Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapanketerampilan keperawatan
lansia berbasis IPTEK Keperawatan
Oleh
NAMA : ANISA RACHMA NUR MI’RAJ
NIM : P3.73.20.1.20.050
Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapanketerampilan keperawatan
lansia berbasis IPTEK Keperawatan
Disusun dalam rangka Tugas Akhir pada Program Studi DIII Keperawatan
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III
Tahun Akademik 2022/2023
Oleh :
NAMA : ANISA RACHMA NUR MI’RAJ
NIM : P3.73.20.1.20.050
telah diperiksa dan disetujui serta layak untuk dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Sidang Ujian Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta III.
Bekasi, .......................................
PembimbingPendamping PembimbingUtama
NIM : P3.73.20.1.20.050
Bekasi,.......................2023
Materai 10.000
Telah diujikan di hadapan Tim Penguji Sidang Ujian Karya Tulis Ilmiah
Program Studi DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jakarta III di Bekasi,padatanggal.................2023
PengujiAnggota PengujiKetua
Namalengkap Namalengkap
NIP:................ NIP: …………..
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Keperawatan
Eska Riyanti,
S.Kp.,MKMNIP.197201251995032001
Menyetujui,
Ketua JurusanKeperawatan
Penulismenyadaribahwadalampenyusunankaryatulisilmiahinimasihjauhdarikesempu
rnaan, untukitu saran dan kritik yang konstruktif sangat penulisharapkan demi
perbaikanKaryaTulisIlmiahini di masa yang akandatang.
PenulisberharapKaryaTulisinidapatbermanfaatkhususnyabagipenulis dan bagi para
pembaca, masyarakat, dan perkembanganilmukeperawatan.
Bekasi,
Penulis
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit yang dikenal dengan nama hipertensi ini dapat menyerang semua kalangan
usia, termasuk kalangan muda. Salah satu penyakit paling mematikan di dunia adalah
hipertensi. Kondisi medis serius yang secara signifikan meningkatkan risiko penyakit
jantung, otak, ginjal, dan penyakit lainnya adalah hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan
darah tinggi. Hipertensi mempengaruhi sekitar 1,28 miliar orang dewasa di seluruh dunia
antara usia 30 dan 79 tahun, dengan mayoritas (dua pertiga) tinggal di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. 46% orang dewasa dengan hipertensi, menurut perkiraan, tidak
menyadari kondisinya. Hanya 42% orang dewasa dengan hipertensi menerima diagnosis dan
pengobatan. 21 persen orang dewasa dengan hipertensi mampu mengelolanya. Di seluruh
dunia, hipertensi adalah penyebab utama kematian dini. Menurut (World health organization,
2022) menurunkan prevalensi hipertensi sebesar 33% antara tahun 2010 dan 2030 merupakan
salah satu tujuan global untuk penyakit tidak menular.
Menurut temuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, 34,1% penduduk
Indonesia yang berusia di bawah 18 tahun menderita hipertensi. Predominan diperoleh
dengan memperkirakan denyut nadi responden berdasarkan standar Joint Public Board of
Trustees (JNC) VII, yaitu dengan asumsi tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg. Angka prevalensi ini lebih tinggi dari angka 25,8% pada tahun
2013 (Kemenkes RI, 2018).
Menurut Profil Kesehatan Jabar 2020, 34,7 persen penduduk di Jabar melakukan
pengukuran tekanan darah pada tahun 2020. Kota Kabupaten Cirebon (154,27%), Kabupaten
Karawang (100%), dan Kabupaten Tasikmalaya memiliki cakupan pelayanan kesehatan
tertinggi. bagi penderita tekanan darah tinggi. Sedangkan inklusi paling sedikit berada di
wilayah Bandung (8,53%). Kota Bekasi, sebaliknya, memiliki angka 13,2% (Dinkes Jawa
Barat, 2020).
Salah satu faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua kategori utama: yang
dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Faktor perjudian yang dapat diubah termasuk pola
makan yang tidak sehat (penggunaan garam yang berlebihan, pola makan yang tinggi lemak
jenuh dan lemak trans, rendahnya asupan makanan yang tumbuh dari tanah), kurangnya
aktivitas aktif, penggunaan tembakau dan minuman keras, dan kelebihan berat badan atau
kegemukan. Riwayat keluarga dengan hipertensi, usia di atas 65 tahun, dan penyakit penyerta
seperti diabetes atau penyakit ginjal merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
(World health organization, 2022).
Ada dua jenis pengobatan hipertensi: farmakologis dan non farmakologis. Dengan
mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri kurang dari 140/90 mm Hg,
penatalaksanaan farmakologi bertujuan untuk mencegah kematian dan komplikasi.
Sebaliknya, pilihan pengobatan non-farmakologis termasuk olahraga teratur, relaksasi,
mengurangi asupan alkohol dan natrium, serta menurunkan berat badan.
Latihan slow deep breathing merupakan salah satu pengobatan non farmakologis bagi
penderita tekanan darah tinggi. Pada penderita hipertensi, slow deep breathing merupakan
aktivitas yang dilakukan dalam keadaan sadar dengan maksud mengatur frekuensi dan
kedalaman pernapasan secara perlahan agar memberikan efek relaksasi pada tubuh. Menurut
penelitian yang dilakukan pada tahun 2022 pada pasien hipertensi oleh (Azizah et al., 2022)
berjudul “Penerapan Slow Deep Breathing pada Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi”.
(Goleman et al., 2018) menemukan bahwa lambat pernapasan dalam dapat membantu pasien
hipertensi dalam mengontrol tekanan darah mereka.
Penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul “Penerapan Prosedur Slow
Deep Breathing Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Klien Hipertensi Dalam Konteks
Keluarga Di Puskesmas Jati Warna” dengan latar belakang tersebut diatas.
B. Rumusan Masalah
2. Tujuan Khusus
a. Mempelajari tentang karakteristik klien dengan hipertensi dalam konteks
keluarganya.
b. Mempelajari tentang proses slow deep breathing untuk menurunkan tekanan
darah klien.
c. Mempelajari tentang hasil pernapasan dalam yang lambat untuk menurunkan
tekanan darah klien.
d. Mempelajari tentang faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
pernapasan dalam yang lambat untuk menurunkan tekanan darah klien.
D. Manfaat Studi Kasus
Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat
a. Memperoleh pengetahuan mengenai prosedur slow deep breathing untuk
menurunkan tekanan darah klien dengan hipertensi
b. Membudayakan prosedur slow deep breathing untuk menurunkan tekanan
darah klien dengan hipertensi
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,
khususnya studi kasus tentang pelaksanaan prosedur slow deep breathing
untuk menurunkan tekanan darah klien dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Ketenangan pikiran
2. Mengurangi kekhawatiran, kecemasan, dan kecemasan
3. Memiliki tekanan darah rendah dan ketegangan mental
4. Detak jantung melambat
5. Menurunkan tekanan darah
6. Meningkatkan kepercayaan diri
7. Meningkatkan kesejahteraan mental
Dalam Pernapasan perlahan berpengaruh pada sistem saraf yang mengatur tekanan
darah. Modulasi sistem kardiovaskular dipengaruhi oleh pernapasan dalam yang lambat, yang
meningkatkan fluktuasi interval frekuensi pernapasan, meningkatkan efektivitas barorefleks,
dan dapat membantu menurunkan tekanan darah. Menurut Li (2014), baroreflex
menyebabkan aktivitas sistem saraf parasimpatis menjadi aktif, yang menyebabkan pembuluh
darah menjadi vasodilatasi, menurunkan curah jantung, dan menurunkan tekanan darah.
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Peningkatan tekanan darah di arteri dikenal sebagai hipertensi. Hipertensi merupakan
gangguan pada sistem peredaran darah yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah di
atas nilai normal (Djafar, 2021). Hyper berarti berlebihan, dan ketegangan berarti tekanan
atau tegangan.
Jika seseorang memiliki tekanan darah sistolik minimal 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik minimal 90 mmHg, mereka dianggap memiliki hipertensi. Peningkatan curah
jantung atau peningkatan resistensi vaskular yang disebabkan oleh aksi vasokonstriksi yang
lebih besar daripada efek vasodilatasi merupakan penyebab utama hipertensi, suatu penyakit
yang kompleks (Haekal et al., 2021).
3. Etiologi Hipertensi
Ada dua jenis hipertensi menurut (Djafar, 2021):
1. Keturunan Jika seseorang mengalami hipertensi pada orang tua atau saudara
kandungnya, maka besar kemungkinannya juga mengalami hipertensi.
2. Usia Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah akan meningkat
seiring bertambahnya usia seseorang.
3. Garam Pada sebagian orang, garam dapat dengan cepat menaikkan tekanan
darah.
4. Kolesterol Lemak dalam darah yang berlebihan dapat menyebabkan kolesterol
menumpuk di dinding pembuluh darah, mengakibatkan penyempitan
pembuluh darah dan tekanan darah tinggi.
5. Obesitas dan kelebihan berat badan Orang yang kelebihan berat badan 30%
atau obesitas lebih mungkin untuk mengembangkan hipertensi.
6. Menurut Anggraini dkk. (2014), aktivitas saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu) dan
menunjukkan adanya hubungan antara stres dan hipertensi.
7. Rokok Merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, yang selanjutnya
dapat menyebabkan penyakit jantung dan darah pada perokok yang hipertensi.
8. Kafein Kafein dalam minuman bersoda, kopi, dan teh dapat meningkatkan
tekanan darah.
9. Alkohol Minum terlalu banyak alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.
10. Jika Anda menderita hipertensi dan tidak melakukan olahraga berat, kurang
gerak dan olahraga dapat meningkatkan tekanan darah.
4. Patofisiologi Hipertensi
5. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 1
Klasifikasi Hipertensi menurut (Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, 2019)
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
KaryatulisIlmiahinimerupakanlaporanstudikasus
B. SUBYEK PENELITIAN
Subyek yang digunakan pada studikasusiniadalah 2 (dua) orang
pasiendenganmasalahhipertensi.
H.ANALISA DATA
Hasil dari data wawancara dan observasi yang
sudahterkumpulkemudiandilakukanAnalisa. Penulisakanmencaripersamaan dan
perbedaan data dan kemudiandibandingkandenganpenelitanreferensi yang
sudahada. Penyajian data disajikandalambentuknarasi.
AHA (american Heart Association). (2017). Hypertension : The Silent Killer : Updated JNC-
8 Guideline Recommendations. Alabama Pharmacy Association.
https://doi.org/https://doi.org/0178-0000-15-104-H01-P
Azizah, W., Hasanah, U., & Pakarti, A. T. (2022). Penerapan Slow Deep Breathing Terhadap
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Implementation of Slow Deep Breathing on
Blood Pressure in Hypertension Patients. Jurnal Cendikia Muda, 2(4), 607–616.
Bell, K., Twiggs, J., Olin, B. R., & Date, I. R. (2018). Hypertension: the silent killer: updated
JNC-8 guideline recommendations. Alabama pharmacy association. 334, 4222.
Dinkes Jawa Barat. (2020). Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2020. Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat, 103–111.
Goleman, D., Boyatzis, R., & Dkk. (2018). Slow Deep Breathing. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Haekal, M., Alifio, M. D., Zain, M. S., Ahmad, N., & Susanto, R. P. (2021). Upaya
pengendalian dan pencegahan penyakit hipertensi pada keluarga. KOLABORASI
JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT, 1(1), 60–66.
Kemenkes RI. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
In Laporan Nasional Riskesdas 2018 (Vol. 53, Issue 9, pp. 154–165).
http://www.yankes.kemkes.go.id/assets/downloads/PMK No. 57 Tahun 2013 tentang
PTRM.pdf
Salma, W. O. (2022). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi: Systematic Review. JURNAL ILMIAH OBSGIN:
Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan & Kandungan, 14(1), 98–108.
Wahyuni, N., Wibawa, A., Andayani, N. L., Winaya, I. M. N., & Juhanna, I. V. (2015).
Perbedaan Efektivitas Progressive Muscle Relaxation dengan Slow Deep Breathing
Exercise Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Hipertensi Derajat 1 di Kota
Denpasar.
Wardani, D. W. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam sebagai Terapi Tambahan
terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Tingkat 1. UNNES.