Anda di halaman 1dari 109

TENAGA PROFESIONAL

PENDAMPING LOKAL DESA

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Republik Indonesia
LEMBAR INFORMASI PELATIHAN
TENAGA PROFESIONAL PENDAMPING LOKAL DESA

PENGARAH: Eko Putro Sanjoyo (Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia)

PENANGGUNG JAWAB: Taufik Madjid (Dirjen, Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa)

TIM PENULIS: I Nyoman Oka, Ismail Zainury, Octaviera Herawati, Lendy Wibowo, Lingga
Suyudi, Didik Faryanto, Hasan Rofiky, Roni Budi Sulistyo, Joko Wiryanu, Rospita

REVIEWER:, Muhammad Fachry, Bambang Soetono, Wahyuddin Kessa, Yoseph Lucky

COVER & LAYOUT: Wahjudin Sumpeno

Cetakan Pertama, April 2018

Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740
Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242
Web: www.kemendesa.go.id

KN PPID - ii
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Daftar Istilah dan Singkatan

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan masyarakat.
7. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan,
dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
8. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis.
9. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan
prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

KN PPID - iii
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala
Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Perencanaan pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawarat-an
Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian
sumber daya Desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Desa.
RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan Desa,
arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum dan program dan program
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau lintas OPD, dan program prioritas
kewilayahan disertai dengan rencana kerja.
RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk
periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat rancangan
kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang
dimutakhirkan, program prioritas pembangunan Desa, rencana kerja dan pendanaan
serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Desa
maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu
kepada Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.
Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan
pembangunan Daerah.
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan
dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa.
Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
Program Inovasi Desa disingkat PID merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui peningkatan kapasitas desa
dalam mengembangkan rencana dan pelaksanaan pembangunan desa secara
berkualitas.
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa disingkat P2KTD adalah lembaga
profesional yang menyediakan jasa keahlian teknis tertentu di bidang Pengembangan

KN PPID - iv
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan
Infrastruktur Desa.
Tim Inovasi Kabupaten adalah Tim yang dibentuk oleh Bupati/Walikota untuk
melaksanakan kegiatan Inovasi dalam program Inovasi Desa di kabupaten/kota.
Pembentukan Tim Inovasi Kabupaten PID ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota dan berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.
Kelompok Kerja Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa disingkat Pokja PPID
adalah tim yang dibentuk dibawah koordinasi Tim inovasi Kabupaten bertugas
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan Inovasi melalui
pengelolaan pertukaran pengetahuan.
Kelompok Kerja Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa yang disingkat Pokja
P2KTD, adalah Tim yang dibentuk dibawah koordinasi Tim Inovasi Kabupaten
bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan Kegiatan Peningkatan
Kapasitas Penyedia Layanan Teknis (P2KTD) dalam upaya menyediakan kebutuhan
desa akan jasa layanan teknis yang professional

KN PPID - v
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Kata Sambutan
Direkturat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa

Bismillahirrahmanirrahiim
Atas berkat rahmat Alloh SWT, Kami panjatkan puji dan syukur Alhamdulillah yang telah
memberikan kekuatan lahir dan bathin sehingga Lembar Informasi Pelatihan Pendamping
Lokal Desa untuk Program Inovasi Desa (PID) TA 2017 telah hadir sebagai panduan
peningkatan kapasitas bagi Pendamping Lokal Desa dalam rangka mendukung
peningkatan kualitas pembangunan Desa.
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa diinisiasi oleh Direktorat Program
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD), Direktur Jenderal
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa, PDT, dan
Transmigrasi. Lembar Informasi pelatihan ini sebagai panduan dalam mendorong
peningkatan kualitas pemanfaatan Dana Desa dengan memberikan ruang kepada
Pendamping Lokal Desa terlibat dalam fasilitasi inovasi dalam pelaksanaan pembangunan
Desa khususnya Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID). Selain itu juga
pengembangan dalam bidang pengembangan potensi ekonomi lokal dan kewirausahaan,
pengembangan sumber daya manusia serta infrastruktur Desa. Melalui dukungan
Pendamping Lokal Desa ini, Desa diharapkan mampu memicu munculnya inovasi dan
pertukaran pengetahuan dalam peningkatan kualitas pembangunan.
Secara khusus Lembar Informasi pelatihan ini sebagai panduan bagi Pendamping
Lokal Desa dalam proses pelatihan agar memahami secara filosofis, teknis serta memandu
proses pelaksanaan pendampingan teknis pengembangan inovasi di Desa. Jika diperlukan
penambahan dan pengayaan terkait topik-topik pembahasan dapat diskusikan bersama
agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa ini.
Semoga Alloh SWT senantiasa memberkati dan membimbing kita semua. Amien.

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA

Taufik Madjid

KN PPID - vi
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
KN PPID - vii
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
PANDUAN LEMBAR INFORMASI

Siapa Pengguna Lembar Informasi ini?


Lembar Informasi Pelatihan bagi Pendamping Lokal Desa ini merupakan salah satu
referensi untuk memandu proses pengembangan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa (PPID) pada Program Inovasi Desa (PID).

Lembar Informasi ini dapat dimanfaatkankan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
pengembangan PPID, baik sebagai Peserta, Fasilitator, Narasumber maupun penyelenggara
pelatihan khususnya yang ditujukan kepada pengembangan kapasitas Pendamping Lokal
Desa. Lembar Informasi ini dapat diperbanyak sepanjang untuk kepentingan peningkatan
kapasitas Pendamping Lokal Desa dalam program yang sesuai.

Bagaimana memanfaatkan Lembar Informasi dalam Proses Pelatihan ?


Pelatihan Pendamping Lokal Desa ini membutuhkan waktu selama 20 JP (@ 45 menit) atau
secara keseluruhan dapat dilakukan selama 2 hari (@ 7-8 jam per hari).

Lembar Informasi Pelatihan ini hanya sebagai bahan bacaan dalam proses pembelajaran
partisipatif dan terstruktur. Segala bentuk upaya dan perhatian dengan sepenuh hati akan
mampu menciptakan kesuksesan dalam sebuah proses pembelajaran. Beberapa hal yang
dapat disarankan untuk mendukung proses pelatihan adalah:

Mempelajari Kurikulum
Kurikulum harus dipelajari dengan cermat. Kurikulum memuat tentang (1) Tujuan dan
Ruang Lingkup Pelatihan yang memuat tentang Tugas Pokok dan Kompetensi PLD
yang menjadi acuan dalam mengembangkan proses pembelajaran, (2) Struktur
Pelatihan dan (3) Silabus Pelatihan yang memuat secara rinci Garis-Garis Besar
Program Pembelajaran. Filosofi pelatihan yang harus dipelajari adalah bahwa Pelatihan
Pendamping Lokal Desa pada Program PPID ini diselenggarakan dengan
memperhatikan: (1) Prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi), (2) Berorientasi
kepada peserta, (3) Berbasis kompetensi, (4) Melakukan experimentasi dengan
menggunakan metode Experimental Learning Cycle (ELC) yang memberikan petunjuk
praktis tentang desain pembelajaran. Secara rinci diuraikan pada Kurikulum Pelatihan.

Mempelajari Sistematika Pelatihan


Materi pelatihan ini terdiri dari 3 kelompok Materi yaitu 2 Pokok Bahasan Materi Dasar
dan 4 Pokok Bahasan Materi Inti dan 2 Pokok Bahasan Materi Penunjang. Bagian-
bagian tersebut seperti berikut:

KN PPID - viii
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
BAGIAN POKOK BAHASAN ARAH CAPAIAN

Materi 1. Kebijakan Tercapainya pemahaman kebijakan


Pembangunan Desa pembangunan desa dan tugas sebagai
2. Refleksi Tugas pendamping lokal desa dalam melakukan
Pendamping Lokal Desa pendampingan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat, khususnya
pada Program Inovasi Desa.

Materi Inti 1. Dukungan PLD dalam Kemampuan dalam menyiapkan diri


PID khususnya untuk sebagai PLD untuk memberikan dukungan
fasilitasi P2KTD. dalam PID khususnya dalam pemanfaatan
2. Replikasi Inovasi P2KTD, baik melalui pemahaman berbagai
3. Komunikasi dan Advokasi kebijakan terkait hingga kemampuan
4. Data dan Informasi untuk melalukan tugas dan fungsi
membantu TPID dalam menyiapkan
pelaksanaan kegiatan PPID sampai
replikasi inovasi dalam APBDesa serta
untuk mengawal komitmen Desa.

Materi 1. Orientasi dan Tercapainya kondisi dan situasi kondusif


Penunjang Pengorganisasian Kelas selama pelatihan dan tersusunnya
2. Evaluasi Penyelenggaraan rencana kerja tindak lanjut serta adanya
dan Rencana Kerja Tindak hasil penilaian atas penyelenggaraan
Lanjut pelatihan.

Mengembangkan Materi Pelatihan


Lembar Informasi ini belum memuat secara detil materi pelatihan. Fasilitator atau
peserta pelatihan sebaiknya mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan, sehingga
perlu aktif mencari bahan bacaan dari referensi lainnya, menulis dan
mengembangkannya sendiri dengan cara merujuk kepada uraian materi yang sudah
disediakan dan PTO PPID.

Kreativitas Mengembangkan Metode


Proses Pelatihan Pendamping Lokal Desa ini dapat menggunakan berbagai metode
pembelajaran orang dewasa, dimana peserta menjadi pelaku utama dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa teknis untuk proses pembelajaran yang
dilakukan antara lain ceramah dan tanya jawab, refleksi diri dan curah pendapat,
umpan balik, observasi, demonstrasi, simulasi dan Praktik lapangan. Beberapa metode
tersebut dijelaskan sebagai berikut:

KN PPID - ix
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Refleksi diri dan curah pendapat: Metode ini dapat mendorong perubahan
kepribadian diri melalui kemunculan perasaan, kemampuan dan penemuan baru.
Ini proses yang memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk berpikir
sendiri tentang pengalaman pribadi dan digunakan untuk menyempurnakan
gagasannya. Selama pelatihan, secara berkala fasilitator harus meminta untuk
menilai kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
Umpan balik pribadi: Secara berkala, setiap peserta akan memperoleh penilaian
dari sesama peserta dan fasilitator tentang bagaimana bersikap dalam
melakukan tehnik fasilitasi.
Observasi: Peserta bisa mengamati penampilan para fasilitator selama mengikuti
pelatihan ini. Dengan mengamati, maka setiap peserta akan mendapatkan ide-
ide baru. Misal, cara mengatasi dinamika kelompok yang sulit atau mengatasi
penolakan kelompok saat memfasilitasi.
Simulasi: Merupakan salah satu cara yang ampuh untuk belajar fasilitasi. Setiap
peserta diberikan kesempatan untuk berlatih mempraktekan metode-teknik baru
yang diajarkan, serta menghadapi berbagai situasi yang sulit.
Demonstrasi: dilakukan untuk memberikan contoh, misalnya bagaimana menjadi
fasilitator yang baik, penggunaan alat-alat kajian untuk mendukung proses, dan
hal lain yang dibutuhkan.
Permainan/Game; untuk penyegaran suasana yang monoton dan membangun
kembali semangat peserta, maka dalam setiap kesempatan atau saat memulai
dan mengakhiri pembahasan topik tertentu, diperkenalkan permainan-permainan
yang berkaitan dengan topik materi. Dari permainan tersebut peserta kemudian
akan diminta menganalisis, menilai dan mengidentifikasi pelajaran yang didapat
dari setiap materi secara bersama-sama untuk dijadikan pertimbangan dalam
pembahasan materi selanjutnya.

KN PPID - x
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
DAFTAR ISI

Daftar Istilah
Kata Sambutan Direktorat Jenderal PPMD
Panduan bagi Pengguna Lembar Informasi
Daftar isi

Pokok Bahasan 1: KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESA


1.1 Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
1.2 Pokok-pokok Kebijakan Program Inovasi Desa.
1.3 Peran Pendamping Lokal Desa dalam Penanganan Stunting
1.4 Keterbukaan Informasi Publik dalam Pembangunan Desa

Pokok Bahasan 2: TUGAS PENDAMPING LOKAL DESA


2.1 Refleksi Tugas Pendamping Lokal Desa
2.2 Meningkatkan Kinerja Pendampingan

Pokok Bahasan 3: DUKUNGAN PLD DALAM PROGRAM INOVASI DESA


3.1 Fasilitasi P2KTD (Konsep, Alur mekanisme, peran PLD)
3.2 Fasilitasi PPID (Capturing, peran PLD)

Pokok Bahasan 4: FASILITASI REPLIKASI INOVASI


4.1 Mengawal Komitmen Desa
4.2 Fasilitasi Replikasi dalam APBDes (Pasca Bursa Inovasi Desa)

Pokok Bahasan 5: KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


5.1 Keterampilan Dasar Komunikasi dan Strategi Advokasi
5.2 Pemanfaatan Media Sosial

Pokok Bahasan 6: DATA DAN INFORMASI


6.1 Pendampingan berbasis data
6.2 Aplikasi SIPEDE
6.3 Aplikasi Geottaging

Pokok Bahasan 7: Evaluasi dan Rencana Kerja Tindak Lanjut


8.1. Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan
8.2. Rencana Kerja Tindak Lanjut

KN PPID - xi
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Pokok Bahasan 1
ORIENTASI
DAN PENGORGANISASIAN
Lembar Informasi 1.1.1

Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa

A. Pendahuluan

Pembangunan nasional pada dasarnya adalah upaya pemenuhan keadilan bagi rakyat
Indonesia. Pembangnan dilaksanakan berdasar rencana besar bangsa Indonesia melalui
perencanaan Nasional, Provinsi, Kabupaten dan Desa. Dalam melakukan perencanaan
pembangunan dalam UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) secara legal menjamin aspirasi masyarakat dalam pembangunan dalam
kesatuannya dengan kepentingan politis (keputusan pembangunan yang ditetapkan oleh
legislatif) maupun kepentingan teknokratis (perencanaan pembangunan yang dirumuskan
oleh birokrasi). Aspirasi dan kepentingan masyarakat ini dirumuskan melalui proses
perencanaan partisipatif yang secara legal menjamin kedaulatan rakyat dalam berbagai
program/proyek pembangunan desa. Perencanaan partisipatif yang terpadukan dengan
perencanaan teknokratis dan politis menjadi wujud nyata kerjasama pembangunan antara
masyarakat dan pemerintah.

Untuk pencapain tujuan pembangunan nasional diperlukan arah dan strategi yang
terumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dalam setiap periode 5
tahunan (Periode 2005-2019, 2010-2014 dan sekarang memasuki periode ketiga 2015-
2019). Dari setiap periode RPJM kemudian dalam setiap tahunnya dirumuskan dalam
rencana kerja Pemerintan (RKP)

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2015, tugas Kementerian Desa,


Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi adalah menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, pemberdayaan
masyarakat desa, percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan
tugas itu, salah satu fungsi yang dijalankan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi adalah perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, serta pemberdayaan masyarakat desa.

Tugas dan fungsi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan


Transmigrasi salah satunya dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat Desa yang diselaraskan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) ketiga periode 2015 – 2019 yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi

KN PPID - 6
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Presiden serta agenda Nawacita. Keselarasan agenda pembangunan nasional dengan
pembangunan desa memberi kepastian bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional
sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945.

B. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional


Secara umum arah kebijakan dan strategi pembangunan Desa dan kawasan perdesaan,
termasuk di kawasan perbatasan, daerah tertinggal, kawasan transmigrasi serta kepulauan
dan pulau kecil, sebagai berikut:

1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa termasuk permukiman transmigrasi


sesuai dengan kondisi geografis Desa, melalui strategi:

a. meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana perumahan dan fasilitas


permukiman;

b. meningkatkan ketersediaan tenaga pengajar serta sarana dan prasarana


pendidikan;

c. meningkatkan ketersediaan tenaga medis serta sarana dan prasarana


kesehatan; meningkatkan ketersediaan sarana prasarana perhubungan antar
permukiman ke pusat pelayanan pendidikan, pusat pelayanan kesehatan, dan
pusat kegiatan ekonomi; dan
d. meningkatkan ketersediaan prasarana pengairan, listrik dan telekomunikasi.

2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat


Desa termasuk di permukiman transmigrasi, melalui strategi:

a. fasilitasi pengelolaan BUM Desa serta meningkatkan ketersediaan sarana


prasarana produksi khususnya benih, pupuk, pasca panen, pengolahan produk
pertanian dan perikanan skala rumah tangga desa;

b. fasilitasi, pembinaan, maupun pendampingan dalam pengembangan usaha,


bantuan permodalan/kredit, kesempatan berusaha, pemasaran dan
kewirausahaan; dan

c. meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam pemanfaatan dan


pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tepat Guna.

3. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan


pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa termasuk di permukiman
transmigrasi melalui strategi:
a. mengembangkan pendidikan berbasis ketrampilan dan kewirausahaan;

b. memberi pengakuan, penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak-hak


masyarakat adat;

c. mengembangkan kapasitas dan pendampingan kelembagaan kemasyarakat


an desa dan kelembagaan adat secara berkelanjutan;

KN PPID - 7
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
d. meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat termasuk perempuan,
anak, pemuda dan penyandang disabilitas melalui fasilitasi, pelatihan, dan
pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring
pembangunan desa;

e. menguatkan kapasitas masyarakat desa dan masyarakat adat dalam


mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam lahan dan perairan, serta
lingkungan hidup desa termasuk desa pesisir secara berkelanjutan; dan
f. meningkatkan partisipasi dan kapasitas tenaga kerja (TKI/TKW) di desa.

4. Pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan


melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi, dan pendampingan dengan strategi:
a. konsolidasi satuan kerja lintas Kementerian/Lembaga;

b. memastikan berbagai perangkat peraturan pelaksanaan UU Desa sejalan


dengan substansi, jiwa, dan semangat UU Desa, termasuk penyusunan PP
Sistem Keuangan Desa;

c. memastikan distribusi Dana Desa dan Alokasi Dana Desa berjalan secara
efektif, berjenjang, dan bertahap;

d. mempersiapkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam


mengoperasionalisasi pengakuan hak-hak masyarakat adat untuk dapat
ditetapkan menjadi desa adat.

5. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Pembangunan Sumber Daya Manusia,


Keberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Desa Penguatan Pemerintahan
Desa dan masyarakat Desa melalui strategi:

a. melengkapi dan mensosialisasikan peraturan pelaksanaan Undang-Undang


Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

b. Meningkatkan kapasitas pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan


kader pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring pembangunan desa, pengelolaan keuangan desa serta pelayanan
publik melalui fasilitasi, pelatihan, dan pendampingan;

c. menyiapkan data dan informasi desa yang digunakan sebagai acuan bersama
perencanaan dan pembangunan desa.

6. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup berkelanjutan, serta


penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi melalui
strategi:

A. menjamin pelaksanaan distribusi lahan kepada desa-desa dan distribusi hak


atas tanah bagi petani, buruh lahan, dan nelayan;

B. menata ruang kawasan perdesaan untuk melindungi lahan pertanian dan


menekan alih fungsi lahan produktif dan lahan konservasi;

KN PPID - 8
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
c. menyiapkan dan melaksanakan kebijakan untuk membebaskan desa dari
kantong-kantong hutan dan perkebunan;

d. menyiapkan kebijakan tentang akses dan hak desa untuk mengelola sumber
daya alam berskala lokal termasuk pengelolaan hutan negara oleh desa
berorientasi keseimbangan lingkungan hidup dan berwawasan mitigasi
bencana untuk meningkatkan produksi pangan dan mewujudkan ketahanan
pangan;

e. menyiapkan dan menjalankan kebijakan-regulasi baru tentang shareholding


antara pemerintah, investor, dan desa dalam pengelolaan sumber daya alam;
f. menjalankan program-program investasi pembangunan perdesaan dengan pola
shareholding melibatkan desa dan warga desa sebagai pemegang saham;

g. merehabilitasi kawasan perdesaan yang tercemar dan terkena dampak


bencana khususnya di daerah pesisir dan daerah aliran sungai.

7. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi


untuk mendorong keterkaitan desa-kota dengan strategi:

a. mewujudkan dan mengembangkan sentra produksi, sentra industri


pengolahan hasil pertanian dan perikanan, serta destinasi pariwisata;

b. meningkatkan akses transportasi desa dengan pusat-pusat pertumbuhan


ekonomi lokal/wilayah;

c. mengembangkan kerjasama antar desa, antar daerah, dan antar pemerintah-


swasta termasuk kerjasama pengelolaan BUM Desa, (melalui pembentukan
lembaga BUM Desa Bersama atau kerjasama antar 2 BUM Desa) dan
membangun agribisnis kerakyatan melalui pembangunan bank khusus untuk
pertanian, UMKM, dan Koperasi;
d. membangun sarana bisnis/pusat bisnis di perdesaan;

e. mengembangkan komunitas teknologi informasi dan komunikasi bagi petani


untuk berinteraksi denga pelaku ekonomi lainnya dalam kegiatan produksi
panen, penjualan, distribusi, dan lain-lain.

C. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pemberdayaan Desa

1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa sesuai dengan kondisi geografis


Desa, melalui strategi: menyusun dan memastikan terlaksananya NSPK SPM Desa
(antara lain perumahan, permukiman, pendidikan, kesehatan, perhubungan antar
permukiman ke pusat pelayanan pendidikan, pusat pelayanan kesehatan, dan
pusat kegiatan ekonomi, pengairan, listrik dan telekomunikasi);

2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat


Desa, melalui strategi: (i) penataan dan penguatan BUM Desa untuk mendukung
ketersediaan sarana prasarana produksi khususnya benih, pupuk, pengolahan

KN PPID - 9
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
produk pertanian dan perikanan skala rumah tangga desa; (ii) fasilitasi,
pembinaan, maupun pendampingan dalam pengembangan usaha, bantuan
permodalan/kredit, kesempatan berusaha, pemasaran dan kewirausahaan; dan (iii)
meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam pemanfaatan dan
pengembangan Teknologi Tepat Guna Perdesaan;

3. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan


pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa untuk mendukung
peningkatan karakter jati diri bangsa melalui revolusi mental, dengan strategi:
a. mengembangkan pendidikan berbasis keterampilan dan kewirausahaan;
b. mendorong peran aktif masyarakat dalam pendidikan dan kesehatan;

c. mengembangkan kapasitas dan pendampingan lembaga kemasyarakatan


desa dan lembaga adat secara berkelanjutan;

d. menguatkan partisipasi masyarakat dengan pengarusutamaan gender


termasuk anak, pemuda, lansia dan penyandang disabilitas dalam
pembangunan desa;

e. menguatkan kapasitas masyarakat desa dan masyarakat adat dalam


mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam lahan dan perairan, serta
lingkungan hidup desa termasuk desa pesisir secara berkelanjutan;

f. meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan masyarakat desa dalam


meningkatkan ketahanan ekonomi, sosial, lingkungan keamanan dan politik;
(vii) meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan monitoring pembangunan desa; dan
g. meningkatkan partisipasi dan kapasitas tenaga kerja (TKI/TKW) di desa.

D. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018

Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Indonesia Tahun 2018 (RKP 2018) terdapat 5
Prioritas pembangunan Wilayah; Pembangunan wilayah Perbatasan dan Daerah Tertinggal,
Percepatan Pembangunan Papua, Pencegahan dan Penanggulangan Bencana antara lain
Kebakaran Hutan, Reformasi Agraria dan Pembangunan Perdesaan. Untuk Prioritas
Pembangunan Desa di fokuskan pada 7(tujuh) Kegiatan Prioritas, yaitu: Pemenuhan SPM di
Desa Termasuk Permukiman Transmigrasi, Penanggulangan Kemiskinan dan
Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa, Pengembangan SDM Pemberdayaan
dan Modal Sosial Masyarakat Desa, Penguatan Pemerintahan Desa, Pengawalan
Implementasi Undang - Undang Desa, Pengembangan Ekonomi Kawasan Perdesaan dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Hutan di Desa dan Kawasan Perdesaan.

Adapun sasaran yang hendak dicapai berupa: Desa tertinggal menjadi desa
berkembang mencapai 4.500 desa, Desa berkembang menjadi desa mandiri mencapai

KN PPID - 10
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
1.800 desa, Pembangunan ekonomi hulu-hilir dan pengelolaan kawasan perdesaan 39
Kawasan dan Kawasan transmigrasi untuk percepatan menjadi desa berkembang
sebanyak130 Kawasan/ 65 SP/ 18 KPB.
Untuk merealisasikan target capaiaan RKP 2018 tersebut; Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi telah Menetapkan Desa Prioritas
Sasaran Pembangunan Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi sejumlah
17.000 (tujuh belas ribu) melalui surat keputusan menteri Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan transmigrasi Nomor 126 Tahun 2017 tentang Penetapan Desa Prioritas
Sasaran Pembangunan Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Penetapan tersebut berdasarkan kategori Desa yang termasuk dalam wilayah pinggiran,
yaitu Desa dalam kawasan perdesaan, perbatasan, dan daerah tertinggal dengan usaha
pokok sektor pertanian dan pelaku usahanya mikro dan kecil yang berkarakter tradisional
sebagaimana dimaksud dalam cita ke-3 Nawa Cita Kabinet Kerja sebagaimana ditetapkan
dalam Buku I angka 6.3 RPJMN 2015-2019.

Dalam Kegiatan Prioritas Pengawalan Implementasi Undang - Undang Desa,


Pemerintah telah menerbitkan surat keputusan Bersama 4 menteri, antara Menteri Dalam
Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Tentang Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan Percepatan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tertanggal Desember
2017 (SKB-4 Menteri). Dalam SKB 4 menteri tersebut telah ditetapkan beberapa kebijakan,
salah satunya berupa Pelaksanaan Padat Karya Tunai di Desa dalam penggunaan Dana
Desa untuk pembangunan.

Padat Karya Tunai di Desa merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat


marginal/miskin yang bersifat produktif berdasarkan pemanfaatan sumber daya alam,
tenaga kerja, dan teknologi lokal dalam rangka mengurangi kemiskinan, meningkatkan
pendapatan dan menurunkan angka stunting.

E. Kebijakan Padat Karya Tunai


Adanya berbagai permasalahan dan fakta yang menunjukan;
1. Masih tingginya Angka Gizi Buruk dan Stunting; berdaarkan ata yang ada Status
gizi masyarakat (37,2% stunting)
2. Masih tingginya Angka Pengangguran; Jumlah penganggur 2,39 juta orang di
perdesaan
3. Masih tingginya Angka Kemiskinan; Jumlah setengah penganggur 6 juta orang di
perdesaan
4. Masih tingginya Tingkat Kesenjangan Pendapatan; Jumlah pekerja tak dibayar
10,58 juta pekerja di perdesaan
5. Tingginya jumlah Desa Tertinggal Penduduk miskin di desa 27,7 juta orang. 10,2
juta orang tinggal di sekitar dan dalam kawasan hutan
6. Dan Terjadinya migrasi dan urbanisasi yang tinggi

KN PPID - 11
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Dibutuhkan kebijakan yang tepat untuk menjawab dan mengurangi permasalahan
tersebut diatas. Oleh karenanya Pemerintah telah mengambil kebijakan Kegiatan Padat
karya Tunai yang diharapkan mampu memberikan manfaat dan dampak untuk:

1. Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah


2. Perluasan kesempatan kerja sementara
3. Penciptaan Upah/ Tambahan Pendapatan
4. Perluasan Akses Pelayanan Dasar
5. Perluasan Mutu Pelayanan Dasar
6. Peningkatan aksesibilitas desa (terbukanya desa terisolir)

Padat Karya Tunai di Desa merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat


marginal/miskin yang bersifat produktif berdasarkan pemanfaatan sumber daya alam,
tenaga kerja, dan teknologi lokal dalam rangka mengurangi kemiskinan, meningkatkan
pendapatan dan menurunkan angka stunting.

Untuk melakukan akselerasi pencapaian dampak yang diharapkan dari program


padat karya tunai, seluruh Pemanfaatan Dana Desa dan berbagai program
Kementerian/Lembaga yang ditujukan ke Desa harus dilakukan dengan model padat karya.
Harapannya adalah akan menciptakan kesempatan kerja di Desa dan peningkatan
tambahan upah/ pendapatan bagi masyarkat desa yang dilakukan dengan Padat Karya
Tunai (cash for work). Swakelola dan Pelaksanaan program K/L di daerah khususnya desa
perlu diarahkan untuk mendukung Padat Karya Tunai di Desa. Selain itu perlu adanya
Peningkatan pelatihan dan pendampingan bagi desa dalam mengembangkan potensi Desa
serta Penyederhanaan sistem pelaporan dan pertanggungjawaban di Desa.

Jenis Kegiatan
1. Pembangunan dan/atau rehabilitasi sarana prasarana perdesaan sesuai dengan
daftar kewenangan Desa, antara lain: perbaikan alur sungai dan irigasi,
pembangunan dan/atau perbaikan jalan dan jembatan skala Desa, tambatan
perahu.

2. Pemanfaatan lahan untuk meningkatkan produksi, termasuk di kawasan


hutan, antara lain:Pertanian; Perhutanan; Perkebunan; Peternakan; dan Perikanan.

3. Kegiatan produktif lainnya, antara lain: Pariwisata; Ekonomi kreatif,


pengembangan potensi ekonomi lokal dengan mendorong kewirausahaan;
Pengelolaan hasil produksi pertanian; Pengelolaan usaha jasa dan industri kecil.

4. Pemberdayaan Masyarakat, antara lain: Pengelolaan sampah; Pengelolaan


limbah; Pengelolaan lingkungan pemukiman; Pengembangan energi terbarukan;
Penyediaan dan pendistribusian makanan tambahan bagi anak (bayi dan balita).

5. Kegiatan lainnya Kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan penyelesaian


pekerjaan fisik bangunan, tetapi mendukung keberhasilan pelaksanaan pekerjaan
fisik tersebut, misalnya antara lain: mengemudikan kendaraan pengangkut bahan
dan alat kerja.
KN PPID - 12
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Kelompok Sasaran Tenaga Kerja Padat Karya Tunai
1. Kelompok penganggur, setengah penganggur dan warga miskin.
2. Pencari nafkah utama keluarga.
3. Laki-laki, wanita dan pemuda usia produktif dan bukan anak-anak.
4. Petani/kelompok petani yang mengalami paceklik dan menunggu masa
tanam/panen.
5. Tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan ( diputus hubungan kerja ).

Prinsip-Prinsip Padat Karya Tunai di Desa Tahun 2018


1. Inklusif ; Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa
berdasarkan kebutuhan masyarakat dengan mempertimbangkan ketenagakerjaan
(penganggur, setengah penganggur), masyarakat marginal/miskin, kondisi
geografis, sosial, budaya dan ekonomi, serta mempertahankan daya dukung dan
keseimbangan lingkungan.

2. Partisipatif Dan Gotong Royong ; berdasarkan asas “DARI, OLEH dan UNTUK
masyarakat”. Pemerintah berperan sebagai fasilitator yang mendampingi
pemerintah Desa, BPD dan masyarakat Desa untuk melaksanakan pembangunan
Desa secara partisipatif dan gotong royong.

3. Transparan Dan Akuntabel; Pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa


dilakukan dengan mengutamakan prinsip transparan dan akuntabel baik secara
moral, teknis, legal maupun administratif kepada semua pihak

4. Efektif; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa harus memiliki dampak positif dan
nyata bagi peningkatan produksi dan produktivitas, upah/pendapatan dan daya beli
masyarakat desa.

5. Swadaya; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan mendorong


keswadayaan dengan berbagai bentuk sumbangan dana, tenaga, material, dan asset
bergerak dan/atau tidak bergerak dari warga desa yang berkecuk

6. Penentuan Upah; Batas Bawah dan Batas Atas Upah/HOK ditentukan berdasarkan
hasil kesepakatan Musyawarah Desa mengacu pada Peraturan Bupati/Walikota.
Adapun Batas Atas Upah/HOK dibawah Upah Minimum Provinsi. Besaran upah/HOK
lebih lanjut akan diatur oleh Peraturan Bupati/Walikota

7. Prioritas; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan mendahulukan


kepentingan sebagian besar masyarakat Desa yang berdampak pada terciptanya
lapangan kerja, teratasinya kesenjangan, dan terentaskannya warga miskin

8. Swakelola; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan secara mandiri oleh
Desa dengan mendayagunakan tenaga kerja, bahan material, serta peralatan dan
teknologi sederhana yang ada di Desa.

KN PPID - 13
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
9. Keberlanjutan; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan
memastikan adanya rencana pengelolaan, pemeliharaan, perawatan dan
pelestariannya.

10. Disepakati Dalam Musyawarah Desa; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dibahas
dan disepakati dalam musyawarah desa yang diselenggarakan berdasarkan asas
kesamaan dan kesetaraan bagi setiap peserta musyawarah Desa melalui hak bicara,
hak berpendapat dan hak bersuara dalam mencapai kemufakatan bersama

11. Berbasis kewenangan lokal Desa dan Hak asal usul; Kegiatan Padat Karya Tunai
di Desa yang pembiayaannya bersumber dari APBDesa harus menjadi bagian dari
Daftar Kewenangan Desa berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal
Berskala Desa.

12. Kewenangan yang ditugaskan kepada Desa; . Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa
yang pembiayaannya bersumber dari Non APBDesa diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Prioritas lokasi Padat Karya Tunai di Desa pada tahun 2018 Lokasi Kegiatan padat Karya
Tunai Tahun 2018 adalah 1.000 desa di 100 kabupaten yang diusulkan oleh Bappenas
bersama TNP2K, dan Kemenko PMK.

F. Penggunaan Dana Desa untuk Kegiatan Padat Karya Tunai


Dalam kebijakan Kegiatan Padat karya Tunai setiap kementerian mendapat
pembagian peran sesuai Tupoksi dari masing-masing kementerian. Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mendapatkan peran untuk Menetapkan
Juknis penggunaan Dana Desa, Koordinasi Penguatan dan Peran Pendamping Desa,
Monitoring dan Evaluasi Dana Desa untuk Program Padat Karya Tunai di Desa dan
Bimbingan teknis pelaksanaan padat karya tunai di Desa kepada para pendamping dan
pengelola di Desa.

Dalam rangka implementasi Pengggunaan dana desa untuk kegiatan padat karya
tunai tahun 2018 dibutuhkan upaya agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan maksud dan
tujuan yang diharapkan, untuk itu dibutuhkan petunjuk teknis penggunaan dana desa
untuk pelaksanaan kegiatan padat karya tunai tahun 2018. Petunjuk Teknis Penggunaan
Dana Desa Tahun 2018 untuk Padat Karya Tunai ini diharapkan menjadi arah kebijakan
pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai yang dibiayai dengan Dana Desa.

G. Penggunaan Dana Desa untuk Kegiatan Padat Karya Tunai

Dalam kebijakan Kegiatan Padat karya Tunai setiap kementerian mendapat pembagian
peran sesuai Tupoksi dari masing-masing kementerian. Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mendapatkan peran untuk Menetapkan Juknis
penggunaan Dana Desa, Koordinasi Penguatan dan Peran Pendamping Desa, Monitoring
dan Evaluasi Dana Desa untuk Program Padat Karya Tunai di Desa dan Bimbingan teknis
pelaksanaan padat karya tunai di Desa kepada para pendamping dan pengelola di Desa.

KN PPID - 14
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Dalam rangka implementasi Pengggunaan dana desa untuk kegiatan padat karya
tunai tahun 2018 dibutuhkan upaya agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan maksud dan
tujuan yang diharapkan, untuk itu dibtuhkan petunjuk teknis penggunaan dana desa untuk
pelaksanaan kegiatan padat karya tunai tahun 2018. Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Desa Tahun 2018 untuk Padat Karya Tunai ini diharapkan menjadi arah kebijakan
pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai yang dibiayai dengan Dana Desa.
Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk membiayai pelaksanaan program dan
kegiatan di bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. haruslah
diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan yang bersifat lintas
bidang. antara lain bidang kegiatan produk unggulan Desa atau kawasan perdesaan, BUM
Desa atau BUM Desa Bersama, embung, dan sarana olahraga Desa sesuai dengan
kewenangan Desa; Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri desa nomor 19
tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018.

KN PPID - 15
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Lembar Informasi 1.2.1

ARAH KEBIJAKAN PROGRAM INOVASI DESA (PID)

A. Latar Belakang
Undang-Undang No 6/2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa), memberikan
berbagai kewenangan kepada Desa antara lain : Kewenangan berdasarkan hak asal usul
dan kewenangan lokal skala Desa. Untuk mendukung kewenangan tersebut agar Desa-
Desa meningkat kemampuannya untuk mengatur dan mengurus kepentingannya secara
efektif guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, negara mengalokasikan Dana
Desa melalui APBN setiap tahunnya.
Konsekswensi logis atas kewenanganan tersebut, memunculkan adanya pendekatan
baru dalam pembanguan Desa yang disebut dengan “Desa Membangun”, disamping
pendekatan “Pembangunan Desa”. Namun disadari bahwa kapasitas Desa dan rendahnya
dukungan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pembangunan dalam perspektif
“Desa Membangun”, masih terbatas. Keterbatasan itu dapat dideteksi pada aras pelaku
Pembangunan Desa (kapasitas aparat Pemerintah Desa dan Masyarakat), kualitas tata
kelola Desa dan support system yang mewujud melalui regulasi dan kebijakan Pemerintah
dan Pemerintah Daerah yang terkait dengan Desa. Hal itu, pada akhirnya mengakibatkan
kualitas perencanaan, pelaksanaan, pengedalian dan pemanfaatan kegiatan pembangunan
kurang optimal menjadikan lambannya upaya mewujudkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat Desa.
Merespon kondisi tersebut dan untuk melaksanakan UU Desa secara konsisten,
Pemerintah melalui Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
( Kemendesa PDTT ), menyediakan tenaga pendamping profesional, yaitu: Pendamping
Lokal Desa (PLD), Pendamping Desa (PD), sampai Tenaga Ahli (TA) di tingkat Pusat, untuk
memfasilitasi Pemerintah Desa dalam bidang pembangunan dan Pemberdayaan
masyarakat Desa. Pendampingan dan pengelolaan tenaga pendamping profesional
menjadi isu krusial dalam pelaksanaan UU Desa; oleh karenanya penguatan kapasitas
Pendamping Profesional dan efektivitas pengelolaan tenaga pendamping menjadi agenda
strategis Pendampingan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD).
Berbagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas terkait isu-isu diatas terus
dilakukan oleh Kemendesa PDTT secara pro aktif; Salah satunya dengan meluncurkan
Program Inovasi Desa (PID) yang dirancang untuk mendorong penguatan kapasitas Desa
yang diorientasikan untuk memenuhi pencapaian target RPJM Kemendesa PDTT yang
terumuskan dalam kebijakan Program prioritas Menteri Desa PDTT, melalui peningkatkan
produktivitas perdesaan dengan bertumpu pada tiga bidang kegiatan utama:
1. Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha masyarakat,
maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa),
Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna mendinamisasi
perekonomian Desa.
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas
perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek maupun
KN PPID - 16
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang pendidikan dan
kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak hanya ditilik dari
aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga pengurangan beban biaya,
dan hilangnya potensi di masa yang akan datang. Disamping itu, penekanan isu
pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas SDM ini, juga untuk merangsang
sensitivitas Desa terhadap permasalahan krusial terkait pendidikan dan kesehatan
dasar dalam penyelenggaraan pembangunan Desa, dan
3. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara
langsung berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang
memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.
Aspek lain yang harus diperhatikan secara serius dalam pengelolaan pembangunan
Desa adalah ketersediaan data yang memadai dan up to date, mengenai kondisi objektif
maupun perkembangan Desa-Desa yang menunjukkan pencapaian pembangunan Desa.
Ketersediaan data sangat penting bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya bagi
Pemerintah dalam merumuskan kebijakan pembangunan. Pegelolaan data dimaksud dalam
skala nasional, dengan kondisi wilayah, khususnya Desa-Desa di Indonesia yang sangat
beragam tentunya memiliki tantangan dan tingkat kesulitan yang besar; Oleh karenanya
Program Inovasi Desa (PID) akan mendukung dalam upaya penguatan Pendampingan
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) dan pengembangan sistem
informasi pembangunan Desa.
Hal mendasar dalam rancang bangun PID adalah inovasi/ kebaruan dalam praktik
pembangunan dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini dipetik dari realitas / hasil kerja
Desa-Desa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan yang didayagunakan sebagai
pengetahuan untuk ditularkan secara meluas. PID juga memberikan perhatian terhadap
dukungan teknis dari penyedia peningkatan kapasitas teknis desa secara professional. Dua
unsur itu dirasa akan memberikan kontribusi signifikan terhadap investasi Desa, yaitu
pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pembangunan yang didanai dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), khususnya Dana Desa (DD). Dengan demikian,
PID diharapkan dapat menjawab kebutuhan Desa-Desa terhadap layanan teknis yang
berkualitas dan merangsang munculnya inovasi dalam praktik pembangunan serta solusi
inovatif untuk menggunakan Dana Desa secara tepat dan seefektif mungkin.

B. Tujuan
Kegiatan PID bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan dana desa
dengan memberikan banyak referensi dan inovasi pembangunan desa dalam rangka
mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi perdesaan, serta membangun
kapasitas desa yang berkelanjutan.

C. Sasaran
1. Menguatkan Program Pendampingan yang fokus pada kualitas hasil
2. Memperkuat kualitas pengelolaan program P3MD, PID dan Pengelolaan Data.
3. Meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan dalam mengelola pembangunan dan
kegiatan produktif yang didanai melalui Dana Desa untuk hal-hal yang bersifat
inovatif.
KN PPID - 17
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
4. Mendukung peningkatan produktivitas ekonomi desa dan kawasan perdesaan melalui
kegiatan-kegiatan yang bersifat inovatif

D. Prinsip-Prinsip Pengelolaan

Pengelolaan PID didasarkan pada prinsip-prinsip: Taat hukum; Transparansi; Akuntabilitas;


Partisipatif; dan Kesetaraan Jender.

E. Ruang Lingkup

Secara skematis ruang lingkup Program Inovasi Desa digambarkan sebagai berikut:

A. Kegiatan Inovasi dan Pengelolaan Pengetahuan Desa.


Merupakan kegiatan pengelolaan pengetahuan untuk mendorong munculnya inovasi
dalam pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan Desa khususnya terkait
dengan peningkatan kapasitas kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal,
peningkatan kualitas infrastruktur dan pengembangan kapasitas sumber daya
manusia. Pengelolaan pengetahuan dilakukan secara sistematis, terencana dan
partisipatif meliputi proses, identifikasi, validasi, dokumentasi, pertukaran
pengetahuan atau eksposisi dan replikasi. Kegiatan ini didukung dengan Dana
Operasional Kegiatan (DOK) bantuan Pemerintah pengelolaan pengetahuan inovasi
desa.

B. Kegiatan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)


P2KTD adalah organisasi atau lembaga yang berbadan hukum yang memiliki keahlian
tertentu dan diakui secara profesional serta berkomitmen membantu desa dalam
meningkatkan kualitas pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa di bidang
Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal, Pengembangan Sumber Daya
Manusia, dan Infrastruktur. Jenis layanan teknis yang disediakan P2KTD meliputi tiga
bidang kegiatan utama yang tidak dapat diberikan oleh pendamping profesional
dalam mendukung kemandirian desa, antara lain: (1) Kewirausahaan dan
Pengembangan Ekonomi Lokal, (2) Pengembangan Sumber Daya Manusia
(pelayanan sosial dasar, dan kewirausahaan sosial)

KN PPID - 18
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
dan (3) infrastruktur desa. P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk dukungan
teknis berupa pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi sesuai
dengan kebutuhan Desa, P2KTD dapat memfasilitasi Desa dalam mengidentifikasi,
mengorganisir dan memanfaatkan jaringan kerja yang mendukung meningkatkan
produktivitas dan hasil guna kegiatan di Desa.

C. Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Desa


Sistem Informasi Pembangunan desa merupakan solusi bagi percepatan pengelolaan,
evaluasi dan Analisa data desa, untuk tujuan percepatan pembangunan desa dan
produktivitas desa berbasis pada pengelolaan data pembangunan desa. Pengelolaan
dan pengembangan sistem informasi pembangunan desa tidak terlepas dengan data
dasar yang selama ini dihasilkan di kementerian desa dan aplikasi pengolah data
yang sudah berjalan di desa. Pengelolaan dan pengendalian data bertujuan untuk
menyediakan model dan platform untuk mendukung pengolahan data program
Inovasi Desa.
Sistem informasi pengelolaan data ditujukan untuk penyediaan data dan
informasi tentang desa dan pengolahan data untuk tujuan penyajian data
peningkatan kapasitas desa, dengan mengolah data-data berdasarkan variable Key
Performance Indicator (KPI) data (target output data) desa yang akan diolah untuk
melihat status dan peningkatan level desa serta melihat secara utuh dampak
intervensi program terhadap desa (program inovasi desa, program pendampingan
dan dana desa) terhadap perubahan dan dinamika partumbuhan desa dalam skala
indeks ukur status desa serta perubahan kondisi desa atas pertumbuhan peluang
kerja di desa, pengurangan angka kemiskinan dan peningkatan pendapatan di
tingkat desa.

F. Bidang Kegiatan
Bidang kegiatan Program Inovasi Desa, meliputi:
1. Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha masyarakat,
maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa),
Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna mendinamisasi
perekonomian Desa;
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas
perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek maupun
dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang pendidikan dan
kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak hanya ditilik dari
aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga pengurangan beban biaya,
dan hilangnya potensi di masa yang akan datang. Disamping itu, penekanan isu
pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas SDM ini, juga untuk merangsang
sensitivitas Desa terhadap permasalahan krusial terkait pendidikan dan kesehatan
dasar dalam penyelenggaraan pembangunan Desa; dan
3. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara
langsung berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang
memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.

KN PPID - 19
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
G. Daftar Larangan

Hal-hal yang dilarang untuk dilakukan dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa
antara lain:
1. Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis.
2. Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang mempekerjakan anak.
3. Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berdampak merusak lingkungan
hidup.

KN PPID - 20
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Lembar Informasi 1.3.1

PERAN PENDAMPING DALAM PENANGANAN STUNTING

A. Stunting Adalah Kondisi Gagal Tumbuh Pada Anak Balita (Bayi Di Bawah Lima
Tahun)
Akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan
gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi,
kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan
sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi
badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS
(Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari
-2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted).
Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 Juta) anak balita mengalami stunting (Riset
Kesehatan Dasar/Riskesdas 2013) dan di seluruh dunia, Indonesia adalah negara dengan
prevalensi stunting kelima terbesar. Balita/Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang
mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak
menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada
menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar
ketimpangan.
Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga
mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross Domestic Products) serta mengurangi
pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu stunting juga dapat berkontribusi pada
melebarnya kesenjangan/ inequality, sehingga mengurangi 10% dari total pendapatan
seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-generasi.
Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh rumah
tangga/keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena stunting juga dialami oleh rumah
tangga/keluarga yang tidak miskin/yang berada di atas 40 % tingkat kesejahteraan sosial
dan ekonomi. Seperti yang digambarkan dalam grafik dibawah, kondisi anak stunting juga
dialami oleh keluarga/rumah tangga yang tidak miskin.

B. Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi
buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan
untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000
Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara lebih detil, beberapa faktor yang
menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut:

KN PPID - 21
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik,
Termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada
masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada
menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)
secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6
bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga
dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI,
serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap
makanan maupun minuman.

2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care


(pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan
pembelajaran dini yang berkualitas.
Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa
tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di
2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain
adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta
masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak
usia 3-6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).

3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.


Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal.Menurut
beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta
94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di
Indonesia lebih mahal daripada di Singapura. Terbatasnya akses ke makanan bergizi di
Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.

4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.


Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia
masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki
akses ke air minum bersih. Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan di atas, telah
berkontibusi pada masih tingginya pervalensi stunting di Indonesia dan oleh karenanya
diperlukan rencana intervensi yang komprehensif untuk dapat mengurangi pervalensi
stunting di Indonesia.

C. Kerangka Intervensi Stunting di Indonesia


Pada 2010, gerakan global yang dikenal dengan Scaling-Up Nutrition (SUN) diluncurkan
dengan prinsip dasar bahwa semua penduduk berhak untuk memperoleh akses ke
makanan yang cukup dan bergizi. Pada 2012, Pemerintah Indonesia bergabung dalam
gerakan tersebut melalui perancangan dua kerangka besar Intervensi Stunting. Kerangka
Intervensi Stunting tersebut kemudian diterjemahkan menjadi berbagai macam program
yang

KN PPID - 22
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
dilakukan oleh Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait. Kerangka Intervensi Stunting yang
dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu

1. Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif.


Kerangka pertama adalah Intervensi Gizi Spesifik. Ini merupakan intervensi yang
ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada
30% penurunan stunting. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan
pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat
dicatat dalam waktu relatif pendek. Kegiatan yang idealnya dilakukan untuk melaksanakan
Intervensi Gizi Spesifik dapat dibagi menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari
masa kehamilan ibu hingga melahirkan balita:

Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Hamil.


Intervensi ini meliputi kegiatan memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil
untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis, mengatasi kekurangan zat besi dan
asam folat, mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil serta
melindungi ibu hamil dari Malaria.

Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan.
Intervensi ini dilakukan melalui beberapa kegiatan yang mendorong inisiasi menyusui
dini/IMD terutama melalui pemberian ASI jolong/colostrum serta mendorong pemberian
ASI Eksklusif.

Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan.
Intervensi ini meliputi kegiatan untuk mendorong penerusan pemberian ASI hingga
anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian, setelah bayi berusia diatas 6 bulan didampingi oleh
pemberian MP-ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi zink, melakukan
fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap malaria,
memberikan imunisasi lengkap, serta melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
Kerangka Intervensi Stunting yang direncanakan oleh Pemerintah yang kedua adalah
Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan
pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting.
Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu
hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK. Kegiatan terkait Intervensi Gizi
Sensitif dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang umumnya makro dan
dilakukan secara lintas Kementerian dan Lembaga. Ada 12 kegiatan yang dapat
berkontribusi pada penurunan stunting melalui Intervensi Gizi Spesifik sebagai berikut:
(1) Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih.
(2) Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.
(3) Melakukan fortifikasi bahan pangan.
(4) Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
KN PPID - 23
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
(5) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
(6) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
(7) Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.
(8) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal.
(9) Memberikan pendidikan gizi masyarakat.
(10) Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja.
(11) Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin.
(12) Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
Kedua kerangka Intervensi Stunting diatas sudah direncanakan dan dilaksanakan oleh
Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari upaya nasional untuk mencegah dan
mengurangi pervalensi stunting.

2. Kebijakan Dan Program Terkait Intervensi Stunting Yang Telah Dilakukan


Terkait upaya untuk mengurangi serta menangani pervalensi stunting, pemerintah di
tingkat nasional kemudian mengeluarkan berbagai kebijakan serta regulasi yang
diharapkan dapat berkontribusi pada pengurangan pervalensi stunting, termasuk
diantaranya:
(1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025 (Pemerintah
melalui program pembangunan nasional ‘Akses Universal Air Minum dan Sanitasi
Tahun 2019’, menetapkan bahwa pada tahun 2019, Indonesia dapat menyediakan
layanan air minum dan sanitasi yang layak bagi 100% rakyat Indonesia).
(2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 (target penurunan
prevalensi stunting menjadi 28% pada 2019).
(3) Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, Bappenas, 2011.
(4) Undang-Undang (UU) No. 36/2009 tentang Kesehatan.
(5) Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif.
(6) Peraturan Presiden (Perpres) No. 42/2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi.
(7) Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
Pemberian Ais Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia.
(8) Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.15/2013 tentang Tata Cara Penyediaan
Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.
(9) Permenkes No.3/2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
(10) Permenkes No.23/2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi.
(11) Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari
Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK), 2013.
(12) Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK), 2013.

KN PPID - 24
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Selain mengeluarkan paket kebijakan dan regulasi, kementerian/lembaga (K/L) juga
sebenarnya telah memiliki program baik terkait intervensi gizi spesifik maupun intervensi
gizi sensitif, yang potensial untuk menurunkan stunting. Intervensi Program Gizi Spesifik
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) melalui Gerakan 1.000 Hari Pertama
Kegiatan (HPK). Berikut ini adalah identifikasi beberapa program gizi spesifik yang telah
dilakukan oleh pemerintah:
(1) Program terkait Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil, yang dilakukan melalui
beberapa program/kegiatan berikut:
 Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan
energi dan protein kronis
 Program untuk mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat
 Program untuk mengatasi kekurangan iodium
 Pemberian obat cacing untuk menanggulangi kecacingan pada ibu hamil
 Program untuk melindungi ibu hamil dari Malaria.
Jenis kegiatan yang telah dan dapat dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat
nasional maupun di tingkat lokal meliputi pemberian suplementasi besi folat minimal
90 tablet, memberikan dukungan kepada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan minimal 4 kali, memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT), pemberian
makanan tambahan pada ibu hamil, melakukan upaya untuk penanggulangan
cacingan pada ibu hamil, dan memberikan kelambu serta pengobatan bagi ibu hamil
yang positif malaria.
(2) Program yang menyasar Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 bulan termasuk
diantaranya mendorong IMD/Inisiasi Menyusui Dini melalui pemberian ASI
jolong/colostrum dan memastikan edukasi kepada ibu untuk terus memberikan ASI
Eksklusif kepada anak balitanya. Kegiatan terkait termasuk memberikan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), promosi menyusui ASI
eksklusif (konseling individu dan kelompok), imunisasi dasar, pantau tumbuh
kembang secara rutin setiap bulan, dan penanganan bayi sakit secara tepat.
(3) Program Intervensi yang ditujukan dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia
7-23 bulan:
 mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh
pemberian
 MP-ASI
 menyediakan obat cacing
 menyediakan suplementasi zink
 melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan
 memberikan perlindungan terhadap malaria
 memberikan imunisasi lengkap
 melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

KN PPID - 25
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Selain itu, beberapa program lainnya adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Balita Gizi Kurang oleh Kementerian Kesehatan/Kemenkes melalui Puskesmas dan
Posyandu. Program terkait meliputi pembinaan Posyandu dan penyuluhan serta
penyediaan makanan pendukung gizi untuk balita kurang gizi usia 6-59 bulan berbasis
pangan lokal (misalnya melalui Hari Makan Anak/HMA). Anggaran program berasal dari
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) – Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik sebesar Rp.
200.000.000 per tahun per Puskesmas di daerahnya masing masing.
Terkait dengan intervensi gizi sensitif yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui
K/L terkait beberapa diantaranya adalah kegiatan sebagai berikut:
(1) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih melalui program
PAMSIMAS (Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi berbasis Masyarakat). Program
PAMSIMAS dilakukan lintas K/L termasuk Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas/Kementerian
PPN), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPERA),
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Selain pemerintah pusat, PAMSIMAS juga dilakukan dengan kontribusi dari
pemerintah daerah serta masyakart melalui pelaksanaan beberapa jenis kegiatan
seperti dibawah:
 Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat
 Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sanitasi
yang berkelanjutan
 Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal (pemerintah daerah
maupun masyarakat) dalam penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi
berbasis masyarakat
 Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan
sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.
(2) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi melalui Kebijakan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang pelaksanaanya dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (KemenPUPERA). Kegiatan ini meliputi gerakan peningkatan
gizi/Scaling Up Nutrition (SUN) Movement yang hingga 2015 telah menjangkau
26.417 desa/kelurahan;
(3) Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan (Garam, Terigu, dan Minyak Goreng),
umumnya dilakukan oleh Kementerian Pertanian;
(4) Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB)
melalui dua program:
Program KKBPK (Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga)
oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) bekerjasama
dengan Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota). Kegiatan yang dilakukan meliputi:
 Penguatan advokasi dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terkait Program
KKBPK
 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata

KN PPID - 26
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
 Peningkatan pemahaman dan kesadaran remaja mengenai kesehatan reproduksi
dan penyiapan kehidupan berkeluarga
 Penguatan landasan hukum dalam rangka optimalisasi pelaksanaan
pembangunan bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB)
 Penguatan data dan informasi kependudukan, KB dan KS
Program Layanan KB dan Kesehatan Seksual serta Reproduksi (Kespro) oleh LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
Kegiatan yang dilakukan adalah:
 Menyediakan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi yang terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, termasuk difabel (seseorang dengan kemampuan
berbeda) dan kelompok marjinal termasuk remaja
 Menyediakan pelayanan penanganan kehamilan tak diinginkan yang
komprehensif yang terjangkau.
 Mengembangkan standar pelayanan yang berkualitas di semua strata pelayanan,
termasuk mekanisme rujukan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi
 Melakukan studi untuk mengembangkan pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan klien, pengembangan kapasitas dan kualitas provider.
 Mengembangkan program penanganan kesehatan seksual dan reproduksi pada
situasi bencana, konflik dan situasi darurat lainnya.
 Mengembangkan model pelayanan KB dan Kesehatan Produksi (Kespro) melalui
pendekatan pengembangan masyarakat.
(5) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN): Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) telah melakukan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-Penerima
Bantuan Iuran (PBI) berupa pemberian layanan kesehatan kepada keluarga miskin dan
saat ini telah menjangkau sekitar 96 juta individu dari keluarga miskin dan rentan.
(6) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal) yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan memberikan layanan kesehatan kepada
ibu hamil dari keluarga/rumah tangga miskin yang belum mendapatkan JKN-
Penerima Bantuan Iuran/PBI.
(7) Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
(8) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal yang dilakukan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Program
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Beberapa kegiatan yang dilakukan berupa:
(9) Perluasan dan peningkatan mutu satuan PAUD.
 Peningkatan jumlah dan mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) PAUD.
 Penguatan orang tua dan masyarakat.
 Penguatan dan pemberdayaan mitra (pemangku kepentingan, stakeholders).
(10) Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat Program Perbaikan Gizi Masyarakat yang
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (melalui Puskesmas dan Posyandu)
Kegiatan yang dilakukan berupa:

KN PPID - 27
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
 Peningkatan pendidikan gizi.
 Penanggulangan Kurang Energi Protein.
 Menurunkan prevalansi anemia, mengatasi kekurangan zinc dan zat besi,
mengatasi Ganguan
 Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) serta kekurangan Vitamin A
 Perbaikan keadaan zat gizi lebih.
 Peningkatan Survailans Gizi.
 Pemberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
10. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi serta Gizi pada Remaja,
berupa Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja yang dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) termasuk
pemberian layanan konseling dan peningkatan kemampuan remaja dalam
menerapkan Pendidikan dan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS).
11. Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin, misalnya melalui
Program Subsidi Beras Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Raskin/Rastra) dan
Program Keluarga Harapan (PKH) yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial
(Kemensos). Kegiatannya berupa pemberian subsidi untuk mengakses pangan (beras
dan telur) dan pemberian bantuan tunai bersyarat kepada ibu Hamil, Menyusui dan
Balita.
12. Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi melalui Program Ketahanan Pangan
dan Gizi yang dilaksanakan Lintas K/L yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian
Koperasi, Kemendagri. Kegiatan yang dilakukan berupa:
 Menjamin akses pangan yang memenuhi kebutuhan gizi terutama ibu hamil, ibu
menyusui, dan anak-anak.
 Menjamin pemanfaatan optimal pangan yang tersedia bagi semua golongan
penduduk.
 Memberi perhatian pada petani kecil, nelayan, dan kesetaraan gender.
 Pemberdayaan Ekonomi Mikro bagi Keluarga dengan Bumil KEK (Kurang Energi
Protein).
 Peningkatan Layanan KB.
Berdasarkan identifikasi kebijakan dan program yang seharusnya potensial untuk
membantu mengurangi pervalensi stunting seperti penjelasan diatas, pertanyaan
selanjutnya adalah mengapa hingga saat ini Intervensi Stunting belum efektif dan
prosentase prevalensi stunting masih cukup tinggi di Indonesia? (Berkisar di 37%)
Beberapa hal yang kemungkinan menjadi penyebab belum efektifnya kebijakan serta
program Intervensi Stunting yang ada dan telah dilakukan sebagai berikut:
a. Kebijakan dan regulasi terkait Intervensi Stunting belum secara maksimal dijadikan
landasan bersama untuk menangani stunting, contohnya bisa dilihat pada grafik 2
yang menunjukkan belum maksimalnya fungsi alokasi anggaran kesehatan.

KN PPID - 28
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
b. Kementerian/Lembaga (K/L) melaksanakan program masing-masing tanpa koordinasi
yang cukup.
c. Program-program Intervensi Stunting yang telah direncanakan belum seluruhnya
dilaksanakan.
d. Program/intervensi yang ada (baik yang bersifat spesifik gizi maupun sensitif gizi)
masih perlu ditingkatkan rancangannya, cakupannya, kualitasnya dan sasarannya.
e. Program yang secara efektif mendorong peningkatan pengetahuan gizi yang baik
dan perubahan perilaku hidup sehat masyarakat belum banyak dilakukan.
f. Program-program berbasis komunitas yang efektif di masa lalu tidak lagi dijalankan
secara maksimal seperti sebelumnya misalnya akses ke Posyandu, PLKB, kader PKK,
Dasawisma, dan lainnya, serta;
g. Pengetahuan dan kapasitas pemerintah baik pusat maupun daerah dalam menangani
stunting perlu ditingkatkan.

D. Peran Desa dalam Penanganan Stunting


Berdasarkan Pasal 78 ayat (1) Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Desa
menyebutkan bahwa tujuan pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui
pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan
potensi ekonomi lokal serta pemanfaat sumberdaya alam dan lingkungan berkelanjutan.
Sesuai dengan UU tentang Desa, maka terhadap upaya penanganan stunting yang
sudah menjadi prioritas nasional sangat memungkinkan bagi Desa untuk menyusun
kegiatankegiatan yang relevan dan yang bersifat skala desa melalui APBDes. Rujukan
Belanja Desa untuk penangan stunting diperkuat dengan telah dikeluarkannya Permendesa
No. 19 Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa.
Guna mendorong kegiatan penanganan stunting dalam prioritas perencanaan
pembangunan desa, masyarakat desa harus:
1. Memetakan realitas permasalahan dan potensi penanganan stunting di desa
2. Meningkatkan wawasan keragaman jenis kegiatan penanganan stunting yang efektif,
inovatif, produktif, dan berkelanjutan
3. Proaktif dan terlibat dalam tahapan perencanaan pembangunan desa, memperkuat
koordinasi, dan membangun peluang advokasi, dan
4. Mendorong komitmen desa dan penyedia layanan untuk pemenuhan standar
pelayanan sosial dasar yang berkualitas di desa.

E. Peran Pendamping Desa Dalam Penanganan Stunting


1. Mensosialisasikan stunting kepada para pemangku kepentingan utama desa,
2. Mendukung desa untuk melakukan pemetaan sosial terhadap penerima manfaat
target
3. Mengidentifikasi akses mereka ke intervensi gizi

KN PPID - 29
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
4. Membantu desa untuk meninjau APBD mereka untuk melihat berapa banyak
pengeluaran desa untuk kelompok dan kebutuhan prioritas ini
5. Menyediakan proposal template untuk kegiatan
6. Membantu memobilisasi kelompok untuk menyesuaikan templat
7. Menilai posyandu terhadap "daftar periksa pengaktifan posyandu" dll

Daftar Pustaka

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (2017) 100 Kabupaten/Kota Prioritas


Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta: Sekretariat Wakil Presiden Republik
Indonesia
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 19
Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa 2018.

KN PPID - 30
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Lembar Informasi 1.4.1

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK


DALAM PEMBANGUNAN DESA

A. Pendahuluan
Hak atas informasi dan dokumen yang ada pada Badan Publik merupakan Hak Azazi
Manusia (HAM) berdasarkan Pasal 19 Deklarasi Umum Hak Azazi Manusia (DUHAM)
tanggal 10 Desember 1948. Hak atas informasi dan dokumen yang ada pada Badan Publik
juga merupakan Hak Konsitusional Warga Negara Indonesia yang diberikan, dijamin, dan
sesuai dengan Pasal 28F Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
hasil Amandemen Kedua.
Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia telah
mengeluarkan Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (KIP) sebagai tindak lanjut dari perintah Pasal 28F UUD NRI 1945 tanggal 30 April
2008 diiringi dengan peraturan pelaksanaanya berupa Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2010 tentang Keterbukaan Informasi Publik. UU 14.2008 mengatur bahwa
berlakunya seluruh ketentuan dalam UU 14/2008 tersebut adalah 2 (dua) tahun semenjak
diundangkan atau tahun 2010.
UU 14/2008 dan PP 61/2010 pada prinsipnya mengatur bagaimana dan apa kewajiban
Badan Publik dalam rangka melayani masyarakat agar dengan cara mudah, sederhana, cepat,
dan berbiaya murah (azas KIP) dapat memperoleh informasi dan dokumen yang ada pada
Badan Publik guna mengembangka diri dan lingkungannya. Dan juga mengatur bagaimana
penyelesaian jika terjadi sengketa informasi antara masyarakat dengan Badan Publik.
Badan Publik yang dimaksud dalam UU 14/2008 adalah seluruh lembaga yang berada
dibawah cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Juga termasuk Badan Publik
adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Partai
Politik, seluruh lembaga yang mengumpulkan uang dari masyarakat, seluruh lembaga yang
menerima uang dari luar negeri, dan seluruh lembaga yang sebagian atau seluruh dananya
berasal dari Anggaran Pendapat Belanja Negara (APBN) dan atau dari Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Kesemua lembaga diatas diwajibkan oleh UUD NRI
1945 dan UU 14/2008 untuk mengelola seluruh informasi dan dokumennya agar bisa
diakses oleh masyarakat, kecuali informasi dan dokumen yang dikecualikan setelah melalui
uji konsekuensi dan memenuhi syarat sebagai informasi dan dokumen yang boleh
dikecualikan (tertutup) sesuai ketentuan Pasal 17 UU 14/2008.
Tahun 2009 sudah terbentuk Komisi Informasi Pusat (KIP) Republik Indonesia untuk
melaksanakan UU 14/2008, dan saat ini Komisi Informasi Pusat dijalankan oleh 7 (Tujuh)
Komisioner periode ketiga (2017-2021). Dan juga sudah terbentuk 30 (Tiga Puluh) Komisi
Informasi Provinsi dan beberapa Komisi Informasi Kabupaten/Kota. Komisi Informasi wajib
dibentuk di tingkat Pusat dan Provinsi dan dapat dibentuk ditingkat Kabupaten Kota.

KN PPID - 31
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Komisi Informasi disemua tigkatan bertanggungjawab untuk memastikan
terselenggaranya Keterbukaan Informasi di semua Badan Publik dan bertanggungjawab
juga untuk memastikan Badan Publik melayani permohonan informasi dan dokumen dari
masyarakat. Komisi Informasi diberi tugas dan wewenang juga untuk menerima, memeriksa,
dan memutus sengketa informasi antara masyarakat dengan Badan Publik melalui Ajudikasi
Nonlitigasi yang didalamnya didahului dengan proses Mediasi. Komisi Informasi Pusat
berwenang untuk menyidangkan sengketa informasi jika sengketa itu melibatkan Badan
Publik tingkat nasional, sementara Komisi Informasi Provinsi dan Kabupaten/Kota
berwenang untuk menyidangkan sengketa informasi antara masyarakat dengan Badan
Publik sesuai tingkatannya. Untuk menjalankan UU 14/2008 Komisi Informasi pusat
mengeluarkan Standar Layanan Informasi dalam bentuk Peraturan Komisi Informasi (PERKI).

B. Mandat Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa berkaitan Keter-bukaan


Informasi Publik
Dalam Undang-Undang Desa, keterbukaan informasi terdapat dalam beberapa pasal
seperti :
Pertama sebagaimana diatur dalam pasal 24, yang menyatakan bahwa asas
penyelenggaraan Pemerintahan Desa salah satunya adalah keterbukaan. Selanjutnya
dinyatakan pada bagian penjelasan bahwa yang dimaksud dengan keterbukaan adalah asas
yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dengan tetap
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kedua pada pasal 26 ayat (4) huruf (f) diatur bahwa dalam menjalankan tugasnya
Kepala Desa berkewajiban untuk melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang
akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi,
korupsi, dan nepotisme. Masih pada pasal dan ayat yang sama, pada huruf (p) diatur bahwa
Kepala Desa juga memiliki kewajiban untuk memberikan informasi kepada masyarakat
Desa.
Ketiga pada pasal 27 huruf (d) diatur bahwa dalam menjalankan hak, tugas,
kewenangan, dan kewajiban Kepala Desa wajib memberikan dan/atau menyebarkan
informasi penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap
akhir tahun anggaran.
Keempat Pasal 68 ayat (1) huruf (a) dinyatakan bahwa masyarakat desa berhak
meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
Kelima pada pasal yang mengatur tentang keterbukaan informasi yaitu pasal 86 ayat
(1) dan ayat (5) yang menyatakan bahwa desa berhak mendapatkan akses informasi melalui
sistem informasi desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan
sistem informasi tersebut dikelola oleh Pemerintah Desa dan dapat diakses oleh masyarakat
desa dan semua pemangku kepentingan.
Dalam peraturan pelaksanaaannya, pada Pasal 127 ayat (2) huruf e Peraturan
Pemerintah tentang Peraturan Pelaksanaan UU Desa juga menyatakan bahwa upaya
pemberdayaan masyarakat Desa dilakukan dengan mengembangkan sistem transparansi
dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan desa.
KN PPID - 32
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
C. Badan Publik Desa
Pemerintahan Desa dengan segala perangkatnya adalah merupakan bagian dari cabang
kekuasaan eksekutif dan karenanya merupakan Badan Publik yang wajib menjalankan
Pemerintahan Desa sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi yang diatur dalam UU
14/2008, dan wajib mengelola informasi dan dokumen sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh Komisi Informasi, serta wajib melayani permintaan informasi daan
dokumen dari masyarakat sesuai dengan UU 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik dan seuruh peraturan pelaksanaanya.
Tidak hanya berhenti pada itu, Pemerintahan Desa harus melibatkan partisipasi
masyarakat mulai dari perencanaan (Musrenbang misalnya), pelaksanaan, sampai evaluasi
dan laporan semua kegiatan dan program yang dijalankan oleh Pemerintah Desa.
Pemerintah Desa juga diminta untuk mengeluarkan Peraturan Desa terkait dengan
Keterbukaan Informasi Desa.
Hal ini diperlukan agar masyarakat Desa bisa memahami dengan baik bagaimana
untuk mendapatkan informasi dan dokumen terkait pelaksanaan Pemerintahan Desa
maupun pelaksanaan program dan kegiatan yang diselenggarakan Pemerintahan Desa,
sebagai bagian integral untuk pengembangan diri dan lingkungan masyarakat Desa.

D. Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa


Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa dan atau pihak terkait dengan
pemberdayaan masyarakat Desa (Pemerintah Kabupaten danseluruh instansi terkait),
pelaksana dari program-program pemerintah terkait Desa (misal : Program Inovasi Desa)
diharapkan menjadi ujung tombak dalam membangun transparansi di Desa, dalam
membangun pengelolaan informasi yang terbuka di Desa, dalam membangun masyarakat
yang melek infomasi di Desa.
Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa diharapkan mampu untuk
meyakinkan Pemerintah Desa agar menyiapkan seluruh perangkat yang dibutuhkan untuk
melayani Hak Konstitusional untuk mendapatkan informasi yang ada di seluruh Badan
Publik Desa. Termasuk dan tidak terbatas pada penyiapan kursi dan meja untuk masyarkat
yang ingin menghadiri Musrenbang misalnya. Termasuk dan tidak terbatas pada
mengeluarkan Peraturan Desa terkait pelayanan informasi bagi masyarkat Desa misalnya.
Dan lain sebagainya.

E. Mekanisme Mendapatkan Informasi


Mekanisme mendapatkan informasi secara sederhana digambarkan dalam Diagram 1
dibawah ini:

KN PPID - 33
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Diagram 1 : Mekanisme memperoleh Informasi

F. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Informasi


Mekanisme penyelsaian sengketa Informasi secara sederhana sebagaimana digambar-kan
dalam Diagram 2 dibawah ini

KN PPID - 34
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Diagram 2 : Mekanisme penyelesian sengketa informasi

Sebagai penekanan, sebagaimana disampaikan diatas, kedua diagram ini haruslah


bisa dijalankan sesuai dengan azas dan prinsip-prinsip SEDERHANA, CEPAT, dan BERBIAYA
MURAH. Permohonan Informasi Publik dan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di
Komisi Informasi tidaklah boleh membenani masyarakat diluar kepatutan dan kewajaran.

G. Penutup
Demikian Lembar Informasi ini disusun dengan sangat sederhana dan ringkas. Besar
harapan Penyusun agar pembaca yang budiman berkenan memandang lembaran ini
sebagai pintu gerbang untuk masuk kedalam perpustakaan, kedalam diskusi-diskusi,
kedalam seminar dan workshop yang tentunya akan lebih memberikan pemahaman kepada
kita semua betapa penting dan strategisnya agenda keterbukaan informasi ini bagi
perkembangan bangsa dan negara kita tercinta kedpan, untuk agenda pemberdayaan
masyarkat Indonesia sehingga makin berdaya.

Daftar Pustaka

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa


Undang-Undang No 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik
Suparyo, Yossy. 2018. Lembar Informasi Tata Kelola Desa diunduh dari :
http://www.gedhe.or.id/2018/03/Lembar Informasi-tata-kelola-desa/

KN PPID - 35
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Lembar Informasi 2.1.1

TUGAS PENDAMPING LOKAL DESA DALAM PEMBANGUNAN DAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

A. Latar Belakang
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengatur bahwa pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat desa ditempuh melalui upaya pendampingan.
Pendampingan merupakan salah satu langkah penting yang perlu dilakukan untuk
percepatan pencapaian kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat dapat dicapai diantaranya melalui peningkatan pengetahuan,
sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran serta memanfaatkan sumber daya
sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.

Pendampingan masyarakat dalam konteks implementasi Undang-Undang Desa


berada dalam ranah pembelajaran politik. Karenanya, tidak dimungkinkan lagi adanya
pola-pola pendampingan desa yang bersifat apolitis sebagai sekedar urusan penyelesaian
urusan proyek pembangunan. Ke depan dituntut adanya pendamping masyarakat desa
yang mampu hadir sebagai guru kader untuk melahirkan kekuatan rakyat desa sebagai
benteng NKRI. Pendamping masyarakat desa harus didudukkan sebagai bagian dari upaya
menegakkan kedaulatan bangsa dan negara sebagaimana diwujudkan dengan
mengimplementasikan Undang-Undang Desa secara sistematis, konsisten, dan
berkelanjutan.

B. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendampingan Desa


Pendampingan Desa adalah kegiatan untuk melakukan tindakan pemberdayaan
masyarakat melalui asistensi, pengorganisasian, pengarahan dan fasilitasi Desa.
a. Tujuan
Tujuan pendampingan Desa dalam Peraturan Menteri ini meliputi:
(1) Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas pemerintahan desa dan
pembangunan Desa;
(2) Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat Desa dalam
pembangunan desa yang partisipatif;
(3) Meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antarsektor; dan
(4) Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris.

b. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pendampingan Desa meliputi:
(1) Pendampingan masyarakat Desa dilaksanakan secara berjenjang untuk
memberdayakan dan memperkuat Desa;
KN PPID - 36
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
(2) Pendampingan masyarakat Desa sesuai dengan kebutuhan yang didasarkan pada
kondisi geografis wilayah, nilai APB Desa, dan cakupan kegiatan yang didampingi; dan
(3) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan
Pemerintah Desa melakukan upaya pemberdayaan masyarakat Desa melalui
pendampingan masyarakat Desa yang berkelanjutan, termasuk dalam hal penyediaan
sumber daya manusia dan manajemen.

C. Landasan Hukum
Landasan hukum pendampingan Desa, meliputi:
(1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
(2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
(3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
(4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Peraturan Desa;
(5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Kepala Desa;
(6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa;
(7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa;
(8) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa;
(9) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa;
(10) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa;
(11) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa;
(12) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa.

D. Kompetensi Pendamping Desa


Dalam rangka pemberdayaan masyarakat dibutuhkan adanya para pendamping masyarakat
yang mampu:

KN PPID - 37
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
(1) Mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan Desa yang
dilaksanakan secara swakelola oleh Desa;
(2) Mengembangkan program dan kegiatan pembangunan Desa secara berkelanjutan
dengan mendayagunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di
Desa;
(3) Menyusun perencanaan pembangunan Desa sesuai dengan prioritas, potensi, dan nilai
kearifan lokal;
(4) Menyusun perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada kepentingan warga
miskin, warga disabilitas, perempuan, anak, dan kelompok marginal;
(5) Mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa;
(6) Mendayagunakan lembaga kemasyarakatan Desa dan lembaga adat;
(7) Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan Desa yang dilakukan
melalui musyawarah Desa;
(8) Menyelenggarakan peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia
masyarakat Desa;
(9) Melakukan pendampingan masyarakat Desa yang berkelanjutan; dan
(10) Melakukan pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan
pembangunan Desa yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat Desa.

E. Tugas Pokok dan Fungsi Pendamping Desa


Misi besar pendampingan desa adalah memberdayakan desa sebagai self governing
community yang maju, kuat, mandiri dan demokratis. Pendampingan desa bukanlah
mendampingi pelaksanaan proyek yang masuk ke desa, bukan pula mendampingi dan
mengawasi penggunaan dana desa, tetapi melakukan pendampingan secara utuh terhadap
Desa.
Namun, dalam praktik di lapangan, kerja seorang pendamping desa lebih dominan
sebagai tenaga pencari kerja, mandor proyek, pendamping administrasi, dan lain
sebagainya. Padahal dalam Peraturan Kemendesa PDTT No.3/2015 tentang Pendamping
Desa, tujuan pendamping desa, antara lain untuk; meningkatkan kapasitas, efektivitas dan
akuntabilitas pemerintahan desa dan pembangunan Desa, meningkatkan prakarsa,
kesadaran dan partisipasi masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif,
meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antar sektor, dan mengoptimalkan aset
lokal Desa secara emansipatoris. Secara keseluruhan disebut sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat.
Salah satu aspek penting dalam pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan.
Pemberdayaan suatu komunitas tidak lain adalah suatu proses transfer pengetahuan dan
ketrampilan (transfers of knowledge and skill). Pendampingan dilakukan dengan
menempatkan tenaga pendamping di dalam komunitas dengan tugas-tugas
pendampingan, yaitu: penyadaran (concientization), pengorganisasian, advokasi, dan
fasilitasi. Pendampingan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pemberdayaan masyarakat.
KN PPID - 38
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Prinsip utama pendampingan adalah membangun kepercayaan yang bersumber
pada komitmen moral. Karena itu pendampingan tidak hanya membawa misi program di
mana seseorang ditugaskan, tetapi juga menjaga komitmen moral pendamping kepada
masyarakat dalam seluruh kegiatan yang dilakukan.
Tujuan utama pendampingan masyarakat adalah menciptakan perubahan kondisi
mentalitas dan kultur masyarakat, yang tercermin dalam perubahan kesadaran
(pengetahuan, dorongan, sikap, dan perilaku) warga masyarakat, sebagai kekuatan
pendorong kemajuan. Pendampingan mutlak diperlukan, agar pengembangan masyarakat
tidak dilakukan hanya oleh aktor tunggal di lapangan, melainkan dengan melitbatkan
banyak aktor yang aktif dan partisipatif.

F. Substansi Pendampingan
Pendampingan masyarakat pada dasarnya adalah suatu aktivitas untuk merubah cara
berpikir masyarakat, dari sifat statis-tradisional menjadi dinamis-rasional, melalui proses
alih-pengetahuan dan alih-kesadaran.
Substansi pendampingan adalah terjadinya perubahan perilaku masyarakat.
Komponen perilaku ini merujuk kepada apa yang telah diketahui atau dipahami oleh
masyarakat (knowledge), apa yang dapat mereka lakukan (skills), apa yang mereka pikirkan
(attitudes) dan apa yang mereka kerjakan (action). Secara sederhana, perilaku terdiri dari 3
domain, yaitu domain perilaku pengetahuan, domain perilaku sikap, dan domain perilaku
keterampilan.
Kegiatan pendampingan dilakukan dalam bentuk interaksi secara terus menerus
antara pendamping dengan masyarakat yang dilakukan setiap saat. Aktivitas
pendampingan memang tidak serta-merta mencapai sasaran dan tujuan yang cepat dan
nyata, melainkan dapat dirasakan efek dan hasilnya setelah berjalan cukup lama. Karena itu
aktivitas pendampingan perlu dilakukan secara terus-menerus dan intensif sehingga
mendukung keberhasilan program-program aksi pengembangan masyarakat.
Aktivitas pengembangan dan pemberdayaan, tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
melainkan keduanya harus dilakukan secara komplementer (saling melengkapi), yang
dilakukan secara sinergis (bersama-sama) antara masyarakat dan pendamping.
Dengan demikian, konsep pendampingan dapat diartikan sebagai pembelajaran,
penyadaran, atau pembudayaan, yaitu suatu proses pembelajaran masyarakat dalam
kerangka penciptaan kesadaran baru untuk mencapai tujuan kemajuan. Perubahan sikap
mental yang diperlukan adalah cara berpikir dan perilaku masyarakat untuk mencapai
kemajuan. Secara konseptual, perubahan-perubahan yang diperlukan mencakup
perubahan dari:
(1) Sikap mental, cara berpikir dan perilaku yang “statis-tradisional” menjadi “dinamis-
modern dan rasional”;
(2) Kesadaran naif, apatis dan pasif, ke kesadaran kritis dan aktif;
(3) Kesadaran dan kebiasaan konsumtif ke kesadaran dan kebiasaan kewirausahaan, dan;
(4) Ketiadaan kelembagaan (organisasi) ke terbentuknya kelembagaan (organisasi) lokal
yang produktif dan rasional.

KN PPID - 39
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Untuk mendorong terjadinya perubahan tersebut di atas, diperlukan pendekatan
alih-pengetahuan-kesadaran, alih-nilai, dan alih-keinginan dan dorongan, yang dilakukan
melalui dialog dan sharing secara terus-menerus antara pendamping dan kelompok
dampingan.

G. Fungsi Pendamping
Pendampingan tidak dilakukan dengan cara tunggal, melainkan dapat dilakukan dengan
cara berbeda-beda, tergantung kondisi dan konteks masyarakat yang didampingi.
Salah satunya adalah gaya atau paradigma “pendampingan partisipatoris” atau
pendampingan situasional, yang berarti tidak menggunakan cara tunggal dalam proses
pendampingan.

Fungsi pendamping berbeda-beda secara kontekstual sesuai situasi dan kondisi


masyarakat. Dalam konteks pendampingan situasional, fungsi pendamping mencakup 4
(empat) macam, yaitu:
(1) Fungsi Telling, yaitu situasi masyarakat yang menuntut peran pendamping sangat
besar. Pendamping berfungsi sebagai pihak yang memberikan informasi secara intensif
kepada kelompok dampingan. Fungsi ini dilaksanakan dalam kelompok dampingan
yang kesiapannya masih sangat rendah, atau kelompok dampingan belum memiliki
kemampuan dan kemauan untuk memperjuangkan kepentingan secara mandiri.
(2) Fungsi Selling, yaitu peran pendamping di mana kelompok dampingan belum memiliki
kecakapan, namun memiliki kemauan kuat untuk memperjuangkan kepentingannya.
Dalam kondisi demikian, pendamping mulai menawarkan gagasan, memberikan
penjelasan dan dukungan terhadap antusiasme kelompok.
(3) Fungsi Participating, yaitu fungsi yang diperankan pendamping dalam kelompok
dampingan dalam kondisi telah mampu memperjuangkan kepentingan atau
menyelesaikan persoalannya, namun kurang memiliki kemauan kuat untuk
melakukannya. Kelompok demikian memerlukan dukungan untuk meningkatkan
motivasi mereka dengan mengajak kelompok dampingan untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan. Fungsi ini membantu meningkatkan hasrat kelompok untuk
menjalankan kerjasama.
(4) Fungsi Delegating, yaitu peran pendamping ketika kelompok telah memiliki
kemampuan dan kemauan memperjuangkan kepentingan, sehingga fungsi
pendamping hanyalah memberikan sedikit dorongan dan memberikan mandat bagi
kelompok untuk mengambil alih dan menjalankan tanggung jawab sesuai yang telah
direncanakan.
Dengan demikian pendamping harus mampu menganalisa tuntutan dan situasi
kelompok dampingan, dan kemudian menentukan atau mengimplementasikan fungsi
pendampingan yang sesuai dengan kondisi kelompok dampingan tersebut. Gaya
kepemimpinan pendamping harus selalu konsisten disesuaikan dengan tahap kesiapan
kelompok dampingan.
Semua aspek metodologis dari program pemberdayaan dilakukan oleh masyarakat
bersama pendamping desa yang berperan sebagai mitra-masyarakat dalam melakukan
atau menjalankan program pembangunan.

KN PPID - 40
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
H. Prinsip-Prinsip Pendampingan
Pendampingan masyarakat, sebagai bagian dari upaya pemberdayaan, didasarkan atas
prinsip-prinsip sebagai berikut.
(1) Kesetaraan. Posisi pendamping adalah sejajar dengan kelompok yang didampingi dan
berperan sebagai mitra dalam pemberdayaan masyarakat.
(2) Spesifik Lokal. Penguasaan dan pemahaman terhadap ruang, kondisi, potensi dan
bahasa lokal dalam pemberdayaan masyarakat.
(3) Berkelompok. Kelompok tumbuh dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat. Selain
dengan anggota kelompoknya sendiri, kerjasama juga dikembangkan antara kelompok
dan mitra kerja lainnya agar usaha mereka berkembang, meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan serta mampu membentuk kelembagaan ekonomi.
(4) Keberlanjutan. Seluruh kegiatan penumbuhan dan pengembangan diorientasikan
pada terciptanya sistem dan mekanisme yang mendukung pemberdayaan masyarakat
secara berkelanjutan. Berbagai kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang
memiliki potensi berlanjut di kemudian hari.
(5) Kemandirian. Masyarakat diberi motivasi dan dorongan untuk berusaha atas dasar
kemauan dan kemampuan mereka sendiri dan tidak selalu tergantung pada bantuan
dari luar.
(6) Kesatuan Keluarga. Masyarakat tumbuh dan berkembang sebagai satu kesatuan
keluarga yang utuh. Kepala keluarga beserta anggota keluarganya merupakan pemacu
dan pemicu kemajuan usaha. Prinsip ini menuntut para pendamping untuk
memberdayakan seluruh anggota keluarga masyarakat berperan serta dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.
(7) Belajar Menemukan Sendiri. Kelompok dalam masyarakat tumbuh dan berkembang
atas dasar kemauan dan kemampuan mereka untuk belajar menemukan sendiri apa
yang mereka butuhkan dan apa yang akan mereka kembangkan, termasuk upaya
untuk mengubah penghidupan dan kehidupannya.

KN PPID - 41
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Lembar Informasi 2.2.1

MENINGKATKAN KINERJA PENDAMPINGAN DESA

A. Pengertian
Istilah kinerja merupakan bagian dari kata job performance atau actual performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Faktor yang mempengaruhi kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal.
Faktor Internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat seseorang.
Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan
seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang yang mempunyai kinerja jelek
disebabkan orang tersebut tidak memiliki upaya untuk memperbaiki kemampuannya.
Faktor eksternal yaitu factor yang mempengaruhi kinerja seeorang yang berasal dari
lingkungan. Seperti perilaku , sikap, dan tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan,
fasilitas kerja dan iklim organisasi.
Indikator kinerja karyawan Menurut Robbins, (2006:260) dalam
https://jispar.files.wordpress.com/2018/02/kinerja-pendamping-desa-dalam-
pemberdayaan-masyarakat-desa.pdf, ada 6 (enam), adalah sebagai berikut:

(1) Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang
dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan
karyawan.
(2) Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah
unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
(3) Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang
dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan
waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
(4) Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang,
teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap
unit dalam penggunaan sumber daya.
(5) Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat
menjalankan fungsi kerjanya
(6) Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen
kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.
Itu artinya bahwa kinerja sangat ditentukan oleh bagaimana etika dan sikap,
pemahaman, keterampilan pendamping desa yang dirumuskan dalam kerangka kerja
pendampingan desa.

KN PPID - 42
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
B. Etika Kerja Pendamping Desa

Kata etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang artinya kebiasaan atau watak, sedangkan
kata moral berasal dari bahasa Latin mos atau mores yang berarti cara hidup atau
kebiasaan. Kata lain yang selalu berkaitan dengan kata etika adalah kata norma yang
berarti sesuatu yang bisa menjadi alat ukur. Kemudian diadopsi dalam bahasa Inggris yang
bermakna kumpulan kaidah yang berhubungan dengan prilaku manusia. Jadi norma adalah
pedoman, haluan bagi prilaku manusia tentang apa yang sebaiknya dan seharusnya
dilakukan atau tidak dilakukan dalam berinter-aksi dengan sesamanya.
Etika merupakan seperangkat nilai sebagai pedoman, acuan, referensi, penuntun
apa yang harus dilakukan dalam menjalankan tugasnya, tapi juga sekaligus berfungsi
sebagai standar untuk menilai apakah sifat, perilaku, tindakan atau sepak terjangnya dalam
menjalankan tugas dinilai baik atau buruk. Oleh karenanya, dalam etika terdapat sesuatu
nilai yang dapat memberikan penilaian kinerja bahwa sesuatu tadi dikatakan baik, atau
buruk.
Dengan demikian, etika dapat dibedakan dalam etika yang besifat individu. Etika
individu berupa tuntutan individu/diri seseorang untuk melakukan perbuatan baik dan
tidak melakukan perbuatan jelek/buruk. Sedangkan etika sosial berupa tuntutan kewajiban
yang harus dilakukan kelompok individu dalam suatu komunitas untuk memenuhi tuntutan
nilai-nilai lingkungan sosialnya dimana mereka berada. Pemahaman sosial dewasa ini tidak
hanya berarti lingkungan masyarakat sekitarnya, tetapi lingkungan dan hubungan sesama
manusia, bangsa dan negara serta hubungan antar negara dan bangsa yang dilandasi
norma-norma baik yang disepakati antara bangsa dan negara dalam hubungan
bertetangga antar negara didunia.
Perbedaan tentang makna etika dapat dilihat dalam beberapa hal:
(1) Etika merujuk kepada disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai yang dianut oleh manusia
termasuk pembenarannya dan etika termasuk kedalam salah satu cabang ilmu filsafat;
(2) Dalam disiplin ilmu etika, dibahas masalah-masalah pokok yang terdiri dari berbagai nilai,
hukum/ kaidah yang mengatur tingkah laku manusia yang memiliki profesi tertentu (kode
etik); dan
(3) Etika mempunyai arti sebagi ilmu tentang yang baik atau buruk, dalam arti ini sama dengan
filsafat moral dan dalam bahasa Arab yang biasa disebut Akhlaq.

C. Kerangka Kerja Pendampingan Desa


Berbagai program atau kegiatan dalam kerangka pengembangan masyarakat
transmigrasi, baik berbentuk pemberian bantuan, berupa materiil sarana dan prasarana,
modal stimulan, teknologi, maupun bantuan teknis, dilakukan sesuai kebutuhan, harus
dilakukan bersama-sama dengan proses pendampingan. Proses pendamping masyarakat
oleh pendamping dilakukan melalui berbagai aktivitas, antara lain sebagai berikut.
(1) Identifikasi Masalah. Bersama-sama masyarakat, pendamping melakukan identifikasi
masalah dan merumuskan kebutuhan masyarakat secara partisipatif. Kegiatan ini dilakukan
secara intensif dengan cara diskusi-diskusi dalam forum kecil atau pertemuan-pertemuan
informal yang diikuti oleh warga masyarakat.
KN PPID - 43
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
(2) Perumusan Program Aksi. Hasil identifikasi harus ditulis dan dirumuskan secara kongkrit
sebagai bentuk program aksi pengembangan masyarakat oleh masyarakat bersama
pendamping. Program aksi berisi berbagai item kegiatan yang disusun untuk 5 (lima) tahun.
Program yang paling prioritas dituangkan dalam program satu tahun pertama, program
untuk tahun selanjutnya disesuaikan dengan urutan prioritasnya. Pendamping mendorong
agar masyarakat dapat memprogramkan kegiatan yang swadaya, walau tak menutup
kemungkinan adanya program yang memerlukan bantuan dari luar. Untuk kegiatan yang
memerlukan bantuan dari luar, maka selanjutnya dapat disusun proposal untuk diajukan
kepada pihak-pihak terkait agar diperoleh dukungan pembiayaan.
(3) Mediasi-Advokasi. Pendamping melakukan fungsi-fungsi mediasi, yaitu menjalin hubungan
ke pihak-pihak luar (pemerintah/dinas terkait, swasta, atau lembaga-lembaga non-
pemerintah) dalam kerangka pemecahan masalah atau pemenuhan kebutuhan
pengembangan masyarakat. Pendamping melakukan fungsi advokasi, yaitu mengusulkan
berbagai perubahan kebijakan atau pendekatan pembangunan terutama kepada
pemerintah setempat apabila di dalam masyarakat terdapat masalah yang secara langsung
ataupun tidak langsung muncul sebagai akibat dari kebijakan yang merugikan masyarakat.
(4) Supervisi. Pendamping melakukan pengendalian (supervisi) terhadap implementasi
program-program aksi, baik yang dilakukan oleh masyarakat ataupun oleh pihak-pihak
eksternal lain.
(5) Internalisasi. Pendamping secara terus-menerus mempengaruhi dan merubah sikap atau
cara berpikir masyarakat yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan pengembangan.
Pendamping juga harus selalu siap untuk memberikan informasi ataupun pengetahuan
yang diperlukan oleh masyarakat. Jika pendamping tidak mampu menyediakan informasi
yang dibutuhkan masyarakat, maka ia dapat mencari informasi tersebut melalui berbagai
media, internet, koran, buku, majalah, dll.

Rincian tugas, kerangka kerja dan output Pendamping Lokal Desa bidang Pemberdayaan
(PD-P) berdasar kerangka acuan kerja sebagai berikut:

KN PPID - 44
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Kepustakaan
Kerangka Acuan Kerja Pendamping Lokal Desa, Direktorat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Tahun Anggaran 2016, April 2016.

KN PPID - 45
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Lembar Informasi 4.1.1

FASILITASI TPID DALAM PENYEDIAAN


PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

A. Konsep Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)

1. Dasar Pemikiran

Program Inovasi Desa merupakan salah satu upaya Kemendesa PPDT dalam mempercepat
penanggulangan kemiskinan di Desa melalui pemanfaatan dana desa secara lebih
berkualitas dengan strategi pengembangan kapasitas desa secara berke-lanjutan
khususnya dalam bidang pengembangan sumber daya manusia, pengembangan sumber
daya manusia: Pelayanan Sosial Dasar , serta Infrastruktur Desa.
Desa menumbuhkan kebutuhan jasa layanan teknis yang beragam yang tidak dapat
dipenuhi oleh OPD terkait dan pemangku kepentingan professional. Sementara itu, Desa
memiliki keterbatasan dalam mengakses penyedia jasa layanan teknis professional yang
berasal dari lembaga swadaya masyarakat, Universitas, Asosiasi profesi dan perusahaan.
Kondisi tersebut mendorong kebutuhan pasar akan jasa layanan teknis dalam mendukung
pembangunan desa. Di sisi lain, lembaga penyedia jasa layanan teknis yang professional
belum memanfaatkan peluang jasa layanan ini karena keterbatasan informasi serta
kurangnya dukungan dari pemangku kepentingan terkait.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendekatkan kebutuhan desa dengan pihak
penyedia jasa layanan teknis dan menjamin tersedianya jasa layanan yang berkualitas
diperlukan sistem layanan yang dapat diakses dengan mudah oleh desa. Oleh karena itu,
jasa layanan teknis yang sudah ada perlu diorganisir dan diperkuat kapasitasnya agar dapat
memberikan pelayanan secara lebih berkualitas dan berkelanjutan sesuai kebutuhan Desa.
Desa diharapkan memiliki pilihan untuk mendapatkan jasa layanan teknis yang berkualitas
dalam mendukung pelaksanaan pembangunan Desa.

2. Maksud dan Tujuan


Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) dimaksudkan untuk membantu desa
mewujudkan kegiatan inovasi desa yang membutuhkan keahlian teknis tertentu dalam
meningkatkan kualitas pembangunan Desa, di bidang pengembangan ekonomi lokal dan
kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia, serta infrastruktur Desa. Secara
khusus tujuan P2KTD, yaitu:
a. Mewujudkan kegiatan pembangunan desa yang inovatif dan lebih berkualitas.
b. Membantu pemerintah daerah dalam menyediakan layanan teknis yang dibutuhkan
desa.
c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kader pemberdayaan masyarakat desa.

KN PPID - 46
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
3. Pengertian
P2KTD dalam PID adalah lembaga profesional yang menyediakan jasa keahlian teknis
tertentu di bidang Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Pengembangan
Sumber Daya Manusia, dan Infrastruktur Desa. P2KTD bersifat mendukung pendampingan
teknis yang dilakukan oleh OPD kabupaten/kota dan tenaga Pendamping Profesional.

4. Kedudukan dan Lokasi


P2KTD berkedudukan di Kabupaten/kota, diorganisir oleh Tim Inovasi Kabupaten/kota
untuk memberikan pelayanan teknis pembangunan desa dalam bidang pengembangan
ekonomi lokal dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia, dan infrastruktur
desa serta terdaftar dalam direktori P2KTD kabupaten/kota. Keberadaaan P2KTD
diharapkan dapat mempercepat pencapaian target RPJMN 2015-2019 dan Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Khusus. Lokasi P2KTD di 33 provinsi dan 434 kabupaten/kota, dan
ditetapkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

5. Target Capaian
Dalam rangka mendukung Program Inovasi Desa (PID) perlu disediakan 2.604 P2KTD meliputi
bidang Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, pengembangan sumber daya
manusia, dan infrastruktur desa yang diharapkan dapat mendampingi 14,000 desa.

6. Prinsip-Prinsip
Dalam menjalankan perannya, P2KTD bekerja atas dasar prinsip-prinsip, sebagai berikut:
a. Profesional, memberikan pelayanan teknis berkualitas teknis sesuai standar safeguard
dan peraturan yang berlaku.
b. Tanggungjawab Sosial, pelayanan didasarkan atas komitmen menumbuhkan
kewirausahaan sosial (sosial entrepreneurship);
c. Inklusi Sosial (Social Inclusion), menghormati kesetaraan, berpihakan pada perempuan,
berkebutuhan khusus, dan mendorong kohesi sosial;
d. Ramah Lingkungan, mendorong penerapan teknologi yang tepat guna dan ramah
lingkungan;
e. Tata kelola, Jasa layanan yang diberikan harus bersifat transparan, partisipatif, dan
akuntabel.

7. Ruang Lingkup
Jenis layanan teknis yang disediakan P2KTD meliputi tiga bidang kegiatan utama dalam
mendukung kegiatan inovasi desa yang tidak dapat diberikan oleh pendamping profesional
dalam mendukung kemandirian desa. Bidang kegiatan dimaksud terdiri dari: (1)
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, (2) Pengembangan Sumber Daya
Manusia, serta (3) Infrastruktur Desa. P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk
dukungan teknis berupa pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi
sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa.

KN PPID - 47
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Layanan P2KTD dapat diberikan dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan,
dan evaluasi.
1) Layanan Jasa Teknis Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan
Jasa layanan teknis kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal disesuaikan
dengan kebutuhan dan karekteristik desa dalam pendukung pengembangan Produk
Unggulan Desa (Prudes) dan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (prukades) serta
BUM Desa atau BUM Desa Bersama. Bentuk layanan teknis pengembangan ekonomi
lokal dan kewirausahaan dapat berupa analisis dan identifikasi sumberdaya lokal,
analisis keberlanjutan usaha, pengembangan SDM dan kelembagaan, pengembangan
produksi, dan mata rantai usaha (market chain) yang dikelola secara mandiri, serta
pengelolaan keuangan mikro.
2) Layanan Jasa Teknis Pelayanan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Jasa layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia yang diberikan P2KTD
disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan SDM khususnya layanan sosial dasar
(antara lain: PAUD, Posyandu, dan kegiatan lain yang menjadi kewenangan lokal
berskala desa) dan kewirausahaan sosial.
Wirausahawan Sosial adalah individu yang memberikan solusi inovatif untuk
menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat Desa dengan menawarkan ide-ide
kreatif berorientasi bisnis. Misalnya: pengelolaan sampah, pengelolaan air bersih,
pemanfaatan biogas, dan produk daur ulang, dan Desa Wisata.
Bentuk kegiatan layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia dapat berupa
pelatihan dan bimbingan untuk mendorong kemandirianDesa dalam memberikan
pelayanan sosial dasar yang berkualitas (seperti: Posyandu Mandiri, Pengelolaan
PAUD), serta menumbuhkan kewirausahaan sosial di Desa.
3) Layanan Jasa Teknis Infrastruktur Desa
Jasa layanan teknis yang diberikan P2KTD mencakup semua jenis sarana prasarana
skala desa dan antardesa yang memiliki dampak ekonomi. Prioritas layanan jasa
teknis infrastruktur Desa diarahkan untuk mendukung pelaksanaan Program Inovasi
Desa yang meliputi:
1) Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaaan sarana prasarana
Embung Desa untuk kebutuhan air rumah tangga, irigasi, dan kebutuhan air
lainnya yang mendukung ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi;
2) Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaan Sarana Olah Raga di Desa
yang mendukung peningkatan ekonomi dan ikatan sosial;
3) Jasa layanan teknis pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana lainnya
yang memiliki dampak ekonomi besar, seperti: jalan, jembatan, pasar desa,
pengelolaan air bersih.
4)

KN PPID - 48
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
B. Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan P2KTD di dalam Program Inovasi Desa meliputi: (1) sosialisasi di
Provinsi dan Kabupaten, (2) Pembentukan Pokja P2KTD, (3) Pelatihan Pokja P2KTD-TIK (4)
Penyusunan direktori P2KTD, (5) Pemanfaatan P2KTD.

Alur Mekanisme Kegiatan P2KTD

Sosialisasi
1

Pemanfaatan Pembentukan
P2KTD Pokja P2KTD
5 2

Penyusunan
Direktori Pelatihan
POKJA P2KTD
P2KTD
3
4

Alur nomor 1 s.d. 4 menjadi tugas tim di level kabupaten. Pada prinsipnya pemanfaatan jasa
P2KTD baru dapat dilaksanakan setelah Direktori P2KTD disahkan oleh BPMD kabupaten.
Proses pemanfaatan jasa layanan P2KTD diawali dengan identifikasi kebutuhan Desa akan
jasa P2KTD.

1. Identifikasi Kebutuhan P2KTD ke Desa-Desa (TPID)


Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kegiatan Desa yang membutuhkan
Jasa layanan teknis. Identifikasi dilakukan oleh TPID yang menangani kegiatan P2KTD
dengan mengecek APB Desa yang telah ditetapkan tahun sebelumnya khususnya untuk
bidang kegiatan ekonomi lokal dan kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia,
dan Infrastruktur. Kegiatan yang membutuhkan P2KTD adalah kegiatan yang tidak bisa
dilaksanakan oleh Kader Pembangunan Desa maupun oleh tenaga Pendamping profesional
karena membutuhkan keahlian khusus. Kegiatan jasa layanan teknis yang dapat diberikan
oleh P2KTD meliputi pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, studi kelayakan
dan pengembangan jejaring sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa.

KN PPID - 49
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
2. Verifikasi Kebutuhan P2KTD dalam APB Desa
Verifikasi kebutuhan P2KTD dimaksudkan untuk menilai kelayakan terhadap usulan
kegiatan yang diajukan oleh TPID terhadap desa-desa membutuhkan layanan P2KTD.
Verifikasi dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan layanan
P2KTD. Hasil verifikasi yang dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD disampaikan kepada TPID
berupa daftar usulan kegiatan yang layak untuk mendapat dukungan layanan teknis serta
P2KTD yang direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan Desa. Jika P2KTD yang
dibutuhkan tidak tersedia dalam direktori, maka TIK dapat merekomendasikan P2KTD dari
luar wilayah kerjanya.

3. Perumusan dan Prioritas Kegiatan P2KTD


Hasil verifikasi kebutuhan P2KTD yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan
berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh P2KTD. Prioritas
kegiatan yang akan mendapat layanan P2KTD ditetapkan dalam rapat TPID dengan kriteria
sebagai berikut: (a) Desa berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan replikasi; (b) kegiatan
inovasi yang selaras dengan kebijakan pemerintah; (c) kegiatan yang memiliki dampak
langsung terhadap masyarakat; (d) kegiatan yang pelaksanaannya melibatkan masyarakat;
(e) mendukung prioritas layanan sosial dasar khususnya PAUD dan Posyandu.
P2KTD sebagai alternatif solusi untuk mewujudkan pembangunan di desa tentu
memiliki keterbatasan terkait dengan jumlah, sumber daya manusia yang memiliki keahlian
yang dibutuhkan desa dan jangkauan layanannya. Oleh karena itu, Tim Pengelola Inovasi
Desa (TPID) dengan difasilitasi oleh Tim Inovasi kabupaten (TIK) mempunyai peran yang
penting untuk menetapkan jenis kegiatan yang layak mendapatkan bantuan dari P2KTD.
Pemilihan dan penetapan prioritas kegiatan-kegiatan yang membutuhkan P2KTD
tentu tidaklah mudah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
kegiatan prioritas. Dengan memahami konsep dan cara menentukan prioritas kegiatan
diharapkan TIK dan TPID dapat membantu desa mewujudkan apa yang dibutuhkan demi
peningkatan pembangunan di desa.
1. Konsep Prioritas
Penentuan prioritas merupakan proses mengidentifikasi aktivitas yang paling penting.
Penentuan prioritas (priority setting) dikembangkan sebagai dasar pembuatan keputusan.
Penentuan prioritas perlu dikembangkan dengan memahami sumber-sumber daya yang
bermanfaat untuk mencapai hasil (outcomes) dan pengaruh (impact) yang diharapkan.
Ketersediaan sumber daya dapat menjadi faktor utama dalam penentuan prioritas
kegiatan pembangunan desa. Penentuan prioritas disusun berdasarkan tingkat kebutuhan
dan kepentingan (urgensi) dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada umumnya, penyusunan
prioritas akan memperhatikan masalah-masalah dasar yang dihadapi di desa maupun
faktor-faktor yang menghambat tercapainya tujuan pembangunan. Oleh karena itu,
pemahaman terhadap akar permasalahan yang dihadapi menjadi modal utama bagi
pengambil keputusan, khususnya yang terkait dengan masalah mendasar di desa terkait
kewenangan lokal desa.

KN PPID - 50
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Selain itu, penyusunan prioritas suatu kegiatan perlu dibuat dengan bekal
pemahaman mengenai sumber daya yang dapat digunakan untuk mencapai hasil dan
dampak yang diharapkan. Ketersediaan atau keterbatasan sumber daya dapat menjadi
faktor utama dalam memilih prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan. Tanpa pemahaman
mengenai potensi, tujuan dan kondisi sumber daya yang dimiliki, prioritas tidak akan
dilakukan dengan tepat.
Efektifitas penentuan prioritas terkait erat dengan proses pengambilan keputusan.
Dalam hal ini, pengambilan keputusan harus mempertimbangkan dampak dan manfaat,
baik jangka pendek maupun jangka panjang.

2. Kriteria Perumusan dan Penetapan Prioritas Kegiatan


Kriteria penetapan prioritas kegiatan sangat tergantung pada jenis dan tujuan yang hendak
dicapai. Penentuan kriteria bertujuan untuk memudahkan TIK Pokja P2KTD dan TPID dalam
memberikan penilaian dan menentukan kelayakan sebuah kegiatan. Terkait dengan
kegiatan desa yang mendapatkan dukungan P2KTD, ada 5 (lima) kriteria yang telah
ditentukan oleh Program Inovasi Desa (PID) sebagai berikut:

(a) Desa mempunyai komitmen untuk melaksanakan replikasi kegiatan. Desa


mengalokasikan dana untuk melakukan kegiatan replikasi dan penyediaan jasa
layanan teknis dalam RKP desa dan APB Desa.

(b) Kegiatan yang diusulkan merupakan kegiatan inovasi yang selaras dengan
kebijakan pemerintah. Usulan kegiatan inovasi yang membutuhkan jasa layanan
teknis didasarkan pada arah kebijakan Kabupaten/Kota, khususnya terkait dengan
kewenangan desa. Disamping itu pemerintah kabupaten/ kota berkomitmen
memberikan dukungan teknis dan atau alokasi anggaran terhadap kegiatan
tersebut.

(c) Kegiatan memiliki dampak langsung terhadap masyarakat. Kegiatan inovasi yang
diusulkan merupakan hasil kajian terhadap kebutuhan pembangunan desa yang
berpengaruh langsung terhadap kepentingan orang banyak khususnya rumah
tangga miskin dan kelompok marjinal. Disamping itu mendorong peningkatan
kesejahteraan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.

(d) Dalam pelaksanaannya kegiatan yang dimaksud akan melibatkan


masyarakat.Usulan kegiatan inovasi yang membutuhkan jasa layanan teknis tidak
bersifat elitis dan melibatkan masyarat dalam pelaksanaannya.

(e) Mendukung prioritas layanan sosial dasar khususnya PAUD dan Posyandu. Usulan
kegiatan inovasi yang membutuhkan jasa layanan teknis diprioritaskan untuk
mendukung peningkatan layanan dasar (bidang Pendidikan dan kesehatan) di
desa

KN PPID - 51
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
C. Peran Pendamping Desa (PD)
Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai
berikut:
1. Memfasilitasi kegiatan sosialisasi P2KTD di Kecamatan dan Desa;
2. Memfasilitasi TPID dalam proses identifikasi, perumusan dan prioritas, serta penetapan
P2KTD sesuai kebutuhan Desa;
3. Memfasilitasi forum Musyawarah Desa untuk pertanggungjawaban hasil kerja P2KTD;
4. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD.

Daftar Pustaka
Standar Prosedur Operasional–Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD),
Kementerian Desa, Transmigrasi dan Daerah Tertinggal, 2018.
http://mellyeyf.blogspot.co.id/2014/07/menentukan-prioritas-pekerjaan.html
https://www.scribd.com/doc/2908460/Lembar Informasi-3-Konsep- Penentuan-Prioritas

KN PPID - 52
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Lembar Informasi 4.2.1

FASILITASI PENGELOLAAN PENGETAHUAN


INOVASI DESA

A. Pendahuluan
Dari Kartu Ide hasil BID selanjutnya dilakukan proses capturing atau pendokumentasian
kegiatan inovasi mengikuti alur sebagaimana disampaikan di atas. Proses capturing
menggunakan metode dan format yang dilatihkan kepada TIK dan TPID. Capturing
dilakukan terhadap inovasi yang merupakan hasil rekapitulasi ide inovasi yang diusulkan
Desa dalam Kartu Ide dari BID dan telah diverifikasi sebagai inovatif oleh TIK.
Pengetahuan eksperiensial dan pembelajaran bisa ditangkap dengan berbagai
metode. Memilih metode akan bergantung pada kebijakan organisasi, ketersediaan
anggaran dan alat pendukung, selera individu, dan keterampilan penangkap pengetahuan.
Dua jenis kegiatan untuk menangkap pengalaman operasional dan pembelajaran: yang
dilakukan oleh individu dan yang dilakukan berkelompok. Kegiatan menangkap inovasi
(capturing) dapat dilakukan secara langsung, namun bisa juga dilakukan secara online.
Beberapa kegiatan menangkap inovasi (capturing), seperti ruang kerja bersama dan
wiki, menggabungkan penangkapan dengan berbagi pengetahuan, sehingga pengetahuan
didokumentasikan dan dibagikan pada waktu yang sama. Disamping itu, kegiatan tersbeut
menuntut kemampuan atau keterampilan khusus serta persiapan yang cukup matang untuk
memperoleh hasil yang baik.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menagkap inovasi (capturing) diantaranya:
13. Wawancara; (2) Bercerita; (3) Observasi; (4) Blog; (5) Kajian pascapelaksanaan; (6)
FGD/Kelompok diskusi terfokus; (7) Wiki; (8) Ruang Kerja Bersama; (8) Webinar; (9) Forum
online; dan (10) Komunitas praktisi.

B. Wawancara
Cara tercepat untuk mencari tahu pengetahuan seseorang adalah dengan bertanya
langsung kepadanya. Wawancara adalah metode yang paling sering digunakan untuk
menggali pengetahuan. Pewawancara mengajukan pertanyaan untuk menemukan fakta
dan opini yang terkait dengan pengalaman. Wawancara empat-mata yang terstruktur dan
terencana akan membantu memberikan informasi seputar observasi, pengetahuan tentang
latar belakang, sikap, dan kepercayaan seputar pengalaman tertentu. Untuk mendapatkan
hasil yang sebaik-baiknya, pewawancara perlu melakukan persiapan total, idealnya
menyusun daftar pertanyaan secara cermat berdasarkan urutan tertentu, terutama jika ada
lebih dari satu orang yang akan diwawancarai secara berurutan tentang kejadian yang

KN PPID - 53
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
sama. Daftar pertanyaan menjamin setiap peserta mendapatkan pertanyaan yang sama
dengan cara yang kurang lebih sama sehingga mengurangi bias.
Wawancara juga bisa dilakukan secara tertulis di kertas, dengan perekam suara, atau
dengan kamera video. Wawancara lazimnya dilakukan tatap muka, meskipun wawancara
melalui telepon atau konferensi video juga bisa dilakukan di era digital ini, terutama bila
narasumber dan pewawancara tidak bisa melakukan pertemuan atau sebagai tindak lanjut
atas wawancara yang telah dilakukan.

3. Tahapan Wawancara
Wawancara terdiri atas empat tahap: pengaturan, persiapan, wawancara, dan rekonstruksi.

(1) Pengaturan
Proses wawancara yang mulus mensyaratkan pengaturan logistik dan komunikasi yang
cukup canggih.
(2) Buat perjanjian dengan target yang akan diwawancara dan jelaskan tujuannya.
(3) Jika ada beberapa orang yang harus diwawancarai, wawancarai sang pelaku utama
terakhir kali.
(4) Susun jadwal wawancara dan pesan tempat yang tenang dengan gangguan minimal.
(5) Kirim undangan dengan perincian wawancara (tempat, waktu, topik, durasi, dan lain-
lain).
(6) Telepon responden sehari sebelum wawancara untuk mengingatkan dan
mengkonfirmasi-kan janji.

(2) Persiapan
Cara memandu wawancara dan mengajukan pertanyaan berdampak besar bagi kualitas
informasi yang akan diperoleh. Berikut beberapa kiat yang dapat disiasati:
(1) Awali persiapan sebaik-baiknya sebelum hari wawancara.
(2) Tentukan hal yang Anda ingin dapatkan dari wawancara.
(3) Tentukan target terwawancara Anda dan pertimbangkan matang-matang alasan
memilihnya.
(4) Tentukan jenis wawancaranya (survei, mendalam, terpandu, atau percakapan).
(5) Pelajari peristiwa, fakta, atau pengalaman sebisa mungkin sebelum wawancara.
(6) Susun pengantar yang tepat untuk disampaikan ketika wawancara dimulai.
(7) Susun daftar topik yang merinci topik sekaligus pertanyaan spesifik yang ingin Anda
ajukan sepanjang wawancara. Topik-topik ini bisa berkaitan dengan perilaku, opini
atau nilai, perasaan, pengetahuan, indera (semua yang dilihat, didengar, diamati, dan
lain-lain), latar belakang baku atau pertanyaan demografis.
(8) Dalam menjaga spontanitas, pewawancara jangan membocorkan pertanyaan kepada
terwawancara sebelum wawancara dimulai.
(9) Pastikan semua persoalan yang ingin digali informasinya telah tercakup.

KN PPID - 54
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
(10) Gunakan pertanyaan 5W-1H (apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana)
sebagai panduan ketika membuat daftar pertanyaan dan sepanjang jalannya
wawancara.
(11) Uji pertanyaan wawancara untuk mengetahui terpenuhi/tidaknya tujuan yang telah
ditetapkan.
(12) Akhiri desain wawancara dengan pertanyaan atau komentar pamungkas, tindak
lanjut, dan lain-lain.
(13) Pilih teknologi penangkapan yang tepat (tulisan, lisan, audio, atau rekaman video).
(14) Jika menggunakan peralatan rekam, setel, dan ujilah terlebih dahulu.

(3) Pelaksanaan Wawancara


Inti dari wawancara yang baik adalah membuat lawan bicara Anda merasa nyaman terlebih
dahulu, barulah kemudian mengajaknya terlibat aktif dan larut dalam percakapan.
(1) Sambut responden dengan hangat, perkenalkan diri Anda, dan awali percakapan
santai untuk membangun suasana yang enak. Buat responden merasa nyaman.
- Jelaskan langkah-langkah sepanjang proses wawancara:
- Surat sepakat (informed consent)
- Sesi wawancara
- Menjawab pertanyaan mereka
- Insentif atau imbalan atas sesi wawancara
- Penjelasan tentang cara Anda menggunakan hasil-hasil wawancara.
(2) Idealnya, dapatkan surat sepakat secara lisan untuk saat ini dengan perekam yang
sudah dinyalakan, atau secara tertulis
(3) Sampaikan panjang dan tingkat perincian jawaban yang diharapkan. Jika
menggunakan perekam, minta terwawancara untuk menyampaikan inti jawabannya
pada menit-menit awal, diikuti dengan penjabaran lebih lanjut bilamana perlu.
(4) Awali dengan membahas semua pertanyaan atau topik dan jangan ragu-ragu untuk
mengajukan pertanyaan susulan atau pertanyaan yang muncul atas jawaban yang
diberikan demi mendapat pencerahan lebih dalam seputar topik, kasus, atau
pengalaman.
(5) Ajukan pertanyaan-pertanyaan pendek tetapi relevan. Beri waktu terwawancara untuk
berpikir dan menjawab. Biarkan terwawancara menjelaskan peristiwa yang terjadi
dengan kata-katanya sendiri.
(6) Jadilah pendengar yang baik.
(7) Jaga kontak mata dan amati bahasa tubuh. Amati dan catat perilaku responden Anda
berikut sisi kontekstual wawancara, dan tetap buat notula meskipun Anda
menggunakan peralatan audiovisual. Anda hanya perlu mencatat kata-kata atau poin
kunci dan menjabarkannya setelah wawancara usai.
(8) Campur pertanyaan "berat" dengan pertanyaan "ringan", dan campur juga
pertanyaan berdasarkan fakta dengan pertanyaan berdasarkan skenario.
(9) Usahakan tetap netral.

KN PPID - 55
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
(10) Pikirkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan.
(11) Gunakan struktur wawancara yang sudah Anda susun (5W-1H) dan ajukan perincian
pertanyaannya: seberapa lama, seberapa banyak, untuk apa, dengan siapa, dan lain-
lain.
(12) Gali pelajaran-pelajaran pribadi yang diambil oleh terwawancara.
(13) Beri kesempatan terwawancara untuk mengajukan pertanyaan.
(14) Ucapkan terima kasih kepada responden Anda.
(15) Catat semua materi tambahan yang perlu Anda himpun, dengan mempertimbang-kan
jawaban responden (gambar, foto, statistika, data, informasi dari pakar lain, dan lain-
lain).
(16) Kembangkan catatan Anda segera setelah masing-masing wawancara (sebaiknya
dalam waktu 24 jam).

(4) Rekonstruksi
Setelah wawancara, tuangkan informasinya ke dalam format tertentu--mungkin berupa
dokumen atau presentasi yang menggambarkan pemahaman dari wawancara--yang
nantinya dapat Anda bagikan dan gunakan dalam proses memformat.
(1) Segera setelah wawancara, baca ulang catatan Anda sepanjang wawancara dan
rangkum pikiran serta pertimbangan Anda, meskipun Anda juga menggunakan
perekam. Jika tidak, ingatan Anda akan hilang, bahkan selang satu hari sekalipun, dan
beberapa catatan penting bisa saja kehilangan maknanya.
(2) Buat transkrip wawancara.
(3) Buat laporan wawancara. Jika Anda melakukan beberapa wawancara (yang memang
dianjurkan), Anda dapat menggunakan laporan wawancara pertama ini sebagai
sarana pembanding dan pembeda hasil-hasil Anda.
(4) Rangkum temuan dalam bentuk poin-poin kunci dan gunakan kutipan untuk
menggambarkan dan mendukung temuan Anda.

4. Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan terbesar wawancara terletak pada dalamnya rincian yang bisa diperoleh.
Terwawancara dapat menghadirkan gambaran peristiwa secara hidup sehingga
memberikan pandangan pertama peristiwanya kepada pewawancara. Pewawancara dapat
menyesuaikan pertanyaan dengan responden agar bisa memancing contoh atau penjelasan
yang lebih banyak lagi. Wawancara dapat membantu menangkap latar belakang, akar
permasalahan, dan aneka faktor yang mempengaruhi, di samping menjelaskan hal yang
terjadi dalam peristiwa tertentu. Wawancara juga dapat memberikan pemahaman tentang
interpretasi, persepsi, pikiran, dan perasaan responden, yang bisa saja terungkap lewat
isyarat-isyarat sosial semisal intonasi dan bahasa tubuh.
Kelemahan wawancara diantaranya pada saat merekrut orang dan membuat
perjanjian untuk wawancara bisa jadi terasa berat. Dibutuhkan tempat dan waktu yang
sesuai dan mungkin juga harus mengatur banyak jadwal. Pewawancara bisa saja lupa
mengajukan pertanyaan pokok, atau jawaban mungkin memicu pertanyaan-pertanyaan
baru nantinya.
KN PPID - 56
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Namun sekali wawancaranya sudah selesai, tentunya sulit untuk menindaklanjuti topik yang
tertinggal. Kadang-kadang segunung informasi berhasil dikumpulkan, yang ujung-ujungnya
membuat pengolahan data sangat menyita waktu.

5. Situasi khusus: Wawancara akhir tugas


Ketika karyawan meninggalkan organisasi, manajer mengadakan wawancara ketika
karyawan keluar agar terbantu dalam menilai hal-hal yang membutuhkan peningkatan atau
perubahan, mengurangi hilangnya pengetahuan akibat kepergian karyawan, dan
membantu para karyawan baru agar mereka tidak harus "membuang-buang waktu
menciptakan sesuatu yang sudah ada."
Pertanyaan-pertanyaan khas dalam wawancara ketika karyawan keluar:
 Apakah pelajaran terpenting yang Anda ambil dari pengalaman profesional dengan
klien? Dengan rekan kerja? Dengan pihak manajemen?
 Apakah keberhasilan/kegagalan terbesar Anda dalam organisasi dan apa alasannya?
 Apakah satu-satunya rekomendasi terpenting yang akan Anda berikan kepada pihak
manajemen? Kepada rekan kerja? Kepada penerus Anda?
 Sudikah Anda membuat anekdot yang memberikan pencerahan penting bagi karyawan
saat ini atau karyawan baru kami?
 Jika Anda mampu membuat satu perubahan, seperti apakah bentuknya?
 Apakah tindakan prioritas yang perlu segera diambil oleh penerus Anda dan apa nasihat
Anda terhadap tindakan-tindakan tersebut?
 Apa saja aset atau pengaturan organisasi saat ini yang perlu dijaga?
 Apa saja alat, referensi pengetahuan, dan hubungan terpenting bagi Anda dalam
menunaikan tugas? Apa saja yang masih luput atau belum ada?

C. Storytelling (Bercerita)
Bercerita merupakan salah satu metode penelitian dan cara yang efektif untuk berbagi
informasi dan membangun pemahaman. Dalam mencari solusi, storytelling dapat menjadi
alat untuk menciptakan suatu desain kerja sama sehingga membuka kesempatan bagi para
pelaku mencari solusi atas suatu masalah. Bercerita semakin sering digunakan oleh
organisasi untuk berbagi dan menginterpretasikan pengalaman dalam konteks sosial. Dari
perspektif pendengar, memahami dan mengingat pengetahuan itu lebih mudah ketika
tersaji dalam bentuk cerita, terutama bila disampaikan oleh narasumbernya langsung.
Selain itu, bercerita dapat melengkapi pemikiran analitis--seorang narasumber mungkin
tidak menyadari nilai pengalaman dirinya sebelum dia menceritakannya. Mungkin pernah
mendengar TED Talks atau melihat video-videonya di YouTube? TED Talks umumnya
menyajikan narasumber-narasumber yang menceritakan kembali pengalamannya, dari nol
hingga sukses, jatuh-bangunnya. Cara mereka bercerita menggugah pendengar hingga
bisa menjadi inspirasi dan memotivasi. Beberapa proses yang digunakan dalam teknik
bercerita sebagai berikut:

KN PPID - 57
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
1. Riset Naratif
(1) Domain: identifikasi isu/masalah yang berfokus pada isu personal atau sosial
(2) Demografi: identifikasi individu yang memiliki cerita yang dapat dikumpulkan melalui
wawancara, pendokumentasian, observasi, dll.
(3) Membangun cerita: berikut adalah langkah-langkah dalam membangun sebuah cerita
 Berbagi cerita pribadi seseorang;
 Tambahkan cerita dari jurnal atau photo, dsb;
 Ceritakan kembali dalam suatu forum dan sempurnakan berdasarkan input dari
pendengar;
 Kemas kembali cerita berdasarkan langkah-langkah sebelumnya dan informasi
tambahan yang telah diperolah;
 Simulasikan sebuah cerita dalam kelompok sehingga peserta dapat melihat
sendiri cerita yang telah dibuatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
memasangkan peserta yang membuat sebuah cerita dari gabungan keduanya,
lalu digabungkan dengan pasangan lainnya hingga menghasilkan sebuah cerita
kelompok.
(4) Pencatatan: menceritakan kembali kisah-kisah ke dalam urutan kronologis, termasuk
komponen konteks dan penekanan pada tema-tema khusus (contoh: TED Talks);
(5) Analisis: tematik/analisa konten (menyortir konten ke dalam pola/kategori); analisa
diskors (review terhadap bahasa yang digunakan); analisa struktural (analisa terhadap
struktur cerita untuk menelusuri pengalaman). Dalam proses analisa, selalu cek
kembali kepada narasumber untuk memastikan bahwa interpretasi cerita tetap akurat.

2. Desain Storytelling
Ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam mengembangkan cerita sehingga
menghasilkan kisah yang bagus dan bagaimana seorang desainer/periset dapat membantu
prosesnya. Berikut beberapa elemen cerita yang dapat digunakan:
 Tokoh-tokoh yang dijelaskan sehingga pembaca/pendengar berempati kepada-nya;
 Seting yang kaya dan sarat konteks;
 Memiliki tujuan tentang apa yang ingin dihasilkan dan mengapa;
 Ada sebab-akibat; dan
 Ada hambatan, masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan.

3. Teknik bercerita
Jika Anda sedang bercerita, ingatlah saran-saran berikut untuk melahirkan pengetahuan
yang bernilai:
 Tentukan pesan inti dari cerita Anda.
 Bangun suasana yang kondusif untuk bercerita.
 Bangun ceritanya berdasarkan pengalaman Anda sendiri: gunakan kata-kata kunci
bilamana perlu untuk memandu cerita dan menjaganya agar tetap terarah.
 Awali dengan memberikan konteks yang diperlukan, dan akhiri dengan pelajaran yang
bisa diambil dan saran, jika ada.
 Amati pendengar saat bercerita.
KN PPID - 58
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
4. Kiat mendengar cerita
 Tunjukkan minat dan rasa ingin tahu Anda.
 Simak dengan cermat--bersikaplah menerima/berempati, penuh pengertian, dan
tanggap.
 Biarkan ceritanya menghanyutkan Anda--jangan menyela dan tahan pertanyaan
hingga usai.

D. Observasi
Semua mungkin mengenal nama Sherlock Holmes, pernah membaca bukunya atau
menonton filmnya. Bagi yang pernah membaca seri bukunya, tentu sangat mengagumi
keahlian Sherlock Holmes dalam mengamati jejak-jejak atau petunjuk yang akhirnya
membantu menyelesaikan kasus pembunuhan. Tentunya kita tidak akan mengamati sebuah
kasus pembunuhan, tetapi hal yang akan kita bahas adalah bagaimana kita dapat
melakukan observasi secara rinci terhadap kegiatan di desa seperti Sherlock Holmes
mengamati petunjuk suatu kasus.
Banyak pengetahuan dapat diperoleh murni dengan mengamati seorang
pakar/narasumber yang sedang mengerjakan tugasnya karena observasi memberikan
penjelasan umum tentang kepakaran atau pengalaman khusus mereka yang dapat kita
lihat langsung. Observasi dapat menumbuhkan pemahaman dasar tentang pengetahuan
yang sedang terjadi sekaligus hambatan atau persoalan lainnya.
Idealnya observasi berlangsung di lingkungan kerja sang pakar/narasumber, atau di desa
tempat sang narasumber tinggal dan bekerja bila dalam konteks PID, sehingga pengamat
dapat melihat kegiatan yang sebenarnya secara langsung. Namun tidak semua pengalaman
yang relevan, seperti kecelakaan atau peristiwa tak terduga, apalagi yang telah terjadi,
dapat diamati. Metodologi observasi bervariasi tergantung pada subyek observasi, peran
yang dilakukan oleh pengamat (partisipatif atau pasif), dan metode perekaman (tulisan,
foto, audio, video). Dalam observasi, biasanya tidak ada percakapan dengan narasumber
yang sedang diamati. Di bawah ini dijelasakan tujuh fenomena kegiatan yang dapat
diobservasi:

Fenomena Contoh
Perilaku atau - Pola gerakan pekerja di sebuah pabrik
kegiatan manusia - Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan role-
play atau wawancara dalam FGD dari balik kaca; pengamat
melihat interaksi antara para pelaku dan mendengarkan
percakapan yang terjadi
- Kegiatan fisik (pola kerja, menonton TV)
Perilaku lisan Pernyataan yang dibuat oleh pelancong yang hendak mengantri
masuk pesawat; sikap dalam sebuah percakapan di salah satu
ruang kantor
Perilaku ekspresif Ekspresi wajah, nada bicara, dan bentuk bahasa tubuh lainnya;
sikap bicara yang berekspresi seperti nada bicara atau raut
wajah

KN PPID - 59
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Fenomena Contoh
Hubungan tata Jarak tempuh kantor manajer ke kantor direktur; hubungan dan
ruang/ spasial lokasi ruang; jarak fisik antara rekan kerja atau pola lalu lintas
Pola temporal Berapa lama pekerja melakukan tugasnya; waktu yang
digunakan untuk berbelanja atau menyelesaikan tugas
Obyek-obyek fisik Berapa banyak kerja didaur ulang oleh staf kantor; inventarisasi
barang
Catatan lisan & Berapa banyak ilustrasi muncul di buku pelatihan; isi catatan
gambar
Kelebihan dan kelemahan observasi sebagai berikut:
 Kelebihan observasi: Observasi tanpa menyela atau nonpartisipatoris tidak banyak
mengganggu praktik pakar/narasumber dan dapat memberikan pemahaman tentang
fakta, aturan, dan strategi yang ditempuh oleh pakar/narasumber, termasuk yang tidak
disadari olehnya.
 Kelemahan observasi: Sering kali sulit untuk tetap netral dan objektif saat menganalisis
observasi. Selain itu, interpretasi bisa jadi menyita waktu lantaran jumlah data yang
terkumpul. Fenomena kognitif seperti sikap, motivasi, harapan, niat, dan preferensi,
tidak dapat diobservasi. Selain itu, observasi terbatas pada waktu yang singkat.
Observasi yang dilakukan dalam beberapa hari atau minggu akan memakan biaya yang
besar dan sulit dilakukan.

E. Blog
Blog adalah situs web yang dibuat oleh perorangan atau kelompok dan dapat diakses
publik maupun anggota komunitas tertutup. Blog terdiri atas kontribusi teks ("kiriman
blog") oleh orang atau kelompok yang membuat situs tersebut; blog berfungsi layaknya
buku harian, yang memungkinkan pemilik blog menuliskan pengalamannya secara
informal, sekaligus berfungsi sebagai saluran komunikasi langsung (tanpa suntingan)
dengan khalayak.
Kelebihan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:
(1) Pembuatan dan penggunaan blog cukup mudah, bahkan bagi orang-orang yang
tidak terlalu paham teknologi digital sekalipun.
(2) Blog biasanya tidak menelan biaya sepeser pun.
(3) Publikasi kiriman blog biasanya bersifat kilat karena blog tidak memiliki penerbit atau
pengurus konten (meskipun pembuat blog dapat memantau komentar pembaca
untuk menilai kepantasannya atau sekalian melarangnya).
(4) Blog memuat teks, gambar, video, dan tautan ke halaman web atau blog lain.
(5) Blog mudah diperbarui.
(6) Blog mudah diakses, asalkan ada koneksi internet.
(7) Blog mendorong bercerita sebagai sarana bagi transfer pengetahuan.
(8) Pembaca dapat memberikan masukan, dengan begitu bisa berinteraksi dengan
pemilik blog.
Sedangkan kelemahan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:
(1) Blog bisa bias atau mengandung ketidakakuratan.
KN PPID - 60
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
(2) Menulis blog bisa jadi memakan banyak waktu.
(3) Pengunjung bisa saja memberikan komentar yang tidak pantas.
(4) Pemilik blog tidak mempromosikan keberadaan blognya secara luas, sehingga
membuat pembaca blog tidak sebesar atau seberagam yang seharusnya.

F. Kajian Pasca Pelaksanaan


Kajian pasca pelaksanaan (after-action review/AAR) dilakukan oleh moderator dengan
sebuah tim segera setelah ia mengalami pekerjaan atau peristiwa. Target akhirnya adalah
memberi kesempatan anggota tim untuk bercermin dari tindakan yang diambil agar
mereka bisa melakukannya dengan lebih baik kemudian hari.
AAR idealnya dilakukan tidak lama setelah kejadian. Pada momen tersebut, ingatan masih
segar dan autentik (artinya, belum tersaring oleh interpretasi atau penilaian susulan) dan
orang-orang yang ikut terlibat dalam pengalaman tersebut masih ada. AAR lazimnya
dilakukan secara tatap-muka, namun juga dapat dilakukan secara virtual.
Seorang moderator memimpin tinjauan, dengan mengajukan pertanyaan semisal:
 Apa saja yang direncanakan? Apa yang seharusnya terjadi?
 Apakah kejadian sebenarnya berbeda dari yang direncanakan? Di sini yang dikehendaki
adalah fakta, bukan penilaian.
 Mengapa terjadi perbedaan?
 Apakah hal-hal yang berjalan baik dan alasannya?
 Apa yang dapat diperbaiki dan bagaimana? Apa yang bisa dilakukan secara berbeda
pada masa datang?
Keunikan AAR berupa kesempatan yang ada untuk memperoleh pengetahuan kualitatif
tepercaya pada saat masih segar-segarnya. Kunci kesuksesan AAR terletak pada
penyelenggaraan diskusi terbuka yang membuat semua orang paham bahwa target akhir
AAR adalah untuk mempelajari dan memecahkan masalah, bukan menyalahkan. Oleh
karena itu, AAR dilakukan tanpa satu pun penonton. Para peserta harus merasa bebas
berinteraksi dan mengekspresikan diri tanpa memandang jenjang formal.
Orang sering mencatat diskusi AAR ke dalam flip chart sepanjang tinjauan, baru kemudian
mengolah catatan menjadi objek pembelajaran dan pencerahan bagi orang lain di dalam
organisasi atau tempat lain.

G. Focused Group Discussion (FGD)/Kelompok Diskusi Terfokus


FGD bisa menjadi metode efektif untuk merekam dan mengevaluasi pengalaman serta
persepsi dari target-target narasumber/pakar. Dalam FGD, ada seorang moderator yang
berpengalaman yang dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing
tanggapan dari peserta. FGD terdiri atas pakar dan pemangku kepentingan lain yang sudah
atau siap terlibat dalam pengalaman tertentu; diskusi kelompok mereka bisa melahirkan
banyak informasi dan pemahaman. Pengaturan kelompok memungkinkan para peserta
untuk menanggapi sekaligus saling membangun saran atau komentar masing-masing. FGD
juga bisa digunakan untuk peristiwa yang sudah lalu dan dirasa perlu diadakan sesegera
mungkin agar dapat memperoleh masukan untuk membantu para praktisi menyusun

KN PPID - 61
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
prosedur dan rencana baru untuk keberlanjutannya. FGD biasanya diadakan secara tatap
muka, namun kadang-kadang perlu dilakukan juga melalui telepon atau konferensi video.
FGD biasanya digunakan ketika suatu permasalahan memerlukan pemahaman yang lebih
dalam dibanding survei biasa. Dalam melakukan capturing terhadap inovasi desa, FGD
dapat digunakan untuk mengkonfirmasi informasi yang telah dikumpulkan. FGD
memberikan nilai tambah terhadap pengetahuan yang telah diperoleh, atau terhadap
pertanyaan “apa” dan “bagaimana” dari suatu pengetahuan. Sebuah survei dapat
memberikan informasi bahwa mayoritas masyarakat menyukai kegiatan A. Tetapi sebuah
FGD dapat memberikan tambahan informasi tentang mengapa masyarakat tersebut
menyukai kegiatan A atau bahkan ternyata menyukai kegiatan lain.

1. Persiapan
Tingkat persiapan Anda akan banyak menentukan nilai dari hasil-hasil FGD. Jika Anda telah
menyusun rencana pelaksanaan FGD tersebut dengan anggota tim yang telah Anda
tentukan, termasuk untuk tindak lanjutnya, Kesuksesan FGD ditentukan oleh tujuan yang
jelas, melibatkan peserta yang dipilih secara cermat, dan mengikuti sederet pertanyaan dan
topik yang sudah disiapkan. FGD idealnya didukung oleh satu atau dua moderator dan
seorang pengamat yang bertugas membuat catatan atau merekam jalannya diskusi serta
hasilnya. Jika dikehendaki dan tersedia, gunakan peralatan audio atau video untuk
merekam diskusi FGD. Untuk memperoleh manfaat maksimal dari FGD, pertimbangkan
masing-masing aspek berikut secara cermat.
(1) Tujuan. Tentukan hal-hal yang ingin dicatat.
(2) Partisipasi.
 Tetapkan besarnya kelompok (idealnya 10 peserta) dan undang peserta (1-2
minggu sebelum sesi kelompok terfokus).
 Tetapkan komposisi FGD Anda (beragam/seragam).
 Jumlah undangan dapat dilebihi untuk mengantisipasi pembatalan kehadiran.
 Pertimbangkan keseimbangan kehadiran antara pria dan wanita, peserta dengan
variasi usia yang jauh, maupun hirarki jabatan.
(3) Penetapan waktu dan tempat.
 Susun jadwal untuk FGD dan pesan tempat.
 Telepon masing-masing peserta sehari sebelum FGD sebagai pengingat dan
konfirmasi.
 Durasi FGD idealnya antara 60 – 90 menit untuk mendapatkan hasil diskusi yang
optimal.
(4) Topik
 Susun daftar topik yang ingin dibahas sepanjang FGD.
 Untuk sesi 1,5 jam, rencanakan untuk mengajukan 5 atau 6 (atau tidak lebih dari
pertanyaan yang jawabannya bisa memberikan pemahaman tentang tujuan yang
hendak Anda raih.
 Buat daftar pertanyaan dengan singkat agar mudah dimengerti karena
pertanyaan tidak untuk dibagikan kepada peserta.

KN PPID - 62
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
 Pastikan topik dan pertanyaan harus dijawab dengan penjelasan, tidak hanya
dengan jawaban “Ya” atau “Tidak.” Gunakan kata tanya “Mengapa” dan
“Bagaimana” untuk menjaring jawaban yang lebih lengkap dari peserta.
Contoh pertanyaan:
Seberapa kenal Anda dengan program ini?
Seberapa sering Anda terlibat dalam program
ini? Apa yang Anda sukai dari program ini?
Apa yang paling Anda sukai dan tidak sukai dari kegiatan A? Kegiatan B?
Apa yang memengaruhi Anda untuk hadir atau tidak hadir dalam suatu
kegiatan? Apakah ada hal lain yang ingin Anda sampaikan tentang program ini?
(5) Fasilitasi. Rekrut dua moderator, salah satunya bertugas membuat notulensi. Sebagai
pilihan, rekrut seorang pengamat atau staf dari tim Anda untuk membuat notulensi
agar kedua moderator lebih terfokus pada interaksi dari FGD. Pastikan bahwa
moderator dapat bersikap netral, mampu menjaring informasi dari peserta yang sulit
berbicara atau malu, sanggup menangani peserta yang dominan, dapat merangkum
pernyataan peserta yang kurang jelas atau panjang, dan bisa bersikap spontan bila
diperlukan.
(6) Teknologi. Jika menggunakan perekam, setel dan ujilah terlebih dahulu sebelum FGD
dimulai serta persiapkan dukungan teknis untuk mengantisipasi kesalahan fungsi.
(7) Logistik. Atur perabotan di ruangan, termasuk flip chart atau papan tulis; pasang
papan nama; siapkan makanan ringan.

2. Pelaksanaan FGD
FGD Anda harus terjaga penggunaan waktunya agar mengikuti jadwal yang sudah
ditetapkan berikut alokasi waktu untuk memperkenalkan topik, peserta, dan metodologi.
Moderator dan (jika ada) notulen saling bekerja sama untuk memastikan pembahasan
semua pertanyaan, agar diskusi tetap terfokus pada topik, semua peserta bisa turut serta,
dan jadwal diikuti dengan baik. Target akhir FGD adalah untuk mengumpulkan informasi
yang bermanfaat, sehingga penting sekali agar peserta merasa opininya dihargai. Berikut ini
langkah-langkah kunci bagi moderator:
(1) Jika menggunakan perekam, awali perekaman persis pada saat peserta tiba.
(2) Seperti diuraikan sebelumnya untuk sesi wawancara, sambutlah peserta dengan baik,
perkenalkan diri Anda berikut moderator dan pengamat/notulen jika sudah hadir.
Awali dengan komentar-komentar santai untuk menciptakan suasana yang kondusif
dan buat peserta merasa senyaman mungkin.
(3) Moderator memberikan penjelasan umum tentang topik, pemanfaatan hasil-hasil dari
FGD, dan menggarisbawahi tidak diperkenankan adanya pencantuman nama dalam
laporan akhir meskipun FGD tersebut direkam.
(4) Pastikan semua peserta telah menandatangani formulir surat kesepakatan (informed
consent).
(5) Moderator menjelaskan aturan-aturan dasar sesi, seperti suarakan opini, jangan saling
menyela, matikan ponsel, dan sebagainya.

KN PPID - 63
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
(6) Moderator meminta semua peserta untuk memperkenalkan diri lalu mulai
mengajukan pertanyaan terkait tujuan FGD.
(7) Berikan waktu secukupnya kepada masing-masing peserta untuk memberi
tanggapan sebelum membuka diskusi kelompok tentang satu pertanyaan atau topik.
Penting sekali bagi moderator untuk menyimak beragam sudut pandang peserta.
(8) Satu staf yang ditunjuk membuat catatan, mencermati waktu, dan memeriksa
bilamana semua topik sudah terbahas.
(9) Jika sebuah topik atau persoalan memicu diskusi tak terduga, kiranya tidak masalah
membiarkan peserta memberikan tanggapan sepanjang topiknya berkaitan erat
dengan tujuan akhir FGD.
(10) Pada akhir acara, moderator merangkum poin-poin utama yang dilontarkan oleh
peserta, meminta konfirmasi bahwa rangkumannya akurat, dan mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak atas keterlibatan mereka.
(11) Moderator memberikan insentif dan/atau imbalan.
(12) Setelah peserta meninggalkan tempat, moderator dan notulen perlu langsung
meluangkan waktu untuk membahas dan mendalami poin-poin yang telah dibahas
dalam FGD agar masih segar dalam ingatan.

3. Analisis
Sebagaimana kebanyakan metode penangkapan pengetahuan lainnya, kumpulkan dan
tinjau semua materi yang dibuat oleh FGD sesegera mungkin, idealnya pada hari yang
sama. Target akhirnya adalah untuk melahirkan sebuah analisis FGD yang bisa dibagikan
dengan para rekan kerja yang tidak ikut hadir. Pemahaman yang diperoleh dari analisis ini
harus jelas dan didukung oleh rekaman atau catatan yang dibuat sepanjang acara. Berikut
ini beberapa langkah yang perlu diambil:
(1) Jika acaranya direkam secara elektronis, tinjau rekaman dan catatan Anda. Transkrip
utuh rekaman bisa memberikan rujukan bagi tinjauan berikutnya.
(2) Dalam laporan, bandingkan dan bedakan hasilnya berdasarkan kategori FGD individu
jika kategorinya merupakan bagian dari satu rangkaian. Secara khusus FGD akan
sangat membantu jika pelaksanaannya lebih dari satu. Kemampuan untuk
membandingkan dan membedakan hasil bisa berfungsi sebagai konfirmasi atas
pemahaman yang sepintas lalu tampak keliru. Namun demikian, hal ini bergantung
pula pada anggaran dan waktu yang tersedia.
(3) Gunakan kutipan dari rekaman FGD untuk menjelaskan temuan-temuan Anda.

H. Wiki
Wiki adalah halaman web internal atau eksternal yang memungkinkan orang bekerja
bersama-sama pada dokumen atau kumpulan dokumen yang sama melalui peramban web.
Wiki bisa menjadi sarana yang efektif untuk menangkap pengetahuan secara bersama-
sama dengan orang lain. Peserta dapat menyunting teks, menambahkan gambar dan
media, serta membuat tautan antarlaman. Aksesibilitas wiki bisa dibatasi.

KN PPID - 64
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Kelebihan metode Wiki dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Sebagian besar orang dapat membuat dan menyunting konten wiki dengan
bimbingan ala kadarnya.
(2) Publikasi di wiki lazimnya bersifat kilat karena wiki tidak memiliki penerbit atau
pengurus konten.
(3) Akses ke dokumen rahasia bisa dibatasi meskipun tetap mengizinkan kelompok
terdaftar untuk membuat dan menyuntingnya.
(4) Pengguna dapat mengerjakan dokumen yang sama tanpa memandang lokasinya.
(5) Perangkat lunak wiki memungkinkan kembali ke penulisan ulang artikel sebelumnya.
(6) Sebagian wiki menyediakan artikel wiki versi cetak.
(7) Banyak aplikasi wiki hadir sebagai perangkat lunak gratis sumber-terbuka (open-
source).
Sedangkan kelemahan metode Wiki dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Wiki perlu dikelola agar dapat menjaga kualitas konten sesuai keinginan.
(2) Wiki juga perlu dikelola agar bisa menjaga keteraturan isinya, terutama ketika situs
wiki menjadi sangat besar.

I. Ruang Kerja Bersama


Ruang Kerja Bersama, juga disebut ruang kerja atau perangkat kelompok, merujuk pada
perangkat lunak berbasis-web yang memungkinkan kerja sama kelompok secara lebih
terperinci atau terstruktur daripada wiki. Pengguna dapat mengobrol, menulis pesan,
memberikan catatan, dan mengirim gambar, serta video. Sebagian ruang kerja bersama
berpusat pada dokumen, artinya para pengguna mengunggah dokumen mereka masing-
masing yang lantas dapat dikomentari, diberi catatan, atau didiskusikan secara online oleh
pengguna lain.
Kelebihan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Kini sudah banyak hadir ruang kerja bersama yang berbeda, dengan fungsionalitas
yang sangat bervariasi.
(2) Sebagian besar ruang kerja bersama dapat dikonfigurasi sesuai dengan fungsionalitas
yang dikehendaki pengguna, dan fungsi-fungsi baru bisa ditambahkan bilamana perlu.
(3) Interaksi antarorang dengan jenis dan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda bisa
sangat bermanfaat bagi organisasi; ruang kerja bersama dapat menjadi wahana bagi
transfer pengetahuan secara sistematis.
(4) Ruang kerja bersama memungkinkan penyimpanan jangka panjang objek-objek
pengetahuan dalam bentuk dokumen, diskusi, dan catatan yang langsung datang dari
peserta.
Sedangkan kelemahan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi (capturing),
diantaranya:
(1) Ruang kerja bersama tidak terlalu ramah pengguna.
(2) Ruang kerja bersama sering kali mensyaratkan pengenalan diri agak dalam dan
tingkat literasi digital dasar.

KN PPID - 65
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
(3) Peserta dengan kemampuan komunikasi atau kecakapan bahasa asing yang rendah
sering kali merasa tersisih dan bisa memilih keluar.
(4) Ruang kerja bersama mensyaratkan moderasi aktif, yang bisa menghalangi sebagian
peserta.

J. Webinar
Perangkat konferensi berbasis-web memungkinkan banyak peserta untuk berbagi
kombinasi sajian video, audio, dan teks secara bersamaan tanpa memandang lokasi mereka
(sepanjang ada koneksi internet). Webinar luas digunakan untuk pertemuan, diskusi,
presentasi, perkuliahan, dan acara pelatihan.
Kelebihan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Peralatan konferensi sering berdasarkan prinsip "tampil-dan-bicaralah". Peralatan
konferensi tidak banyak menuntut kapasitas atau upaya dari peserta, yang
membuatnya mudah sekali diakses.
(2) Peralatan konferensi cocok dengan gaya belajar yang berbeda-beda (aural, visual,
teksual).
(3) Peralatan konferensi memudahkan kerja sama waktu nyata lintas jarak jauh.
(4) Peralatan konferensi bisa menjadi pengganti bagi pertemuan tatap muka, sehingga
menghemat biaya.
(5) Peralatan konferensi menjadikan pertukaran pikiran berlangsung lebih akrab daripada
konferensi fisik.
Sedangkan kelemahan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:
(1) Sebagian besar layanan konferensi web mahal biayanya. Layanan gratis biasanya
terbatas dari segi fungsionalitas atau kapasitasnya.
(2) Layanan gratis mensyaratkan koneksi internet yang baik dan perangkat keras khusus.
(3) Kualitasnya sangat bervariasi bergantung pada koneksi internetnya. Gangguan bisa
muncul tanpa diduga.

K. Forum Online
Forum online memungkinkan komunitas terlibat aktif dalam diskusi. Dimana setiap orang
dapat berinteraksi dan berbagi infomasi melalui perangkat internet dan media online untuk
mendiskusikan suatu topik atau isu-isu yang menarik bagi anggota forum.
Kelebihan metode Forum Online dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Forum online membolehkan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Forum online dapat
diakses sewaktu-waktu dan dari mana pun sepanjang ada koneksi internet.
(2) Forum online memungkinkan pengguna mengekspresikan diri secara bebas dalam
diskusi tersasar. Forum online mendorong kesetaraan antarpengguna karena setiap
pesan berbobot sama.
(3) Forum online mendorong penyampaian pandangan dan opini yang berbeda-beda
terhadap topik yang sudah ditetapkan lebih dulu.

KN PPID - 66
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
(4) Forum online bisa menampilkan diskusi berkualitas tinggi karena pengguna memiliki
waktu untuk merenung dan meneliti topik/komentar yang tengah dibahas.
(5) Forum online bisa mengarah kepada pembentukan komunitas online yang berusia
lama di seputar topik-topik yang menjadi minat peserta.
Sedangkan kelemahan metode Forum Online dalam menangkap inovasi (capturing),
diantaranya:
(1) Forum publik dan tanpa moderasi itu rawan penyalahgunaan.
(2) Forum online sangat bergantung teks sehingga tidak terlalu cocok untuk audio dan
video.
(3) Para penutur bahasa bahasa asing bisa merasa kurang nyaman untuk ikut serta
dalam diskusi.
(4) Forum online sering sangat bergantung pada moderator atau kontributor tertentu.
Moderator atau narasumber mungkin harus bekerja keras untuk menjaga
keterlibatan aktif peserta dalam diskusi.

L. Komunitas Praktis
Komunitas praktisi (CoP) mengelola praktisi atau pakar di wilayah tertentu. Komunitas
praktisi memberikan kesempatan untuk mendokumentasikan pengetahuan lewat proses
bertukar pengalaman antarorang yang sama-sama memiliki minat serupa. Peserta terlibat
aktif satu sama lain di dalam proses pembelajaran kolektif teman sebaya. Untuk
mendukung pembuatan dan berbagi pengetahuan, komunitas praktisi idealnya disusun
berdasarkan target akhir belajar. Komunitas praktisi sering memfasilitasi beragam interaksi
berbagi pengetahuan, seperti obrolan, forum, diskusi, dan konferensi. Interaksinya bisa
dilakukan online atau tatap muka.
Kelebihan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap inovasi (capturing),
diantaranya:
(1) Komunitas praktisi menyediakan ruang berkumpul berdasarkan kesamaan minat atau
kepakaran.
(2) Komunitas praktisi online memungkinkan anggota untuk membaca, mengajukan, dan
menerima nasihat serta masukan dari komunitas berdasarkan pertanyaan yang
dikirimkan.
(3) Tergantung tingkat partisipasinya, dari yang menerima bulat-bulat hingga sangat
interaktif, para peserta bisa memperoleh pengetahuan dan kecakapan dari anggota
komunitas yang lebih berpengalaman.
(4) Komunitas praktisi bermanfaat bagi pemula, yang antusias untuk belajar dari rekan
kerja berpengalaman, namun belajar dengan rekan sebaya antarspesialis juga bisa
terjadi.
(5) Komunitas praktisi memungkinkan keterlibatan peserta sesuai dengan waktu dan
tempat yang lebih disukai.
(6) Komunitas praktisi menjaga sumber daya, ide, dan diskusi sehingga bisa melahirkan
arsip kepakaran di bidang teknik tertentu.
(7) Pengetahuan kelompok membantu menopang para praktisi profesional secara
perorangan, yang sering melahirkan rasa sekomunitas.

KN PPID - 67
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Sedangkan kelemahan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap inovasi
(capturing), diantaranya:
(1) Jika komunitas dibangun secara online, aspek teknologi bisa menjadi kendala bagi
peserta yang kurang melek digital.
(2) Perlu upaya gigih untuk membangun rasa sekomunitas yang efektif bagi komunitas
praktisi online. Kurangnya isyarat visual dan emosional, misalnya bahasa tubuh, bisa
menyulitkan upaya mendorong interaksi yang penuh makna.
(3) Pengguna bisa merasa tersisih atau tersingkir jika tanpa membangun komunitas atau
moderasi yang proaktif.
(4) Peserta bisa merasa kewalahan jika tidak melebur secara hati-hati ke dalam
komunitas, atau tetap pasif akibat kurangnya stimulasi.
(5) Komunitas praktisi bisa saja mensyaratkan moderasi intensif agar bisa saling
menghubungkan antara pencari pengetahuan dengan kontributor.
(6) Komunitas praktisi bisa berkembang terlalu cepat atau berubah haluan sedemikian
rupa sehingga tidak bisa diikuti oleh anggota, yang menimbulkan penurunan tajam
aktivitas.

Peran Pendamping Lokal Desa (PLD)


PLD bertugas memfasilitasi seluruh tahapan kegiatan pelaksanaan PPID dan P2KTD di
tingkat desa agar dapat berjalan dengan baik. Sesuai dengan tugas tanggung jawab
sebagai Pendamping Lokal Desa maka koordinasi secara terus menerus harus dilakukan
dengan Pendamping Desa dan TPID. Dalam kegiatan menangkap informasi (capturing)
sebagai bagian dari pelaksanaan PPID, maka tugas dan tanggung jawab PLD adalah;
- bersama PD dan TPID melakukan identifikasi desa-desa yang mempunyai program
pembangunan desa yang Inovatif sesuai kriteria dari pelaksanaan PPID;
- bersama PD dan TPID melakukan dokumentasi atas program-program pembangunan
desa yang inovatif;

Daftar Pustaka
1. https://faculty1.coloradocollege.edu/~afenn/web/EC303_8_04/FALL07/READINGS/Ob
servation.pdf
2. https://blog.socialcops.com/academy/resources/conduct-successful-focus-group-
discussion/
3. https://www.chsalliance.org/files/files/Resources/Tools-and-guidance/Belfrage-and-
Wigley_Guidelines-for-Focus-Group-Discussions.pdf

KN PPID - 68
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Lembar Informasi 4.2.2

FASILITASI REPLIKASI INOVASI DESA:


KOMITMEN DESA PASCA BURSA INOVASI DESA

Pendahuluan

Proses replikasi inovasi dilakukan melalui Forum Desa. Proses ini harus dikawal dengan baik
oleh PLD, sehingga kartu komitmen terakomodir dalam perencanaan dan penganggaran
pembangunan desa.

Dari Kartu komitmen yang sudah ditandatangani Kepala Desa selanjutnya difasilitasi
kegiatan yang akan direplikasi untuk dimasukkan dalam APBDes melalui forum Desa.
Forum ini dilakukan melalui proses perencanaan desa secara reguler sebagai media untuk
pengarusutamaan replikasi program-program inovasi dalam APBDes. Pengarusutamaan
dilakukan melalui proses pengelolaan inovasi dan peningkatan kapasitas pelaku masyarakat
dan Desa dan diharapkan kegiatan replikasi dapat dilakukan pada tahun berikutnya.

Contoh:

Beberapa instrumen dasar untuk memfasilitasi pertukaran inovasi desa yang dapat
dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan replikasi:

Kelompok Belajar Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan


minat untuk saling belajar satu dengan lain, misalkan sebulan
sekali atau sesuai kesepakatan

Konferensi Mengirim perwakilan desa/ daerah untuk menghadiri


pertemuan dimana sejumlah besar peserta datang bersama-
sama untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka
tentang topik/ tema khusus, terutama pengetahuan yang
dimiliki desa/ daerah atau yang mungkin dibutuhkan desa/
daerah.

Kunjungan pakar Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari
sebuah desa/ kabupaten/ organisasi penyedia pengetahuan ke
sebuah desa/ kabupaten/ organisasi yang membutuhkannya
untuk menilai kondisi riil saat ini dan memberikan bimbingan
dalam penyelesaian masalah atau tantangan yang dihadapi

Dialog Pengetahuan Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki


pengetahuan dengan pihak yang membutuhkan (agen

KN PPID - 69
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
perubahan) guna menggali akar masalah dan membuka
wawasan hingga menghasilkan sebuah tindakan atau hasil
nyata

Studi tur Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu


atau group, ke satu atau lebih desa/ kecamatan/ kabupaten
atau tempat-tempat di kecamatan/ kabupaten yang sama,
dengan tujuan untuk mempelajari dan mendalami hal/ bidang
khusus secara langsung dari sumbernya, misalkan bagaimana
satu hal dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil

Tandem Menggandeng desa/ lembaga dengan potensi sama, namun


lebih matang dan berpengalaman, untuk bermitra guna
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan kedua belah
pihak

Workshop Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan


sebuah isu atau permasalahan dengan cara bekerjasama.
Dapat dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan
provinsi

Tugas Pendamping Desa (PD) dan Pendamping Lokal Desa (PLD) pada pelaksanaan
PPID
Dalam melaksanakan PPID tentunya harus melibatkan peran serta dari PD dan PLD. Sesuai
dengan tugas tanggung jawab sebagai Pendamping Lokal Desa maka koordinasi secara
terus menerus harus dilakukan dengan TAPM Kabupaten/Kota dan TPID, adapun tugas dan
tanggung PD/PLD dalam pelaksanaan PPID antara lain:
(1) Bersama dengan TPID menyiapkan proses pelaksanaan PPID dari mulai proses MAD
sampai dengan proses membangun komitmen atau replikasi;
(2) Melakukan pendampingan khususnya pada proses memastikan komitmen Desa
setelah pelaksanaan bursa inovasi Desa, memastikan komitmen masuk dalam
penetapan APBdesa;
(3) Bersama TPID melakukan identivikasi desa-desa yang mempunyai program
pembangunan desa yang Inovasi sesuai kreteria dari pelaksanaan PPID;
(4) Bersama-sama TPID melakuan dokumentasi atas program-program pembangunan
desa yang inovatif;
(5) Bersama-sama TPID melakukan identifikasi kebutuhan P2KTD memfasilitasi proses
pelaksanaannya, dan
(6) Terlibat aktif dalam setiap proses pelaksanaan PPID.

Pendampingan dari Proses BID


Bursa Inovasi merupakan sebuah forum penyebaran dan pertukaran inisiatif atau inovasi-
inovasi masyarakat yang berkembang di desa-desa di lingkup Kecamatan. Bursa Inovasi ini

KN PPID - 70
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
merupakan bagian tak terpisahkan dari Model Pengelolaan Inovasi yang dilaksanakan di
Kecamatan.
Proses Bursa Inovasi Desa, menjadi bagian penting dalam memastikan adanya komitmen
yang akan dikawal dalam proses replikasi. Apa yang harus diperhatikan dalam BID?:
 Pastikan kehadiran perwakilan seluruh Desa untuk mengikuti Bursa Inovasi
 Persiapkan secara baik dan lengkap media atau alat serta materi (dibuat dalam ppt
yang menarik atau ditulis pada kertas besar dengan desain menarik)
 Pastikan kesiapan Fasilitator setiap ruang bursa untuk memfasilitasi proses “belanja”,
konsultan untuk setiap meja konsultasi, serta P2KTD
 Atur setiap ruang/ bursa dengan baik sehingga memungkinkan peserta berinteraksi
dengan baik dan merasa nyaman. Pastikan setiap ruangan Pleno, Bursa A dan Bursa B,
Penukaran Kartu Komitmen diberi tanda (signage) yang jelas
 Hindari hal–hal yang bersifat dominasi terhadap proses pertemuan dari dan oleh
siapapun juga
 Fasilitator jangan memaksakan diri untuk menjawab pertanyaan yang belum
diketahui persis kepastiannya, apalagi yang berkaitan dengan kebijakan PID/VIG
 Dokumentasikan secara baik proses dan hasil Bursa Inovasi
 Pastikan setiap wakil Desa sudah memahami betul tentang konsep PID/VIG dan
Tujuan Bursa Inovasi, serta memberikan Komitmen untuk replikasi
 Hindari penggunaan bahasa asing atau singkatan-singkatan, pergunakan bahasa
dan kebiasaan lokal
 Mempersiakan jalur komunikasi pasca bursa untuk pertanyaan lanjutan dari pihak
desa.

BID dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan Pemerintah Desa akan solusi bagi
penyelesaian masalah, serta inisiatif atau alternatif kegiatan pembangunan desa dalam
rangka penggunaan dana desa yang lebih efektif dan inovatif.
Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk:
 Memberikan masukan/ide terhadap perencanaan pembangunan desa;
 Membagi kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan dalam bentuk video
maupun tulisan;
 Membangun komitmen desa untuk melakukan adaptasi inovasi;
 Membagi informasi direktori P2KTD

Hasil dari Bursa Inovasi Desa adalah Kartu Komitmen sebagai wujud keseriusan desa
untuk melakukan replikasi dan Kartu Ide untuk menyampaikan bahwa di desa-desa mereka
juga terdapat kegiatan yang inovatif namun belum terdokumentasikan.

PLD harus mengawal Kartu Komitmen dan Kartu Ide untuk ditindaklanjuti sampai
pada perencanaan dan penganggaran Desa.

KN PPID - 71
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Lembar Informasi 5.1.1

KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI


DAN STRATEGI ADVOKASI

Analisis Stakeholder
Stakeholder Analysis (Analisa Pemangku Kepentingan) menurut wikipedia didefinisikan
sebagai “proses mengidentifikasi baik perorangan maupun kelompok yang akan
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu tindakan yang akan dilakukan serta
mengelompokkannya sesuai dengan dampak dari tindakan yang akan dilakukan. Infomasi
yang di dapat akan digunakan untuk mengadakan evaluasi sebelum tindakan dilakukan
agar dapat dilakukan usaha-usaha preventif dengan mempertimbangkan semua pihak
yang terlibat. Stakeholder Analysis adalah bagian dari Stakeholder Management.

Stakeholder atau pemangku kepentingan adalah setiap individu atau organisasi


yang dapat memberikan dampak positif atau pun negatif atau mereka yang terkena
dampak dari apa yang dilakukan oleh perusahaan, institusi atau pemerintah.
Ada tiga penggolongan stakeholder yaitu:

1. Primary Stakeholder (Pemangku Kepentingan Utama): Mereka yang terkena dampak


/ pengaruh terbesar baik positif atau negatif dari tindakan yang dilakukan oleh
organisasi.
2. Secondary Stakeholder (Pemangku Kepentingan Sekunder): Adalah mereka yang
terkena dampak / terpengaruh secara tidak langsung dari tindakan yang dilakukan
oleh organisasi.
3. Key Stakeholder (Pemangku Kepentingan Kunci – yang bisa juga merupakan
Primary dan Secondary stakeholders): Adalah mereka yang mempunyai pengaruh
signifikan di dalam organisasi.

Stakeholder analysis memiliki tujuan untuk menggalang kerjasama antara


stakeholder dan tim yang terlibat dalam proyek yang pada akhirnya memastikan
kesuksesan proyek yang dilakukan. Stakeholder analysis dilakukan ketika ada kebutuhan
untuk mengklarifikasi konsekuensi akibat perubahan proyek, atau dilakukan di awal
proyek. Ini penting karena menyangkut kualitas akhir dari proyek yang dikerjakan serta
bagi para pemangku kepentingan.

Tahapan Stakeholder Analysis

1. Mengidentifikasi semua stakeholder baik internal mau pun eksternal (brainstorming).


Pada sesi ini dilakukan brainstoirming untuk menentukan siapa saja

KN PPID - 72
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
yang termasuk stakeholder yang ada baik stakeholder internal maupun eksternal.
Jika terjadi perbedaan, maka tugas kelompoklah untuk menentukan apakah hal itu
masuk ke dalam stakeholder atau tidak. Intinya, yang menentukan adalah kelompok
sendiri.

2. Mengidentifikasi kebutuhan stakeholder dan kepentingannya (interest). Setelah itu,


kemudian dilihat seberapa besar kepentingan stakeholder terhadap organisasi.
Apakah low atau high. Demikian juga terhadap power yang dimilikinya. Kelompok
harus menentukan apakah termasuk low atau high.

3. Mengklasifikasikan kepentingan stakeholdernya (menggunakan Stakeholder


Mapping). Setelah itu, dilakukan pemetaan dalam stakeholder mapping. Ada empat
daerah sehubungan dengan hasil yang dilakukan di tahap sebelumnya, yaitu:
Monitor (M), Keep informed (KI), Keep Satidfied (KS) dan Manage Closely (MC). dari
hal ini kita dapat melihat siapa-siapa saja yang harus kita monitor dengan ketat
(MC) dan siapa-siapa saja yang cukup kita monitor saja.

4. Mengidentifikasi area konflik antara: Stakeholder v Stakeholder, Organisasi v


Stakeholder. Kemudian baru dilakukan analisa, siapa saja yang mempunyai area
konflik dengan kita.

5. Memprioritaskan, mensinkronkan, menyeimbangkan stakeholder. Jika sudah


ditentukan tindakannya, maka barulah kita bisa memprioritaskan, mensinkronkan
dan menyeimbangkan kebutuhan stakeholder dengan kita.

6. Menyelaraskan kebutuhan stakehoder dengan strategi organisasi. Sehingga dengan


demikian, kita dapat menyelaraskan kebutuhan stakeholder dengan strategi
organisasi.

Stakeholder Matrik

Ada empat area dalam stakeholder matriks yang perlu diperhatikan. Pemahaman akan
keempatnya sangat penting karena akan menentukan perlakuan atau metode/cara apa
yang akan dilakukan untuk berkomunikasi dengan para stakeholder ini. Area ini adalah:
1. Low Power-Low Interest: Monitor
Kelompok ini tidak (dan tidak diharapkan) untuk secara aktif terlibat dalam proyek. Kelompok
ini bahkan tidak tahu dan tidak mau tahu lebih dalam mengenai proyek. Namun, kita tetap
harus tahu siapa mereka. Tetap Awasi/ Monitor mereka dan kemungkinan mereka untuk
berpindak ke kategori pelanggan/pemangku kepentingan lainnya.

2. High Power-Low Interest: Keep Satisfied

Kelompok ini adalah kelompok pihak-pihak yang memiliki wewenang dalam mengambil
keputusan. Mereka tidak memiliki kepentingan dan kesediaan untuk terlibat secara aktif.
Biasanya sulit untuk menjangkau dan berkomunikasi dengan kelompok ini secara
konsisten. Dalam mengelola kelompok ini dibutuhkan strategi keterlibatan proaktif untuk
membuat mereka puas/keep them satisfied.

KN PPID - 73
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
3. High Interest-Low Power: Keep Informed
Kelompok ini terpengaruh oleh proyek namun tidak memberi dampak besar pada proyek.
Kelompok ini meminta waktu yang lebih banyak daripada yang bisa kita berikan kepada
yang lain. Karena itu penting untuk menemukan cara yang efisien untuk membuat
mereka terinformasikan / keep them informed. Beberapa cara yang bisa digunakan: Jejak
Pendapat, Email Updates, Presentasi, Publikasi.

4. High Interest-High Power: Manage Closely

Biasanya kelompok ini adalah Pemilik bisnis dan pemangku jabatan lain yang berwenang
mengambil keputusan. Mereka Biasanya mudah diidentifikasi. Kelompok ini sangat
penting karena dapat mengganggu/ mempertahankan/ mengembangkan proyek.
Kelompok ini biasanya mudah dilibatkan/actively engage dengan cara memberlakukan
komunikasi yang transparan dan konsisten.

Tinggi
Keep Engage closely
Satisfied Influence actively

Kekuasaan

Keep
Mengamati Informed

Rendah

Rendah Tinggi

Kepentingan
sumber: wikipedia.org

Advokasi Kewenangan dan Peraturan Desa


Pengertian Advokasi

Dalam bahasa Inggris kata advokasi (advocate) berarti menganjurkan, memajukan (to
promote), menyokong atau memelopori. Dengan kata lain, advokasi juga bisa diartikan
melakukan ‘perubahan’ secara terorganisir dan sistematis.

Dalam literatur sosial, advokasi secara umum dapat didefinisikan sebagai


serangkaian gerakan sistemik, terorganisir, yang dilakukan dengan sadar, untuk mendorong
perubahan sosial dalam kerangka system yang ada. Dasar filosofi advokasi adalah bahwa
selalu ada saat dimana orang yang tidak mengerti hukum harus diberikan bantuan, hak-hak
golongan masyarakat tertentu perlu diwujudkan dan demi terciptanya keadaan yang
seharusnya.

KN PPID - 74
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Yang menjadi pusat pijakan advokasi adalah nilai-nilai keadilan, kebenaran,
accountability, transparansi, dan nilai-nilai luhur lainnya. Advokasi dalam kaitannya dengan
tugas Subdit Advokasi Peraturan Desa adalah melakukan advokasi terhadap kewenangan
dan peraturan yang terkait dengan Desa untuk menjawab permasalahan terkait
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Peran dan Tujuan Advokasi Kewenangan Desa dan Peraturan yang Terkait Desa

Salah satu bentuk advokasi adalah advokasi dalam pembentukan hukum dan kebijakan.
Secara umum, tujuan advokasi peraturan desa adalah untuk merealisasikan hak-hak Desa
dengan mendorong kebijakan-kebijakan yang lebih baik dan berpihak kepada Desa. Secara
khusus, tujuan advokasi peraturan Desa adalah untuk melakukan advokasi regulasi agar
memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi terfasilitasinya proses pemberdayaan
masyarakat dan Desa.

Peran advokasi kewenangan dan peraturan desa yang pertama adalah bagaimana
mendorong desa agar memiliki kesadaran (aware) akan kewenangan serta hak dan
kewajibannya. Desa menyadari apa yang harus dilakukannya dan apa yang tidak
dilakukannya. Setelah itu, Desa dapat menyusun peraturan sendiri terkait kewenangannya
itu. Selain itu, peran advokasi juga dilakukan dalam upaya mendorong implementasi
peraturan yang terkait dengan Desa,mendorong lahirnya kebijakan atau peraturan-
peraturan baru yang terkait dengan desa atau perubahan peraturan yang ada namun tidak
berpihak kepada desa baik di tingkat pemerintah daerah (kabupaten dan provinsi) maupun
di tingkat pusat serta. Dengan adanya peraturan yang berpihak kepada desa dan
mendukung pembangunan desa, maka tujuan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa untuk menjadikan desa menjadi Desa maju, mandiri dan sejahtera dapat
tercapai.

Kerangka Kerja Advokasi

a. Proses-proses legislasi dan juridiksi, yakni kegiatan pengajuan usul, konsep,


penyusunan akademik draft hingga praktek litigasi untuk melakukan judicial review,
class action, legal standing untuk meninjau ulang isi hukum sekaligus membentuk
preseden yang dapat mempengaruhi keputusan-keputusan hukum selanjutnya.

b. Proses-proses politik dan birokrasi, yakni suatu upaya atau kegiatan untuk
mempengaruhi pembuat dan pelaksana peraturan melalui berbagai strategi, mulai
dari lobi, negoisasi, mediasi, tawar menawar, kolaborasi dan sebagainya.

c. Proses-proses sosialisasi, diseminasi dan mobilisasi, yakni suatu kegiatan untuk


membentuk pendapat umum dan pengertian yang lebih luas melalui kampanye,
siaran pers, unjuk rasa, boikot, pengorganisasian basis, pendidikan politik, diskusi
publik, seminar, pelatihan dan sebagainya.Untuk membentuk opini publik yang baik,
dalam pengertian mampu menggerakkan sekaligus menyentuh perasaan terdalam
khalayak ramai, keahlian dan ketrampilan untuk mengolah, mengemas isu melalui
berbagai teknik, sentuhan artistik sangat dibutuhkan.
KN PPID - 75
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Alur Tahapan Analisis dan Advokasi Peraturan Desa

Analisis/Review Rekomendasi
Ada
Peraturan Perubahan

Mengumpulkan dan
Identikasi Maping Peraturan Identifikasi
Masalah/Isu-isu Terkait Isu yg Para Pihak dan ADVOKASI
Strategis Menjadi Fokus Maping
Advokasi

Belum
Ada Penyusunan
Peraturan

a. Melakukan identifikasi masalah dan isu-isu strategis tentang Desa (urusan


pemerintah/kepentingan masyarakat yang sesuai dengan kewenangan Desa) dan
menetapkan beberapa isu/masalah utama yang menjadi fokus advokasi, misalnya
masalah pengelolaan aset Desa baik berupa aset fisik maupun non fisik, implementasi
perencanaan dan pembangunan partisipatif di Desa, kerjasama desa, perlindungan
anak, kesehatan, pendidikan, kepentingan masyarakat berkebutuhan khusus, dll.

b. Mengumpulkan data-data tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah atau isu-
isu strategis tersebut di atas termasuk peraturan perundangan terkait mulai dari
tingkat desa, daerah dan pusat dan melakukan pemetaan tentang peraturan-
peraturan tersebut.

c. Melakukan review/analisis terhadap isu-isu strategis/masalah serta peraturan yang


terkait dengan isu-isu strategis tersebut sehingga dihasilkan rekomendasi untuk
penyusunan regulasi baru terkait dengan isu tersebut atau perubahan terhadap
regulasi yang sudah ada.

d. Mengidentifikasi para pihak yang kemungkinan mendukung masalah/isu tersebut


atau yang kemungkinan menentang isu tersebut (Stakeholder Mapping) atau
menciptakan tokoh baru.

e. Membangun kegelisahan terhadap isu tertentu yang akan diadvokasi dalam rangka
pengkhalayakan isu. Pengkhalayakan isu merupakan upaya untuk MEMPERSIAPKAN
PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN WARGA agar siap berdiskusi dalam merumuskan
aspirasi dalam forum warga (Musdus, Musdes,dll).

f. Menyusun strategi advokasi yang tepat utuk mendorong lahirnya regulasi baru atau
perubahan terhadap regulasi lama dan mengevaluasi hasilnya kembali.

Sumber: Panduan Adokasi Kewenangan dan Peraturan Desa; Ditjen PPMD Kementrian
DesaPDTT; Tahun 2017

KN PPID - 76
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Lembar Informasi 5.2.1

PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL

STRATEGI KOMUNIKASI PROGRAM INOVASI DESA

A. Pendahuluan

Arah kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa merupakan turunan


dari Nawa Kerja Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi yang salah satunya adalah
Pendampingan dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan di desa serta Penyiapan
Implementasi Penyaluran Dana Desa. Secara khusus Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi membuat terobasan dengan membuat Program Inovasi Desa (PID). PID
dirancang untuk mendorong dan memfasilitasi penguatan kapasitas Desa yang
diorientasikan untuk memenuhi pencapaian target RPJM Kemendesa PDTT-Program
prioritas Menteri Desa PDTT, melalui peningkatkan produktivitas perdesaan dengan
bertumpu pada:

a. Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha masyarakat,


maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa),
Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna mendinamisasi
perekonomian Desa.

b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas


perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek maupun
dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang pendidikan dan
kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak hanya ditilik dari
aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga pengurangan beban biaya,
dan hilangnya potensi di masa yang akan datang. Disamping itu, penekanan isu
pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas SDM ini, juga untuk merangsang
sensitivitas Desa terhadap permasalahan krusial terkait pendidikan dan kesehatan
dasar dalam penyelenggaraan pembangunan Desa, dan

c. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara langsung


berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang memiliki dampak
menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.

Program dan kebijakan pembangunan Desa utamanya program Inovasi Desa memerlukan
dukungan dan pengawalan melalui pengelolaan media, informasi, dan publikasi yang benar
dan berkesinambungan.

B. Tujuan Komunikasi

Komunikasi dalam program ini bertujuan mengelola dan menyebarkan informasi,


mengedukasi, hingga mempengaruhi publik mengenai keberadaan dan pelaksanaan
program inovasi Desa.
KN PPID - 77
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Pelaksanaan komunikasi ini dalam jangka waktu yang ditentukan diharapkan mampu
mencapai tiga kondisi sebagai berikut: (1) meningkatnya berita dan opini tentang
pelaksananaan progam inovasi Desa melalui saluran komunikasi yang tersedia (media
massa baik cetak maupun elektonik), (2) bertambahnya dukungan aktif dari publik melalui
media massa yang ada maupun media sosial, dan (3) menguatnya keterlibatan pemangku
kepentingan (stakeholder) serta toko kunci dalam program inovasi Desa.

C. Target Audience

Target Audience merupakan kelompok atau orang yang menjadi sasaran penyampaian
informasi suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi (corporate activities ).
Pentingnya menentukan target/kelompok sasaran ini berkaitan berkaitan langsung dengan
pesan (message) yang akan disampaikan. Untuk itu, diperlukan identifikasi yang mampu
menggambarkan karakteristik si penerima pesan, sehingga pemberi pesan dapat
menentukan media/saluran yang dipilih untuk menyampaikan isu-isu kunci secara lebih
efektif. Adapun target audience program ini antara lain;
1. Masyarakat Desa
2. Pemerintah Desa Kepala Desa, Sekdes, Perangkat Desa
3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
4. Pemerintah Daerah
5. Kementerian/Lembaga
6. Pendamping Desa
7. Tokoh Masyarakat
8. Tokoh Agama
9. Akademisi
10. Pengamat,
11. LSM
12. Wartawan, Redaktur Media
13. Netizen Masyarakat di Media Sosial
14. Blogger/ Komunikas Kreatif

D. Strategi Komunikasi

Strategi Komunikasi merupakan panduan dari perencanaan dan manajemen komunikasi


(communication planning and communications management) untuk mencapai suatu tujuan
yang menunjukkan pelaksanaan operasional taktis dan seharusnya dilakukan, dengan
pendekatan (approach) yang bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan
kondisi”. (Onong Uchjana Effendi, 1981: 84). Dengan kata lain, suatu rangkaian atau
keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan terkait komunikasi yang akan
dijalankan untuk mencapai tujuan. Merumuskan strategi komunikasi berarti
memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan
mungkin dihadapi di masa depan agar program berjalan efektif dan lancar. Dengan strategi
komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar
untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat. (Anwar Arifin,
1984:10). Adapun macam-macam strategi komunikasi, sebagai berikut;

KN PPID - 78
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
1. Media Relation

Manajemen komunikasi yang dilakukan melalui membangunan hubungan dengan media


komunikasi untuk melakukan publisitas atau merespon kepentingan media terhadap
kepentingan organisasi.
Kegiatan antara lain;
a. Media Visit (Pemimpin Redaksi, Redaktur, Eksekutif Produser, Produser)
b. Media Gathering (Wartawan)
c. Konferensi Pers
d. Doorstop Media

2. Advertising

Advertising atau Periklanan adalah komunikasi non-personal melalui beragam media yang
dibayar oleh perusahaan,organisasi non-profit dan individu-individu dengan menggunakan
pesan iklan yang diharapkan dapat menginformasikan atau membujuk kalangan tertentu
yang membaca pesan tersebut.

Kegiatan advertising atau periklanan dilakukan melalui saluran televisi, Koran nasional dan
lokal, media online, radio, media luar ruangan, media cetak, media sosial.
3. Institutional Relation

Manajemen komunikasi yang bertanggungjawab dalam menyampaikan informasi dan


menjaga hubungan baik dengan institusi lain, misal Istana Negara, Kantor Staf Presiden,
DPR, Kementerian/Lembaga lain (Bakohumas), dan Pemerintah Daerah.
4. Key Opinon Leader
Manajemen komunikasi dengan menjalin hubungan baik kepada para pembentuk opini.
Seperti: pimpinan agama, tokoh masyarakat, akademisi, praktisi, dan pejabat terkait.

5. Community Outreach

Manajemen komunikasi yang dilakukan dengan menggelar event atau kegiatan yang
melibatkan partisipasi masyarakat. Keterlibatan menjadi penting sebagai bentuk komunikasi
dua arah sekaligus membangun kesadaran dan menggerakkan masyarakat untuk turut
beraksi.
6. Information center

Manajemen Komunikasi dengan menempatkan unit pelaksana pengelolaan dan pelayanan


informasi public.
7. Social Media activation

Manajemen Komunikasi dengan mengunakan sosial media sebagai saluran atau sarana
menyampaikan pesan secara online di dunia maya (internet).

KN PPID - 79
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Lembar Informasi 6.1.1

PENDAMPINGAN BERBASIS DATA

A. Latar Belakang

Pembangunan desa yang berupa program dana desa dan program inovasi desa
merupakan dinamika yang harus dicermati khususnya dalam penggunaan dan
pemanfaatan. Pola hubungan mereka yang kadang dibatasi oleh regulasi membuat
suasana menjadi kurang menguntungkan. Tersebarnya data informasi yang belum bisa
diproses secara on line membuat pelaporan dimasing masing pihak belum bisa diproses
secara baik. Perlunya langkah langkah yang meningkatkan kemampuan mengelola data
dana desa dan inovasi desa.

B. Pengertian Data, Informasi dan Pengetahuan

Data adalah fakta-fakta mentah atau deskripsi-deskripsi dasar dari hal, event, aktivitas, dan
traksaksi yang ditangkap, direkam, disimpan, diklasifikasikan, tetapi tidak diorganisasikan
untuk tujuan spesifik tertentu.

Contoh data antara lain terdiri dari saldo bank, atau jumlah jam pekerja yang bekerja dalam
periode pembayaran. Banyak contoh data dana desa, data inovasi desa dan data desa.

Informasi adalah sekumpulan fakta (data) yang diorganisir dengan cara tertentu
sehingga mereka mempunyai arti bagi si penerima. Contoh: nama-nama murid dengan nilai
rata-rata, nama-nama konsumen dengan saldo bank, jumlah gaji dengan jumlah jam
bekerja). Dengan kata lain, informasi bersumber dari data untuk diproses.

Pengetahuan terdiri dari informasi yang sudah diorganisasikan dan diproses untuk
memperoleh pemahaman, pengalaman, pembelajaran yang terakumulasi, sehingga dapat
diaplikasikan dalam masalah atau proses bisnis tertentu.

Pengetahuan dapat juga diartikan sebagai informasi yang diproses untuk mengekstrak
implikasi kritis dan merefleksikan pengalaman masa lampau menyediakan penerima
dengan pengetahuan yang terorganisasi dengan nilai yang tinggi.

C. Prinsip-Prinsip Basis Data

Prinsip utamanya adalah pengaturan data atau arsip. Sedangkan basis data (database)
merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu sama lainnya, tersimpan di
perangkat keras dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.

KN PPID - 80
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
D. Manfaat Basis Data

1. Mengurangi Redundansi. Data yang sama pada beberapa aplikasi cukup


disimpan sekali saja.

2. Menghindarkan Inkonsistensi. Karena redundansi berkurang sehingga


umumnya update hanya sekali saja.

3. Terpeliharanya Integritas data. Data tersimpan secara akurat.

4. Data dapat dipakai bersama sama. Data yang sama dapat diakses oleh
beberapa user pada saat bersamaan.
5. Memudahkan penerapan standarisasi. Menyangkut keseragaman penyajian
data.
6. Jaminan sekuriti. Data hanya dapat diakses oleh yang punya hak .

7. Menyeimbangkan kebutuhan. Dapat ditentukan prioritas suatu operasi,


misalnya antara update, menampilkan.

A. Jenis Data Program Inovasi Desa

Beberapa jenis data program inovasi desa yang penting menjadi perhatian bagi
Pendamping Desa meliputi:
Data Program Inovasi Desa
(a) Data Tim Inovasi Kabupaten
- Data Personil TIK
- Data Personil Pokja PPID
(b) Data Tim Pelaksana Inovasi Desa
- Data Personil TPID
(c) Data P2KTD
- Data Pokja P2KTD
- Directory P2KTD
- Kegiatan P2KTD
(d) Data Keuangan
- Keuangan TIK
- Keuangan DOK TPID
(e) Data Hasil Bursa
- Data Komitmen
- Data Replikasi
- Data Kegiatan APBDesa yang mereplikasi dari Hasil Bursa

Daftar Pustaka

1. Date, C.J.; An Introduction to Database System, Addison Wesley Publishing


Company, Vol. 7, New York, 2000.

KN PPID - 81
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
2. Elmasri, Ramez; Navathe, Shamkant B.; Fundamentals of Database Systems, The
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc., California, 2001.

3. Korth, H.; Database System Concept, Mc Graw Hill, 4th edition, New York, 2002.
4. Abdul Kadir, Konsep & Tuntuanan Praktis Basis Data, Andi Offset, Jogyakarta,1999
5. Bunawan, Suryadi H.S, Seri Diktat Kuliah : Pengantar Basis Data, Gunadarma,
Jakarta, 1993.
6. Courtney, James F; Paradice, David B; Database Systems for Management, Times
Mirror/Mosby College Publishing, Toronto, 1998.
7. Fathansyah, Basis Data, Informatika, cetakan pertama, 1999.
8. Harianto Kristanto, Konsep dan Perancangan Database, Andi Offset, Cetakan
Pertama, Yogyakarta, 1994.

KN PPID - 82
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Lembar Informasi 6.3.1

APLIKASI SIPEDE

1. Latar Belakang

Nawacita ke-3 pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, yaitu membangun Indonesia
dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam negara kesatuan, merupakan
political will menjalankan amanah UU No 6 Tahun 2014, untuk selanjutnya dalam rangka
kewenangan pembinaan dalam rangka urusan desa telah di keluarkan Peraturan
PreSIPEDEen No 11 Tahun 2015 dan Peraturan PreSIPEDEen No 12 Tahun 2015, Urusan
tentang Pemerintah Desa di bawah koordinasi Kementerian Dalam Negeri dan Urusan
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Msyarakat Desa di bawah koordinasi Kementerian
Desa, Transmigrasi dan PDT.

Desa mendapatkan Hak Dana Desa sebagaimana UU No. 6 tahun 2014 tentang
Desa dan aturan turunannya PP 60 Tahun 2014 yang direvisi dengan PP No 22 tahun 2015,
PP No 43 Tahun 2014 dan di revisi menjadi PP 47 Tahun 2015. Dampak pengelolaan Dana
Desa, Desa berkewajiban untuk bertanggungjawab dalam pengelolaannya, desa dituntut
untuk akuntable, bersih dan transparan. Hal ini juga sesuai dengan amanat UU No. 14
tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik. Lebih jauh, secara khusus Pasal 82 dan
86 UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa mengisyaratkan untuk pelaporan anggaran desa
dapat diakses oleh siapa saja dan dari mana saja.

Mengacu pada Pasal 86 UU Desa, SIPEDE dikembangkan oleh Pemerintah


Kabupaten/Kota. Pendekatan dalam skala yang lebih kecil ini dibandingkan dengan
nasional, bertujuan untuk memperkecil hilangnya kewenangan lokal berskala desa akibat
penyeragaman di tingkat nasional. Tujuan dari pengaturan skala kewajiban penyediaan
SIPEDE dalam lingkup Kabupaten juga bertujuan untuk menjaga prinsip rekognisi dan
subSIPEDEiaritas yang menjadi prinsip UU Desa.

Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) berkewajiban untuk mengembangkan SIPEDE


dan Pembangunan Kawasan (pasal 86 ayat 3). Kewajiban ini melekat pada Kabupaten/Kota,
bukan pada pemerintah di tingkat nasional (pusat). SIPEDE juga mengandung maksud
bukan sebatas aplikasi, melainkan perangkat keras, perangkat lunak (aplikasi), jaringan dan
sumber daya manusia. SIPEDE mengandalkan adanya bisnis proses yang jelas, tanpa
mengenyamping-kan jenis-jenis data dan informasi yang bersifat atau mengandung
kewenangan lokal berskala desa. Penegasan pentingnya sumber daya manusia sebagai
bagian dari SIPEDE menunjukkan kewajiban pada pihak Kabupaten/Kota untuk
memberikan pendampingan dan penguatan atas tata kelola informasi dan data
pembangunan di tingkat desa.

KN PPID - 83
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
SIPEDE mengandung data desa, data pembangunan desa, kawasan desa dan
informasi lain yang berkaitan dengan pembangunan desa. Informasi berkaitan dengan
pembangunan kawasan perdesaan juga wajib disediakan oleh pemerintah di tingkat
Kabupaten/Kota. Informasi-informasi ini dibuka menjadi data atau informasi publik yang
dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

2. Memahami SIPEDE

SIPEDE (SIPEDE) memiliki beberapa pengertian, diantaryan sebagai sebuah aplikasi yang
membantu pemerintahan Desa dalam mendokumentasikan data-data milik Desa guna
memudahkan proses penelusurannya. Dalam arti luas, SIPEDE sebagai suatu sistem (baik
mekanisme, prosedur hingga pemanfaatan) yang bertujuan untuk mengelola sumber daya
yang ada di Desa. SIPEDE pada dasarnya sebuah sistem yang dinamis akan terus
berkembang sesuai dengan kebutuhan di tingkat lokal. Selalu ada input yang bisa dijadikan
sebagai bahan untuk mengembangkan sistem. Dengan demikian dapat disimpulkan SIPEDE
merupakan sekumpulan prosedur yang dilaksanakan oleh Pemerintah daerah ke desa,
maupun pemerintah desa dalam hal ini Kepala Desa kepada kepada masyarakat desa
terkait pemberian informasi yang menjadi dasar dalam pengambil keputusan di desa
maupun pihak yang terkait dengan desa baik Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi, Pusat.

Pengembangan SIPEDE, tidak bisa dilihat sebagai langkah teknis dan administratife.
Akses informasi harus diletakkan dalam kerangka yang lebih luas: suatu pintu yang
membuka banyak kemungkinan bagi desa untuk ambil bagian dalam mengurus urusan
rumah tangganya, dan pada saat yang bersamaan menjadi langkah kontribusi desa dalam
ikut menjadi bagian dari penyelesaian masalah-masalah bangsa. Oleh sebab itu pula,
konsepsi system informasi desa, penting untuk dilihat tidak dalam kerangka dari atas ke
bawah, tetapi juga dari bawah ke atas dan dinamika relasi tersebut. Pemerintah Daerah
dalam hal ini punya kewajiban untuk mengembangkan SIPEDE , namun di sisi yang lain,
desa dan para pihak yang mendorong pembangunan desa, juga memiliki kesempatan
untuk memajukan suatu system, terutama agar informasi yang tersedia benar-benar
informasi yang punya makna dalam gerak maju desa.

Dalam isu terakhir ini, Desa sendiri harus mulai dengan tiga kebaruan, yakni: (1)
kesadaran baru–suatu kesadaran yang menempatkan informasi sebagai titik penting dalam
keseluruhan pergerakan desa untuk membangun; (2) ketrampilan baru – pada khususnya
dalam menghimpun, mengolah, mengelola dan menggunakan informasi, termasuk
penggunaan teknologi informasi; dan (3) kebiasaan baru. Apa yang paling utama dari hal
yang terakhir ini adalah bahwa soalnya bukan terletak pada penghimpunan informasi dan
menatanya menjadi sumber informasi yang akurat. Soal utamanya adalah apakah desa akan
punya kemampuan mempergunakan semua informasi yang ada menjadi elemen penting
penggerak seluruh pihak di desa untuk bersama-sama membangun desa? Kemampuan
inilah yang harus berkembang, sehingga SIPEDE, bukan menjadi hal yang bermakna bagi
pihak luar, tetapi bermakna bagi desa dan warga desa sendiri.

SIPEDE yang disampaikan mencakup, antara lain :

KN PPID - 84
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
1. Rencana pembangunan jangka menengah kabupaten;
2. Rencana kerja pemerintah daerah;
3. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di desa pada tahun berjalan;
4. Pagu indikatif desa;
5. Laporan pertanggungjawaban Kepala Desa;

6. Program dan kegiatan yang berjalan di desa;


7. Potensi dan produk unggulan desa;
8. Kendala dan masalah di desa;
9. Informasi harga komoditi pertanian pertanian, peternakan, dan perikanan;
10. RKP Desa dan APB Desa.

3. Maksud dan Tujuan SIPEDE

Berkaitan dengan SIPEDE, dimana dalam pengaturannya harus disediakan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota dengan maksud sebagai berikut:

1. Ketersediaan data untuk mendukung kebutuhan Pemerintahan Desa,


pembangunan Desa, dan Pemberdayaan masyarakat;

2. Pengawasan pembangunan Desa, dengan adanya SIPEDE yang terbuka bagi


publik maka pengawasan pembangunan desa akan semakin jelas dan tepat
sasaran;

3. Pemetaan kondisi dan potensi Desa, dengan adanya SIPEDE kondisi dan
sektor-sektor yang menjadi potensi unggulan Desa dapat didokumentasikan
dan dikedepankan dengan baik;

4. Peningkatan kualitas pelayanan publik di tingkat Desa, dengan adanya SIPEDE,


data-data dan dokumen surat menyurat untuk pelayanan publik desa akan
lebih akurat dan cepat, sehingga kualitas pelayanan publik meningkat;

5. Mensosialisasikan kebijakan dan rencana pembangunannya kepada seluruh


pemangku kepentingan khususnya masyarakat di Desa tentang arah dan
strategi pembangunan sebagai pertimbangan dalam pembangunan Desa dan
kawasan perdesaan;
6. Mendorong partisipasi, transparansi dan akuntabilitas;
7. Memperkuat modal sosial;

4. Prinsip-Prinsip Pengembangan SIPEDE

Pengembangan SIPEDE idealnya dilakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip penting,


antara lain:

KN PPID - 85
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
1. SIPEDE adalah kewenangan dan kewajiban pemerintah daerah di tingkat
Kabupaten/Kota;

2. Data yang dikelola melalui SIPEDE perlu ditetapkan sebagai data terbuka
(open data);
3. SIPEDE bukan semata teknologi, melainkan sumber daya manusia.

4. Penerapan SIPEDE tidak boleh menghilangkan peluang, kesempatan dan


upaya desa untuk membangun data yang relevan dengan kewenangan lokal
berskala desa;

5. Penerapan SIPEDE harus mengakomodir kebutuhan desa untuk tetap


memiliki, mengembangkan dan menggunakan data sebagai bagian tidak
terpisahkan dari perencanaan di tingkat desa;

6. Standardisasi Data dalam SIPEDE tidak boleh menghilangkan kesempatan


pemeratah desa untuk mengembangkan data yang relevan terkait dengan
kewenangan lokal berskala desa;

5. Manfaat SIPEDE

SIPEDE menjadi sumber dan alat dalam mendukung perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembangunan, penyelenggaraan pemerintahan, maupun pengaduan masyarakat
desa menjadi didasarkan data dan informasi yang akurat. Ketersediaan informasi dan data
yang akurat serta terus mengalami pembaharuan, maka Desa dapat merencanakan dirinya
dengan baik. Tabel berikut menguraikan manfaat SIPEDE dalam pembangunan dan
pemberdayaan Desa

No Komponen Manfaat

1. Pemerintah • Memperbaiki kualitas pelayanan publik yang berbasis kebutuhan


di tingkat lokal.
• Adanya ketersediaan data yang bisa dimanfaatkan di tingkat lokal
maupun supra Desa.
2. Pembangunan • Membantu proses perencanaan dan sebagai kekayaan data
dalam menyusun dokumen perencanaan Desa.
• Mendorong transparansi dan akuntabilitas pembangunan di
tingkat desa
3. Pemberdayaan Mendorong partisipasi dan lahirnya inisiatif masyarakat untuk
terlibat dalam pembangunan desa
4. Pemerintahan • Kemudahan dalam memperoleh data dan informasi desa.
Supra Desa • Efisiensi anggaran SKPD pada komponen perjalanan dinas.
• Efektifitas kerja
• Membantu proses perencanaan pembangunan di tingkat
Kabupaten/Kota
5. Pemerintah • Ketersediaan data dan informasi secara lengkap dan tertata.
Desa

KN PPID - 86
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
No Komponen Manfaat

Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam urusan administrasi



kependudukan.
• Membantu proses perencanaan pembangunan di tingkat desa.
• Apabila SIPEDE bersifat online maka akan membantu dalam
mempromosikan desa
6. Lembaga di • Perumusan kebutuhan dan program kerja menjadi lebih mudah
Desa karena ketersediaan data dan informasi yang mudah diakses.
•• Membantu kerja-kerja kelembagaan baik sektoral maupun
spasial (kewilayahan).
7. Masyarakat • Mendorong munculnya partisipasi masyarakat dalam
Desa pembangunan di tingkat desa.
•• Menumbuhkan modal sosial
8. Pihak-pihak • Membantu mempercepat pihak-pihak terkait yang
luar yang membutuhkan data dan informasi tentang Desa.
berkepenting- • Pihak luar memiliki potret tentang kondisi desa yang bisa diakses
an dengan mudah
•• Apabila SIPEDE t ersedia dalam bentuk online, maka akan
membuka relasi antara Desa dengan pihak-pihak di luar Desa.

6. Ruang Lingkup SIPEDE

SIPEDE memiliki dua fungsi utama. Pertama, fungsi bagi desa –pemerintahan dan
masyarakat desa, yaitu menghimpun seluruh informasi yang diperlukan untuk
penyelenggaraan pemerintahan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,
pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan. Informasi yang dihimpun dapat
merupakan informasi yang bersifat lokal –sesuai dengan sosial budaya masyarakat maupun
informasi yang diatur/diwajibkan dalam peraturan perundangan yang lebih tinggi. Kedua,
fungsi bagi pemerintahan yang lebih tinggi, yaitu mendapatkan informasi dari desa
berkaitan dengan kebutuhan pemerintahan, pelayanan dan pembangunan di desa.
Informasi yang kedua ini ditetapkan oleh pemerintah yang membutuhkan.

7. Peran Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan SIPEDE

Penerapan SIPEDE, mengacu pada semangat UU Desa, harus dikembalikan ke tingkat


Kabupaten/Kota. Hal ini sejalan dengan penetapan kewenangan lokal berskala desa yang
turut diatur dalam Peraturan Daerah. SIPEDE perlu mengakomodir keragaman di tingkat
Desa. Keragaman, dalam konteks terdekat, dapat diakomodir oleh pemerintah di tingkat
Kabupaten/Kota.
Pemerintah nasional lebih penting menetapkan standar platform teknologi agar
satu jenis aplikasi (teknologi) dapat berkomunikasi dengan teknologi lainnya.
Perkembangan dunia teknologi informasi sudah memungkinkan adanya komunikasi data
melalui Application Programming Interface (API). Standardisasi data apabila dilakukan tidak

KN PPID - 87
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
boleh menghilangkan peluang desa untuk tetap dapat memasukkan data-data yang terkait
dengan kewenangan lokal berskala desa.

Dalam Undang-Undang Desa pasal 86 telah menegaskan kedudukan Desa dalam


pengembangan SIPEDE, dimana Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui SIPEDE
yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Pemerintah dan Pemerintah
Daerah wajib mengembangkan SIPEDE dan pembangunan Kawasan Perdesaan. SIPEDE
meliputi fasilitas perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan, serta sumber daya
manusia. SIPEDE meliputi data Desa, data Pembangunan Desa, Kawasan Perdesaan, serta
informasi lain yang berkaitan dengan Pembangunan Desa dan pembangunan Kawasan
Perdesaan. SIPEDE dikelola oleh Pemerintah Desa dan dapat diakses oleh masyarakat Desa
dan semua pemangku kepentingan. Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota menyediakan
informasi perencanaan pembangunan Kabupaten/ Kota untuk Desa.

Dalam pelaksanaanya, maka pemerintah daerah melalui instansi terkait wajib


memberikan informasi kepada desa terkait rencana kerja pemerintah daerah, program yang
berjalan di desa, dan pagu indikatif desa, maupun informasi kabupaten yang
terkait/berhubungan dengan Desa. Informasi tersebut disampaikan ke masing-masing desa
baik melalui media informasi daerah. Kepala Desa wajib memberikan atau menyebarkan
informasi kepada masyarakat desa secara tertulis terkait penyelenggaraan pemerintahan
desa setiap akhir tahun. Masyarakat Desa dapat menyampaikan informasi yang terjadi di
desanya kepada Kepala Desa dan Pemda melalui media informasi desa. Informasi yang
diminta oleh masyarakat Desa menyangkut: penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.

SIPEDE sebagai bentuk transparansi dan pertanggungjawaban Kepala Desa kepada


masyarakat, maupun pemerintah Kabupaten/ Kota kepada Desa. Sampai saat ini, SIPEDE
merupakan salah satu solusi dalam mengatasi kebekuan informasi antara desa dengan
warganya, ataupun desa dengan Pemerintah Daerah.

8. Penerapan SIPEDE

Penerapan teknologi perlu mengedepankan pertimbangan ketersediaan akses masyarakat


atas teknologi. Teknologi yang terlalu dipaksakan pada konteks wilayah tertentu, justru
akan menjadi hambatan tersendiri bagi pemerintah desa dan masyarakat dalam
pemanfaatan data tersebut.

Penerapan teknologi tidak boleh ditunggalkan dengan mempertimbangkan akses


masyarakat atas informasi pembangunan yang berbeda-beda di setiap lokasi.Ketersediaan
data yang tidak dibarengi dengan akses masyarakat atas data pembangunan juga
menghambat partisipasi masyarakat.

Penerapan Sistem Informasi harus mempertimbangkan bagaimana masyarakat


dapat memanfaatkan informasi yang termuat dalam sistem informasi. Akses atas informasi
menjadi prasyarat dasar untuk memastikannya.

KN PPID - 88
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
9. Praktek SIPEDE

Sistem Informasi Pembangunan Desa merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk
memantau proses pelaporan sekaligus memberikan informasi Perencanaan Kegiatan desa
bersumber APBDes, pendanaan (7 Sumber Pendanaan) sampai dengan hasil-hasil kegiatan
Pembangunan Desa. Adapun fokus monitoring Keuangan APBN (Dana Desa) dapat
disajikan secara detail beserta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan yang
dimaksud dapat dikategorikan sesuai dengan Bidang dan Prioritas penggunaan Danana
Desa. Untuk mengenal dan menjalanakan aplikasi, silahkan berikut ini tatacaranya:

Pastikan SIPD dapat diakses di alamat: http://sipede.ppmd.kemendesa.go.id

1. Dashboard

1.1. Data Tematik Provinsi Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah

1.2. Data Tematik Provinsi Rekening Kas Umum Daerah ke Rekening Kas Desa

KN PPID - 89
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
1.3. Grafik Penggunaan Dana Desa sesuai Bidang dan Sub Bidang Pembanguan Desa per
Tahun Anggaran.

1.4. Data Kegiatan bersumber Dana Desa (APBN) per Tahun Anggaran

1.5. Masuk Aplikasi


Untuk masuk ke Aplikasi adalah user yang terdaftar sebagai pendamping dengan Login
dan Password sesuai lokus-masing-masing.

2. APBDesa
Sistem pengadministrasian APBDesa pada dasarnya terbagi pada pengelolaan Pendapatan,
Belanja, Pembiayaan, Perencanaan, Pelaporan dan Penatausahaan keuangan Desa.

KN PPID - 90
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Sistem menyediakan 3 cara Input data APBdesa:
1. Mengisi secara manual
2. Upload file format excel pada lembar kerja:
a. PLD : Lembar Kerja APBDES-Prov-Kab-Kec (dalam bentuk soft copy)
b. PD-PDTI : Lembar Kerja APBDES-Prov-Kab-Kec (dalam bentuk soft copy)
c. TAM : Lembar Kerja APNDES-Prov-Kab-Kec (dalam bentuk soft copy)
Catatan:
 Input data diisikan oleh PLD; jika PLD kosong diisikan PD; dan jika PD
kosong diisikan oleh TA Kab.
 TA Kab bertugas meverifikasi, validasi data dan melaporkan secara
berjenjang
3. Untuk Desa yang sudah menggunakan SISKEUDES dapat melakukan ekport pada
menu Laporan Penganggaran:

dan pilih pada Laporan 1b- Ringkasan APBDes dan selanjutnya sesuai dengan
SISKEUDES Desa. pilih parameter yang sesuai, print to file di cek box, pilih ke file
excel, kemudian isikan sumber pendanaan secara manual sesuai kreteria kemudian
di upload.

KN PPID - 91
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Sebagai catatan: untuk kegiatan-kegiatan diisikan nilai Sumary (Kode 3 Digit) dan
untuk Detai Rab dalam Laporan ini belum di perlukan (capture Data Keguiatan
berdasar APBDes SISKEUDES)

Berikut ini contoh upload format excel berdasar lembar kerja form APBdes

3. RKUD ke RK Desa

Pemantauan Transfer Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) ke RK Desa sesuai dengan
kesiapan Desa untuk mengakses Dana Desa. Pendamping dapat melaporkan progres ke
dalam aplikasi dengan melaukan Edit Data

KN PPID - 92
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
4. Kegiatan dari dana Desa

Kegiatan Dana Desa adalah realisasi dari perencanaan berdasar APBDesa yang dilengkapi
oleh pendamping sesuai dengan Laporan progres Kegiatan berdasar LPJ. adapun kegiatan-
kegiatan yang memiliki nomenklatur yang perlu di sesuaikan dengan keperluan Kementrian
Desa PDTT akan disesuaikan dengan pilihan-pilih kegiatan untuk singkronisasi.

5. Profil Desa
Profil Desa memuat informasi terkait Desa menggunakan Dana Desa (APBN)

KN PPID - 93
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
CATATAN:
Sistem Pelaporan Yang sedang Di Kembangkan P3MD Pusat:
1. HRD
2. Penangan dan Pengaduan Masalah (CHS)
Penegasan
1. PMK 50_2017. Pengelolaan transfer ke daerah dan DD.
2. PMK 112_2017. Perubahan pertama thd PMK 50_2017.
3. PMK 199_2017. Tata cara pengalokasian DD Kab Kota.
4. PMK 225_2017. Perubahan kedua thd PMK 50_2017.
5. PMK 226_2017. Perubahan rincian DD menurut Kab Kota.

Catatan:
1. Pastikan peserta sudah memiliki pengetahuan APBDesa (Pemendagri
113) dan telah membaca petunjuk tersebut.
2. Pastikan peserta sudah memiliki pengetahuan "Transfer Pemerintah Daerah
dan Dana Desa" (PMK 50 tahun 2017) terkait Dana Desa mulai Pasal 99.
3. Peserta sudah memahami (Permendesa No. 4 Tahun 2017) Penetapan
perubahan atas peraturan Menteri Desa, Pembanguanan Daerah
Tertinggal Transmigrasi No. 22 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan dana Desa.

KN PPID - 94
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Lembar Informasi 6.3.1

APLIKASI GEOTAGGING

A. Pendahuluan

Kecanggihan HP saat ini sudah menjadi hal yang wajar, peningkatan teknologi yang
signifikan tiap tahunnya sudah bukan menjadi hal yang mengherankan. Sekarang
bermunculan teknologi yang modern dengan ukuran segenggaman tangan saja yaitu
HP/smartphone. Saking canggihnya sekarang sudah terdapat fitur Geotagging. Apa itu
Geotagging? Yuk kita bahas fungsi dan tips menggunakan geotagging.

Geotagging adalah sebuah proses identitas metadata terhadap suatu media seperti
gambar, video, foto maupun sebuah website yang akan diselipkan titik koordinat suatu
tempat secara detail. Fungsi koordinat tersebut adalah:

 Sebuah koordinat yang mempunyai keterangan tentang sebuah letak di bumi


dengan satuan bujur dan lintang.

 Selain memberikan koordinat dengan bujur dan lintang, geotagging juga


memberikan informasi berupa keterangan kapan waktu koordinat tersebut
diambil, jadi sangat akurat untuk mengabadikan suatu gambar atau foto atau
tempat dengan tepat.

 Serta mempunyai fungsi untuk menyimpan data sebuah letak dan tempat
sehingga mudah untuk dicari dalam peta.

Pada jaman awal komputer ditemukan, geotagging sudah mulai banyak digunakan,
apalagi pada saat adanya jaringan internet dan satelit, perkembangan teknologi
geotagging sungguh berkembang pesat. Fungsi dan tips menggunakan geotagging akan
kita ulas lebih dalam lagi.

Balik lagi ke topik awal, dengan kecanggihan HP saat ini, sudah dapat dipastikan
hampir semua HP dan aplikasi dalam HP pasti mempunyai geotagging, tentunya untuk
menggunakan geotagging anda harus menyalakan GPS dahulu. Apa itu GPS? GPS adalah
singkatan dari Global Positioning System, yang merupakan sistem navigasi berbasis satelit
yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dan dioperasikan dengan 27 jaringan satelit di
dunia. Jadi informasi tentang peletakan sebuah posisi dapat saling terkait dengan satelit
dan GPS akan mudah diproses.

Dengan menyalakan GPS pada HP anda, maka satelit akan bekerja untuk menerima
sinyal dari HP anda dan menyimpan koordinat dimana HP anda berada. Memang sangat
praktis apabila anda sedang berpergian yang harus menggunakan peta. Fungsi lainnya
yaitu untuk mencari sebuah lokasi berdasarkan penamaan jalan, alamat, atau suatu daerah
dengan menggunakan GPS. Misal apabila anda menggunakan Instagram atau Foursquare
dengan menggunakan share location, maka akan secara otomatis akan menyimpan juga
koordinat
KN PPID - 95
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
dimana gambar atau lokasi tempat dimana anda mengakses kedua aplikasi tersebut,
tentunya anda harus mengaktifkan GPS terlebih dahulu. Bahkan GPS juga bisa digunakan
sebagai cara melacak hp yang hilang.

Namun mempunyai kelemahan apabila anda mengaktifkan GPS secara terus


menerus, dapat menyebabkan baterai hp anda cepat panas. Maka dari itu Anda perlu
mempelajari cara menghemat baterai Android. Selain baterai boros, terkadang juga dapat
menyebabkan kuota anda cepat habis dan sebaiknya anda mengetahui cara menghemat
kuota supaya tidak boros. Hal ini Fungsi dan tips meggunakan geotagging benar-benar
berguna supaya HP anda tetap terawat.

B. Cara Penggunaan Geotagging


Bila anda mempunyai aplikasi-aplikasi media sosial seperti Instagram, Foursquare,
penggunaan geotagging Android dan iPhone dapat digunakan dengan mudah, anda hanya
tinggal mengaktifkan GPS dan untuk mengakses aplikasi tersebut juga anda harus
mempunyai jaringan internet. Perlu anda tahu juga bagaimana cara mempercepat kinerja
hp Android agar tidak lemot supaya aplikasi yang berat dikarenakan loading image yang
banyak seperti Instagram dapat berjalan dengan lancar.

Contoh aplikasi lainnya selain media sosial adalah aplikasi untuk komersil seperti
aplikasi buatan Indonesia yang saat ini sedang ngehitz yaitu:
 Go-jek (perusahaan transportasi lokal yang berdiri pada tahun 2010)
 Grab (perusahaan transportasi internasional yang berdiri pada tahun 2012,
dahulu dikenal dengan nama MyTeksi)
 Uber (perusahaan transportasi San Fransisco yang telah diadaptasi ke Indonesia
pada tahun 2012)
Ketiga aplikasi ini merupakan aplikasi transportasi massal yang sangat memudahkan
penggunanya dalam bidang transportasi. Dengan menggunakan sistem geotagging, ketiga
aplikasi ini memuat data-data dimana client, driver serta lokasi yang ditujukan. Dan aplikasi
selain media sosial dan komersil, ada pula aplikasi yang pada zaman sekarang yang pasti
menggunakan geotagging yaitu aplikasi hiburan game, dan hampir segala jenis game yang
online pasti menggunakan geotagging agar sesama player (pemain) dapat saling
mengetahui lokasi player lainnya.

Dan sudah tidak mengherankan lagi pada jaman sekarang, dengan teknologi
geotagging kita dapat mengetahui lokasi-lokasi tempat makan, tempat nongkrong, tempat
hiburan dan bahkan tempat-tempat lainnya yang ada di dunia maya. Bahkan bisa juga
digunakan sebagai cara mengetahui posisi seseorang melalui Google Map atau mengintai
langsung lokasi yang anda inginkan secara 3D layaknya anda berada disana. Lokasi tersebut
dengan mudah anda temukan hanya dengan menginput nama jalan, alamat atau koordinat
yang anda inginkan, hebat sekali bukan?

14. Bahaya Geotagging

KN PPID - 96
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Geotagging sangat membantu kehidupan manusia. Namun geotagging juga dapat sangat
berbahaya apabila disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Berhati-
hatilah pada saat anda memposting foto anda pada aplikasi media sosial yang
menggunakan geotagging. Pada foto tersebut akan menyimpan informasi seperti lokasi,
waktu dan keterangan-keterangan anda yang dapat disalahgunakan oleh orang yang tidak
berkepentingan.

Selain foto, informasi tentang nama, misalnya nama keluarga atau teman yang
sering anda upload ke media sosial dapat memicu dan memancing perbuatan kejahatan.
Begitu pula dengan foto tentang barang-barang berharga (maksudnya pamer, tapi
malahan memancing malapetaka). Oleh sebab itu sungguh anda harus berhati-hati dalam
menggunakan geotagging. Apabila tidak diperlukan, lebih baik anda non-aktifkan saja
fungsi geotagging tersebut daripada dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan.
Caranya sangat mudah, yaitu:
 Non-aktifkan Location Services pada HP berjenis iPhone.

 Untuk berjenis Android, masuklah ke setelan lalu Location Services dan Uncheck
kedua option GPS Satellites dan WLAN & Mobile Network Location.

 Lalu untuk HP diluar jenis-jenis diatas, berbeda-beda caranya, dan untuk cara
ringkasnya anda tinggal non-aktifkan saja GPSnya. Beres deh.

Demikian pengertian, fungsi dan tips menggunakan geotagging Android dan


iPhone serta bahayanya menggunakan geotagging. Gunakan dengan bijaksana ya.

15. JENIS-JENIS APLIKASI GEOTAGGING


1. Pix GPS

Software sederhana untuk Windows yang dapat memasukkan posisi nyata (latitude dan
longitude) ke dalam poto EXIF metadata.

Yang dibutuhkan : Kamera digital yang dapat menyimpan file EXIF disamping file
gambar, GPS receiver, dan software Pix GPS. PixGPS tergolong mudah digunakan,
mendownload foto dari kamera kemudian mengambil data berformat GPX dari GPS
receiver. Pix GPS geotagger akan mengkalkulasi longitude dan latitude dari masing-masing
foto.

2. Geosetter
adalah perangkat lunak untuk windows (XP atau yang lebih tinggi) untuk menunjukkan dan
merubah geo data dan metadata lainnya dari sebuah image file (IPTC/XMP/EXIF). Versi saat
ini yang digunakan adalah versi 3.4.26 yang dirilis pada 1 Februari 2011. Spesifikasi
detailnya sillakan klik link berikut http://www.geosetter.de/en

KN PPID - 97
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
3. Picasa

Google Picasa 3 dan windows live photo gallery adalah perangkat lunak yang dapat
digunakan untuk melihat dan mengedit personal photographs. Editor photo ini not-fuul
featured, perangkat lunak professional untuk pengeditan foto. Picasa dapat digunakn
dengan mudah tidak diperlukan teknik yang sulit untuk menggunakannya.

Google Picasa 3 dapat digunakan pada windows XP, Vista atau Mac OS X versi 10.4.9
atau lebih besar dari itu. Tetapi untuk menggunakannya pada Linux dan windows 98 , ME
dan 2000 diperlukan picasa khusus untuk itu. Kita dapat mengupload foto secara langsung
untuk membuat Picasa Web Album menggunakan tombol upload pada bawah screen.

4. Software GpicSync

Merupakan singkatan dari GPS Pictures Synchronization, sebuah perangkat lunak


geotagging gratis yang dibuat oleh francois.schnell. Gpicsync merupakan aplikasi kecil dan
sederhana yang berfungsi secara otomatis menyisipkan informasi lokasi ke dalam metadata
foto sehingga foto tersebut bisa ditampilkan ke dalam google earth, flickr, loc.alize.us
menggunakn timeline GPS track.

5. Haodah Geo

Seperti pada kamera yang dilengkapi GPS, Houdah Geo dapat menyimpan informasi
latitude, longitude dan altitude. Dapat menuliskan pada EXIF, XMP, IPTC. Hasilnya dapat
ditampilkan pada google earth, flickr, locr. Houdah Geo memiliki 2 kebutuhan: Untuk
pengarsipan menggunakan EXIF, XMP, dan IPTC sementara untuk publikasi menggunakan
google earth, flickr, atau locr.

6. IMMAGEO

Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk proses geo tag sebuah foto dengan GPS
koordinat dan dapat menunjukkan secara real foto yang diambil. Dan hasilnya dapat
dipublikasikan secara online pada Flickr.

7. GPS Photolink

Adalah perangkat lunak yang dapat menghubungkan photo digital dengan koordinat GPS
dimana proses pengambilannya tanpa terhubung dengan wire. GPS photo link
mendownload foto dari kamera dan GPS tracklog atau waypoint dari GPS receiver.
Kemudian mencocokkannya dengan waktu pada GPS.

8. JetPhoto Studio 5

KN PPID - 98
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
JetPhoto studio adalah perangkat lunak yang lengkap dan mudah digunakan. Dapat
digunakan untuk:
 Mengedit foto dalam album
 Mengelola foto dengan kalender dan peta
 Dapat melakukan proses geotagging dengan GPS
 Membuat Flash dan Web Galeri
 Dapat mempublish album dengan JetPhoto Server

Pengguna dapat melihat peta yang menunjukkan lokasi dimana sebuah foto diambil.
jetPhoto mencocokkan foto digital dengan time-syncronized GPS tracks untuk
menlokasikan foto secara otomatis. Dengan JetPhoto Studio, akan lebih mudah membuat
galeri dengan Google Map dan Google Earth untuk menunjukkan lokasi kamera ketika
mengambil gambar.

9. PictoGEO

Ketika dilakukan pengambilan foto secara otomatis disimpan informasi-informasi gambar


tersebut. Namun, karena seringkali tidak ada informasi dimana gambar itu disimpan jadi
seringkali terjadi kesulitan ketika memanggil lokasi yang ditunjukkan. Pictogeo bekerja
dengan data GPS dan mengikuti view lokasi foto pada virtual map, seperti google earth.
Picto Geo juga dapat mengatur seluruh perjalanan. Jika kamu melakukan sebuah perjalanan
kamu dapat melakukan rekonstruksi ulang, dan semua jarak dapat diketahui.
Untuk menyimpan informasi pada lokasi dengan kamera digital, kamu akan
membutuhkan, kamera, GPS data logger, PictoGeo GPS data logger. Sebuah GPS data
logger berkemampuan untuk menemukan posisi dengan akurat dengan bantuan GPS
satelit. Namun, tidak seperti system navigasi, GPS data logger tidak akan menunjukkan
jalan dari point A ke B tetapi menyimpan posisi geografis saat ini, kecepatan, dan
ketinggian absolute, dan waktu UTC yang tepat juga mengacu pada koordinat universal.
Kamu dapat menggunakan pictoGeo untuk melakukan link informasi lokasi yang
dikumpulkan oleh GPS data logger dengan foto digital.

10. Panoramio

Merupakan komunitas website yang dapat digunakan untuk memberikan informasi geo
lokasi pada peta, menyimpan dan mengedit foto-foto dan mempublikasikan melalui
google earth. Lintang Google (google latitude) akan mempublish lokasi kita dengan teman
dan pemandangan lokasi tersebut pada peta. ketika diaktifkn, google latitude history
menyimpan lokasi sebelumnya dan mencocokkan foto dengan penyimpanan lokasi di
dalam Google Latitude History. Dengan kombinasi Panoramio dan Google Latitude dapat
dilakukan geotagging secara otomatis dengan mencocokkan waktu pada stamp foto dan
lokasi yang terekam dalam Google Latitude History. Untuk menggunakan aplikasi ini
dibutuhkan pengaturan Panoramio. Jika kita menginginkannya, Panoramio akan mengakses
Google

KN PPID - 99
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID
Latitude History yang kita untuk menemukan lokasi pada waktu ketika foto tersebut
diambil. Sehingga membuat waktu pada kamera sesuai dengan nilai yang dimasukkan
dalam pengaturan Panoramio.

KN PPID - 100
Lembar Informasi Pelatihan Pendamping Lokal Desa - PID

Anda mungkin juga menyukai