Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIK PENGELOLAAN ZISWAF

KUALIFIKASI PENERIMA BANTUAN KOIN NU


DALAM UPAYA MENINGKATKAN SOSIAL
EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN
SUKOREJO KOTA BLITAR

Oleh :
Kelompok PPZ di NU CARE Lazisnu Kota Blitar

Alieva Maria Qibtiah 20401119


Khanana Imro’atul F 20401166
Dina Ameliya 20401169
Indi Ayu Pipitalia 20401170

Dosen Pembimbing Lapangan : MUNDHORI, M.E.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (IAIN)
KEDIRI
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan akhir Praktik Pengelolaan Ziswaf (PPZ) Program Studi


Ekonomi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kediri
ini telah disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Di :
Judul Laporan Akhir :

Dosen Pembimbing Lapangan,

MUNDHORI, M.E.

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan
Laporan Praktik Pengelolaan Ziswaf (PPZ) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Kediri Tahun 2023 dapat diselesaikan dengan
baik.
Kegiatan PPZ ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
mahasiswa dalam bidang pengelolaan zakat, infak, sedekah dan
wakaf. Dimana secara teoritis, dasar keilmuan pengelolaan ziswaf
telah diberikan dalam perkuliahan. Sehingga dalam sesi ini
mahasiswa dapat langsung praktik.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Mundhori,
M.E. selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang telah memberi
arahan kepada kami sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Demikian laporan akhir dalam Praktik Pengelolaan Ziswaf (PPZ)
dapat terselesaikan.

Kediri, 24 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan / Pengesahan ....................................................................... i


Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Dasar Pemikiran .............................................................................................. 1
B. Tujuan dan Kegunaan ...................................................................................... 2
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...................................................................... 2
BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK ............................................................... 3
A. Profil Lembaga................................................................................................ 3
B. Pelaksanaan Praktik ......................................................................................... 4
C. Permasalahan di Lapangan .............................................................................. 5
BAB III PEMBAHASAN / ANALISIS TERHADAP TEMUAN STUDI ........ 6
A. Kajian Teori ............................................................................................................... 6
B. Analisis Permasalahan di Lapangan ............................................................................ 9
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 14
A. Kesimpulan ................................................................................................... 14
B. Saran ....................................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran
Dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. berbagai macam
persaingan serta permasalahan semakin kompleks ditandai dengan adanya
era post truth dan kecanggihan teknologi. Berbagai negara bersaing untuk
dapat survive, terutama dalam hal ekonomi. Sedangkan Indonesia dengan
sumber daya alam yang melimpah ruah masih saja tertinggal dan belum
dapat memaksimalkan sumber daya yang ada dalam mewujudkan salah
satu tujuan negara yaitu masalah kesejahteraan rakyat.
Sistem ekonomi saat ini yang tidak berpihak kepada masyarakat
miskin ditandai menjadi penyebab sulitnya menurunkan angka kemiskinan
di Indonesia. Lembaga-lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi
yang menyalurkan dana dari masyarakat yang surplus dana kepada
masyarakat yang defisit dana tidak menjalankan fungsinya dengan baik.
Manajemen ZIS adalah pengelolaan zakat, infak, sedekah yang
dilakukan oleh lembaga zakat, infak dan sedekah. Kegiatan yang
dilakukan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan zakat, infak dan sedekah.
NU Care-LAZISNU telah memiliki jaringan pelayanan dan
pengelolaan zakat, infaq, dan sadekah di seluruh penjuru Indonesia. Fokus
utama NU Care-LAZISNU dibagi menjadi empat pilar program yaitu :
Pendidikan, Kesehatan, Pengembangan ekonomi, dan Kebencanaan.
Selain 4 program tersebut, NU Care-LAZISNU juga terus berupaya untuk
meningkatkan kepercayaan dari para donatur dengan cara membuat semua
sistem pencatatan dan penyalurannya. Salah satu program andalan
LAZISNU saat ini adalah Kotak infaq NU atau KOIN NU. Koin NU
merupakah gerakan Nahdliyin untuk mengumpulkan uang koin (receh)
dari rumah-rumah seluruh warga dengan memberikan Kotak Infaq/kotak
NU dengan harapan agar warga yang dititipi Koin NU dapat mengisi kotak
tersebut dengan koin (uang receh) setiap hari yang dan akan diambil oleh
petugas setiap satu bulan sekali.

1
Salah satu pengelolaan KOIN NU yang terbilang baru berjalan
adalah pengelolaan KOIN NU di Kota Blitar tepatnya di Kecamatan
Sukorejo Jawa Timur. NU Care-LAZISNU Kota Blitar merupakan lembaga
nirlaba milik perkumpulan Nahdlatul Ulama (NU) Kota Blitar yang memiliki
tujuan berkhidmat dalam rangka membantu kesejahteraan umat; mengangkat
harkat sosial dengan mendayagunakan dana Zakat, Infak, serta Sedekah.
LAZISNU Kota Blitar senantiasa menjaga amanah meningkatkan profesionalitas
pengelolaan dana masyarakat demi kemandirian umat. Pengelola tidak malu
mengumpulkan uang receh dalam KOIN NU. Uang seratus rupiah, dua
ratus rupiah, dan seterusnya. Dikumpulkan dari warga kecil, tetapi menjadi
kekuatan yang sangat besar. Program dari KOIN NU juga jelas,
menyejahterakan warga kecil, dapat berupa santunan, beasiswa,
pemberdayaan ekonomi, bantuan bencana alam dan lainnya.
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi peneliti memilih judul
dalam penelitian ini, antara lain:
1. Sudah melakukan observasi secara langsung di lapangan.
2. Sudah merealisasikan kegiatan pengambilan dan perhitungan
Koin NU.
3. Sudah melakukan survei secara langsung kepada calon
penerima Koin NU.

B. Tujuan dan Kegunaan


1. Untuk mengetahui kualifikasi penerima bantuan koin NU di
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.
2. Untuk mengetahui proses pemberdayaan masyarakat melalui koin NU
di Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktik pengelolaan Ziswaf (PPZ) dilakukan mulai tanggal 09 Januari
2023 – 18 Februari 2023, yang bertempat di NU CARE Lazisnu Kota
Blitar.

2
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIK

A. Profil Lembaga
NU Care-LAZISNU Kota Blitar merupakan lembaga nirlaba milik
perkumpulan Nahdlatul Ulama (NU) Kota Blitar yang bertujuan
berkhidmat dalam rangka membantu kesejahteraan umat; mengangkat
harkat sosial dengan mendayagunakan dana Zakat, Infak, serta Sedekah.
LAZISNU Kota Blitar senantiasa menjaga amanah meningkatkan
professionalitas pengelolaan dana masyarakat demi kemandirian umat.
Berbeda dengan Badan Otonom, LAZISNU merupakan lembaga
yang dipilih oleh PCNU Kota Blitar. Saat itu ditahun 2017, sebagai Rais
Syuriah , KH Abdil Karim Muhaimin beserta ketua Tanfidziyah Dr. Kyai
Habib Bawafi , M. HI berdasarkan hasil musyawarah bersama
memutuskan ustadz Astanto Wafa, S. Ag sebagai ketua LAZISNU Kota
Blitar yang pertama.
Dalam kepeminpinan ustadz Astanto, LAZISNU secara garis besar
difokuskan untuk mengenalkan lembaga filantropi ini di tengah
masyarakat.
Berikut beberapa program yang telah dijalankan :
1) LAZISNU Kota Blitar memulai menata kepengurusan perdana.
2) Menggelar madrasah amil perdana
3) Membuat kesekretariatan di kantor PCNU Kota Blitar,
4) Menerima mahasiswa praktek pengelolaan zakat, infaq dan waka
5) Gerakan koin muktamar dibeberapa sekolah hingga instansi swasta dan
negeri.
Tahun 2019, berganti kepengurusan yakni ustadz Imam Mustofa, S.
PdI sebagai ketua. Dalam kepengurusan ini, program kerja lebih
difokuskan untuk aktif mendata munfiq (donatur) hingga berjumlah
ratusan munfiq. Selain itu, penggalangan dana untuk kesejahteraan
masyarakat juga dilakukan. Waktupun bergulir, ditahun 2020 ustadz Alim
Sulaiman, S. PdI ditunjuk memimpin LAZISNU Kota Blitar.
Struktur organisasi lembaga UPZIS Kota Blitar

3
Ketua : Alim Sulaiman, S.Pd.I
Wakil Ketua : Drs. Sihabbudin
Wakil Ketua : Sriatin, S.Pd.I
Sekretaris : Tatik Jumatus Soimah, S.Pd.AUD
Bendahara : Khozin Asrori, S.Kom
Wakil Bendahara : Dra. Erma Tut Chusnia
Divisi Fundraising :
1. Susyiah, S.Sos.I
2. Nurkholidiyah
3. Ririn Diyah Wiheni, S.Pd.I
Divisi Program/Penyuluhan :
1. Choiriyah
2. Singgih Bintaro
3. Muhillal, S.AP
Div. IT/ Publikasi:
1. Abdullah Umar, S.Kom, G,r
2. Rifand Efendi, S.Pd
3. Amru Almuhtasim, S.Pd.I
Div. Administrasi
1. Rizka Rizki Robby, S.Pd., M.Si
2. Istikhomah
3. Yahya Fuad, S.H.I

B. Pelaksanaan Praktik (nama dan lokasi)


Praktik pengelolaan Ziswaf (PPZ) dilakukan mulai tanggal 09 Januari
2023 – 18 Februari 2023, yang bertempat di NU CARE Lazisnu Kota
Blitar.
Kami melakukan beberapa serangkaian kegiatan :
1. Penyebaran kumplung Koin NU di Kelurahan Pengkol dan Bendogerit
Kota Blitar.
2. Pengumpulan Koin NU di Kelurahan Pengkol.
3. Survei calon penerima bantuan Koin NU di Kelurahan Pengkol.

4
4. Pentasyarufan Koin NU di Kelurahan Pengkol.
5. Kegiatan rutin Jumat Sehat (Olahraga pagi) di sekitar kantor Lazisnu.
6. Kegiatan rutin Jumat Berkah di masjid Pancasila Kelurahan Turi.
7. Kegiatan NGOPI (Ngobrol Filantropi) di masjid Baiturrahman
Kelurahan Tanjugsari.
8. Pengarsipan data dengan LWPNU Dan LTNNU (Lembaga Wakaf )
Kota Blitar.
9. Melakukan kegiatan stempel 3000 amplop dan pengumpulan dokumen
untuk program pembelian mobil ambulance Lazisnu Kota Blitar.
10. Pengumpulan data laporan keuangan tahun 2022 di NU CARE Lazisnu
Kota Blitar

C. Permasalahan di Lapangan
Masih banyak masyarakat yang meragukan pengkualifikasian
bantuan koin NU yang dilakukan oleh LAZISNU kota blitar dan
menganggap pengkualifikasian tersebut belum tepat sasaran. Sehingga
banyak masyarakat yang enggan untuk menjadi mustahik atau donatur di
LAZISNU Kota Blitar. Kendala dan tantangan yang dihadapi oleh
lembaga lokasi praktik salah satunya adalah kekurangan Sumber Daya
Manusia (SDM) dalam proses pengelolaan koin NU (penyebaran,
pengumpulan, dan pentasyarufan koin NU), sehingga pengelolaan koin
NU belum maksimal.
1. Apa tantangan yang dihadapi ketika mengkualifikasikan penerima koin
NU ?
2. Apa Tantangan yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Program Penyebaran
Kotak Koin NU ?

5
BAB III

PEMBAHASAN / ANALISIS TERHADAP TEMUAN STUDI

A. KAJIAN TEORI
1. Infaq
Secara etimologi, infaq berasal dari kata anfaqo-yunfiqu, yang artinya
membelanjakan atau membiayai. Sedangkan menurut istilah, infaq artinya
mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan (penghasilan) yang dimiliki
untuk suatu kepentingan yang telah diperintahkan dalam ajaran islam. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Infaq diartikan sebagai pemberian atau
sumbangan harta dan sebagainya untuk suatu kebaikan.1 Berbeda dengan zakat
yang memiliki nisab, dalam infaq tidak terdapat nisab (jumlah harta yang
ditentukan). Infaq dapat diberikan kepada siapapun contohnya orang tua, kerabat,
anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang sedang dalam perjalanan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa infaq tidak harus diberikan kepada mustahik
tertentu.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa infaq
merupakan suatu pengeluaran suka rela yang dilakukan oleh seseorang. Allah
SWT telah memberi kebebasan kepada manusia untuk menentukan jenis harta,
berapa jumlah (kadar) harta yang diserahkan, dan kapan ia akan mengeluarkan
infaq. Artinya infaq tidak mengenal batas waktu (kapanpun seseorang bisa
mengeluarkan infaq). Infaq dapat dilakukan oleh siapapun, baik yang
berpenghasilan tinggi maupun rendah serta baik ketika sedang lapang maupun
sempit. Infaq dapat diberikan kepada siapa saja seperti kepada sahabat terdekat,
kedua orang tua, kerabat-kerabat terdekat dan lain sebagainya.
Hukum Islam telah memberikan anjuran kepada umat islam dalam
mengeluarkan infaq atau membelanjakan harta. Landasan hukum yang
menunjukkan anjuran untuk berinfaq salah satunya terdapat dalam surat al-
Baqarah (2) ayat 195:

‫ّٰللاِ َو ََل ت ُ ْلقُ ْوا بِا َ ْي ِد ْي ُك ْم اِلَى التَّ ْهلُ َك ِة ۛ َواَحْ ِسنُ ْوا‬ َ ‫َواَ ْن ِفقُ ْوا فِ ْي‬
‫سبِ ْي ِل ه‬
1
KBBI, Arti kata infaq – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online,
https://www.google.com/search?q=infaq+kbbi&oq=infaq+kbbi&aqs=chrome..69i57.8828j0j15&so
urceid=chrome&ie=UTF-8, diakses pada 10 September 2022

6
َ‫ّٰللاَ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِيْن‬
‫ۛ ا َِّن ه‬
Artinya: “Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah SWT, dan janganlah kamu
jatuhkan (dirimu sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tanganmu sendiri,
dan berbuat baiklah. Karena sungguh, Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik.”

Secara hukum, infaq dibagi menjadi empat macam, antara lain:

1. Infaq wajib yaitu mengeluarkan harta untuk suatu hal yang wajib misalnya
seperti nazar, pembayaran maskawin, dan menafkahi istri dan keluarga.
2. Infaq mubah yaitu mengeluarkan harta untuk suatu hal yang mubah misalnya
dalam usaha atau perdagangan.
3. Infaq haram yaitu mengeluarkan harta untuk perkara yang haram seperti
infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar Islam.
4. Infaq sunnah yaitu mengeluarkan harta dengan niatan (berniat) sedekah.
Infaq jenis ini ada dua macam yakni infaq untuk jihad dan infaq kepada yang
membutuhkan.

Infaq memiliki 4 (empat) rukun, antara lain:

1) Penginfaq yaitu orang yang memberikan infaq (berinfaq). Penginfaq harus


memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Penginfaq memiliki sesuatu (harta) yang akan diinfaqkan.
b) Penginfaq bukan seseorang yang dibatasi haknya karena suatu
alasan.
c) Penginfaq tersebut orang dewasa, bukan anak-anak.
d) Penginfaq tersebut tidak dipaksa, karena infaq merupakan akad yang
mensyaratkan keridhaan dalam keabsahannya.
2) Orang yang diberi infaq, orang yang diberi infaq harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a) Ada di dunia ketika diberi infaq. Bila benar-benar tidak ada, atau
diperkirakan adanya, misalnya dalam bentuk janin maka infaq
dianggap tidak ada (tidak sah).
b) Dewasa atau baligh artinya apabila orang yang diberi infaq itu ada di
waktu pemberian infaq, akan tetapi ia masih kecil atau gila, maka infaq

7
itu diambil oleh walinya, pemeliharaannya, atau orang yang
mendidiknya, sekalipun dia orang asing.
3) Sesuatu yang diinfaqkan, syaratnya sebagai berikut:
a) Sesuatu yang benar-benar ada.
b) Harta yang memiliki nilai (bernilai).
c) Dapat dimiliki zatnya, yaitu bahwa yang diinfaqkan adalah sesuatu
yang biasanya dimiliki, diterima peredarannya, dan kepemilikannya
dapat berpindah tangan. Sehingga tidak sah menginfaqkan air di
sungai, ikan di laut, dan burung di udara.
d) Tidak berhubungan dengan tempat milik pemberi infaq (penginfaq),
seperti menginfaqkan pohon atau tanaman. Akan tetapi yang
diinfaqkan itu wajib dipisahkan dan diserahkan kepada yang diberi
infaq sehingga menjadi milik bagi orang tersebut.

4) Ijab dan Qabul


Infaq tersebut sah melalui ijab dan qabul. Misalnya penginfaq berkata:
Aku infaqkan kepadamu; aku berikan kepadamu; atau yang serupa dengan
hal tersebut; sedang yang diberi infaq berkata: Ya aku terima. Imam Malik
dan Asy-Syafi’i berpendapat dipegangnya qabul di dalam infaq.

2. Shadaqah

Kata shadaqah berasal dari kata shadaqa yang artinya benar. Artinya
orang yang bershadaqah adalah wujud dari bentuk kebenaran dan kejujurannya
akan imannya kepada Allah. Secara terminologi syari’at, pengertian shadaqah
sama dengan pengertian infaq, termasuk juga hukum serta ketentuan-
ketentuannya. Hanya saja apabila infaq selalu berkaitan dengan materi, shadaqah
mempunyai arti yang lebih luas, menyangkut hal yang bersifat nonmateriil. 2
Istilah sedekah diartikan sebagai pemberian sesuatu kepada fakir miskin
atau orang yang berhak menerimanya; diluar kewajiban zakat serta zakat fitrah
sesuai dengan kemampuan pemberi shadaqah.
Sehingga secara umum shadaqah dapat diartikan sebagai suatu
pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan
dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah (kadar) tertentu serta hal

2
Al Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat (Solo: Tiga Serangkai, 2008), hal. 19.

8
tersebut dilakukan sebagai bentuk implementasi pengakuan dan bukti kebenaran
iman seseorang dengan mengharap ridha dari Allah swt. Dalam bershadaqah,
seseorang dilarang menyebut-nyebut pemberian dan menyakiti penerima
shadaqah, sebab shadaqah tersebut harus diniati dengan ikhlas dan karena Allah.
Berdasarkan hukum secara ijma’ ulama’ shadaqah, menetapkan bahwa hukum
sedekah ialah sunah. Islam mensyariatkan sedekah karena di dalamnya terdapat
unsur memberikan pertolongan kepada pihak yang membutuhkan. 3
Dasar hukum shadaqah telah disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat
276

ٍ َّ‫ّٰللاُ ََل يُ ِحبُّ كُ َّل َكف‬


‫ار اَثِ ْي ٍم‬ ِ ‫صدَ ٰق‬
‫ت ۛ َو ه‬ َّ ‫الر ٰبوا َويُ ْربِى ال‬ ‫يَ ْم َح ُق ه‬
ِ ُ‫ّٰللا‬
Artinya: “Allah telah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah. Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.”

Adapun Hadis Nabi Muhammad SAW mengenai wakaf yakni sebagai berikut:
“Rasulullah SAW bersabda: Setiap ruas tulang manusia harus dishadaqahi setiap
hari saat terbitnya matahari; berbuat adil kepada dua orang (mendamaikan)
merupakan sedekah; menolong seseorang naik kendaraannya, membimbingnya,
serta mengangkat barang bawaannya merupakan sedekah, ucapan yang baik
merupakan sedekah; Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap
langkah berjalan dengan a.tujuan menunaikan sholat merupakan sedekah. Serta
menyingkirkan suatu rintangan dari jalan merupakan sedekah.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

B. Analisis Permasalan di Lapangan


a) Tantangan yang Dihadapi Dalam Pengkualifikasian Penerima Koin
NU.
Para pengurus NU CARE Laziznu kecamatan Sukorejo Kota Blitar
dalam menjalankan program Koin NU seperti program Pendidikan utuk anak
yatim, membantu warga yang sedang berduka, dan kegiatan sosial harus terlebih
dahulu mengkualifikasikan siapa saja yang berhak mendapatkan bantuan tersebut.
Namun, menggelontorkan bantuan sosial agar tepat sasaran bukanlah perkara
mudah. Terdapat beberapa tantangan pengkualifikasian bantuan Koin NU, yang
pertama adalah memastikan orang yang terkena dampak benar-benar termasuk

3
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 149.

9
kategori yang mendapatkan bantuan ini. Yang kedua adalah membutuhkan
beberapa waktu untuk memilih penerima mana yang terlebih dahulu
mendapatkan bantuan Koin NU. Yang ketiga tidak semua masyarakat yang
masuk dalam kualifikasi penerima bantuan NU langsung mendapatkan bantuan
Koin NU secara bersamaan karena harus melihat terlebih dahulu keuangan yang
di dapat dari Koin NU tersebut.
Supaya pengkualifikasian Koin NU tidak salah sasaran UPZIS NU
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar bekerja sama dengan perangkat desa untuk
melakukan verifikasi data kependudukan warganya. Terutama masyarakat pra
sejahtera yang dimasukkan dalam daftar calon penerima bantuan sosial dari
program Koin NU. Validitas data kependudukan sangat dibutuhkan dalam
memaksimalkan penyaluran bantuan social program Koin NU.

b) Tantangan yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Program Penyebaran Kotak


Koin NU
Pada saat menjalankan kegiatan penyebaran Kotak Koin Nahdlatul
Ulama’ banyak warga yang bertanya-tanya mengenai maksud dan tujuan
dari kegiatan tersebut. Padahal sosialisasi telah dilakukan oleh pengurus
kepada masyarakat melalui beberapa forum pengajian rutin ibu-ibu dan
bapak-bapak. Pada beberapa titik di wilayah Kecamatan Sukorejo
pengurus harus panjang lebar mengulang sosialisasi tentang program
kegiatan tersebut supaya tidak terjadi salah paham di masyarakat.
Program Kotak Koin NU yang dijalankan oleh UPZIS NU
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar yaitu untuk kemaslahatan umat,
khususnya membantu warga masyarakat di wilayahnya. Kegiatan tersebut
merupakan murni gerakan untuk membantu masyarakat yang kurang
mampu supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Mengingat gerakan
Kotak Koin NU ini merupakan program awal dari UPZIS NU Kecamatan
Sukorejo Kota Blitar sebelum menjalankan programprogram lain yang
memiliki nilai kemaslahatan yang lebih besar.
Kemudian di wilayah lain juga terdapat penolakan dari masyarakat
terhadap program Koin Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini dikarenakan warga
masih trauma ketika ada program yang berkaitan dengan penggalangan

10
dana sosial. Warga khawatir, hasil kegiatan infaq yang berjalan tidak jelas
peruntukannya serta warga meminta supaya Kotak Koin NU yang telah
tersebar ditarik kembali.
Dengan adanya permasalahan tersebut, para pengurus melakukan
pendekatan secara kekeluargaan dan menjelaskan kepada masyarakat
mengenai program kotak koin NU, tujuan kegiatan tersebut serta
menjelaskan bahwa lembaga yang mengelola kegiatan tersebut adalah
lembaga yang legal dan dikelola secara transparan.
Selanjutnya, berdasarkan keterangan dari masyarakat yang
merupakan Ketua Unit Pengelola Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul
Ulama Kecamatan Sukorejo, bahwa ternyata respon dari masyarakat
secara umum terhadap program Kotak Koin NU secara keseluruhan sangat
bagus.
Respon yang bagus tersebut merupakan dampak dari pengelolaan
dana hasil Kotak Infaq yang memang bertujuan untuk kemaslahatan warga
masyarakat sebagaimana semboyan dari program Koin NU yaitu “Dari
Masyarakat, Oleh Masyarakat dan Untuk Masyarakat”. Serta pengelolaan
yang akuntabel serta transparan membuat masyarakat semakin percaya
dengan adanya program Kotak Koin NU di Kecamatan Sukorejo Kota
Blitar.
Hasil pengumpulan kotak koin NU di Kecamatan Sukorejo bulan
desember tahun 2022 sebesar Rp 14.735.000 (empat belas juta tujuh ratus
tiga puluh lima ribu rupiah). Kemudian di bulan-bulan berikutnya hasil
pengumpulan kotak koin NU di Kecamatan Sukorejo terus mengalami
kenaikan, tepatnya pada bulan januari tahun 2023 hasil pengumpulan
sebesar Rp 15.520.500 (lima belas juta lima ratus dua puluh tujuh ribu
lima ratus rupiah).
Kenaikan hasil pengumpulan kotak koin NU Infaq di Kecamatan
Sukorejo tersebut merupakan dampak dari semakin banyak dan
berjalannya beberapa Unit Pengelola Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul
Ulama (UPZISNU) di tingkat Desa pada Kecamatan Sukorejo. Disamping
itu, sistem pengelolaan yang transparan dan akuntabel diharapkan dapat

11
terus menjadikan program Kotak Koin NU membawa kemaslahatan yang
lebih besar bagi masyarakat.
Selanjutnya, dalam pelaksanaan program Kotak Koin NU di
Kecamatan Sukorejo ternyata tidak selamanya berjalan dengan lancar. Ada
beberapa kendala yang dihadapi oleh para pengurus UPZIS di tingkat desa
dalam mendistribusikan Kotak Koin NU. Dapat kita ketahui khususnya di
Desa Tanjungsari pada bulan Januari tahun 2022 mendapatkan hasil
pengumpulan sebesar Rp. 4.120.000 (empat juta seratus dua puluh ribu
rupiah).
Berkaitan dengan adanya kendala dalam pembagian Kotak Koin
NU tersebut merupakan suatu hal yang wajar, mengingat program ini baru
berjalan beberapa bulan. Namun para pengurus Unit Pengelola Zakat Infaq
dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama di tingkat Kecamatan selalu memberi
support dan bantuan kepada para pengurus UPZIS di tingkat desa apabila
terjadi kendala yang sulit diatasi.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat dipahami bahwa respon
dari masyarakat secara umum terhadap program Kotak Koin NU yang
dijalankan oleh Unit Pengelola Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul
Ulama’ Kecamatan Sukorejo Kota Blitar yaitu bagus. Namun terkait
penyebab belum maksimalnya Program Program Kotak Infaq Nahdlatul
Ulama’ (KOIN NU) serta adanya pro-kontra bahkan penolakan di
masyarakat tentang pelaksanaan kegiatan tersebut, diantaranya ialah:
a. Program Kotak Koin NU relatif baru di Kecamatan Sukorejo
b. Adanya trauma dan kekhawatiran warga tentang kelegalan dan
kejelasan penggunaan dana hasil kotak koin tersebut
c. Luasnya wilayah serta kekurangan personil dalam melakukan
sosialisasi program Kotak Koin NU kepada masyarakat
Atas beberapa persoalan dan kendala yang dihadapi oleh Unit
Pengelola Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama’ Kecamatan
Sukorejo tersebut, penyusun memberikan saran yaitu diantaranya:
a. Unit Pengelola Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama’ pada tingkat
desa maupun tingkat Kecamatan dapat membentuk tim khusus untuk
melaksanakan sosialisasi di masyarakat. Jika hanya pengurus harian saja

12
yang melakukan tugas tersebut maka akan memerlukan waktu yang lama.
b. Segera mendistribusikan hasil Kotak Koin NU kepada warga Masyarakat
yang membutuhkan supaya manfaat dari adanya program ini dapat
terlihat dan dirasakan oleh Masyarakat
c. Membuat dan menyampaikan laporan terkait perolehan, pengelolaan dan
pendistribusian hasil Kotak Koin NU kepada warga masyarakat melalui
kegiatan pengajian rutin di desa serta untuk disampaikan pada saat shalat
jum’at. Hal ini dilakukan supaya masyarakat mengetahui kemana
infaqnya disalurkan dan terciptanya transparansi dalam pengelolaan dan
pendistribusian hasil Kotak Koin NU.
d. Para pengurus UPZIS pada semua tingkatan dapat menggunakan media
sosial yang ada untuk menginformasikan tentang segala kegiatan-
kegiatan yang dilakukan supaya masyarakat mengetahui manfaat adanya
gerakan Kotak Kotak Koin NU.

13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Para pengurus NU CARE Laziznu Kecamatan Sukorejo Kota Blitar
dalam menjalankan program Koin NU seperti program Pendidikan utuk anak
yatim, membantu warga yang sedang berduka, dan kegiatan sosial harus terlebih
dahulu mengkualifikasikan siapa saja yang berhak mendapatkan bantuan tersebut.
Supaya pengkualifikasian Koin NU tidak salah sasaran UPZIS NU
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar bekerja sama dengan perangkat desa untuk
melakukan verifikasi data kependudukan warganya. Terutama masyarakat pra
sejahtera yang dimasukkan dalam daftar calon penerima bantuan sosial dari
program Koin NU. Validitas data kependudukan sangat dibutuhkan dalam
memaksimalkan penyaluran bantuan social program Koin NU.
Program Kotak Koin NU yang dijalankan oleh UPZIS NU Kecamatan
Sukorejo Kota Blitar yaitu untuk kemaslahatan umat, khususnya membantu
warga masyarakat di wilayahnya. Kegiatan tersebut merupakan murni gerakan
untuk membantu masyarakat yang kurang mampu supaya dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Kemudian di wilayah lain juga terdapat penolakan dari masyarakat
terhadap program Koin Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini dikarenakan warga
masih trauma ketika ada program yang berkaitan dengan penggalangan
dana sosial. Dengan adanya permasalahan tersebut, para pengurus
melakukan pendekatan secara kekeluargaan dan menjelaskan kepada
masyarakat mengenai program kotak koin NU, tujuan kegiatan tersebut
serta menjelaskan bahwa lembaga yang mengelola kegiatan tersebut
adalah lembaga yang legal dan dikelola secara transparan.

B. Saran-saran
a) Untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai Pengelola PPZ :
Diharapkan Memberi Mahasiswa peserta PPZ bekal tentang moral dan
etika bekerja sehingga pada saat waku pelaksanaan PPZ dapat
membawa nama baik Universitas.
b) Untuk Instansi/ Lembaga tempat PPZ : Diharapkan kedepannya dapat
lebih membimbing para peserta PPZ dengan lebih baik serta

14
memberikan suatu tugas atau pekerjaan dengan lebih jelas dan adil.
Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman antara mahasiswa
peserta PPZ dengan pengurus instansi dan dapat bekerja dengan lebih
maksimal serta efektif dan efisien.
c) Untuk Mahasiswa sebagai peserta PPZ : Diharapkan untuk lebih
mempersiapkan diri sebelum terjun langsung ke masyarakat saat
melakukan program Koin NU mulai dari pendistribusian komplong
sampai pentasyarufan. Misalnya saja mempelajari hal-hal dasar
mengenai kegunaan program Koin NU tersebut agar ketika masyarakat
bertanya mahasiswa tidak bingung untuk menjawab.

15

Anda mungkin juga menyukai