Anda di halaman 1dari 4

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPING DESA

PENGANTAR
Undang Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengatur bahwa pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa ditempuh melalui upaya pendampingan. Pendampingan
menjadi salah satu langkah penting yang harus dilakukan untuk percepatan pencapaian
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
dapat dicapai diantaranya melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan,
perilaku, kemampuan, kesadaran serta memanfaatkan sumber daya sesuai dengan esensi
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada Ditjen Pembangunan dan


Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi (Ditjen PPMD Kemendesa-PDTT), maka penyelenggaraan
Pemberdayaan dan Pembangunan desa khususnya dalam Implementasi UU Desa
kedepan, maka wilayah pembinaan dan pengawasan Pendampingan Desa akan meliputi
ruang lingkup nasional yang mencakup seluruh desa. Sedangkan Pemerintahan Provinsi,
Pemerintahan Kabupaten dan Pemerintahan Desa bertanggung jawab melaksanakan
pembinaan dan pengawasan pada jenjang masing-masing, sebagai bagian dari pelayanan
umum (public services) institusi pemerintahan yang membidangi pemberdayaan
masyarakat.

Bentuk pembinaan dan pengawasan Pendampingan Desa khususnya untuk menjamin


tertib aturan, tata laksana administrasi dan keuangan, hubungan antar pelaku dalam
rangka tercapainya kinerja Pembangunan dan Pemberdayaan Desa secara efektif dan
efisien maka Ditjen PPMD Kemendesa-PDTT menetapkan dan menerbitkan Petunjuk
Pelaksanaan Pendampingan Desa Tahun Anggaran 2015. Petunjuk Pelaksanaan ini
memuat hal-hal pokok terkait dengan terselenggaranya pelaksanaan Pendampingan
Desa melalui upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/ Kota, Pihak Ketiga ataupun Swadaya masyarakat desa secara partisipatif.
Juklak ini juga digunakan sebagai sarana untuk membantu menjamin terciptanya
transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan Pendampingan Desa sehingga dapat
mencerminkan tata kelola pembangunan dan pemberdayaan desa yang mencerminkan
Self Governing Community.

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan Desa Tahun Anggaran 2015 memuat pengaturan


yang dibagi menjadi 5 bagian yaitu:
1. Pengelolaan Pendampingan oleh Pemerintah;
2. Pengelolaan Pendampingan oleh Pemerintah Provinsi;
3. Pengelolaan Pendampingan oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota;
4. Pengelolaan Pendampingan oleh Pihak Ketiga;
5. Pengelolaan Pendampingan oleh Masyarakat Secara Mandiri.
1
Dengan hadirnya Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan ini, maka setiap pelaku
Pendampingan Desa hendaknya mentaati dan mematuhi seluruh ketentuan dan
peraturan yang ditetapkan.

PENGELOLAAN PENDAMPINGAN DESA


Pendampingan desa sebagaimana yang diatur oleh UU Desa no 6/ 2014 dan Peraturan
Pemerintah no 43/2014 sebagai turunannya telah menegaskan bahwa Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam memberdayakan
masyarakat dilaksanakan dengan Pendampingan. Pendampingan desa dilaksanakan oleh
Pendamping Profesional, KPMD dan Pihak Ketiga.

Pendamping Desa yang berkedudukan di desa selaku kader pemberdayaan masyarakat


desa akan disiapkan desa melalui Musyawarah Desa, Pendampingan Desa oleh pihak
ketiga dapat bersumber dari anggaran non pemerintah atau lembaga swasta. Sementara
pendamping desa yang berkedudukan di kecamatan dan kabupaten dapat disediakan
oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kab/Kota.

SATUAN KERJA PUSAT


Pemerintah Pusat melalui Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi memiliki tanggung
jawab untuk menyiapkan Pendamping Desa, Pendamping Teknis dan Tenaga Ahli
Pemberdayaan Masyarakat yang akan dibiayai melalui APBN. Untuk Pengadministrasian
kontrak Pendampingan Desa akan dikelola oleh Satker Ditjen PPMD Kemendesa PDT dan
Transmigrasi yang selanjutnya disebut Satker Pusat.
Satker Pusat dibentuk dalam rangka mendukung implementasi pelaksaaan
pendampingan Desa secara nasional baik dari aspek manajemen administrasi,
pengelolaan dana Pendampingan Desa maupun dari aspek pembinaan pelaksanaan UU
Desa. Satker Pusat terdiri dari penjabat dalam lingkungan Ditjen PPMD Kemendesa, PDT
dan Transmigrasi yaitu:
1. Sekretaris Direktorat Jenderal PPMD selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);
2. Direktur Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) selaku Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK);
3. Kepala Bagian Keuangan Ditjen PPMD selaku Pejabat Penguji SPP dan
Penandatanganan SPM;
4. Staf Bagian Keuangan Ditjen PPMD yang bersertifikat Bendahara selaku Bendahara
Pengeluaran.
5. Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pembangunan Partisipatif Direktorat PMD selaku
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

SATUAN KERJA PROVINSI


Pemerintah Provinsi melalui Satker Provinsi yang berada di Badan PMD Provinsi atau
nama lain akan bertanggung jawab mengendalikan kinerja dan kualitas pendampingan
serta mengelola Administrasi Pendamping Desa, kontrak individu dan penyediaan
pembiayaan terhadap Pandampingan desa di tingkat kabupaten dan kecamatan. Sesuai
dengan aturan pengelolaan dana dekonsentrasi.

2
Pemerintah Provinsi didorong aktif menyiapkan Pendamping Desa melalui alokasi APBD
Provinsi. Meskipun Pemerintah sudah menyediakan pendamping, karena kondisi yang
lebih spesifik dan sesuai dengan kebutuhan daerah maka Pemerintah Provinsi dapat
berinisiatif menambah quota pendamping desa.
Dalam rangka menjalankan tugasnya Satker Provinsi khususnya Pejabat Pembuat
Komitmen akan didukung oleh Sekretariat Provinsi yang beranggotakan Staf Badan PMD
Provinsi maupun tenaga ahli pemberdayaan masyarakat.
Satker Provinsi merupakan sebuah organisasi khusus yang diadakan dalam rangka
mendukung implementasi UU Desa baik dari aspek manajemen administrasi, dana
pendampingan dan pembinaan. Satker Provinsi beranggotakan pejabat-pejabat Badan
PMD Provinsi yaitu:
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yaitu Kepala Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintah Desa Provinsi;
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yaitu Pejabat Eselon III bidang yang menangani
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa pada Badan/Dinas/Kantor
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa yang sekaligus merupakan
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK);
3. Pejabat Penguji SPP dan Penandatanganan SPM yaitu Pejabat Struktural/fungsional
bagian keuangan pada Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Provinsi;
4. Bendahara Pengeluaran yaitu staf pada Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa yang mempunyai sertifikat bendahara dan
ditunjuk serta diserahi tugas untuk menerima, menyimpan, menyetor,
menatausahakan administrasi dekonsentrasi.

SATUAN KERJA KABUPATEN/ KOTA


Pemerintah Kabupaten/ Kota melalui Satker yang berada di Badan PMD atau nama lain
akan bertanggung jawab mengendalikan kinerja dan kualitas pendampingan para
Pendamping desa di tingkat kabupaten dan kecamatan. Kegiatan Pendampingan Desa ini
dianggarkan pada APBN Dana Dekosentrasi.
Pemerintah Kabupaten/ Kota juga didorong aktif menyiapkan Pendamping Desa melalui
alokasi APBD Kabupaten/ Kota. Maka diharapkan Pemerintahan Daerah juga dapat
mengalokasikan anggaran APBD dalam memperkuat kinerja pendampingan desa di
kabupaten/ kota masing-masing. Meskipun Pemerintah sudah menyediakan
pendamping, karena kondisi yang lebih spesifik dan sesuai dengan kebutuhan daerah
maka Pemerintah Kabupaten/ kota dapat berinisiatif menambah quota pendamping desa
tersebut.
Satker Kabupaten merupakan sebuah organisasi yang secara khusus mengelola
administrasi, pembinaan dan pengendalian Dana Desa serta Alokasi Dana Desa.
Satker Kabupaten/ Kota adalah satuan kerja yang bertanggung jawab terhadap
penggunaan anggaran/barang yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.
Satker terdiri atas sekretaris daerah sebagai kuasa pengguna anggaran (KPA), pejabat
struktural/fungsional pada bagian keuangan Kantor/Dinas PMD atau instansi lain yang
menangani Pendampingan Desa sebagai penerbit SPM, Kasie Pemberdayaan Masyarakat
Desa (PMD) atau pejabat lain di kecamatan yang setingkat sebagai penerbit SPP, dan staf

3
pada Kantor/Dinas PMD atau instansi lain yang menangani Pendampingan Desa sebagai
Bendahara Pengeluaran.

PIHAK KETIGA
Dalam penyediaan Pendampingan Desa, diluar pemerintah dan masyarakat juga sangat
dimungkinkan dapat dilakukan oleh Pihak Ketiga seperti Lembaga Non Pemerintah,
Perusahaan swasta atau BUMN melalui CSR, lembaga atau organisasi yang peduli
terhadap pembangunan dan pemberdayaan desa serta organisasi masyarakat sipil
lainnya.

PIHAK MASYARAKAT
Camat atau sebutan lain melakukan koordinasi pendampingan masyarakat Desa di
wilayah kecamatannya. Pemerintah Desa dapat mengadakan kader pemberdayaan
masyarakat Desa melalui mekanisme musyawarah Desa untuk ditetapkan dengan surat
keputusan kepala Desa.
Dalam proses pengadaan Pendamping Desa tersebut, ketentuan terkait kualifikasi,
standar kompetensi, rekrutmen dan seleksi, pelatihan, pembayaran honorarium, evaluasi
kinerja, monitoring dan pelaporan akan diatur tersendiri.

Jakarta, 27 Maret 2015


A.n. Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi
Plt Direktur Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa

Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP


NIP. 19650530 199103 1 002

Anda mungkin juga menyukai