Anda di halaman 1dari 52

Visi

Pada tahun 2025 menghasilkan ahli madya keperawatan yang unggul dalam
penguasaan asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan neurosains
melalui pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

PENERAPAN PROSEDUR TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM PADA


PASIEN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ERDIANA WATI SAPUTRI


P3.73.20.1.17.088

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
BEKASI, 2020
“PENERAPAN PROSEDUR TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI”

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun dalam rangka Tugas Akhir pada Program Studi DIII Keperawatan Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III Tahun Akademik 2019/2020

Oleh :

ERDIANA WATI SAPUTRI


P3.73.20.1.17.088

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
BEKASI, 2020

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul :


Penerapan Prosedur Teknik Relaksasi Napas Dalam Pada Pasien Dengan Gangguan
Rasa Nyaman Nyeri
Oleh : Erdiana Wati Saputri
NIM : P3.73.20.1.17.088

Telah di periksa dan di setujui serta layak untuk di pertahankan di hadapan Tim Penguji
Sidang Ujian Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta III

Bekasi, 13 April 2020

Pembimbing Pendamping Pembimbing Utama

Ns. Dewi Lusiani, S.Kep, MM Ace Sudrajat, SKp,M.Kes


NIP :196402121990012001 NIP : 196309061988031004

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Erdiana Wati Saputri


NIM : P3.73.20.1.17.088

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Penerapan
Prosedur Teknik Relaksasi Napas Dalam Pada Pasien Dengan Gangguan Rasa Nyaman
Nyeri ” adalah hasil karya sendiri dan bukan jiplakan. Apabila ternyata di kemudian hari
terbukti melakukan kegiatan plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi yang telah
ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bekasi, 13 April 2020

Yang membuat Pernyataan

Erdiana Wati Saputri


NIM : P3.73.20.1.17.088

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul:


Penerapan Prosedur Teknik Relaksasi Napas Dalam Pada Pasien Dengan Gangguan
Rasa Nyaman Nyeri.
Oleh : Erdiana Wati Saputri
NIM : P3.73.20.1.17.088
Telah diujikan di hadapan Tim Penguji Sidang Ujian Karya Tulis Ilmiah Program Studi
DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III di
Bekasi, pada tanggal 13 April 2020.

Ketua Penguji Penguji Anggota

Ni Luh Putu Ekarini,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.M.B. Dra. Wartonah, Ners, S.Kep, MM


NIP : 197908312005012001 NIP :196403121985032002

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Santun Setiawati, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An


NIP. 197512232002122001

Menyetujui,
Ketua Jurusan Keperawatan

Ns.Ulty Desmarnita, S.Kp., M.Kes., Sp.Mat


NIP. 196212211986032003

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Penerapan Prosedur Teknik Relaksasi Napas Dalam Pada Pasien Dengan Gangguan
Rasa Nyaman Nyeri”. Karya tulis ini disusun dalam rangka tugas akhir dan memenuhi
persyaratan dalam menyelesaian Pendidikan D III Keperawatan.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan, serta arahan dari berbagai pihak maka
karya tulis ilmiah ini dapat di selesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Yupi Supartini, SKp., MSc. Selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Jakarta III, yang telah memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan
pendidikan.
2. Ns. Ulty Desmarnita, SKp., MKes., Sp.Mat. Selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Polteknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta III, yang telah memberi
kesempatan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah.
3. Santun Setiawati, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An. Selaku Kepala Prodi DIII Keperawatan
Polteknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta III, yang telah memberi
kesempatan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah.
4. Nurdahlia, S.Pd, MKM. Selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan dukungan, bimbingan serta semangat untuk penulis selama proses
pendidikan.
5. Ace Sudrajat, SKp,M.Kes. Selaku dosen pembimbing utama dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahan
untuk penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.
6. Ns. Dewi Lusiani, S.Kep, MM. Selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
memberikan dukungan serta arahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.
7. Ni Luh Putu Ekarini,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.M.B. Selaku ketua penguji dalam menguji
dan memberikan saran untuk karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik.
vi

8. Dra. Wartonah, Ners, S.Kep, MM. Selaku penguji anggota dalam penguji dan
memberikan masukan sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik
9. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi,
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian .
10. Kepala Ruangan Camelia beserta jajarannya, yang telah memberi kesempatan
penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah.
11. Bapak/Ibu dosen dan Seluruh Civitas Akademika Program Studi D III
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III yang telah memberikan bimbingan
dan ilmunya selama penulis melaksanakan program pendidikan.
12. Kedua partisipan dan keluarga yang telah memberikan data-data yang dibutuhkan
penulis dan melakukan prosedur untuk karya trulis ilmiah ini.
13. Kedua orang tua tercinta, Bapak Talib Tuan Raja Datuk (Alm) dan Ibu Siti
Mindarsah yang telah merawat dan membesarkan sampai saat ini dan selalu sabar
dalam mendidik juga memberikan dukungan baik berupa doa, dukungan moral dan
dukungan material sehingga menjadi motivasi dan semangat kepada penulis.
Semoga Allah SWT memberikan kesehatan, rezeki dan keberkahan.
14. Kepada kakak-kakakku tersayang Erwin, Erfan, Mia, serta keluarga besar yang
selalu mendoakan serta membantu memberikan dukungan dan motivasinya dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
15. Sahabat–sahabat terbaik penulis sejak kecil Amelia Putri, Leni mardiana,
Faradilla Hesti yang selalu memberikan motivasi dalam proses penyusunan karya
tulis ilmiah ini
16. Ririn, Manda, Aisyah, Yola, Resta. Sahabat, teman curhat sekaligus teman
seperjuangan dalam suka maupun duka serta banyak membantu dalam segi do’a,
dukungan, semangat dan selalu menyempatkan waktu untuk menghibur penulis di
sela-sela kesibukan serta bantuannya dalam hal apapun.
17. Teman kumpul penulis Hafni, Dinda, Dimas, Ajhie, Amar, Irul, Reza, Billy, Ojan,
Fawwaz, Prasetyo, Rahman, Ilham, Salvan, Nugraha, Novia, Deasy yang selalu
memotivasi, menjadi tempat bertukar fikiran dan cerita serta selalu menyempatkan
waktu untuk menghibur penulis di sela-sela kesibukannya.
vii

18. Kepada yang terkasih sekaligus sahabat hidup, Achmad Fauzi yang selalu
mendoakan, memberi dukungan, mendengarkan keluh kesah dan selalu
menyemangati serta menghibur penulis dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah
ini.
19. Kakak tersayang penulis Tya Sekar Cendani, Amd.Kep yang telah memberikan
semangat dan arahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
20. Adik tersayang Novita dan Annisa yang selalu memberikan semangat dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
21. Teman sekelompok karya tulis ilmiah Dept. Keperawatan Medikal Bedah, yaitu
Pak Ace Squad: Dina, Fitri, Syifa, Rina, Ismi yang sudah berjuang dari awal
penyusunan proposal sampai tersusunlah karya tulis ilmiah ini.
22. Rekan-rekan kelas III Reguler C Jurusan Keperawatan yang telah berjuang
bersama-sama dalam menyelesaikan program pendidikan D III Keperawatan.
23. Seluruh teman-teman angkatan tahun 2017 yang senantiasa memberikan
dukungan berupa doa, kebersamaan dan kekompakkan selama kuliah serta
motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan
semangat.
24. Rekan-rekan UKM voli Poltekkes Kemenkes Jakarta III 2017-2020 yang
namanya tidak bisa diucapkan satu-persatu yang selalu memberikan doa dan
dukungan kepada penulis.
25. Rekan-rekan Ikatan Remaja Masjid Al-hidayah yang namanya tidak bisa
diucapkan satu-persatu yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada
penulis.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap
semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca dan bagi penulis khususnya.

Bekasi, 13 April 2020


viii

Penulis
ABSTRAK

Post operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya di ruang rawat inap. Tahap pasca operasi dimulai dari
memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit pasca operasi dan berakhir saat pasien pulang. Setelah
melalui tindakan pembedahan atau operasi, maka akan terputusnya kontinuitas jaringan yang dapat
menimbulkan respon nyeri pada individu. Dengan adanya respon nyeri tersebut, maka dibutuhkan
manajemen nyeri yang tepat dengan terapi non farmakologis, yaitu dengan penerapan teknik relaksasi
napas dalam. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari penerapan prosedur
relaksasi napas dalam pada klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri akibat post operasi. Metode yang
digunakan pada studi kasus ini adalah metode penelitian kualitatif dengan studi kasus yang bersifat
deskriptif. Studi kasus dilakukan pada dua responden dengan nyeri. Hasil studi kasus menunjukkan
gangguan rasa nyaman nyeri teratasi setelah dilakukan prosedur teknik relaksasi napas dalam. Hasil ini
merekomendasikan penelitian selanjutnya untuk mengetahui hasil prosedur teknik relaksasi napas dalam
pada klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri.
Kata kunci : teknik relaksasi napas dalam, gangguan rasa nyaman nyeri, post operasi.

ABSTRACT

Post surgery the is a period of surgery performed when the patient is transferred to the recovery room
and up to next stage in the inpatient room. Postoperative surgery from patient to postoperative room and
return home when patient returns. After surgery or surgery, there will be a breakdown of tissue continuity
that can lead to an individual response. Wich us a heavy response, it requires proper pain management
with non-pharmacological therapy, namely the application of deep breath relaxation techiques. The
purpose of this case study is to find out and study relaxation procedures for patiens with postoperative
pain disorder. The method used in this case study is qualitative research method with descriptive case
study. The case study was conducted on the respondent with pain. The case study results show that the
pain can be resolved after performing deep breathing relaxation techniques. The results of the study to
find out the results of relaxation techniques procedures in situations with a sense of comfort.
Keywords: relaxation technique, comfortable atmosphere, post operation

viii
DAFTAR ISI

hal

HALAMAN SAMPUL DALAM...............................................................................i


PERNYATAAN PERSETUJUAN...........................................................................ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT.......................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................iv
KATA PENGANTAR................................................................................................v
ABSTRAK...............................................................................................................viii
DAFTAR ISI..............................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xi
DAFTAR SKEMA..................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................... ...........................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Tujuan Studi Kasus..........................................................................................3
D. Manfaat Studi Kasus........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Nyeri.........................................................................................5
1. Pengertian Nyeri........................................................................................5
2. Patofisiologi Nyeri.....................................................................................6
3. Klasifikasi Nyeri........................................................................................7
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nyeri...................................................8
5. Pengukuran Intensitas Nyeri ...................................................................10
6. Pengkajian Nyeri......................................................................................12
7. Penatalaksanaan Nyeri ............................................................................14
8. Prosedur Nyeri Sesuai dengan Hasil Penelitiannya..................................14

ix
x

B. Konsep Teknik Relaksasi Napas Dalam.........................................................16


1. Pengertian Teknik Relaksasi Napas Dalam..............................................16
2. Tujuan dan Manfaat Teknik Relaksasi Napas Dalam...............................16
3. Prosedur Pelaksanaan Teknik Relaksasi Napas Dalam............................17
4. Mekanisme Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri. .19

BAB III METODE STUDI KASUS


A. Rancangan Studi Kasus ......................................................................................20
B. Subyek Studi Kasus.............................................................................................20
C. Fokus Studi Kasus ..............................................................................................21
D. Instrument Studi Kasus........................................................................................21
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................................21
F. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ...........................................................................22
G. Analisis Data dan Penyajian Data .......................................................................22
H. Etika Studi Kasus.................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................24
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penjelasan Sebelum Penelitian (PSP)


Lampiran 2 : Surat Pernyataan Persetujuan (Informed Consent)
Lampiran 3 : Lembar Observasi Standar Operasional Prosedur Teknik Relaksasi
Napas Dalam
Lampiran 4 : Lembar Wawancara
Lampiran 5 : Format Monitoring Penilaian Nyeri dan Tekanan Darah
Lampiran 6 : Lembar Konsultasi
Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup

xi
DAFTAR SKEMA

Gambar 1 : Numerical Rating Scale/NRS....................................................11


Gambar 2 : Skala Intensitas Nyeri Wajah.....................................................11
Gambar 3 : Skala Intensitas Nyeri Deskriptif...............................................12
Gambar 4 : Visual Analogue Scale...............................................................12

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri terjadi
apabila bersamaan dengan terjadinya proses penyakit atau bersamaan dengan
proses pengobatan (Brunner & Suddarth, 2013). Seseorang yang mengalami
nyeri akan berdampak pada aktifitas sehari-hari. Orang tersebut akan terganggu
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidurnya, pemenuhan individual, juga aspek
interaksi sosialnya yang dapat berupa menghindari percakapan, menarik diri dan
menghindari kontak. Selain itu, seseorang yang mengalami nyeri hebat akan
berkelanjutan, apabila tidak ditangani pada akhirnya dapat mengakibatkan syok
neurologik orang tersebut (Agung, 2013).
Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang
merasa nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit
terutama nyeri. Kebutuhan rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar setelah
kebutuhan fisiologis terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah
kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri. Hal ini disebabkan karena nyeri
merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman bagi pasien.
(Purwanto dalam Karendehi, 2015).
Teknik relaksasi napas dalam adalah bentuk asuhan keperawatan dalam hal
ini perawat mengajarkan kepada pasien cara melakukan napas dalam, napas
lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan menghembuskan napas secara
perlahan, selain dapat menurunkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenisasi
darah (Smeltzer dan Bare, 2013). Penurunan skala nyeri oleh teknik relaksasi
napas dalam disebabkan ketika seseorang melakukan relaksasi napas dalam
untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan, maka tubuh akan meningkatkan
komponen saraf parasimpatik secara stimulan, maka ini menyebabkan terjadinya

1
penurunan kadar hormon kortisol dan adrenalin dalam tubuh yang
mempengaruhi tingkat

2
3

stress seseorang sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat klien


merasa tenang untuk mengatur ritme pernapasan menjadi teratur (Smeltzer &
Bare, 2013).
Pada tahap preoperatif pasien mengalami kekhawatiran terhadap rasa sakit
karena nyeri dan ketidaknyamanan. Pasien yang dilakukan tindakan operasi
mengalami nyeri akut setelah operasi sekitar 80% dan nyeri yang dialami pasien
dalam kategori nyeri sedang dan berat (Kneale&Davis, 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO)
jumlah pasien nyeri dengan tindakan operasi pada tahun 2012 sebesar 148 juta
jiwa, sedangkan untuk di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa.
Sedangkan dari sekian banyak tindakan bedah dan operasi, 32% diantaranya
tidak lain adalah tindakan bedah laparatomi. Menurut Depkes RI tahun 2011 di
Indonesia sendiri juga banyak yang mengalami fraktur, fraktur di Indonesia
terdapat 45.987 orang yang mengalami fraktur, prevalensi kejadian fraktur yang
paling tinggi adalah fraktur femur yaitu terdapat 19.729 orang yang mengalami
fraktur, sedangkan ada 14.037 orang yang mengalami fraktur cluris dan terdapat
3.776 orang mengalami fraktur tibia. Menurut Riskesdas (2013) di Indonesia
cedera akibat kecelakaan tranportasi sepeda motor sebanyak 34.409 orang dari
84.774 yang mengalami cedera. Penyebab cedera terbanyak yaitu jatuh (40,9%),
sedangkan di DKI Jakarta prevalensi cedera 9,7% dan penyebab utamanya akibat
kecelakaan sepeda motor 44,7% dan jatuh 40,9%. Sebanyak 5,7% mengalami
fraktur dan luka robek 18,1% sehingga membutuhkan penanganan pembedahan.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Suhartini, dkk (2013) yang dilakukan
pada pasien pasca operasi fraktur di Irina A BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado, menyatakan bahwa 11 orang (55%) dengan intensitas nyeri hebat
terkontrol berkurang menjadi 10 orang dengan intensitas nyeri sedang dan 1
orang dengan intensitas tidak nyeri. Sedangkan hasil penelitian Agung, Indriyani
& Sari (2013) terapi relaksasi napas dalam yang dilakukan pada 30 partisipan
sebanyak 20 partisipan post operasi dengan anastesi umum di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, menunjukkan bahwa teknik relaksasi
napas dalam mampu menurunkan tingkat nyeri secara signifikan pada pasien
4

post operasi dengan anestesi umum. Dan penelitian ini didukung juga oleh
Rampengan (2014) terhadap 15 responden sebelum dilakukan teknik relaksasi
didapatkan hasil sebagian besar responden mengalami intensitas nyeri berat,
yaitu sebanyak 6 orang, intensitas nyeri sedang sebanyak 4 orang, intensitas
nyeri berat tidak terkontrol 3 orang dan intensitas nyeri ringan sebanyak 2 orang.
Setelah dilakukan teknik relaksasi, sebanyak 2 responden menyatakan tidak
mengalami nyeri dan tidak ada responden yang mengalami intensitas nyeri berat
dan intensitas nyeri berat tidak terkontrol.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraian tersebut, maka penulis
tertarik untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi napas dalam menurunkan
intensitas nyeri, sehingga penulis membuat studi kasus berjudul “Penerapan
Prosedur Teknik Relaksasi Napas Dalam Pada Pasien Dengan Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri”.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah penerapan prosedur teknik relakasasi napas dalam dapat
mengurangi gangguan rasa nyaman nyeri?

C. TUJUAN STUDI KASUS


1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penerapan prosedur teknik relaksasi napas dalam pada
pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri.
2. Tujuan Khusus :
a. Memperoleh gambaran tentang gangguan rasa nyaman nyeri.
b. Memperoleh gambaran prosedur tentang penerapan relaksasi napas
dalam.
c. Memperoleh gambaran tentang efektifitas penerapan prosedur relaksasi
napas dalam untuk menurunkan atau mengatasi gangguan rasa nyaman
nyeri yang dilakukan oleh perawat ruangan.
5

D. MANFAAT STUDI KASUS


Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Pasien/Masyarakat

a. Meningkatkan pengetahuan pasien untuk menurunkan skala nyeri


sehingga gangguan rasa nyaman nyeri tidak terjadi dengan prosedur teknik
relaksasi napas dalam.
b. Pasien atau masyarakat dapat menerapkan prosedur relaksasi napas dalam
secara mandiri untuk mengurangi gangguan rasa nyaman nyeri.
c. Membudayakan pengelolaan prosedur relaksasi napas dalam pada pasien
dengan gangguan rasa nyaman nyeri.

2. Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah wawasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan


dalam prosedur teknik relaksasi napas dalam pada pasien dengan gangguan
rasa nyaman nyeri.

3. Penulis

a. Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,


khususnya studi kasus tentang pelaksanaan prosedur relaksasi napas dalam
pada pasien gangguan rasa nyaman nyeri.
b. Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur teknik
relaksasi napas dalam.
c. Menambah wawasan tentang prosedur relaksasi napas dalam pada pasien
dengan gangguan rasa nyaman nyeri.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR NYERI


1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial.
Seseorang mempunyai rentang nyeri yang berbeda-beda, rasa nyeri ini dapat
timbul akibat trauma fisik yang disengaja ataupun tidak disengaja (Widiatie,
2015)
Nyeri dapat disebabkan oleh berbagai stimulus seperti mekanik, termal,
kimia, atau elektrik pada ujung-ujung saraf. Perawat dapat mengetahui
adanya nyeri dari keluhan pasien dan tanda umum atau respon fisiologis
tubuh pasien terhadap nyeri. Sewaktu nyeri biasanya pasien akan tampak
meringis, kesakitan, nadi meningkat, berkeringat, napas lebih cepat, pucat,
berteriak, menangis, dan tekanan darah meningkat (Wahyuningsih, 2014).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangsangan
yang berbahaya (Carpenito, 2013).
Nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman perasaan emosional
yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (International
Association for The Study of Pain, 2010).
Berdasarkan pernyataan diatas, penulis menyimpulkan bahwa nyeri
merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri terjadi apabila
bersamaan dengan terjadinya proses penyakit. Seseorang yang mengalami
nyeri akan berdampak pada aktifitas sehari-hari, orang tersebut akan
terganggu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidurnya, pemenuhan
individual, juga aspek interaksi sosialnya.

7
8

2. Patofisiologi Nyeri

Bagan 1 Patofisiologi Nyeri


9

(Potter & Perry ,2010)


3. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri berdasarkan durasi ada dua yaitu, nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri Akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit,
atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang
bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang
singkat/kurang lebih 6 bulan. Nyeri akut yang tidak yang tidak diatasi secara
adekuat mempunyai efek yang membahayakan di luar ketidaknyamanan yang
disebabkannya karena dapat mempengaruhi system pulmonary,
kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin dan imonulogik (Andarmoyo,
2013). Sedangkan nyeri kronik adalah nyeri yang menetap sepanjang suatu
priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi
dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan. Nyeri kronik berlangsung diluar
waktu penyembuhan yang diperkirakan, karena biasanya nyeri ini tidak
memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.
Jadi nyeri ini biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan (Potter &Perry,
2010).

Tabel 1 Perbedaan Nyeri akut dan Kronis

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis


Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, satu
eksistensi
Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau
penyakit dari dalam pengobatan terlalu
lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak,
berkembang dan
terselubung
Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari enam bulan
sampai bertahun-tahun
Pernyataan Nyeri Pola respons yang Pola respons yang
khas dengan gejala lebih bervariasi dengan
yang bervariasi sedikit gejala
(adaptasi)
Gejala-Gejala Klinis Terbatas Berlangsung terus,
dapat bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan meningkat
10

setelah beberapa saat setelah beberapa saat

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nyeri


Seorang perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi nyeri dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini
sangat penting dalam pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri
yang baik. Faktor-faktor yang dimaksud adalah :
a. Usia
Usia, merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada
individu. Pada lansia seorang perawat melakuan pengkajian lebih rinci
ketika lansia melaporkan adanya nyeri. Anak kecil yang belum dapat
berbicara juga belum dapat mengungkapkan secara verbal dan
mengekspresikan nyeri kepada orang tuanya (Prasetyo, 2010).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin, secara umum pria dan wanita tidak berbeda dalam
berespon terhadap nyeri. Hanya beberapa budaya yang menganggap
bahwa laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis
dibandingkan anak perempuan dalam situasi yang sama ketika nyeri
terjadi (Prasetyo, 2010).
c. Kebudayaan
Menurut Ernawati, (2010) menyatakan bahwa orang akan belajar dari
budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri.
(contoh: suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat
yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka
tidak mengeluh jika merasakan nyeri).
d. Pengalaman Masa Lalu dengan Nyeri
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Apabila individu sejak
lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh
maka ansietas atau rasa takut dapat muncul. Sebaliknya jika individu
mengalami jenis nyeri yang sama berulang-ulang tetapi nyeri tersebut
dengan berhasil dihilangkan akan lebih mudah individu tersebut
menginterpretasikan sensasi nyeri (Andari, 2015).
11

e. Perhatian
Tingkat perhatian seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri
dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat akan
meningkatkan respon nyeri (Prasetyo, 2010).
f. Ansietas (Kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan cemas bersifat kompleks, cemas
meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas, contoh seseorang yang terkena kanker kronis merasa
takut dengan penyakitnya, itu akan meningkatkan persepsi nyerinya
(Prasetyo, 2010).
g. Dukungan keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri sering kali membutuhkan dukungan,
bantuan, perlindungan dari keluarga atau teman terdekat. Walaupun nyeri
masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang terdekat akan meminimalkan
rasa kesepian dan ketakutan (Prasetyo, 2010). Kehadiran dan sikap orang-
orang terdekat sangat berpengaruh untuk dapat memberikan dukungan,
bantuan, perlindungan, dan meminimalkan ketakutan akibat nyeri yang
dirasakan (Widjanarko, 2012).
h. Makna nyeri
Makna nyeri, makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang
merasakan nyeri saat bersalin akan mempersiapkan nyeri secara berbeda
dengan wanita lainnya yang nyeri karena dipukul oleh suaminya
(Prasetyo, 2010).
i. Kelemahan
Kelemahan atau keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan
menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping (Fatmawati, 2011).
j. Pendidikan
12

Tingkat pendidikan mempunyai hubungan negatif dengan persepsi nyeri,


semakin rendah pendidikan menyebabkan peningkatan intensitas nyeri
dan disabilitas akibat nyeri. Hal tersebut berhubungan dengan strategi
coping, yaitu konsekuensi masing-masing individu untuk menilai suatu
keadaan.
5. Pengukuran Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan
oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subyektif dan nyeri
dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda
(Andarmoyo, 2013).
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin
adalah menggunakan respon fisiologis tubuh terhadap nyeri itu sendiri,
namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat memberikan
gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Andormoyo, 2013).
Terdapat beberapa macam skala nyeri yang dapat digunakan untuk
mengukur intensitas atau tingkat nyeri seseorang antara lain :
a. Skala Penilaian Numerik (NRS)
Skala penilaian numerik atau numeric rating scale (NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,
pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala nyeri pada
angka 0 berarti tidak nyeri, angaka 1-3 menunjukkan nyeri ringan,
angka 4-6 termasuk nyeri sedang, dan angka 7-10 merupakan kategori
nyeri berat. Menurut skala nyeri dikategorikan sebagai berikut:

1) 0 : tidak ada keluhan nyeri, tidak nyeri.


2) 1-3 : nyeri ringan, seperti mulai terasa dan dapat ditahan, secara
objektif mampu berkomunikasi dengan baik.
3) 4-6 : nyeri sedang, seperti secara objektif pasien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, mendeskripsikan
dan mengikuti perintah dengan baik.
4) 7-9 : nyeri berat, seperti nyeri sangat mengganggu dan tidak
dapat ditahan, menjerit bahkan teriak, secara objektif pasien
13

terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi masih merespon


terhadap tindakan, tidak dapat mendeskripsikan nyeri, tidak
dapat diatasi dengan relaksasi napas dalam.
5) 10 : pasien sudah tidak dapat berkomunikasi

Gambar 1 Numerical Rating Scale (Potter & Perry, 2010)

b. Skala Nyeri Wajah


Skala wajah terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang
menggambarkan wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri),
kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia,
wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat ketakutan (nyeri
yang sangat) (Potter & Perry, 2010).

Gambar 2 Skala Intensitas Nyeri Wajah (Potter&Perry, 2010)

c. Skala Intensitas Nyeri Deskriptif


Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale) merupakan
sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang
tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Ukuran skala ini
diurutkan dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahan”.
Perawat menunjukkan pasien skala tersebut dan meminta pasien
untuk memilih intensitas nyeri yang ia rasakan.
14

Gambar 3 Skala Intensitas Nyeri Deskriptif (Andarmoyo, 2013)

d. Visual Analogue Scale (VAS)


Visual Analogue Scale (VAS) merupakan skala ukur intensitas
nyeri yang kompleks. VAS merupakan kombinasi antara NRS dan
Wong-Baker Pain Scale yang dianggap paling efisien dan mudah
dimengerti oleh penderita yang telah digunakan dalam penelitian dan
pengaturan klinis. Cara penyajiannya diberikan angka 0-10 yang
masing-masing nomor dapat menunjukkan intensitas nyeri yang
dirasakan pasien.

Gambar 4 Visual Analogue Scale (Lukman, 2013)

6. Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri yang terkini, lengkap dan akurat akan memudahkan
perawat dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnose
keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan
memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon pasien terhadap terapi
yang diberikan (Prasetyo, 2010).
15

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses


keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah-masalah pasien sehingga dapat menentukan tindakan
keperawatan yang tepat. Pada anamnesis, keluhan utama yang paling sering
ditemukan adalah nyeri. Pengkajian dengan pendekatan PQRST dapat
membantu perawat dalam menentukan rencana intervensi yang sesuai
(Muttaqin, 2011), yakni :
a. Provoking (pemicu)
Pengkajian yang dilakukan adalah terkait factor penyebab nyeri, aktivitas
yang menyebabkan bertambah nyeri, dan factor pereda nyeri.
b. Quality (kualitas)
Kualitas nyeri menggambarkan bagaimana nyeri dirasakan seperti rasa
terbakar dan menusuk.
c. Region, radiation (area dan penyebaran)
Pengkajian nyeri yang dilakukan adalah mengkaji lokasi dan penyebaran
nyeri.
d. Scale (skala atau intensitas)
Skala nyeri adalah tingkat keparahan nyeri dan sejauh mana pasien
merasakan sakit yang mempengaruhi aktivitasnya. Pengukuran skala
nyeri 0-10 dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu Visual Analogi Scale
(VAS) dan Numeric Rating Scale. Skala ini menggambarkan 0 (nol)
untuk tidak nyeri dan 10 (sepuluh) untuk nyeri yang paling buruk yang
pernah dialami.
e. Time (waktu)
Pengkajian nyeri dilakukan dengan mengkaji kapan dan berapa lama
nyeri berlangsung.

Tabel 3 Pengkajian Nyeri (BCGuidelines.ca, 2011)

Onset Kapan nyeri muncul?


Berapa lama nyeri?
Berapa sering nyeri muncul?
16

Proviking Apa yang menyebabkan nyeri?


Apa yang membuatnya berkurang?
Apa yang membuat nyeri bertambah parah?
Quality Bagaimana rasa nyeri yang dirasakan?
Bisakan di gambarkan?
Region Dimanakah lokasinya?
Apakah menyebar?
Severity Berapa skala nyerinya? (dari 0-10) Treatment
Pengobatan atau terapi apa yang digunakan?
Understanding Apa yang anda percayai tentang penyebab nyeri ini?
Bagaimana nyeri ini mempengaruhi anda atau keluarga
anda?
Values Apa pencapaian anda untuk nyeri ini?

7. Penatalaksanaan Nyeri
Menurut Smeltzer et al. (2010) nyeri dapat diatasi dengan pengobatan
farmakologi dan non farmakologi sebagai berikut:
a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis dibagi menjadi tiga kategori umum, yaitu anastesi
local, agen anelgesik opioid, dan Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs
(NSAIDs).
b. Tindakan non farmakologis
Tindakan nonfarmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap dalam
pemberian analgesik, tetapi tindakan nonfarmakologis tidak ditujukan
sebagai pengganti analgesik. Tindakan nonfarmakologis meliputi
massage, terapi es dan panas, stimulasi saraf elektris transkutan, teknik
relaksasi, distraksi, hypnosis, guided imagery dan musik. Namun dalam
mengatasi gangguan rasa nyaman nyeri, penulis fokus untuk mengambil
teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi gangguan rasa nyaman
nyeri.
8. Prosedur Nyeri Sesuai dengan Hasil Penelitiannya
Berdasarkan hasil penelitian Yusrizal (2012) yang menyatakan bahwa
penanganan nyeri selain menggunakan cara farmakologi, dapat juga
dilakukan dengan manajemen nyeri non farmakologi, yaitu dengan
melakukan teknik relaksasi, yang merupakan tindakan eksternal yang
17

mempengaruhi respon internal individu terhadap nyeri. Penanganan nyeri


dengan teknik non farmakologi merupakan modal utama menuju
kenyamanan. Dipandang dari segi biaya dan manfaat, penggunaan
manajemen non farmakologi lebih ekonomis dan tidak ada efek samping jika
dibandingkan dengan penggunaan manajemen farmakologi. Selain itu juga
dapat mengurangi ketergantungan pasien terhadap obat-obatan.
Menurut hasil penelitian Suhartini, Maykel dan Julia di RSUP Prof Dr.
Kandou Manado pada tahun 2013 menyatakan bahwa 11 orang (55%)
dengan intensitas nyeri hebat terkontrol berkurang menjadi 10 orang dengan
intensitas nyeri sedang dan 1 orang dengan intensitas tidak nyeri. Hal ini juga
sama Hal yang sama juga terjadi pada 8 orang (40,0 %) dengan intensitas
nyeri sedang berkurang menjadi intensitas nyeri ringan. Intensitas nyeri
ringan 1 orang (5,0%) berkurang menjadi tidak nyeri.
Sedangkan hasil penelitian Agung, Indriyani & Sari (2013) terapi
relaksasi napas dalam yang dilakukan pada 30 partisipan sebanyak 20
partisipan post operasi dengan anastesi umum di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Moewardi Surakarta, menunjukkan bahwa teknik relaksasi napas dalam
mampu menurunkan tingkat nyeri secara signifikan pada pasien post operasi
dengan anestesi umum.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Rampengan (2014) terhadap 15
responden sebelum dilakukan teknik relaksasi didapatkan hasil sebagian
besar responden mengalami intensitas nyeri berat, yaitu sebanyak 6 orang,
intensitas nyeri sedang sebanyak 4 orang, intensitas nyeri berat tidak
terkontrol 3 orang dan intensitas nyeri ringan sebanyak 2 orang. Setelah
dilakukan teknik relaksasi, sebanyak 2 responden menyatakan tidak
mengalami nyeri dan tidak ada responden yang mengalami intensitas nyeri
berat dan intensitas nyeri berat tidak terkontrol
Demikian pula hasil penelitian Aslidar (2016) mengatakan bahwa teknik
relaksasi napas dalam mampu menurunkan intensitas nyeri pada pasien pasca
operasi fraktur cruris di RSU Pusat Haji Adam Malik Medan.
18

B. KONSEP TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM


1. Pengertian Teknik Relaksasi Napas Dalam
Menurut Hakim (2010) teknik relaksasi napas dalam yaitu usaha menarik
napas dalam, yang merupakan salah satu hal terbaik untuk meringankan
stress, insomnia, dan mengurangi rasa nyeri.
Adapun menurut Fatmawati, (2011) teknik relaksasi merupakan salah
satu keadaan yang mampu merangsang tubuh untuk membentuk sistem
penekan nyeri yang akhirnya menyebabkan penurunan nyeri, disamping itu
juga bermanfaat untuk pengobatan penyakit dari dalam tubuh meningkatkan
kemampuan fisik dan keseimbangan tubuh dan pikiran, karena olah napas
dianggap membuat tubuh menjadi rileks sehingga berdampak pada
keseimbangan tubuh dan pengontrolan tekanan darah.
Sedangkan menurut Andormoyo (2013) relaksasi adalah suatu tindakan
untuk memebebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga
dapat meningkatkan toleransi.
Demikian pula menurut Smeltzer dan Bare, (2013) teknik relaksasi napas
dalam merupakan bentuk asuhan keperawatan yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas
lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan
napas secara perlahan, selain dapat menurunkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenisasi darah.
Berdasarkan pernyataan diatas, penulis menyimpulkan bahwa teknik
relaksasi napas dalam adalah teknik nonfarmakologis yang mudah dilakukan
untuk merilekskan atau meregangkan otot – otot untuk menghilangkan rasa
nyeri. Teknik relaksasi napas dalam juga merupakan asuhan keperawatan
untuk mengontrol pernapasan pasien sehingga, rileks, dan tenang juga
meringankan stress, insomnia, dan mengurangi rasa nyeri.
2. Tujuan dan Manfaat Teknik Relaksasi Napas Dalam
19

Menurut Trullyen, (2013) bahwa tujuan napas dalam adalah untuk


mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi
kerja bernapas, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas,
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah
atektasis paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress baik stress
fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri. Teknik relaksasi
napas dalam dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot
yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas napas abdomen dengan
frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas
dengan perlahan dan nyaman (Smeltzer et al., 2010)
Dalam Andarmoyo (2013) teknik relaksasi napas dalam yang baik dan
benar akan memberikan efek yang berharga bagi tubuh, efek tersebut sebagai
berikut:
a. Penurunan nadi, tekanan darah dan pernapasan dalam batas normal
b. Penurunan konsumsi oksigen dalam batas normal
c. Penurunan ketegangan otot
d. Penurunan kecepatan metabolisme
e. Peningkatan kesadaran
f. Kurang perhatian terhadap stimulasi lingkungan
g. Tidak ada perubahan posisi yang volunteer
h. Perasaan damai dan sejahtera
i. Periode kewaspadaan yang santai, terjaga dan damai
3. Prosedur Pelaksanaan Teknik Relaksasi Napas Dalam
Menurut Priharjo dalam Utami (2016) bahwa bentuk pernapasan ini
adalah pernapasan diafragma selama inspirasi mengakibatkan pembesaran
abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi.
Teknik relaksasi napas dalam merupakan metode yang efektif untuk
mengatasi nyeri, kejenuhan dan ansietas. Tiga hal utama yang diperlukan
dalam teknik relaksasi adalah posisi yang tepat, pikiran yang beristirahat, dan
lingkungan yang tenang.
a. Indikasi :
20

1) Pada pasien dengan nyeri


2) Pada pasien yang kooperatif

b. Kontra indikasi :
1) Hemoptisis (batuk berdahak)
2) Penyakit jantung
3) Serangan asma akut
4) Deformitas struktur dinding dada dan tulang belakang
5) Vertigo
c. Tahap prainteraksi
1) Membaca buku status pasien
2) Mencuci tangan
3) Menyiapkan alat
d. Tahap orientasi
1) Memberikan salam terapeutik
2) Validasi kondisi pasien
3) Menjaga privasi pasien
4) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan kepada
pasien dan keluarga
e. Tahap kerja
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
3) Instruksikan pasien melakukan tarik napas dalam sehingga rongga
paru berisi udara melalui hitungan 1,2,3,
4) Instrksikan pasien menghembuskan udara dengan perlahan
membiarkannya keluar. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui
mulut, saat bersamaan minta pasien memusatkan perhatiannya pada
hal yang indah, usahakan agar tetap konsentrasi atau bisa dilakukan
dengan mata terpejam.
5) Anjurkan bernapas dengan irama normal 3 kali
6) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
21

7) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat setiap 5 kali.


8) Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik ini apabila rasa rasa
nyeri kembali lagi
f. Tahap terminasi
1) Evaluasi hasil prosedur yang dilakukan
2) Lakukan kontrak untuk melakukan kegiatan selanjutnya
3) Akhiri kegiatan dengan baik
4) Merapihkan alat
5) Cuci tangan
g. Dokumentasi
1) Catat waktu pelaksanaan tindakan
2) Catat respon pasien
3) Paraf dan beri nama perawat
4. Mekanisme Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri
Menurut trullyen (2013) teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat
menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu :
a. Dengan merelaksasikan otot-otot skeletal yang mengalami spasme yang
disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami spasme da iskemik.
b. Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk
melepaskan opoiod endogen yaitu endhorpin dan enkefalin.
22
BAB III
METODE STUDI KASUS

A. RANCANGAN STUDI KASUS

Studi kasus ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus
bersifat deskriptif. Penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan bagaimana penerapan prosedur teknik relaksasi napas dalam
pada klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri. Metode studi kasus diawali
dengan mengumpulkan data, menganalisa data dan menginterpretasi tindakan
sampai pada evaluasi.

B. SUBYEK STUDI KASUS

Subyek studi kasus pada penulisan karya tulis ini sebanyak dua partisipan
yang diobservasi. Subyek pada kasus ini yaitu pasien dengan gangguan rasa
nyaman nyeri dan mendapatkan teknik relaksasi napas dalam. Adapun kriteria
inklusi dan eksklusinya sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

a. Partisipan yang mengalami gangguan rasa nyaman nyeri ringan sampai


sedang.

b. Partisipan dengan post operasi.

c. Pasrtisipan yang mampu berkomunikasi.

d. Partisipan bersedia menjadi partisipan dalam studi kasus.

2. Kriteria eksklusi

a. Partisipan yang tidak megalami gangguan rasa nyaman nyeri.

b. Partisipan rawat jalan.

c. Partisipan rawat inap yang mengalami gangguan rasa nyaman nyeri berat.

d. Partisipan tidak kooperatif dalam komunikasi.

e. Partisipan yang tidak post operasi.

f. Partisipan penurunan kesadaran.

23
24

C. FOKUS STUDI KASUS

Fokus studi kasus ini adalah tentang penerapan prosedur teknik relaksasi
napas dalam diberikan kepada partisipan post operasi dengan gangguan rasa
nyaman nyeri.

D. INSTRUMEN STUDI KASUS

Dalam studi kasus ini penulis menggunakan instrumen berupa tensimeter,


lembar penjelasan sebelum penelitian, lembar persetujuan (Informed Consent),
lembar observasi tindakan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), lembar
wawancara, serta lembar monitoring penilaian nyeri dan tekanan darah.
Instrumen terlampir dalam karya tulis ilmiah ini.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data dalam studi kasus penulis akan menggunakan


metode observasi, pengukuran tekanan darah, wawancara dan pengukuran
intensitas nyeri.

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada studi kasus ini dengan cara
mencari partisipan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di rumah sakit,
selanjutnya penulis melakukan penjelasan sebelum penelitian dan melakukan
kontrak dengan partisipan menggunakan lembar pernyataan persetujuan
(informed consent), lalu melakukan observasi tindakan sesuai Standar
Operasional Prosedur (SOP) berupa lembar ceklist dan melakukan wawancara
untuk memperoleh data tentang identitas partisipan dan kondisi kesehatan
pastisipan. Selanjutnya melakukan pengukuran tekanan darah sebelum tindakan,
melakukan monitoring penilaian nyeri, dan melakukan pengukuran tekanan
darah sesudah tindakan. Metode pengumpulan data ini dilakukan selama enam
hari.
25

F. LOKASI DAN WAKTU STUDI KASUS

Studi kasus ini dilakukan di ruang Camelia Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi. Dilaksanakan selama enam hari pada
tanggal 13-18 April 2020.

G. ANALISIS DATA DAN PENYAJIAN DATA

Analisis terhadap penerapan prosedur yang dilakukan penulis pada partisipan


1 dan pasrtisipan 2, data yang diperoleh dari wawancara dan observasi
dikumpulkan dan dianalisa kemudian disimpulkan. Pada studi kasus ini analisa
data dilakukan dengan cara mencari perbedaan dan persamaan yang kemudian
dibandingkan dengan teori dan penelitian yang sudah ada. Bentuk penyajian data
dilakukan dengan cara menuangkan setiapungkapan verbal dari subjek studi
kasus dalam bentuk narasi (deskriptif).

H. ETIKA STUDI KASUS

Dalam etika studi kasus ini penulis menerapkan prinsip-prinsip etik menurut
Moloeng (2010) yang terdiri atas :

1. Respect for Person


Menjamin ketersediaan subjek bersedia atau tidak untuk dijadikan subjek
peneliti serta menjamin subjek tidak mengalami kerugian atau bahaya fisik
dan psikologis selama penelitian.
2. Justice

Penulis akan memberikan perlakuan yang adil dan tidak membeda-bedakan


pada kedua subjek tanpa memandang golongan, agama, dan jenis kelamin
dalam menerapkan prosedur relaksasi napas dalam dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang terlampir.
26

3. Benefience dan Nonmaleficience


Penulis menjelaskan kepada partisipan tentang pelaksanaan, tujuan dan
prosedur relaksasi napas dalam dan tidak membahayakan partisipan dalam
arti peneliti dalam menerapkan prosedur relaksasi napas dalam dengan
Standar Operasional Prosedur dan menjamin keselamatan subjek, dan tidak
membahayakan subjek.
4. Otonomy
Penulis memberikan kebebasan kepada partisipan untuk menandatangani
Informed Consent sesuai dengan hak nya.
5. Confidentiality
Penulis memastikan kerahasiaan partisipan tetap aman (confidentiality).
27
DAFTAR PUSTAKA

Agung, S., Andriyani, A., & Sari, D. K. 2013. Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Napas
Dalam Terhadap Tingkat Nyeri pada Pasien Post Operasi dengan Anestesi Umum di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan Informatika
Kesehatan, 3(1), 52-60. Surakarta: STIKes ‘Aisyiyah Surakarta.

Andarmoyo, S. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

Andari, F. 2015. Pengaruh Pelatihan Peregangan Senam Ergonomis Terhadap


Penurunan Skor Nyeri Muskuloskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja
Pembuat kaleng Aluminium.

Aslidar. 2016. Teknik Relaksasi Napas Dalam pada Pasien Pasca Operasi Fraktur
Cruris Di RSU Pusat Haji Adam Malik Medan. Medan: D3 Keperawatan STIKes
Flora Medan.

BCGuidelines.ca. 2011. http:www2.gov.bc.ca/gov/content/health/practitioner-


professional-resources/bc-idelines/palliative-pain-managemen

Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik.


(Terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC.

Depkes RI. 2012. Profil kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan R.I.

Ernawati. 2010. Terapi Relaksasi Dapat Menurunkan Nyeri Dismenore Pada Mahasiswi
Universitas Muhammadiyah Semarang. Prosiding seminar nasional Unimus.

Fatmawati, L. 2011. Pengaruh Teknik Relaksasi Pernapasan Terhadap Tingkat Rasa


Nyeri Pada Ibu Bersalin Kala I di BPS Mu’rofah, Amd. Keb. Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Hakim, A. 2010. Hipnoterapi Cara Tepat & Cepat Mengatasi Stres, Fobia, Trauma &
Gangguan Mental Lainnya. Jakarta Selatan: Tranmedia Pustaka

IASP (International Association for Study of Pain). 2010. Global Year Against Acute
Pain.

Karendehi, Rompas, Bidjuni. 2015. Pengaruh Pemberian Musik Terhadap Skala Nyeri
Akibat Perawatan Luka Bedah Pada Pasien Pasca Operasi Di Ruang
Perawatan Bedah Flamboyan Rumah Sakit TK. III 07.06.01R.W Monginsidi
Manado.

28
29

Lukman, T. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri
pada Pasien Post-Operasi Sectio Caesaria di RSUD. Prof. DR. Hi. Aloei saboe
Kota Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.

Muttaqin. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P. 2010. Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4,


Volume 3. Jakarta: EGC.

Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rampengan, dkk. 2014. Pengaruh Teknik Relaksasi dan Teknik Distraksi Terhadap
Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Di Ruang Irina A Atas
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/113009-ID-none.pdf jurnal pada
tanggal 6 April 2020

Riskesdas. 2013. Hasil Riset Keperawatan Dasar. Diakses dari


http://www.go.idresources/download/general/Hasil%20Risksdas%2013.pdf pada
tanggal 6 April 2020

Suhartini, N. Maykel, K. Julia, R. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Intensitas


Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Di Ruang Irnina A Blu Rsup Prof Dr.
R.D Kandou Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Smeltzer dan Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C, Bare, B., Hinkle, J. L., & Cheever, K.H. (2010). Brunner&Suddarth’s
Textbook of Medical-Surgical Nursing (12nd Edition ed). Philadelphia:
Lippincott Williams&Wilkins.

Trullyen, V. L. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam terhadap Interaksi


Nyeri. Jakarta : EGC

Wahyuningsih, M. 2014. Efektifitas Aromaterapi Lavender (Lavandula Angustifolia)


dan Massage Effleurage Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
pada Primigravida di BPS Utami dan Ruang PONEK RSUD Karanganyar.
Skripsi. Surakarta: Stikes Kusuma Husada.

Widiatie, W. 2015. Jurnal EduHealth. Diakses dari http://download


portalgaruda.org/article.php?article pada tanggal 6 April 2020.

Yusrizal, dkk. 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam dan Masase Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Pasien Pasca Apendiktomi di Ruang Bedah RSUD Dr.
M. Zein Painan diakses dari http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article
pada tanggal 6 April 2020
LAMPIR
AN
Lampiran 1
PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN (PSP)

Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi


Perkenalkan nama saya Erdiana Wati Saputri mahasiswa jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Dalam hal ini saya bermaksud untuk meminta
partisipasi Bapak/Ibu dalam studi kasus yang akan saya laksanakan yaitu tentang
“Penerapan Prosedur Teknik Relaksasi Napas Dalam pada Pasien dengan Gangguan
Rasa Nyaman Nyeri”. Adapun manfaat dari studi kasus ini bagi Bapak/Ibu yaitu
mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana melakukan teknik relaksasi napas dalam
yang baik dan benar untuk mengurangi nyeri. Tujuan saya sebagai penulis yaitu
memperoleh pengalaman dan dapat mengaplikasikan hasil studi kasus keperawatan.
Waktu dilakukan studi kasus ini mulai tanggal 13-18 April 2020. Untuk waktu setiap
harinya saya akan menyesuaikan dengan jadwal yang sudah ada dirumah sakit agar tidak
mengganggu proses perawatan rumah sakit. Dalam studi kasus ini saya menjamin bahwa
tidak akan membahayakan Bapak/Ibu.
Dalam studi kasus ini saya akan melakukan wawancara, observasi, dan
pendokumentasian hasil studi kasus. Untuk diketahui bahwa studi kasus ini bersifat
rahasia, saya menjaga kerahasiaan identitas Bapak/Ibu maupun data yang diperoleh dari
Bapak/Ibu atau anggota keluarga.
Melalui penjelasan ini, saya sangat mengharapkan agar Bapak/Ibu dapat
berpartisipasi secara aktif dalam studi kasus ini. Atas ketersediaan dan partisipasinya,
penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb. Selamat pagi

Bekasi, 13 April 2020


Penulis

Erdiana Wati Saputri


Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN


(INFORMED CONSENT)

Setelah saya mendapat penjelasan tentang studi kasus yang dilakukan oleh saudara
Erdiana Wati Saputri, mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Jakarta III, saya mengerti dan memahami dengan benar tujuan dan manfaat
prosedur studi kasus tentang “Penerapan Prosedur Teknik Relaksasi Napas Dalam pada
Pasien dengan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri”. Saya yakin mahasiswa akan
menghormati hak-hak saya dan kerahasiaan saya sebagai partisipan. Saya mengetahui
studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kualitas pelayanan yang diberikan
oleh perawat.
Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menyatakan bersedia menandatangani
lembar persetujuan ini untuk menjadi partisipan dalam studi kasus ini.

Bekasi, 13 April 2020


Saksi Partisipan

(.................................) (......................................)
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK RELAKSASI NAPAS
DALAM

Inisial Klien :
Hari/Tanggal :

No. Tahapan Prosedur Dilakukan


Ya Tidak
Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam terapeutik.
2. Menjelaskan tujuan tindakan.
3. Mencuci tangan.
Fase Kerja
4. Ciptakan lingkungan yang tenang.
5. Usahakan tetap rileks dan tenang.
6. Menarik napas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan uadar
melalui hitungan 1,2,3.
7. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstremitas atas dan bawah rileks.
8. Anjurkan bernapas dengan irama normal 3 kali.
9. Menarik napas dalam lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut.
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang.
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
Fase Terminasi
12. Melakukan evaluasi.
13. Dokumentasi respon selama latihan.
14. Salam terapeutik.
15. Mencuci tangan
Lampiran 4
LEMBAR WAWANCARA

Kode Partisipan :
Umur :
Jenis kelamin :
Hari/Tanggal :
Diagnosa Medis :
Terapi Obat :

1. Apakah yang Bapak/Ibu rasakan saat ini?

.................................................................................................................................
2. Apakah hal yang memicu munculnya rasa sakit atau memperburuk nyeri?

.................................................................................................................................
3. Bagaimana rasanya, apakah seperti tertusuk-tusuk, tertekan/tertimpa benda berat,
tersayat-sayat atau yang lainnya?

.................................................................................................................................
4. Dimana Bapak/Ibu merasakan nyeri?

.................................................................................................................................
5. Apakah nyeri menyebar ke daerah lain? Jika iya, dimana area penyebarannya?

.................................................................................................................................

6. Kapan keluhan nyeri tersebut mulai Bapak/Ibu dirasakan?

.................................................................................................................................
7. Apakah nyeri terjadi secara mendadak atau terus-menerus?

.................................................................................................................................
8. Apakah hal yang Bapak/Ibu lakukan untuk mengurangi nyeri? Apakah dengan
tindakan tertentu atau dengan obat?

.................................................................................................................................
9. Apakah Bapak/Ibu mengalami gejala lain, seperti mual, pusing, penglihatan
kabur, napas pendek, sebelum atau setelah nyeri?

.................................................................................................................................
10. Apakah rasa nyeri yang Bapak/Ibu rasakan mempengaruhi aktivitas Bapak/Ibu,
misalnya makan, bekerja, tidur, aktivitas social, atau rekreasi?

.................................................................................................................................
11. Apa yang Bapak/Ibu rasakan setelah melakukan teknik relaksasi napas dalam?

.................................................................................................................................
12. Siapakah yang akan membantu Bapak/Ibu dalam melakukan teknik relaksasi
napas dalam?

.................................................................................................................................
Lampiran 5

FORMAT MONITORING PENILAIAN NYERI DAN TEKANAN DARAH


Inisial Klien :
Usia :
Diagnosa :

Isilah tabel di bawah ini berdasarkan perkembangan nyeri yang dirasakan pasien
sebelum dan setelah dilakukan teknik relaksasi napas dalam.
Hari, Ja Sebelum Dilakukan Setelah Dilakukan Tekanan Darah
Tanggal m Relaksasi Napas Dalam Relaksasi Napas Dalam
Skala nyeri Keterangan Skala nyeri Keterangan Sebelum Sesudah

Lampiran 6

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN KTI

Nama Pembimbing : (Utama/Pendamping)


Mana Mahasiswa :
NIM : Kelas
Judul KTI :

No Hari/ Materi Bimbingan Rekomendasi Bimbingan Paraf


Tanggal

Lampiran 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Nama : Erdiana Wati Saputri
TTL : Bekasi, 28 Desember 1999
Alamat : Lambang Sari Permai Blok B2 jl.Bromo 2 No.68 Rt 02 Rw 06 Tambun
Selatan, Bekasi
No. Telepon : 08567730457
Usia : 20 Tahun
Agama : Islam
Status : Belum Menikah

Nama Orang Tua


Ayah : Talib Tuan Raja Datuk (Alm)
Ibu : Siti Mindarsah

Riwayat Pendidikan
2004 - 2005 : TKIT An-Nadwah
2005 - 2011 : SDIT An-Nadwah
2011 - 2014 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tambun Selatan
2014 - 2017 : Sekolah Menegah Kejuruan Daya Utama
2017 – 2020 : Politeknik Kementrian Kesehatan Jakarta III Jurusan Keperawatan
Program Studi DIII Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai