Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS TENTANG

DECOMPOSISI CORDIS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 11

1.ADHULIL JANNATI(01.20.0002)

2.REGSA SUKMA ANDIKA(01.20.0039)

3.WULAN OKTA MALINDA(01.20.0055)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena
berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami membahas “DECOMPENSASI CORDIS”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam memperdalam ilmu pengetahuan
sekaligus dapat diupayakan untuk dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembuatan makalah ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan :
 Ns.Fermata Sari,S.Kep.,M.Kep.,selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
 Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat.

Palembang, OKTOBER 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

B. Rumusan masalah

C. Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT DEKOMPENSASI CORDIS

1. Pengertian Dekompensasi cordis

2. Anatomi Fisiologi

3. Patofisiologi

4. Manifestasi klinis

5. Komplikasi

6. Pemeriksaan diagnostic

7. Penatalaksanaan medis dan keperawatan

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

C. Riwayat kesehatan

D. Pemeriksaan fisik

E. Daftar masalah keperawatan

F. Intervensi keperawatan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

3
B. Saran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dekompensasi kordis (DK) atau gagal jantung (GJ) adalah suatu keadaan dimana jantung
tidak dapat mempertahankan sirkulasi yang adekuat yang ditandai oleh adanya suatu
sindroma klinis berupa dispnu (sesak nafaS), fatik (saat istirahat atau aktivitas), dilatasi vena
dan edema, yang diakibatkan oleh adanya kelainan struktur atau fungsi jantung.
Insiden penyakit gagal jantung saat ini semakin meningkat.Dimana jenis penyakit gagal
jantung yang paling tinggi prevalensinya adalah Congestive Heart Failure (CHF). Di Eropa,
tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000 penduduk yang berusia 25 tahun. Sedang pada anak–
anak yang menderita kelainan jantung bawaan, komplikasi gagal jantung terjadi 90%
sebelum umur 1 tahun, sedangkan sisanya terjadi antara umur 5 – 15 tahun.
Perlu diketahui, bahwa dekompensasi kordis pada bayi dan anak memiliki segi tersendiri
dibandingkan pada orang dewasa, yaitu :
1. Sebagian besar penyebab gagal jantung pada bayi dan anak dapat diobati (potentially
curable).
2. Dalam mengatasi gagal jantung tidak hanya berhenti sampai gejalanya hilang,
melainkan harus diteruskan sampai ditemukan penyebab dasarnya.
3. Setelah ditemukan penyebabnya, bila masih dapat diperbaiki maka harus segera
dilakukan perbaikan.
4. Lebih mudah diatasi dan mempunyai prognosis yang lebih baik daripada gagal
jantung pada orang dewasa.
Sementara itu, menurut Aulia Sani, penyakit gagal jantung meningkat dari tahun ke
tahun. Berdasarkan data di RS Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus dari penyakit gagal
jantung ini pada tahun 1997 adalah 248 kasus, kemudian melaju dengan pesat hingga
mencapai puncak pada tahun 2000 dengan 532 kasus. Karena itulah, penanganan sedini
mungkin sangat dibutuhkan untuk mencapai angka mortalitas yang minimal terutama pada
bayi dan anak-anak.
Faktor yang dapat menimbulkan penyakit jantung adalah kolesterol darah tinggi, tekanan
darah tinggi, merokok, gula darah tinggi (diabetes mellitus), kegemukan, dan stres. Akibat

4
lanjut jika penyakit jantung tidak ditangani maka akan mengakibatkan gagal jantung,
kerusakan otot jantung hingga 40% dan kematian.
WHO menyebutkan rasio penderita gagal jantung di dunia adalah satu sampai lima orang
setiap 1000 penduduk. Penderita penyakit jantung di Indonesia kini diperkirakan mencapai
20 juta atau sekitar 10% dari jumlah penduduk di Nusantara (www.depkes.go.id).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan dengan masalah
penyakit jantung.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh gambaran tentang pengkajian dengan masalah penyakit jantung.
b. Memperoleh gambaran tentang masalah dan diagnosa keperawatan dengan
masalah penyakit jantung.
c. Memperoleh gambaran tentang rencana keperawatan dengan masalah penyakit
jantung.
d. Melakukan tindakan keperawatan serta evaluasi proses tindakan keperawatan
dengan masalah penyakit jantung.
e. Melakukan evaluasi hasil yang dibahas melalui catatan perkembangan dengan
masalah penyakit jantung.
f. Memperoleh gambaran tentang faktor penunjang dan faktor penghambat dalam
penerapan asuhan keperawatan dengan masalah penyakit jantung.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian

Berdasar definisi patofisiologik gagal jantung (decompensatio cordis) atau dalam


bahasa inggris Heart Failure adalah ketidakmampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan pada saat istirahat atau kerja ringan. Hal tersebut akan menyebabkan
respon sistemik khusus yang bersifat patologik (sistem saraf, hormonal, ginjal, dan lainnya)
serta adanya tanda dan gejala yang khas (Fathoni, 2007).

2. Anatomi fisiologi

6
3. Patofisiologi

Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat
penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif.Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup,dan
meningkatkan volume residu ventrikel. Sebagai respon terhadap gagal jantung,ada tiga
mekanisme primer yang dapat di lihat :
 Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik
 Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron
 Hipertrofi ventrikel
Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah
jantung.
Kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada
keadaan beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi
semakin kurang efektif. Meurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan
respon simpatik kompensatorik. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik merangang
pengeluaran katekolamin dari saraf saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal.Denyut
jantuing dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung.Juga terjadi
vasokonstriksi arteria perifer untuk menstabilkan tekanan arteria dan redistribusi volume
darah dengan mengurangi aliran darah ke organ organ yang rendah metabolismenya seperti
kulit dan ginjal, agar perfusi ke jantung dan otak dapat dipertahankan.

Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa :
1. Penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus
2. Pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus
3. Iteraksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiotensin I
4. Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II
5. Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal
6. Retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul.

7
Substrat rennin angiotensinogen

Renin inaktif Renin

Aktivasi peptida
Angiotensin I natriuetik atrial

Angiotensin Converting Enzyme

Angiotensin II

Peningkatan aktivitas simpatis Sekresi ADH


Sekresi
aldosteron

Retensi garam dan air


Vasokontriksi Vasokontriksi
perifer kapiler dan
tubulus ginjal Aktivasi gagal
meningkat
Peningkatan volume plasma

Peningkatan tekanan darah

8
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau
bertambahnya tebal dinding.Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel
miokardium;tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal
jantung,sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial.Respon miokardium terhadap
beban volume,seperti pada regurgitasi aorta,ditandai dengan dilatasi dan bertambahnya tebal
dindi

9
WOC DECOMPENSASI CORDIS

10
4. Manifestasi klinis

Berikut adalah manifestasi klinis gagal jantung, (Majid, 2017):


1) Tanda dominan : Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif jaringan
akibat tekanan arteri dan vena meningkat karena penurunan curah jantung.
Manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan yang terjadi
di ventrikel.

2) Gagal jantung kiri : Kongesti paru menonjol, hal ini disebabkan ketidak
mampuan ventrikel kiri memompa darah yang datang dari paru.
Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :

a) Dispnea : Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan


mengganggu pertukaran gas, bisa juga terjadi ortopnea. Beberapa pasien
bisa mengalami kondisi ortopnea pada malam hari yang sering disebut
Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND).

b) Batuk.

c) Mudah lelah : Terjadi karena curah jantung berkurang dan menghambat


jaringan dari sirkulasi normal, serta terjadi penurunan pada pembuangan
sisa dari hasil katabolisme yang diakibatkan karena meningkatnya energi
yang digunakan saat bernafas dan terjadinya insomnia karena distress
pernafasan.

d) Kegelisahan dan kecemasan. Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan,


stress akibat kesakitan saat bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi bagaimana semestinya.

3) Gagal jantung kanan


a) Kongestif pada jaringan perifer dan jaringan viseral.
b) Edema ekstrimitas bawah, biasanya edema pitting, penambahan berat

11
badan.
c) Hepatomegali dan nyeri tekan pada abdomen di kuadran kanan atas,
terjadi karena adanya pembesaran vena di hepar.
d) Anoreksia dan mual. Terjadi karena adanya pembesaran vena dan statis
vena di dalam rongga abdomen.
e) Nokturia (sering kencing malam hari).
f) Kelemahan.

5. Komplikasi
Berikut komplikasi dari gagal jantung menurut (Wijaya & Putri 2013) antara lain :
1) Adema paru akut dapat terjadi akibat gagal jantung kiri.

2) Syok kardiogenik.
Akibat penurunan dari curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak
adekuat ke organ vital (jantung dan otak).

3) Episode trombolik.
Thrombus terbentuk akibat imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi,
trombus dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.

4) Efusi pericardial dan tamponade jantung.


Masuknya cairan ke kantung pericardium, cairan dapat meregangkan
pericardium sampai ukuran maksimal. Cardiac output menurun dan aliran
balik vena ke jantung.

6. Pemeriksaan diagnostic

Diagnosis gagal jantung seharusnya menggunakan kriteria klinis maupun penilaian jantung
secara objektif.Diagnosis tersebut sangat perlu ditegakkan sebelum memberikan
penatalaksanaan. Alat diagnosis dasar untuk gagal jantung semuanya bersifat non-infasi,
yaitu : ekokardiografi, elektrocardiografi, dan foto sinar X dada.
Pemeriksaan objektif diperlukan karena 2 alasan :
1. Untuk menilai kinerja jantung

12
2. Untuk menentukan penyebab dasar gagal jantung, khususnya jika penyebab dapat diobati
atau bahkan dihilangkan, misalnya kelainan katub, endocarditis infektif, efusi pericardial,
dan emboli pada paru.

a. EKOCARDIOGRAFI
Sebaiknya digunakan sebagai alat pertama dengan diagnosis dan menejemen gagal
jantung.Gambaran yang paling sering ditemukan pada gagal jantung adalah akibat
penyakit jantung iskemik, cardiomiopati dilatasi, dan beberapa kelainan katub
dilatasi ventrikel kiri yang disertai hipokinesis seluruh dinding ventrikel.Pemeriksaan
ekokardiografi dapat digunakan untuk memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel
kiri.Dimensi ventrikel kiri pada akhir diastolik dan sistolik dapat direkam dengan
ekokardiografi mode-M standar seperti gambar di bawah ini.

Ultrasonografi Doppler gelombang kontinu dapat digunakan untuk menghitung


derajat stenosis dengan mengukur kecepatan aliran darah. Ultrasonografi Doppler,
termasuk aliran warna dapat digunakan untuk menilai regurgitasi katup dan pirau
intrakardiak. Aneurisma ventrikel kiri, thrombus dalam ventrikel, efusi pericardial,
dan berbagai bentuk penyakit jantung congenital juga dapat dideteksi.

13
b. Rontgen Dada
Foto sinar X dada posterior anterior dapat menunjukkan adanya hipertensi vena,
edema paru, atau kardiomegali.Bukti pertama adanya peningkatan tekanan vena paru
adalah adanya diversi aliran darah ke daerah atas dan adanya peningkatan ukuran
pembuluh darah.

14
Pengukuran jantung dengan sinar X kurang akurat, sehingga ukuran jantung mungkin
dapat saja normal pada klien yang sudah didiagnosis gagal jantung. Sinar X dada juga
dapat menunjukkan kelainan katup mitral dengan adanya pembesaran atrium
kiri.Klasifikasi katup atau pericardial menunjukkan aneurisma ventrikel kiri atau efusi
pericardial yang tampak sebagai jantung globular besar.

c. Elektrokardiografi
Pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan gagal jantung dapat ditemukan kelainan
EKG seperti di bawah ini.
1. Left bundle branch block, kelainan ST/T menunjukkan disfungsi ventrikel kiri
kronis.
2. Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen ST, penyakit
jantung iskemik
3. Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukkan stenosis aorta
dan penyakit jantung hipertensi.
4. Aritmia : deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan hipertrofi
ventrikel kanan menunjukkan adanya disfungsi ventrikel kanan.

15
7. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
Bertujuan :
a. menurunkan kerja jantung
b. meningkatkan gurah jantung dan kontraktilitas miocard
c. menurunkan retensi garam dan air
Pelaksanaannya meliputi :
1. Tirah Baring
Kebutuhan pemompaan jantung diturunkan, untuk gagal jantung kongesti tahap akut
dan sulit disembuhkan.
2. Pemberian diuretik
Akan menurunkan preload dan kerja jantung
3. Pemberian morphin
Untuk mengatasi edema pulmonal akut, vasodilatasi perifer, menurunkan aliran balik
vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnoe berat.
4. Reduksi volume darah sirkulasi

16
Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang bermanfaat pada pasien dengan
edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan volume darah
dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena dan tekanan pengisian serta
sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik segera.
5. Terapi nitrit
Untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload.
6. Terapi digitalis
Obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas (inotropik), memperlambat frekwensi
ventrikel, peningkatam efisiensi jantung.
7. Inotropik positif
 Dopamin
Pada dosis kecil 2,5 s/d 5 mg/kg akan merangsang alpha-adrenergik beta-
adrenergik. Dan reseptor dopamine ini mengakibatkankeluarnya katekolamin dari
sisi penyimpanan saraf.Memperbaiki kontraktilitas curah jantung isi
sekuncup.Dilatasi ginjal-serebral dan pembuluh koroner. Pada dosis maximal 10-
20 mg/kg BB akan menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan beban kerja
jantung.
 Dobutamin
Merangsang hanya betha adrenergik.Dosis mirip dopamine memperbaiki isi
sekuncup, curah jantung dengan sedikit vasokonstriksi dan tachicardi.
Tindakan-tindakan mekanis
Dukungan mekanis ventrikel kiri (mulai 1967) dengan komterpulasi balon intra
aortic / pompa PBIA.Berfungsi untuk meningkatkan aliran koroner, memperbaiki isi
sekuncup dan mengurangi preload dan afterload ventrikel kiri.Tahun 1970, dengan
extracorporeal membrane oxygenation (ECMO).Alat ini menggantikan fungsi jantung
paru.Mengakibatkan aliran darah dan pertukaran gas. Oksigenasi membrane
extrakorporeal dapat digunakan untuk memberi waktu sampai tindakan pasti seperti
bedah bypass arteri koroner, perbaikan septum atau transplantasi jantung dapat dilakukan.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan, meliputi :
 Dispnea
Merupakan manifestasi kongesti pulmonalis sekunder dari kegagalan ventrikel
kiri dalam melakukan kontraktilitas sehingga akan mengurangi curah
sekuncup.
 kelemahan fisik
Manifestasi dari penurunan curah jantung adalah kelemahan dan kelelahan
dalam melakukan aktifitas.
 edema sistemik
Tekanan arteri paru dapat meningkat sebagai respons terhadap peningkatan
kronis terhadap tekanan vena paru.Hipertensi pulmonar meningkatkan tahanan
terhadap ejeksi ventrikel kanan. Mekanisme kejadian seperti yang terjadi pada
jantung kiri juga akan terjadi pada jantung kanan, di mana akhirnya akan
terjadi kongesti sistemik dan edema sistemik.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dengan melakukan serangkaian
pertanyaan tentang kronologis keluhan utama.Pengkajian yang didapat dengan
adanya gejala-gejala kongesti vascular pulmonal adalah dispnea, ortopnea, dispnea
nocturnal paroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut.Pada pengkajian dispnea
(dikarakteristikkan oleh pernapasan cepat, dangkal, dan sensasi sulit dalam
mendapatkan udara yang cukup dan menekan klien) apakah mengganggu aktifitas
lainnya seperti keluhan tentang insomnia, gelisah atau kelemahan yang disebabkan
oleh dispnea).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, dan

18
hiperlipidemia.Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada
masa lalu yang masih relevan.Obat-obat ini meliputi obat diuretik, nitrat, penghambat
beta, serta obat-obat antihipertensi.Catat adanya efek samping yang terjadi di masa
lalu. Juga harus tanyakan adanya alergi obat, dan tanyakan reaksi alergi apa yang
timbul. Seringkali klien mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat.
d. Riwayat Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta bila
ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.
Penyakit jantung iskemik pada orang tua timbulnya pada usia muda merupakan faktor
resiko utama untuk penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
e. Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan social :
menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, misalnya minum alcohol, atau obat
tertentu. Kebiasaan merokok,sudah berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis
rokok. Di samping pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, maka data biografi juga
merupakan data yang perlu diketahui, yaitu : nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, suku, dan agama yang dianut oleh klien.Dalam mengajukan pertanyaan
kepada klien, hendaknya diperhatikan kondisi klien.Bila klien dalam keadaan kritis,
maka pertanyaan yang diajukan bukan pertanyaan terbuka, tetapi pertanyaan yang
jawabannya adalah ya atau tidak.Atau pertanyaan yang dapat dijawab oleh klien
dengan gerak tubuh, yaitu mengganggu atau kepala saja, sehingga tidak memerlukan
energi yang besar.
f. Psikososial
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat
kesakitan bernapas, dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan
baik.Penurunan lebih lanjut dari curah jantung dapat disertai insomnia atau
kebingungan.
Terdapat perubahan integritas ego didapatkan klien menyangkal, takut mati, perasaan
ajal sudah dekat, marah pada penyakit yang tak perlu, khawatir dengan keluarga,
kerja, dan keuangan.Tanda : menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,
gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri. Interksi social : stress
karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, kesulitan koping dengan
stressor yang ada.

19
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada pemeriksaan umum klien gagal jantung biasanya didapatkan kesadaran yang
baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan
perfusi system saraf pusat.
b. B1 ( Breathing)
Pengkajian yang didapat dengan adanya tanda kongesti vascular pulmonal adalah
dispnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dan edema pulmonal
akut.Crackles atau ronchi basah halus secara umum terdengar pada dasar posterior
paru.Hal ini dikenali sebagai bukti gagal ventrikel kiri. Sebelum crackles dianggap
sebagai kegagalan pompa, klien harus diinstruksikan untuk batuk dalam guna
membuka alveoli baliaris yang mungkin dikompresi dari bawah diafragma.
c. B2 (Blood)
 Inspeksi
Adanya parut pasca pembedahan jantung, dampak penurunan curah jantung,
gejala-gejala yang diakibatkan dari kongesti vaskuler pulmonal, kegagalan
ventrikel kiri juga dihubungkan dengan gejala tidak spesifik yang berhubungan
dengan penurunan curah jantung.Klien dapat mengeluh lemah, mudah lelah,
apatis, letargi, kesulitan berkonsentrasi, defisit memori, dan penurunan toleransi
latihan.Gejala ini mungkin timbul pada tingkat curah jantung rendah kronis dan
merupakan keluhan utama klien.
 Palpasi
Oleh karena peningkatan frekuensi jantung merupakan respons awal jantung
terhadap stres, takikardia mungkin dicurigai dan sering ditemukan pada
pemeriksaan klien dengan kegagalan pompa jantung. Irama lain yang
berhubungan dengan kegagalan pompa jantung meliputi : kontraksi atrium
premature, takikardi atrium proksimal, dan denyut ventrikel premature.
 Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan isi sekuncup. Tanda fisik
yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dapat dikenali dengan mudah di
bagian yang meliputi : bunyi jantung ketiga dan keempat (S3, S4) serta crakles
pada paru-paru
 Perkusi

20
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya hipertropi jantung
(kardiomegali).
d. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan
perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien : wajah meringis, menangis, merintih,
meregang dan menggeliat.
e. B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan, karena itu
perawat perlu memantau adanya oliguria karena perupakan tanda awal dari syok
kardiogenik.Adanya edems ekstremitas menendakan adanya retensi cairan yang
parah.
f. B5 (Bowel)
Klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat
pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan berat
badan.
g. B6 (Bone)
Demam ringan dan keringat berlebihan, kulit pucat dan dingin diakibatkan oleh
vasokontriksi perifer, penurunan lebih lanjut dari curah jantung dan meningkatnya
kadar hemoglobin tereduksi mengakibatkan sianosis.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktifitas yang b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan
kebutuhan sekunder penurunan curah jantung.
2. ansietas yang b/d rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis,
ancaman atau perubahan kesehatan
3. Aktual/resiko tinggi menurunnya curah jantung, yang b/d penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama dan konduksi elektrikal.

21
C. INTERVENSI

No Diagnosa kep SLKI SIKI


1 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
yang b/d keperawatan selama 2x24 Observasi :
ketidakseimbangan jam pasien di harapkan 1. Monitor pola dan jam
antara suplai oksigen intoleansi aktifitas tidur
ke jaringan dengan meningkat. Kriteria Hasil : 2. Monitor lokasi dan
kebutuhan sekunder 1. Kemudahan melakukan ketidaknyamanan
penurunan curah aktivitas sehar-hari selama melakukan
jantung meningkat aktivitas
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis.
Cahaya, suara,
kunjungan)
2. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenagkan
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
terhadap
3. Ajarkan streategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi : -
Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

2. Ansietas yang b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi :

22
rasa takut akan keperawatan selama 2x24 1. Identifikasi sangat
kematian, penurunan jam pasien di harapkan singkat ansietas
status kesehatan, ansietas menurun berubah (mis.
situasi krisis, ancaman Kriteria hasil : Kondisi, waktu,
atau perubahan 1. Verbalisasi stresor)
kesehatan. kebingungan 2. Monitor tanda-tanda
menunurun ansietas (verbal dan
2. Verbalisasi nonverbal)
khawatir akibat Terapeutik :
kondisi yang 1. Ciptakan suasana
dihadapi menurun terapeutik utuk
menumbuhkan
kepercayaan 2
2. . Pahami situasi yang
membuat ansietas
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
3. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perl

3. Aktual/resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Observasi :


menurunnya curah keperawatan selama 2x24 1. Identifikasi
jantung, yang b/d jam pasien di harapkan tanda/gejala
penurunan resiko penurunan curah penurunan curah
kontraktilitas ventrikel jantung dapat teratasi, jantung (meliputi
kiri, perubahan kriteria hasil dispnea, kelelahan,
frekuensi, irama dan 1. Kekuatan nadi edema, ortopnea,

23
konduksi elektrikal perifer dar skala paroxysmal nocturnal
5nmeningkat dyspnea, peningkatan
menjadi skala 1 CVP)
menurun 2. Identifikasi
2. Bradikardi dari tanda/gejala sekunder
skala 1 meningkat penurunan curah
menjadi skala 5 jantung (meliputi
menurun peningkatan berat
3. Takikardi dari badan, hepatomegali,
skala 1 meningkat distensi vena jugulari,
menjadi skala 5 palpitasi, ronkhi
menurun basah, oliguria, batuk,
4. Ortopnea dari kulit pucat)
skala 2 cukup 3. Monitor intake dan
meningkat menjadi output cairan
skala 4 cukup 4. .Monitor aritmia
menurun (kelainan irama dan
5. Suara jantung S3 frekuensi)
dan S4 dari skala 1 5. Monitor fungsi alat
meningkat menjadi pacu jantung
skala 3 sedang 6. Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas
Teraupetik :
1. Posisikan pasien
semifowler atau
fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi
nyaman
2. Berikan diet jantung
yang sesuai (mis.
batasi asupan kafein,
natrium, kolesterol,

24
dan makanan tinggi
lemak)
3. Gunakan stocking
elastis atau pneumatik
intermiten, sesuai
indikasi
Edukasi :
1. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
2. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

BAB IV

PENUTUP

25
A. KESIMPULAN
Berdasar definisi patofisiologik gagal jantung (decompensatio cordis) atau dalam
bahasa inggris Heart Failure adalah ketidakmampuan jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan pada saat istirahat atau kerja ringan. Hal tersebut
akan menyebabkan respon sistemik khusus yang bersifat patologik (sistem saraf,
hormonal, ginjal, dan lainnya) serta adanya tanda dan gejala yang khas (Fathoni,
2007).

Gagal jantung disebabkan oleh banyak kondisi yang merusak otot jantung, termasuk:
- Penyakit arteri koroner
- Serangan jantung
- Cardiomyopathy
- Kondisi yang menyebabkan jantung bekerja melampaui batas kemampuan.
-Abnormal pressure over load (sistolik over load
- Abnormal volume over load (diastolic over load
-Kenaikan kebutuhan metabolisme beban kebutuhan sirkulasi badan melampaui daya
kerja jantung (high output failure)
- Gangguan pengisian dari ventrikel

B. SARAN

Saran sesuai dengan masalah yang telah disimpulkan oleh penulis, pada akhir makalah
penulis memberikan saran bahwa untuk penaggulangan penyakit decompensatio
cordis, masyarakat harus mengurangi kebiasaan merokok, pengurangan makanan
berkolesterol tinggi, makanan berlebih yang menyebabkan obesitas, perbanyak makan
sayur dan buah, kurangi stress dan lainnya yang telah tertulis dalam makalah guna
memperkecil resiko decompensatio cordis.

DAFTAR PUSTAKA

26
Muttaqin,Arif.2009.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi.Jakarta:Salemba Medika

http://rumahkitabro.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-decompensasi-cordis.html

http://ackogtg.wordpress.com/2009/03/10/gagal-jantung-decompensatio-cordis/

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1957114-penyebab-gagal-jantung/#ixzz1gysJ5RHg

http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=15379.0

http://bestbuydoc.com/id/doc-file/10505/pengertian-decompensasi-cordis-adalah-kegagalan-jantung-
dalam-upaya-untuk-mempertahankan-peredaran-darah-sesuai-dengan-kebutuhan-tubuh.html

http://www.naturindonesia.com/penyakit-jantung/gagal-jantung.html

http://medicastore.com/penyakit/3/Gagal_Jantung.html

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/definisi-gagal-jantung.html

27

Anda mungkin juga menyukai