klien bebas dari trauma dan gejala infeksi

(2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya

(3) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya

infeksi
57
(4) Jumlah leukosit dalam jumlah normal

(5) Menunjukan prilaku hidup sehat

c) Intervensi dan rasional

(1) Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.


Rasional: Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda
penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan
selanjutnya.
(2) Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga
kebersihan diri selama perawatan.
Rasional: Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu
cara untuk mencegah infeksi kuman.
(3) Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional: Untuk mencegah kontaminasi luka dan
penyebaran infeksi.
(4) Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik,
pengobatan yang ditetapkan.
Rasional: Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat
meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat,
mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil
kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.
(5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan
insulin.
Rasional: Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian
insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga
proses penyembuhan akan lebih cepat.
5) Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan kantung

kemih, spingter kuat dan poliuria

(1) Rencana tujuan

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pola

eleminasi klien kembali lancar


58
(2) Kriteria hasil

(1) Kandung kemih kosong secara penuh

(2) Tidak ada residu urine >100-200 cc

(3) Bebas dari ISK

(4) Tidak ada spasme bleder

(5) Balance cairan seimbang

(3) Intervensi dan rasional

(1) Monitor intake dan output cairan.


Rasional: Melihat balance cairan yang masuk ketubuh agar
dapat dinilai jumlah urine yang dikeluarkan.
(2) Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mancatat
output urine.
Rasional: Melihat balance cairan yang masuk ketubuh agar
dapat dinilai jumlah urine yang dikeluarkan.
(3) Stimulasi reflex bladder dengan kompres dingin pada
abdomen.
Rasional: Memberikan kompres dingin pada abdomen
untuk stimulasi reflex bladder.
(4) Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan
baud an konsistensi urine).
Rasional: Monitor gejala dan tanda ISK agar dapat
ditemukan segera dan diobati segera.

6) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan sirkulasi darah kapiler, proses penyakit (DM).

a) Rencana tujuan

Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x60 menit diharapkan

perfusi jaringan pasien efektif


59
b) Kriteria hasil

(1) Tekanan sistol dan diastole dalam rentang yang diinginkan

(2) Tidak ada ortostatis hipertensi

(3) tidak ada tanda-tanda peningkatan intracranial, tekanan

intracranial tidak lebih dari 15 mmHg

c) Intervensi dan rasional

(1) Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi


Rasional: Dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
(2) Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan
aliran darah: Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari
jantung (posisi elevasi padawaktu istirahat), hindari
penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari
penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional: Meningkatkan melancarkan aliran darah balik
sehingga tidak terjadi oedema.
(3) Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa:
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi,
menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat
vasokontriksi.

Rasional: Kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya


arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya
vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi
efek dari stres.
(4) Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian
vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi
oksigen (HBO).
Rasional: Pemberian vasodilator akan meningkatkan
dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat
diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin
60
dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO
untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.
7) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gejala

poliuria dan dehidrasi.

a) Tujuan

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan

resiko ketidakseimbangan elektrolit tidak terjadi

b) Kriteria hasil

(1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat

badan

(2) Tekanan, darah, nadi dan suhu tubuh dalam batas normal

(3) Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,

membrane mukosa lembab, dan tidak ada rasa haus yang

berlebihan

c) Intervensi dan rasional

(1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan


darah ortostatik.
Rasional: Hipovolemia dapat dimanifestasikan
oleh hipotensi dan takikardia.
(2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, torgor kulit dan
membran mukosa, pantau intake dan output
Rasional: Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor
kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan.
(3) Ukur masukan dan keluaran cairan dan elektrolit. Rasional:
Memantau cairan yang masuk dan keluar pada pasien untuk
mengetahui apakah sama atau tidak intake dan output.
61
(4) Berikan dorongan untuk memperbanyak masukan cairan.
Rasional: Memberikan dorongan pada pasien dapat
memotivasi pasien supaya memperbanyak cairan yang
masuk.
(5) Kolaborasikan pemberian cairan dan elektrolit IV sesuai
program.
Rasional: Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain untuk memberikan cairan dengan melalui IV.
8) Keletihan

a) Tujuan

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan

keletihan klien teratasi

b) Kriteria hasil

(1) Memverbalisasikan peningkatan energy dan merasa lebih

baik

(2) Menjelaskan penggunaan energy untuk mengatasi keletihan

(3) Kecemasan menurun

(4) Glukosa darah adekuat

(5) Kualitas hidup meningkat

(6) Istirahat cukup

(7) Mempertahankan kemampuan untuk berkosentrasi

c) Intervensi dan rasional

(1) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan


aktivitas
Rasional: Membatasi aktivitas agar pasien tidak banyak
mengeluarkan energy untuk beraktifitas dan mengurangi
adanya efek keletihan.
62
(2) Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan Rasional:
Dengan dapat diketahuinya faktor penyebab kelelahan
maka akan dapat segera ditangani dan keletihan tidak akan
terjadi.
(3) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien
Rasional: Manfaatkan adanya energy yang adekuat untuk
membantu dalam aktifitas.
(4) Dukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan, berhubungan dengan perubahan hidup yang
disebabkan keletihan
Rasional: Dengan bantuan saat beraktifitas dapat
membantu meringankan keletihan pada pasien tetapi harus
juga dimandirikan jika keletihan pada pasien sudah tidak
terjadi.
(5) Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan
makanan yang berenergi tinggi
Rasional: Asupan makanan yang tinggi gizi dapat
meningkatkan energy untuk aktifitas dan keletihan tidak
akan terjadi.

9) Ketidakstabilan kadar glukosa


a) Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan
diharapkan ketidakstabilan kadar glukosa pada klien tidak
terjadi.
b) Kriteria hasil
(1) kadar glukosa darah (4-5)
(2) glukosurine (4-5)
(3) ketonurine (3-4)
c) Intervensi dan rasional
(1) Lakukan cek glukosa darah dengan fingerstick .
63
Rasional: memantau kadar gula darah.

(2) Identifikasi program diet yang dijalani pasien.

Rasional: untuk mengidentifikasi program yang dijalani

klien apakah terjadi penyimpangan dari rencana terapi

yang dapat memicu ketidakstabilan glukosa dan

hiperglikemia tak terkendali.

(3) Identifikasi terapi insulin yang digunakan pasien meliputi

lama kerja insulin dan jenisnya.

Rasional: lama kerja dan jenis insulin ini mempengaruhi

waktu efek dan waktu potensi terjadinya ketidakstabilan

glukosa darah.

(4) Amati tanda-tanda hipoglikemia; kulit dingin dan lembab,

takikardia .

Rasional: setelah metabolisme karbohidrat, kadar glukosa

darah akan turun, dan insulin diberikan, mungkin

hipoglikemia terjadi.

(5) Kolaborasi pemantauan glukosa serum, aseton, pH, dan

HCO3-

Rasional: glukosa darah akan turun perlahan dengan terapi

insulin. Dengan dosis insulin yang optimal, glukosa

kemudian dapat masuk ke dalam sel dan digunakan untuk

menjadi energi. Ketika itu terjadi, kadar aseton menurun

dan asidosis dapat dikoreksi.


64
(6) Kolaborasi pada ahli gizi untuk berkonsultasi memulai

kembali asupan oral.

Rasional: untuk menghindari hipoglikemia, saat terapi

insulin.

(7) Observasi bising usus dari sakit perut, kembung, mual atau

muntah.

Rasional: hiperglikemia dan gangguan cairan dan eletrolit

menurunkan motilitas dan fungsi lambung dapat

mengakibatkan gastroparesis dan rencana tindakan yang

akan dilakukan pada pasien. Catatan jangka panjang:

kesulitan dengan gastroparesis dan menurunnya motilitas

usus mengakibakan neuropati otonom saluran cerna dan

memerlukan pengobatan simtomatik

4. Pelaksanaan

Menurut (Gordon, 1994 dalam Sunaryo, dkk 2016) bahwa

pelaksanaan / implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi, ke status kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Oleh karena itu ukuran

intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan

dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan

untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan

yang muncul di kemudian hari.


65
5. Evaluasi

Evaluasi merupakan rangkaian dari proses keperawatan sehingga

untuk dapat melakukan evaluasi perlu melihat langkah-langkah proses

keperawatan sejak pengkajian, perumusan diagnosis, perencanaan, dan

implementasi. Selanjutnya, pada tahap akhir perawat mengevaluasi

kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan dan bila tujuan

belum atau tidak tercapai, maka perlu melakukan revisi data dasar serta

memperbaharui diagnosis keperawatan maupun perencanaan. (Sunaryo,

dkk 2016), maka hasil evaluasi yang diharapkan sesuai dengan rencana

tujuan yaitu :

a. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

b. Mengurangi terjadinya resiko syok pada klien

c. Mengurangi terjadinya pelebaran kerusakan integritas jaringan

d. Terbebas dari resiko infeksi

e. Tidak terjadi retensi urin

f. Mengurangi terjadinya ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

g. Resiko elektrolit

h. Keletihan klien berkurang

i. Kadar gula darah klien stabil


66
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis / Desain / Rangsangan studi Kasus

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasikan masalah asuhan

keperawatan pada lansia yang mengalami diabetes mellitus.

B. Subjek Studi Kasus

Subyek dalam studi kasus ini adalah klien dengan diagnosa medis

diabetes mellitus.

C. Fokus Studi Kasus

Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus

secara komperhensif.

D. Definisi Operasional Fokus Studi Kasus

1. Asuhan Keperawatan Gerontik

Salah satu definisi proses asuhan keperawatan pada usia lanjut

adalah kegiatan yang dimaksud untuk memberikan bantuan,

bimbingan, pengawasan, perlindungan, dan pertolongan kepada lanjut

usia secara individu, seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti

wreda, maupun puskesmas, yang diberikan oleh perawat untuk asuhan

keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau

petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan


68
77

sebelumnya atau bimbingan langsung padda waktu tenaga

keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.

2. Lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi

dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang

hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai

sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses yang

alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,

yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara

biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit

yang mengendur, rambut memutih, gigi ompong, pendengaran kurang

jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakkan lambat dan figure

tubuh yang tidak professional (Nugroho, 2016)

3. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen

yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau

hiperglikemi. Pada DM kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap

insulin dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali

prosukdi insulin (Brunner and Suddarth,2001 dalam Wijaya dan

Putri,2013)
69
E. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas I

Denpasar Selatan. Dengan kunjungan ke rumah klien sebanyak 3 kali

kunjungan dalam 60 menit dan pengambilan kasus dari tanggal 13 Januari

2020 sampai tanggal 8 Februari 2020.

F. Analisis Data dan Penyajian Data

Analisis data dilakukan sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua

data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara menggunakkan fakta,

selanjutkan dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang

digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari

hasil interpretasi wawancara dan observasi. Urutan dalam analisa adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi,

dokumen). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian

disalin dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk

catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip (catatan

terstruktur).

2. Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan

menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostic kemudia dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data
70
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas data

dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara

teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulann dilakukan

dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan dilakukan terkait

dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan tindakan, dan

evaluasi.

G. Etika Studi Kasus

Dalam studi kasus asuhan keperawatan pada klien diabetes mellitus, etika

yang perlu diperhatikan adalah :

1. Information Sheet

Bukti persetujuan yang dibuat oleh klien atau keluarga untuk

dilakukan tindakan medis.

2. Inform Consent

Inform consent yaitu suatu lembaran yang berisikan tentang

permintaan persetujuan kepada keluarga klien bahwa bersedia untuk

menjadi narasumber pada studi kasus ini dengan membuktikan

lembaran inform consent tersebut.

3. Anonimity (tanpa nama)


71
Penulis tidak akan mencatumkan identitas dari klien. Klien

cukup mencatumkan inisial.

4. Confidentiality (kerahasiaan)

Penulis akan menjaga kerahasiaan tentang penyakit yang

dialami klien.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Studi kasus ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar

Selatan. Puskesmas 1 Denpasar Selatan berlokasi di Jl. Gurita No.8, Sesetan,

Kec. Denpasar Selatan. Lingkungan tempat tinggal klien berada dikawasan

padat penduduk. Klien tinggal di Jln. Sidakarya gg Ikan Garpu No 4.

2. Karakteristik Klien

Klien bersaudara bertiga, kakak laki-laki sudah meninggal sedangkan

adik perempuan klien masih hidup, orang tua klien sudah meninggal, klien

tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Klien mengatakan istrinya

mengalami hipertensi, ibu klien meninggal karena penyakit jantung dan ayah

klien meninggal karena penyakit stroke.


73
83

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Tn.W DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II

DI PUSKESMAS DENPASAR SELATAN 1

PADA TANGGAL 30 s/d 1 FEBRUARI 2020

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 januari 2020 pada Tn. W pukul 17.00

Wita di Rumah Pasien Jln. Sidakarya gg Ikan Garpu No 4 dengan metode

observasi dan wawancara.

1. Pengumpulan data

a. Identitas klien
Nama : Tn. W
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 56 thn
Agama : Hindu
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Status perkawinan : Kawin
Suku/ bangsa : Bali/Indonesia
Alamat : Jln. Sidakarya gg Ikan Garpu No 4
No. tlp : -
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus tipe 2

b. Riwayat penyakit
74
1) Keluhan utama saat pengkajian

Klien mengatakan gula darahnya tinggi.

2) Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini

Klien mengatakan memiliki riwayat diabetes militus sejak 2 bulan

yang lalu, klien mengatakan sering lemas dan sering pusing. Klien

mengetahui dirinya mengalami diabetes ketika dianjurkan untuk

memeriksa gula darah. Hasil pengukuran gula darah saat kontrol ke

puskesmas adalah 224mg/dL. Klien mengatakan mengalami luka di

kaki kanannya sejak ±1 bulann yang lalu dan terdapat luka gangrene

dan tidak sembuh-sembuh dan klien mengatakan sering kontrol ke

puskesmas.

3) Masalah kesehatan keluarga/ keturunan

Klien mengatakan istrinya mengalami hipertensi, ibu klien meninggal

karena penyakit jantung dan ayah klien meninggal karena penyakit

stroke.

Genogram
75
Gambar :

Keterangan Gambar :

: Laki-laki

: Perempuan

: Hubungan

: Meninggal ......... : Tinggal dalam satu rumah


76
: Klien

Penjelasan genogram :

Klien bersaudara bertiga, kakak laki-laki sudah meninggal

sedangkan adik perempuan klien masih hidup, orang tua klien sudah

meninggal, klien tinggal bersama istri dan kedua anaknya.

c. Kebiasaan sehari-hari

1) Data biologis

a) Pola Bernafas

Sebelum dan saat sakit klien mengatakan tidak ada masalah dalam

bernafas.

b) Pola makan

Sebelum dan saat pengkajian klien mengatakan dirinya senang

mengkonsumsi makanan yang manis. Sebelum kontrol ke

puskesmas klien mengatakan dirinya tidak tahu cara mengontrol

pola makanan sehingga kadar gula klien meningkat ketika control

ke puskesmas. Klien mengatakan dirinya makan 3x sehari dengan

porsi penuh, makan buah dan jajan yang manis.

c) Pola minum

Sebelum pengkajian klien mengatakan dirinya tidak merasakan

perbedaan mengenai pola minum. Klien mengatakan biasa minum

±1600cc/hari (7-8 gelas).

d) Pola istirahat dan tidur

Sebelum dan saat pengkajian klien mengatakan terkadang dirinya

mengalami gangguan tidur. Klien mengatakan jika sedang


77
mengalami gangguan tidur dan merasa nyeri di kaki kanan klien

terjaga pukul 1 dini hari dan klien tidak bisa tidur lagi. Klien

mengatakan dirinya biasa tidur siang untuk memenuhi kebutuhan

tidurnya. Klien mengatakan dirinya tidur 6-7 jam/hari termasuk

siang.

e) Rekreasi

Klien mengatakan hanya berekreasi saat hari raya bersama anak dan

cucunya saja

f) Aktivitas sehari-hari

Tabel: 1.1
Aktivitas (ADL) 0 1 2 3 4

Makan √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi ditempat tidur √
Mobilisasi berpindah √
Berias √
ROM √
Keterangan:

0 : Mandiri

1 : Membutuhkan alat bantu

2 : Membutuhkan pengawasan orang

3 : Membutuhkan bantuan orang lain

4 : Ketergantungan total Hasil:


78
Klien mengatakan bisa makan menggunakan sendok frekuensi

makan 2x sehari dengan jumlah 1 porsi kecil makan yang

dikonsumsi bisanya nasi+ lauk pauk, klien mengatakan mandi 2x

sehari dikamar mandi tanpa bantuan orang lain klien mengatakan

mengganti pakian 1x/hari, klien mengatakan merasakan nyeri

pada kaki kanan klien tetapi klien masih bisa beraktifitas seperti

biasa.

g) Indeks KATZ

Tabel: 1.2
Indeks Keterangan
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah,
A
dan mandi.
B Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi
diatas.
C Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang
lain.
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi
fungsi yang lain.
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan
satu
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet,
berpindah dan satu fungsi yang lain.
G Ketergantungan untuk enam fungsi tersebut
Lain - lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi
tidak dapat diklasifikasi sebagai C, D, E, F dan G
79
Keterangan
Klien berada pada katagori A karena klien mandiri
dalam aktivitas makan, kontinensia (BAB/BAK),
dalam mengganti pakian, toileting, berpindah dan
mandi

2) Data psikologis

a) Status mental (SPMSQ/ MMSE)

Table: 1.3
Short Portabel Mental Status Questionaire (SPMSQ)
Skore
No. Pertanyaan
+ -
√ 1. Tanggal berapa hari ini?
√ 2. Hari apa sekarang ini?
√ 3. Apa nama tempat ini?
√ 4. Berapa nomer telepon anda?
4a. Dimana alamat anda? Tanyakan hanya
klien tidak mempunyai telepon
√ 5. Berapa umur anda?
√ 6. Kapan anda lahir?
√ 7. Siapa presiden indonesia sekarang?
√ 8. Siapa presiden sebelumnya?
√ 9. Siapa nama kecil ibu anda?
10. Kurangi 3 dari 20 dam tetap pengurangan
3 dari setiap angka baru, semua secara
menurun
Jumlah kesalahan total : 1
80
Keterangan Penilaian SPMSQ :

Kesalahan 8 - 10 = fungsi intelektual berat

Kesalahan 5 – 7 = fungsi intelektual sedang

Kesalahan 3 - 4 = fungsi intelektual ringan

Kesalahan 0 - 2 = fungsi intelektual utuh

Hasil :

Klien berada pada fungsi intelektual utuh karena kesalahan pada

penilaian SPMSQ hanya 1

b) Depresi (Beek/ Yasavage)

Tebel: 1.4
No Uraian Depresi Beck Skore

A. Kesedihan

3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya

2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya

1 Saya merasa sedih atau galau 1

0 Saya tidak merasa sedih

B. Pesimisme

3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik

2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan

1 Saya merasa terkecil hati mengenai masa depan

0 Saya tidak begitu pasimis atau kecil hati tentang masa depan 0

C. Rasa kegagalan
81
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagi seseorang (orang tua,
suami, Istri)

2 Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan

1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya

0 Saya tidak merasa gagal 0

D. Ketidakpuasan

3 Saya tidak puas dengan segalanya

2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun

1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan

0 Saya tidak merasa tidak puas 0

E. Rasa Bersalah

3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak berharga

2 Saya merasa sangat bersalah

1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik

0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah 0

F. Tidak Menyukai Diri Sendiri

3 Saya benci diri saya sendiri

2 Saya muak dengan diri saya sendiri

1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri

0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri 0


sendiri

G. Membahayakan Diri Sendiri

3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai


kesempatan

2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri

1 Saya merasa lebih baik mati

0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri 0


sendiri

H. Menarik Diri dari Sosial


82
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
perduli pada mereka semua

2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
sedikit perasaan pada mereka

1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya

0 Saya tidak kehilangan minta pada orang lain 0

I. Keragu-raguan

3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali

2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan

1 Saya berusaha mengambil keputusan 1

0 Saya membuat keputusan yang baik

J. Perubahan Gambaran Diri

3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan

2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanet dalam


penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik

1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik

0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada 0


sebelumnya

K. Kesulitan Kerja

3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali

2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk


melakukan sesuatu

1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu

0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya 0

L. Keletihan

3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu

2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu

1 Saya lelah lebih dari yang biasanya 1

0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya

M. Anoreksia

3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali


83
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang

1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya

0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya 0

Keterangan Penilaian :

0-4 = Derpresi tidak ada atau minimal

5-7 = Depresi ringan

8-15 = Depresi sedang

>15 = Depresi berat

Hasil :

Dari hasil penelitian depresi didapatkan nilai 3 , nilai 3 berarti klien

tidak mengalami depresi atau depresi pasien minimal

c) Keadaan emosi

Klien mengatakan merasa senang berada dirumah

d) Konsep diri

(1) Identitas diri :

Klien mengatakan Namanya Tn.W yang berumur 56 tahun dan

tinggal di jalan Sidakarya gg Ikan garpu No.4

(2) Gambaran diri :

Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya

(3) Ideal diri :

Klien mengatakan ingin tetap beraktivitas dan bekerja di masa

tuanya selagi masih bisa

(4) Peran diri :


84
Klien mengatakan anak ke 2 dari 3 bersaudara

(5) Harga diri :

Klien mengatakan bisa berkumpul dengan teman-temannya

setiap sore di komplek rumahnya dan tidak pernah merasa

malu dengan keadaannya.

e) APGAR keluarga

Table: 1.5
No Fungsi Uraian Skore
1 Adaptasi Saya puas bahwa dapat kembali
pada keluarga saya untuk
membantu padawaktu sesuatu
menyusahkan saya 2

2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga


saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan
mengungkapkan masalah 2
dengan saya.

3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga saya


menerima dan mendukung
keinginan saya untuk 2
melakukan aktivitas atau arah
baru .

4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga


saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi
saya, seperti marah, sedih atau 2
mencintai.

5 Pemecahan Saya puas dengan cara


temanteman saya dan saya
menyediakan waktu 1
bersamasama.

Keterangan :
85
Skor 2 jika selalu

Skor 1 jika kadang-kadang

Skor 0 jika hampir tidak pernah

Hasil :

Berdasarkan hasil pengkajian pasien memperoleh skor 9

3) Status sosial

a) Dukungan keluarga

Tn.W tinggal bersama istri dan kedua anaknya.

b) Hubungan dengan keluarga

Klien mengatakan hubungan dengan keluarganya terjalin

harmonis, klien mengatakan selalu menceritakan masalah yang

dialaminya kepada keluarganya.

c) Hubungan dengan orang lain

Klien mengatan hubungannya dengan tetangga cukup dekat, klien

bisa berkunjung kerumah tetangga jika tidak ada kesibukan

dirumah.

4) Data Spiritual

a) Pelaksanaan ibadah

Klien mengatakan beragama Hindu, klien mengatakan sering

bersembahyang di pura jika ada upacara adat dan sering

sembahyang di pura yang ada dirumahnya.

b) Keyakinan tentang kesehatan


86
Klien menyadari bahwa kesehatan merupakan harta yang paling

berharga dalam hidupnya.

d. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Postur tubuh sedikit bungkuk, bangun tubuh sedang

2) Tingkat kesadaran

V5M6E4 = Composmetis

3) Tanda-tanda vital
a) Respirasi : 22x/menit

b) Suhu : 36,5oC

c) Nadi : 85x/menit

4) Tekanan darah : 120/80 MmHg


5) Tinggi badan : 165 cm

6) Berat badan : 61 kg

7) Keadaan kulit

Warna kulit sawomatang, turgor kulit kurang elastis, sedikit keriput, turgor

kulit < 3 detik dan tidak ada lesi

8) Kepala

Inspeksi : tampak terdapat rambut putih (uban). Kulit klien tampak bersih

tidak ada kemerahan.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

9) Mata

Inspeksi : bentuk mata kiri dan kanan simetris, konjungtiva merah muda.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

10) Hidung
87
Inspeksi : Bersih, tidak ada lesi, tidak ada pernafasan cuping hidung, dan

penciuman klien baik.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

11) Telinga

Inspeksi : tidak ada lesi, fungsi pendengaran sebelah kiri kurang baik namun

klien masih dapat menjawab pertanyaan dengan jelas

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

12) Mulut

Inspeksi : Mukosa bibir lembab, warna gigi putuh kekuningan, ada

sebagian gigi sudah tidak ada, klien dapat membedakan rasa makanan

asin, manis, pahit, asam, lidah berwarna merah muda.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

13) Leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena

jugularis, tidak ada nyeri saat menelan.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

14) Thorax

Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot dada, tidak ada lesi

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : ronchi tidak ada wheezing tidaj ada, bunyi jantung S1 S2

tunggal regular, suara nafas vesikuler

Perkusi : suara paru sonor


88

15) Abdomen

Inspeksi : Tidak ada lesi, bentuk simetris, tidak ada lebam atau

pembengkakan

Auskultasi : bising usus 8x/menit

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa atau benjolan

Perkusi : suara abdomen timpani

16) Ekstremitas

a) Atas

Kedua tangan kanan dan kiri dapat digerakan kesegala arah dengan kulit

keriput

b) Bawah

Inspeksi : Terdapat luka gangrene di kaki kanan klien, kaki kiri

klien tidak ada lesi atau lebam, tidak ada kelainan bentuk kaki

kanan dan kiri.

Palpasi: ada nyeri tekan di bagian kaki kanan klien

Kekuatan otot

5555 5555

5555 4444

17) Genetalia

Tidak diobservasi

e. Keadaan lingkungan
89
Klien tinggal bersama istri dan kedua anaknya, rumahnya nampak bersih dan

terawat, barang-barang klien tertata rapi sesuai tempatnya.

B. Analisa Data

ANALISA DATA KEPERAWATAN GERONTIK


PADA KLIEN Tn.W DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN
TANGGAL 30 s/d 1 Februari 2020

Data Etiologi Masalah


90
DS : Klien mengatakan gula Kerusakan sel beta Resiko Ketidakseimbangan
- darahnya tinggi. Gula darah

Penurunan produksi insulin atau


DO : ketidak efektifan kerja insulin
Kadar gula darah klien
- 224mg/dL

Resiko
Ketidakseimbangan
kadar gula darah

DS : Terjadinya Neuropati sensori Kerusakan integritas


- jaringan
Klien mengatakan mengalami
luka sejak ±1 Nekrosis luka
bulan yang lalu

- Kerusakan integritas
Klien mengatakan lukanya jaringan
berada di kaki kananya
DO : perifer

-
Luka tampak kemerahan,
terdapat jaringan nekrosis,
keluar pus, kedalaman 3 cm
dan luas luka 10 cm.
-
Luka klien terdapat pada kaki
kanannya

DS : Mengakibatkan syok Resiko Infeksi


hiperglikemik
- Klien mengatakan kaki
kanannya terdapat luka
gangrene dan tidak Trauma pada jaringan
sembuhsembuh

DO :
- Terdapat pus pada luka kaki Resiko Infeksi
kanan klien
91

C. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan kerusakan

sel beta

b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan terjadinya neuropati

sensori perifer ditandai dengan klien mengatakan mengalami luka sejak ±1

bulan yang lalu terdapat luka di kaki kanan klien, luka klien tampak

kemerahan, terdapat jaringan nekrosis, keluar pus, kedalaman 3 cm dan

luas luka 10 cm.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit


92
(diabetes mellitus).

D. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan berdasarkan prioritas masalah keluhan yang paling dirasakan

klien.

1. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan kerusakan sel beta

2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan terjadinya neuropati sensori

perifer ditandai dengan klien mengatakan mengalami luka sejak ±1 bulan yang lalu

terdapat luka di kaki kanan klien, luka klien tampak kemerahan, terdapat jaringan

nekrosis, keluar pus, kedalaman 3 cm dan luas luka 10 cm.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit

(diabetes mellitus).
93

RENCANA KEPERAWATAN GERONTIK


PADA KLIEN Tn.W DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN
TANGGAL 30 s/d 1 Februari 2020

No Diagnose Keperawatan Kriteria Hasil Rencana Rasional

1 2 3 4

1 Resiko ketidakstabilan Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Untuk


kadar gula darah asuhan keperawatan pengetahuan mengetahui
berhubungan dengan selama 3x kunjungan klien tentang sejauh mana
kerusakan sel beta dengan interval waktu penyakit yang pengetahuan
menit
30 setiap diderita. klien tentang
kunjungan diharapkan penyakit yang
kadar gula darah klien 2. Beritahukan di derita. Agar
hasil : klien 2. klien mampu
1. Klien bagaimana cara mempertahank
mengatakan menjaga kadar an kadar gula
dirinya sudah gula darah agar darahnya. Agar
paham dan tetap stabil. tidak terjadi
tidak 3. 3. komplikasi
Beritahukan
mengkonsumsi klien tentang akibat kadar
makanan manis bagaimana gula darah
2. lagi. Klien yang terlalu
tanda gejala
mengatakan hiperglikemia tinggi atau
sudah menjaga dan terlalu rendah.
pola makannya 4. hipoglikemia. Agar kadar
dan rutin Beritahukan 4. gula darah
minum obat klien tentang klien tetap
3. yang diberikan. diet yang baik stabil. Untuk
94
Hasil dilakukan oleh membantu
pengukuran penderita merangsang
kadar gula klien diabetes.
dalam batas Delegatif dalam

norma.Tidak pemberian obat prosuksi dan


terdapat metformin membantu
tandatanda merangsang
hiperglikemia kerja insulin
dan yang
hipoglikemia diproduksi
seperti kadar tubuh.
gula yang tinggi
atau rendah,
kulit dingin dan
lembab,
takikardia.
2 Kerusakan integritas Setelah diberikan asuhan 1. Observasi luas 1. Pengkajian
jaringan berhubungan keperawatan selama 3x dan keadaan yang tepat
dengan terjadinya neuropati kunjungan dengan luka serta terhadap luka
sensori perifer ditandai interval waktu 30 menit proses dan proses
dengan klien mengatakan setiap kunjungan penyembuhan penyembuhan
mengalami luka sejak ±1 diharapkan kekurangan 2. Rawat luka akan
bulan yang lalu terdapat luka nutrisi tidak terjadi dengan teknik membantu
di kaki kanan klien, luka dengan kriteria hasil: aseptic seperti dalam
klien tampak kemerahan, 1. Tidak ada tanda- membersihkan menentukan
terdapat jaringan nekrosis, tanda luka tindakan
keluar pus, kedalaman 3 cm infeksi seperti menggunakan selanjutnya
dan luas luka 10 cm. kemerahan, laritan yang 2. Merawat luka
terdapat pus atau tidak iritatif, dengan tehnik
warna angkat sisa aseptic dapat
kehitaman balutan yang menjaga
disekitar kulit mmenempel kontaminasi
2. luka klien pada luka dan luka dan
sembuh nekrotomi larutan yang
jaringan yang iritatif akan
mati merusak
3. Berikan HE jaringan
pada keluarga granulasi yang
tentang proses timbul, sisa
penyembuhan balutan
luka dan jaringan
perawatan nekrosis dapat
luka. menghambat
4. Kolaborasi proses
dengan dokter granulasi
untuk 3. Keluarga
pemberian dapat
antibiotika dan memahami
insulin proses
penyembuhan
95
luka dan

mencegah
terjadinya
cedera
berualang
4. Antibiotika
dapat
menbunuh
kuman,
pemberian
insulin akan
menurunkan
kadar gula
dalam darah
sehingga
proses
penyembuhan
akan lebih
cepat.

3 Resiko infeksi berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji adanya 1. Pengkajian


dengan trauma pada keperawatan selama 3x tanda-tanda yang tepat
jaringan, proses penyakit kunjungan dengan penyebaran tentang
(diabetes mellitus). interval waktu 30 menit infeksi pada tandatanda
setiap kunjungan luka penyebaran
diharapkan resiko 2. Anjurkan infeksi dapat
infeksi pada klien tidak kepada pasien membantu
terjadi dengan kriteria dan keluarga menentukan
hasil : untuk selalu tindakan
1. Klien bebas dari menjaga selanjutnya.
trauma dan kebersihan 2. Kebersihan diri
gejala infeksi diri selama yang baik
perawatan. merupakan
2. Menunjukan 3. Anjurkan salah satu cara
kemampuan pada pasien untuk
untuk mencegah agar menaati mencegah
timbulnya diet, infeksi kuman.
infeksi seperti latihan fisik,
3. Diet yang tepat,
tidak terdapat pengobatan latihan fisik
kemerahan di yang ditetapkan. yang cukup
sekitar luka, dapat
terdapat pus atau meningkatkan
warna kehitaman daya tahan
disekitar kulit tubuh,
3. Menunjukan pengobatan
prilaku hidup yang tepat,
mempercepat
96
sehat seperti menaati diet, penyembuhan sehingga
latihan fisik ringan memperkecil
kemungkinan terjadi
penyebaran infeksi.

E. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


97

PELAKSANAAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA KLIEN Tn.W DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN
TANGGAL 30 s/d 1 Februari 2020

NO Hari/ tanggal/ jam D Tindakan Keperawaan Evaluasi Paraf


X
1 Kamis, 30 januari 2020 1 Mengkaji tingkat pengetahuan DS: Klien mengatakan
14.55 wita klien dirinya tahu tentang
penyakit yang dideritanya
namun klien mengatakan
dirinya tidak menjaga
pola makanannya ketika
ada upacara adat
dirumahnya DO: klien
mampu menjelaskan
tentang penyakit yang
dideritanya.
15.25 wita
3 Mengkaji Pengetahuan klien DS: Klien mengatakan
tentang faktor penyebab dirinya belum begitu tahu
infeksi apa itu resiko infeksi
DO: Klien tampak
bertanya kepada perawat
menegenai resiko infeksi
15.55 wita
2
DS : Klien mengatakan
Mengobservasi keadaan luka lukanya terdapat pus DO
: Luka klien tampak
kemerahan, terdapat pus
98
2 Jumat, 31 januari 2020

15.00
1 Mengkaji tingkat pengetahuan DS: Klien mengatakan
klien. dirinya tahu tentang
Memberitahukan kepada klien penyakit yang dideritanya
tentang pentingnya menjaga namun klien mengatakan
diet yang diberikan. dirinya tidak menjaga pola
Beritahukan kepada klien makanannya ketika ada
tentang komplikasi yang upacara adat dirumahnya
mungkin terjadi apabila tidak
menjaga pola Klien mengatakan dirinya
tahu tentang diet yang
harus dilakukan.
DO: Klien mampu
menjelaskan tentang
komplikasi yang mungkin
terjadi apabila tidak
15.30 wita
menjaga pola makan.
2
Melakukan perawatan luka
dengan teknik aseptic seperti DS: Klien mengatakan
membersihkan luka
lukanya bersedia dirawat
menggunakan laritan yang
16.00 wita tidak iritatif, angkat sisa DO: Klien tampak
3 balutan yang mmenempel pada berbaring lemas ditempat
luka dan nekrotomi jaringan tidur
yang mati

Menganjurkan kepada klien DS: Klien mengatakan


untuk selalu menjaga sudah mengerti apa yang
kebersihan diri agar terhindar di anjurkan oleh perawat
dari resiko infeksi DO : Klien tampak
antusias mendengarkan
penjelasan perawat
99
3 Sabtu, 01 februari 2020
15.05 wita
1 Memberikan HE kepada klien DS: Klien mengtakan
tentang diet yang baik mengerti dengan
dilakukan oleh penderita penjelasan yang dikatakan
diabetes seperti mengurangi oleh perawat dan klien
makanan juga mengatakan dirinya
Menganjurkan klien minum sudah paham tentang cara
obat sesuai dengan anjuran dan minum obat yang di
dosis yang sudah ditentuukan anjurkan oleh dokter DO:
oleh dokter Klien tampak kooperatif
mendengarkan informasi
yang diberikan dan klien
juga mampu mengulang
tentang dosis obat yang
disarankan oleh dokter.
15.35 wita
2 DO: Keluarga klien
paham atas penjelasan
yang diberikan DS:
Berikan HE pada keluarga Klien tampak kooperatif
klien tentang proses mendengarkan
penyembuhan luka dan informasi yang diberikan
perawatan luka.

16.05 wita DS: Klien mengatakan


3 dirinya sudah mulai
paham dengan penjelasan
perawat apa itu resiko
Mengkaji pengetahuan klien infeksi
tentang factor penyebab DO: Klien mampu
infeksi mengulang penjelasan
yang diberikan perawat

F.Evaluasi Tindakan Keperawatan

EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA KLIEN Tn.W DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II
100
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN
TANGGAL 30 s/d 1 Februari 2020

No. Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi

Klien
1 Resiko ketidakstabilan kadar S: Klien mengatakan dirinya paham tentang
gula darah berhubungan penyakit yang diderita, klien mengatakan
dengan kerusakan sel beta bersedia mentaati diet yang telah diberikan
O: Klien mampu menjelaskan penyakit,
penyebab dan komplikasi pada penyakit klien
A: Masalah klien teratasi
P: Pertahankan Kondisi klien

2 Kerusakan integritas jaringan S: Klien mengatakan lukanya masih seperti dulu


berhubungan dengan terjadinya
neuropati sensori perifer O: Luka tampak kemerahan, terdapat jaringan
ditandai dengan klien nekrosis, keluar pus, kedalaman 3 cm dan luas
mengatakan mengalami luka luka 10 cm.
sejak ±1 bulan yang lalu
terdapat luka di kaki kanan A: Masalah kerusakan integritas jaringan belum
klien, luka klien tampak teratasi
kemerahan, terdapat jaringan P: Lanjutan intervensi
nekrosis, keluar pus,
kedalaman 3 cm dan luas luka
10 cm.

3 Resiko infeksi berhubungan S: Klien mengatakan paham dengan penjelasan


dengan trauma pada jaringan, perawat, klien mengatakan tau tentang
proses penyakit (diabetes bagaimana pencegahan dan factor penyebab
mellitus). terjadinya infeksi.
O: Klien mampu mengulang penjelasan dan
pertanyaan yang di berikan perawat

A: Masalah klien teratasi


P: Pertahankan kondisi klien
101

B. Pembahasan

Pembahasan dalam bab ini akan membahas tentang kesenjangan antara konsep teori

dengan kenyataan yang terjadi dalam kasus. Argumentassi terhadap kesenjangan yang

terjadi dan solusi atau pemecahan yang diambil untuk mengatasi maslah yang terjadi

saat memberikan asuhan keperawatan pada Tn. W dengan diabetes mellitus di

Wilayah Kerja UPTD Puskemas 1 Denpasar Selatan. Asuhan keperawatan tersebut

dilaksanakan pada tanggal 30 januari sampai 1 februari 2020 pada Tn.W. Pembahasan

ini meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


102
1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai

sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

(Nursalam, 2013). Pada tahap pengkajian ini terdiri dari kegiatan

pengumpulan data, analisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan.

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik

observasi dan wawancara, dan pemeriksaan fisik. Pada tahap pengumpulan

data ini penulis melakukan beberapa hal yaitu membina hubungan baik

dengan klien dan keluarga klien, melakukan pengkajian awal yang berasal

dari data yang diperoleh di Puskesmas I Denpasar Selatan menegenai data

klien yang mempunyai masalah kesehatan, mengadakan pengkajian lanjutan

yang dilakukan langsung kepada klien yang menjadi sasaran.

Data pengkajian yang ditemukan pada Tn.W yaitu klien mengatakan

gula darahnya tinggi dan mengatakan memiliki riwayat diabetes militus sejak

2 bulan yang lalu, klien mengatakan sering lemas dan sering pusing. Klien

mengetahui dirinya mengalami diabetes ketika dianjurkan untuk memeriksa

gula darah. Hasil pengukuran gula darah saat kontrol ke puskesmas adalah

224mg/dL. Klien mengatakan mengalami luka di kaki kanannya sejak ±1

bulann yang lalu dan terdapat luka gangrene dan tidak sembuh-sembuh dan

klien mengatakan sering kontrol ke puskesmas.

Pada konsep dasar teori yang menguraikan tentang penyakit Diabetes

Mellitus. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. Pada
103
DM kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau

pancreas dapat menghentikan sama sekali prosukdi insulin (Brunner and

Suddarth,2001 dalam Wijaya dan Putri,2013). Dapat di jabarkan beberapa

tanda dan gejala yang biasa terjadi pada penderita Diabetes Mellitus yaitu :

Kadar glukosa puasa tidak normal, Hiperglikemi berat berakibat glukosuria

yang akan menjadi diresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin

(poliuria dan timbul rasa haus (polidipsia), Rasa lapar semakin besar

(polifagia), BB berkurang, Lelah dan mudah mengantuk, Gejala lain yang

dikeluarkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, perutas luka (Amin

Huda N & Hardi Kusuma 2015).

Jika dilihat berdasarkan data yang diperoleh dari klien tidak semua

tanda dan gejala diabetes mellitus yang didapat penulis sesuai dengan tinjauan

teori hal ini dikarenakan klien selalu melakukan kontrol ke puskesmas.

Perbedaan hasil data pengkajian dari Tn.W pada diabetes mellitus diperoleh

hasil: tanda gejala yang muncul atau terlihat pada kasus Tn.W yaitu ada 3

tanda dan gejala dari 10 tanda dan gejala menurut konsep teori Amin Huda N

& Hardi Kusuma 2015.

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dari proses

keperawatan, tanda dan gejala di pengkajian didapatkan 3 diagnosa, yaitu :

1.Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan kerusakan sel

beta. 2.Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan terjadinya

neuropati sensori perifer ditandai dengan klien mengatakan mengalami luka

sejak ±1 bulan yang lalu terdapat luka di kaki kanan klien, luka klien tampak
104
kemerahan, terdapat jaringan nekrosis, keluar pus, kedalaman 3 cm dan luas

luka 10 cm. 3.Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan,

proses penyakit (diabetes mellitus).

Hal ini sudah sesuai dengan NANDA NIC-NOC 2016 menyatakan bahwa

diagnose keperawatan yang sering muncul pada klien dengan diabetes mellitus ada

9 diagnosa yaitu: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko

syok, kerusakan integritas jaringan, resiko infeksi, retensi urin, ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer, resiko ketidakseimbangan elektrolit, keletihan,

ketidakstabilan kadar glukosa. Pada klien secara umum diagnose yang muncul

sudah sesuai dengan NANDA NICNOC 2016 tetapi ada 6 diagnosa keperawatan

diabetes mellitus tidak muncul disebabkan karena tidak ditemukan data yang

mendukung untuk diagnose

tersebut.

3. Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk

pencegahan, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang telah

diidentifikasikan pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah

menemukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi

(Nursalam, 2013).

Diagnosa prioritas utama pada klien yaitu Resiko ketidakstabilan

kadar gula darah berhubungan dengan kerusakan sel beta, tindakan yang

dilakukan adalah kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit yang

diderita, beritahukan klien bagaimana cara menjaga kadar gula darah agar

tetap stabil, beritahukan klien tentang bagaimana tanda gejala hiperglikemia


105
dan hipoglikemia, dan beritahukan klien tentang diet yang baik dilakukan oleh

penderita diabetes, delegatif dalam pemberian obat metformin.

Diagnosa kedua pada klien yaitu Kerusakan integritas jaringan

berhubungan dengan terjadinya neuropati sensori perifer ditandai dengan

klien mengatakan mengalami luka sejak ±1 bulan yang lalu terdapat luka di

kaki kanan klien, luka klien tampak kemerahan, terdapat jaringan nekrosis,

keluar pus, kedalaman 3 cm dan luas luka 10 cm, tindakan yang dilakukan

adalah Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka, Rawat luka

dengan teknik aseptic seperti membersihkan luka menggunakan laritan yang

tidak iritatif, angkat sisa balutan yang mmenempel pada luka dan nekrotomi

jaringan yang mati, berikan HE pada keluarga tentang proses penyembuhan

luka dan perawatan luka, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

antibiotika dan insulin.

Diagnose ketiga pada klien yaitu Resiko infeksi berhubungan dengan

trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes mellitus), tindakan yang

dilakukan adalah Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka,

anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri

selama perawatan dan anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik,

pengobatan yang ditetapkan


106
4. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap keempat pada proses keperawatan dan

merupakan realisasi dari rencana yang telah disusun sebelumnya. Dalam

pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien semua dapat dilaksanakan

dengan baik sesuai rencana tindakan keperawatan yang telah tersusun dan

dilaksanakan selama 3 hari. Dalam pelaksanaan, penulis melakukan dengan

penyuluhan, Tanya jawab, dan motivasi bagi klien dan keluarga untuk

meningkatkan pengetahuan serta menjalankan program yang ada. Media yang

digunakan pada saat implementasi adalah leaflet dan lembar balik.

Selama pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga, penulis tidak ada

mengalami kesulitan dan hambatan karena klien dan keluarga klien selalu

menerima kehadiran penulis yang berkunjung dank klien selalu ada di rumah

sehingga pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik mampu dilakukan dengan

baik.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk

menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah diberikan. Dari hasil

evaluasi yang didapat bahwa antara teori dan kenyataan sudah sesuai. Setelah

dilaksanakan evaluasi pada Tn. W untuk masalah keperawatan 1. Resiko

ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan kerusakan sel beta

sudah dapat teratasi terbukti dari : Klien mengatakan dirinya paham tentang

penyakit yang diderita, klien mengatakan bersedia mentaati diet yang telah

diberikan dan Klien mampu menjelaskan penyakit, penyebab dan komplikasi

pada penyakit klien. 2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan


107
terjadinya neuropati sensori perifer ditandai dengan klien mengatakan

mengalami luka sejak ±1 bulan yang lalu terdapat luka di kaki kanan klien,

luka klien tampak kemerahan, terdapat jaringan nekrosis, keluar pus,

kedalaman 3 cm dan luas luka 10 cm, belum teratasi dikarenakan Klien

mengatakan lukanya masih seperti dulu, Luka tampak kemerahan, terdapat

jaringan nekrosis, keluar pus, kedalaman 3 cm dan luas luka 10 cm. 3 Resiko

infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes

mellitus), sudah dapat teratasi terbukti dari: : Klien mengatakan paham

dengan penjelasan perawat, klien mengatakan tau tentang bagaimana

pencegahan dan factor penyebab terjadinya infeksi dan klien mampu

mengulang penjelasan dan pertanyaan yang di berikan perawat.

Selama evaluasi keperawatan klien, penulis tidak mengalami

hambatan karena klien mau mematuhi saran yang diberikan dan mampu

mengikuti proses keperawatan dengan baik dan kooperatif sehingga asuhan

keperawatan gerontik mampu dievaluasi dengan baik.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada Tn.W dengan Diabetes Mellitus telah

penulis berikan dengan harapan klien dapat mengenal diabetes mellitus,

mengenai masalah diabetes mellitus yang sudah terjadi, mencegah terjadinya

komplikasi dan meminimalkan dampak dari komplikasi diabetes mellitus

yang sudah terjadi. Asuhan keperawatan diberikan pada klien Tn.W dilakukan

melalui 5 tahap dari proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Tahap pengkajian dilakukan dengan teknik wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik. Pada klien ditemukan 3 masalah keperawatan yaitu Resiko

ketidak stabilan gula darah, kerusakan intergritas jaringan dan resiko Infeksi.

Pada perencanaan prioritas masalah keperawatan pada klien adalah

1.Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan kerusakan sel

beta. 2.Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan terjadinya

neuropati sensori perifer ditandai dengan klien mengatakan mengalami luka

sejak ±1 bulan yang lalu terdapat luka di kaki kanan klien, luka klien tampak

kemerahan, terdapat jaringan nekrosis, keluar pus, kedalaman 3 cm dan luas

luka 10 cm. 3.Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan,

proses penyakit (diabetes mellitus).Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan


109
123

pada Tn.W dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana

keperawatan tindakan yang telah disusun dan dilaksanakan selama 3 hari.

Dalam pelaksanaan, penulis melakukan dengan wawancara, Tanya jawab, dan

motivasi bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan tentang diabetes

mellitus.

Dari hasil evaluasi, masalah keperawatan no 1 dan 3 sudah teratasi,

namun masalah keperawatan no 2 pada Tn.W masih belum bisa teratasi.

Dimana semua tujuan dari masing-masing diagnose yang diharapkan sudah

mampu dicapai oleh Tn.W dengan bimbingan dan saran yang diberikan oleh

penulis.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas ada beberapa hal yang dapat penulis sarankan,

1. Kepada klien Tn.W


110
Klien Tn.W diharapkan untuk menjaga tetap mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan agar terhindar dari komplikasi yang bisa

diakibatkan oleh penyakit diabetes mellitus, meningkatkan untuk klien

rajin kontrol ke pelayanan kesehatan dan memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang ada khususnya Puskesmas I Denpasar Selatan.

2. Petugas Puskesmas I Denpasar Selatan

Kepada pihak petugas kesehatan, khususnya di Puskesmas I Denpasar

Selatan diharapkan tetap mengawasi Tn.W untuk tetap mengikuti program

pengobatan sesuai dengan aturan serta melanjutkan asuhan keperawatan

gerontik yang telah diberikan.

3. Kepada Institusi ITEKES BALI

Diharapkan format penyusunan Karya Tulis Ilmiah sebelum disebarkan

mohon untuk didiskusikan kembali jika format mengalami perubahan

serta menambah literature yang ada di perpustakaan dengan literatus yang

masih tergolong terbitan baru, sehingga peserta didik tidak kesulitan saat

mencari literature baru.


DAFTAR PUSTAKA

Artinawati, Sri. ( 2014). AsuhanKeperawatanGerontik. Bogor : In Media


Brunner and Suddarth, (2001) dalamWijayadanPutri. KeperawatanMedikalBedah 2.
Yogyakarta :Medika
Gordon, (1994) dalamSunaryo, dkk. Asuhan Keperawatan Gerontik. Jogyakarta :
ANDI.
Martins, dkk. (2018). PengaruhKonselingAktivitasFisik Dan
PolaMakanTerhadapPerubahanImtPadaPenderita Diabetes Mellitus Di
PuskesmasDinoyoKecamatanLowokwaru Kota Malang. JurnalKeperawatan
3 (1).
Nugroho, W. (2016). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC,
2008.
Nursalam. (2013). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Selembah
Medika
Nurarif, A., &Kusuma, H. (2015). AsuhanKeperawatanPraktis& Nanda NIC NOC
EdisiRevisiJilid 1. Jogjakarta :Mediaction
Nurarif, A., &Kusuma, H. (2016). AsuhanKeperawatanPraktis& Nanda NIC NOC
EdisiRevisiJilid 1. Jogjakarta :Mediaction Nursalam. (2013). Proses dan
Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Selembah Medika
PerkumpulanEndokrinologi Indonesia, KonsensusPengelolaandanPencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, PB. PERKENI. Jakarta. 2015
Perkeni, (2006) dalamNurAinidanLedy Martha.
AsuhanKeperawatanpadaSistemEndokrin.Jakarta :Salemba
Riset Kesehatan Dasar (2013). Hasil Utama RISKESDAS 2018.Diakses pada12
Februari 2020.
Dikutipdarihttp://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20
Riskesdas%202013.pdf.
Setyorini, ErnidanWulandari, Ning. (2017). Hubungan Lama Menderita Dan
KejadianKomplikasiDenganKualitasHidupLansiaPenderita Diabetes
Mellitus Tipe 2. Research Report, 75-82.
Sunaryo, dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jogyakarta : ANDI.
112

126

Wijaya&Putri. (2013). KeperawatanMedikalBedah 2. Yogyakarta :NuhaMedika


113
114
115
116
117
118

Anda mungkin juga menyukai