Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL

PENERAPAN TEHNIK RELAKSASI GENGGA JARIUNTUK M


ENURUNKAN NYERI PADA PASIEN
POST APPENDIKTOMI

Oleh:
IWAN BARATA YUDHA
(NIM : 01 .20. 0078)

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II/ SRIWIJAYA
PALEMBANG TAHUN 2023

i
PROPOSAL
PENERAPAN TEHNIK RELAKSASI GENGGA JARIUNTUK M
ENURUNKAN NYERI PADA PASIEN PADA PASIEN
POST APPENDICTOMY

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Program Ahli Madya Keperawatan

Oleh:
Iwan Barata Yudha
(NIM : 01.20.0078)

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II/ SRIWIJAYA
PALEMBANG TAHUN 2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal oleh Iwan Barata Yudha Nim 01.20.0078 dengan judul “P


enerapan tehnik relaksasi genggam jari untuk menurunkan nyari pada pas
ien post appendiktomy” Telah di priksa dan di setujui untuk di ujikan

Palembang, Februari 2023


Menyetujui,
Pembimbing

Leny Joice Sianturi,S.Kep.,Ns.,M.Biomed


NIDN. 0204088401

Mengetahui
Direktur

Ns. Aris Teguh Hidayat,S.Kep.,M.Kep


NIDK. 8989120021

iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulilah dengan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala li
mpahan , rahmat dan karunia -Nya sehingga penulis dapat menyelesai ka
n penyusunan tugas karya ilmiah ini untuk d ajukan sebagai salah satu sy
arat untuk mengikuti evaluasi tahap akhir pada Pendidikan Akademi Keper
awatan Kesdam II/ Sriwijaya.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari kekura
ngan yang di sebapkan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang
penulis miliki. Oleh karna itu penulis sangat mengharap kan saran dan kriti
k yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penyususnan karya tuli
s ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuh nya bahwa karya tulis ilmiah ini juga tid
ak lepas dari bantuan dan bimbingan serta petunjuk dari pembimbing dan
pihak- pihak lain yang telah membantu menyelesaikan tulisan ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar- besar nya kepada :
1. Mayor Ckm Aris Teguh Hidayat, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Direktur
Akper Kesdam II/Sriwijaya.
2. Bapak M.Yamin,S.KM.,M.Kes selaku Pudir 1
3. Ibu Susanti, S.St.,M.Kes selaku Pudir 2
4. Letda CKM(K) Indriani Wiratri WijayantiS.Tr,Keb selaku pudir 3
5. Ibu Leni Joice Sianturi,S.Kep.,Ns.,M.Biomed selaku pembimbing ya
ng telah memberikan banyak waktu untuk bimbingan, pengarahan
dan saran-saran kepada penulis
6. Ibu Ns. Lindesi, S.Pd.,S.Kep.,M.Kes.,M.Kep selaku wali tingkat kela
s III/B yang memberikan suport pada kami khusus nya saya sendiri
dalam menyelesaikan tugas akhir KTI ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Akper Kesdam II/Sriwijaya ya
ng telah mengajarkan dan membimbing saya.
8. Untuk Orang Tua, adikku dan Keluargaku yang telah memberiku du
kungan semangat dan do’a yang luar biasa yang membuatku selalu
tegar menghadapi semua aral yang melintang

iv
9. Keluarga Besar SPARTAN XXIX yang senantiasa saling memberi
kan Suport dan semangat
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan segala rahmat dan kar
unia nya kepada kita semua. Akhir kata, penulisan berharap semoga Kary
a tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua, Aamiin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Palembang , Januari 2023


Penulis

Iwan Barata Yudha


01.20.0078

v
DAFTAR ISI

PROPOSAL..................................................................................................i
PROPOSAL.................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
DAFTAR ISI................................................................................................vi
DAFTAR BAGAN.......................................................................................xi
DAFTAR TABEL........................................................................................xii
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................4
D. Manfaat....................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................6
A. Konsep Penyakit......................................................................................6
B. Konsep nyeri..........................................................................................11
a. Manajemen Nyeri...................................................................................15
b. Intervensi................................................................................................26
B. Konsep terapi genggam jari...................................................................29
BAB III........................................................................................................35
METODE STUDI KASUS...........................................................................35
1. Disain studi kasus..................................................................................35
2. Tempat dan Waktu Studi kasus.............................................................36
3. Subjek studi kasus.................................................................................36
a. Kreteria inklusi........................................................................................36
b. Kreteria eklusi.........................................................................................36
4. Definisis Oprasional...............................................................................36
5. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen penelitian..........................38
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................43

vi
DAFTAR BAGAN

vii
DAFTAR TABEL

viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Appendiksitis radang pada usus buntu dalam Bahasa lainnya


appendiks vermivormis, suatu organ tubuh yang berbentuk kerucut
memanjang dengan Panjang 6-9 cm dengan pangkal terletak di ba
gian pangkal usus besar Bernama sekum yang terletak pada perut
bawah (handaya 2017dalam idatriyani 2020). Apendisitis ialah pera
dangan Lampiran dan penyebabnya masalah perut yang paling um
um (Dermawan & Rahayuningsih, 2010). Dipinjam dari majalah El
ma 2018 Apendisitis (umbai cacing) atau usus buntu yaitu organ y
ang tidak di ketahui fungsinya, apendiks merupakan organ berbent
uk tabung, panjang kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm) dan berpangk
al di sekum (Sjamsyuhidajat, 2004).
Menurut World Health Organization (Wainsani & Khoriah 202
0), apendisitis merupakan kegawar daruratan bedah abdomen yan
g paling umum di Amerika Serikat,dengan 734.138 pasien pada tah
un 2017 dan 739.177 pada tahun 2018. Sebagian besar wilayah In
donesia menemukan bahwa jumlah pasien menderita radang usus
buntu sekitar 7% dari totoal penduduk Indonesia atau sekitar 179.0
00 orang (Lzzaty et al.,2021). Menurut Utami, (2014) di asia inside
n apendisitis pada tahun 2013 kurang lebuh 48% penduduk dari tot
al populasi. Sedangkan dari hasil survey Kesehatan Rumah Tangg
a (SKRT) di indonesia, insiden apendisitis di Indonesia memiliki uru
tan tertinggi, pada tahun 2015 jumlah penderita apendisitis di Indon
esia mencapai 591.819 orang kian meningkat pada tahun 2016 se
besar 596.132 orang. (Dian Rani S, 2017, Dalam Asni Hasaini(201
9)
Dian Rani S,(2017). Menuliskan bahwa,menurut WHO angk
a mortalitas akibat apendisitis cukup tinggi didunia pada laki–laki 2
1.000 jiwa, dibandingkan pada perempuan 10.000 jiwa. WHO men

1
ganalisa data Nasional terdapat 32.782 pasien menderita apendesi
tis akut yang menjalani appendiktomy sebanyak 75,2%. (Agnes Set
ia Utami 2019) Angka kejadian apendisitis di dunia bervariasi 321 j
uta kasus setiap tahun dan statistik di Amerika 20-35 juta kasus ter
daftar setiap tahun Apendisitis (Rabie, 2006; dikutip dari jurnal Aan,
2017).
Di Indonesia, jumlah pasien yang Orang dengan radang usus
buntu kira-kira 7% dari populasi di atau sekitar Indonesia 179.000 o
rang. (Ahmad Muzaki et al., 2021) angka kejadian appendicitis di In
donesia paling tinggi di antara kegawat daruratan abdomen lain ny
a. Sekitar tahun 2013, jumlah penderita appendisitis di Indonesia m
encapai 591.819 jiwa dan pada tahun 2014 meningkat sebesar 596.
132. menurut Departemen Kesehatan RI, kejadian appendisitis di I
ndonesia pada tahun 2009 adalah 596.132, 3,36%, namun mening
kat menjadi 621.435, 3,53% pada tahun 2010. Appendisitis merup
akan penyakit kedua terbanyak di Indonesia yang di rawat di ruma
h sakit pada tahaun 2009 dan 2010 (Udkhiyah & Jamaludin , 2020)
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan menyebutkan ad
a 5.980 kasus radang usus buntu di sumsel pada 2016, 177 di
antara nya meninggal Appendis di ketahui dan 31,3% kasus meng
alami appendisitis perforasi dan 69,7% kasus mengalami appendisi
tis sederhana ( Soewito,2020)
Berdasarkan data Rumah Sakit TK II Ak Gani Palembang pa
da tahun 2019 jumlah kasus appendisitis sebanyak 76 penderita de
ngan presentase 20,8%, sedang pada tahun 2020 kasus appendisi
tis sebnyak 66 penderita dengan presentase 18,0%. Lalu menurun
pada tahun 2021 dengan jumlah kasus appendisitis sebanyak 27 p
ederita dengan presentase 7,39% mulai dari anak-anak bahkan sa
mpai dewasa.
Tanda patogenetik primer di duga karena obstruksi lumen da
n userasi mukosa menjadi Langkah awal penyebap terjadi nya Ape
ndisitis.obstruksi lumen tetrtutup di oleh hambatan pada bagian pro

2
ksimal, selanjutnya terjadi penginkatan sekresi normal dari mukosa
apendiks yang distensi secara terus menerus kerna muti plaksi cep
at dari bakteri. Tekanan yang meningkat tersebut menyebap kan p
andiks mengalami hipoksia, hambatan aliran limfe,ulserasi mukosa,
dan invasi bakteri. infeksi memperberat pembekngkakan apendiks
menyebapkan iskemiks. (Jitowiyono Sugeng, 2012)
Appendiktomy. Ini adalah prosedur pembedahan yang dapat
menyebabkan rasa sakit. Pasien pasca operasi usus buntu membu
tuhkan perawatan maksimal, dan membantu memulihkan fungsi tu
buh. Penanganan nonfarmakologi dapat meredakan nyeri antara la
in kompres hangat, pernapasan dalam, relaksasi mental dan pemb
erian obat pereda nyeri. Namun pada penelitian ini, peneliti menco
ba teknik non-farmakologi untuk mengendurkan jari. Teknik relaksa
si genggaman jari dengan tindakan pengendalian nyeri memiliki be
berapa fungsi. Saat rileks, secara alami memicu pelepasan endorfi
n, hormon ini adalah obat penghilang rasa sakit alami tubuh, sehin
gga rasa sakit berkurang. (Asni Hasaini, 2019).
Peran paerawat dalam pemberian asuhan keperawatan,ialah
pemberian tehnik nonfarmakologi dalam bentuh tehnik relaksasi
genggam jari, untuk mengatasi maslah keperawatan, yang
mungkin muncul, pada pasien apendiktomy.
Teknik relaksasi genggam jari merupakan cara sederhana un
tuk mengelola emosi dan mengembangkan kecerdasan emosional.
Terdapat saluran atau meridian energy di sepanjang jarijari yang te
rhubung dengan berbagai organ dan emosi. Keadaan relaksasi sec
ara alamiah akan memicu pengeluaran hormon endorfin atau horm
on analgesik alami dari tubuh sehingga nyeri akan berkurang (RA
wati et al 2019)
Berdasarkan penelitian di atas, penulis tertarik untuk menget
ehui bagaimana penerapan terapi relaksasi genggam jari terhadap
penurunan nyari pada pasien post ops appendicitis.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan fakta tersebut, maka rumusan masal


ah yang dapat disimpulkan yaitu, Bagaimana gambaran Penerapan
Pemberian Tehnik Relaksasi Genggam Jari Untuk Menurunkan Tin
gkat Nyeri Pada Pasien Appendictomy.

C. Tujuan

Penelitian ini dapat memberikan gambaran Penerapan Pemb


erian Tehnik Genggam Jari untuk Menurunkan Tingkat Nyeri Pada
Pasien Post Apendicctomy dan Memberikan gambaran implementa
si keperawatan nyari akut dengan tehnik relaksasi genggam jari

D. Manfaat

Ada tiga manfaat yang diharapkan pada sub bab tentang ma


nfaat studi kasus, yaitu:
1. Manfaat hasil studi kasus bagi pasien Apendicctomy
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi acuan/pedoman
bagi pasien dalam penerapan tehnik genggam jari pada pasien ap
pendectomy.
2. Manfaat hasil studi kasus baik lembaga rumah sakit diharapk
an Karya Tulis Ilmiah ini sebagai dasar pengembangan standar/p
edoman kemampuan dalam memberikan penerapan tehnik gengg
am jari pada pasien appendectomy.
3. Manfaat hasil studi kasus bagi Institusi Pendidikan Diharapk
an Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan pedoman pembelajaran d
alam pengembangan penelitian untuk meningkatkan mutu standar
Pendidikan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Appendiktomy

5
Appendisitis adalah infeksi bakteri, ataupun obstruksi lumen
sekum merupakan factor yang di duga sebagai pemicu, Bersam
a dengan hiperplasia jaringan limfoid, tumor sekum, dan cacing
gelang yang dpat menyebapkan obstruksi (Udkhiyah & Jamaludi
n 2020). (Muttaqin, 2009). Menulis bahwa pelaksanaan yang di l
akukan pada pasien dengan appendik di lakukan oprasi yang di
kenal dengan appendiktomy.Appendiktomy merupakan salah sat
u intervensi bedah yang di lakkukan untuk menggakat organ tub
uh yag mengalami infeksi atau peradangan penyakit . (suratmi
(2014)
Apendektomi adalah prosedur invasif yang menghilangkan u
sus buntu untuk mengurangi risiko  perfosi. Pembedahan Apendi
ktomi merupakan suatu Pelaksanaan invasif dengan membuat s
ayatan, pada pembedahan apendiktomi terbuka (JITOWIYONO2
010, Dalam IKA RAHMAWATI 2018) Jadi appendiktomy adalah
pelaksanaan pembedahan dengan penggkatan apendiks yang
meradang untuk menurun kan resiko perfosi.
2. Klasifikasi

a. Apendisitis akut
Peradangan pada apendik dengan gejala khas yang memberi
tanda setempat. Gejala apendisitis akut antara lain nyeri sema
r dan tumpul merupakan nyeri visceral di searah epigastrium d
i sekitar umbilikus Keluhan ini di sertai rasa mual muntah dan
penurunan nafsu makan.
b. Apendisitis Kronis Apendisitis kronis baru bisa di tegakan apa
bila di temukan tiga hal yaitu pertama, pasien memiliki Riwaya
t nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen selama paling se
dikit tiga minggu tanpa alternatif diagnose lain. Kedua setelah
di lakukan apendiktomi, gejala yang di alami pasien akan hilan
g. Ketiga., secara histopatologik gejala di buktikan sebagai aki
bata dari inflamasi kronis yang aktif atau fibrosis pada apendik
s (Ernawati,2017)

6
3. ANATOMI

gambar1. 1 Anatomi apendik

Figure 1 Gambar anatomi abdomen

Gambar 1: Anatomi Apendiks (thibodeu, 2014)

Appendiks (Usus Buntu) merupakan organ yang berbentuk


tabung dengan panjang ±10 cm (4 inci), lebar 0,3-0,7 cm yang m
elekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. (Safariah Er
na, Danis maya irawan, Salsabilla Nadya, 2022) Appendiks me
miliki lumen sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagia
n distal. Permukaan eksternal appendiks tampak halus berwarna
merah kecoklatan hingga kelabu. Apendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pen
gosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cender
ung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi yan
g biasa disebut apendisitis. Permukaan dalam atau mukosa app
endiks secara umum sama dengan mukosa pada kolon, berwarn
a kuning muda, dan terdapat komponen limfoid yang prominen.
Jaringan limfoid terdapat di dinding mukosa appendiks.Permuka
an appendiks dikelilingi peritoneum dan mesoappendiks (mesent
er pendek yang melekat pada usus halus).Mesoapendiks berisi
pembuluh darah appendicular dan persarafan . (Crownin dalam
SJ Mahmuda (2019).

7
4. ETIOLOGI

Etiologi dilakukannya tindakan pembedahan pada penderit


a apendisitis dikarenakan apendik mengalami peradangan. Sum
batan lumen apendiks merupakan factor pencetus penyebab ap
endisitis. Apendik yang meradang dapat menyebabkan infeksi d
an perforasi apabila tidak dilakukannya proses tindakan pembed
ahan. Penyebab lain yang dapat menimbulkan apendiks yaitu ak
ibat adanya sumbatan lumen apendiks yang disebabkan oleh hy
perplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing aska
ris, dan selain itu apendisitis juga bisa terjadi akibat adanya eros
i mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolytica.(ulya (20
17) dalam K Wulandari.)
5. PATOFISIOLOGI

Apendisitis terjadi karna tersumbat nya (obstruksi ) lumen


appendiks di sertai oleh infeksi . (lee 2013) Obstruksi di sebap
kan oleh hyperplasiafolikel di submucosa. Penyempitan lumen a
kibat hyperplasia jaringan limfoid sukosa menyebap kan feses m
engalami penyempitan air dan terbentuk fekolit yang merupakan
sumbatan. Sumbatan lumen apendiks menyebapkan keluhan sa
kit di sekitar umbilikus dan epigastrium mual dan muntah. (Reks
oprajo 2018.) Obstruksi yang di sebapkan oleh faklit dan biasan
ya terjadi pada orang dewasa .saat terjadi nya obstruksi ,sekresi
mukus terus berlangsung dan meningkat kan tekanan intra lumin
al, kemudian terjadi pertumbuhan bakteri yang berlebih . mukus
di dalam lumen berubah menjadi pus atau nanah dan tekanan in
traluminal terus meningkat hal ini menyebap kan distensi appen
diks dan nyeri visceral yang khas di daerah epigastrik atau periu
mbilikus . saat tekanan intra luminal terus meningkat terjadi obst
ruksi aliran limfe, yang menyebap kan edema dinding apendiks.
stadium ini di sebut appendiksitis akut atau fokal (menkes 2013)

8
Karna inflamasi semakin hebat, terbentuk eksudat pada p
ermukan serosa dari appendiks, ketika eksudat mencapai perito
nium pariental, timbul nyeri yang lebih intens dan terlokalisasi pa
da abdomen kuadran bawah. (lee 2013)

PATWAY

Appendiks

Hiperplasi folikel Benda asing Erosi mukosa fekalit Striktur tumor

Obstruksi

9
Mukosa terbendung

Apendiks teregang

Tekanan intraluminal

Nyeri

Aliran darah terganggu

Perporasi Apendicitis pembengkakan dan iskemia

Tindakan invasive Cemas

Pembedahan oprasi

luka insisi Nyeri Jalan masuk kuman

gambar1. 2 Patway

6. MANIFESTASI KLINIS

a. Sebuah nyeri di perut bagian bawah, biasanya di sertai dem


am ringan, mual, muntah, dan anoreksia.
b. Kelembutan local pada titik McBurney Ketika tekanan di tera
pkan.

10
c. Kerentanan rebound diamati.
d. Sembelit dan diare terjadi.
e. Tubuh terasa sakit Ketika usus buntu terpelintir di belakang
usus buntu.
f. Defisit nyeri saat sekum dekat dengan rectum.
g. Nyeri saat buang air kecilsaat bagian atas usus buntu berad
a di dekat kandung kemih atau ureter.
h. Pemeriksaaan rektal positif jika ujung apendiks berada di uju
ng panggu.
i. Gejala Rovsing-nya dengan palpasi kuadran kiri bawh secar
a paradoks menyebap kan nyeri pada kuadran kanan.
j. Nyeri perut akibat ileus paralitik menjadi difus saat apendiks
rupture
k. Pada pasien lebih tua, tanda dan gejala apendiks sangat ber
pariasi ,pasien mungkin tidak mengalami gejala apapun usus b
untu pecah (menurung 2018)
B. Konsep nyeri
1. Definisi

Pengalaman sensori atau emosional yang berhubungan deng


an kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset yang ti
ba- tiba atau lambat atau mendadak, dengan intensitas ringan hing
ga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI PP
NI,2018).
Penyebap
a. Zat berbahaya secara fisiologis (peradangan, iskemia ,neopl
asma, dll)
b. Bahan kimia berbahaya ( luka bakar, iritasi kimia ,dll)
c. Cidera pribadi (misal nya, abses amputasi luka bakar , luka
memegang benda berat, pembedahan, trauma , olahraga berlebi
han ) ( Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018)

Tanda dan gejala

11
Ada beberapa tanda dan gejala menurut (Tim Pokja SDKI DP
P PPNI, 2018)
Gejala tanda mayor
Subjektif
Mengeluh nyeri
Objektif
1. Terlihat meringis
2. Berikap protektif atau waspada
3. Gelisah
4. Tekanan nadi yang cukup meningkat
5. Sulit tidur

Gejala tanda Minor

Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis
2. Klsifikasi nyeri

A. Bentuk nyeri umum


1) Nyeri akut
Merupka nyeri yang bersifat sementara, men
dadak.Gejala nyeri yang muncul seperti berkeringat d
ingi, tremor, tekanann darah meningkat, pernafasan c
epat. Pucat, serta kecemasan. Semua itu merupakan
manifestasi dari adanya penyakit atau kerusakan(Cris
tiani, 2016).

12
2) Nyeri kronis

Nyeri yang di rasakan lebih dari 6 bulan, Ny


eri sulit di hilang kan bahkan tidak ada perubahan TT
V pada tubuh. Merupakan manifestasi adanya penya
kit kronis.
B. Bentuk nyeri

1) Nyeri somatik
Nyeri somatic di bagi menjadi dua jenis yaitu : Superfi
sial, adalah adanya nyeri yang di akibatkan oleh kerusakan
jaringan kulit, selain itu ada nyeri yng somatik dalam, yaitu
nyeri yng di sebap kan oleh kerusakan ligament dan tulang.
(Cristiani, 2016)
2) Nyeri visceral
Nyeri yang di sepkan oleh kerusakan organ dalam seperti
perut , tengkorak atau dada
3) Nyeri alih
Nyeri yang berpindah ke lokasi lain nya, selain lokasi ran
gsang yang sebenar nya. Ini dapat terjadi Ketika stimulus
tidak di rasakan d daerah primer.
4) Nyeri psikogenik
Nyeri yang asal fisiologis nya tidak di ketahui
5) Nyeri pantom (phantom pain)
Pasien merasakan nyeri pada salah satu anggota badan y
ang di oprasi.
6) Nyeri neurologis
Nyeri saraf yang terjadi seperti neuralgia.
C. Faktor- factor yang mempengaruhi
Terdapat beberapa factor yang mempeengaruhi nyeri, yaitu
(Lusiana, dkk,2012)
1) Kejadian masa lalu

13
Orang yang mengalami nyeri berulang dan jang
ka Panjang kurang cemas dan lebih toleran terhadap
nyeri di bandingkan mereka yang hanya mengalami n
yeri ringan.
2) Cemas
Mengurangi cemas yang berhubungan dengan
nyeri dapat mengurangi rasa nyari pasien
3) Budaya
Budaya dan ethnis mempengaruhi bagaimana
seseorang merespon rasa sakit (bagaimana rasa saki
t) di ekspresikan sebagai prilaku seorang dalam men
aggapi rasa sakit.
4) Usia
Orang lansia mempunyai metabolisme yang le
bih lambat dari pada orang yang lebih muda,sehingga
obat analgesic yang mempunyai dosis kecil mungkin
cukup untuk mengurangi rasa sakit.

3. KOMPLIKASI
Komplikasi utama apendisitis terjadi nya perforasi apendik
s, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses.Inside
n perforasi 10% sampai 32%. Perforasi secara umum terjadi 24 j
am setelah nyeri gejala – gejala nyeri termasuk demam, penamp
ilan toksik dan nyeri berlanjut. (Syamsuhidayat,2018)
Nyeri kuadran bawah terjadi dan biasanya disertai dema
m ringan, mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan. Kelembut
an lokal pada titik Mc Burney saat depresi. Kelembutan ofensif
(akibat rasa sakit atau memburuk saat tekanan dihilangkan) dap
at terjadi. Tingkat kepekaan, kejang otot dan adanya konstipasi
atau diare tidak tergantung pada tingkat keparahan infeksi dan l
okasi usus buntu. Bila usus buntu terpuntir ke belakang usus bu
ntu, dapat menyebabkan nyeri tekan di daerah pinggang. Usus y

14
ang sakit menandakan bahwa bagian atas usus buntu berada di
dekat rektum. Buang air kecil yang menyakitkan menandakan ba
hwa usus buntu berada di dekat kandung kemih atau uretra (MA
NAFE, 2019)

4. Gambaran klinik apendiksitis

a. Manajemen Nyeri
Menurut (Prasetyo,2010) manjemen dalam penangangan
nyeri berat dan nyeri sedang terbagi atas penatalaksanaan far
makologis dan non farmakologis.’
1) Penatalaksanaan farmakologi
Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari infus
menurut resep, dipasang dengan pengatur pada luban
g injeksi intravena. Obat-obatan Nonstreoid (NSAID) C
ontohnya: Ibuprofen, ketorola
2) Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis untuk mengatasi ny
eri terdiri dari beberapa Pelaksanaan penanganan, mis
alnya penanganan fisik/stimulasi fisik, meliputi: Relaksa
si : relaksasi adalah suatu pelaksanaan untuk membeb
askan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.
Relaksasi merupakan suatu pelaksanaan untuk m
embebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stre
ss. Relaksasi terbagi menjadi relaksasi nafas dalam da
n relaksasi otot.

b. Konsep Genggam Jari


1) Definisi genggam jari
Relaksasi genggam jari menghasilkan impuls yang di
kirim melalui serabut saraf aferen non-nosiseptor. Ser
abut saraf non-nesiseptor mengakibatkan “gerbang” t
ertutup sehingga stimulus pada kortek serebi dihamb

15
at atau dikurangi akibat counter stimulasi relaksasi da
n menggenggam jari. Sehingga intensitas nyeri akan
berubah atau mengalami modulasi akibat stimulasi rel
aksasi genggam jari yang lebih dahulu dan lebih bany
ak mencapai otak (Pinandita, 2012) Relaksasi gengga
m jari dapat mengendalikan dan mengembalikan emo
si yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Adanya s
timulais nyeri pada luka bedah menyebabkan keluarn
ya mediator nyeri yang akan menstimulasi transmisii
mpuls disepanjang serabut aferen nosiseptor ke subst
ansi gelatinosa (pintu gerbang) di medula spinalis unt
uk selanjutnya melewati thalamus kemudian disampai
kan ke kortek serebi dan di interpretasikan sebagai ny
eri (Pinandita, 2012)
Relaksasi genggam jari di berikan setelah pasca opra
si yaitu 6-7 jam setelah pemberian obat analgesik sel
ama 2-4 jam, relaksasi gengga jari di lakukan 15 meni
t dalam satu kali sehari, di berikan minimal selama 3
hari (Firda, 2021)

Perlakuan relaksasi genggam jari akan menghasilaka


n impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen nos
iseptornon nesiseptor. Serabut saraf non nesiseptor
mengakibatkan “pintu gerbang” tertutup sehingga stim
ulus nyeri terhambat dan berkurang. Teori two gate c
ontrol menyatakan bahwa terdapat satu pintu “pintu

Skala Nyeri 0-10 penilaian skala numerik


Skala Penilaian Nyeri Numeral Rating Scale (NRS) (Potter & Perry, 2010)

16
Apendissitis atau peradangan dari vermi vormis , adala
h penyebap abdomen akut . (Mansjoer Arif,2002) Ape
ndis suatu peradangan yang timbul secara mendadak
pada apendiks dan merupakan salah satu kasus akut a
bdomen yang sering di temui. Menurut Prasetyo,2010
pengkajian nyeri itu sendiri dapat dilakukan mengguna
kan metode P,Q,R,S,T yaitu :
Provokes/Pilliates(Penyebab): Apa yang menyebabka
n nyeri? Apa yang membuat nyeri lebih baik? Apa yang
menyebabkan nyeri lebih buruk? Apa yang dilakukan s
aat nyeri kambuh? Dan apakah rasa nyeri tersebut dap
at membangunkan anda pada saat tertidur? Quality(ku
alitas): Bisakah si penderita menggambarkan rasa nyer
inya? Apakah seperti diiris, ditekan, ditusuk-tusuk, rasa
terbakar, kram, atau diremas-remas? Radiates/region(l
etak): Apakah nyerinya menyebar? Kemana menyebar
nya? Apakah nyeri terlokalisir disatu tempat atau berge
rak? Severity(skala) : Seberapa parah nyerinya? Dari r
entang 0-10 menggunakan skala nyeri 0-10. Time :Kap
an nyeri itu timbul? Apakah nyeri cepat atau lambat?Be
rapa lama nyerinya timbul?Apakah terus menerus atau
hilang timbul?Apakah pernah merasakan nyeri sebelu
m ini? Apakah nyeri yang dirasakan sama dengan nyer
i sebelumnya?
Pengukuran nyeri menggunakan penilaian angka yait
u: O:tidak ada rasa nyeri/normal 1:nyeri hampir tidak te
rasa (sangat ringan) seperti gigitan nyamuk 2:tidak me
nyenangkan(nyeri sangat ringan) seperti dicubit. 3:bisa
ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti ditonjok bagian
wajah atau disuntik.4: menyedihkan(kuat,nyeri dalamse
perti sakit gigi dan nyeri disengat tawon.5: sangat men
yedihkan(kuat,dalam,nyeri yang menusuk) seperti terkil

17
ir, kesleo 6: intens (kuat,dalam, nyeri yang menusuk be
gitu kuat sehingga tampak mempengaruhi salah satu d
ari panca indra) menyebabkan tidak focus dan komunik
asi terganggu.7: sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang
menusuk begitu kuat merasakan rasa nyeri yang sanga
t mendominasi indra si penderita yang menyebabkan b
erkomunikasi dengan baik dan tidak mampu melakuka
n perawatan diri sendiri.8:benar-benar mengerikan( ny
eri yang begitu kuat) sehingga menyebabkan si penderi
ta tidak dapat berfikir jernih dan sering mengalami peru
bahan kepribadian yang parah jika nyeri datang dan be
rlangsung lama. 9: menyiksa tak tertahankan( nyeri yan
g begitu kuat) sehingga si penderita tidak bisa mentoler
ansinya dan ingin segera menghilangkan nyerinya bag
aimana caranya tanpa peduli dengan efek samping ata
u resikonya.10:sakit yang tidak terbayangkan tidak dap
at diungkapkan (nyeri begitu kuat tidak sadarkan diri) bi
asanya pada skala ini si penderita tidak lagi merasakan
nyeri karena sudah tidak sadarkan diri akibat rasa nyeri
yang sangat luar biasa.(Prasetyo, 2010)
Dari sepuluh di atas dapat dikelompokan menjadi tiga k
elompok yaitu:
Skala nyeri 1-3 (nyeri ringan) nyeri masih dapat ditah
an dan tidak menggangu pola aktivitas si penderita. Sk
ala 4-6 (nyeri sedang) nyeri akibat sedikit kuat sehingg
a dapat menggangu pola aktivitas penderita. Skala nye
ri 7-10 (nyeri berat) nyeri yang sangat kuat sehingga m
emerlukan therapi medis dan tidak dapat melakukan po
la aktivitas mandiri.

5. Pemeriksaan penunjang

a) Laboratorium

18
Terdiri dari pemeriksan darah lengkap dan C- reactive protei
n (CRT). Pada pemeriksaan darah lengkap di temukan jumla
h leukosit antara 10.000-18.000/mm3 ( leukosit ) dan neurotr
ofil di atas 75%, sedangkan pada CRP adalah salah satu ko
mponen protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setel
ah terjadinya proses inflamasi, dapat di lihat melalui proses
elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisit
as CRP yaitu 80% dan 90%.
b) Radiologi
Terdiri ari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed
Tomography Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USGdi
temukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflam
asi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksan CT-scan di
temukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluas
an dari appendiks yang mengalami nflamasi serta adanya
pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan ang
ka sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan
96-97 %
c) Analisa urine
Bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter batu ureter dan ke
mungkinan infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri pe
rut bawah.
d) Pengukuran enzim hati dan tingkatan amikase
Membantu mendiagnosa peradangan hati, kandung empedu,
dan pankereas.
e) Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG)
Untuk memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.
f) Pemeriksaan barium enema
Untuk menentukan lokasi sakum. Aaaapemeriksan Barium e
nema dan Colonoscopy merupakan pemeriksan awal untuk k
emungkinan karsinoma kolon.
g) Pemeriksaan foto polos abdomen

19
Tidak menunjukan tanda pasti apendisitis, tetapi mempunyai
arti penting dalam membedakan apendisitis dengan obstruks
i usus halus atau batu ureter kanan.
1) Sebuah. Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan radiol
ogis pada gambar tidak dapat membantu dalam diagnos
is apendisitis akut, kecuali jika ada peritonitis, namun ter
kadang ditemukan gambaran berikut:
Karena adanya udara dan cairan, tingkat cairan rendah,
terkadang ada fekolit (penyumbatan) di "ruang perforasi",
ada udara bebas di diafragma.
2) Tes darah leukosit ringan biasanya pada apendisitis sed
erhana lebih dari 1.000 + mm' biasanya pada apendisitis
perforasi "Tidak adanya leukositosis tidakmenyingkirkan
apendisitis". Apendiks yang meradang melekat pada ure
tra atau kista "tes laboratorium leukosit meningkat sebag
ai respons fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mi
kroorganisme yang menyerang" pada apendisitis akut d
an perforasi terdapat leukositosis yang lebih tinggi "hb (h
emoglobin) tampak normal" tingkat sedimentasi eritrosit
(ESR) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrasi “Pe
nting rutin untuk melihat apakah ada peradangan pada g
injal.
6. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan di lakukan sebaikya konservatif denga


n pemberian antibiotik dan istrhat di tempat tidur.penatalaksana
an pembedahan hanya di lakukan bila dalam perawatan terjadi
abses dengan atau tanpa peritonitis umum.(Mardaalena, 2017)

a. Apendiktomi ( aplikasi akut, abses dan peposi ).


b. Apendiktomi elektif ( alikasi kronis) .
c. Bedah Elektif Konservatif (Infiltrasi Aplikasi )

20
Jika apendisitis didiagnosis, pembedahan di indikasikan.
Perda nyeri dapat di berikan setelah diagnosis di buat. Ap
endiktomi dapat di lakukan dengan insisi abdomenatau la
paroskopi dengan anastesi spinal atau umum(menurung,
2018)
d. Pembedahan diindikasikan saat diagnosis apendisitis dite
gakkan, antibiotik dan cairan IV diberikan sambil menung
gu pembedahan. Setelah diagnosis dikonfirmasi, obat per
eda nyeri dapat diberikan.

Operasi usus buntu dilakukan sesegera mungkin untuk m


engurangi risiko perforasi. Usus buntu dapat dilakukan dengan
anestesi umum melalui sayatan laparoskopi perut bagian bawa
h, yang merupakan metode baru yang sangat efektif.

Setelah diagnosis di buat Apendiktomi di lakukan dengan


insisi abdomen atau laparaskopi dengan anastesi sninal atau u
mum (RI, 2019)
Pra Operatif
1) Observasi
Tanda dan gejala usus buntu seringkali tidak jelas dalam 8-
12 jam. Pemantauan ketat diperlukan dalam situasi ini. Pasi
en diminta berbaring dan berpuasa, tidak diberikan obat pe
ncahar. Pemeriksaan perut dan dubur serta tes darah diula
ngi secara teratur, dan gambar dada dan perut diambil untu
k menentukan kemungkinan komplikasi lebih lanjut.
2) Cairan
Intravena digunakan untuk meningkatkan fungsi ginjal yang
memadai dan mengganti cairan yang hilang.
3) Pengobatan
Antibiotik dapat diberikan untuk mencegah infeksi

Pasca Oprasi

21
Penting untuk memantau tanda-tanda vital,mendeteksi p
erdarahan internal, syok, hipertermia, atau defisiensi. Tempatk
an pasien dalam posisi semi-Fowler. Posisi ini meringankan sa
yatan dan organ perut. Seorang pasien dianggap sehat jika tid
ak terjadi gangguan dalam waktu 12 jam. Pasien berpuasa, jika
intervensi penting, misalnya pada kasus perforasi atau peritonit
is umum, puasa dilanjutkan hingga fungsi usus kembali normal.
Berikan minuman mulai dari 15 ml/jam selama 4-5 jam d
an kemudian tingkatkan menjadi 30 ml/jam. Hari berikutnya me
reka mendapatkan pakan saringan dan hari berikutnya makana
n lunak. Sehari setelah operasi, dianjurkan untuk duduk tegak
di tempat tidur selama 2 x 30 menit. Keesokan harinya pasien
dapat berdiri dan duduk di luar ruangan. Pada hari ke 5 atau 7 j
ahitan sudah bisa dibuka dan dilepas, dan pasien bisa pulang.
C. Asuhan Keperawatan secara teoritis

1. Pengkajian
Untuk masalah nyeri, Riwayat nyeri mungkin : gejala nyeri s
eperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas nyeri, durasi ser
angan. Evaluasi dapat di lakukan dengan menggunakan P
QRST. (Andra, 2013)
1) P ( stimulasi faktor ), yaitu factor yang mempengaruhi in
tensitas dan intensitas dan intensitas nyeri .
2) Q ( kualitas ). Tajam, tumpul, mnyengat
3) R ( area ), yaitu area nyeri
4) S ( severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri .
5) T ( waktu ) adalah durasi serangan atau frekuensi nyeri.
( Hidayat,2013)

Numeric Rating Scale

22
Hal ini dilakukan dengan memakai skala 0-10 yaitu skala yang
paling relevan untuk digunakan dalam mengkaji kualitas nyeri.

Visual Analog Scale (VAS) ( sumber (Zakiyah, 2015)

Menurut tim pokja, standar intervensi keperawatan Indonesia ,2


018) Intervensi yang di lakukan untuk meredakan nyeri adalah :
1) Observasi
a) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi , kualita
s, intensitas nyeri
b) Mengidentifikasi skala nyeri A/I
2) Terapeutik :
a) Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri s
eperti relaksasi genggam jari
b) Fasilitasi istirahat dan tidur
3) Edukasi :
a) Jelaskan penyebap ,priode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

2.Diagnosis Keperawatan

a. Pre oprasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ((infe
ksi/ inflamasi)

23
2) Perubahan eliminasi ( konstipasi )berhubungan dengan pen
urunan peristaltik.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual mun
tah.
4) Ansietas berhubungan dengan akan di laksankan oprasi.

b. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berhubungan de
ngan kerusakan jaringan actual atau fungsional, onset yang t
iba- tiba atau lambat, intensitas ringan sampai berat dan dur
asi kurang dari 3 bulan ( Tim Pokja SDKI PPNI,2017).
Penyebap
1) Bahaya fisiologis ( inflamasi , iskemia , neoplasma ,dll.)
2) lka kimia ( Luka bakar , iritasi kimia ,dll.)
3) Cara cidera fisik ( misal nya abses, amputasi ,luka bakar , l
uka angakat berat ,prosedur bedah, trauma aktivitas fisik be
rlebihan ) ( Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Gejala tanda mayor

1) subjektif
Mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak menringis
b) Bersikap protektif (mis, waspada, posisi menghindari
nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
Gejala dan Tanda minor
a) Subjektif
a) Tidak tersedia
b) Objektif
a) Tekanan darah meningkat

24
b) Pola nafas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berfikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2017)
c. Post Oprasi
1) Nyeri berhubungan dengan agen pencidera fisik ( luka i
nsisi post oprasi appentiktomi).
2) Resiko infeksi berhubungan dengan Tindakan invasive(
insisi post pembedahan ).
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri.
4) Deficit pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebu
tuhan pengobatan berhubungan dengankurang terpapar
informasi
3.Intervensi keperawatan

a. Tujuan
1) Keluhan nyeri menurun di tunjukan dari angka 1 sampai 5.
2) Meringis menurun di tunjukan dari angka 1 sampai 5.
3) Sikap protektif menurun di tunjukan dari angka 1 sampai 5
4) Gelisah menurun di tunjukan dari angka 1 sampai 5
5) Kesulitan tidur menurun di tunjukan dari angka 1 sampai 5
6) Frekuensi nadi membaik di tunjukan dari angka 1 sampai 5(T
im pokja SDKI DPP PPNI, 2019).
b. Intervensi
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri.
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan ny
eri

25
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah dib
erikan
i) Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
a) Berikan teknik nnfarmakologis untuk mengurangi rasa nye
ri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedb
ack, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suh
u ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan st
rategi meredakan nyeri.
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri.
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

4.Intervensi keperawatan

No SDKI SIKI SLKI


1 Nyeri akut (D.00777) Manajemen Nyeri (I.0282.38) Tingkat Nyeri (I.08066)
Kategori : Psikologis Tindakan : Setelah di lakukan Tindakan
Dubkategori : Nyeri dan Observasi : keperawatan selama 3X24 j
kenyamanan 1. Identifikasi lokasi, dura am masalah nyeri akut di ha
Definisi : si, frekuensi, kualitas, i rapkan menurun dan teratas
Pengalaman sensorik at ntensitas nyeri. i dengan indikator :

26
au emosional yang berk 2. Identifikasi skala nyeri 1. Keluhan nyeri (4)
aitan dengan kerusakan 3. Identifikasi respon nye 2. Meringis (4)
jaringan aktual dan fung ri non verbal 3. Sikap protektif (4)
suinal,dengan onset me 4. Identifikasi faktor yang 4. Kesulitan tidur (4)
ndadak atau lambat dan memperberat dan meri Ket :
berintensitas ringan hing ngankan nyeri 1: meningkat
ga berat yang berlangsu 5. Identifikasi pengetahu 2: cukup meningkat
ng kurang dari 3 bulan an dan keyakinan tent 3: sedang
Penyebap : ang nyeri 4: cukup menurun
1. Agen pencidera fi 6. Identifikasi pengaruh b 5: Menurun
siologis ( mis, imf udaya terhadap respo
lamasi, iskemia, n n nyeri 1. TTV( Tekanan darah.
eoplasma) 7. Identifikasi pengaruh N frekuensi nadi, pola n
2. Agen pencidera fi yeri pada kualitas hidu afas)(4)
sik (mis, abses, a p 2. Fokus (5)
mputasi, terbakar, 8. Monitor keberhasilan t 3. Nafsu makan (4)
terpotong, menga erapi komplementer ya Ket :
ngkat berat, prose ng sudah di berikan 1=Memburuk
dur oprasi, traum 9. Monitor efeksamping p 2= Cukup memburuk
a, Latihan fisik be enggunaan analgetik 3= Sedang
rlebih) Terapetik : 4= Cukup membaik
1. Berikan tehnik non far 5= Membaik
Gejala tanda mayor makologis untuk meng
Subjektif : urangi rasa nyeri (mis:t
1. Mengeluh nyeri erapi relaksasi gengga
Objektif : m jari
Tampak meringis 2. Kontrol lingkungan yan
Bersikap protektif (mis. W g memperberat rasa n
aspada, posisi menghinda yeri (mis: suhu ruanga
r nyeri) n, pencahayaan, kebisi
Gelisah ngan)
Frekuensi nadi meningkat 3. Fasilitasi istirahat dan t

27
Sulit tidur idur
4. Pertimbangkan jenis d
Gejala Tanda Minor an sumber nyeri dalam
Subjektif : - pemilihan strategi mer
edakan nyeri
Edukasi :
Objektif : 1. Jelaskan penyebap, pr
1. Tekanan darah m iode, dan pemicu nyeri
eningkat 2. Jelaskan strategi mere
2. Pola nafas berub dakan nyeri
ah 3. Anjurkan monitor nyeri
3. Nafsu makan ber secara mandiri
ubah 4. Anjurkan menggunaka
4. Diaforesis n analgetic secara tep
at
Kondisi klinis terkait : 5. Ajarkan tehnik nonfar
1. Infeksi makologis untuk meng
urangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetic jika perlu

B. Konsep terapi genggam jari


1. Definisi

Terapi relaksasi fingering merupakan salah satu teknik relaks


asi yang sederhana. Menyentuh tangan,fungsi nya untuk meny
eimbangkan energi dalam tubuh agar kita bisa mengontrol emosi
yang berefek tubuh menjadi santai, rileks (Sari, 2016; Idris dan
Astarani dalam Upoyo & Taufik, 2018). Terapi relaksasi ujung jari
yaitu terapi yang dapat menenangkan jiwa dan tubuh sehingga d

28
apat menghasilkan efek relaksasi pada tubuh (Agustin et al.,201
9)
2. Tujuan Relaksasi Genggam Jari

Relaksasi Prosesnya yaitu dimulai dengan membuat otot-ot


ot polos pembuluh darah arteri dan vena menjadi rileks bersama
dengan otot-otot lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi otot-otot in
i menyebabkan kadar neropinefrin dalam darah menurun. Ototot
ot yang rileks akan menyebarkan stimulus ke hipotalamus sehin
gga jiwa dan organ dalam manusia merasakan ketenangan dan
kenyamanan. Situasi ini akan menekan sistem saraf simpatik se
hingga produksi hormon epinefrin dan norepinefrin dalam darah
menurun. Penurunan kadar epinefrin dan noreprinefrin dalam da
rah akan menyebabkan kerja jantung untuk memompa darah ak
an menurun sehingga tekanan darah ikut menurun ( Rofacky, 20
15 dalam Agustin et al., 2019)
3. Manfaat Relaksasi Genggam Jari

Genggaman jari pada tangan dapat menghangatkan titik titik


keluar masuknya energi pada meridian yang terletak pada jari ta
ngan, dapat mengurangi kerja saraf simpatis sehingga menyeba
bkan tekanan darah menurun. Titik titik meridian pada tangan ak
an memberikan rangsangan spontan rangsangan berupa gelom
bang listrik menuju otak. Gelombang tersebut diterima otak dan
diproses dengan cepat menuju saraf pada organ yang mengala
mi gangguan, sehingga jalur energi menjadi lancar. Lancarnya ja
lur energi akan membuat otot otot dan tubuh menjadi rileks dan t
enang, keadaan ini akan memyebabkan produksi hormon epinef
rin dan noreprinefrin menurun. Penurunan produksi hormon ters
ebut menyebabkan kerja jantung dalam memompa darah ikut m
enurun sehingga tekanan darah akan menurun (agustin, 2019).
4. Pelaksanaan Relaksasi Genggam Jari

29
a) Posisikan pasien pada posisi berbaring, serta anjurkan pasien
untuk mengatur nafas dan merilekskan semua otot.
b) Perawat duduk disamping pasien, relaksasi dimulai dengan m
enggenggam ibu jari pasien dengan tekanan lembut, gengga
m sampai nadi pasien terasa berdenyut.
c) Anjurkan pasien untuk mengatur pola nafas dengan hitungan
teratur.
d) Genggam ibu jari kurang lebih selama 3-5 menit dengan tamb
ahan nafas dalam kemudian lanjutkan ke jari-jari yang lain sat
u persatu dengan durasi yang sama
e) Setelah kurang lebih 15 menit, lakukan relaksasi genggam jari
ke jari tangan yang lain.

gambar1. 3 Tehnik Genggam Jari

30
Prosedur Pelaksanaan (SPO)
Tabel
a) Standar Prosedur Operasional Terapi Gemgam jari
SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL)
PENERAPAM TERAPI GENGGAM JARI
(Finger Hold )

Pengertian Tehnik genggam jari adalah tehnik relaksasi sederha


na yang mudah di lakukan oleh siapapun yang berhu
bungan dengan aliran tubuh manusia dan dapat men
gurangi rassa nyeri .

Tujuan 1. Mengurangi rasa nyeri, takut , dan cemas .


2. Mengurangi perasaan panik, lhawatir dan teranca
m
3. Memberikan perasaan yang nyaman pada tubuh.
4. Menenangkan fikiran dan dapat mengontrol emosi
5. Melancarkan aliran dalam darah.
Kebijakan Bahwa semua pasien yang mengalami nyeri dapat m
elakukan tehnik relaksasi genggam jari
Petugas Perawat
Peralatan 1. Lembar kuisioner
2. Jam tangan
Prosedur pelaksan A. Tahap Pra Interaksi

31
aan 1. Identitas pasien menggunakan minimal dua
identitas(nama lengkap, tanggal lahir, dan
atau nomor rekam medis)
2. Identifikasi kesiapan klien
3. Identifikasi skala nyeri
4. Cucui tangan langkah

B. Tahap Orientasi
5. Berikan salam dan menyapa anak
6. Memperkenalkan diri
7. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah
prosedur

C. Tahap Kerja
8. Persiapakan pasien dalam posisi yang
nyaman
9. Siapkan lingkungan yang tenang
10. Perawat meminta pasien untuk merilekan
fikiran,kemudian motivasi pasien dan prawat
mencatat, sehingga catatan tersebut dapat di
gunakan
11. Jelaskan rasional dan keuntungan dari tehnik
relaksasi genggam jari
12. Cuci tangan dan observasi Tindakan prosedur
dan pengendalian infeksi lain nya yang
sesuai, berikan privasi, bantu pasien k posisi
yang nyaman atau posisi bersandar, dan
minta pasien untuk bersikap tenang.
13. Minta pasien menarik nafas dalam dan
perlahan untuk merilkskan semua otot,
sambal menutup mata.
14. Peganglah jari, dimulai dari ibu jari selama 2-3
menit,bisa menggunakan tangan mana saja.
15. Anjurkan pasien menaruk nafas dengan
lembutn
16. Minta pasien untuk menghembuskan nafas
secara perlahan dan teratur.
17. Anjurkan pasien menarik nafas,hiruplah
Bersama perasaan tenang,damai dan
berfikiralah untuk mendapat kan kesembuhan.
18. Minta pasien untuk menghembuskan
nafas,hembuskan secara perlahan sambal
melepaskan prasaan dan permasalahan yang
menggangu pikiran dan bayngkan emosi yang
mengganggu tersebut kluar dari fikiran
19. Motivasi pasien untuk mempraktikan Kembali
tehnik relaksasi genggam jari.

32
D. Tahap Terminasi

20. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah


21. Dokumentasi prosedur yang telah dilakukan
dan respon pasien

Sumber (Tim Pokja Pedoman SPO DPP PPNI, n.d.)

6. Kerangka konsep

Apendisitis

Nyeri abdomen Penerapan tehnik relaksasi


genggam jari

Penurunan nyeri

33
BAB III
METODE STUDI KASUS

1. Disain studi kasus

Dalam disain studi kasus ini penulis menggunakan metode d


eskriptif untuk mengeksplorasi terapi genggam jari pada pasien yan
g mengalami post oprasi appendicitis, terhadap penurunan nyeri.ca
ra yang di lakukan adalah pendekatan, tehnik penerapan terapi den
gan Standar Oprasional Prosedur.

2. Tempat dan Waktu Studi kasus


Studi kasus ini akan dilaksanakan di RS TK II dr. AK Gani Pale
mbang. Dimana RS TK II dr. Ak Gani Palembang adalah rumah
sakit tipe C yang menjadi salah satu RS rujukan bagi pasien Ap
endisitis

3. Subjek studi kasus


Subjek studi kasus yang di gunakan dalam penelitian proposal
ini adalah pasien yang mengalami appendiktomi, dengam masalah
penurunan nyari yang memiliki kreteria sebagai brikut:

34
a. Kreteria inklusi
1) Pasien yang di rawat di Rumah Sakit AK.Gani Palembang,
yang menderita apendisisits.
2) Pasien yang bersedia melakukan terapi relaksasi genggam
jari
3) Pasien yang memiliki nyeri skala nyeri ringan sampai sedan
g akibat post oprasi apendiktomi
4) Pasien yang memeiliki keasdaran composmentis.
5) Pasien yang berusia 18- 40 tahun
6) Pasien yang kooperatif.
b. Kreteria eklusi
1) Pasien apendisitis yang tidak bersedia melakukan terapi rel
aksasi
2) Pasien apendisitis yang tidak melalukan Tindakan preopera
tive atau post ops
3) Paseien yang mengalami gangguan jiwa
4) Pasien yang tidak kooperatif

4. Definisis Oprasional
a. Relaksasi adalah sebuah keadaan dimana seseorang terbeb
as dari tekanan dan kecemasan atau kembalinya keseimbanga
n (equilibrium) setelah terjadinya gangguan. Secara fisiologis k
eadaan relaksasi ditandai dengan penurunan kadar epinefrin da
n non epinefrin dalam darah, penurunan frekuensi denyut jantu
ng (sampai mencapai 24 kali per menit), penurunan keteganga
n otot, metabolisme menurun, vasodilatasi (pelebaran pembulu
h darah) dan peningkatan temperatur pada extremitas.
b. Teknik relaksasi genggam jari dilakukan dengan cara meng
genggam jari sambil mengatur napas yang dilakukan selama ku
rang lebih 3-5 menit. Relaksasi genggam jari mampu menguran
gi ketegangan baik emosi maupun fisik, karena ketika menggen
ggam jari akan menghangatkan menghangatkan titik masuk da

35
n keluarnya energi meridian (Energy Channel) yang terletak pa
da jari tangan. Titik-titik refleksi yang ada pada tangan akan me
mberikan rangsangan secara spontan pada saat genggaman. R
angsangan tersebut akan mengalirkan gelombang listrik menuj
u otak yang kemudian diteruskan menuju saraf organ tubuh yan
g mengalami gangguan, sehingga mampu memperlancar sumb
atan yang ada di jalur energi (Puwhang 2011 diambil dari Pinan
dita, dkk, 2012 [7]).

c. Nyeri post operasi adalah suatu reaksi tubuh terhadap kerus


akan jaringan (mulai dari sayatan kulit hingga kerusakan yang d
itimbulkan proses operasi), tarikan atau regangan pada organ d
alam tubuh,maupun penyakitnya.

d. Relaksasi genggam jari diberikan setelah pasca operasi yait


u 6-7 jam setelah pemberian obat analgesik selama 2-4 jam. R
elaksasi genggam jari dilakukan selama 15 menit dalam satu ka
li sehari dan diberikan minimal selama 3 hari. Teknik relaksasi g
enggam jari mampu menurunkan nyeri pada semua klien pasca
operasi, kecuali pada klien yang mengalami luka di daerah tela
pak tangan dan telapak kaki tidak diperbolehkan untuk diberika
n terapi (Indriani S, 2020 [3]).

Adapun definisi istilah pada studi kasus ini adalah :


a.Terapi Relaksasi genggam jari adalah suatu bentuk pengaja
ran kepada pasien bagaimana menghilangkan rasa sakit d
engan memberikan pasien rasa tenang dan nyaman, dengan
metode pengalihan focus kepada Gerakan jari
b. Nyeri adalah rasa sakit dan ketidak nyamanan yang dapat di
sebapkan oleh efek penyakit atau cidera tertentu..

5. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen penelitian


Data yang di kumpulkan adalah data primer dan data skunder. Dat
a primer adalah data yang di proleh dari wawancara pasien dan sesi tanya
jawab, Metode dilakukan dengan mencari beberapa jurnal penelitian tenta

36
ng penerapan teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan intensita
s nyeri post operasi. Data skunder adalah pengumpulkan biodata pasien,r
ekam medis rumah sakit.Dimana hal pertama yang akan di lakukan adala
h mengidentifikasi pasien sesui kreteria inklusi yang telah di tentukan sebe
lum nya,setelah membina hubungan saling percaya antara pasien dengan
prawat dan melakukan kontrak waktu, selanjut nya melakukan pengkajian
lalu menetap kan diagnosis keperawatan,kenudian merencanakan interve
nsi setelaj itu mengimplementasikan nya pada pasien dan Langkah terakhi
r mengevaluasi hasil dari implementasi yang telah di berikan pada partisip
an.
4. Penyajian data

Bentuk penyajian data dalam studi kasus ini yaitu penera


pan terapi standar operasional prosedur Data yang dikumpulkan
melalui wawancara dan observasi diolah secara manual, setelah
itu data disajikan dalam bentuk naratif, disertai dengan kutipan u
capan lisan oleh subjek studi kasus yang menguatkan data.

5. Etika Studi Kasus


Etika studi kasus pada penelitian ini antara lain adalah :

1. Informed Consent (Persetujuan menjadi responden), diman


a subjek harus mendapat informasi secara lengkap tentang
tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak
untuk bebas berpatisipasi atau menolak menjadi responde
n. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa d
ata yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk menge
mbangkan ilmu.

2. Anonimity (tanpa nama) ,dimana subjek mempunyai hal u


ntuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiak
an. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan men
gaburkan identitas dari responden atau tanpa nama (Anomi
ty)

3. Confidentially (Rahasia) , kerahasiaan yang diberikan kepada r


esponden dijamin oleh peneliti Etika Studi Kasus

37
Etika studi kasus pada penelitian ini antara lain adalah :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for
human dignity)
Penulis perlu mempertimbangkan hak – hak subjek penelitian u
ntuk mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian melakuka
n penelitian tersebut. Disamping itu, penelitian juga memberikan
kebebasan kepada subjek utnuk memberikan informasi atau tid
ak memberikan informasi (berpartisipasi). Sebagai ungkapan, p
enelitian menghormati harkat dan martabat subjek penelitian, pe
neliti seyogiyanya mempersiapkan formulir persetujuan subjek (i
nform concent) yang mencakupi:
a).Penjelasan manfaat penelitian.
b).Penjelasan kemungkinanrisiko dan ketidaknyamanan yang di
timbulkan.
c).Penjelasan manfaat yang didapatkan.
d).Persetujuan penelitian dapat menjawab setiap pertanyaan ya
ng diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian
e).Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek
penelitian kapan saja.
f).aminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan in
formasi yang diberikan oleh responden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for priv


acy and confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak – hak dasar individu termasuk
privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Seti
ap orang berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya k
epada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan
informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek.Pe
neliti seyogyanya cukup menggunakan coding sebagai pengganti
indentitas responden.

38
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclu
siveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh penelitian dengan k
ejujuran, keterbukaan, dan kehati – hatian. Untuk itu, lingkungan p
enelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbuk
aan, yakni dengan menjelaskkan prosedur pnelitian. Prinsip keadi
lan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perl
akuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender,
agama, etnis, dan sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balan
cing herms and benefits) Sebuah penelitian hendaknya memperol
eh manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumny
a, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti hendaknya ber
usaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh
sebab itu, pelaksanaan rasa sakit, cidera, stres, maupun kematia
n subjek penelitian. kaidah keilmuan dan dilakukan berdasarkan h
ati nurani, moral, kejujuran, kebebasan, dan tanggung jawab,Meru
pakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan, k esejahtera
an, martabat, dan peradaban manusia, serta menghindar dari sub
jek penelitian atau masyarakat pada umumnya. (SK.Wali Amanah
Universitas Indonesia No. 007/Tap/M.WA-UI/2005) (Notoatmodjo,
2012)

39
LAMPIRAN OBSERVASI RESPONDEN
Instrumen studi kasus Skala nyeri sebelum intervensi di lakukan
Penerapan terapi relaksasi genggam jari untuk menurunkan nyeri pada
pasien post appendiktomi di RS.Tk II dr. Ak Gani Palembang
Petunjuk :
Pada skala nyeri ini di isi oleh peneliti setelah responden menunjukan
angka brapa skalanyeri yang di rasakan dengan menggunakan skala
Numeric Rating Scale (NRS) 0-1
Yaitu :
0 = Tidak nyeri
1-3 = Nyeri ringan
4-6 = Nyeri sedang
7-10 = Nyeri berat
Tanyakan pada responden pada angka brapa nyeri yang di rasakan
dengan menunjukan posisi garis yang sesuai untuk menggambarkan nyeri
yang di rasakan oleh responden sebelum intervensi di lakukan dengan
membuat tanda (X) pada skala yang telah di sediakan

40
LAMPIRAN OBSERVASI RESPONDEN
Instrumen studi kasus Skala nyeri setelah intervensi di lakukan
Penerapan terapi relaksasi genggam jari untuk menurunkan nyeri pada
pasien post appendiktomi di RS.Tk II dr. Ak Gani Palembang
Petunjuk :
Pada skala nyeri ini di isi oleh peneliti setelah responden menunjukan
angka brapa skalanyeri yang di rasakan dengan menggunakan skala
Numeric Rating Scale (NRS) 0-1
Yaitu :
0 = Tidak nyeri
1-3 = Nyeri ringan
4-6 = Nyeri sedang
7-10 = Nyeri berat
Tanyakan pada responden pada angka brapa nyeri yang di rasakan
dengan menunjukan posisi garis yang sesuai untuk menggambarkan nyeri
yang di rasakan oleh responden sebelum intervensi di lakukan dengan
membuat tanda (X) pada skala yang telah di sediakan

41
DAFTAR PUSTAKA
Cristiani, M. D. (2016). Pentingnya Pemahaman Manajemen Nyeri non Farmak
ologi Bagi Seorang Prawat. Jurnal Wawasab Kesehatan , vol 1(Pentingny
a Pemahaman Manajemen Nyeri non Farmakologi Bagi Seorang Prawat),
36–41.
Crownin dalam SJ Mahmuda (2019). (n.d.). Pengaruh relaksasi genggam jari t
erhadap penurunan intensits nyari pada pasien post appendiktomy.
(handaya 2017dalam idatriyani 2020). (n.d.). apendic.
Ika, R. (2018). JITOWIYONO2010, Dalam IKA RAHMAWATI 2018. ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI LAPARATOMY EKSPLO
RASI ATAS INDIKASI APENDIKS PERFORASI DENGAN MASALAH KE
PERAWATAN NYERI AKUT DI RUANG WIJAYA KUSUMA II RSUD CIA
MIS 2018 KARYA.
lee( 2013), D. 2013 dalam N. S. (2021). (n.d.). analisa jurnal leukosit pada pasi
en apendiksitis akut .
Mardaalena, I. (2017). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan si
stem pencernaan (A. Savitri, Ed.; 1st ed.). Pustaka Baru Press. pustakaba
rupress_redaksi@yahoo.com
menkes 2013, dalam A. A. (2020). (n.d.). asuhan keperawatan pada An.R den
gan post apendiktomi di ruang gelilea 3 anak rumah sakit bethesda .

42
Reksoprajo, 2010 dalam SJ (Mahmuda 2019). (n.d.). pengaruh relaksasi nafas
dalamdan genggam jari terhadp peurunan intensitas nyari  sedang pada p
asien post apendiktomi .
RI, M. K. (2019). teknik laparoskopi yang merupakan teknik pembedahan mini
mal infasif dengan metode terbaru yang sangat efektif (Berman& kozier, 2
018 dalam Manurung, Melva dkk, 2019) Laparoskopi apendiktomi adalah t
indakan bedah invasive minimal. Αγαη, 8(5), 55.
suratmi (2014). (n.d.). Diagnosis appendik akut.
Tim Pokja Pedoman SPO DPP PPNI, 2021. (n.d.). Tim Pokja Pedoman SPO D
PP PPNI, 2021.
ulya (2017) dalam K Wulandari, ( 2021). (n.d.). Gambaran pengelolaan Nyeri a
kut pada pasien post apandiktomi .
 

43

Anda mungkin juga menyukai