INKONTINENSIA URINE
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang mana berkat
Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya.
Akhir kata semoga apa yang telah kami tuliskan ini dapat lebih
bermanfaat, baik bagi pembaca maupun kepada penulisnya.
penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………..……………II
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….III
DAFTAR ISI………………………………………………………………..…..IV
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN…………………………………………4
1. KONSEP DASAR……………………………………………………….….4
A. DEFINISI……………………………………..……………………….…4
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI ……………...…………………………...4
C. ETIOLOGI…………………………………………………………….....7
D. PATOFISIOLOGI…………………………………………………….....7
PATHWAY……………………………………………………………....8
E. MANIFESTASI KLINIS………………………………………………...9
F. KOMPLIKASI……………………………………………………………9
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………………........10
H. PENATALAKSANAAN MEDIS………………………………….........11
2. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS……………………………........12
A. PENGKAJIAN……………………………………………………..…….12
B. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON…………………….……...12
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN…………………………………..…….13
D. INTERVENSI KEPERAWATAN………………………..…………..….16
E. EVALUASI……………………………………….……………………....19
iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih
yang tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan (Brunner and Suddarth,
2002). Inkontinensia urine didefinisikan sebagai keluarnya urine yang tidak
terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan
frekuensi dan jumlahnya,yang mengakibatkan masalah social dan higienis
penderitanya (FKUI, 2006).
Menurut International Continence Sosiety, inkontinensia urine adalah
kondisi keluarnya urin tak terkendali yang dapat didemonstrasikan secara
obyektif dan menimbulkan gangguan hygiene dan sosial.
B. ANATOMI FISIOLOGI
4
Susunan sistem perkemihan terdiri dari:
a. dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin
b. dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih
c. satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan
d. satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria (Panahi, 2010).
1. Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3.
Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari
ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dextra yang besar. Fungsi ginjal
adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
fibrosa, terdapat korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat
gelap, medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang
dibandingkan korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut
piramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil yang disebut papilla renalis (Panahi, 2010).
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai
pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.
Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi
ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-
masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal.
Nefron terdiri dari: glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal
dan tubulus urinarius (Panahi, 2010).
5
Tahap pembentukan urin :
a. Proses filtrasi, di glomerulus.
Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan
darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat,
bikarbonat diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut
filtrat glomerulus.
b. Proses reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar
dari glukosa, sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat.
Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus
proximal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan
sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi
secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla
renalis.
c. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
6
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke
dalam kandung kemih.
C. ETIOLOGI
Etiologi inkontinensia Urine menurut ( Sarwono,2001) adalah :
1. Poliuria, nokturia
2. Gagal jantung
3. Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia >50 tahun, Lebih
banyak terjadi pada lansia wanita dari pada Perokok, Minum alcohol
4. Obesitas
5. Infeksi saluran kemih (ISK)
D. PATOFISIOLOGI
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:
1. Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem Perkemihan vesika
urinaria (kandung kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal
sekitar 300-600 ml, dengan sensasi keinginan untuk berkemih
diantara150-350 ml. Berkemih dapat ditundas 1-2 jam sejak keinginan
berkemih dirasakan. Ketika keinginan berkemih atau miksi terjadi pada
otot detrusor kontraksi dan sfingter internal dan sfingter ekternal
relaksasi, yang membuka uretra. Pada orang dewasa muda hampir
semua urine dikeluarkan dengan proses ini. Pada lansia tidak semua
urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml atau kurang dianggap
adekuat. Jumlah yang lebih dari 100 ml mengindikasikan adanya
retensi urine. Perubahan yang lainnya pada peroses penuaan adalah
terjadinya kontrasi kandung kemih tanpa disadari. Wanita lansia, terjadi
penurunan produksi esterogen menyebabkan atrofi jaringan uretra dan
efek akibat melahirkan, mengakibatkan penurunan pada otot-otot
dasar (Stanley M &Beare G Patricia, 2006).
2. Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi
kandung kemih. Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan
pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam kandung kemih sampai
7
kapasitas berlebihan.Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan
kandung kemih bocor bila batuk atau bersin.
E. PATHWAY
8
F. MANIFESTASI KLINIS
9
Tanda-tanda Inkontinensia Urine menurut (H.Alimun Azis, 2006):
1. Inkontinensia Dorongan
a. Sering miksi
b. Spasme kandung kemih
2. Inkontinensia total
a. Aliran konstan terjadi pada saat tidak diperkirakan.
b. Tidak ada distensi kandung kemih.
c. Nokturia dan Pengobatan Inkontinensia tidak berhasil.
3. Inkontinensia stress
a. Adanya urin menetes dan peningkatan tekanan abdomen
b. Adanya dorongan berkemih.
c. Sering miksi
d. Otot pelvis dan struktur penunjang lemah
4. Inkontinensia refleks
a. idak dorongan untuk berkemih.
b. Merasa bahwa kandung kemih penuh.
c. Kontraksi atau spesme kandung kemih tidak dihambat padainterval
5. Inkontinensia fungsional
a. Adanya dorongan berkemih
b. Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urin
G. KOMPLIKASI
Menurut stanley & beare ( 2006 ) komplikasi dari gangguan inkontenensia
urine adalah :
1. Infeksi saluran kemih
2. infeksi kulit daerah kemaluan,
3. gangguan tidur
4. decubitus
5. ruam
6. masalah psikososial
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
10
Pemeriksaan Penunjang Inkontinensia Urine menurut (Soeparman &
Waspadji, 2001) yaitu :
1. Uji urodinamik sederhana yang dapat dilakukan tanpa menggunakan
alat-alat mahal. Sisa-sisa urin pasca berkemih perlu diperkirakan pada
pemeriksaan fisik. Pengukuran yang spesifik dapat dilakukan dengan
ultrasound atau kateterisasi urin. Merembesnya urin pada saat
dilakukan penekanan dapat juga dilakukan. Evaluasi tersebut juga
harus dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan ada desakan
keinginan untuk berkemih. Diminta untuk batuk ketika sedang diperiksa
dalam posisi litotomi atau berdiri. Merembesnya urin seringkali dapat
dilihat. Informasi yang dapat diperoleh antara lain saat pertama ada
keinginan berkemih, ada atau tidak adanya kontraksi kandung kemih
tak terkendali, dan kapasitas kandung kemih.a.
2. Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji untuk
menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuria. Tes
laboratorium tambahan seperti kultur urin, blood urea nitrogen,
creatinin,kalsium glukosa sitol.
3. Catatan Berkemih dilakukan untuk mengetahui pola berkemih. Catatan
ini digunakan untuk mencatat waktu dan jumlah urin saat mengalami
inkontinensia urine dan tidak inkontinensia urine, dan gejala berkaitan
denga inkontinensia urine. Pencatatan pola berkemih tersebut
dilakukan selama 1-3 hari. Catatan tersebut dapat digunakan untuk
memantau respons terapi dan juga dapat dipakai sebagai intervensi
terapeutik karena dapat menyadarkan pasien faktor pemicu.
12
II. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pemikiran dasar dan proses keperawatan
yangbertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien
agar dapat mengidentifikasi mengenali masalah-masalah kebutuhan
kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan ( Dermawan, 2012).
1. Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang identitas pasien meliputi nama
pasien, tempat tanggal lahir, alamat, umur pasien, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, status kawin, agama, dan penanggung jawab
pasien.
2. Keluhan utama
Selama pengumpulan riwayat kesehatan, perawat menanyakan
kepada pasien tentang tanda dan gejala yang dialami oleh pasien.
Setiap keluhan harus ditanyakan dengan detail kepada pasien.
Disamping itu juga diperlukan pengkajian mengenai keluhan yang
dirasakan meliputi lama timbulnya.
3. Riwayat penyakit sekarang
Perawat mengkaji apakah terjadi pada waktu yang tertentu saja.
Seperti sebelum atau sesudah makan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengkaji riwayat penyakit dahulu atau riwayat penyakit
sekarang. Perawat harus mengkaji apakah gejala yang berhubungan
dengan penyakit yang saat ini tengah diderita oleh pasien.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Berisi tentang riwayat kesehatan atau penyakit yang pernah
diderita oleh keluarga.
13
2. Pola eliminasi
Menjelaskan tentang pola fungsi eksresi serta kandung kemih atau
kulit, pengkajian yang dilakukan meliputi: kebiasaan defekasi, ada
tidaknya masalah defekasi, miksi serta masalah bau badan.
3. Pola latihan aktivitas
Menggambarkan tentang pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan,
pentingnya latihan atau gerak dalam keadaan sehat maupun sakit,
gerak tubuh dan kesehatan berhubungan dengan satu sama lain.
4. Pola kognitif perseptual
Menjelaskan tentang persepsi sendiri dan kognitif. Pola ini meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh.
5. Pola istirahat dan tidur
Menggambarkan pola tidur serta istirahat pasien, pengkajian yang
dilakukan pola ini meliputi jam tidur siang dan malam pasien, masalah
selama tidur, insomnia atau mimpi buruk.
6. Pola konsep diri-persepsi diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri serta persepsi terhadap
kemampuan diri sendiri dan kemampuan konsep diri yang meliputi:
gambaran diri, harga diri, peran, identitas, dan ide diri sendiri.
7. Pola peran dan hubungan
Menggambarkan serta mengetahui hubngan pasien serta peran
pasien terhadap anggota keluarga serta dengan masyarakat yang
berada dalam lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
8. Pola koping dan toleransi stress
Menggambarkan tentang pola cara menangani stress yang
meliputi dengan cara: interaksi dengan orang terdekat, menangis dan
sebagainya.
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Menurut tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016 diagnosis keperawatan
merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial.
14
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan
Inkontinensia urine adalah :
1) Inkontinensia urine berlebih : kehilangan urine yang tidak terkendali akibat
overdistensi kandung kemih.
Penyebab
1. Blok spingter
2. Kerusakan atau ketidakadekuatan jalur aferen
3. Obstruksi jalan keluar urine ( mis. Impaksi fekal, efek agen
farmakologis)
4. Ketidakadekuatan destrusor (mis. Pada kondisi stress atau tidak
nyaman, deconditioned volding)
Subjektif :
Objektif :
Objektif :
15
2) Hipovolemia : penurunan volume cairan intravascular, interstisial, dan atau
intraseluler.
penyebab :
1. kehilangan cairan aktif
2. kegagalan mekanisme regulasi
3. peningkatan permeabilitas kapiler
4. kekurangan intake cairan
5. Evaporasi
Objektif :
Subjektif :
1. merasa lemah
2. mengeluh haus
Objektif :
16
3) Gangguan pola tidur : gangguan kualitas waktu tidur akibat faktor
eksternal.
Penyebab :
1. Hambatan lingkungan ( mis, kelembaban lingkungan sekitar, suhu,
lingkungan dsb)
2. Kurang control tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur
Subjektif :
Subjektif :
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Intervensi keperawatan
adalah segala treatmen yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan
pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencari luaran (outcome)
yang diharapkan.
17
NO. DIAGNOSIS SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1 Inkontinensia urine Setelah dilakukann Manajemen inkontinensia urine
berlebih intervensi selama …x24 Observasi
jam, kontinnsia urine 1. Identifiksasi penye
membaik dengan kriteria inkontinensia urine
hasil : 2. Identifikasi perasaan
Nokturia menurun persepsi terha
Residu volume inkontinensia urine
urine setelah Teraupetik
berkemih menurun 1. Sediakan pakaian
Distensi kandung lingkungan yang menduk
kemih menurun program inkontinensia urine
Dribbling menurun 2. Ambil sampel urine u
Hesitancy menurun pemeriksaan urine lengkp
membaik Edukasi
1. Jelaskan definisi jenis
penyebab inkontinensi urine
2. Diskusikan program inkontin
urine
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan medis
fisioterapis untuk menga
inkontinensia urine, jika perlu
2 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
intervensi selama …x24 -Observasi :
jam status nutrisi membaik 1. Periksa tanda dan gejala hypovolem
dengan kriteria hasil : (mis. Frekuensi nadi meningkat, nad
1. Kekuatan nadi teraba lemah, tekanan darah menur
meningkat tekanan nadi menyempit, turgor kuli
2. Turgor kulit meningkat menurun, membrane mukosa kering
18
3. Output urine meningkat volume urine menurun, hematokrit
4. Ortopnea menurun meningkat, haus, lemah)
5. Dispnea menurun 2. Monitor intake dan output cairan
6. Paroxysmal nocturnal -Terapeutik :
dyspnea (PND) 1. Hitung kebutuhan cairan
menurun 2. Berikan posisi modified trendelenbu
7. Edema anasarka 3. Berikan asupan cairan oral
menurun -Edukasi :
8. Edema perifer menurun 1. Anjurkan memperbanyak asupan ca
9. Frekuensi nadi oral
membaik 2. Anjurkan mengindari posisi mendad
10. Tekanan darah -Kolaborasi :
membaik 1. Kolaborasi pemberian cairan IV isot
11. Tekanan nadi membaik (NaCl, RL)
12. Membrane mukosa 2. Kolaborasi pemberian caira IV (gluk
membaik 2,5%, NaCl 0,4%)
13. Jugular venous 3. Kolaborasi pemberian cairan koloid
pressure (JVP) (albumin, plasmanate)
membaik Kolaborasi pemberian produk darah
14. Kadar Hb membaik
Kadar Ht membaik
3 Gangguan pola Setelah dilakukann Dukungantidur:
tidur intervensi selama …x24 OBSERVASI
jam, pola tidur membaik 1. Identifikasi pola aktivitas tidur
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor pengganggu
Keluhan sulit tidur tidur (fisik/psikologis)
menurun 3. Identifikasi obat tidur yang
Keluhan sering dikonsumsi
terjaga menurun TERAPEUTIK
Keluhan tidak puas 1. Modifikasi lingkungan (mis.
tidur menurun Pencahayaan, kebisingan, su
Keluhan pola tidur dan
berubah menruun tempat tidur.
Keluhan istirahat 2. Tetapkan jadwal tidur rutin
19
tidak cukup 3. Fasilitasi menghilangkan setr
menurun 4. Ajarkan teknik relaksasi
Edukasi
1. Sediakan materi dan m
pengaturan
aktivitas dan istirahat
2. Jelaskan pentingnya melaku
aktivitas
fisi/berolahraga
3. Ajarkan cara mengidentifi
kebutuhan
istirahat (mis. Kelelahan, se
nafas saat aktivitas)
4. Ajarkan cara mengidentifi
target dan
jenis aktivitas sesuai kemampua
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan.
Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan keperawatan, apakah asuhan
keperawatan yang dilakukan kepasien berhasil mengatasi masalah pasien
ataukah asuhan yang sudah dibuat akan terus berkesinambungan terus
20
mengikuti siklus proses keperawatan sampai benar-benar masalah pasien
tersebut teratasi (Ernawati,2019 ).
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil
PERKINA (2018). Panduan tata laksana inkontinensia urine pada anak. Edisi 2.
stikescendekiautamakudus.ac.id
21