Anda di halaman 1dari 43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Blitar

4.1.1 Sejarah Berdirinya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Blitar

Badan Amil Zakat Kota Blitar merupakan sebuah badan semi-otonom yang dibentuk
oleh pemerintah Kota Blitar yang bertugas melaksanakan pengumpulan, pendistribusian,
pendayagunaan dan pengembangan zakat, infaq, sedekah dari seluruh masyarakat kepada
masyarakat yang membutuhkan yang sesuai dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang di
tetapkan oleh BAZNAS Kota Blitar.

BAZNAS Kota Blitar pada awalnya merupakan rintisan dari lembaga pengelola zakat,
infaq, dan sedekah di lingkungan Kementerian Agama Kota Blitar, yang pada saat itu
bernama Kantor Departemen Agama Kota Blitar. BAZNAS Kota Blitar ini telah berdiri
semenjak 1 Januari 1995, berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah
Tingkat II Blitar Nomor 523 Tahun 1994. Pada periode awal kepengurusannya bernama
Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Unit Kerja Kantor Departemen Agama
Kotamadya Blitar, yang di ketuai oleh Drs. Machmud Fausy dari Kasi Urais Kantor
Departemen Agama Kota Blitar dan memiliki kantor sekretariat di Kantor Kementerian
Agama Jl. Ir. Soekarno No. 11B Kota Blitar.

Dalam hal wewenang pengelolaan dana ZIS berdasarkan SK walikotamadya hanya


terbatas pada penghimpunan dana zakat, infaq dan shadaqah di lingkungan kantor
Departemen Agama saja, dengan mekanisme pengelolaan BAZIS kantorepartemen Agama
Kotamadya Blitar sebatas pada pengelolaan dana ZIS sebesar 25% dari setoran Muzakki,
sedangkan 75% diserahkan kepada BAZIS Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur
melalui rekening.

Setelah diterbitkannya Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 BAZIS Kota Blitar pun
mulai melakukan pembenahan guna meningkatkan peranan dan fungsinya dalam mengemban
amanah pengelolaan ZIS. Hal ini dibuktikan dengan terbitnya surat putusan Walikota Blitar
No. 27 Tahun 2001 tentang BAZIS Kota Blitar yang isinya menetapkan susunan
kepengurusan BAZIS Kota Blitar sesuai dengan UU. No. 38 Tahun 1999 dengan membatasi
masa bakti selama tiga tahun untuk setiap periode kepengurusan.
Susunan kepengurusan BAZIS Kota Blitar terdiri atas dewan pertimbangan, komisi
pengawas dan badan pelaksana. Dewan pertimbangan terdiri dari ketua, wakil ketua,
sekretaris, wakil sekretaris, dan lima orang anggota. Komisi pengawas terdiri dari ketua,
wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, dan lima orang anggota. Badan pelaksana terdiri dari
ketua, tiga orang wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, dan bendahara serta wakil
bendahara.

Kepengurusan BAZ pada periode ini terdiri dari berbagai unsur/elemen masyarakat. Baik
dari unsur tokoh agama, tokoh masyarakat, Pegawai Negeri Sipil, DPRD, perbankan dan
masyarakat biasa. Kantor sekretariat BAZIS Kota Blitar pada masa ini masih bertempat di
Kantor Kementerian Agama Jl. Ir. Soekarno 11B Blitar. Dari tahun ke tahun BAZNAS Kota
Blitar terus mengalami peningkatan dalam hal perolehan dana zakat, infaq, dan sedekah. Hal
ini juga di dukung oleh keterlibatan dan peranan serta unit pengumpul zakat (UPZ) di setiap
unit kerja atau instansi pemerintah Kota Blitar yang secara aktif memberikan dorongan
kepada setiap pegawai di instansinya masing-masing akan kewajiban zakat dan kepedulian
terhadap sesama.

Kepengurusan BAZ pada periode ini mulai menunjukkan kemajuan, meskipun


perjalanannya masih belum maksimal. Dikatakan kurang maksimal karena dari hasil
sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan pihak BAZ akan pentingnya menunaikan zakat di
unit kerja / OPD Pemerintah Daerah Kota Blitar hanya sekitar sepuluh UPZ saja yang dapat
melaksanakannya di unit kerja masing-masing. Unit tersebut antara lain, Sekretariat Daerah
Pemda Kota Blitar, RSUD Mardi Waluyo, Dinas Pendidikan Daerah Kota Blitar, Kantor
Disperindag Kota Blitar, Kantor Informasi, Komunikasi dan Pariwisata Kota Blitar, dan
Kantor Departemen Agama Kota Blitar.

Setiap tahunnya BAZNAS Kota Blitar selalu mengalami peningkatan dalam hal
penerimaan dana untuk zakat, infaq, dan sedekah. Hal ini tak luput dari keterlibatan UPZ di
setiap instansi kerja masing-masing, yang dengan aktif melakukan sosialisasi dan penyuluhan
terkait pentingnya menunaikan zakat.

Saat ini, Badan Amil Zakat Kota Blitar yang awalnya bernama BAZIS sudah berganti
menjadi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Blitar dan telah berpindah kantor
sekretariat di Kantor Sekretariat Bersama Kota Blitar yang beralamat di Jl. Kenanga No. 2
Kota Blitar. Dengan adanya kantor baru tersebut BAZ Kota Blitar diharapkan mampu
memberikan pelayanan dan bimbingan serta informasi kepada muzakki terkait dengan
kendala zakat, infaq, dan sedekah. Disamping itu juga, BAZNAS Kota Blitar juga
menerbitkan bulettin sebagai media informasi dan silaturahmi dengan harapan dapat menjadi
media komunikasi antara muzakki dengan pengelola, pengelola dengan mustahiq maupun
muzakki dengan mustahiq secara langsung dalam pengembangan wawasan, serta informasi
tentang kegiatan kelembagaan dan pendayagunaan potensi zakat di Kota Blitar.

4.1.2 Susunan dan Pengurus Divisi BAZNAS Kota Blitar

Susunan kepengurusan Badan Amil Zakat Nasional Kota Blitar pada periode 2020-2023
sebagai berikut:

Ketua : H. Mariyoto, SE
Wakil Ketua II : H. Rusdi Riyanto, S.Ag
Div. Bid. Perencanaan, Keuangan, : H. Abdul Malik, SE
dan Pelaporan
Div. Bid. Kesekertariatan : Agus Salim S, S.Ag
Amil : M. Agus
Amil : Mariyanto
Bag. Kesekertariatan dan Keuangan : Vika Chrisnawati
Bag, Pelayanan Zakat, Infaq, dan : Muh. Rozaqul Fadlli
Sedekah

4.1.3 Tugas dan Fugsi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Blitar

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Blitar memiliki tugas dan fungsi untuk
mencapai target serta realisasi program-program mereka sendiri. Tugas dan fungsi tersebut
yaitu :

a. Tugas BAZNAS Kota Blitar

 Mengelola zakat, infaq, dans sedekah (ZIS) Kota Blitar


 Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Blitar bertanggungjawab kepada
BAZNAS Provinsi dan pemerintah Kota Blitar

b. Fungsi BAZNAS Kota Blitar

 Melakukan perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,


infaq, dan sedekah di Kota Blitar
 Berkoordinasi dengan kantor Kementerian Agama Kota Blitar dalam pelaksanaan
pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan zakat, infaq dan sedekah di Kota
Blitar
 Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan serta pengelolaan ZIS
Kota Blitar serta dana sosial keagamaan lainnya kepads BAZNAS Provinsi,
Walikota Blitar, dan Kemenag Blitar

4.1.4 Visi dan Misi Badan Amil Zakat Nasional Kota Blitar

Setiap organisasi tentunya memiliki tujuan masing-masing untuk melaksanakan program


dan kegiatan mereka agar berjalan dengan baik. Tentunya untuk mewujudkan tujuan tersebut
perlu rencana yang baik, yang biasa disebut “visi dan misi”. Badan Amil Zakat Nasional Kota
Blitar memiliki visi dan misi dalam menjalankan tugasnya, adapun visi dan misi BAZNAS
Kota Blitar adalah sebagai berikut :

VISI :

Mengubah mustahik menjadi muzakki

MISI :

Misi Badan Amil Zakat Nasional Kota Blitar :

a. Membuat sistem manajemen guna menjadikan Baznas Kota Blitar sebagai Badan
Amil Zakat yang terpercaya dan profesional

b. Memaksimalkan pengumpulan zakat dan infak/sedekah dengan melakukan


kerjasama bersama seluruh bagian masyarakat seperti Pemerintah, tokoh masyarakat,
organisasi kemasyarakatan dan para profesi.

c. Selalu melakukan inovasi terhadap pengembangan cara penghimpunan zakat dan


infak/sedekah dengan pendistribusian yang sesuai dengan syariat Islam.

4.1.5 Struktur Organisasi BAZNAS Kota Blitar

PEMBINA

Walikota Blitar

PENASIHAT

1. Wakil Walikota

2. Ketua MUI Kota Blitar


PENGARAH

1. Sekretaris Daerah Kota Blitar

2. Kepala Kemenag Kota Blitar

KETUA

H. Mariyoto, SE

Wakil Ketua I Bid. Wakil Ketua II Bid. Wakil Ketua II Bid. Wakil Ketua IV Bid.
Pengumpulan Pendistribusian dan Perencanaan, Keuangan Administrasi dan
Pendayagunaan dan Pelaporan SDM Umum
Drs. H. Imam
Mucholis, M. Pd H. Rusdi Riyanto, H. Mariyoto, SE H. Mariyoto, SE
S.Ag

Divisi Perencanaan, Divisi Administrasi


Divisi Pengumpulan Divisi Bid. Keuangan, dan SDM dan Umum
Pendistribusian dan Pelaporan
Drs. Djoko Nurbatin Purnomo, M.Hi
Pendayagunaan
H. Abdul Malik, SE
Nawaji

Amil

Mardianto Amil

M. Agus

Catatan : Ketua merangkap sebagai wakil ketua III dan IV

Berdasarkan gambar struktur organisasi Badan Amil Zakat tersebut maka dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Baznas Kota Blitar dalam menjalankan tugasnya mendapat pembinaan dari Walikota,
memiliki penasihat Wakil Walikota dan Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Blitar. Selain
itu Baznas Kota Blitar juga mendapat arahan dari Sekretaris Daerah Kota Blitar dan Kepala
Kemenag Kota Blitar dalam menjalan operasional organisasi.

2. Pimpinan Baznas Kota Blitar dalam diktum kesatuan terdiri atas Ketua, Wakil Ketua I,
Wakil Ketua II, Wakil Ketua III, Wakil Ketua IV.

3. Pimpinan Baznas yang dimaksud dalam diktum mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Ketua, memimpin tugas Baznas Kota Blitar terhadap tata kelola zakat di tingkat kota,
melakukan perencanaan pengumpulan zakat, pendistribusian, serta pemberdayaan zakat, serta
ketua BAZNAS juga akan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada DPR sesuai
dengan tingkatannya.

b. Wakil Ketua I, mengkoordinasi bagian penghimpunan dana dalam menjalankan tugas.

c. Wakil Ketua II, mengkoordonasi bagian penyaluran dan pemanfaatan dana yang
diterima.

d. Wakil Ketua III, memimpin bagian perencanaan keuangan yang bertugas melakukan
rencana penyaluran dana dan pencatatan penerimaan serta pengeluaran dana.

e. Wakil Ketua IV, memimpin pengadministrasian, SDM, dan umum yang bertugas
melakukan pengelolaan Amil di Baznas Kota Blitar

4.1.6 Program Kegiatan BAZNAS Kota Blitar dalam Rangka Pendistribusian Zakat,
Infaq, dan Sedekah

Untuk melakukan pendistirbusian zakat, infaq dan sedekah (ZIS) Badan Amil Zakat
Nasional Kota Blitar mengadakan beberapa program kegiatan untuk menunjang
pendistribusian tersebut. Adapun program kegiatan tersebut meliputi :

a. Blitar Sehat

1. Bantuan pengobatan

2. Bantuan pembuatan jamban

b. Blitar Cerdas
1. Bantuan pendidikan untuk siswa SMP dan SMA

2. Bantuan penyusunan skripsi

3. Bantuan pendidikan satu keluarga satu sarjana

c. Blitar Makmur

1. Bantuan modal usaha

2. Bantuan peralatan usaha

3. Bantuan sosial ekonomi

4. Bantuan Ibnu Sabil

d. Blitar Taqwa

1. Bantuan kegiatan keagamaan

2. Bantuan sarana mushola/masjid

e. Blitar Peduli

1. Bantuan miskin, Dhuafa, Ibnu Sabil

2. Bantuan perbaikan rumah

3. Bantuan bencana

4.1.6.1 Program Pendidikan

Dalam program pendidikan ini yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Blitar adalah
membantu kaum yatim dan dhuafa dalam kegiatan belajar mengajar dalam bentuk beasiswa
yang akan diberikan kepada murid atau anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah
karena keterbatasan biaya, atau bantuan juga dapat diberikan dalam bentuk membiayai
keperluan sekolah bagi anak-anak atau murid yang kurang mampu, agar mereka mempunyai
kesempatan yang lebih untuk melanjutkan pendidikannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan
yang diberikan oleh Bapak H. Abdul Malik, SE yaitu :

“Biasanya kita membantu untuk anak-anak yang sudah putus sekolah agar bisa sekolah
lagi, ataupun bantuan diberikan kepada anak-anak yang tidak mampu tapi sedang
sekolah, bantuan tersebut untuk keperluan-keperluan pendidikan mereka”1
Wawancara dengan Bapak H. Rusdi Riyanto, S.Ag selaku Wakil Ketua II BAZNAS
Kota Blitar juga dilakukan, kurang lebih pernyataan beliau sama dengan Bapak H. Abdul
Malik, SE.

“Bantuan pendidikan ini salah satu wujud dari kegiatan kita yaitu Blitar Pintar. Nanti
dana zakat, infaq dan sedekah akan kita salurkan dalam bentuk bantuan pendidikan
kepada anak-anak yang layak mendapatkannya. Penerima bantuan mulai dari tingkat SD
sampai dengan mahasiswa”2
Adapun untuk persyaratan penerima bantuan tersebut, Bapak H. Rusdi Riyanto, S.Ag
menyampaikan sebagai berikut :

“Persyaratan nya sama seperti kegiatan lainnya, kita perlu surat keterangan yang
menyatakan bahwa pemohon merupakan masyarakat yang tergolong tidak mampu,
biasanya surat ini bisa diminta di kelurahan, dan persayaratan lain-lain juga di perlukan
seperti fotocopy KK, KTP. Untuk proses pemeriksaan atau validasinya itu nanti ada
tahapan tersendiri yang akan dilakukan oleh tim BAZNAS Kota Blitar”3
Berdasarkan wawancara di atas yang dilakukan dengan Bapak H. Abdul Malik, SE dan
Bapak H. Rusdi Riyanto, S.Ag maka dapat di tarik kesimpulan bahwa program bantuan
pendidikan yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Blitar ini memfokuskan targetnya kepada
anak-anak yang masih sekolah yang memerlukan bantuan dana untuk pendidikannya, dan
anak-anak yang sudah tidak sekolah lagi dikarenakan kebatasan finansial. Untuk persyaratan
yang diperlukan sama seperti program-program BAZNAS Kota Blitar lainnya, seperti
mengumpulkan surat keterangan tidak mampu, serta fotocopy KK dan KTP.

4.1.6.2 Program Kegamaan

Program keagamaan dalam kegiatan yang di galang oleh BAZNAS Kota Blitar ini
merupakan bentuk penyaluran dana zakat, infaq, dan sedekah yang di khususkan dalam
bidang keagamaan dan pengamalan ajaran-ajaran islam, peningkatan ketersediaan dan
kelayakan pada sarana ibadah seperti masjid, safari dakwah, bantuan sarana dakwah, dan
sebagainya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan Bapak H. Abdul Malik, SE,
selaku Divisi Perencanaan, Keuangan, dan Pelaporan bahwa program keagamaan ini
tergolong dalam program kegiatan Blitaq Taqwa yang memang fokusnya pada kegiatan
keagamaan untuk memperkuat kegiatan keagamaan, serta syiar islam. Hal ini di dukung oleh
pernyataan Bapak H. Abdul Malik, SE yaitu :
“Program Blitar Taqwa ini berisi bantuan keagamaan, dan bantuan pembangunan
mushola atau masjid. Bantuan keagamaan itu berupa bantuan sarana dakwah, bantuan
kepada guru-guru TPA, pemberian beasiswa kepada santri TKA/TPA, bantuan
pengembangan madrasah diniah berbasis sekolah dasar untuk anak-anak belajar ilmu
pengetahuan dan keagamaan sejak dini, bantuan untuk Madrasah Alqur’an. Kalau untuk
bantuan berupa pembuatan mushalah atau masjid, ini termasuk ke kategori peningkatan
infrastruktur, sarana dan prasarana untuk beribadah.”4
Melalui program ini tentunya harapan bahwa kedepannya para ustadz ataupun udtadzah
akan lebih semangat dalam melakukan kegiatan keagamaan, syiar islam, dan agar dapat
mensejahterahkan kehidupan mereka.

4.1.6.3 Program Kesehatan

Program kesehatan yang di galangkan oleh BAZNAS Kota Blitar dikenal dengan nama
Blitar Sehat, yang dimana biasanya diberikan bantuan berupa pengobatan kepada kaum yang
pantas menerimanya. Adapun hasil wawancara dengan Bapak H. Rusdi Riyanto, S.Ag selaku
Wakil Ketua II adalah sebagai berikut :

“Melalui program ini di harapkan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat Kota Blitar,
karena dengan kesehatan yang baik maka akan meningkatkan kualitas hidup setiap
masyarakatnya. Tidak hanya bantuan berupa biaya pengobatan, BAZNAS Kota Blitar
juga membangun infrastruktur kesehatan, memberikn bantuan berupa alat-alat kesehatan,
serta aspek penunjang kesehatan lainnya.”5
Tentunya setiap program yang di galangkan oleh BAZNAS Kota Blitar diharapkan
memberikan banyak manfaat dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mustahiq. Setiap
kegiatan yang dilakukan juga telah dilakukan proses perencanaan terlebih dahulu, baik dari
jenis kegiatan, kegiatan yang akan dilaksanakan bahkan sampai dengan anggaran yang di
perlukan. Untuk memperkuat hal tersebut Bapak H. Rusdi Riyanto, S.Ag selaku Wakil Ketua
II juga menambahkan :

“Setiap kegiatan yang dilakukan pasti telah di rencanakan dengan baik, dan juga setiap
biaya ataupun dana yang di pakai untuk kegiatan pendistribusian dan penyaluran dana
zakat, infaq dan sedekah sudah di catat oleh divisi perencanaan, keuangan dan pelaporan
baik dengan metode manual ataupun otomatis. Seperti tahun 2020 kemarin, program
kesehatan lebih banyak di fokuskan untuk bantuan covid-19 bagi masyarakat yang
terkena covid, dan juga kami membagikan beberapa sembako kepada masyarakat yang
terdampak covid-19, yang tentunya mustahiq ataupun masyarakat yang menerima
bantuan sudah sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku, yang prosesnya
kami data sendiri dan kami seleksi sendiri melalui tim internal kami.”6
4.1.6.4 Program Sosial
Program sosial ini ditujukan untuk meringankan beban masyarakat yang terkena musibah,
berupa bencana alam, dengan cara membantu rehabilitasi rumah korban, atau rehab rumah
dhuafa, dan juga pemberian bantuan ini juga di tujukan kepada kaum yang kehilangan atau
kehabisan bekal di jalan (ibnu sabil). Hal ini di perkuat dengan pernyataan Bapak H. Abdul
Malik, SE yaitu :

“Kita punya program namanya Blitar Peduli. Bantuannya berupa bantuan untuk
masyarakat miskin, kaum dhuafa, dan ibnu sabil. Bantuan lainnya dari program Blitar
Peduli ini berupa bantuan perbaikan rumah dan batuan korban bencana alam, yang dengan
syarat dan ketentuan berlaku bagi penerimanya”7
Adapun syarat-syarat yang di tetapkan oleh pihak BAZNAS Kota Blitar untuk setiap
mustahiq hampir semuanya sama. Persyaratan tersebut meliputi, surat permohonan dari
mustahiq atau masyarakat, surat keterangan tidak mampu dari kelurahan, foto copy berkas
pribadi seperti KK (Kartu Keluarga), dan KTP.

4.2Temuan Penelitian

4.2.1 Program yang Dijalankan BAZNAS Kota Blitar untuk Mensejahterakan


Mustahik

Sumber dana zakat, infaq, dan sedekah yang diperoleh BAZNAS Kota Blitar di peroleh
dari muzakki secara perorangan dan para pegawai negeri sipil (PNS) Kota Blitar dengan
dilakukannya pemotongan gaji sebesar 2,5% melalui UPZ (Unit Penumpul Zakat). UPZ
merupakan organisasi yang dibentuk BAZNAS di semua tingakatan. Tugas utamanya
mengkoordinir pengumpulan zakat bagi Muzakki. Hal ini sebagaimana yang telah diatur
dalam UU Nomor 23 tahun 2011 dan PP Nomor 14 tahun 2014.

Penambahan serta pengurangan dana zakat, infaq, dan sedekah di akui dan di catat saat
dana di terima atau dikeluarkan, dengan melampirkan bukti berupa nota, kwitansi, serta bukti
transaksi bank. Hal ini dijelaskan dalam wawancara bersama Wakil Ketua II, Bapak H. Rusdi
Riyanto, S.Ag :

“Pencatatan akuntansinya selalu disertai dengan bukti transaksi. Dapat berupa nota,
kwitansi, ataupun lampiran bukti transaksi dari bank, yang nanti di serahkan ke divisi
perencanaan, keuangan dan pelaporan.”8
Pencatatan dana sendiri melalui sistem manual dan otomatis. Sistem manual di catat
dalam buku kas BAZNAS Kota Blitar dan sistem otomatis, di catat dalam Sistem Manajemen
Baznas yang berbasis komputer, yang dilakukan mulai tahun 2021 silam. Untuk penerimaan
dan pengeluaran pada dana ZIS tercatat secara manual pada buku kas umum, disajikan
dengan format 4 kolom yang berisi keterangan, debet (jumlah penerimaan), kredit (jumlah
pengeluaran) dan kolom saldo. Akan tetapi pencatatan penerimaan dan pengeluran dana
dilakukan dengan metode single entry atau pencatatan tunggal, yakni pencatatan penerimaan
kas sebagai kas masuk dan pencatatan pembayaran sebagai kas keluar.

Dengan adanya dana untuk menyokong kegiatan ZIS pada BAZNAS Kota Blitar, maka
nantinya setiap dana yang diterima akan digunakan untuk melancarkan program kegiatan
yang telah di susun oleh BAZNAS Kota Blitar melalui RKAT (Rencana Kegiatan Anggaran
Tahunan), yang berupa blitar makmur, blitar cerdas, blitar sehat, blitar peduli, dan blitar
taqwa.

Semua program ini tentunya telah disepakati dan di rencanakan bersama oleh dewan
pengurus BAZNAS Kota Blitar dengan disahkan dalam RKAT setiap tahunnya.BAZNAS
Kota Blitar membuat berbagai macam program untuk mensukseskan dan memenuhi tujuan
dari berdirinya BAZNAS itu sendiri. Program-program yang dimiliki oleh BAZNAS Kota
Blitar untuk mensejahterakan Mustahik diantaranya adalah Blitar Makmur yang terdiri dari
bantuan modal usaha, serta bantuan peralatan usaha. Program yang kedua yaitu Blitar Taqwa
yang mana program ini di khusukan untuk kegiatan keagamaan, serta pembangunan sarana
mushola atau masjid sebagai tempat beribadah. Program yang ketiga yaitu Blitar Peduli
dimana program ini dikhususkan sebagai bantuan kepada fakir miskin, kaum dhuafa, dan
ibnu sabil. Dalam program Blitar Peduli ini juga termasuk bantuan lain seperti bantuan
perbaikan rumah, dan bantuan bencana.

BAZNAS Kota Blitar juga memiliki program lain yaitu Blitar Sehat dan Blitar Pintar
yang mana hal ini masih menjadi bagian dari Blitar Makmur, guna mensejahterakan mustahik
yang ada di Kota Blitar. Blitar Sehat dan Blitar Pintar ini merupakan jenis bantuan di bidang
kesehatan dan pendidikan. Dari semua program yang dijalankan dan dikembangkan oleh
BAZNAS Kota Blitar ini tentunya masyarakat yang berhak mendapatkan bantuan harus
memenuhi kriteria atau persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh BAZNAS Kota Blitar.
Dari semua program yang ada, semua program dapat dirasakan manfaatnya kepada mustahik,
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dari program tersebut.

4.2.2 Manajemen Pendistribusian Zakat, Infak, dan Sedekah pada BAZNAS Kota
Blitar
4.2.2.1 Perencanaan (planning) Pendistribusian Zakat, Infak, dan Sedekah pada
BAZNAS Kota Blitar

Perencanaan pendistribusian zakat, infak, dan sedekah pada BAZNAS Kota Blitar
meliputi perencanaan strategis dan perencanaan masa depan sesuai dengan yang dikatakan
oleh Bapak H. Abdul Malik, SE selaku Divisi Perencanaan Keuangan dan Pelaporan
BAZNAS Kota Blitar :

“Perencanaan dilakukan dengan menyusun rencana anggaran tahunan, dengan merinci


semua keperluan dan rancangan kegiatan tahunan untuk periode satu tahun
berikutnya. Untuk tahun berikutnya RKAT (Rencana Kegiatan Anggaran Tahunan)
sudah di rencanakan dan di anggarkan di akhir tahun sekarang”9
Perencanaan pendistribusian pada BAZNAS Kota Blitar dilakukan dengan menyusun
RKAT yang telah disepakati bersama, dan untuk pendistribusian zakat, infak, dan sedekah
dilakukan melalui beberapa program BAZNAS Kota Blitar, yaitu berupa blitar sehat, blitar
pintar, blitar makmur, blitar taqwa, blitar peduli, dan termasuk dengan bantuan
pengembangan usaha untuk masyarakat yang layak mendapatkan bantuan tersebut.

Dalam agama Islam, kita sebagai umat muslim sangatlah dianjurkan untuk
merencanakan segala sesuatu yang hendak kita lakukan di masa depan, sesuai dengan Al-
Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18 :

ٰ ُ‫ٰياَيٌّهاالَّذ ْين َٰامنُوااتَّق‬


َ‫وااللّهَ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْف ٌس َّماقَ َّد َم ْتلِ َغ ٍد َواتَّقُوااللَّهَاِنَّاللَّهَ َخبِ ْي ٌربِ َماتَ ْع َملُوْ ن‬ َ ِ َ

Yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Dari surat Al-Hasyr ayat 18 dapat kita simpulkan bahwa perencanaan sangat diperlukan
dalam masa depan. Apabila kita hendak melakukan sesuatu maka kita perlu
merencanakannya terlebih dahulu dengan sebaik mungkin. Apabila kita tidak memiliki
sebuah perencanaan yang matang, maka tentunya kita akan kesulitan dalam melakukan
kegiatan dan tidak memiliki pedoman dalam melakukan kegiatan tersebut, akibatnya kegiatan
yang kita rencanakan akan terbengkalai dan tidak berjalan dengan baik sesuai dengan apa
yang telah kita rencanakan, dan hal yang paling parahnya adalah tujuan dari rencana tersebut
tidak dapat tercapai dengan baik.
Karena sejatinya proses perencanaan atau planning merupakan suatu hal yang
mendasar dan sangat penting apabila kita hendak memulai suatu kegiatan, dimana proses ini
menyangkut rumusan dan tujuan yang akan dicapai di masa yang akan datang. Pada proses
ini pula kita akan merumuskan tindakan yang akan dilakukan guna mencapai tujuan dari
rencana tersebut, dan juga menentukan budgeting atau dana yang akan diperlukan serta
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi segala proses keberhasilan rencana.

BAZNAS Kota Blitar telah melakukan perencanaan setiap tahunnya, agar dapat
mencapai tujuan dengan maksimal. Perencanaan tersebut dilakukan dengan menyusun RKAT
(Rencana Kegiatan Anggaran Tahunan) yang dihadiri oleh seluruh pegawai BAZNAS Kota
Blitar dengan membahas perencanaan pendistribusian zakat, infak dan sedekah serta
membahas persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sebagai penerima zakat, infak, dan
sedekah.

4.2.2.2 Pengorganisasian Pendistribusian Zakat, Infak, dan Sedekah pada BAZNAS


Kota Blitar

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak H. Abdul Malik, SE


selaku Divisi Perencanaan Keuangan dan Pelaporan BAZNAS Kota Blitar proses
pengorganisasian pendistribusian zakat, infak, dan sedekah pada BAZNAS Kota Blitar
sebagai berikut :

“Pengorganisasian pendistribusian zakat, infak, dan sedekah di lakukan oleh Bidang


Pendistribusian yang dilakukan oleh staff dan di pimpin oleh Wakil Ketua Umum II
selaku Ketua Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan bekerjasama dengan
kelurahan-kelurahan setempat dalam proses realisasinya di lapangan, terkadang
selain mendistribusikan zakat, infak, dan sedekah, juga dilakukan tanya-jawab
terkait dengan kendala-kendala yang dialami masyarakat apa saja”10
Organisasis BAZNAS Kota Blitar terus mengoptimalkan pengumpulan dan
pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Proses penataan organisasi juga terus dilakukan
untuk peningkatan potensi zakat sebagai alat untuk memberdayakan ekonomi masyarakat.

Jumlah pegawai di BAZNAS Kota Blitar adalah delapan orang, yang terdiri atas Ketua
BAZNAS, Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Divisi Bidang
Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan, Divisi Bidang Sekretariatan, Bagian Kesekertariatan
dan Keuangan, serta Bagian Pelayanan Zakat, Infaq, dan Sedekah. Setiap divisi dan bagian
sudah memiliki tugas masing-masing, hal ini dilakukan agar kedepannya saat melaksanakan
pekerjaan dan tugas masing-masing divisi dapat berjalan dengan maksimal.
Adapun Bapak H. Abdul Malik, SE menambahkan :

“Pelaksanaan distribusi zakat, infaq, dan sedekah dilakukan keseluruh daerah Kota
Blitar, dengan menggunakan panduan RKAT untuk melihat realisasi anggaran dan
realisasi program yang ada”11
Dari wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian di Badan Amil
Zakat Nasional Kota Blitar berupa pembagian tugas-tugas dan wewenang kepada para
pengurus sesuai dengan bidangnya. Bidang tersebut meliputi:

1) Bidang Pengumpulan, tugasnya yaitu: menyusun strategi pengumpulan zakat,


melaksanakan pengelolaan dan pengembangan data muzaki; melaksanakan kampanye
pentingnya zakat; melaksanakan dan mengendalikan pengumpulan zakat; melayani muzaki;
mengevaluasi pengelolaan pengumpulan zakat; menyusun laporan dan pertanggungjawaban
pengumpulan zakat; menerima dan menindaklanjuti komplain atas layanan muzaki; serta
mengkoordinasi pelaksanaan pengumpulan zakat tingkat kota.

2) Bidang Pendistribusian, tugasnya yakni: menyusun strategi pendistribusian dan


pendayagunaan zakat; melaksanakan pengelolaan dan pengembangan data mustahik;
melaksanakan dan mengendalikan pendistribusian dan pendayagunaan zakat; mengevaluasi
pengelolaan pendistribusian dan pendayagunaan zakat; menyusun laporan dan
pertanggungjawaban pendistribusian dan pendayagunaan zakat; serta mengkoordinasi
pelaksanaan pendistribusian dan pendayagunaan zakat tingkat kota.

3) Bidang Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan, tugasnya yakni: menyiapkan


penyusunan rencana strategis pengelolaan zakat tingkat kabupaten; menyusun rencana
tahunan BAZNAS kabupaten; melaksanakan evaluasi tahunan dan lima tahunan rencana
pengelolaan zakat kabupaten; melaksanakan pengelolaan keuangan BAZNAS kota;
melaksanakan sistem akuntansi BAZNAS kota; menyusun Laporan Keuangan dan Laporan
Akuntabilitas Kinerja BAZNAS kota; serta menyiapkan penyusunan laporan pengelolaan
zakat tingkat kota.

4) Bidang Administrasi, Sumber Daya Manusia dan Umum, tugasnya yakni: menyusun
strategi pengelolaan amil BAZNAS kota; melaksanakan perencanaan amil BAZNAS kota;
melaksanakan rekrutmen amil BAZNAS kota; melaksanakan pengembangan amil BAZNAS
kota; melaksanakan administrasi perkantoran BAZNAS kota; menyusun rencana strategi
komunikasi dan hubungan masyarakat BAZNAS kota; melaksanakan strategi komunikasi dan
hubungan masyarakat BAZNAS kota; mengadakan, mencatat, memelihara, mengendalikan
dan melaporkan aset BAZNAS kota; serta memberikan rekomendasi pembukaan perwakilan
LAZ berskala provinsi di BAZNAS kota.

4.2.2.3 Pelaksanaan Distribusi Zakat, Infak, dan Sedekah pada BAZNAS Kota
Blitar

Tahap pelaksanaan merupakan inti atau core dari seluruh rangkaian kegiatan BAZNAS
Kota Blitar yang telah di rumuskan dan di rencanakan dari jauh-jauh hari, yang dimana pada
tahap pelaksanaan ini nantinya akan dilakukan dengan beberapa langkah, seperti yang di
katakan oleh Bapak H. Rusdi Riyanto, S.Ag berikut ini :

“Dalam menghimpun zakat, kita akan melakukan pendekatan terlebih dahulu mbak
dengan para muzakki. Pendekatan dilakukan dengan cara mensosialisasikan pentingnya
menunaikan zakat. Sosialisasi tersebut gunanya untuk mengajak masyarakat membayar
zakat dan membantu masyarakat miskin yang membutuhkan. Kami dari pihak BAZNAS
membantu menstimulus berupa dana untuk memancing masyarakat. Muzakki juga bisa
datang langsung ke kantor untuk membayar zakat melalui UPZ di instansi masing-
masing. Untuk membayar zakat muzakki dapat langsung datang ke kantor BAZNAS
ataupun membayar melalui dompet elektronik dan melalui bank”12
Kesimpulan yang dapat di ambil terkait wawancara bersama Bapak H. Abdul Malik, SE
adalah bahwa pengumpulan zakat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

a) Sosialisasi yang dilakukan dengan cara: datang langsung ke tempat sosialisasi, melalui
media cetak (seperti: majalah, bulletin dan brosur), melalui media sosial (seperti: Website,
Facebook, Instagram dan Youtube).

b) Muzaki membayar langsung ke kantor Badan Amil Zakat Nasional Kota Blitar

c) Membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ)

d) Membuka rekening bank, dan melalui dompet elektronik

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak H. Abdul Malik, SE


selaku Divisi Perencanaan Keuangan dan Pelaporan BAZNAS Kota Blitar proses
pengorganisasian pendistribusian zakat, infak, dan sedekah pada BAZNAS Kota Blitar
sebagai berikut :

“Pendistribusian zakat, infak, dan sedekah di lakukan oleh Bidang Pendistribusian


yang dilakukan oleh staff dan di pimpin oleh Wakil Ketua Umum II selaku Ketua
Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan bekerjasama dengan kelurahan-
kelurahan setempat dalam proses realisasinya di lapangan. Untuk masyarakat yang
mendapatkan bantuan tentunya harus melewati tahapan seleksi dari kita selaku
pengelola dan harus memenuhi persyaratan tertentu”13
Bapak H. Abdul Malik juga menyampaikan bahwa dalam pelaksanaan distribusi zakat,
infak, dan sedekah telah sesuai dengan perencanaan yang di tetapkan di RKTA dan syarat-
syarat yang di tetapkan oleh BAZNAS Kota Blitar.

Untuk proses pendistribusian mustahiq terlebih dahulu mengajukan surat permohonan


penerima bantuan yang ditujukan kepada pimpinan BAZNAS Kota Blitar dengan memenuhi
syarat yang ditetapkan oleh BAZNAS Kota Blitar seperti fotokopi KTP, fotokopi Kartu
Keluarga, surat keterangan tidak mampu, denah lokasi ditambah dengan surat keterangan
aktif sekolah/kuliah fotokopi raport/ transkip nilai, surat keterangan tidak menerima beasiswa
dari manapun untuk mustahiq yang mengajukan penerima beasiswa, untuk bantuan kesehatan
di tambah dengan syarat surat keterangan sakit / rujukan dari dokter, kwitansi pembelian
obat/ pemeriksaan dokter dan foto 3R kondisi pasien yang sedang sakit, bantuan kepada
muallaf ditambah dengan surat keterangan benar masuk Islam dan untuk bantuan bedah
rumah, BAZNAS Kota Blitar terjun langsung ke lapangan mencari mustahiq yang layak
mendapatkan bantuan tersebut.

Pelaksanaan pendistribusian zakat, infaq, dan sedekah ini merupakan salah satu bentuk
ibadah dan sesuai dengan syariat Islam serta firman Allah SWT. :

َ ‫صد َٰقتُلِ ْلفُقَ َرٓا ِء َو ْال َم ٰس ِك ْينِ َو ْال ٰع ِملِ ْينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمَؤ لَّفَ ِةقُلُوبُهُ ْم َوفِيال ِّرقَابِ َو ْال ٰغ ِر ِم ْين ََوفِي َسبِ ْياِل للَّ ِه َو ٰابنِال َّسبِ ْيلِفَ ِر‬
‫يضةً ِّم‬ َّ ‫اِنَّ َماال‬
‫نَاللَّ ِه َواللَّهُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬

Artinya :

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Bapak H. Abdul Malik juga menyampaikan bahwa penyaluran zakat, infaq, dan
sedekah dilaksanakan setiap bulan, dengan berbagai bentuk program bantuan, mulai dari
bantuan sembako, bantuan modal usaha, bantuan pendidikan, bantuan pengobatan, dan
lainnya.
“Penyaluran zakat, infaq dan sedekah nanti kita laksanakan melalui program-program
kita sendiri, yang nanti saat proses penyaluran nya kita akan berkoordinasi dengan OPD
lain dan kelurahan setempat, dan akan di tindak lanjutin nama-nama yang pantas
menerima dana tersebut”14
Adapun berdasarkan keterangan dari bapak H. Rusdi Riyanto, S.Ag selaku Wakil Ketua
II untuk membantu memperkuat keterangan dari Bapak H. Abdul Malik, SE adalah sebagai
berikut :

“Tahapan untuk pelaksanaan distribusi zakat, infaq, dan sedekah itu melalui beberapa
tahapan mbak, diantaranya adalah dengan cara menindaklanjuti proposal yang masuk
ke kantor, lalu akan di lakukan survei lokasi. Apabila memang layak untuk menerima
bantuan maka dana akan kita cairkan, akan tetapi kita juga akan mengurutkan dari yang
memang lebih membutuhkan, jadi ada skala prioritasnya.”15
Syarat umum bagi mustahiq untuk mendapatkan bantuan dana zakat di BAZNAS Kota
Palembang adalah mengajukan surat permohonan penerima bantuan yang ditujukan kepada
Ketua BAZNAS Kota Blitar, Fotokopi KTP, fotokopi kartu keluarga, surat keterangan tidak
mampu dari RT yang diketahui lurah atau kades dan denah lokasi tempat tinggal. Adapun
persyaratan khusus adalah surat keterangan menjadi anggota majelis taklim/ kelompok
pengajian / jamaah masjid yang ditandatangani Ketua dan Sekretaris bagi program modal
usaha, surat keterangan benar masuk Islam serta terlihat membutuhkan bantuan bagi muallaf,
fotokopi raport / transkip nilai, surat keterangan aktif sekolah/kuliah dan belum menerima
bantuan / beasiswa dari pihak lain adalah persyaratan bagi pengajuan penerima beasiswa.
Sedangkan bagi ibnu sabil persyaratannya cukupdengan surat kesulitan dalam perjalanan/
kehilangan dari kepolisian dan fotokopi KTP atau identitas lain yang bersangkutan.

Dari hasil wawancara dengan bapak H. Abdul Malik, SE dan bapak H. Rusdi Riyanto,
S.Ag bahwasannya dapat ditarik kesimpulan berupa pendistribusian zakat dilakukan dengan
berbagai tahap, yang pertama yaitu masyarakat mengajukan proposal ke Kantor BAZNAS
Kota Blitar. Kedua, pihak BAZNAS Kota Blitar melakukan survey lokasi untuk mengetahui
kondisi sebenarnya dan kelayakannya mendapatkan bantuan. Ketiga, menetapkan nama-nama
penerima zakat, infaq dan sedekah. Keempat,mendistribusikan zakat dengan dibantu oleh
OPD serta kelurahan lain.

Adapun menurut Laporan Keuangan BAZNAS Kota Blitar rincian bantuan yang
diberikan kepada mustahik adalah sebagai berikut :

NO JENIS PEMANFAATAN JUMLAH


1 Bantuan Modal Usaha 12.500.000
2 Bantuan Pendidikan 13.921.500
3 Bantuan Pengobatan 22.195.000
4 Bantuan Sosial Kegamaan 36.384.500
5 Bantuan Safari Ramadhan 5.800.000
6 Bantuan Perbaikan Rumah 26.750.000
7 Bantuan Sembako Covid-19 299.273.833
8 Bantuan Ibnu Sabil 325.000
9 Bantuan Bencana 36.776.200
10 Bantuan Anak Yatim/Dhua’afa 21.851.000
11 Bantuan Subuh Keliling 23.154.250
12 Bantuan Khitan Gratis 52.773.750
13 Kegiatan Qurban 18.500.000
13 Dakwah Keagamaan 69.750.000
14 Amil Baznas 64.598.000
15 Amil UPZ 36.175.711
JUMLAH 740.728.608

Dari data di atas dapat dilihat bahwa besaran nominal bantuan yang diberikan oleh
BAZNAS Kota Blitar masih dalam bentuk total atau secara keseluruhan, jadi untuk jumlah
nominal ataupun maksimalnya masih belum diketahui. Pelaksanaan pendistribusian zakat
tidak dapat dipisahkan dari perencanaan pendistribusian zakat sebelumnya, karena kedua hal
tersebut merupakan kunci keberhasilan agar tercapainya tujuan dari pendistribusian zakat.
Tujuan dari penyaluran zakat ialah memberikan tingkat hidup yang layak bagi fakir dan
miskin dalam menghidupi dirinya dan keluarganya.

Pada proses pelaksanaan Pendistribusian BAZNAS Kota Blitar sudah melaksanakan


fungsinya masing-masing sehingga terciptanya pelaksanaan pendistribusian yang baik dalam
BAZNAS Kota Blitar. Pada pendistribuan zakat oleh BAZNAS Kota Blitar kepada mustahiq
telah dilaksanakan dengan baik, dalam artian pihak lembaga tidak memenuhi permohonan itu
begitu saja, namun ada prosedur lain yang harus diambil, salah satunya survei kelayakan
apakah mustahiq tersebut memang berhak dan termasuk kedalam golongan delapan asnaf
yang telah dijelaskan dalam AlQuran atau tidak, bila mustahiq tersebut memang layak maka
pihak lembaga akan segera mendistribusikan dana zakat tersebut.

Disamping itu pendistribusian zakat haruslah sesuai dengan prinsip pendistribusian


dalam Islam yaitu adanya prinsip keadilan dan pemerataan, persaudaraan dan kasih sayang
serta solidaritas sosial. Dalam hal ini, BAZNAS Kota Blitar telah melaksanakan
pendistribusian zakat sesuai dengan prinsip pendistribusian dalam Islam. Dari pelaksanaan
pendistribusian yang dilakukan, BAZNAS Kota Blitar telah melaksanakan pendistribusian
sesuai dengan prinsip keadilan dan pemerataan, persaudaraan dan kasih sayang serta prinsip
solidaritas sosial. BAZNAS Kota Blitar merangkul penuh setiap umat muslim yang
mengajukan permohonan penerima zakat di BAZNAS Kota Blitar dan mendistribusikan
zakat sesuai dengan kebutuhan mustahiq.

4.2.2.4 Pengawasan dalam Distribusi Zakat, Infak, dan Sedekah pada BAZNAS
Kota Blitar

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak H. Abdul Malik, SE


selaku Divisi Perencanaan Keuangan dan Pelaporan BAZNAS Kota Blitar proses
pengorganisasian pendistribusian zakat, infak, dan sedekah pada BAZNAS Kota Blitar
sebagai berikut :

“Untuk pengawasan saat proses pendistribusian zakat, infak, dan sedekah ada pengawas
nya di setiap kecamatan yang membantu memantau jalannya program.”
Pernyataan dari Bapak H. Abdul Malik juga di dukug kuat oleh Bapak H. Rusdi
Riyanto yaitu :
“Untuk melakukan fungsi pengawasan, BAZNAS Kota Blitar dilakukan oleh
pemerintah Kota Blitar yang dalam hal ini adalah walikota. Yang kedua dilakukan oleh
KAP (Kantor Akuntan Publik) yang di tunjuk dan disepakati bersama, dengan periode
pemeriksaan selama 1 tahun sekali. Yang terakhir, akan dilakukan audit syariah oleh
Kementerian Agama per satu tahun sekali. Untuk audit eksternal kita memakai jasa
KAP, kalau untuk audit internal itu dilakukan oleh pihak kita sendiri.”17
Untuk setiap kegiatan penyaluran dan pendistribusian zakat, infaq dan sedekah, pihak
BAZNAS Kota Blitar juga melakukan sesi dokumentasi berupa foto untuk disebarkan di
website Kota Blitar dan media cetak lainnya agar prinsip transparansi tetap terlaksana, hal ini
di dukung oleh pernyataan Bapak H. Rusdi Riyanto, yaitu :
“Kami saat melakukan penyaluran dan pendistribusian zakat, infaq dan sedekah selalu
mengabadikan setiap kegiatan melalui foto, dan dokumentasi lainnya. Yang nantinya
foto-foto tersebut akan di bagikan pada halaman web Kota Blitar dan media cetak
lainnya. Hal ini juga dilakukan guna menjaga kepercayaan muzakki dan stakeholder.”18
Pernyataan Bapak H. Rusdi Riyanto tersebut sejalan dengan pernyataan Bapak H.
Abdul Malik yang berupa :
“Laporan keuangan serta dokumentasi itu menjadi arsip serta bukti kami bahwa setiap
program yang ada di RKAT di jalankan dengan semaksimal mungkin, dan setiap dana
yang diterima dan dikeluarkan juga selalu di catat dengan baik entah secara manual
ataupun otomatis, yang nantinya dapat kami perlihatkan kepada masyarakat hasil
laporannya per 3 bulan sekali. Dari sana muzakki dapat melihat rincian kegiatan serta
penggunaan dana untuk apa saja.”19
Pengawasan dalam pendistribusian zakat, infaq dan sedekah ini diperlukan untuk agar
memantau apakah zakat, infaq, dan sedekah sudah tepat sasaran atau belum, dan agar
terwujudnya semua program kerja dari BAZNAS Kota Blitar itu sendiri, yang nantinya akan
berdampak pada meningkatnya perekonomian rakyat Kota Blitar. Dalam hal ini, BAZNAS
Kota Blitar memiliki fungsi pengawasannya tersendiri dalam mengawasi kinerja program
mereka, dengan dibantu oleh kecamatan yang ada di Kota Blitar.

Fungsi pengawasan sangatlah penting dalam suatu organisasi, agar proses kegiatan
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan RKAT yang ada, apabila ada hal yang tidak
diinginkan ataupun menyimpang maka dapat segera dilakukan perbaikan. Pengawasan juga
tidak hanya dilakukan saat kegiatan berlangsung tapi melalui tiga tahapan. Yaitu sebelum
proses, saat proses, dan sesudah proses. Dengan adanya fungsi pengawasan di BAZNAS
Kota Blitar hal ini merupakan salah satu poin plus, dan harapan awal bahwa kegiatan dan
program yang telah direncanakan oleh BAZNAS Kota Blitar dapat berjalan dengan baik dan
sesuai dengan program yang ada. Apabila fungsi pengawasan pada BAZNAS Kota Blitar
telah di aktifkan maka hal ini akan meminimalisasi adanya mustahiq yang tidak jujur dalam
pemanfaatannya.

Dari wawancara di atas, dapat di simpulkan bahwa fungsi pengawasan pada BAZNAS
Kota Blitar ini dilakukan melalui proses eksternal dan internal. Proses audit eksternal
dilakukan oleh KAP (Kantor Akuntan Publik) yang telah di setujui dan disepakati bersama,
Walikota selaku pembina, serta Kementerian Agama Republik Indonesia. Sedangkan untuk
audit internalnya dilakukan oleh pihak internal BAZNAS Kota Blitar sendiri melibatkan
seluruh pengurusnya.

Pihak BAZNAS Kota Blitar juga selalu melakukan dokumentasi terhadap kegiatan-
kegiatan yang dilakukan di lapangan, serta melaporkan rincian dana yang digunakan agar
menjaga kepercayaan muzakki. Hal ini juga tak luput dari fungsi pengawasan baik secara
eksternal maupun internal agar tujuan dari kegiatan-kegiatan yang digalangkan oleh
BAZNAS Kota Blitar dapat berjalan dengan baik, dan prinsip transparansi tetap diterapkan
dengan baik.

4.2.3 Faktor-Faktor Penghambat serta Solusi dalam Proses Manajemen


Pendistribusian Zakat, Infaq, dan Sedekah di BAZNAS Kota Blitar
Dalam proses manajemen pendistribusian zakat, infaq, dan sedekah di BAZNAS Kota
Blitar memiliki beberapa rangkaian, mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan dan pengawasan.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak H. Rusdi Riyanto selaku Wakil Ketua II


BAZNAS Kota Blitar, dalam proses manajemen pendistribusian zakat, infaq dan sedekah
hanya ditemuka kendala sedikit, dan itu pun bukan masalah besar, masih dapat di atasi
dengan baik.

“Faktor-faktor penghambat yang menjadi masalah adalah


kesadaran,keikhlasandankesetiaanmuzaki, masih banyak muzakki yang belum memiliki
kesadaran dalam menunaikan zakat, hal ini terkadang membuat hati kami sebagai
pengurus merasa sedih dan miris, terkadang merasa pesimis juga bagaimana caranya
menggerakkan hati mereka untuk berzakat. Akan tetapi, bagi muzakki yang telah secara
rutin berzakat maka menjadi beban juga bagi kami, bagaimana cara kami agar
kesadaranmuzakisebagai umat muslim yang memiliki kewaijban untuk berzakat
dapatmenggerakkanhatinyauntukterusberzakat.Selainituadanyakeikhlasan dan kesetiaan
muzaki yang dapat menjadikan Badan AmilZakatNasionalKota
Blitarsebagaipilihanutamadalammembayarzakat. Selain itu masalah yang dihadapi yaitu
jadwal yang tidak sesuai antara mustahiq dan pengurus terkadang jadwal yang tidak
sesuai antara mustahiq dan pengurus BAZNAS Kota Blitar juga menjadi masalah yang
menghambat pendistribusian dan penyaluran ZIS. Apabila mustahiq sudah memiliki
waktu yang cocok, terkadang terkendala di pengurusnya, begitupun sebaliknya.”20

Bapak H. Abdul Malik, SE juga menjelaskan hal yang serupa, yaitu :


“Masalah terkait pendistribusian zakat, infaq, dan sedekah ini sebenarnya tidak begitu
rumit, masih bisa di atasi oleh pihak internal kami sendiri mbak. Akan tetapi, terkadang
kita memerlukan energi serta kesabaran yang cukup besar dalam melakukan sosialisasi
serta penyuluhan kepada selurub OPD di Kota Blitar terkait pentingnya menunaikan
zakat. Dikarenakan sebagai sesama umat muslim, tentunya kita wajib membantu
saudara kita yang kesusahan. Disitulah tantangan terbesar kami. Untuk masalah-
masalah lain, seperti jadwal yang bentrok ataupun yang lainnya itu masih dapat di
atasi.”21

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masalah yang di hadapi
BAZNAS Kota Blitar dalam melakukan proses pelaksanaan dalam rangka menajemen
pendistribusian zakat, infaq dan sedekah bukan tergolong masalah yang cukup besar. Untuk
solusi terhadap kendala-kendala tersebut, pihak pengurus juga sering menyelesaikannya
secara internal dan berkoordinasi langsung kepada ketua divisi ataupun ketua bidang masing-
masing sehingga menemukan titik penyelesaian dari masalah tersebut.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan di uraikan pembahasan mengenai temuan-temuan penelitian.
Temuan-temuan tersebut berkaitan dengan manajemen pendistribusian zakat, infaq, dan
sedekah pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Blitar. Pembahasan pada bab ini
akan mengacu pada hal, yaitu sebagai berikut :

1. Manajemen BAZNAS Kota Blitar dalam menjalankan program kegiatan untuk


mensejahterahkan mustahiq

2. Manajemen pendistribusian zakat, infaq, dan sedekah kepada mustahiq oleh


BAZNAS Kota Blitar

3. Faktor Penghambat Pendistribusian Zakat, Infaq, dan Sedekah di BAZNAS Kota


Blitar

5.1 Manajemen BAZNAS Kota Blitar dalam Menjalankan Program Kegiatan untuk
Mensejahterakan mustahiq

Pengelolaan dana penerimaan untuk zakat, infaq, dan sedekah menjadi hal utama yang
harus dilakukan dan di perhatikan dengan baik. Dana hasil pengumpulan zakat dapat
digunakan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Dalam kenyataannya di lapangan
sangat diperlukan seorang amil zakat yang pandai dalam pengelolaan harta benda dari ZIS.
Tak hanya dalam pengelolaan akan tetapi dalam seluruh aspek manajemen ZIS, mulai dari
pengumpulan, pendistribusian, pengelolaan, pemerintahan dan akuntabilitas. Jika tindakan
tersebut dapat ditangani dengan baik dan dilakukan oleh tenaga profesional maka amil
menjadi penanggung jawab pengelolaan dana zakat kepercayaan masyarakat dan muzakki.22

Mengumpulkan uang zakat membutuhkan pendekatan khusus yang dilakukan oleh


seorang amil zakat dengan muzakki karena banyak orang yang tidakmemiliki kesadaran diri
untuk memberikan sebagian hartanya kepada mereka yang lebih membutuhkan. Pertanyaan
tersebut diperkuat oleh Bapak H. Abdul Malik, SE selaku Divisi Perencanaan, Keuangan dan
Pelaporan BAZNAS Kota Blitar yang dimana pihak BAZNAS Kota Blitar melakukan
penyuluhan serta sosialisasi ke masyarakat dalam upaya menjelaskan kepada masyarakat
tentang kewajiban mengeluarkan zakat dan pentingnya infaq serta shodaqoh bagi kehidupan
pribadi maupun orang lain.
Melalui Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373/2003 tentang pelaksanaan zakat
sebagai upaya menyadarkan masyarakat muslim untuk menunaikan zakat, BAZNAS Kota
Blitar mendatangi kantor-kantor pemerintah bahkan ke sekolah-sekolah negeri untuk berbagi
pengetahuan tentang pentingnya menunaikan zakat bagi pegawai atau karyawan-karyawan
terutama ASN (Aparatur Sipil Negara). Tentu hal tersebut diperuntukkan bagi masyarakat
muslim yang memiliki harta lebih dari satu nasab. Sebagai contohnya adalah pegawai negeri
sipil yang mendapatkan gaji dari pemerintah selama satu tahun akan dikenakan pemotongan
gaji untuk membayar zakat profesi, karena dimungkinkan gaji yang mereka peroleh terdapat
juga rejeki saudara muslim lainnya. Dan hal itu sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2011 pasal 4
ayat 2 huruf (h) dijelaskan bahwa Zakat Maal meliputi (pendapatan dan jasa).

Tidak sedikit masyarakat muslim setelah diberi tahu berpikir bahwa mereka hanya
memberikan infaq atau sadaqah itu dianggap cukup untuk membersihkan harta dan mereka
tidak perlu melakukannya membayar zakat dengan benar. Mereka merasa keberatan jika
harus membayar zakat dengan menghitung sepersekian persen dari keseluruhan harta mereka
selama satu tahun, sehingga mereka membayar semampu mereka saja.

Menurut Yusuf Qardhawi, zakat adalah harta yang bisa berpotensi pengentasan
kemiskinan. Sampai dengan saat ini, pengelolaan zakat menjadi sangat penting karena
masyarakat melihat zakat sebagai saluran untuk membantu memenuhikebutuhan fakir
miskin.23 Esensi dari zakat itu sendiri adalah memanajemen sejumlah harta dari orang-orang
(muslim) yang wajib membayar zakat (muzakki) kepada orang yang berhak menerima
(mustahiq). Berdasaran UU No 38 Tahun 1999 bahwa pengelolaan zakat adalah kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan zakat.
Manajemen zakat berasaskan iman dan taqwa, keterbukaan, dan kepastian hukum sesuai
dengan Pancasila dan dan UUD 1945 dan pengelolaan zakat bertujuan untuk; 1)
meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat, berdasarkan ketentuan
agama; 2) meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial; dan 3) meningkatkan hasil guna dan daya guna
zakat.24

Pengelolaan hasil zakat yang masuk pada lembaga/badan amil, diupayakan dapat
tersalurkan pada semua program yang ada. BAZNAS Kota Blitar telah berusaha untuk
melaksanakan rencana kerja (manajemen) dengan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
program-program yang ada dapat terlaksana, dan program tersebut sebagai bentuk upaya
lembaga zakat meningkatkan taraf ekonomi mustahiq dan kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan ketentuan agama Islam. Dana yang terkumpul dapat dimanfaatkan dengan baik
sebagaimana mestinya, seperti yang tertera pada laporan pertanggungjawaban keuangan
BAZNAS Kota Blitar.

Jika lembaga pengumpul ZIS dapat mengelola dan me-manage dana ZIS dengan baik
dan optimal maka lembaga tersebut berhasil memenuhi tugasnya untuk mensejahterakan
kehidupan mustahiq dan masyarakat lainnya (Novianti, 2018)25. Apabila dapat dikelola
dengan baik dan amanah, zakat akan mampu meningkatkan kesejahteraan umat, mampu
meningkatkan etos kerja umat serta sebagai institusi pemerataan ekonomi (Hidajat,
2018)26.Jika lembaga zakat dioperasionalkan secara profesional, pengentasan kemiskinan
dapat diselesaikan (Afrina, 2020)27. Oleh sebab itu disinlah letak penting dalam manajemen
pengumpulan, pendistribusian dan penggunaan dana zakat untuk diimplementasikan dengan
sebenar-benarnya.

Jika zakat produktif dapat dimanajemen dengan baik, maka tujuan dari program yang
ada pada lembaga amil dapat tercapai dan tepat sasaran. Langkah-langkah yang dapat
menjadi acuan para amil dalam pendistribusian zakat produktif diantaranya:

1) Forecasting, meramalkan, memproyeksikan dan mengadakan taksiran mengenai


dana serta membuat program rencana kerja sebelum pemberian zakat.

2) Planning yaitu merumuskan dan merencanakan suatu tindakan tentang apa saja yang
akan dilaksanakan untuk tercapainya program, misalnya penentuan kriteria bagi orang-orang
yang akan mendapat zakat produktif, menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu
program, dan lain sebagainya.

3) Organizing, Leading dan Actuating yaitu mengumpulkan berbagai elemen yang akan
menjadi penggerak demi kesuksesan suatu program, termasuk di dalamnya membuat
peraturan yang baku yang harus ditaati.

4) Controlling adalah pengawasan terhadap jalannya program sehingga jika terdapat


sesuatu yang menyimpang dari prosedur maka akan terdeteksi.

Pada fase awal yaitu forecasting, pihak BAZNAS Kota Blitar telah melakukan proses
taksiran atau meramalkan dana serta program kerja tahunan yang akan dilakukan, terbukti
dalam hal ini BAZNAS Kota Blitar selalu berpedoman pada RKAT (Rencana Kerja
Anggaran Tahunan). Pada fase kedua yaitu planning, pihak BAZNAS Kota Blitar telah
melakukan perencanaan untuk mensukseskan semua program kegiatan yang mereka miliki,
mulai dari persyaratan setiap mustahiq yang berhak mendapatkan bantuan, menentukan
tujuan program, dan lainnya.

Fase organizing, leading dan actuating, di mana BAZNAS Kota Blitar membuat
struktur organisasi dengan memiliki tugas dan tanggungjawab masing-masing pada setiap
divisinya. Dalam hal ini Bapak H. Rusdi Riyanto, S.Ag. selaku penanggungjawab program
membuat serangkaian aturan yang disepakati bersama, dalam proses pembagian bantuan
kepada masyarakat. Dan pada tahap akhir yaitu controlling, BAZNAS Kota Blitar
menyerahkan semua tanggungjawab kepada manager bertugas mengatur dan menangani hal-
hal yang berkaitan dengan program kegiatan BAZNAS Kota Blitar, sedangkan pihak amil
selaku pemantau dan memberikan saran terhadap program tersebut. Dan para amil dapat
melakukan kunjungan secara langsung. Langkah-langkah tersebut telah dilakukan oleh
BAZNAS Kota Blitar, akan tetapi terkadang terdapat beberapa kendala dalam penerapannya.

Berikut Merupakan impelementasi manajemen pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah


dalam rangka meningkatkan kesejahteraan muzakki :

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan dasar dari manajemen. Upaya perencanaan sangat

diperlukan dalam mewujudkan tujuan organisasi. Perencanaan adalah suatu proses

penetapan tujuan-tujuan yang akan dicapai di masa mendatang dan upaya apa saja

yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan kata lain, perencanaan

adalah memilih jalan manayangakandigunakan untuk berbagai aktivitas atau kegiatan.

Dalam mewujudkan tujuannya, Badan Amil Zakat Nasional Kota Blitar membuat

perencanaan yang akan dijalankannyasecara baik dan matang. Perencanaan pada ini

dimulai dengan membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dan besaran dana

yang ditargetkan selama periode 1 tahunke depan. Adapun perencanaan di Badan

Amil Zakat Nasional Kota Blitar diawali dengan menyusun Rencana Kegiatan dan

AnggaranTahunan (RKAT) yang dilaksanakan pada akhir tahun atau tepatnya dibulan
November. Penyusunan RKAT merupakan bukti bahwa perencanaan di Badan Amil

Zakat Nasional Kota Blitar termasuk jenis perencanaan formal. Perencanaan formal

yaitu suatu perencanaan tertulis yang di dokumentasikan dan dikembangkan dengan

proses yang ditetapkan jenisnya.

Perencanaan dalam pengumpulan zakatnya berupa penetapan sasaran muzaki

yaitu masyarakat umum, Aparatur SipilNegara (ASN) dan instansi dinas dengan

sasaran utamanya adalah Aparatur Sipil Negara(ASN). Sedangkan dalam

pendistribusiannya berupa penetapan sasaranmustahiknya yang terdiri dari 8 ashnaf

dengan sasaran utamanya adalah fakir dan miskin dengan mempertimbangkan skala

prioritas. Pendistribusiannya dilakukan ke dalam lima bidang,seperti:bidang

kesehatan;bidang ekonomi;bidang pendidikan;bidang dakwah dan advokasi; bidang

kemanusiaan.

Penetapan sasaran muzaki dan mustahik yang dilakukan Badan Amil Zakat

Nasional Kota Blitar merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuannya.

Pendistribusian zakat yang dilakukan dengan kepada mustahik dengan skala prioritas

di Badan Amil ZakatNasional Kota Blitar ini sesuai dengan yang tertulis

dalamUndang-UndangNo.23Tahun2011 tentang Pengelolaan Zakat pada pasal 25 dan

26 yang menetapkan bahwa zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai

dengan syariat Islam,dan pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas

dengan memperhatikan prinsip pemerataan,keadilan dan kewilayahan.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah suatu proses menggabungkan kegiatan yang sesuai untuk

memudahkan dalam mencapai tujuan organisasi dan memberikan wewenang bagi

manajer selaku pemegang kekuasaan untukmembagi tugas-tugas anggota kelompok.

Sebagai lembaga zakat,Badan Amil Zakat Nasional Kota Blitar dalam


pengorganisasianya telah tersusun dengan baik dan terstruktur,seperti adanya struktur

organisasi yang dibuat. Dengan adanya struktur organisasi dapat menggambarkan

berbagai tingkatan/jabatan dan bidang kegiatan yang ada di Badan Amil Zakat

Nasional Kota Blitar serta orang yang melaksanakan kegiatan tersebut. Selain itu

dalam mengelola zakat Badan Amil Zakat Nasional Kota Blitar juga melakukan

pembagian tugas-tugas dan wewenang kepada para pengurus sesuai dengan

bidangnya.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana-rencana yang telah dibuat

sebelumnya ditahap perencanan. Pelaksanaan adalah upaya membangkitkan dan

mendorong seluruh anggota kelompok agar berusaha dengan keras untuk mencapai

tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha

pengorganisasian dari pihak pimpinan.

Pada pelaksanaannya, Badan Amil Zakat Nasional Kota Blitar merealisasikan

rencana-rencana yang telah disusun pada Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan

(RKAT). Pelaksanaan pengumpulan zakat di Badan Amil Zakat Nasional Kota Blitar

dalam meningkatkan kepercayaan muzaki dilakukan dengan cara: Pertama,sosialisasi

dengan datang langsung ke tempat sosialisasi,media cetak (majalah, bulletin dan

brosur), serta media sosial (Website,Facebook, Instagram dan Youtube).

Kedua,muzaki membayar langsungke kantor Badan Amil Zakat Nasional Kota Blitar.

Ketiga,membentuk Unit Pengumpul Zakat. Keempat,membuka rekening

bank(BankJatim,BankMandiriSyariah,danBankBRI).Kelima,dompet elektronik.

Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nunung dan Nindya

(2019)28 di dalam penelitian mereka yang berjudul, “Optimalisasi Pengelolaan Zakat

untuk Kesejahteraan Umat (Studi Kasus pada Badan Amil Zakat Nasional Indonesia
DI Yogyakarta)” di dalam tulisan tersebut di sebutkan bahwa strategi dalam publikasi

zakat yang dilakukan oleh BAZNAS Daerah 100 Istimewa Yogyakarta adalah sebagai

berikut:

a. Sosialisasi UU No 11 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat: BAZNAS

Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan sosialisasi UU No 11 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Zakat, kepada para tokoh masyarakat dan para pegawai negri

sipil di tiap kantor milik pemerintah. Mereka melakukan sosialisasi dari kantor ke

kantor dengan sebelumnya mendapatkan surat izin atau surat edaran dari gubernur

Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Penyuluhan kepada masyarakat Penyuluhan akan kesadaran berzakat dilakukan

oleh BAZNAS kepada masyarakat umum, mulai dari melakukan event-event secara

langsung melalui tim khotbah pengurus BAZNAS.

c. Menertibakan Kartu Nomor Pokok Wajib Zakat Sebelum diterbitkannya Kartu

Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) salah satu upaya BAZNAS untuk memberikan

kemudahan bagi masyarakat untuk membayarkan ZIS di antaranya adalah dengan

konter Layanan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (ZIS). Tujuan dari pelayanan konter ini

adalah agar para muzaki mendapatkan pelayanan yang lebih dekat, mudah dan

ekslusif, dengan membayarkan zakatnya langsung kekonter dan berkonsultasi seputar

Zakat, Infaq, Shodaqoh (ZIS).

5.2Penyaluran dan Pendistribusian Zakat, Infaq, dan Sedekah kepada Mustahiq Oleh
Lembaga BAZNAS Kota Blitar

Pengelolaan serta pendistribusian zakat merupakan hal yang mendasar dalam


perekonomian. Karena pengelolaan dan pendistribusian yang baik dari pihak amil akan
memberikan manfaat secara maksimal kepada mustahiq serta kepercayaan dari muzakki yang
akan terus mengalir dengan membayarkan zakat mereka pada lembaga tersebut.
Lembaga/badan amil akan dinilai berhasil jika mustahiq dapat meningkatkan usahanya dan
tercapainya suatu program, sehingga tidak semata-mata berdasarkan besarnya dana ZIS yang
terhimpun.

Pada BAZNAS Kota Blitar pendistribusian dilakukan oleh staff dan dipimpin oleh
Wakil Ketua II yaitu Bapak Rusdi Riyanto, S.Ag yang akan dibagikan langsung oleh
mustahiq yang telah terpilih sebelumnya melalui proses seleksi. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan dengan Bapak H. Abdul Malik, SE, beliau mengatakan bahwa para mustahiq
yang terpilih ini telah mendaftar dan mengajukan diri terlebih dahulu dan melewati berbagai
tahapan proses sehingga mereka memanhg dipastikan layak untuk menerima bantuan berupa
zakat, infaq, ataupun sedekah oleh BAZNAS Kota Blitar. Pihak BAZNAS Kota Blitar dalam
proses ini dibantu oleh kelurahan-kelurahan setempat untuk membagikan setiap bantuan
kepada mustahiq.

Adanya pemberian bantuan seperti ini tentunya memberikan dampak yang begitu besar
terhadap mustahiq, meskipun tidak banyak. Jika pada BAZNAS Kota Blitar, mustahiq
diberikan dana secara cuma-cuma untuk mengembangkan usahanya tanpa harus terbebani
untuk mengembalikan dana yang diberikan. Sehingga mereka merasa sedikit terbantu dengan
adanya tersebut, dan juga zakat, infaq serta sedekah diberikan dalam bentuk lain yang masih
mencakup ke semua program kegiatan BAZNAS Kota Blitar.

Dan beberapa penjelasan di atas telah sesuai dengan pendapat Yusuf Qardhawi yang
menyatakan bahwa zakat dapat menjadi sumber potensial untuk mengahapus kemiskinan.
Selain itu, hal tersebut sesuai dengan Undang-undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat.Kemandirian ekonomi pada mustahiq merupakan tujuan utama dari program
penyaluran zakat produktif. Program ini mengarah pada mustahiq melatih dari agar mandiri
dan terus berproduksi, dan lembaga/badan amil harus membantu masyarakat miskin melalui
program zakat produktif ini. Apabila semua pihak berusaha dengan sungguh-sungguh, maka
problematika ekonomi dapat terselesaikan.

Dalam hal ini, pihak BAZNAS Kota Blitar juga perlu melihat sisi pengoptimalisasian
zakat, infaq dan sedekah tersebut bagi kesejahteraan mustahiq. Optimalisasi ini dapat berupa
pemberian zakat dengan pola gratis konsumtif seperti yang diterapkan selama ini hanya dapat
diberikan kepada fakir miskin yang betulbetul tidak mempunyai potensi produktif, seperti
karena usia sangat lanjut, cacat fisik atau mental dan sebagainya. Penyaluran zakat dalam
bentuk material, bahan pangan, hewan ternak dan sebagainya yang dikuasai oleh Badan Amil
Zakat harus diproduktifkan secara optimal dan maksimal, guna mendorong orang-orang
miskin yang masih mempunyai potensi produktif untuk meningkatkan produtivitas dan
usahanya, untuk giat bekerja dan berusaha, karena dengan produktivitaslah yang dapat
membebaskan mereka dari kemiskinan.

Selama ini pendistribusian zakat lebih diorientasikan zakat lebih diorientasikan kepada
pembagian konsumtif, sehingga begitu zakat dibagi, pihak yang menerima hanya dapat
memanfaatkannya untuk kepentingan konsumtif atau bahkan sesaat. Jika sasaran utama zakat
adalah mengentaskan mereka dari kemiskinan, atau merubah status mereka dari mustahiq
menjadi muzakki (pemberi zakat), tujuan pokok tersebut tidak pernah tercapai, karena pola
dan sistem pembagiannya yang kurang atau tidak pas. Maka pembagian zakat secara
konsumtif perlu ditinjau dan dipertimbangkan kembali secara proporsional. Harta zakat perlu
dikelola dan didistribusikan sebagai investasi, untuk memberikan modal kepada para
mustahiq, dan selanjutnya dengan investasi tersebut, mereka dapat membuka usaha, dan
secara lambat laun mereka akan memiliki kemaampuan ekonomi yang memadai. Upaya
demikian memerlukan keberanian di dalam memeperbaharui pemahaman masyarakat, lebih-
lebih mereka yang diserahi amanat sebagai amil untuk mensisoalisasikan kepada masyarakat,
dan mengaplikasikannya insya Allah dengan demikian, pemberdayaan zakat sebagai upaya
pengentas kemiskinan dapat diharapkan bisa terwujud. Selain itu, pesan pokok zakat sebagai
pemberdayaan ekonomi umat dapat direalisasikan dengan sungguh-sungguh. Tentu saja, ini
perlu didukung dengan manajemen dan akuntansi yang profesional. Sistem manajemen
tradisional, sudah saatnya harus ditinggalkan, diganti dengan sistem manajemen,
pengadministrasian, dan pertanggungjawaban yang baik, seperti pernah dilakukan pada masa
awal-awal islam. Jika langkah demikian dapat dilakukan, insyaallah kepercayaan muzakki
kepada amil lebih besar, dan di sini pula letak amil sebagai mediator antara muzakki sebagai
pemberi dan mustahiq sebagai penerima, berjalan dengan baik, tanpa mengganggu psikologi
mustahiq.

Adapun menurut penelitian yang dilakukan oleh Nunung dan Nindya (2019)29 di dalam
penelitian mereka yang berjudul, “Optimalisasi Pengelolaan Zakat untuk Kesejahteraan Umat
(Studi Kasus pada Badan Amil Zakat Nasional Indonesia DI Yogyakarta)” dalam penelitian
tersebut di sebutkan beberapa cara untuk mengoptimalisasi hasil zakat, infaq, dan sedekah, di
yaitu dengan cara Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk
memenuhi tuntunan dari Undangundang Nomor 23 Tahun 2011 ini telah memiliki beberapa
program pendayagunaan untuk memberdayakan perekonomian Mustahik. Melalui usaha
perekonomian produktif, dan program lainnya. Program pemberdayaan diharapkan untuk
membantu mustahiq dapat memiliki usaha mandiri yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri.

Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri Badan Amil
Zakat Nasional sendiri telah melakukan beberapa keberhasilan dalam memberdayakan
program perekonomian mustahiq menjadi lebih produktif bahkan beberapa Mustahiq tersebut
saat ini telah berubah peran menjadi salah seorang Muzakki yang rutin membayarkan zakat
dan shadaqahnya di BAZNAS. Dari hasil wawancara langsung dengan mustahik penerima
dana pinjaman dana zakat melalui Baitul Qiradh Badan dan bantuan renovasi masjid Badan
Amil Zakat Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka diperoleh keterangan dari
mereka di antaranya.

Salah seorang diantaranya ibu Sutartinah yang tinggal di Kalimanjung Ambarketawang


Gamping Sleman. Sejak Februari 2015 – Oktober 2017 di mana beliau diberikan bantuan
modal dari Baitul Qiradh untuk membuka usaha kantin, ibu Sutartinah mendapatkan bantuan
dana sebesar Rp 2.400.000. Ibu Sukarti, pedagang gorengan keliling, sebelum mendapatkan
pinjaman dana ibu Sukarti tidak mempunyai penghasilan.

Kemudian untuk menambah penghasilan dan membantu keluarga Ibu Sukarti


meminjam dana Baitul Qiradh BAZNAS sebesar Rp 2.400.000. Maksud dan tujuan
dilaksanakannya pembinaan mustahik. Bantuan modal usaha Ekonomi produktif ini dapat
mengelola harta dan usahanya dengan baik sesuai ajaran Islam, kedua meningkatnya
pengetahuan kewirausahaan dan pengembangannya, ketiga mampu menerapkan
keterampilan-keterampilan kewirausahaan mereka keempat mampu beradaptasi, berinovasi,
memiliki jiwa usaha dalam menghadapi persaingan pasar usaha.

Dari penelitian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa tentunya dana hasil zakat,
infaq dan sedekah ini sangat berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan mustahiq.
Tentunya baik dari mustahiq ataupun lembaga (dalam hal ini BAZNAS) harus bersinergi dan
berkerja sama untuk menciptakan strategi yang efektif terkait dengan optimalisasi dana ZIS.
BAZNAS Kota Blitar sendiri sudah memiliki berbagai macam kegiatan dalam rangka
optimalisasi dana ZIS, dan di harapkan kedepannya dana yang diberikan kepada mustahiq
dapat menghasilkan hal yang bermanfaat dan meningkatkan kesejahteraan penerimanya.

5.3Faktor Penghambat Pendistribusian Zakat, Infaq, dan Sedekah di BAZNAS Kota


Blitar
Setiap organisasi atau lembaga tentunya memiliki tujuan atau cita-citayang ingin

diwujudkan dalam setiap kegiatannya termasuk lembaga zakat.Umumnyaorganisasiatau

lembagadalammenjalankankegiatannyatidakn luput dari berbagai hambatan dan rintangan.

Akan tetapi, hambatan ataupun rintangan tersebut harus di hadapi, selain itu

terdapatfaktorlainyangmampumendukungkegiatannya.Berdasarkan wawancara yang telah di

lakukan oleh Wakil Ketua II BAZNAS Kota Blitar, Bapak H. Rusdi Riyanto, S.Ag pada

pendistribusian zakat, infaq, dan sedekah memang tidak ditemukan banyak hambatan

ataupun rintangan yang begitu berat, meskipun ada hal tersebut masih dapat di atasi dengan

sendirinya oleh pihak internal.

Adapun faktor yang menghambat dan mendukung pengelolaan zakatdalam

meningkatkan kepercayaan muzaki pada Badan Amil Zakat NasionalKota Blitar yaitu :

a) Kesadaran,keikhlasan dan kesetiaan muzaki

Keberlangsungan pengelolaan zakat di Badan Amil Zakat Nasional Kota Blitar juga

didukung oleh kesadaran, keikhlasan dan kesetiaan muzaki dalam membayar

zakat.Kesadaran muzakisebagai umat muslim yang memiliki kewaijban untuk berzakat

dapat menggerakkan hatinya untuk terus berzakat. Selain itu adanya keikhlasan dan

kesetiaan muzaki yang dapat menjadikan Badan Amil Zakat Nasional Kota Blitar sebagai

pilihan utama dalam membayar zakat.

b) Jadwal yang tidak sesuai antara mustahiq dan pengurus


Terkadang jadwal yang tidak sesuai antara mustahiq dan pengurus BAZNAS Kota
Blitar juga menjadi masalah yang menghambat pendistribusian dan penyaluran ZIS. Apabila
mustahiq sudah memiliki waktu yang cocok, terkadang terkendala di pengurusnya, begitupun
sebaliknya.
5.4 Manajemen Pendistribusian Zakat pada program BAZNAS Kota Blitar

Dalam Undang-undang No 23 Tahun 2011 menjelaskan bahwa pendistribusian zakat

dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan

dan kewilayahan yangterdapat pada pasal 26. Bentuk inovasi distribusi dikategorikan dalam

empat bentuk berikut: (Wiradifa, 2017) .

Secara garis besar pendistribusian zakat digolongkan ada empat yaitu:

1. Model distribusi bersifat konsumtif tradisional.

Model distribusi bersifat konsumtif tradisional yaitu, zakat dibagikan pada mustahik

untuk dimamfaatkan secara langsung seperti zakat fitrah yang dibagikan pada fakir miskin

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau zakat mal yang diberikan pada korban

bencana alam.

2. Model ditribusi bersifat konsumtif kreatif.

Zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti dalam hal bentuk

alat-alat sekolah, atau beasiswa.

3. Model distribusi zakat produktif tradisional.

Zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti kambing,

sapi, alat cukur, dan lain-lain sebagainya. Pemberian dalam bentuk ini akan menciptakan

suatu usaha yang membuka lapangan kerja fakir miskin.

4. Model distribusi dalam bentuk produktif kreatif.

Zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk pembangunan proyek sosial

atau menambah modal usaha pengusaha kecil. UU No 38 tahun 1999 Tentang pengelolaan

zakat, Bab V (pemberadayagunaan Zakat) Pasal 16, selain itu dalam UU No. 23 Tahun 2011
Tentang pengelolaan zakat Pasal 27 (pendayagunaan zakat secara produktif) bagian 1. Dalam

memaksimalkan fungsi zakat, maka pola pemberian zakat tidak terbatas pada yang bersifat

konsumtif. Tetapi harus lebih bersifat produktif. (Handri :2018,34-35)

Pengelolaan zakat oleh lembaga pengola zakat, apalagi yang memiliki kekuatan

hukum formal akan memiliki beberapa keuntungan, menjalin kepastian dan disiplin

pembayar zakat, menjaga perasaan rendah diri mustahiq zakat apanila berhadapan langsung

untuk menerima zakat dari para muzakki , mencapai efisien efektifitas, serta sasaran yang

tepat dalam menggunakan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat,

memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami.

Jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahiq meskipun secara hukum

syariah adalah sah, akan tetapi disamping akan terabaikannya hal-hal tersebut diatas, juga

hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit

diwujudkan.(Wiradifa: 2017, hal 4)

1. Perencanaan Pendistribusian Zakat Pada Program BAZNAS Kota Blitar.

a. Perencananaan pendistribusian zakat pada program BAZNAS Kota Blitar.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan petugas BAZNAS Kota Blitar

dapat menggali informasi yang ada di BAZNAS Kota Blitar. Berikut hasil wawancara yang

telah dirangkum oleh peneliti.

“perencanaan yang dilakukan BAZNAS Kota Blitar dalam mendistribusikan zakat pada

program Blitar cerdas dilakukan di awal tahun, penditribusian dana zakat dalam program

Blitar cerdas, semua petugas BAZNAS Kota Blitar ikut menghadiri dan menyukseskan

penditribusian”. ( wawancara: Bapak Wakil Ketua 2 H. Rusdi Riyanto, S.Ag, Tanggal 12

November 2022)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dijelaskan oleh ibu diatas bahwa

perencanaan pendistribusian zakat yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Blitar dilaksanakan di

awal tahun. Yang Pada saat pendistribusian zakat pada program Blitar Cerdas hanya 1 kali

dalam setahun, yang mana kriteria yang menerima zakat untuk program Blitar peduli adalah

yang sesuai dengan syariat Islam. BAZNAS mendata untuk memverifikasi, menetukan dan

menetapkan berapa orang penerima zakat pada program sibolga cerdas. Pelajar yang Orang

tua pelajar termasuk dalam kategori fakir atau miskin. Yang mana data pelajar zakat tersebut

di data oleh sekolah masing-masing. Yang di rekomendasikan olek kepala sekolah.

Sedangkan Mahasiswa di buktikan dengan KTP, KK, Kartu tanda mahasiswa, surat

keterangan tidak mampu, KHS dan trankip nilai.

Sebelum BAZNAS Kota Sibolga melaksanakan pendistribusian melakukan

perencanaan seperti:

a. Penyusunan strategi pengelolaan Amil BAZNAS Kota Blitar.

b. Pelaksanaan perencanaan Amil BAZNAS Kota Blitar.

c. Pelaksanaan rekrutmen Amil BAZNAS Kota Blitar.

d. Pelaksanaan pengembangan Amil BAZNAS Kota Kota Blitar.

e. Pelaksanaan Administrasi perkantoran BAZNAS Kota Blitar.

f. Penyusunan Rencana strategis komunikasi dan hubungan masyarakat BAZNAS Kota

Blitar.

g. Pelaksanaan strategi komunikasi dan hubungan masyarakat BAZNAS Kota Blitar.

h. Pengadaaan, pencatatan, pemeliharaan, pengendalian, dan pelaporan Aset BAZNAS Kota

Blitar.
i. Pemberian rekomendasi pembukaan perwakilan UPZ di Kota Blitar.

b. Merencanakan rapat untuk pendistribusiaan.

Perencanan ini berguna untuk membahas tentang realisasi pendistribusian zakat untuk Blitar

peduli, Cerdas, Dakwah. Rapat yang dilakukan oleh Baznas terbagi dua yaitu:

1. Rapat Internal

Rapat yang dilakukan oleh Bapak Wali kota Blitar ketua BAZNAS Blitar dan petugas

BAZNAS lainnya.

2. Rapat Eksternal

Yaitu rapat dengan petugas BAZNAS serta panitia-panitia yang di tunjuk oleh ketua panitia

saat pendistribusian.

c. Merencanakan kriteria Mustahiq Pada program BAZNAS telah menetapkan kriteria

mustahiq yang telah ditetapkan standar Operasional Prosedur (SOP), yaitu:

1. Kriteria untuk program sibolga cerdas yaitu siswa atau mahasiswa yang kurang mampu,

dibuktikan dengan surat keterangan tidak mampu dan KK (kartu keluarga).

2. Kriteria untuk program sibolga peduli Mustahik yang sesuai dengan ashnaf 8 yaitu fakir

dan miskin, amil zakat, muallaf, memerdekakan budak, orang-orang yang berutang, fi

sabillah,ibnussabil.

d. Kuota jumlah penerimaan mustahiq

Dalam penentuan kuota pada program Sibolga Cerdas. Di buat berdasarkan kesepatan pada

saat rapat dengan ketua BAZNAS dengan menysuaikan jumlah dana zakat yang terkumpul

dalam satu tahun tersebut.


e. Merencanakan sumber data mustahiq

Untuk mendapatkan data mustahiq BAZNAS bekerja sama dengan Dinas pendidikan untuk

program BAZNAS Blitar bekerja sama dengan kelurahan yang ada di BAZNAS Kota Blitar.

Berdasarkan wawancara dengan petugas BAZNAS Kota Blitar mengenai strategi

pengumpulan zakat di BAZNAS Kota Blitar adalah sebagai berikut:

“BAZNAS akan melakukan verifikasi yang telah diberikan oleh masing-masing sekolah

untuk SD, SMP, SMA, untuk mahasiswa dan data yang telah di antarkan masing-masing

kelurahan untuk program Blitar Peduli.(wawancara, Divisi Perencanaan Keuangan dan

pelaporan Bapak H. ABD.Malik, S.E,Tanggal 12 November 2022).

Hasil wawancara dengan Bapak ABD. Malik menurut peneliti yaitu dapat

disimpulkan bahwa pada saat melakukan calon mustahiq yang berhak menerima

pendistribusian zakat dalam program Blitar Cerdas. BAZNAS mendapatkan data dari kepala

sekolah untuk SD,SMP,SMA dan ntuk mahasiswa dari masing-masing mahasiswa serta untuk

program Blitar Peduli dari masing-masing kelurahan.

2. Pengorganisaian Pendistribusian Zakat dalam Program BAZNAS Blitar.

Setelah penyusunan perencanaan, selanjutnya yang perlu disusun adalah

pengorganisasian dengan maksud mendayagunakan segala sumber daya manusia yang ada

dalam lingkungan organisasi. Pengorganisian merupakan sebuah proses membentuk struktur

dan hubungan yang memungkinkan para pengurus, pegawai dan relawan menjalankan apa

yang telah disusun dalam perencanaan guna mencapai tujuan dan target-target program

pendididikan. Oleh karena itu dianggap perlu dalam pengorganisasian ini membicarakan

struktur organisasi terkait hubungan penyesuaian antara perencanaan, pengawasan,dan

pengarahan dari setiap fungsi yang terdapat dalam organisasi (Salim:2020,hal 62)
a. Langkah-langkah dalam pengorganisasian

1. Perumusan kerja

Sebagai dasar utama dalam sebuah penyusunan organisasi, pekerjaan yang ingin dicapai

harus dirumuskan dengan jelas dan haru sesuai dengan sumber daya yang dalam organisasi.

Penentuan bidang, ruang lingkup sasaran, keterampilan dan peralatan yang diperlukan dalam

proses pencapaiannya. Dalam proses perumusan kerja. Dalam program Blitar cerdas, Blitar

peduli siapa saja pegwai yang memiliki kompetensi dalam bidangnya. Dengan perumusan

sumber daya manusia yang ada maka akan meningkatkan kemampuan BAZNAS Kota Blitar

dalam bekerja.

2. Penetapan tugas pokok

Setelah rumusan kerja terbentuk dan disesuaikan antara kebutuhan kerja dan sumber daya

yang ada dalam lingkungan BAZNAS Kota Blitar kemudian ditentukan tugas pokok. Tugas

pokok merupakan penetuan orientasi kerja, dimana tugas yang dikerjakan target keberhasilan

yang ingin dicapai organisasi.

3. Perincian kegiatan

Setelah tugas pokok dilakukan maka yang harus dilakukan kembali adalah menjabarkan

kegiatan yang harus dilakukan. Membuat daftar acuan rincian kerja secara operasional

dengan mudah dikerjakan pegawai. Rincian kegiatan ini akan menjadi panduan bagi

pengguna dalam kegiatan rutinitas program Blitar Cerdas, Blitar Peduli yang dijalankan oleh

BAZNAS Kota Blitar. Kegiatan yang terperinci akan menambah fokus kerja yang dilakukan

pegawai yang ada dilingkungan BAZNAS Kota Blitar.

4. Pengelompokan kegiatan
Didalam realisasi program ini. Pengelompokan kegiatan ini disusun agar kegiatan yang

disusun supaya sistematis dan jelas. Hal tersebut dilakukan supaya menambah strategi kerja

di lingkungan BAZNAS Kota Blitar.

5. Departementasi

Departementasi yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Blitar merupakan tindakan pemecahan

fungsi-fungsi menjadi satuan-satuan yang terbentuk menjadi bagian bidang-bidang ataupun

yang lainnya.

6. Penetapan otoritas organisasi

Setiap petugas BAZNAS memiliki otoritas sesuai dengan amanah yang melekat padanya.

Otoritas merupakan kemampuan atau kuasa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan posisi

masing-masing. Hal ini dilakukan supaya dapat menjaga amanah dan kewajiban yang harus

dilaksanakan. Batasan-batasan kerja yang harus di pahami seluruh petugas BAZNAS kota

Blitar sesuai dengan wawancara petugas yang ada di dalamnya.

a. Staffing

Untuk melakukan staffing atau lebih dikenal dengan pengisisan personalia sesuai dengan

bakat dan keahlian sumber daya manusia yang dimiliki BAZNAS Kota Blitar maka sangat

perlu dilakukan staffing supaya pekerjaan cepat selesai dan memiliki hasil yang maksimal.

Kemampuan personal sangat dibutuhkan dalam organisasi yaitu keahlian yang di,iliki oleh

setipa petugas BAZNAS Kota Blitar.

b. Fasilitas.

Tindakan yang tidak kalah penting dalam pengorganisasian adalah memberi fasilitas

terhadap semua bagian yang diperlukan berupa perlengkapan dan peralatan organisasi, baik
finansial, material, maupn lainnya. Prinsip BAZNAS Kota Blitar ialah memberikan fasilitas

sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan tujuan program.

Sebagai lembaga pendistribusian mamfaat zakat maka BAZNAS Kota Blitar dituntun

untuk mengelola zakat secara profesional dengan didasari peraturan dan prinsip organisasi.

Dengan jelasnya sebuah organisasi serta terorganisir dengan baik dalam langkah kebijakan

maka menambah kemampuan organisasi tersebut.

Analisis dari peneliti sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut pengorganisasian

yang ada di BAZNAS Kota Blitar ketika pendsitribusian sudah di atur sesuai bidangnya

masing-masing. Di mulai ketua, wakil ketua, sekretaris bidang pengumpulan, bidang

pendistribusian. Namun BAZNAS masih membutuhkan tenaga kerja yang akan membantu

pada saat pendistribusian di karenakan kurangnya petugas BAZNAS Kota Blitar.

Pengorganisasian yang dilakukan oleh BAZNAS kota Blitar sudah cukup baik dalam fungsi-

fungsi manajemen dalam pengorganisasian.

3. Pelaksanaan pendistribusian zakat pada program BAZNAS Blitar.

Dari segi pelaksaan program sudah terlaksana dengan baik. Pergerakan atau pelaksaaan

tindakan tersebut mulai dari penghimpunan dan pendistribusian manfaat zakat. Pengumpulan

dana zakat dari muzakki yang mana sebagian dan dihimpun dari gaji bulanan pegawai teknik

sipil yang biasanya disebut PNS, dari hasil keseluruhan yang didapatkan dari muzakki dan

zakat mal yang disalurkan oleh masyarakat secara langsung. Kemudian yang berhak

menerima zakat tersebut adalah sesuai dengan syariat Islam.

4. Pengawasan pendistribusian zakat pada program BAZNAS Blitar

Pengawasan sangatlah penting ketika melaksanakan proses perencanaan, pengorganisasian.

Pengawasan dilakukan untuk menjamin langkah melanjutkan perencanaan yang telah


ditentukan. Berdasarkan wawancara dengan bagian keuangan BAZNAS kota Blitar mengenai

pengawasan yang dilakukan pada program sebagai berikut:

Bahwasanya pengawasan yang dilakukan oleh BAZNAS belum sepenuhnya dilaksanakan,

hanya sekedar bertanya kepada mustahik yang menerima manfaat.

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Pada bagian akhir skripsi ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan mengenai
“Manajemen Pendistribusian Zakat, Infaq, dan Sedekah di Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Kota Blitar” , maka penulis mengambil kesimpulan bahwa manajemen
pendistribusian zakat, infaq dan sedekah di BAZNAS Kota Blitar Perencanaan
pendistribusian zakat, infaq dan sedekah dilakukan setiap tahunnya dalam agenda rapat
kerja anggaran tahunan yang dilaksanakan setahun sekali dengan membahas program-
program pendistribusian seperti beasiswa, santunan fakir miskin dan modal usaha,
dalam perencanaan pendistribusian BAZNAS Kota Blitar belum menetapkan target
siapa dan kapan pendistribusian dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena bersifat lebih
banyak menunggu permohonan mustahiq yang masuk ke BAZNAS Kota Blitar.

Dalam pengorganisasian BAZNAS Kota Blitar telah terstruktur dengan


menetapkan bagian-bagian pekerjaan setiap pegawai sehingga tumpang tindih
pekerjaan tiap-tiap pegawainya dapat dihindari. Pelaksanaan pendistribusian zakat telah
terlaksana setiap bulannya dengan melakukan survey terhadap data mustahiq yang
masuk dan mendistribusikan dana zakat sesuai tingkat kebutuhan yang diperlukan
mustahiq dan sesuai dengan prinsip pendistribusian dalam Islam meskipun sistem
pengawasan terhadap mustahiq yang menerima zakat belum ada disebabkan karena
kekurangan personal yang ada di BAZNAS Kota Blitar.

6.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah penulis lakukan
terhadap manajemen pendistribusian zakat di BAZNAS Kota Blitar, maka penulis
menyampaikan saran kepada Kepala Tata Usaha agar dapat berkoordinasi dengan
pimpinan BAZNAS Kota Blitar untuk menambah atau merekrut staff baru dan
mengkoordinir para staff khususnya staff pendistribusian untuk melakukan pengawasan
terhadap pendistribusian zakat sebab pengawasan merupakan suatu yang sangat vital
dalam pendistribusian zakat agar dana zakat dapat termanfaatkan dengan baik oleh
mustahiq dan dapat menjadikan mustahiq menjadi muzakki sehingga angka kemiskinan
di Kota Blitar dapat berkurang dan tujuan dari disyariatkannya zakat tersebut dapat
terwujudkan.

DAFTAR PUSTAKA

Asnaini, Zakat Produktf dalam Persepektif Hukum Islam, (Yogyakarta:Pustaka Belajar,


2008), 64.
Ahmad Rofiq, MA., Fiqh Konstektual, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012), 267-269.
Yusuf al-Qardhawi, Al-Ibadah fil-Islam ( Beirut : Muassasah Risalah, 1993 ), hlm 235.
Novianti, P. (2018). Manajemen Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Kota Bogor Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jakarta: Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hidajat, R. (2018). Penerapan Manajemen Zakat Produktif dalam Meningkatkan Ekonomi
Umat di PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat) Kota Makassar. Millah: Jurnal Studi
Agama, 1(1), 63–84.
Afrina, D. (2020). Manajemen Zakat Di Indonesia Sebagai Pemberdayaan Ekonomi Umat.
EkBis: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 2(2), 201–212.
Nurlaela, Nunung. & Zulkarnain, Nindya Ayu. (2019). Optimalisasi Pengelolaan Zakat
untuk Kesejahteraan Umat (Studi Kasus pada Badan Amil Zakat Nasional Indonesia DI
Yogyakarta). Jurnal Ekonomi Islam. Vol.19 No.2.
Catatan Kaki :
22
= Mardani, Hukum Ekonomi.... hal: 51.
23
= Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern, hal: 50
24 =
Mardani, Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia, hal: 50
25
= Novianti P,. “). Manajemen Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Kota Bogor Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat”
26
= Hidajat R., “Manajemen Dana Zakat pada BAZNAS Kota Bogor dalam Meningkatkan
Ekonomi Umat di PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat) Kota Makassar”
27
= Afrina D., “Manajemen Zakat Di Indonesia Sebagai Pemberdayaan Ekonomi Umat”
28
= Nurlaela, Nunung. & Zulkarnain, Nindya Ayu, “Optimalisasi Pengelolaan Zakat untuk
Kesejahteraan Umat (Studi Kasus pada Badan Amil Zakat Nasional Indonesia DI
Yogyakarta)”
29 =
Nurlaela, Nunung. & Zulkarnain, Nindya Ayu, “Optimalisasi Pengelolaan Zakat untuk
Kesejahteraan Umat (Studi Kasus pada Badan Amil Zakat Nasional Indonesia DI
Yogyakarta)”

Anda mungkin juga menyukai