Anda di halaman 1dari 310

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |i

PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

ii| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Modul Pelatihan
Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa

Infrastruktur Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | iii


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

iv| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Modul Pelatihan
Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa

Infrastruktur Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | v


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

MODUL PELATIHAN
PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA
INFRASTRUKTUR DESA

PENGARAH: Eko Putro Sanjoyo (Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia)

PENANGGUNG JAWAB: Taufik Madjid (Dirjen, Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa)

TIM PENULIS: Wahjudin Sumpeno, Lendy Wahyu Wibowo, Octaviera Herawati,


Bambang Warsito, Marnia Nez, Early, Ratih Nurmala Dewi, Didik Farinto, Rusdin M. Nur,
Adang Rujiana, Susilawati, Muhammad Fuad, Nur Kholis, Ismail A. Zainuri, Borni
Kurniawan, Wafa Patria Umma, Riza Surya Kusuma, Rospita Sihombing

REVIEWER: Muhammad Fachry, Bambang Soetono, Yoseph Lucky, Wahyuddin Kessa

COVER & LAYOUT: Wahjudin Sumpeno

Cetakan Pertama, Juli 2018

Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

vi| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740


Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242
Web: www.kemendesa.go.id

Daftar Istilah dan Singkatan

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan
masyarakat.
7. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna
mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
8. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara
Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis.
9. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | vii


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa


yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat
Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
10. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan
Desa.
11. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
12. Perencanaan pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawarat-
an Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumber daya Desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
Desa.
13. RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan
Desa, arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum dan program dan program
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau lintas OPD, dan program prioritas
kewilayahan disertai dengan rencana kerja.
14. RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk
periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat
rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka
pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan Desa, rencana
kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh
Pemerintah Desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.
15. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari
RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan
pembangunan Daerah.
16. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
18. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa.

viii| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

19. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
20. Program Inovasi Desa disingkat PID merupakan salah satu upaya Pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui peningkatan
kapasitas desa dalam mengembangkan rencana dan pelaksanaan pembangunan
desa secara berkualitas.
21. Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa disingkat P2KTD adalah lembaga
profesional yang menyediakan jasa keahlian teknis tertentu di bidang
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya
Manusia, dan Infrastruktur Desa.
22. Tim Inovasi Kabupaten adalah Tim yang dibentuk oleh Bupati/Walikota untuk
melaksanakan kegiatan Inovasi dalam program Inovasi Desa di kabupaten/kota.
Pembentukan Tim Inovasi Kabupaten PID ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota dan berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.
23. Kelompok Kerja Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa disingkat Pokja PPID
adalah tim yang dibentuk dibawah koordinasi Tim inovasi Kabupaten bertugas
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan Inovasi melalui
pengelolaan pertukaran pengetahuan.
24. Kelompok Kerja Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa yang disingkat Pokja
P2KTD, adalah Tim yang dibentuk dibawah koordinasi Tim Inovasi Kabupaten
bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan Kegiatan
Peningkatan Kapasitas Penyedia Layanan Teknis (P2KTD) dalam upaya
menyediakan kebutuhan desa akan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis yang
profesional

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | ix


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

x| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kata Sambutan
Direkturat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa

Bismillahirrahmanirrahiim
Atas berkat rahmat Alloh SWT, Kami panjatkan puji dan syukur Alhamdulillah yang telah
memberikan kekuatan lahir dan bathin sehingga Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa Program Inovasi Desa (PID) TA 2017 telah hadir sebagai panduan
peningkatan kapasitas bagi Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa dalam rangka
mendukung peningkatan kualitas pembangunan Desa.
Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) diinisiasi
oleh Direktorat Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD),
Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian
Desa, PDT, dan Transmigrasi. Modul pelatihan ini sebagai panduan dalam mendorong
peningkatan kualitas pemanfaatan Dana Desa dengan memberikan ruang kepada
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa terlibat dalam mendorong inovasi dalam
pelaksanaan pembangunan Desa khususnya di bidang pengembangan potensi ekonomi
lokal dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia serta infrastruktur Desa.
Melalui dukungan PKTD ini, Desa diharapkan mampu memicu munculnya inovasi dan
pertukaran pengetahuan dalam peningkatan kualitas pembangunan.
Secara khusus modul pelatihan ini sebagai panduan bagi penyelenggara dalam
memfasilitasi proses pelatihan bagi P2KTD agar memahami secara filosofis, teknis serta
memandu proses pelaksanaan pendampingan teknis di Desa. Jika diperlukan
penambahan dan pengayaan terkait topik-topik pembahasan dapat diskusikan bersama
agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Modul Pelatihan P2KTD ini. Semoga Alloh SWT
senantiasa memberkati dan membimbing kita semua. Amien.

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA

Taufik Madjid

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xi


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

xii| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Daftar Isi

Daftar Istilah vii


Kata Sambutan Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa xi
Daftar Isi xiii

Pokok Bahasan 1: Kebijakan Pembangunan Desa


1.1. Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa dalam Progam 1
Inovasi Desa
1.2. Tata Kelola Desa 5
1.3. Kewirausahaan Sosial 9

Pokok Bahasan 2: Peluang Penyedia Peningkatan Kapasitas


Teknis Sarana Prasarana Desa
2.1. Kebijakan Pembangunan Sarana Prasarana Desa 15
2.2. Kondisi dan Tantangan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Pembangunan Sarana Prasarana Desa 19
2.3. Peluang Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Pembangunan Sarana Prasarana 29

Pokok Bahasan 3: Membangun Kapasitas Kelembagaan


3.1. Analisis Potensi Pasar Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Sarana Prasarana Desa 37
3.2. Pengembangan Organisasi 43
3.3. Strategi Promosi Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa 49
3.4. Pelayanan Pelanggan 55
3.5. Dokumentasi Kegiatan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Desa 61
3.6. Pengelolaan Keuangan 71

Pokok Bahasan 4: Rencana Bisnis dan Tindak Lanjut


4.1. Rencana Bisnis (Business Plan) Penyedia Peningkatan Kapasitas
Teknis Sarana Prasarana Desa 87
4.2. Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) 93

Lembar Informasi 101 - 289

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xiii


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

xiv| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 1
KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xv


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

xvi| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


Rencana Pembelajaran
SPB Penyedia Peningkatan
1.1 Kapasitas Teknis Desa
dalam Program Inovasi
Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan latar belakang, tujuan, prinsip, ruang lingkup,
mekanisme dan komponen PID;
2. Menjelaskan kebijakan P2KTD.

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, Tanya Jawab, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 1.1.1 “Program Inovasi Desa”;
 Media Tayang 1.1.2 “Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
(P2KTD)”;
 Lembar Informasi 1.1.1 “Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi
Desa”;
 Lembar Informasi 1.1.2 “Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Desa dalam Program Inovasi Desa”.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |1


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Program Inovasi Desa
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Kebijakan Pembangunan Desa” sebagai
landasan bagi P2KTD dalam pelaksanaan program inovasi Desa;
2. Lakukan pemaparan tentang kebijakan umum Program Inovasi
Desa mencakup larat belakang, tujuan, prinsip-prinsip dan ruang
lingkupnya dengan menggunakan media tayang 1.1.1;
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengajukan pendapat terkait hasil paparan yang telah dilakukan;
4. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam tanya jawab.
5. Lakukan pembulatan atau penegasan terkait isu-isu krusial dalam
Program Inovasi Desa;
6. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta tentang Pokok-Pokok Kebijakan
Program Inovasi Desa dan Penyedia Peningkatan Kapasitas
Teknis Desa dalam Program Inovasi Desa dilakukan sebelum
pembelajaran dimulai (jika dimungkinkan pada sesi malam
atau istirahat). Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu
proses pembelajaran karena kesibukan membaca lembar informasi yang
dibagikan. Dengan demikian peserta memiliki cukup waktu untuk
mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan disampaikan pada
saat pembelajaran berlangsung.

Kegiatan 2: Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


7. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Kebijakan umum tentang Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa dalam pelaksanaan Program
Inovasi Desa” dengan mengkaitkan pembelajaran sebelumnya;

2| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

8. Lakukan pemaparan tentang kebijakan umum Program Inovasi


Desa mencakup larat belakang, tujuan, prinsip-prinsip dan ruang
lingkupnya dengan menggunakan Media Tayang 1.1.2;
9. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengajukan pendapat terkait hasil paparan yang telah dilakukan;
10. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam tanya jawab;
11. Lakukan penegasan tentang isu-isu krusial terkait Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) dalam pelaksanaan
Program Inovasi Desa;
12. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 3


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

4| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
1.2 Tata Kelola Desa

Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran tentang Tata Kelola Desa, peserta
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan ruang lingkup Tatakelola Desa (Hakekat, Azas,
Kewenangan);
2. Menjelaskan siklus Perencanaan dan Penganggaran Desa;
3. Menjelaskan proses pengambilan keputusan di Desa.

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, Diskusi Kelompok, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 1.2.1: “Tata Kelola Desa”;
 Lembar Diskusi Kelompok 1.2.1: Siklus Perencanaan dan Pengang-
garan Desa”;
 Lembar Diskusi Kelompok 1.2.1: “Perencanaan dan Penganggaran
Desa”;
 Lembar Informasi 1.2.1: “Tata Kelola Desa dalam Perspektif UU No.
6 Tahun 2014”.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 5


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Tata Kelola Desa
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Tata Kelola Desa”;
2. Lakukan pemaparan secara ringkas dan jelas tentang hakikat,
azas, dan kewenangan Desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan menggunakan media
tayang 1.2.1;
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengajukan pendapat terkait hasil paparan yang telah dilakukan;
4. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam tanya jawab;
5. Lakukan pembulatan atau penegasan tentang isu-isu krusial terkait
tata kelola Desa;
6. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan.

Kegiatan 2: Siklus Perencanaan dan Penganggaran Desa


7. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Siklus Perencanaan dan Penganggaran
Desa” dengan mengkaitkan pembelajaran sebelumnya;
8. Lakukan pemaparan tentang siklus perencanaan dan penganggar-
an Desa berdasarkan Permendagri Nomor 20 tahun 2018 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa dan Permendagri Nomor 114 tahun
2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, dengan mengguna-
kan media tayang 1.2.1;
9. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengajukan pendapat terkait hasil paparan yang telah dilakukan;
10. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam tanya jawab;
11. Lakukan penegasan tentang isu-isu krusial terkiat perencanan dan
penganggaran Desa serta mengkaitkan peran P2KTD dalam
mendukung pembangunan Desa;
12. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

6| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kegiatan 3: Memahami Proses Pengambilan Keputusan di Desa


13. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Proses Pengambilan Keputusan di Desa”;
14. Minta beberapa orang peserta untuk menjelaskan tentang
mekanisme pengambilan keputusan di Desa dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah prinsip-prinsip pengambilan keputusan di Desa?
b. Apakah hakikat diselenggarakannya Musyawarah Desa?
c. Bagaimana proses pengambilan keputusan di Desa?
d. Siapa saja yang terlibat dalam pengambilan keputusan di Desa?
15. Berikan penegasan terkait hal-hal di atas;
16. Akhiri sesi ini dengan menegaskan pentingnya memahami SPB ini
dalam kaitannya dengan pembahasan materi selanjutnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 7


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Diskusi Kelompok 1.2.2

Matrik Siklus Perencanaan dan Penganggaran Desa

No Kegiatan Kapan Siapa yang Bagaimana Output


dilakukan? melakukan? melakukannya?

8| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
1.3 Kewirausahaan Sosial

Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran tentang kewirausahaan sosial, peserta
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep kewirausahaan sosial dalam P2KTD;
2. Menguraikan karakteristik kewirausahaan sosial;
3. Merefleksikan nilai-nilai kewirausahaan sosial dalam organisasi.

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Curah Pendapat, Diskusi Film, dan Tanya Jawab

Media
 Media Tayang 1.3.1: “Konsep dan Karakteristik Kewirausahaan
Sosial”;
 Film 1.3.1: “Grameen Bank – Muhaman Yunus”;
 Lembar Informasi 1.3.1: “Kewirausahaan Sosial”.

Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 9


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Kewirausahaan Sosial dalam Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Kewirausahaan Sosial dalam Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)” dalam rangka
mendorong upaya perubahan masyarakat di Desa;
2. Awali dengan curah pendapat tentang pengertian kewirausahaan
sosial dengan mengajukan beberapa pertanyaan kunci sebagai
berikut:
a. Apa yang dimaksud kewirausahaan sosial?
b. Mengapa kewirausahaan sosial sangat penting bagi P2KTD?
c. Hal-hal apa saja yang menjadi tantangan dalam membangun
jiwa kewirausahaan sosial bagi P2KTD?
3. Gunakan kertas plano untuk mencatat hal-hal pokok yang
dikemukakan peserta;
4. Lakukan pembulatan atau penegasan tentang isu-isu krusial terkait
konsep kewirausahaan sosial bagi P2KTD;
5. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan.

Kegiatan 2: Mengidentifikasi Karakteristik Kewirusahaan Sosial


6. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Mengidentifikasi Karakteristik Kewirausaha-
an Sosial” dengan mengkaitkan pembelajaran sebelumnya;
7. Dimulai dengan penayangan film pendek tentang Grameen Bank
(Muhamad Yunus);
8. Setelah penayangan film tersebut, selanjutnya ajaklah peserta
untuk membahasnya dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kunci sebagai berikut:
a. Apa ukuran keberhasilan (kinerja) dari Grameen Bank?
b. Apa tujuan utama Muhammad Yunus mengembangkan
Grameen Bank?
c. Hal-hal apa saja yang dibangun dalam mencapai tujuan
tersebut?
d. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan tersebut?
e. Bagaimana memobilisasi kegiatan?

10| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

f. Tantangan apa saja yang dihadapi?


g. Darimana sumber dana pengembangan Grameen Bank?
9. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengajukan pendapat terkait hasil penayangan film dan
pembahasan yang telah dilakukan;
10. Lakukan penegasan dengan menayangkan media tayang 2.3.1
terkait konsep dan karakteristik kewirausahaan sosial;
11. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan.

Kegiatan 3: Refleksi Nilai-Nilai Kewirausahaan Sosial


12. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “refleksi nilai-nilai kewirausahaan sosial”
dengan menggali sesuai dengan konteks lembaga masing-masing;
13. Lakukan refleksi bersama dengan mengajukan pertanyaan sebagai
berikut:
a. Apa nilai–nilai kewirusahaan sosial yang sudah diterapkan
dalam organisasi/lembaga masing-masing?
b. Apa nilai–nilai kewirusahaan sosial yang belum diterapkan?
c. Bagaimana cara untuk menerapkan nilai-nilai kewirausahaan
sosial dalam organisasi/lembaga?
14. Catatlah dalam kertas plano agar mudah diamati oleh seluruh
peserta terkait hal-hal pokok yang berkembang dalam refleksi;
15. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 11


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

12| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 2
PELUANG PENYEDIA
PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS
SARANA PRASARANA DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 13


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

14| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


Rencana Pembelajaran
SPB Kebijakan Pembangunan
2.1 Sarana Prasarana Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pokok-pokok kebijakan dalam pembangunan sarana
prasarana perdesaan dan pola pembangunan desa melalui Pola
Padat Karya Tunai;
2. Menjelaskan prioritas dan program Kementerian dalam
pembangunan sarana prasarana Desa sesuai Permendesa PDTT No.
19 Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun
2018;
3. Mengkatagorikan jenis sarana prasarana ekonomi dan layanan
dasar desa.

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 2.1.1: “Pokok-Pokok Kebijakan dalam Pembangunan
Sarana Prasarana Desa”;
 Lembar Informasi 2.1.2: “Pembangunan Desa melalui Pola Padat
Karya Tunai”
 Lembar Informasi 2.1.3: “Jenis Sarana Prasarana Prioritas Dana Desa”
 Lembar Informasi 2.1.4: “Kebijakan Umum Pengamanan Sosial dan
Lingkungan dalam Pembangunan Sarana Prasarana Desa”.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |15


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Sarana
Prasarana
1. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari pokok
bahasan tentang “kebijakan pemerintah dalam pembangunan
sarana prasarana desa dan pembangunan desa melalui Pola Padat
Karya Tunai ”;
2. Pelatih melakukan pemaparan tentang kebijakan pembangunan
sarana prasarana Desa dan pola padat karya tunai dengan
menggunakan media tayang yang telah disediakan;
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat,
bertanya dan memberikan saran terkait pemaparan yang telah
dilakukan;
4. Catatlah hal-hal pokok terkait isu-isu krusial tentang kebijakan
pembangunan sarana prasarana di Desa dan pola padat karya tunai;
5. Lakukan penegasan dan kesimpulan dari hasil pembahasan yang
telah dilakukan.

Kegiatan 2: Program Prioritas Kementerian Desa PDTT dalam


Pembangunan Sarana Prasarana Desa
6. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari kegiatan
belajar tentang “Program Prioritas Kementerian Desa PDTT dalam
Pembangunan Sarana Prasarana Desa”;
7. Lakukan curah pendapat bersama peserta dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang menjadi tujuan pembangunan sarana prasarana
desa?
b. Kendala untuk mencapai tujuan tersebut?
8. Jawaban masing masing pertanyaan ditulis dikertas plano ditempel
didepan kelas, lakukan curah pendapat dengan seluruh peserta
mengenai kendala pencapaian tujuan pembangunan sarana
prasarana Desa.
9. Pelatih memberikan penegasan tentang tujuan dan kendala yang
dicapai dalam pembangunan sarana prasarana Desa.

16| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

10. Peserta dibagi menjadi 4 (empat) kelompok diskusi, masing-masing


kelompok melakukan diskusi dengan tema berbeda untuk jenis
sarana prasarana desa yang menjadi prioritas Dana Desa:
 Kelompok 1 mendiskusikan pengadaan pembangunan,
pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana dasar
untuk pemenuhan kebutuhan lingkungan pemukiman,
transportasi, energi, informai dan komuniasi.
 Kelompok 2 mendiskusikan pengadaan pembangunan,
pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana pelayanan
sosial dasar untuk kesehatan masyarakat, pendidikan dan
kebudayaan.
 Kelompok 3 mendiskusikan pengadaan pembangunan,
pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana ekonomi
untuk mewujudkan lumbung ekonomi desa.
 Kelompok 4 mendiskusikan pengadaan pembangunan,
pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana
lingkungan.
 Kelompok 5 mendiskusikan pengadaan pembangunan,
pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana lainnya
sesuai dengan kewenangan Desa.
11. Masing masing kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, kelompok lain untuk memberikan masukan;
12. Pelatih memberikan penegasan tentang prioritas penggunaan dana
desa.
13. Pelatih melemparkan pertanyaan, apa yang menjadi program
kementerian desa di bidang sarana prasarana.
a. Apa yang menjadi tujuan pembangunan Embung Desa?
b. Apa yang menjadi tujuan pembangunan Sarana Olah Raga
Desa?
14. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menyebutkan, lengkapi
jika masih ada belum disebutkan.

Kegiatan 3: Sarana Prasarana Penunjang Ekonomi Desa dan Layanan


Dasar Desa
15. Lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman awal tentang
jenis sarana prasarana yang bisa menjadi penunjang ekonomi di
desa, dengan melemparkan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 17


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

a. Apakah pembangunan sarana prasarana dapat mendorong


peningkatan ekonomi masyarakat desa ?
b. Apa saja jenis sarana prasarana penunjang peningkatan
produksi pertanian (pertanian, peternakan, perkebunan,
perikanan) dan ketahanan pangan ?
16. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab dan
berpendapat, lakukan curah pendapat, jika terdapat hal-hal yang
perlu penjelasan lebih lanjut, pelatih dapat memberikan penjelasan
dilengkapi pemaparan media tayang yang telah disediakan
17. Lakukan tanya jawab tentang jenis-jenis saran parasaran di Desa
dengan mengajukan beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut:
a. Apa jenis sarana prasarana di desa yang menunjang mutu
(kualitas) daerah pemukiman?
b. Apa jenis sarana prasarana desa bidang pendidikan dan
kesehatan dasar?
18. Catat semua jawaban peserta di kertas plano, lakukan curah
pendapat jenis sarana prasarana layanan dasar desa, penjelasan
pelatih tentang peningkatan mutu daerah pemukiman bisa dengan
melalui pengadaan sarana prasarana dasar desa, dengan
menyebutkan jenis sarana prasarananya;
19. Pemaparan untuk memberikan gambaran, desa sangat minim
perhatian terhadap sarana prasarana dasar bidang pendidikan dan
kesehatan dasar. Berikan pertanyaan pada peserta,
a. Mengapa sarana prasarana pendidikan dan kesehatan dasar
belum menjadi prioritas penggunaan dana desa?
b. Hal-hal apa saja yang menjadi kendala dalam pembangunan
sarana prasarana pendidikan (PAUD) dan layanan kesehatan
dasar di Desa?
c. Bagaimana mendorong kesarana masyarakat untuk
meningkatkan sarana prasarana pendidikan (PAUD) dan
layanan kesehatan dasar di Desa?
20. Catat semua jawaban peserta di kertas plano, selanjutnya lakukan
curah pendapat tentang pentingnya investasi untuk masa depan
anak-anak dengan pengembangan sarana prasaran PAUD dan
Posyandu;
21. Buatlah penegasan terkait isu-isu krusial yang berkembang dalam
pembahasan;
22. Selanjutnya, buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah
dilakukan.

18| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Rencana Pembelajaran
SPB Kondisi dan Tantangan
2.2 Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis
Pembangunan Sarana
Prasarana Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran tentang kondisi dan tantangan penyedia
peningkatan kapasitas teknis pembangunan sarana prasarana Desa,
peserta diharapkan dapat:
1. Menggambarkan kondisi sarana prasarana desa dalam lingkup
kabupaten;
2. Menjelaskan permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam
pembangunan sarana prasarana Desa.

Waktu
6 JP (270 menit)

Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Penayangan Slide, Diskusi Kelompok,
SWOT, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 2.2.1: “Kondisi dan Tantangan Pembangunan Sarana
Prasarana Desa”;
 Lembar Kasus 2.2.1: “Profil Pembangunan Sarana Prasarana Desa di
Kabupaten Serdang Bedagai”;
 Lembar Kerja 2.2.1: “Matrik Kajian Kondisi Pembangunan Sararana
Prasarana Desa”;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 19


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Lembar Kerja 2.2.2: “Matrik Kajian Tantangan dalam Pembangunan


Sarana Prasarana Desa”;
 Lembar Informasi 2.2.1: “Inovasi Sarana Prasarana Desa”

Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Kajian terhadap Kekuatan dan Kelemahan dalam
Pembangunan Sarana Prasarana Daerah
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pokok bahasan tentang “Kajian terhadap Kondisi Pembangunan
Sarana Prasarana Daerah”;
2. Bagilah peserta dalam kelompok yang berjumlah 5-6 peserta.
Masing-masing kelompok melakukan kajian terhadap kondisi
Pembangunan sarana prasarana daerah dengan mempelajari profil
kabupaten yang menggambarkan kondisi desa-desa secara
keseluruhan. Gunakan lembar kasus 2.2.1 sebagai bahan telaahan
dalam menemukenali kondisi dan tantangan bagi P2KTD dalam
mendukung pembangunan sarana prasarana Desa;
3. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikannya
dan menuliskan hasil telaahannya dalam Lembar Kerja 2.2.1;
4. Mintalah kepada beberapa kelompok untuk memaparkan hasil
diskusinya dalam pleno;
5. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk berpendapat,
mengkritisi dan memberikan saran atas paparan yang dilakukan;
6. Buatlah catatan penting terkait isu-isu krusial yang berkembang
dalam pembahasan;
7. Lakukan penegasan dan kesimpulan.

Kegiatan 2: Kajian Tantangan dan Peluang dalam Pembangunan


Sarana Prasarana Desa
8. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
topik tentang “Kajian Tantangan dan Peluang dalam Pembangunan
Saraa Prasarana Desa” dengan mengkaitkan hasil pembelajaran
sebelumnya;

20| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

9. Mintalah kelompok untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang


berdasarkan kondisi sarana prasarana Daerah yang mempengaruhi
pembangunan desa dan hasilnya dituliskan dalam Lembar Kerja
2.2.2;
10. Setelah selesai, mintalah kepada beberapa kelompok untuk
memaparkan hasil diskusinya dalam pleno;
11. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk berpendapat,
mengkritisi dan memberikan saran atas paparan yang dilakukan;
12. Buatlah catatan penting terkait isu-isu krusial yang berkembang
dalam pembahasan;
13. Lakukan penegasan dan kesimpulan.

Mulai pada sesi ini hingga sesi selanjutnya penggunaan studi


kasus menjadi informasi dasar dalam merumuskan berbagai hal
terkait rencana bisnis dan tindak lanjut yang akan dilakukan
oleh P2KTD. Oleh karena itu kelengkapan informasi dan data
terkait profil daerah (Kabupaten) dan kondisi desa-desa di
wilayah tersebut menjadi penting agar mendekati kondisi sesungguhnya.
Disarankan pelatih dapat menyediakan kasus lain yang lebih komprehensif
dengan menggunakan dokumen profil daerah (Kabupaten) riil yang lebih
lengkap serta informasi lain tentang kondisi seluruh desa yang
menggambarkan lokus analisis bidang pengembangan infrastruktur desa.
Atau masing-masing P2KTD dapat mengambil kasus di wilayah kerja
masing-masing dengan kelengkapan dokumen yang ada.
Khusus kasus yang disediakan dalam modul ini hanya sebagai gambaran
umum saja (resume profil daerah) yang dijadikan bahan diskusi awal
dalam penggalian kebutuhan, tantangan, dan peluang dalam
penyelenggaraan kegiatan peningkatan kapasitas teknis di desa yang
dapat diberikan oleh P2KTD.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 21


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

22| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kasus 2.2.1

Profil Pembangunan Infrastruktur


Kecamatan Caringin1
2
Luas area Kecamatan Caringin secara keseluruhan kurang lebih 789,38 km (7.893,8 Ha)
2
yang meliputi, daratan seluas kurang lebih 52,38 km (523,8 Ha) dan lautan seluas
2
kurang lebih 737 km (7.370 Ha). Secara administratif, Kecamatan Caringin terdiri dari
17 Desa/kelurahan sebagaimana dapat dilihat pada dengan batas-batas wilayah
administrasi Kecamatan sebelah Utara berbatasan dengan Selat Simalakama. Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Caringin Selatan. Sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan caringin Timur. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Caringin Barat. Ibukota Kecamatan Caringin terletak di Kecamatan Caringin.
Percepatan pembangunan infrastruktur merupakan salah satu faktor pendukung
tingkat kesejahteraan masyarakat dan daya saing suatu daerah untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi. Untuk memenuhi hal tersebut, Pemerintah Daerah terus
berupaya meningkatkan sarana prasarana dimaksud.
Panjang jalan di wilayah Kecamatan Caringin sampai tahun 2015 mencapai 677,83
km yang terdiri dari 82,59 km jalan provinsi, 41,29 km jalan kecamatan dan 33.42
km jalan desa . Jalan dalam kondisi baik sepanjang 20,32 km dari jalan provinsi, dalam
kondisi baik sepanjang 17,91 km jalan kecamatan, dengan kondisi baik dalam sepanjang
11.22 km jalan desa. Rincian kondisi jalan desa di wilayah Kecamatan Caringin sampai
tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel Panjang Jalan Berdasarkan Kondisi per Desa

No Desa Kondisi Jalan


Baik Sedang Rusak Rusak Berat
1 Kotarih 7.33 0.75 0.17
2 Silinda 3.89 0.28 0.13
3 Bintang Bayu 0,7 0.45 0.8
4 Dolok Asihul 4,93 0.09 0.64 0.76
5 Serbajadi 8,62 0.38 0.3
6 Sipispis 1,59 0.08 0.22
7 Dolok Erawan 3,67 0.46 1.54
8 Tebing Tinggi 11,31 0.9 0.89 0.59
9 Tebing Yahbandar 1,83 1.00 0.68
10 Bandar Halipah 5,31 0.08 0.67 0.37

1
Kasus ini hanya sebagai contoh saja. Disarankan dapat diganti atau disesuaikan berdasarkan
profil daerah yang menggambarkan kondisi seluruh desa di wilayah kerja masing-masing.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 23


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

No Desa Kondisi Jalan


Baik Sedang Rusak Rusak Berat
11 Tanjung Beringin 5,1 0.64 0.54
12 Sei Rampah 13,82 0.08 0.84 0.21
13 Sei Bamban 14,57 0.37 1.04
14 Teluk Mengkudu 1,51 0.53 0.36
15 Perbaungan 7,65 0.98 0.46 0.58
16 Pegajahan 3,87 0.49 0.53 1.06
17 Pantai Cermin 8,34 0.08 0.73 0.45
JUMLAH 11.22 2.7 9.7 9.8

Pada tahun 2011, luas irigasi Kecamatan dalam kondisi baik masih sebesar 399,55
Ha dan terus bertambah menjadi 716,97 Ha di tahun 2015. Di samping itu, jaringan
2
irigasi dalam kondisi baik pada tahun 2011 sepanjang 0,84 m per 10.000 m luas
2
persawahan juga meningkat menjadi 2,91 m per 10.000 m luas persawahan di
tahun 2015. Secara keseluruhan daftar luas baku lahan sawah yang berpengairan di
Kecamatan Caringin pada tahun 2015 dapat dilihat pada table berikut:

Tabel Daftar Luas Baku Lahan Sawah yang berpengairan per Desa

No Desa Luas Lahan Sawah Berpengairan (Ha)


Irigasi Irigasi Semi Irigasi Irigasi Desa Jumlah
Teknis Teknis Sederhana Non PU
1 Kotarih 0 0 15 5 20
2 Silinda 0 30 0 6 36
3 Bintang Bayu 0 0 20 0 20
4 Dolok Masihul 0 45 45 50 140
5 Serbajadi 0 60 0 30 90
6 Sipispis 0 48 0 0 48
7 Dolok Merawan 0 0 6 0 6
8 Tebing Tinggi 0 83 0 0 83
9 Tebing Syahbandar 0 25 0 0 25
10 Bandar Khalifah 0 87 40 0 127
11 Tanjung Beringin 0 20 0 5 25
12 Sei Rampah 42 69 0 22 133
13 Sei Bamban 0 52 0 12 64
14 Teluk Mengkudu 48 0 0 0 48
15 Perbaungan 39 0 0 22 61
16 Pegajahan 42 0 0 8 50
17 Pantai Cermin 38 0 0 17 55
Jumlah 209 519 126 177 1031

24| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kebijakan pembangunan di sektor infrastruktur irigasi diarahkan untuk


pemeliharaan sarana prasarana jaringan irigasi serta sumber daya air guna menunjang
sektor pertanian dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani sawah,
serta pengendalian bantaran sungai akibat dari banjir yang menganggu lahan
pemukiman, pertanian dan perkebunan masyarakat, sehingga usaha-usaha yang
dilaksanakan dalam bidang irigasi ditempuh dengan berbagai program seperti
pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi yang menggunakan berbagai sumber
dana yang penggunaannya untuk pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi.
Pelayanan umum pada urusan perumahan rakyat dan kawasan permukiman dapat
dilihat pada indikator rumah tangga pengguna air bersih, rumah tangga bersanitasi dan
lingkungan pemukiman kumuh serta ketersediaan tempat pemakaman. Penyeleng-
garaan urusan perumahan rakyat dan kawasan permukiman dilaksanakan agar
masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan
terjangkau di dalam kondisi yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan.
Berdasarkan data dari Dinas Tarukim, Kebersihan dan Pertamanan, rumah tangga
pengguna air bersih di Kecamatan Caringin terus meningkat dari 80.796 Unit di tahun
2011 menjadi sebanyak 85.796 Unit di tahun 2015. Dengan adanya Rencana Induk
Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), rumah tangga pengguna air bersih di
Kecamatan Caringin akan semakin bertambah di masa yang akan datang. Rumah
tangga bersanitasi juga meningkat dari 52,97%di tahun 2011 menjadi 64,80%di
tahun 2015. Sejalan dengan kedua indikator itu, lingkungan pemukiman kumuh di
Kecamatan Caringin juga semakin menurun dari 70,57% di tahun 2011 menjadi 66,40%
di tahun 2015 yang banyak terdapat di kawasan pesisir pantai timur Kecamatan
Caringin. Indikator tingkat ketersediaan sarana prasarana pemakaman mengalami
peningkatan dari sebesar 91% di tahun 2011 menjadi 95% di tahun 2015.
Sarana prasarana pendidikan umumnya sudah memadai namun untuk dibeberapa
sekolah perlu ditingkatkan agar lebih memadai. Pada tahun 2015 kondisi bangunan
baik untuk jenjang sekolah pendidikan SD/MI sebanyak 86,34 persen sedangkan untuk
sekolah pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik hanya 80,76
persen. Aksesbilitas sarana pendidikan terutama pendidikan menengah kejuruan perlu
ditambah di kecamatan yang belum memiliki SMK Negeri.
Untuk memberikan pelayanan kepada anak penyandang disabilitas atau anak
berkebutuhan khusus perlu dikembangkan sekolah inklusi di sekolah regular. Untuk
jenjang SD dan SMP sederajat minimal satu sekolah dalam satu kecamatan. Untuk
SMA sederajat minimal satu sekolah dalam satu Kecamatan.
Pembangunan di bidang olahraga berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia
dan masyarakat. Oleh karena itu, ketersediaan sarana prasarana olah raga yang layak
dan memadai menjadi salah satu perhatian penting pemerintah. Sampai dengan tahun
2015, jumlah gedung olahraga yang ada di Kecamatan Caringin sebanyak 4 buah
dengan klub olahraga yang dibina sebanyak 7 organisasi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 25


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

26| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Diskusi Kelompok 2.2.1

Matrik Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Pembangunan


Sarana Prasarana Desa

No Aspek Kajian Kekuatan Kelemahan


1. Kebijakan/regulasi daerah
2. Demografi
3. Pertumbuhan Ekonomi
4. Sumber daya manusia
5. Sumber daya alam
6. Dampak lingkungan sosial
7. Akses antardesa
8.
9.
10.
dst

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 27


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Diskusi Kelompok 2.2.2

Matrik Identifikasi Peluang dan Tantangan Pembangunan


Sarana Prasarana Desa

No Aspek Kajian Peluang Tantangan


1. Kebijakan/regulasi daerah
2. Demografi
3. Pertumbuhan Ekonomi
4. Sumber daya manusia
5. Sumber daya alam
6. Dampak lingkungan sosial
7. Akses antardesa
8.
9.
10.
dsr.

28| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Rencana Pembelajaran
SPB Peluang Penyedia
2.3 Peningkatan Kapasitas
Teknis Pembangunan
Sarana Prasarana Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi jenis kebutuhan dukungan teknis perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan sarana prasarana di desa;
2. Merumuskan strategi pengembangan penyedia peningkatan
kapasitas teknis dalam rangka menangkap peluang di Desa;
3. Menganalisis peluang penyedia peningkatan kapasitas teknis
pembangunan sarana prasarana di Desa.

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Studi Kasus dan Diskusi Kelompok, Pleno.

Media
 Media Tayang 2.3.1: “Peluang Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Pembangunan Sarana Prasarana di Desa”;
 Lembar Kerja 2.3.1: “Matrik Analisis Kondisi Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Pembangunan Sarana Prasarana di Desa”;

30| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Lembar Kerja 2.3.2: “Matrik Strategi Pengembangan Penyedia


Peningkatan Kapasitas Teknis Pembangunan Sarana Prasarana
Berdasarkan Peluang di Desa”;
 Lembar Informasi 2.3.1; “Peluang Penyedia Peningkatan Kapasitas
Teknis Perencanaan Pembangunan Sarana Prasarana Desa”;
 Lembar Informasi 2.3.1: “Peluang Penyedia Peningkatan Kapasitas
Teknis Pelaksanaan Pembangunan Sarana Prasarana Desa”.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Analisis Kebutuhan Layanan Teknis Perencanaan dan
Pelaksanaan Pembangunan Sarana Prasarana di Desa.
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan belajar tentang “kebutuhan penyedia peningkatan
kapasitas teknis sarana prasarana di desa”, ini tidak terpisahkan dari
pokok bahasan sebelumnya;
2. Berkelompok berdasarkan utusan P2KTD, setiap kelompok
mendiskusi kan studi kasus dengan mempelajari kondisi
infrastruktur di salah satu kabupaten terkait dengan kebutuhan
pembangunan Infrastruktur Desa dengan menggunakan Lembar
Kasus 2.3.1 dan Matrik 2.3.1;
3. Mintalah salah satu kelompok yang memiliki layanan bidang
konsultansi untuk memaparkan hasil diskusinya, beri kesempatan
pada peserta lain untuk menambahkan hasil diskusi kelompok
pemapar;
4. Hasil diskusi kelompok yang sudah dipaparkan dan mendapat
masukan dari kelompok lain terkait kesepakatan kebutuhan layanan
teknis untuk bidang konsultansi;
5. Selajutnya minta satu kelompok yang memiliki layanan bidang
pelaksanaan pekerjaan kontruksi untuk memaparkan hasil
diskusinya, beri kesempatan pada peserta lain untuk menambahkan
hasil diskusi kelompok pemapar;
6. Hasil diskusi kelompok yang sudah dipaparkan dan mendapat
masukan dari kelompok lain menjadi kesepakatan kebutuhan
layanan teknis untuk bidang peleksanaan pekerjaan kontruksi;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 31


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

7. Beri penegasan apa yang bisa menjadi kebutuhan dukungan teknis


dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan kontruksi sarana
prasarana desa.

Kegiatan 2: Strategi Pengembangan Penyedia Peningkatan Kapasitas


Teknis Pembangunan Sarana Prasarana di Desa
8. Pelatih menegaskan kembali jenis kebutuhan dukungan teknis
dalam perencanaan dan pelaksanaan kontruksi sarana prasarana
desa yang telah dibahas sebelumnya;
9. Mengingatkan kembali hasil analisis kegiatan sebelumnya,
kemudian rumuskan strategi dukungan penyedia peningkatan
kapasitas pembangunan sarana prasarana di desa masih rendah,
sampaikan pertanyaan kepada peserta: “Sebagai calon P2KTD apa
yang bisa dilakukan untuk memperbaiki guna meningkatkan kualitas
sarana prasarana dilihat dari sisi perencanaan?”;
10. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab di kertas
metaplan, tempel kertas di depan kelas, salah satu peserta
membacakan jawaban. Buka kembali kesempatan untuk
menambah-kan jawaban;
11. Penegasan pelatih, jawaban peserta merupakan strategi
meningkatkan kualitas sarana prasarana di desa, dengan
penyempurnaan perencanaan. Strategi ini juga merupakan jenis
kebutuhan dukungan teknis perencanaan sarana prasarana;
12. Berikan kembali pertanyaan pada peserta latih: “Sebagai calon
P2KTD apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki guna
meningkatkan kualitas pembangunan sarana prasarana dilihat dari
sisi pelaksanaan kegiatan kontruksi?”;
13. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab di kertas
metaplan, tempel kertas di depan kelas, salah satu peserta
membacakan jawaban. Buka kembali kesempatan untuk menambah
kan jawaban;
14. Penegasan pelatih, jawaban peserta merupakan strategi
meningkatkan kualitas sarana prasarana di desa, dengan
penyempurnaan pelaksanaan kontruksi. Strategi ini juga merupakan
jenis kebutuhan dukungan teknis pelaksanaan kontruksi sarana
prasarana di Desa.

32| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kegiatan 3: Peluang Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis


Pembangunan Sarana Prasarana di Desa
15. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pokok bahasan tentang “strategi pengembangan penyedia
peningkatan kapasitas teknis sarana prasarana guna menangkap
peluang di desa”. Hal ini terkait dengan topik kegiatan atau
pembahasan sebelumnya;
16. Lakukan penegasan kembali oleh pelatih tentang hal-hal sebagai
berikut:
a. Jenis peluang pada kegiatan perencanaan sarana prasarana
desa bagi calon P2KTD
b. Jenis peluang pada kegiatan pelaksanaan kontruksi sarana
prasarana desa bagi calon P2KTD

17. Masih dalam satu kelompok wakil P2KTD, penugasan kelompok


untuk mendiskusikan Matrik “Strategi Penyedia peningkatan
kapasitas Teknik”, masing masing kelompok bekerja dengan Lembar
Kerja 2.3.2;
18. Tunjuk satu kelompok yang memiliki layanan bidang konsultansi
untuk memaparkan hasil diskusinya, beri kesempatan pada peserta
lain untuk menambahkan hasil diskusi kelompok pemapar;
19. Selanjutnya, hasil diskusi kelompok yang sudah dipaparkan dan
mendapat masukan dari kelompok lain;
20. Tunjuk satu kelompok yang memiliki layanan bidang pelaksanaan
pekerjaan kontruksi untuk memaparkan hasil diskusinya, beri
kesempatan pada peserta lain untuk menambahkan hasil diskusi
kelompok pemapar;
21. Hasil diskusi kelompok pemapar mendapat masukan dari kelompok
lain menjadi kesepakatan peluang layanan teknis bagi P2KTD untuk
bidang pelaksanaan pekerjaan kontruksi;
22. Beri penegasan terkait isu-isu krusial yang dapat dijadikan peluang
layanan teknis oleh P2KTD dalam mendukung kegiatan
pembangunan sarana prasarana pada baik pada tahap perencanaan
dan pelaksanaan kontruksi sarana prasarana Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 2.3.1

Matrik Analisis Kebutuhan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis


Pembangunan Sarana Prasarana di Desa

No Daftar Usulan Jenis Spesialisasi Layanan Peluang atau Bentuk


Pembangunan Teknis yang Dibutuhkan Layanan yang dapat
Sarana Prasarana diberikan P2KTD
di Desa

dst

34| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 2.3.2

Matrik Strategi Pengembangan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis


Pembangunan Sarana Prasarana Berdasarkan Peluang di Desa

No Jenis Spesialisasi Peluang atau Bentuk Strategi Pengembangan


Penyedia Dukungan ke Desa Layanan P2KTD
Peningkatan
Kapasitas P2KTD

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 3
MEMBANGUN KAPASITAS
KELEMBAGAAN

36| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 37


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Rencana Pembelajaran

SPB Analisis Potensi Pasar


Penyedia Peningkatan
3.1
Kapasitas Teknis Sarana
Prasarana Desa

Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang analisis pasar, diharapkan
peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan, manfaat, dan tahapan analisis pasar penyedia
peningkatan kapasitas teknis di Desa;
2. Mampu melakukan analisis pasar P2KTD dibidang Pembangunan
sarana prasarana Desa dengan menggunakan pendekatan Rapid
Market Analysis (RMA).

Waktu
4 JP (180 menit)

Metode
Pemaparan, Studi kasus, Diskusi Kelompok, Praktik RMA, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 3.1.1: “Analisis Potensi Pasar P2KTD”;
 Lembar Kerja 3.1.1: “Matrik Analisis Potensi Pasar Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Bidang Pembangunan Sarana Prasarana di Desa”.
 Lembar Informasi 3.1.1: “Penerapan Rapid Market Analysis (RMA) dalam
Pengembangan Kapasitas Teknis di Desa”.

38| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Analisis Potensi Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Pembangunan Sarana Prasarana Desa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “Tujuan Dan Manfaat Analisis
Potensi Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Pembangunan Sarana
Prasarana Desa”;
2. Pelatih memaparkan tujuan dan manfaat analisis potensi pasar
penyedia peningkatan kapasitas teknis khususnya dibidang
pembangunan sarana prasarana Desa dengan menggunakan Media
Tayang yang tersedia;
3. Berikan kesempatan peserta untuk bertanya, mengajukan pendapat,
mengkritisi dan saran atas pemaparan yang dilakukan;
4. Lakukan penegasan secara ringkas dan jelas terkait isu-isu penting
yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis potensi pasar
penyedia peningkatan kapasitas teknis bagi P2KTD;
5. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan dengan mengkaitkan
kegiatan belajar selanjutnya.

Kegiatan 2: Praktek Analisis Potensi Pasar dengan Menggunakan


Pendekatan RMA
6. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam kegiatan praktek “Analisis Potensi Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Pembangunan Sarana Prasarana Desa”;
7. Lakukan penjelasan tentang langkah-langkah dalam melakukan
analisis potensi pasar Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis di Desa
dengan menggunakan pendekatan RMA;
8. Minta peserta membentuk kelompok (5-6 orang per kelompok).
Bagikan Lembar Kasus (Lihat PB 2, Profil Kabupaten dan Desa) kepada
setiap kelompok untuk dikaji;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 39


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

9. Berikan kesempatan masing-masing kelompok untuk menelaah


kasus dan bahan bacaan lainnya yang relevan. Hasilnya dirangkum
dengan menggunakan Lembar Kerja 3.1.1;
10. Setelah selesai, mintalah beberapa kelompok untuk memaparkan
hasil /studi kasus yang telah dilakukan dalam pleno;
11. Berikan kesempatan kepada kelompok lain memberikan tanggapan;
12. Lakukan penegasan secara ringkas dan jelas dibantu dengan media
tayang yang telah disediakan;
13. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan dengan mengkaitkan
kegiatan belajar selanjutnya.

40| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.1.1

Matrik Potensi Pasar Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis


Pembangunan Sarana Prasarana di Desa

No Langkah Analisis Pertanyaan Kunci Catatan Hasil Analisis


Pasar
1 Langkah 1:  Apa itu gagasan produk
Menemukan jasa yang ditawarkan?
gagasan untuk  Temukan tiga gagasn
produk jasa baru produk jasa baru?
dan yang lebih baik
2 Langkah 2:  Tinjau ulang tiap-tiap
Menganalisis gagasan tersebut dan
gagasan produk pastikan apakah anda
penyedia benar-benar dapat
peningkatan membuatnya.
kapasitas teknis  Bila anda memiliki
sejumlah uang lebih untuk
peralatan dan bahan baku,
apakah anda memiliki
keterampilan untuk
membuatnya?
 Apakah gagasan tersebut
praktis?
3 Langkah 3: Penelaahan awal
Mempersiapkan  Bagaimanakah
Penilaian Pasar ketersediaan produk
tersebut di pasaran?
 Apakah produk jasa anda
tersedia luas di pasar?
 Apakah produk jasa anda
mengikuti trend?
 Bagaimana penggunaan
produk jasa tersebut?
 Apakah produk jasa anda
mudah untuk digunakan?
 Bagaimanakan kualitas
produk jasa tersebut?
 Apakah produk jasa anda
kualitasnya lebih baik dari
yang ada di pasar?

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 41


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

No Langkah Analisis Pertanyaan Kunci Catatan Hasil Analisis


Pasar
Analisis lebih mendalam
 Bagaimana anda
menyediakan apa yang
diinginkan konsumen
anda?
 Bagaimana anda membuat
konsumen tahu dan
mengerti gagasan anda?
 Bagaimanakah persiapan
bahan baku atau peralatan
untuk membuat barang
(atau menawarkan jasa)
ini?
 Apakah ada pasar untuk
gagasan anda?
4. Langkah 4:  Siapakan konsumen
Melaksanakan potensial dari produk
Penilaian Pasar anda?
Secara Cepat  Apakah anda akan
(Rapid Market memenuhi kebutuhan dari
Appraisal) suatu kelompok spesifik
seperti petani, nelayan,
usaha kecil dan rumah
tangga?
 Apa kebutuhan konsumen
Anda?
 Bagaimana kualitasnya?
 Bagaimana harga yang
ditawarkan?
5. Langkah 5:  Siapa yang akan menjadi
Menganalisis hasil konsumen produk jasa
anda?
 Kebutuhan konsumen apa
yang dipenuhi produk itu?
 Apa yang diinginkan
konsumen dari produk
jasa ini (kualitas, harga,
kemasan, bagaimana dan
dimana barang itu dijual)?
 Apakah yang anda ketahui
tentang rancangan produk
jasa ini?

42| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

No Langkah Analisis Pertanyaan Kunci Catatan Hasil Analisis


Pasar
 Siapa informan kunci yang
paling penting?
 Informasi apa yang
disediakan?
 Apa lagi yang anda
temukan?
 Apakah ada pasar untuk
produk jasa ini?
6. Langkah 6:  Tepatnya produk apa yang
Merencanakan akan anda buat
masa depan (rancangan dari produk
jasa tersebut)?
 Apakah anda memiliki
keahlian untuk membuat
produk jasa ini? Bila tidak,
bagaimana anda
mendapatkan keahlian itu?
 Apa bahan yang akan
dibutuhkan?
 Apa alat dan peralatan
yang akan anda butuhkan?
 Apa yang anda harus
lakukan untuk
mendapatkan bahan, alat
atau peralatan yang
dibutuhkan?
 Dimanakah anda akan
menjual produk itu?
 Bagaimana anda akan
mengemas dan
mengiklankan produk jasa
itu?
 Berapa lama dibutuhkan
untuk menyelesaikan tiap-
tiap dari langkah diatas?
Buatlah tabel waktu
(timeframe).

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 43


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.2 Pengembangan Organisasi

Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang pengembangan
organisasi, diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat pengembangan organisasi;
2. Menguraikan kondisi internal dan ekternal organisasi dalam
mendukung kegiatan peningkatan kapasitas teknis desa;
3. Merumuskan strategi peningkatan kapasitas SDM dalam mendukung
penyedia peningkatan kapasitas teknis (pembangunan sarana
prasarana desa).

Waktu
4 JP (180 menit)

Metode
Pemaparan, Studi kasus, Diskusi Kelompok, Praktik SWOT, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 3.2.1: “Pengembangan Organisasi P2KTD”;
 Lembar Kerja 3.2.1: “Matrik Analisis SWOT Peningkatan Kapasitas
P2KTD”;
 Lembar Kerja 3.2.2: “Matrik Aternatif Strategi Peningkatan Kapasitas
P2KTD”;
 Lembar Informasi 3.2.1 “Pengembangan Organisasi dalam mendukung
Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa”.

44| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Pengembangan Organisasi (P2KTD)
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “Tujuan dan Manfaat
Pengembangan Organisasi”;
2. Ajukanlah beberapa pertanyaan penggerak untuk menggali
pemahaman peserta tentang konsep pengembangan organisasi
P2KTD. “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan organisasi dan
kenapa kita perlu melakukan pengembangan terhadap organisasi
tersebut?”.
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab dan
menanggapi pertanyaan tersebut. Selanjutnya catat hal-hal pokok
dari jawaban yang dilontarkan peserta.
4. Selanjutnya, bagi peserta kedalam kelompok diskusi dan setiap terdiri
dari 5 – 6 orang. Setiap kelompok mendiskusikan hal-hal sebagai
berikut:
 Mengapa organisasi P2KTD perlu dikembangkan?
 Apa tujuan pengembangan organisasi P2KTD?
 Bagaimana langkah-langkah dan strategi pengembangan
organisasi P2KTD?;
5. Ajak peserta merumuskan kesimpukan tentang pengertian, tujuan
dan manfaat pengembangan organisasi;
6. Rumuskan secara Bersama-sama dengan peserta tentang langkah-
langkah dan strategi pengembangan organisasi untuk mendukung
P2KTD
7. Sepakati dan tegaskan kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah
dilakukan.

Kegiatan 2: Memahami Kondisi Internal dan Eksternal Organisasi


8. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam kegiatan belajar tentang “Memahami Kondisi Internal

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 45


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

dan Eksternal Organisasi dalam mendukung Penyedia Peningkatan


Kapasitas teknis bidang pembangunan sarana prasarana di Desa”;
9. Lakukan penjelasan tentang langkah-langkah dalam melakukan
kajian internal dan eksternal organisasi P2KTD dengan menggunakan
analisis SWOT;
10. Tetaplah peserta dalam kelompok. Bagikan Lembar Kerja 3.2.1
kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan;
11. Gunakan lembar kasus atau dokumen RPJMD/Profil Kabupaten
masing-masing untuk melakukan analisis faktor internal dan
eksternal dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman/tantangan dalam sistem kelembagaan atau
organisasi P2KTD;
12. Berikan kesempatan masing-masing kelompok untuk menelaah
kasus dan bahan bacaan lainnya yang relevan. Hasilnya dirangkum
dengan menggunakan Lembar Kerja 3.2.1.

Kegiatan 3: Merumuskan Strategi Pengembangan Organisasi


13. Jelaskan tujuan, hasil dan proses yang akan dilakukan dalam
merumuskan strategi peningkatan kapasitas SDM dalam mendukung
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis bidang Pembangunan Sarana
Prasarana Desa;
14. Lakukan penjelasan rinci tentang langkah-langkah dalam
merumuskan strategi pengembangan organisasi P2KTD berdasarkan
hasil analisis SWOT yang telah dilakukan pada kegiatan belajar
sebelumnya;
15. Tetaplah peserta dalam kelompok. Bagikan Lembar Kerja 3.2.2
kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan;
16. Setelah selesai, mintalah beberapa kelompok dalam pleno untuk
memaparkan hasil/studi kasus pengembangan organisasi P2KTD
yang telah dilakukan;
17. Berikan kesempatan kepada kelompok lainnya memberikan
tanggapan;
18. Lakukan penegasan secara ringkas dan jelas dibantu dengan media
tayang yang telah disediakan;
19. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan dengan mengkaitkan
kegiatan belajar selanjutnya.

46| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.2.1

Matrik Analisis SWOT Peningkatan Kapasitas P2KTD

Langkah 1 : Lakukan identifikasi masing-masing 5 (lima) faktor ekssternal


organisasi/Lembaga P2KTD, dengan menggunakan Dokumen
RPJMD/Profil Kabupaten asal Lembaga Anda

Faktor Eksternal
Kekuatan Organisasi Kode
1 S1
2 S2
3 S3
4 S4
5 S5

Kelemahan Organisasi
1 W1
2 W2
3 W3
4 W4
5 W5

Langkah 2 : Lakukan identifikasi masing-masing 5 (lima) faktor internal


organisasi/Lembaga P2KTD, dengan menggunakan Dokumen
RPJMD/Profil Kabupaten asal Lembaga Anda

Faktor Internal
Peluang Kode
1 Q1
2 Q2
3 Q3
4 Q4
5 Q5

Ancaman
1 T1
2 T2
3 T3
4 T4
5 T5

48| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.2.2

Matrik Alternatif Strategi Peningkatan Kapasitas P2KTD

Langkah 3 : Masukkan hasil identifikasi faktor eksternal dan internal Lembaga


anda kedalam Matriks Strength, Weakness, Oportunity and Threat
(SWOT) sebagai dasar untuk menyususun alternatif strategi
penguatan kapasitas kelembagaan P2KTD Anda

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

Internal 1. 1.
2. 2.
Eksternal 3, 3,
4. 4.
5. 5.
PELUANG (O) (S – O) (W-O)

1. 1. 1.
2. 2. 2.
3, 3, 3,
4. 4. 4.
5. 5. 5.
ANCAMAN (T) (S – T) (W-T)

1. 1. 1.
2. 2. 2.
3, 3, 3,
4. 4. 4.
5. 5. 5.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Rencana Pembelajaran

SPB
Strategi Promosi Penyedia
3.3 Peningkatan Kapasitas
Teknis Desa

Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang strategi promosi Penyedia
Peningkatan Kapasitas teknis, diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat promosi dalam penyediaan layanan
Peningkatan Kapasitas teknis;
2. Merumuskan strategi promosi penyedia peningkatan kapasitas
teknis;
3. Mengembangkan media promosi dalam mendukung penyedia
peningkatan kapasitas teknis.

Waktu
4 JP (180 menit)

Metode
Pemaparan, Studi kasus, Diskusi Kelompok, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 3.3.1: “Strategi Promosi Penyedia Peningkatan Kapasitas
Teknis”;
 Media Tayang 3.3.2: “Pengembangan Media Promosi P2KTD”;
 Lembar Kerja 3.3.1: “Matrik Strategi Promosi”;

50| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Lembar Informasi 3.3.1: “Promosi Penyedia Peningkatan Kapasitas


Teknis Desa”;
 Lembar Informasi 3.3.2: “Pengembangan Media Promosi”.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Promosi dalam Penyediaan Layanan
Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “Tujuan dan Manfaat Promosi
dalam penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis di desa”;
2. Meminta peserta untuk berpasangan dengan teman yang
bersebelahan (buzz group). Masing-masing pasangan diminta untuk
membahas pengertian, tujuan dan pendekatan promosi;
3. Fasilitasi proses pengungkapan hasil diskusi buzz group dalam pleno
kelas dengan menggunakan meta plan. Kelompokan jawaban
peserta berdasarkan pengertian tujuan dan pendekatan promosi.
4. Memaparkan media tayang 3.3.1 “Strategi Promosi Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa”;
5. Lakukan curah pendapat dengan peserta mengenai tujuan dan
manfaat promosi dalam penyediaan layanan peningkatan kapasitas
teknis;
6. Buatlah penegasan terkait isu-isu krusial dalam promosi penyedia
peningkatan kapasitas teknis;
7. Sepakati kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan.

Kegiatan 2: Merumuskan Strategi Promosi Penyedia Peningkat-


an Kapasitas Teknis di Desa
8. Menjelaskan tentang tujuan,proses dan hasil yang diharapkan dari
topik tentang “strategi promosi penyedia peningkatan kapasitas di
desa” dengan mengkaitkan kegiatan belajar pada materi khusus hasil
kajian tentang peluang layanan yang dapat diberikan kepada Desa;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 51


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

9. Peserta dibagi ke dalam tiga kelompok, masing-masing kelompok


bertugas untuk menyusun strategi promosi dengan menggunakan
matrik dalam Lembar Kerja 3.3.1;
10. Mintalah masing-masing kelompok untuk memaparkan hasil kerjanya
dalam pleno;
11. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk menanggapi dan
bertanya;
12. Menegaskan dan menyimpulkan hasil diskusi kelompok.

Kegiatan 3 : Mengembangkan Media Promosi


13. Menjelaskan tentang tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
topic tentang “Pengembangan Media Promosi” dengan mengkaitkan
pada kegiatan sebelumnya;
14. Memfasilitasi curah pendapat peserta mengenai kebutuhan P2KTD
dalam mengembangkan media promosi kepada pihak Desa;
15. Lakukan pemaparan tentang pengembangan media promosi dengan
menggunakan media tayang 3.3.2;
16. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengklarifikasi hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut;
17. Selanjutnya, peserta diberikan kesempatan untuk mengembangkan
salah satu media promosi berupa brosur, poster, pamflet, film pendek
(iklan) P2KTD masing-masing;

Peserta dibagi ke dalam kelompok berdasarkan asal lembaga


(P2KTD). Setiap kelompok memilih satu pesan yang akan
disampaikan mengenai Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis
kepada yang bisa diberikan kepada desa serta pengalaman dan
kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing P2KTD.
Setiap kelompok menuangkan pesan promosi ke dalam bentuk brosur,
pamflet, dan poster dengan menggunakan laptop atau merancang film
pendek (iklan) dengan menggunakan HP atau VTR. Alternatif lain dengan
menggunakan tulisan/gambar manual dalam kertas.
Setelah selesai mintalah kepada setiap kelompok untuk menempelkan hasil
kerjanya pada white board atau dinding ruangan dengan menggunakan
selotip kertas.

52| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

18. Hasil kerja kelompok kemudian dipamerkan dan ditayangkan untuk


dibahas bersama dalam pleno;
19. Berikan kesempatan untuk membahas hal-hal yang harus diperbaiki
dan diperhatikan dalam mengembangkan media promosi;
20. Catatlah hal-hal pokok yang berkembangan dalam pembahasan;
21. Buatalah penegasan dan kesimpulan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 53


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.3.1

Matrik Strategi Promosi P2KTD

Khalayak Sasaran Tujuan Pesan Bauran Saluran Biaya Evaluasi


Promosi Kunci Promosi komunikasi

Kepala Desa

Perangkat Desa

BPD

Tokoh masyarakat

Tokoh Agama

Masyarakat miskin
dan kelompok
rentan

Penyandang
disabilitas

Dst

54| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 55


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.4 Pelayanan Pelanggan

Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang pelayanan pelanggan,
diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat pelayanan pelanggan dalam
penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis di Desa;
2. Mengidentifikasi karakteristik pelanggan;
3. Merumuskan strategi pelayanan pelanggan dalam mendukung
penyedia peningkatan kapasitas teknis bidang pembangunan sarana
prasarana di Desa.

Waktu
3 JP (135 menit)

Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Studi kasus, dan Diskusi Kelompok.

Media
 Media Tayang 3.4.1: “Pelayanan Pelanggan”;
 Lembar Kerja 3.4.1 : “Matrik Strategi Promosi”;
 Lembar Kerja 3.4.2: “Lembar Kerja Studi Kasus”;
 Lembar Informasi 3.4.1: “Memahami Perilaku Pelanggan”.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.

56| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Pelayanan Pelanggan dalam
Penyediaan Layanan Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “tujuan dan manfaat pelayanan
pelanggan dalam penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis
di desa”;
2. Lakukan curah pendapat tentang tujuan dan manfaat pelayanan
pelanggan dengan menggali hal-hal sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud pelanggan?
b. Mengapa P2KTD perlu memahami pelanggan?
c. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam memahami
pelanggan?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat,
gagasan atau saran;
4. Catatlah hal-hal pokok yang muncul dalam curah pendapat;
5. Buatlah penegasan terkait isu-isu krusial dalam pelayanan pelanggan
bagi P2KTD;
6. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan.

Kegiatan 2: Mengidentifikasi Karakteristik Pelanggan


7. Menjelaskan tentang tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran tentang “Mengidentifikasi Karakteristik
Pelangga” dengan mengkaitkan hasil kajian kasus profil Penyedia
Peningkatan Kapasitas teknis di tingkat kabupaten;
8. Peserta tetap dibagi ke dalam tiga kelompok, masing-masing
kelompok ditugaskan untuk melakukan identifikasi karakteristik
pelanggan Lembar Kerja 3.4.1;
9. Mintalah masing-masing kelompok untuk memaparkan hasil kerjanya
dalam pleno;
10. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk menanggapi dan
bertanya;
11. Menegaskan dan menyimpulkan hasil diskusi kelompok.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 57


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kegiatan 3: Merumuskan Strategi Pelayanan Pelanggan dalam


Mendukung Penyedia Peningkatan Kapasitas Tenis
12. Menjelaskan tentang tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran tentang “merumuskan strategi pelanggan
dalam mendukung penyedia peningkatan kapasitas teknis di Desa”
dengan mengkaitkan hasil kajian terhadap karakteristik pelanggan
pada kegiatan belajar sebelumnya;
13. Peserta tetap dalam kelompok, masing-masing kelompok ditugaskan
untuk merumuskan strategi pelayanan pelanggan berdasarkan hasil
analisis terhadap karakteristik pelanggan. Fasilitasi diskusi
menggunakan Lembar Kerja 3.4.2;
14. Mintalah masing-masing kelompok untuk memaparkan hasil kerjanya
dalam pleno;
15. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk menanggapi dan
bertanya;
16. Menegaskan dan menyimpulkan hasil diskusi kelompok.

58| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.4.1

Matrik Analisis Karakteristik Pelanggan

No Karakteritik Pelanggan Pelanggan


Pelanggan Eksisting Potensial
A. Geografis
Wilayah
B. Demografis
Rata-tata usia
Pekerjaaan
Siklus hidup
C. Psikografis
Budaya atau Pola hidup
masyarakkat
Pola kepemimpinan
D. Perilaku
Manfaat Penyedia
Peningkatan Kapasitas yang
diberikan
Alasan menggunakan
layanan teknis
Tingkat pemanfaatan
layanan teknis
Layalitas terhadap layanan
teknis
Kesiapan pembeli layanan
teknis
Sikap terhadap produk
Pembuat keputusan untuk
membeli layanan teknis
Pemberi pengaruh

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 59


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.4.2

Matrik Strategi Pelayanan Pelanggan

Elemen Uraian Kebutuhan Alternatif


Pelanggan Tindakan
Realibilitas Aspek ini mencerminkan
kemampuan untuk
memberikan apa yang
dijanjikan – dengan andal
dan tepat serta akurat.
Untuk mampu
memberikan reliabilitas
maka langkah yang harus
dilakukan yakni: (1)
pastikan bahwa anda
telah mengidentifikasi
kebutuhan pelanggan
dengan benar; (2) janjikan
hanya apa yang dapat
anda berikan dan (3)
tindak lanjuti untuk
memastikan bahwa
produk dan service telah
diberikan sesuai dengan
janji.
Assurance Aspek ini mencerminkan
kemampuan untuk
memberikan sesuatu yang
dapat dipercaya (terjamin
keandalan-nya).
Tangibel Aspek ini berkaitan
dengan aspek fasilitas
fisik/peralatan serta
penampilan personal dari
penyedia layanan. Strategi
tindakan yang layak
dilakukan antara lain
adalah menjaga ruang
kerja – apalagi yang
langsung berhadapan
dengan pelanggan — agar
tetap rapi. Lalu susunlah

60| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Elemen Uraian Kebutuhan Alternatif


Pelanggan Tindakan
barang-barang dengan
teratur serta berperilaku
dan berpakaian secara
profesional
Empati Aspek ini berkaitan
dengan tingkat kepedulian
dan perhatian individu
yang diberikan kepada
pelanggan.
Responsif Aspek ini mencerminkan
kemampuan untuk
membantu pelanggan dan
memberikan layanan yang
cepat/responsif. Agar
mampu bersikpa responsif,
maka kita perlu
menampilkan sikap positif
atau “can-do attitude” ;
serta mengambil langkah
dengan segera untuk
membantu pelanggan,
dan memenuhi kebutuhan
mereka.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 61


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Rencana Pembelajaran

SPB Dokumentasi Kegiatan


Penyedia Peningkatan
3.5
Kapasitas Teknis Sarana
Prasarana Desa

Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran tentang dokumentasi kegiatan Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa, peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tujuan, manfaat dan metode pendokumentasian
kegiatan peningkatan kapasitas teknis pembangunan sarana
prasarana desa;
2. Membuat pendokumentasian kegiatan peningkatan kapasitas teknis
pembangunan sarana prasarana desa.

Waktu
3 JP (135 menit)

Metode
Curah Pendapat, Pemaparan, Video/film, Pleno.

Media
 Media Tayang 3.5.1 “Pendokumentasian Kegiatan Peningkatan
Kapasitas Teknis di Desa”;
 Lembar Kerja 3.5.1: “Outline Penyusunan Dokumentasi Pembelajaran
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Bidang Pembangunan Sarana
Prasarana Desa”;

62| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Lembar Informasi 3.5.1 “Dokumentasi Kegiatan Penyedia Peningkatan


Kapasitas Teknis Desa”.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan, Manfaat dan Teknik Pendokumentasian Kegiatan
Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembelajaran tentang “tujuan, manfaat dan teknik
pendokomentasian kegiatan peningkatan kapasitas teknis di desa”;
2. Lakukan curah pendapat tentang tujuan dan manfaat pendokumen-
tasian kegiatan peningkatan kapasitas teknis di desa dengan
menggali hal-hal sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud pendokumentasian kegiatan peningkatan
kapasitas teknis di desa?
b. Mengapa P2KTD perlu melakukan pendokumentasian kegiatan
Peningkatan Kapasitas teknis di desa?
c. Apa saja manfaat dari pendokumentasian yang dilakukan oleh
P2KTD?
d. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mendokumen-
tasikan kegiatan peningkatan kapasitas teknis di desa oleh
P2KTD?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat,
gagasan atau saran terkait curah pendapat yang dilakukan;
4. Catatlah hal-hal pokok yang muncul dalam pembahasan tersebut;
5. Selanjutnya, paparkan beberapa teknik pendokumentasian kegiatan
peningkatan kapasitas teknis di desa;
6. Buatlah penegasan terkait isu-isu krusial dari pendokumentasian
kegiatan peningkatan kapasitas teknis di desa oleh P2KTD;
7. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 63


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kegiatan 2: Mendokumentasikan Kegiatan Peningkatan Kapasitas


Teknis di Desa
8. Menjelaskan tentang tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembelajaran tentang praktek pendokumentasian kegiatan
peningkatan kapasitas teknis dengan mengkaitkan pada kegiatan
sebelumnya;
9. Bagilah peserta dalam tiga kelompok, masing-masing diberikan
sebuah video atau film pendek untuk diamati dan dibuatkan
dokumentasinya dengan menggunakan Lembar Kerja 3.5.1.
10. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengamati video dan
mencatat hal-hal yang penting, kemudian secara berkelompok
membuat rancangan hasil pendokumentasian untuk dipaparkan
dalam pleno;
11. Selanjutnya hasil dari pendokumentasian tersebut dipaparkan dalam
pleno untuk mendapatkan tanggapan dari peserta;
12. Buatlah penegasan dan kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah
dilakukan.

64| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.5.1

Outline Penyusunan Dokumentasi Pembelajaran Penyedia Peningkatan Kapasitas


Teknis Bidang Pembangunan Sarana Prasarana Desa

JUDUL: ………………………………………..

A. Pendahuluan
(Jelaskan secara umum dasar pemikiran, dan kondisi umum kegiatan inovasi dan layanan
peningkagtan kapasitas teknis yang diberikan oleh P2KTD)

B. Latar Belakang Masalah


(Identifikasikan permasalahan yang dihadapi masyarakat atau desa terkait dukungan
kegiatan peningkatan kapasitas teknis dan intervensi inovasi yang difasilitasi P2KTD)

C. Solusi
(Jelaskan solusi yang diambil oleh Desa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut)

D. Manfaat
(Jelaskan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat setelah mendapatkan bantuan teknis
dari P2KTD berupa bimbingan, teknologi dan kegiatan pendukung lainnya)

E. Proses Penyelesaian Masalah


(Jelaskan langkah-langkah dari proses penyelesaian masalah berdasarkan solusi yang
dipilih termasuk pola dukungan layanan teknis yang diberikan kepada masyarakat mulai
dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan keberlanjutan)

F. Pendanaan
(Jelaskan jumlah dan sumber pendanaan tersebut)

G. Pelaku
(Jelaskan pihak-pihak yang terlibat dalam program dan penerima manfaat dari kegiatan
tersebut)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 65


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

H. Hasil
(Jelaskan perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai dampak (jangka pendek dab
jangka panjang) dari kegiatan atau solusi yang dipilih)

I. Pembelajaran
(jelaskan pembelajaran yang dapat diambil dari kegiatan tersebut)

J. Rekomendasi
(Uraikan saran dan masukan dari hasil intervensi yang telah dilakukan baik kepada para
pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat, swasta dan pihak lainnya)

66| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Memanfaatkan Solar Cell untuk


Mengakses Air
Bersih

Warga Kampung Biatan Baru, Kecamatan Biatan,


Kabupaten Berau, Kalimantan Timur,
memanfaatkan teknologi solar cell (sel surya)
untuk mendapatkan air bersih. Listrik dari solar
cell memiliki daya yang lebih kuat sehingga air
bisa langsung mengalir ke rumah-rumah warga. Sejak itu, masalah air teratasi, tingkat
kesehatan masyarakat pun semakin terjaga.

LATAR BELAKANG
MASALAH
Akses terhadap air bersih di Kampung
Biatan Baru tergolong sulit. Warga
harus berjalan kaki sejauh 2 kilometer
ke kampung tetangga untuk
mendapatkan air. Pada tahun 1997,
Biatan Baru mendapat bantuan mesin
diesel untuk pompa air namun hanya
menjangkau hingga ke bak
penampunga. Biaya pengoperasian mesin diesel cukup tinggi. Banyak warga migrasi keluar
kampung sehingga jumlah Kepala Keluarga (KK) menyusut dari 215 KK menjadi 165 KK (564
jiwa) pada tahun 2017

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 67


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SOLUSI
Pemerintah kampung
memanfaatkan teknologi solar cell
untuk mendapatkan air bersih

MANFAAT
Beberapa manfaat yang diperoleh
dari pemanfaatan teknologi ini
yaitu: (1) Masing-masing rumah
warga menikmati air bersih
langsung secara gratis; (2) Menghemat biaya operasional hingga 40 persen dibandingkan
penggunaan mesin diesel; (3) Menghemat tenaga operasional karena hanya butuh 4 orang
sedangkan dengan mesin diesel dibutuhkan 12 tenaga kerja; (4) Menghemat pengeluaran desa

PROSES PENYELESAIAN MASALAH

(1) Pada Februari tahun 2015, dalam agenda rutin tahunan untuk mengetahui aspirasi
masyarakat, warga melalui Badan Perwakilan Kampung (BPK) dan Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LKM) Kampung mengusulkan unit solar cell untuk
mengalirkan air ke desa;
(2) Usul dari BPK, LKM dan tokoh masyarakat tersebut diterima oleh Pemerintah Kampung
dan dimasukkan ke dalam anggaran pendapatan dan belanja kampong;
(3) Pemerintah Kampung menerbitkan surat persetujuan pengadaan solar cell pada 30 Mei
tahun 2016;

68| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(4) Pemerintah Kampung melalui Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Pembangunan Kampung
membuka lelang pengadaan solar cell. Susunan TPK Pembangunan Kampung terdiri atas:
(a) Ketua, (b) Wakil ketua, (c) Bendahara, (d) Anggota;
(5) TPK Pembangunan Kampung bertugas untuk: (a) Bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan kegiatan swakelola mulai dari perencanaan, pengawasan dan evaluasi (b)
Membentuk tim swakelola (tim perencana, pelaksana, pengawas dan pelaporan), (c)
Membuat laporan perkembangan pekerjaan swakelola kepada kepala kampong, (d)
Menyerahkan hasil pekerjaan kepada kepala kampong, (e) Tugas-tugas lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan swakelola;
(6) TPK Pembangunan Kampung membuat Tim Swakelola Pemelihara Solar Cell, yang
susunannya terdiri dari: (a) Ketua dan pengelola air bersih, (b) Wakil ketua dan pengelola
air bersih, (c) Anggota dan pengelola air bersih, (d) Wakar mesin air bersih dan sollar cell
(7) Pemerintah Kampung menerbitkan surat keputusan untuk mengukuhkan TPK
Pembangunan Kampung dan Tim Swakelola Pemelihara solar cell
(8) Pada November tahun 2016 dilakukan lelang pengadaan solar cell dengan merek, model,
dan kapasitas yang ditentukan. Lelang ini diikuti oleh CV Deal dan CV Sinergi Multi Karya;
(9) Pemerintah kampung mengumumkan pemenang lelang adalah CV DEAL, kontraktor asal
Tanjung Redeb, Berau. Salah satu klausul memuat ketentuan: garansi pengelolaan dan
perawatan hingga 31 Desember tahun 2017 sehingga warga gratis menggunakan air;
(10) Pada bulan itu juga, kontraktor melakukan pembelian dan pemasangan alat yang
ditempatkan sekitar 100 meter dari air. Kontraktor juga membangun fasilitas penunjang
agar air bisa sampai ke rumah warga, yakni 3 unit penampung air, 1 unit mesin penghisap
air, 1 unit pendorong air, pipa penyalur air, dan kabel penghubung aliran listrik

PENDANAAN
 Pengadaan sel surya dan fasilitas
pendukung berasal dari dana kampung:
a. Bahan pipanisasi : Rp 33,6 juta
b. Alat solar cell : Rp313,3 juta
c. Upah pekerja : Rp 23,3 juta
d. Papan nama kegiatan : Rp 150 ribu
e. Honor TPK : Rp 11,2 juta
 Operasional: Swakelola

PELAKU
o Pemerintah Kampung
o Masyarakat (tim pemelihara)
o Pihak ketiga (kontraktor pemenang lelang)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 69


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

HASIL
 Awal tahun 2017 sel surya sudah beroperasi
masingmasing 1.200 watt dan 4.000 watt.
Keduanya mampu menghidupkan dua mesin
pompa air dengan debit head 70 meter dan
kapasitas 80 meter kubik/detik
 Kebutuhan air bersih warga terjamin, terutama
untuk minum, mandi, mencuci, dan lainnya.
Bahkan warga dapat menggunakan air bersih
secara gratis hingga masa garansi berakhir
 Tingkat kesehatan masyarakat relatif terjaga.
Sebelumnya, akibat kekurangan air segelintir
warga mengalami sakit perut namun kebanyakan
warga hanya mengeluhkan jauhnya jarak
mengambil air

PEMBELAJARAN
 Pemanfaatan teknologi ramah lingkungan patut
dicoba untuk mengatasi persoalan air. Solar cell
menjadi solusi karena Indonesia dilimpahi sumber
energi sinar matahari
 Teknologi solar cell bisa dimanfaatkan oleh
daerah yang mendapat limpahan sinar matahari
dan memiliki sumber mata air
 Penentuan lokasi solar cell yang tepat
mempengaruhi kapasitas daya listrik dan
kapasitas air yang dihasilkan

REKOMENDASI
 Perlu dipikirkan penempatan solar cell yang tepat dan prasarana/akses untuk
menjangkaunya (seperti jembatan)
 Perlu dipikirkan pengelola solar cell ketika masa jaminan perawatan dari kontraktor habis,
termasuk besaran iuran per warga setelah masa garansi berakhir

70| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 71


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.6 Pengelolaan Keuangan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tujuan, manfaat dan prinsip-pronsip pengelolaan
keuangan organisasi khususnya P2KTD;
2. Menilai kondisi keuangan organisasi;
3. Menyusun rencana keuangan organisasi dalam mendukung kegiatan
penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis di desa.

Waktu
3 JP (135 menit)

Metode
Pemaparan, curah pendapat, praktek, pleno.

Media
 Media Tayang 3.6.1: “Pengelolaan Keuangan”;
 Lembar Kerja 3.6.1: “Formulir Identifikasi Kinerja Keuangan Organisasi”;
 Lembar Kerja 3.6.2: “Menyusun Keuangan P2KTD”;
 Lembar Informasi 3.6.1: “Mengelola Keuangan”.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus

72| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan, manfaat dan prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan P2KTD
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembelajaran tentang “tujuan, manfaat dan prinsip-
prinsip pengelolaan keuangan P2KTD”;
a. Awali kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan
sebagai berikut:
b. Apa yang Anda pahami tentang pengelolan keuangan P2KTD?
c. Mengapa P2KTD perlu memiliki kemampuan dalam mengelola
keuangan?
d. Bagaimana ruang lingkup pengelolaan keuangan P2KTD?
2. Lakukan tanya jawab dan curah pendapat, catat pendapat peserta
latih di kertas plano. Pelatih memberikan penegasan kembali dari
jawaban peserta;
3. Paparkan konsep dasar (tujuan, manfaat dan prinsip-prinsip dasar)
pengelolaan keuangan menggunakan media tayang yang telah
disediakan.
4. Setelah pemaparan, bandingkan dengan hasil curah pendapat
peserta mengenai definisi dan konsep dasar pengelolaan keuangan.
Berikan kesempatan pada peserta untuk sesi tanya-jawab;
5. Pelatih menutup sesi dengan menegaskan kembali konsep dasar dan
pengertian pengelolaan keuangan.

Kegiatan 2: Menilai Kondisi Keuangan P2KTD


6. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembelajaran tentang “menilai kondisi keuangan
P2KTD” dengan mengkaitkan pembelajaran sebelumnya;
7. Ajukan beberapa pertanyan pembuka kepada peserta:
a. apakah organisasinya mempunyai laporan keuangan?
b. apakah laporan keuangan selalu diperbaharui?
c. apakah pernah di audit?
8. Kemudian tanyakan kembali kepada peserta “apa pentingnya
mengetahui kondisi keuangan P2KTD”. Beri kesempatan untuk saling
memberikan pendapat dan komentar;
9. Buatlah catatan pokok dari penjelasan atau jawaban peserta;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 73


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

10. Tayangkan dan jelaskan secara singkat tentang siklus pengelolaan


keuangan yang sudah disediakan. Kemudian integrasikan hasil
paparan siklus dengan kesimpulan yang sudah dibuat sebelumnya
(berdasarkan hasil curah pendapat sebelumnya);
11. Selanjutnya mintalah peserta untuk mengisi lembar kerja yang sudah
disediakan untuk menilai kinerja keuangan organisasi. Jika ada
beberapa peserta yang berasal dari satu organisasi yang sama bisa
dikelompokkan. Berikan waktu sekitar 10 menit untuk mengisi
formulir tersebut;
12. Secara pleno, mintalah beberapa peserta untuk memaparkan hasil
analisis terhadap kinerja keuangan organisasinya dengan menjawab
pertanyaan berikut:
a. Dengan melihat hasil analisis laporan keuangan organisasi
tersebut, apa kesan anda?
b. Hal-hal apa yang masih lemah dalam pengelolaan keuangan
organisasi tersebut dan berikan alternatif solusi?
13. Berikan penegasan terhadap pentingnya mengenal kondisi keuangan
dalam mendorong keberlangsung kegiatan organisasi.

Kegiatan 3: Menyusun Rencana Keuangan Usaha


14. Menyampaikan tujuan sesi ini tentang pentingnya melakukan
perhitungan yang benar dalam menyusun rencana keuangan P2KTD;
15. Menjelaskan poin-poin penting dalam perencanaan usaha dari sisi
perhitungan, yaitu dengan menghitung semua pembiayaan yang
diperkirakan akan dikeluarkan dalam memulai usahadengan
menghitung semua sumber dana dan pembiayaan, sehingga
dihasilkan rencana keuangan yang dibutuhkan, mencakup:
a. Penentuan modal usaha – sumber modal usaha
b. Perhitungan harga produk atau jasa
c. Biaya promosi
d. Biaya tenaga kerja
e. Biaya langsung – biaya tidak langsung
16. Bagilah peserta dalam kelompok, masing-masing diberikan Lembar
Kerja 3.6.1;
17. Meminta kelompk untuk mendikusikan dan menyusun rencana
keuangan P2KTD berupa pembiayaan, modal usaha, prediksi
perhitungan keuntungan dan perencanaan arus kas dalam setahun.

74| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pelatih melakukan supervisi kepada masing-masing kelompok untuk


membantu peserta mempertajam perencanaan keuangan usaha:
18. Hasil kerja kelompok kemudian dipaparkan dalam pleno untuk
mendapatkan tanggapan dan masukan dari peserta;
19. Pada akhir sesi lakukan penegasan terkait hal-hal pokok yang terkait
penyusunan rencana keuangan P2KTD;
20. Pada akhir sesi buatlah kesimpulan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 75


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.6.1

Formulir Identifikasi Kinerja Keuangan Organisasi


jar

Pernyataan Tidak Ya Selalu Kadang- Sangat


kadang jarang
Memiliki sumber pendanaan organisasi
yang variatif
Organisasi mampu menyediakan dana
sesuai dengan kebutuhan
program/proyek
Organisasi memiliki kegiatan fundraising
yang berhasil menunjang pembiayaan
program/proyek
Melibatkan seluruh staf atau bagian
dalam penyusunan anggaran organisasi
Secara periodik membahas laporan
keuangan dengan semua bidang/unit,
sehingga dapat melakukan pengendalian
biaya
Secara periodik menyusun estimasi
anggaran untuk tahun depan
Menerapkan prinsip penganggaran yang
menempatkan dana sesuai dengan tujuan
organisasi dan prioritas program
Memiliki sistem keuangan yang menjamin
keamanan dalam penggunaan dana
Melaksanakan sistem dan prosedur
pengelolaan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi.
Sistem dan prosedur keuangan dipahami
dan diikuti oleh seluruh staf secara teratur
Sistem dan prosedur pengelolaan
keuangan organisasi memperhatikan
kepentingan pengelolaan
program/proyek.
Setiap transaksi keuangan dapat
dipertanggungjawabkan (akuntabilitas).
Menerapkan prosedur pengadaan barang
dan jasa dalam pelaksanaan program
Laporan keuangan organisasi tepat waktu.
Laporan keuangan organisasi secara
teratur diaudit oleh auditor independen.

76| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.6.2

Menyusun Rencana Keuangan P2KTD

1. Menentukan Biaya Produk dan Jasa Usaha


Biaya : adalah semua uang yang dikeluarkan utuk membuat dan menjual produk atau
jasa usaha.
Perhitungan biaya adalah cara menghitung total dari biaya yang dikeluarkan untuk
membuat atau menjual produk barang atau penyediaan jasa.
Penentuan biaya bertujuan untuk:
 Menentukan harga;
 Menurunkan dan mengendalikan harga;
 Membuat keputusan yang lebih baik untuk usaha
 Merencanakan masa yang akan datang
Jenis Biaya:
Biaya Langsung: semua biaya yang secra langsung terkait dengan produk atau layanan
yang dibuat. Biaya langsung dapat meliputi:
 Biaya bahan langsung: semua uang yang dikeluarkan untuk bahan-bahan yang
terkait barang atau jasa yang akan dijual
 Biaya Tenaga Kerja langsung: semua uang yang dikeluarkan usaha untuk upah,
gaji, tunjangan orang yangsecara langsung terlibat dalam memproduksi barang
atau jasa usaha. Waktu yang dihabskan untuk membuat produk haruslah mudah
untuk dihitung dan biaya tenaga kerja lagsung harus cukup besar untuk
menambahkan biaya tenaga kerja langsung total
Biaya Tidak langsung: adalah semua iaya lain yang dikeluarkan untuk menjalankan
usaha, misalnya biaya sewa, bunga, listrik. Biaya tidak langsung biasanya tidak terkait
langsung dengan satu produk barang atau jasa tertentu. Biaya tidak langsung sering
disebut biaya operasional atau pengeluaran.

Biaya Total = biaya bahan langsung + biaya tenaga kerja langsung + biaya
tidak langsung

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 77


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Menentukan Harga untuk Usaha Penyedia Layanan Peningkatan Kapasitas


Teknis Desa
Langkah 1. Tuliskan semua kebutuhan operasional yang diperlukan untuk menghasilkan
sebuah produk atau layanan teknis: Misalnya: Produk: Jasa Pelatihan 3 hari untuk 20-30
peserta:

Sub-
Kegiatan unit unit Hari Jumlah Total Total
A. Bahan
1. Kebutuhan
pelatihan (kertas
plano, spidol) 1 unit x 1 kalli x 1 300.000 300.000
2. Sewa LCD 1 unit x 1 kali x 3 100.000 300.000
3. Spanduk pelatihan 2 unit x 1 kali x 1 100.000 200.000
4. Souvenir peserta,
tas peserta, materi 1 pack x 1 time x 30 50.000 1.500.000
5. Cetak sertifikat 1 pack x 1 kali x 30 7.000 210.000
Sub-total 2.510.000
B.Transport Implementasi pelatihan ( 3 days)
6. Transport pelatih
reguler dan staf 3 orang x 1 kali x 3 150.000 1.350.000
7. Transport
narasumber 2 pack x 1 kali x 1 150.000 300.000
8. Lumpsum 5 pack x 1 kali x 3 50.000 750.000
Sub total 2.400.000
C. Honor SDM
9. Pelatih Senior 2 orang x 1 kali x 3 1.000.000 6.000.000
10. Tenaga
Ahli/Narasumber
Tambahan 2 orang x 1 kali x 1 750.000 1.500.000
11. Notulen & Admin
staff 1 orang x 1 kali x 3 500.000 1.500.000
Sub-total 9.000.000
Total Per Unit
Pelatihan 3 hari 13.910.000

Biaya yang dikeluarkan untuk satu unit pelatihan untuk 30 peserta selama 3 hari di desa
adalah Rp 13.910.000,- . Selanjutnya hitung dan kelompokkan satu persatu

Sub-
Kegiatan unit unit Hari Jumlah Total Total
A. Bahan
1. Kebutuhan pelatihan
(kertas plano, spidol) 1 unit x 1 kalli x 1 300.000 300.000
2. Sewa LCD 1 unit x 1 kali x 3 100.000 300.000
3. Spanduk pelatihan 2 unit x 1 kali x 1 100.000 200.000

78| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Sub-
Kegiatan unit unit Hari Jumlah Total Total
4. Souvenir peserta, tas
peserta, materi 1 pack x 1 time x 30 50.000 1.500.000
5. Cetak sertifikat 1 pack x 1 kali x 30 7.000 210.000
Sub-total 2.510.000
B.Transport Implementasi pelatihan ( 3 days)
6. Transport pelatih
reguler dan staf 3 orang x 1 kali x 3 150.000 1.350.000
7. Transport narasumber 2 pack x 1 kali x 1 150.000 300.000
8. Lumpsum 5 pack x 1 kali x 3 50.000 750.000
Sub total 2.400.000
Total 4.910.000

Langkah 2. Menghitung Biaya Tenaga Kerja Langsung


Hitunglah biaya upah, gaji, dan tunjangan untuk pegawai yang bekerja langsung dalalm
memproduksi barang atau jasa. Setiap usaha memerlukan semua informasi tentang
biaya tenaga kerja yang diperlukan. Gunakanlah formulir biaya tenaga kerja untuk
perencanaan usaha. Berikut formulir Penentuan biaya tenaga kerja untuk Konsultan XYZ
1. Nama dari tiap orang yang bekerja untuk usaha jasa yang dibuka
2. Jumlah jam kerja tiap orang dalam usaha per bulan
3. Berapa besar upah yang dibayarkan ke tiap orang per bulannya
4. Berapa jam yang digunakan tiap orang dalam produksi per bulan
5. Berapa besar upah bulanan untuk waktu yang dihabiskan dalam memproduksi
/menjalankan layanan
6. Berapa jam yang digunakan tiap orang untuk bekerja namun bukan untuk
memproduksi
7. Berapa besar upah bulanan tiap orang untuk waktu yang dihabiskan, tidak terkait
dengan produksi

Formulir Penentuan Biaya Tenaga Kerja

1 2 3 Biaya Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja


Langsung Tidak Langsung
1 2 3 4 5 6 7
No SDM Jam Gaji /Bulan Waktu Upah untuk Waktu Upah
Kerja yang waktu Yang untuk
Total digunakan produksi/ digunakan waktu
/bulan untuk pelayanan bukan yang
produksi/ untuk digunakan
bulan bukan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 79


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

1 2 3 Biaya Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja


Langsung Tidak Langsung
1 2 3 4 5 6 7
produksi/ untuk
bulan produksi
1 Budi, tenaga 160 7.500.000 160 7.500.000 - -
Ahli Full time,
Pelatih Utama
2 Kartika, Pelatih 160 3.000.000 160 5.500.000 - -
Yunior
3 Vivi, Pelatih 40 3.000.000
/Tenaga Ahli
Tambahan
4 Doni, Pelatih 40 3.000.000
tenaga Ahli
tambahan
5. Narasumber 1 20 2.000.000
6 Narasumber 2 20 2.000.000
7 Notulen 40 1.500.000
Pelatihan
5 Dina, staf 160 2.000.000 - - 160 2.000.000
administrasi
6 Dodi, 160 2.000.000 - - 160 2. 000.000
Marketing

Total 480 jam 24.500.000,- 320 jam 4.000.000

Biaya tenaga kerja langsung per jam


Jumlah yang dibayarkan tiap bulan untuk waktu dalam produksi /Jumlah Jam yang
digunakan untuk produksi per bulan = 24.500.000/ 480 jam = Rp 51.041,- per jam. Biaya
tenaga kerja langsung per jam memberikan informasi kepada Anda berapa biaya yang
dikeluarkan dari usaha untuk staf yang bekerja langsung dalamproduksi tiap jamnya.
Anda memerlukan informasi ini untuk menghitung biaya tenaga kerja langsung untuk
tiap produk yang dibuat usaha Anda, atau tiap jasa yang disediakan usaha Anda.

Biaya tenaga kerja langsung per unit


Untuk menghitung biaya tenaga kerja langsung per unit, Anda harus mengetahui waktu
yang dipakai untuk membuat tiap unit dan biaya tenaga kerja langsung per jam, baru
kemudian And adapat menggunakan Formulir Penentuan Biaya Produk untuk
menghitung biaya tenaga kerja langsung per unit.
Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan Penyedia Peningkatan Kapasitas
pelatihan 3 hari adalah meliputi 1 hari persiapan, 3 hari pelatihan dan 1 hari pelaporan,
maka setiap unit 3 hari pelatihan waktu yang digunakan dari persiapan sampai
pelaporan adalah 5 hari x 8 jam = 40 jam. Dengan demikian, waktu yang diperlukan per

80| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

unit produk Penyedia Peningkatan Kapasitas pelatihan 3 hari membutuhkan 40 jam,


maka biaya untuk menghitung biaya tenaga kerja langsung per unit sebagai berikut:
Menghitung Biaya Tenaga Kerja Langsung per unit:

Waktu per unit produk x Biaya tenaga kerja langsung per Biaya TKL Per
jasa jam Unit
40 jam x Rp Rp 51.041,- Rp 2.041.640,-

Langkah 3. Menghitung biaya tidak langsung


Biaya total untuk satu unit terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya tidak langsung.

Biaya Bahan + Biaya tenaga Kerja + Biaya Tidak = Biaya Total


Langsung langsung Langsung

Biaya tidak langsung adalah semua biaya lain yang dimiliki organisasi untuk menjalankan
usaha, misalnya sewa dan listrik.

Contoh Formulir Biaya Tidak Langsung

No Biaya Tidak Langsung per bulan Biaya


1 Sewa ruang usaha 0,-
2 Listrik dan Air 500.000,-
3 Langganan Internet 500.000,-
4 Asuransi BPJS Tenagakerja (4 x 250.000) 1.000.000,-
5 Bunga Pinjaman 0,-
6 Tenaga Kerja Tidak Langsung 4.000.000,-
7 Kertas, tinta, dan peralatan kantor 1.000.000,-
8 Penyusutan (1 laptop, 1 PC, 1 LCD) 368.000,-
9 Biaya transport (bensin) 1.000.000,-
10 Biaya lain-lain 1.000.000,-
Total Biaya Tidak Langsung per bulan 9.368.000,-

Penyusutan adalah hilangnya nilai peralatan dan ini merupakan biaya pada usaha
Anda. Biaya total membeli peralatan dibagi jumlah tahun yang anda harapkan peralatan
tersebut dapat digunakan. Di dalam ragam usaha, biaya penyusutan cukup tinggi,
sehingga penting untuk memasukkan penyusutan ke dalam biaya tidak langsung. Biaya
penyusutan biasanya diberlakukan untuk biaya peralatan yang memiliki nilai tinggi dan
tahan untuk waktu yang lama

Contoh perhitungan biaya penyusutan:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 81


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Laptop – diperkirakan akan digunakan selama 5 tahun, harga laptop 7 juta,maka


biaya penyusutan dalam waktu 5 tahun yang harus dipersiapkan dalam pembiataan
bulanan adalah (Rp 7 juta : 5 tahun) ; 12 bulan = Rp 166.666,- (Rp 117.000,-)
 Personal Komputer – PC : 8 juta – perkiraan biaya penyusutan: (Rp 8 juta : 5 tahun):
12 bulan = 133.333,- ( Rp 134.000,-)
 LCD – harga 7 juta : perkiraan biaya penyusutan : (Rp 7 juta : 5 tahun ) ; 12 bulan =
116.666 (Rp 117.000,-)
 Maka total biaya penyusutan untuk 1 laptop, LCD dan PC adalah : Rp 117.000+ Rp
134.000+ 117.000 = Rp 368.000,-

Langkah 3. Menghitung biaya tidak langsung per unit


Biaya tidak langsung total utuk sebuah bisnis baru hars dibagidan ditangung oleh setiap
produk barang atau jasa yang dibuat. Biaya tidak langsung untuk sebuah barang (unit)
tergantung dari berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk emmbuat unit tersebut.
Semakin lama dibuatnya, semakin tinggi biaya tidak langsung untuk satu unit. Bila
terhitung dalam formulir perhitungan biaya tidak langsung sebesar Rp 9.368.000,- per
bulan, maka biaya tidak langsung tersebut harus ditambahkan ke biaya tiap unit yang
dibuat pada usaha tersebut. Untuk menghitung biaya tidak langsung untuk tiap unit,
lembaga XYZ menggunakan formulir penentuan biaya produk.
Pertama, menghitung biaya tidak langsung per jam untuk semua unit yang dibuat
bisnisnya.
Menghitung biaya tidak langsung per jam:
Biaya tidak langsung Dibagi dengan Jumlah total jam Biaya Tidak
total per bulan dalam produksi per Langsung Per Jam
bulan
Rp 9.368.000,- : 480 Rp 19.516,-

Kedua : Menghitung biaya tidak langsung per unit


Total waktu per Dikalikan Biaya Tidak Langsung Per Biaya Tidak Langsung
unit dengan Jam per Unit
40 jam x Rp 19.516,- Rp 780.640,-

Langkah 4. Menjumlahkan Biaya Total


Setelah melakukan langkah 1,2,3 dari menentukan biaya memberikan pelayanan paket
jasa pelatihan, maka Anda memiliki semua jumlah yang dibutuhkan untuk menghitung
biaya total paket pelatihan.

82| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Jumlahkan semua ke dalam formulir Penentuan Biaya Produk


Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4
Biaya Bahan Langsung Biaya Tenaga Kerja Biaya Tidak Biaya Total
langsung Langsung
Rp 4.910.000,- Rp 2.041.640,- Rp 9.368.000,- Rp 16.319.640,-

Maka, biaya total per unit atau biaya produksi jasa pelatihan selama tiga hari untuk 30
peserta adalah Rp 16.319.640,-

3. Menentukan Rencana Harga Pemasaran Produk Jasa

Produk atau Jasa


Aspek - Aspek Produk A. Produk B Produk C.
Paket Pelatihan 3 hari Paket Pelatihan Paket Pelatihan
untuk 30 orang untuk 20 peserta Untuk 15 peserta
A.Biaya Produksi
Total Biaya Produksi Rp 16.319.640,-
Per Unit (3 hari)
Biaya produksi per Rp 543.988,- Rp 815.982,- Rp 1.087.000,-
orang selama 3 hari
Biaya produksi per Rp 181.329,- Rp 271.994,- Rp 362.658,-
orang per hari

B. Harga Pesaing Harga Terendah : Rp 150.000,-/orang/hari


(cek harga di pasaran Harga Tertinggi: Rp 1.000.000,-/orang per hari
dengan jasa peatihan
yang sama, dengan
target konsumen yang
sama)
C. Alasan dalam 1. Harga murah agar bersaing dengan target konsumen di Desa
penetapan harga (Cek 2.Adanya keunggulan dari sisi pengalaman
dengan Nilai 3. Kekhasan untuk pelayanan konsultasi paska pelatihan
Lebih/Preposisi nilai 4. Temanya masih jarang, penyedia jasa lain belum menguasai
Produk Jasa Anda)
Referensi 20 % minimum – 50%
 diambil rerata 30% untuk grup dan 50% untuk penjualan
produk per orang
D. Harga Jual Produk
1.Harga Jual per Rp 707.184,-  Rp 1.060.776,- Rp 1.413.100
orang selama 3 hari Rp 750.000,- Rp 1.075.000,-
(30%) 
2.Harga Jual per Rp 271.993  Rp 407.991 Rp 543.987,-
orang per hari (50%) Rp 275.000,-  Rp 410.000,- Rp 545.000

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 83


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Produk atau Jasa


Aspek - Aspek Produk A. Produk B Produk C.
Paket Pelatihan 3 hari Paket Pelatihan Paket Pelatihan
untuk 30 orang untuk 20 peserta Untuk 15 peserta
E. Potongan Harga
Potongan harga Ada harga Diskon 5% Tidak Ada Diskon Tidak Ada Diskon
diberikan pada
pelanggan khusus
Alasan memberikan Masa promosi Tidak Ada Tidak Ada
potongan harga
Pemberian kredit Tidak Ada Tidak Ada Tidak ada
diperbolehkan pada
pelangga atau jenis
tertentu
Alasan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
memperbolehkan
pembayaran kredit

Dana Yang Harus Dipenuhi sebagai Modal Awal


Contoh : Produk Jasa Pelatihan
Pembiayaan Pra Operasi Operasi Keterangan
Usaha Usaha Awal (Beli/ Sewa/ Hibah)
Beri Tanda V Beri tanda V B/S/H Jumlah Biaya
Pendaftaran usaha
Gaji pegawai bulan
pertama
(admin/keuangan,
marketing, tenaga
ahli, pelatih)
Komputer
Laptop
LCD
Ruang Usaha
Meja
Rak
Kursi
Pesanan sovenir/ tas
Promosi (flyer, brodur,
profile usaha, banner)
Keikutsertaan
Pameran

Asuransi pegawai
BPJS
Mobil /kendaraan
Promosi penjualan

84| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pembiayaan Pra Operasi Operasi Keterangan


Usaha Usaha Awal (Beli/ Sewa/ Hibah)
Beri Tanda V Beri tanda V B/S/H Jumlah Biaya
Tagihan telepon
Tagihan listrik
Tagihan internet
Stok kertas, spidol,
alat tulis
Biaya perjalanan
promosi
Pembayaran pinjaman
Pembuatan modul
Lain-lain
Total

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 85


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 4
RENCANA BISNIS DAN
TINDAK LANJUT

86| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 87


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Rencana Pembelajaran

SPB
Rencana Bisnis (Bussiness
4.1 Plan) Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa

Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang rencana bisnis penyedia
peningkatan kapasitas teknis, diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat rencana bisnis P2KTD dalam
penyelenggaraan kegiatan penyediaan peningkatan kapasitas teknis
di desa;
2. Menyusun rencana bisnis P2KTD dibidang pembangunan sarana
prasarana Desa dengan menggunakan Bussiness Model Canvas.

Waktu
10 JP (450 menit)

Metode
Pemaparan, Studi kasus, Praktik Bussiness Model Canvas, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 4.1.1: “Analisis Potensi Pasar P2KTD”;
 Lembar Kerja 4.1.1: “Matrik Business Model Canvas”;
 Lembar Informasi 4.1.1 “Penerapan Bussiness Model Canvas dalam
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa”.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.

88| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Rencana Bisnis dalam Penyelenggara-
an Kegiatan Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “tujuan dan manfaat rencana
bisnis penyediaan peningkatan kapasitas teknis di Desa” dengan
mengkaitkan hasil pembelajaran sebelumnya (PB 2 dan PB 3);
2. Pelatih memaparkan tujuan dan manfaat rencana bisnis dalam
pengembangan kegiatan penyediaan peningkatan kapasitas teknis
berdasarkan hasil analisis potensi dan peluang pasar khususnya
dibidang pembangunan sarana prasarana Desa dengan
menggunakan Media Tayang yang tersedia;
3. Berikan kesempatan peserta untuk bertanya, mengajukan pendapat,
mengkritisi dan saran atas pemaparan yang dilakukan;
4. Lakukan penegasan secara ringkas dan jelas terkait isu-isu penting
yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyusunan rencana bisnis
layanan teknis bagi P2KTD;
5. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan dengan mengkaitkan
kegiatan belajar selanjutnya.

Kegiatan 2: Menyusun Rencana Bisnis Penyediaan Peningkatan


Kapasitas Teknis di Desa menggunakan Bussiness Model Canvas
6. Menjelaskan tentang tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran tentang “menyusun rencana bisnis
penyediaan peningkatan kapasitas teknis di Desa dengan mengguna-
kan Bussiness Model Canvas”.
7. Awali dengan penjelasan tentang konsep dan tahapan Bussiness
Model Canvas dengan menggunakan media tayang yang telah
disediakan;
8. Berikan kesempatan kepada peserta bertanya, menggapi dan
mengklarifikasi hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut;
9. Selanjutnya mintalah masing-masing peserta sesuai asal
organisasinya untuk menyusun rencana bisnis penyediaan
peningkatan kapasitas teknis di Desa bidang pembangunan sarana
prasarana desa dengan menggunakan Lembar Kerja yang telah
disediakan;
10. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menyusunnya sesuai
dengan hasil analisis yang telah dilakukan pada pokok bahasan
sebelumnya dengan mengambil kasus lembaga/P2KTD

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 89


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

bersangkutan. Hasil rumusan rencana bisnis di tuangkan dalam


Lembar Kerja 4.1.1 dan 4.1.2;
11. Mintalah beberapa wakil dari peserta untuk memaparkan hasil
kerjanya dalam pleno;
12. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, menanggapi
dan mengkiritisi;
13. Lakukan penegasan terhadap beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian khusus. Berikan catatan terhadap masing-masing paparan
sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan;
14. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan.

90| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 4.1.1

Matrik Bussiness Model Canvas

Mitra Utama Kegiatan Pokok Nilai Hubungan Kelompok


(Key Partners) (Key Activities) Ditawarkan Pelanggan Sasaran
(Values (Costomer (Customer
Propositions) Relationships) Segment)

Sumber Daya Saluran


Utama (Channels)
(Key Resources)

Struktur BIaya Arus Keuntungan


(Cost Structures) (Revenue Streams)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 91


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 4.1.2

Matrik Strength, Opportunities, Aspiration, Result (SOAR) Analysis

Aspek Kekuatan Peluang Aspirasi Hasil


(Strength) (Opportunities) (Aspiration) (Result)
Kelompok Sasaran
(Customer
Segments)
Nilai ditawarkan
(Value
Propositions)
Saluran (Channels)
Arus Keuntungan
(Revenue Streams)
Sumberdaya
Utama (Key
Resources)
Kegiatan Pokok
(Key Activities)
Mitra Utama (Key
Partners)
Struktur Biaya
(Cost Structure)

92| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 93


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Rencana Pembelajaran

4.2 Rencana Kerja Tindak Lanjut

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menyusun Rencana
Kerja Tindak Lanjut (RKTL) paska pelatihan untuk mendukung peningkatan
kapasitas organisasi dalam memberikan Penyedia Peningkatan Kapasitas
teknis kepada Desa.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Rencana Kerja Tindak Lanjut.

Media
 Media Tayang 4.2.1;
 Lembar Kerja 4.2.1: Matrik Diskusi Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL);

Alat Bantu
Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan WhiteBoard

94| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Proses Pembelajaran
1. Jelaskan kepada peserta tentang tujuan, proses dan hasil dari
penyusunan RKTL kepada peserta;
2. Mintalah kepada masing-masing peserta untuk menyusun rencana
tindak lanjut paska pelatihan bagi masing-masing P2KTD untuk
mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa atau secara tim
yang telah dibentuk di lokasi atau wilayah kerja masing-masing;
3. Diskusikan hasil reaksi masing-masing peserta dan buatlah
kesepakatan terkait rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam
rangka menindaklanjuti hasil pelatihan dengan menggunakan
Lembar Kerja 4.2.1;
4. Hasilnya rumusan RKTL kemudian ditempelkan di dinding untuk
dibahas dalam pleno;
5. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapinya dan
kumpulkanlah gagasan pokok tentang tindak lanjut yang mungkin
dapat dilakukan baik secara individu maupun kelompok atau tim;
6. Tutup acara ini dengan permainan ringan untuk menyegarkan
suasana, untuk menimbulkan kesan yang positif pada akhir sesi
pelatihan;
7. Serahkan kembali kendali acara kepada panitia penyelenggara
untuk menutup secara resmi dan diakhiri dengan do’a.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 95


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 4.2.1

Matrik Diskusi: Rencana Kerja Tindak Lanjut

No. Aspek penting yang Perlu Langkah- Pemangku


Potensi Waktu
ditindaklanjuti Langkah Kepentingan

1. Menyempurnaan Bussiness Plan di


tingkat lembaga

2. Sosialisasi keberadaan P2KTD


(lembaga) ke Kecamatan dan Desa

3. Keterlibatan dalam Forum P2KTD di


tingkat Kabupaten

4. Dll.

5.

6.

7.

8.

Catatan:
(1) Tabel ini sebagai acuan umum saja, peserta diskusi dapat memodifikasi sesuai
kebutuhan dengan menambah penjelasan atau aspek kajian lain tentang rencana
tindak lanjut bagi P2KTD dalam mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa;
(2) Jelaskan proses atau langkah-langkah yang perlu dilakukan di setiap aspek yang
perlu ditindaklanjuti, seperti rapat internal, penyiapan dokumen pendukung
kelembagaan, konsultasi dengan pemerintah daerah, analisis dokumen
perencanaan Desa, kerjasama Pendamping Desa, berpartisipasi dalam bursa
inovasi dan lain-lain;
(3) Identifikasikan pemangku kepentingan yang terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam mendorong kegiatan tersebut baik internal maupun
eksternal;
(4) Identifikasikan potensi atau sumber daya pendukung disetiap aspek yang perlu
ditindaklanjuti;
(5) Tetapkan perkiraan waktu masing-masing tahapan yang telah direncanakan.

96| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 97


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

98| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 99


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 1
KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN DESA

100| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 101


Lembar Informasi
SPB
Pokok-Pokok Kebijakan
1.1.1
Program Inovasi Desa

A. Latar Belakang
Undang-Undang No 6/2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa), memberikan
kewenangan, antara lain: kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal
skala Desa, disamping meningkatkan kapasitas finansial desa melalui, khususnya: Dana
Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD), agar desa meningkat kemampuannya untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat secara efektif guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa.
Namun demikian, disadari bahwa kapasitas Desa dalam menyelenggarakan
pembangunan dalam perspektif “Desa Membangun”, masih terbatas. Keterbatasan itu
dapat dideteksi pada aras pelaku (kapasitas aparat Pemerintah Desa dan Masyarakat),
kualitas tata kelola Desa, maupun support system yang mewujud melalui regulasi dan
kebijakan Pemerintah yang terkait dengan Desa. Hal itu, pada akhirnya mengakibatkan
kualitas perencanaan, pelaksanaan, pengedalian dan pemanfaatan kegiatan
pembangunan kurang optimal, sehingga kurang memberikan dampak terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.
Merespon kondisi itu, Pemerintah sesuai amanat UU Desa, menyediakan tenaga
pendamping profesional, yaitu: Pendamping Lokal Desa (PLD), Pendamping Desa (PD),
sampai Tenaga Ahli (TA) di tingkat Pusat, untuk memfasilitasi Pemerintah Desa
melaksanakan UU Desa secara konsisten. Pendampingan dan pengelolaan tenaga
pendamping profesional dengan demikian menjadi isu krusial dalam pelaksanaan UU
Desa. Penguatan kapasitas Pendamping Profesional dan efektivitas pengelolaan tenaga
pendamping menjadi agenda strategis Pendampingan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD).
Aspek lain yang juga harus diperhatikan secara serius dalam pengelolaan
pembangunan Desa adalah ketersediaan data yang memadai, menyakinkan, dan up to
date, mengenai kondisi objektif maupun perkembangan Desa-Desa yang menunjukkan
pencapaian pembangunan Desa. Ketersediaan data sangat penting bagi semua pihak
yang berkepentingan, khususnya bagi Pemerintah dalam merumuskan kebijakan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |102


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

pembangunan. Pegelolaan data dimaksud dalam skala nasional, dengan kondisi wilayah,
khususnya Desa-Desa di Indonesia yang sangat beragam, tentu memiliki tantangan dan
tingkat kesulitan yang besar.
Koreksi atas kelemahan/kekurangan dan upaya perbaikan terkait isu-isudi atas
terus dilakukan Kemendesa PDTT secara pro aktif, salah satunya dengan meluncurkan
Program Inovasi Desa (PID). PID dirancang untuk mendorong dan memfasilitasi
penguatan kapasitas Desa yang diorientasikan untuk memenuhi pencapaian target
RPJM Kemendesa PDTT-Program prioritas Menteri Desa PDTT, melalui peningkatkan
produktivitas perdesaan dengan bertumpu pada tiga bidang kegiatan utama:
1. Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha
masyarakat, maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa
(BUM Desa), Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna
mendinamisasi perekonomian Desa.
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas
perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek
maupun dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang
pendidikan dan kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak
hanya ditilik dari aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga
pengurangan beban biaya, dan hilangnya potensi di masa yang akan datang.
Disamping itu, penekanan isu pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas
SDM ini, juga untuk merangsang sensitivitas Desa terhadap permasalahan krusial
terkait pendidikan dan kesehatan dasar dalam penyelenggaraan pembangunan
Desa, dan
3. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara
langsung berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang
memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.
Selain itu, PID juga menjadi sarana memfasilitasi penguatan manajemen
Pendampingan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) dan
pengembangan sistem informasi pembangunan Desa.
Hal mendasar dalam rancang bangun PID adalah inovasi/kebaruan dalam praktik
pembangunan dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini dipetik dari realitas/hasil kerja
desa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan yang didayagunakan sebagai
pengetahuan untuk ditularkan secara meluas. PID juga memberikan perhatian terhadap
dukungan teknis dari penyedia jasa teknis secara profesional. Dua unsur itu diyakini akan
memberikan kontribusi signifikan terhadap investasi Desa, yaitu pemenuhan kebutuhan
masyarakat melalui pembangunan yang didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APB Desa), khususnya DD. Dengan demikian, PID diharapkan dapat menjawab
kebutuhan desa terhadap layanan teknis yang berkualitas, merangsang munculnya
inovasi dalam praktik pembangunan, dan solusi inovatif untuk menggunakan Dana Desa
secara tepat dan seefektif mungkin.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 103


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

PID adalah tindak lanjut dari dukungan Bank Dunia terhadap pelaksanaan Undang-
Undang Desa dan komitmen untuk mendukung program Kemendesa PDTT dalam
membangun Desa kreatif dan berinovasi untuk mendorong pengembangan ekonomi
lokal, replikasi tehnologi percepatan pembangunan Desa guna mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. PID diselenggarakan oleh Kemendesa PDTT dengan
dukungan pendanaan dari Bank Dunia melalui restrukturisasi program yang sebelumnya
difokuskan pada Pendampingan Desa dalam pelaksanaan Undang-Undang Desa.

B. Tujuan
Kegiatan PID bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan dana desa
dengan memberikan banyak referensi dan inovasi pembangunan desa dalam rangka
mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi perdesaan, serta membangun
kapasitas desa yang berkelanjutan.

C. Sasaran
1. Menguatkan kepemimpinan dan pengelolaan PID berfokus pada hasil
2. Mengefektifkan pengelolaan program P3MD, PID dan Pengelolaan Data.
3. Meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan dalam mengelola pembangunan
dan kegiatan produktif yang didanai melalui Dana Desa.
4. Meningkatkan produktivitas ekonomi desa dan kawasan perdesaan

D. Prinsip-Prinsip Pengelolaan
Pengelolaan PID didasarkan pada prinsip-prinsip:
1. Taat hukum;
2. Transparansi;
3. Akuntabilitas;
4. Partisipatif;
5. Kesetaraan Jender.

E. Ruang Lingkup
Secara skematis ruang lingkup Program Inovasi Desa digambarkan sebagai berikut:

104| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

1. Kegiatan Inovasi dan Pengelolaan Pengetahuan Desa.

Merupakan kegiatan pengelolaan pengetahuan untuk mendorong munculnya inovasi


dalam pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan Desa khususnya terkait dengan
peningkatan kapasitas kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal, peningkatan
kualitas infrastruktur dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia. Pengelolaan
pengetahuan dilakukan secara sistematis, terencana dan partisipatif meliputi proses,
identifikasi, validasi, dokumentasi, pertukaran pengetahuan atau eksposisi dan replikasi.
Kegiatan ini didukung dengan Dana Operasional Kegiatan (DOK) bantuan Pemerintah
pengelolaan pengetahuan inovasi desa.

2. Pengembangan Kapasitas Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa

Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) adalah organisasi atau lembaga
yang memiliki keahlian tertentu dan diakui secara profesional serta berkomitmen
membantu desa dalam meningkatkan kualitas pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa di bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal,
Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Infrastruktur. Jenis layanan teknis yang
disediakan P2KTD meliputi tiga bidang kegiatan utama yang tidak dapat diberikan oleh
pendamping profesional dalam mendukung kemandirian desa, antara lain: (1)
Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal, (2) Pengembangan Sumber Daya
Manusia (pelayanan sosial dasar, dan kewirausahaan sosial) dan (3) infrastruktur desa.
P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk dukungan teknis berupa pelatihan,
konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi sesuai dengan kebutuhan Desa,
P2KTD dapat memfasilitasi Desa dalam mengidentifikasi, mengorganisir dan
memanfaatkan jaringan kerja yang mendukung meningkatkan produktivitas dan hasil
guna kegiatan di Desa. Program akan mendukung Pemerintah RI dalam identifikasi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 105


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

kebutuhan dan inventarisasi ketersedian P2KTD, pendaftaran, verifikasi dan sertifikasi


P2KTD.

3. Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Desa

Sistem Informasi Pembangunan desa merupakan solusi bagi percepatan pengelolaan,


evaluasi dan Analisa data desa, untuk tujuan percepatan pembangunan desa dan
produktivitas desa berbasis pada pengelolaan data pembangunan desa. Pengelolaan
dan pengembangan sistem informasi pembangunan desa tidak terlepas dengan data
dasar yang selama ini dihasilkan di kementerian desa dan aplikasi pengolah data yang
sudah berjalan di desa. Pengelolaan dan pengendalian data bertujuan untuk
menyediakan model dan platform untuk mendukung pengolahan data program Inovasi
Desa.
Sistem informasi pengelolaan data ditujukan untuk penyediaan data dan informasi
tentang desa dan pengolahan data untuk tujuan penyajian data peningkatan kapasitas
desa, dengan mengolah data-data berdasarkan variabel KPI data (target output data)
desa yang akan diolah untuk melihat status dan peningkatan level desa serta melihat
secara utuh dampak intervensi program terhadap desa (program inovasi desa, program
pendampingan dan dana desa) terhadap perubahan dan dinamika partumbuhan desa
dalam skala indeks ukur status desa serta perubahan kondisi desa atas pertumbuhan
peluang kerja di desa, pengurangan angka kemiskinan dan peningkatan pendapatan di
tingkat desa.

F. Bidang Kegiatan
Bidang kegiatan Program Inovasi Desa, meliputi:
1. Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha masyarakat,
maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa),
Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna mendinamisasi
perekonomian Desa;
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas
perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek maupun
dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang pendidikan dan
kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak hanya ditilik dari
aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga pengurangan beban biaya,
dan hilangnya potensi di masa yang akan datang. Disamping itu, penekanan isu
pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas SDM ini, juga untuk merangsang
sensitivitas Desa terhadap permasalahan krusial terkait pendidikan dan kesehatan
dasar dalam penyelenggaraan pembangunan Desa; dan
3. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara
langsung berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang
memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.

106| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

G. Daftar Larangan
Hal-hal yang dilarang untuk dilakukan dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa antara
lain:
1. membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis.
2. Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang mempekerjakan anak.
3. Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berdampak merusak lingkungan
hidup.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 107


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Penyedia Peningkatan
1.1.2
Kapasitas Teknis Desa
dalam Program Inovasi
Desa

A. Dasar Pemikiran
Program Inovasi Desa merupakan salah satu upaya Kemendesa PPDT dalam
mempercepat penanggulangan kemiskinan di Desa melalui pemanfaatan dana desa
secara lebih berkualitas dengan strategi pengembangan kapasitas desa secara berke-
lanjutan khususnya dalam bidang pengembangan sumber daya manusia,
pengembangan sumber daya manusia: Pelayanan Sosial Dasar , serta Infrastruktur Desa.
Dana Desa menumbuhkan kebutuhan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis yang
beragam yang tidak dapat dipenuhi oleh OPD terkait dan pemangku kepentingan
professional. Sementara itu, Desa memiliki keterbatasan dalam mengakses Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa professional yang berasal dari lembaga swadaya
masyarakat, Universitas, Asosiasi profesi dan perusahaan. Kondisi tersebut mendorong
kebutuhan pasar akan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis dalam mendukung
pembangunan desa. Di sisi lain, lembaga Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
yang professional belum memanfaatkan peluang Penyedia Peningkatan Kapasitas ini
karena keterbatasan informasi serta kurangnya dukungan dari pemangku kepentingan
terkait.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendekatkan kebutuhan desa dengan
pihak Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa dan menjamin tersedianya Penyedia
Peningkatan Kapasitas yang berkualitas diperlukan sistem layanan yang dapat diakses
dengan mudah oleh desa. Oleh karena itu, Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis yang
sudah ada perlu diorganisir dan diperkuat kapasitasnya agar dapat memberikan
pelayanan secara lebih berkualitas dan berkelanjutan sesuai kebutuhan Desa. Desa
diharapkan memiliki pilihan untuk mendapatkan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis
yang berkualitas dalam mendukung pelaksanaan pembangunan Desa.

108| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495). (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2010 tentang Komite Inovasi
Nasional(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 97);
4. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Dan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 03 Tahun 2012, Nomor: 36
Tahun 2012 Tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah(Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 484);
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2012 Tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 338).
6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 161);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemangku kepentinganan Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 160);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2018 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 1359).

C. Maksud dan Tujuan


Penyedia Jasa Pelayanan Teknis (P2KTD) dimaksudkan untuk membantu desa
mewujudkan kegiatan inovasi desa yang membutuhkan keahlian teknis tertentu dalam
meningkatkan kualitas pembangunan Desa, di bidang pengembangan ekonomi lokal
dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia, serta infrastruktur Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 109


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Secara khusus tujuan P2KTD, yaitu:


1. Mewujudkan kegiatan pembangunan desa yang inovatif dan lebih berkualitas.
2. Membantu pemerintah daerah dalam menyediakan layanan teknis yang
dibutuhkan desa.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kader pemberdayaan masyarakat desa.

D. Pengertian
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) dalam Program Inovasi Desa
adalah lembaga profesional yang menyediakan jasa keahlian teknis tertentu di bidang
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya
Manusia, dan Infrastruktur Desa. P2KTD bersifat mendukung pendampingan teknis yang
dilakukan oleh OPD kabupaten/kota dan tenaga Pendamping Profesional.

E. Kedudukan dan Lokasi


P2KTD berkedudukan di Kabupaten/kota, diorganisir oleh Tim Inovasi Kabupaten/kota
untuk memberikan pelayanan teknis pembangunan desa dalam bidang pengembangan
ekonomi lokal dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia, dan
infrastruktur desa serta terdaftar dalam direktori P2KTD kabupaten/kota. Keberadaaan
P2KTD diharapkan dapat mempercepat pencapaian target RPJMN 2015-2019 dan
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus. Lokasi P2KTD di 33 provinsi dan 434
kabupaten/kota, dan ditetapkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi.

F. Target Capaian
Dalam rangka mendukung Program Inovasi Desa (PID) perlu disediakan 2.604 P2KTD
meliputi bidang Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, pengembangan
sumber daya manusia, dan infrastruktur desa yang diharapkan dapat mendampingi
14,000 desa.

G. Prinsip-Prinsip
Dalam menjalankan perannya, P2KTD bekerja atas dasar prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Profesional, memberikan pelayanan teknis berkualitas teknis sesuai standar
safeguard dan peraturan yang berlaku.
2. Tanggungjawab Sosial, pelayanan didasarkan atas komitmen menumbuhkan
kewirausahaan sosial (sosial entrepreneurship);
3. Inklusi Sosial (Social Inclusion), menghormati kesetaraan, berpihakan pada
perempuan, berkebutuhan khusus, dan mendorong kohesi sosial;

110| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

4. Ramah Lingkungan, mendorong penerapan teknologi yang tepat guna dan ramah
lingkungan;
5. Tata kelola, Penyedia Peningkatan Kapasitas yang diberikan harus bersifat
transparan, partisipatif, dan akuntabel.

H. Pemangku Kepentingan
1. Satker Dekonsentrasi P3MD/PID Provinsi
Satker Dekonsentrasi P3MD/PID dalam Program Inovasi Desa memiliki tugas dan
tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Mensosialisasikan P2KTD.
(b) Menyelenggarakan orientasi P2KTD.
(c) Menyelenggarakan orientasi Pokja P2KTD.
(d) Mengkoordinasikan kegiatan pembinaan dan pengendalian P2KTD.
(e) Melaporkan kegiatan orientasi dan layanan teknis P2KTD.
(f) Melaporkan seluruh kegiatan yang terkait dengan penggunaan dana
dekonsentrasi P2KTD.

2. Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah kabupaten/kota melalui OPD terkait memiliki tugas dan tanggungjawab
sebagai berikut:
(a) Memfasilitasi pembentukan Pokja P2KTD;
(b) Melakukan sosialisasi P2KTD;
(c) Memberikan dukungan regulasi untuk keberlanjutan P2KTD;
(d) Menyelenggarakan rapat koordinasi P2KTD;
(e) Melakukan pembinaan dan pengendalian kepada P2KTD dalam memberikan
layanan teknis kepada desa;
(f) Melaporkan kegiatan P2KTD ke provinsi.

3. Pokja P2KTD
Pokja P2KTD merupakan struktur dibawah Tim Inovasi Kabupaten yang dibentuk oleh
pemerintah kabupaten/kota untuk mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa.
Pokja P2KTD terdiri dari OPD terkait dan mempunyai tugas sebagai berikut:
(a) Melaksanakan identifikasi dan verifikasi P2KTD untuk kebutuhan direktori yang
meliputi: kriteria, pengumuman dan pendaftaran calon P2KTD. Kriteria P2KTD

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 111


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

meliputi aspek legalitas, kapasitas teknis dan ketersediaan tenaga, serta


pengalaman.
(b) Mempersiapkan penyusunan direktori P2KTD per bidang kegiatan secara off-line
dan on-line.
 Melakukan verifikasi dan rekomendasi atas usulan TPID terhadap
kebutuhan desa akan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis.
 Memberikan rekomendasi kepada Satker Provinsi untuk peserta pelatihan.
 Melakukan updating direktori P2KTD.
 Melakukan koordinasi dan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan
P2KTD.

4. Tenaga Ahli PID Provinsi

Tenaga ahli PID Provinsi untuk peningkatan kapasitas program Inovasi Desa memiliki
tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Mengkoordinasikan identifikasi,verifikasi, dan publikasi direktori P2KTD.
(b) Membantu tugas-tugas Satker Dekonsentrasi Provinsi terutama dalam kegiatan
sosialisasi, publikasi P2KTD dan pelatihan.
(c) Melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap TAPM dalam seluruh proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan P2KTD.
(d) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap progress dan hasil pelaksanaan
kegiatan P2KTD .
(e) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD

5. Tenaga Ahli Pemberdayaa Masyarakat (TAPM)


TAPM yang memfasilitasi P2KTD terdiri dari TA Infrastruktur, TA Pelayanan Sosial Dasar
dan TA Pengembangan Ekonomi Desa. TAPM tersebut memiliki tugas dan
tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Melakukan koordinasi dengan Pemda Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan PID
temasuk pembentukan Pokja P2KTD Tim Inovasi Kabupaten, dan orientasi kepada
Pokja P2KTD;
(b) Membantu Tim Inovasi Kabupaten (TIK) khususnya Pokja P2KTD dalam kegiatan
sosialisasi, seleksi P2KTD, orientasi dan rapat koordinasi P2KTD;
(c) Mengidentifikasi kebutuhan dan ketersediaan P2KTD sesuai bidang layanan teknis.
(d) Memfasilitasi penyusunan Direktori P2KTD;
(e) Memastikan layanan jasa P2KTD sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Desa;

112| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(f) Melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap PD dan PLD terkait dengan
P2KTD;
(g) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap progress dan hasil pengembangan
kapasitas P2KTD termasuk penyediaan data dan informasi terkait P2KTD;
(h) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD.

6. Pendamping Desa (PD) dan Pendamping Lokal Desa (PLD)

Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa memiliki tugas dan tanggungjawab
sebagai berikut:
(a) Memfasilitasi kegiatan sosialisasi P2KTD di Kecamatan dan Desa;
(b) Memfasilitasi TPID dalam proses identifikasi, perumusan dan prioritas, serta
penetapan P2KTD sesuai kebutuhan Desa;
(c) Memfasilitasi forum Musyawarah Desa untuk pertanggungjawaban hasil kerja
P2KTD;
(d) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD.

I. Ruang Lingkup
Jenis layanan teknis yang disediakan P2KTD meliputi tiga bidang kegiatan utama dalam
mendukung kegiatan inovasi desa yang tidak dapat diberikan oleh pendamping
profesional dalam mendukung kemandirian desa. Bidang kegiatan dimaksud terdiri dari:
(1) Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, (2) Pengembangan Sumber Daya
Manusia, serta (3) Infrastruktur Desa. P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk
dukungan teknis berupa pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi
sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa. Layanan P2KTD dapat diberikan dalam tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan evaluasi.

1. Layanan Jasa Teknis Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan


Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis kewirausahaan dan pengembangan ekonomi
lokal disesuaikan dengan kebutuhan dan karekteristik desa dalam pendukung
pengembangan Produk Unggulan Desa (Prudes) dan Produk Unggulan Kawasan
Perdesaan (prukades) serta BUM Desa atau BUM Desa Bersama. Bentuk layanan teknis
pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan dapat berupa analisis dan identifikasi
sumberdaya lokal, analisis keberlanjutan usaha, pengembangan SDM dan kelembagaan,
pengembangan produksi, dan mata rantai usaha (market chain) yang dikelola secara
mandiri, serta pengelolaan keuangan mikro.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 113


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Layanan Jasa Teknis Pelayanan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia yang
diberikan P2KTD disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan SDM khususnya
layanan sosial dasar (antara lain: PAUD, Posyandu, dan kegiatan lain yang menjadi
kewenangan lokal berskala desa) dan kewirausahaan sosial.
Wirausahawan Sosial adalah individu yang memberikan solusi inovatif untuk
menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat Desa dengan menawarkan ide-ide
kreatif berorientasi bisnis. Misalnya: pengelolaan sampah, pengelolaan air bersih,
pemanfaatan biogas, dan produk daur ulang, dan Desa Wisata.
Bentuk kegiatan layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia dapat
berupa pelatihan dan bimbingan untuk mendorong kemandirianDesa dalam
memberikan pelayanan sosial dasar yang berkualitas (seperti: Posyandu Mandiri,
Pengelolaan PAUD), serta menumbuhkan kewirausahaan sosial di Desa.

3. Layanan Jasa Teknis Infrastruktur Desa


Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis yang diberikan P2KTD mencakup semua jenis
sarana prasarana skala desa dan antardesa yang memiliki dampak ekonomi. Prioritas
layanan jasa teknis infrastruktur Desa diarahkan untuk mendukung pelaksanaan
Program Inovasi Desa yang meliputi:
a. Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis pengembangan dan pemeliharaaan sarana
prasarana Embung Desa untuk kebutuhan air rumah tangga, irigasi, dan kebutuhan
air lainnya yang mendukung ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi;
b. Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis pengembangan dan pemeliharaan Sarana
Olah Raga di Desa yang mendukung peningkatan ekonomi dan ikatan sosial;
c. Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis pengembangan, dan pemeliharaan sarana
prasarana lainnya yang memiliki dampak ekonomi besar, seperti: jalan, jembatan,
pasar desa, pengelolaan air bersih.

J. Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan P2KTD di dalam Program Inovasi Desa meliputi: (1) sosialisasi di
Provinsi dan Kabupaten, (2) Pembentukan Pokja P2KTD, (3) Pelatihan Pokja P2KTD-TIK
(4) Penyusunan direktori P2KTD, (5) Pemanfaatan P2KTD.

114| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Alur Mekanisme Kegiatan P2KTD

1. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dilakukan untuk memperkenalkan arti penting keberadaan P2KTD
kepada OPD Provinsi dan Kabupaten, calon-calon potensial P2KTD maupun kepada
Desa sebagai calon pengguna Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis. Secara khusus,
kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk: (a) mensosialisasikan program PID, (b)
menginfomasikan adanya kebutuhan pasar Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis
kepada lembaga penyedia jasa professional (LSM, Perusahaan, lembaga penelitian,
Universitas dan perusahaan, (c) menginfomasikan kepada desa mengenai keberadaaan
Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis untuk meningkatkan kualitas perencananaan dan
pelaksanaan pembangunan desa.

a. Sosialisasi di provinsi
Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di provinsi dan akan difasilitasi oleh Satker Propinsi
dengan dibantu oleh tenaga ahli provinsi. Peserta sosialisasi terdiri dari OPD terkait dan
calon P2KTD dari provinsi dan kabupaten.
b. Sosialisasi di Kabupaten/kota
Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di kabupaten/kota dan akan difasilitasi oleh Tim
Inovasi Kabupaten (TIK) dengan dibantu oleh tenaga ahli kabupaten. Peserta sosialisasi
terdiri dari OPD terkait, Camat, TPID, kepala desa dan BPD, perguruan tinggi, LSM,
organisasi profesi, organisasi sosial dan pihak swasta.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 115


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Pembentukan Pokja P2KTD - TIK


Pokja P2KTD dapat terdiri dari perwakilan OPD (Dinas PMD/Bappeda), OPD Teknis,
Asosiasi Profesi terkait. Susunan Pokja P2KTD Tim Inovasi Kabupaten terdiri dari :
a. Ketua Pokja: OPD yang membidangi bidang pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa
b. Koordinator bidang peningkatan ekonomi lokal dan kewirausahaan: OPD yang
membidangi bidang pengembangan ekonomi dan kewirausahaan, dan dibantu
oleh maksimal 2 orang anggota dari unsur perwakilan asosiasi dunia
usaha/perbankan.
c. Koordinator bidang PSDM: OPD yang membidangi bidang pendidikan atau
kesehatan, dan dibantu maksimal 3 orang anggota dari unsur OPD
Pendidikan/Kesehatan, asosiasi PAUD, Tim penggerak Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) Kabupaten/Kota
d. Koordinator bidang Infrastruktur Desa: OPD yeng membidangi bidang dinas
pekerjaan umum, dan dibantu maksimal 3 orang anggota dari unsur asosiasi jasa
konstruksi, asosiasi profesi pemberdayaan masyarakat dan perwakilan dewan
inovasi sejauh tersedia di tingkat kabupaten.

3. Pelatihan Pokja P2KTD – TIK


Pelatihan bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada Pokja P2KTD-TIK dalam
melaksanakan tugasnya. Pelatihan dilaksanakan di provinsi selama 3 hari efektif. Peserta
pelatihan terdiri dari 3 orang anggota P2KTD yang mewakili bidang Kewirausahaan dan
Pengembangan ekonomi Lokal, Pengembangan SDM dan Infrastruktur serta 2 – 3 orang
TA yang bertugas memfasilitasi pelaksanaan kegiatan P2KTD.

4. Penyusunan Direktori P2KTD


Inventarisasi dan verifikasi penyusunan direktori P2KTD
Pokja P2KTD dengan dibantu Tenaga Ahli Kabupaten P3MD/PID akan melakukan
inventarisasi ketersediaan P2KTD untuk mendukung pembangunan dan pemberdayaan
Desa dalam bidang: pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan/pengembangan
sumber daya manusia/infrastruktur. Hasil inventarisasi digunakan untuk menentukan
P2KTD potensial yang akan diundang untuk mengikuti verifikasi P2KTD.
Pelaksanaan verifikasi bertujuan untuk memilih P2KTD yang akan ditetapkan dalam
direktori P2KTD. Pelaksanaan verifikasi dilakukan terhadap aspek lembaga dan aspek
keahlian teknis dengan cara pemeriksaan profil lembaga P2KTD maupun kunjungan
lapangan. Pelaksanaan Verifikasi untuk 3 jenis bidang P2KTD dilaksanakan oleh masing-
masing bidang Pokja P2KTD sesuai tugas dan tanggungjawabnya.

116| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Hasil verifikasi P2KTD yang memenuhi kriteria disusun dalam bentuk direktori sesuai
dengan 3 bidang kegiatan oleh masing-masing bidang Pokja P2KTD. Selanjutnya daftar
tersebut disahkan oleh BPMD Kabupaten.

Penyusunan dan Publikasi Direktori P2KTD


Direktori P2KTD adalah koleksi rujukan yang memuat nama-nama atau organisasi
penyedia layanan teknis yang disusun secara sistematis yang dilengkapi dengan alamat,
kompetensi atau keahlian, pengalaman organisasi, kegiatan dan data lainnya yang
bermanfaat sebagai infomasi bagi desa. Direktori P2KTD meliputi bidang layanan P2KTD
yaitu : Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Peningkatan Sumber Daya
Manusia dan Infrastruktur Desa. Penyusunan direktori dilakukan oleh Pokja P2KTD
bersama TA Kabupaten untuk dicetak dan dipublikasikan oleh Satker Dekonsentrasi
Provinsi.

5. Pemanfaatan P2KTD
Identifikasi Kebutuhan P2KTD ke Desa-Desa (TPID)
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kegiatan Desa yang membutuhkan
Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis. Identifikasi dilakukan oleh TPID yang menangani
kegiatan P2KTD dengan mengecek APB Desa 2017 khususnya untuk bidang kegiatan
ekonomi lokal dan kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan
Infrastruktur. Kegiatan yang membutuhkan P2KTD adalah kegiatan yang tidak bisa
dilaksanakan oleh Kader Pembangunan Desa maupun oleh tenaga Pendamping
profesional karena membutuhkan keahlian khusus. Kegiatan Penyedia Peningkatan
Kapasitas teknis yang dapat diberikan oleh P2KTD meliputi pelatihan, konsultasi,
bimbingan teknis, mentoring, studi kelayakan dan pengembangan jejaring sesuai
dengan kebutuhan inovasi Desa.

Verifikasi Kebutuhan P2KTD dalam APB Desa


Verifikasi kebutuhan P2KTD dimaksudkan untuk menilai kelayakan terhadap usulan
kegiatan yang diajukan oleh TPID terhadap desa-desa membutuhkan layanan P2KTD.
Verifikasi dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan
layanan P2KTD. Hasil verifikasi yang dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD disampaikan
kepada TPID berupa daftar usulan kegiatan yang layak untuk mendapat dukungan
layanan teknis serta P2KTD yang direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan Desa. Jika
P2KTD yang dibutuhkan tidak tersedia dalam direktori, maka TIK dapat
merekomendasikan P2KTD dari luar wilayah kerjanya.

Perumusan dan Prioritas Kegiatan P2KTD

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 117


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Hasil verifikasi kebutuhan P2KTD yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan
berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh P2KTD. Prioritas
kegiatan yang akan mendapat layanan P2KTD ditetapkan dalam rapat TPID dengan
kriteria sebagai berikut: (a) Desa berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan replikasi;
(b) kegiatan inovasi yang selaras dengan kebijakan pemerintah; (c) kegiatan yang
memiliki dampak langsung terhadap masyarakat; (d) kegiatan yang pelaksanaannya
melibatkan masyarakat; (e) mendukung prioritas layanan sosial dasar khususnya PAUD
dan Posyandu.

Pelaksanaan Kegiatan P2KTD


Berdasarkan kontrak kerjasama dengan TPID, P2KTD akan mulai melakukan kegiatan
persiapan, pelaksanaan bimbingan, capaian hasil kegiatan dalam memberikan layanan
teknis kepada desa. Dalam menjalankan tugasnya P2KTD wajib mendorong pelibatan
masyarakat dan mempersiapkan kader desa untuk keberlanjutan kegiatan
pembangunan.

Orientasi P2KTD
Orientasi P2KTD bertujuan untuk mempersiapkan P2KTD dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan ketentuan program inovasi desa. Penyelenggaraan orientasi dilaksanakan
di provinsi. Peserta orientasi P2KTD terdiri dari maksimal 6 orang per kabupaten yang
mewakili 6 P2KTD. Pemilihan peserta orientasi dilakukan oleh TIK- Pokja P2KTD
berdasarkan usulan TPID dengan mempertimbangkan Penyedia Peningkatan Kapasitas
teknis yang paling banyak dibutuhkan oleh desa dalam skala kabupaten.

Pertanggungjawaban kegiatan P2KTD


P2KTD wajib menyusun laporan hasil kegiatan dan disampaikan kepada TPID dengan
tembusan pada desa-desa penerima layanan teknis. Laporan pertanggungjawaban
terdiri dari laporan kemajuan kegiatan dan hasil Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis
P2KTD. Selain itu TPID selaku pengelola dana operasional P2KTD pada DOK PPID wajib
menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana dalam forum
musyawarah antar desa (MAD) dengan tembusan kepada TIK.

118| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 119


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Lembar Informasi

1.2.1 Tatakelola Desa

A. Pendahuluan
Dalam Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Definisi Desa dijelasakan
bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentangg Desa, membuka harapan
bahwa desa didudukkan kembali posisinya sebagai kesatuan masyarakat hukum adat
sesuai hak asal usul desa, sehingga otonomi desa diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Repubik Indonesia.
Dengan konstruksi menggabungkan fungsi self-governing community dengan
local self government, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini
merupakan bagian dari wilayah Desa, ditata sedemikian rupa menjadi Desa dan Desa
Adat. Desa dan Desa Adat pada dasarnya melakukan tugas yang hampir sama.
Sedangkan perbedaannya hanyalah dalam pelaksanaan hak asalusul, terutama
menyangkut pelestarian sosial Desa Adat, pengaturan dan pengurusan wilayah adat,
sidang perdamaian adat, pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban bagi masyarakat
hokum adat, serta pengaturan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli.
Dengan demikian, kewenangan desa selain berupa urusan pemerintahan yang
sudah ada berdasarkan hak asal usul Desa, juga memperoleh kewenangan dari
pemerintah tingkat atasnya (Pemerintah Pusat, Provinsi dan/atau Kabupaten/kota)
untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan tertentu, yaitu penugasan. Pasal 22 UU.
No.6 Tahun 2014, Penugasan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada
Desa meliputi penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Penugasan
tersebut disertai dengan biaya.

120| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

B. Paradigma Desa Lama dan Desa Baru


Secara garis besar perubahan ditunjukkan dengan pembalikan paradigma dalam
memandang Desa, pemerintahan dan pembangunan yang selama ini telah mengakar di
Indonesia. Pembalikan itu membuahkan perspektif “Desa Lama” yang berubah menjadi
“Desa Baru” sebagaimana tersaji dalam tabel berikut:

Tabel Desa Lama Vs Desa Baru

Unsur-Unsur Desa Lama Desa Baru


Dasar konstitusi UUD 1945 Pasal 18 ayat 7 UUD 1945 Pasal 18 B ayat 2 dan
Pasal 18 ayat 7
Payung hukum UU No. 32/2004 dan PP No. UU No. 6/2014
72/2005
Visi-misi Tidak ada Negara melindungi dan
memberdayakan Desa agar menjadi
kuat, maju, mandiri, dan demokratis
sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam
melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat
yang adil, makmur, dan sejahtera
Asas utama Desentralisasi-residualitas Rekognisi-subsidiaritas
Kedudukan Desa sebagai organisasi Sebagai pemerintahan masyarakat,
pemerintahan yang berada hybrid antara self governing
dalam sistem pemerintahan community dan local self
kabupaten/kota (local state government.
government)
Delivery Target: pemerintah menentukan Mandat: negara memberi mandat
kewenangan dan target-target kuantitatif dalam kewenangan, prakarsa dan
program membangun Desa pembangunan
Kewenangan Selain kewenangan asal usul, Kewenangan asal-usul (rekognisi)
menegaskan tentang sebagian dan kewenangan lokal berskala Desa
urusan kabupaten/kota yang (subsidiaritas).
diserahkan kepada Desa
Politik tempat Lokasi: Desa sebagai lokasi Arena: Desa sebagai arena bagi
proyek dari atas orang Desa untuk
menyelenggarakan pemerintahan,
pembangunan, pemberdayaan dan
kemasyarakatan
Posisi dalam Obyek Subyek
pembangunan
Model Government driven development Village driven development Village
pembangunan atau community driven driven development, dengan
development penekanan pada peningkatan
kapasitas, kepemilikan aset ekonomi
dan revitalisasi budaya Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 121


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Unsur-Unsur Desa Lama Desa Baru


Karakter politik Desa parokhial, dan Desa Desa Inklusif
korporatis
Demokrasi Demokrasi tidak menjadi asas Demokrasi menjadi asas, nilai, sistem
dan nilai, melainkan menjadi dan tatakelola. Membentuk
instrumen. Membentuk demokrasi inklusif, deliberatif dan
demokrasi elitis dan mobilisasi partisipatif
partisipasi

C. Kelembagaan Desa
Pembagian tugas dan fungsi setiap lembaga desa ditujukan untuk mengefektifkan
pelaksanaan seluruh kewenangan desa, sehingga senantiasa dihindari kemungkinan
adanya tumpang tindih tugas dan fungsi antar lembaga desa. Namun, mengingat
pelaksanaan kewenangan desa merupakan satu kesatuan sistemik yang terbagi habis ke
dalam tugas dan fungsi setiap lembaga desa, maka pasti akan terjadi hubungan kerja
antar lembaga-lembaga desa tersebut. Oleh karena itu, keberadaan lembaga desa
senantiasa berperan untuk melaksanakan kewenangan desa sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing, dan mengingat kewenangan desa merupakan suatu kesatuan
sistemik, maka pasti akan terjadi hubungan kerja antara lembaga-lembaga desa
tersebut, serta dihindari kemungkinan adanya tumpang tindih tugas antar lembaga-
lembaga desa tersebut.
Kepala desa/desa Adat sebagaimana UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa,
berkedudukan sebagai kepala Pemerintah Desa/Desa Adat dan sebagai pemimpin
masyarakat. Meskipun Kepala desa memperoleh banyak penugasan dari pemerintah,
tetapi harus ditegaskan bahwa ia bukanlah petugas atau pesuruh pemerintah. Kepala
desa adalah pemimpin masyarakat.Artinya kepala desa memperoleh mandat dari rakyat,
yang harus mengakar dekat dengan masyarakat, sekaligus melindungi, mengayomi dan
melayani warga masyarakat.Kepala desa berbeda dengan camat maupun lurah.Camat
merupakan pejabat administratif yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Bupati/Walikota.Bupati/Walikota yang berwenang mengangat dan memberhentikan
Camat.
UU Desa mengkonstruksikan pemerintahan Desa sebagai gabungan fungsi
masyarakat berpemerintahan (self governing community) dengan pemerintahan lokal
(local self government).Dalam rangka self governing community Kepala Desa (Kades)
sebagai pemimpin masyarakat bukan bawahan bupati, posisi bupati adalah pembinaan
dan pengawasan tetapi tidak memerintah.Sedangkan dalam rangka local self
government Kades merupakan kepala pemerintahan organisasi pemerintahan paling
kecil dan paling bawah dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masa jabatan kepala Desa diatur dalam Pasal 39 UU No. 6/2014 yakni;
(2) Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan.

122| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(3) Kepala Desa dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara
berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

Perangkat Desa terdiri atas sekretariat Desa; pelaksana kewilayahan; dan pelaksana
teknis. Perangkat desa bertugas membantu dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa.
Perangkat desa diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas
nama Bupati/Walikota. Persyaratan pengangkatan perangkat desa:
(1) berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat;
(2) berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun;
(3) terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling kurang 1
(satu) tahun sebelum pendaftaran; dan
(4) syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan institusi demokrasi perwakilan


desa, meskipun ia bukanlah parlemen atau lembaga legislatif seperti DPR. Ada
pergeseran (perubahan) kedudukan BPD dari UU No. 32/2004 ke UU No. 6/2014 (Tabel
1).Menurut UU No. 32/2004 BPD merupakan unsur penyelenggara pemerintahan desa
bersama pemerintah desa, yang berarti BPD ikut mengatur dan mengambil keputusan
desa.Ini artinya fungsi hukum (legislasi) BPD relatif kuat. Namun, UU No. 6/2014
mengeluarkan (eksklusi) BPD dari unsur penyelenggara pemerintahan dan melemahkan
fungsi legislasi BPD.
BPD menjadi lembaga desa yang melaksanakan fungsi pemerintahan, sekaligus
juga menjalankan fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa;
melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa serta menyelenggarakan musyawarah
desa.Ini berarti bahwa eksklusi BPD dan pelemahan fungsi hukum BPD digantikan
dengan penguatan fungsi politik (representasi, kontrol dan deliberasi).

D. Asas dan Prinsip Desa Sebagai Masyarakat Berpemerintahan


Kedudukan (posisi) desa dalam bangunan besar tatanegara Indonesia, sekaligus relasi
antara negara, desa dan warga merupakan jantung persoalan UU Desa. Jika regulasi
sebelumnya menempatkan desa sebagai pemerintahan semu bagian dari rezim
pemerintahan daerah, dengan asas desentralisasi-residualitas, maka UU Desa
menempatkan desa dengan asas rekognisi-subsidiaritas. Rekognisi memang tidak lazim
dibicarakan dalam semesta teori hubungan pusat dan daerah; ia lebih dikenal dalam
pembicaraan tentang multikulturalisme. Dalam masyarakat multikultur, senantiasa
menghadirkan perbedaan dan keragaman identitas baik suku, agama, warna kulit, seks
dan lain-lain. Bahkan juga menghadirkan pemilahan antara mayoritas versus minoritas,
dimana kaum minoritas sering menghadapi eksklusi secara sosial, budaya, ekonomi dan
politik. Kaum minoritas merasa menjadi warga negara kelas dua yang tidak memiliki hak
dan kedudukan yang sama dengan kaum mayoritas. Karena menghadapi eksklusi,
kelompok atau komunitas yang berbeda maupun kaum minoritas memperjuangkan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 123


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

klaim atas identitas, sumberdaya, legitimasi dan hak. Tindakan negara menghadapi
klaim-klaim itu menjadi isu penting dalam pembicaraan tentang rekognisi.
Meskipun rekognisi lahir dari konteks multikulturalisme, tetapi ia terkait dengan
keadilan, kewargaan dan kebangsaan; bahkan mempunyai relevansi dengan
desentralisasi. Pada titik dasar, rekognisi terletak pada jantung kontestasi ganda di
seputar kewargaan, hak, politik identitas, klaim redistribusi material dan tuntutan akan
kerugian masa silam yang harus diakui dan ditebus (Janice McLaughlin, Peter Phillimore
dan Diane Richardson, 2011).
Rekognisi terhadap desa yang dilembagakan dalam UU Desa tentu bersifat
kontekstual, konstitusional, dan merupakan hasil dari negosiasi politik yang panjang
antara pemerintah, DPR, DPD dan juga desa. Sesuai amanat konstitusi negara (presiden,
menteri, lembaga-lembaga negara, tentara, polisi, kejaksaan, perbankan, dan lembaga-
lambaga lain), swasta atau pelaku ekonomi, maupun pihak ketiga (LSM, perguruan
tinggi, lembaga internasional dan sebagainya) wajib melakukan pengakuan dan
penghormatan terhadap keberadaan (eksistensi) desa sebagai kesatuan masyarakat
hukum. Eksistensi desa dalam hal ini mencakup hak asal-usul (bawaan maupun prakarsa
lokal yang berkembang) wilayah, pemerintahan, peraturan maupun pranata lokal,
lembaga-lembaga lokal, identitas budaya, kesatuan masyarakat, prakarsa desa, maupun
kekayaan desa.
Rekognisi bukan saja mengakui dan menghormati terhadap keragaman desa,
kedudukan, kewenangan dan hak asal-usul maupun susunan pemerintahan, namun UU
Desa juga melakukan redistribusi ekonomi dalam bentuk alokasi dana dari APBN
maupun APBD. Di satu sisi rekognisi dimaksudkan untuk mengakui dan menghormati
identitas, adat-istiadat, serta pranata dan kearifan lokal sebagai bentuk tindakan untuk
keadilan kultural. Di sisi lain redistribusi uang negara kepada desa merupakan resolusi
untuk menjawab ketidakailan sosial-ekonomi karena intervensi, eksploitasi dan
marginalisasi yang dilakukan oleh negara. Bahkan UU Desa juga melakukan proteksi
terhadap desa, bukan hanya proteksi kultural, tetapi juga proteksi desa dari imposisi dan
mutilasi yang dilakukan oleh supradesa, politisi dan investor.
Penerapan asas rekognisi tersebut juga disertai dengan asas subsidiaritas. Asas
subsidiaritas berlawanan dengan asas residualitas yang selama ini diterapkan dalam UU
No. 32/2004. Asas residualitas yang mengikuti asas desentralisasi menegaskan bahwa
seluruh kewenangan dibagi habis antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
terakhir di tangan pemerintah kabupaten/kota. Dengan asas desentralisasi dan
residualitas itu, desa ditempatkan dalam sistem pemerintahan kabupaten/kota, yang
menerima pelimpahan sebagian (sisa-sisa) kewenangan dari bupati/walikota.
Prinsip subsidiaritas menegaskan bahwa dalam semua bentuk koeksistensi
manusia, tidak ada organisasi yang harus melakukan dominasi dan menggantikan
organisasi yang kecil dan lemah dalam menjalankan fungsinya. Sebaliknya,
tanggungjawab moral lembaga sosial yang lebih kuat dan lebih besar adalah
memberikan bantuan (dari bahasa Latin, subsidium afferre) kepada organisasi yang lebih
kecil dalam pemenuhan aspirasi secara mandiri yang ditentukan pada level yang lebih

124| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

kecil-bawah, ketimbang dipaksa dari atas (Alessandro Colombo, 2012). Dengan kalimat
lain, subsidiarity secara prinsipil menegaskan tentang alokasi atau penggunaan
kewenangan dalam tatanan politik, yang notabene tidak mengenal kedaulatan tunggal
di tangan pemerintah sentral. Subsidiaritas terjadi dalam konteks transformasi institusi,
sering sebagai bagian dari tawar-menawar (bargaining) antara komunitas/otoritas yang
berdaulat (mandiri) dengan otoritas lebih tinggi pusat. Prinsip subsidiarity juga hendak
mengurangi risiko-risiko bagi subunit pemerintahan atau komunitas bawah dari
pengaturan yang berlebihan (overruled) oleh otoritas sentral. Berangkat dari ketakutan
akan tirani, subsidiarity menegaskan pembatasan kekuasaan otoritas sentral (pemerintah
lebih tinggi) dan sekaligus memberi ruang pada organisasi di bawah untuk mengambil
keputusan dan menggunakan kewenangan secara mandiri (Christopher Wolfe, 1995;
David Bosnich, 1996; Andreas Føllesdal, 1999).
Tiga makna subsidiaritas. Pertama, urusan lokal atau kepentingan masyarakat
setempat yang berskala lokal lebih baik ditangani oleh organisasi lokal, dalam hal ini
desa, yang paling dekat dengan masyarakat. Dengan kalimat lain, subsidiaritas adalah
lokalisasi penggunaan kewenangan dan pengambilan keputusan tentang kepentingan
masyarakat setempat kepada desa. Kedua, negara bukan menyerahkan kewenangan
seperti asas desentralisasi, melainkan menetapkan kewenangan lokal berskala desa
menjadi kewenangan desa melalui undang-undang. Dalam penjelasan UU No. 6/2014
subsidiaritas mengandung makna penetapan kewenangan lokal berskala desa menjadi
kewenangan desa. Penetapan itu berbeda dengan penyerahan, pelimpahan atau
pembagian yang lazim dikenal dalam asas desentralisasi maupun dekonsentrasi.
Sepadan dengan asas rekognisi yang menghormati dan mengakui kewenangan asal-
usul desa, penetapan ala subsidiaritas berarti UU secara langsung menetapkan sekaligus
memberi batas-batas yang jelas tentang kewenangan desa tanpa melalui mekanisme
penyerahan dari kabupaten/kota. Ketiga, pemerintah tidak melakukan campur tangan
(intervensi) dari atas terhadap kewenangan lokal desa, melainkan melakukan dukungan
dan fasilitasi terhadap desa. Pemerintah mendorong, memberikan kepercayaan dan
mendukung prakarsa dan tindakan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat. Tindakan ini sejalan dengan salah satu tujuan penting UU No.
6/2014, yakni memperkuat desa sebagai subyek pembangunan, yang mampu dan
mandiri mengembangkan prakarsa dan aset desa untuk kesejahteraan bersama.

E. Kewenangan Desa
Kewenangan Desa dalam Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa, diatur di Bab
IV Kewenangan Desa yang meliputi 5 (lima) pasal, yaitu pasal 18 sampai pasal 22.
Ketentuan lebih lanjut dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintahan Nomor 43 Tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah di atas,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menerbitkan
Peraturan Menteri No. 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 125


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa. Sampai awal tahun 2016, Peraturan
Menteri ini menjadi acuan legal dalam penyusunan regulasi di tingkat daerah dalam
menerbitkan Peraturan tentang Kewenangan Desa.
Tanggal 15 Juli 2016 Menteri Dalam Negeri menerbitkan Peraturan Menteri Nomor
44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa. Dengan terbitnya Peraturan tersebut,
ketentuan teknis terkait kewenangan Desa selanjutnya mengacu pada Permendagri No.
44 tahun 2016. Bacaan di bawah ini merupakan ringkasan atas Permendagri tentang
Kewenangan Desa tersebut.

1. Ruang Lingkup
Peraturan Menteri tentang Kewenangan Desa dimaksudkan dalam rangka
meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas Desa dalam menata kewenangan Desa sesuai
asas rekognisi dan asas subsidiaritas dan pelaksanaan penugasan dari Pemerintah
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa.
Tujuan penetapan Peraturan Menteri tentang Kewenangan Desa dalam rangka
mendorong proporsionalitas pelaksanaan bidang kewenangan desa yang meliputi: (1)
penyelenggaraan Pemerintahan Desa; (2) pelaksanaan Pembangunan Desa; (3)
pembinaan kemasyarakatan Desa; dan (4) pemberdayaan masyarakat Desa.

2. Penataan Kewenangan Desa


Ketentuan tentang pelaksanaan kewenangan Desa dilaksanakan melalui penataan
kewenangan Desa, sebagai berikut.
(1) Kewenangan Desa dilaksanakan melalui penataan kewenangan Desa.
(2) Penataan kewenangan Desa meliputi:
a. jenis dan perincian kewenangan Desa; dan
b. kriteria kewenangan Desa.
Jenis kewenangan Desa meliputi:
a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;
b. kewenangan lokal berskala Desa;
c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Masing-masing jenis di atas dirinci, sebagai berikut:
Kewenangan berdasarkan hak asal usul

126| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(1) Perincian kewenangan Desa berdasarkan hak asal-usul paling sedikit terdiri atas:
a. sistem organisasi masyarakat adat;
b. pembinaan kelembagaan masyarakat;
c. pembinaan lembaga dan hukum adat;
d. pengelolaan tanah kas Desa; dan
e. pengembangan peran masyarakat Desa.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud di atas, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dapat melakukan identifikasi dan inventarisasi kewenangan
berdasarkan hak asal usul lainnya dengan mengikutsertakan Pemerintah Desa.
(3) Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi kewenangan, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menetapkan kewenangan hak asal usul lainnya dengan
memperhatikan situasi, kondisi, dan kebutuhan.
(4) Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul diatur dan diurus oleh Desa.

Kewenangan lokal berskala Desa


(1) Perincian kewenangan lokal berskala Desa, paling sedikit terdiri atas:
a. pengelolaan tambatan perahu;
b. pengelolaan pasar Desa;
c. pengelolaan tempat pemandian umum;
d. pengelolaan jaringan irigasi;
e. pengelolaan lingkungan permukiman masyarakat Desa;
f. pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan terpadu;
g. pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan belajar;
h. pengelolaan perpustakaan Desa dan taman bacaan;
i. pengelolaan embung Desa;
j. pengelolaan air minum berskala Desa; dan
k. pembuatan jalan Desa antarpermukiman ke wilayah pertanian.
(2) Selain kewenangan di atas, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat melakukan
identifikasi dan inventarisasi kewenangan lokal berskala Desa lainnya dengan
mengikutsertakan Pemerintah Desa.
(3) Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi kewenangan lokal berskala Desa di
atas, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan kewenangan lokal berskala
Desa lainnya dengan memperhatikan situasi, kondisi, dan kebutuhan.
(4) Kewenangan Desa berskala lokal diatur dan diurus oleh Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 127


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kewenangan yang ditugaskan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau


Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa.
(1) Perincian Kewenangan yang ditugaskan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa meliputi:
a. penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. pelaksanaan Pembangunan Desa;
c. pembinaan kemasyarakatan Desa; dan
d. pemberdayaan masyarakat Desa.
(2) Kewenangan penugasan sebagaimana dimaksud diurus oleh Desa sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

F. Musyawarah Desa dan Pengambilan Keputusan


Pasal 54 ayat (1) UU nomor 6 tahun 2014 tentang Desa menyatakan Musyawarah Desa
merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang
bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Hal yang bersifat strategis
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa itu antara lain; penataan Desa, perencanaan
Desa, kerja sama Desa, rencana investasi yang masuk ke Desa, pembentukan BUM Desa,
penambahan dan pelepasan aset Desa serta kejadian luar biasa.
Selanjutnya, Permen Desa PDTT nomor 2 tahun 2015 tersebut juga menyaratkan
penyelenggaraan Musyawarah Desa dilaksanakan secara partisipatif, demokratis,
transparan dan akuntabel dengan berdasarkan kepada hak dan kewajiban masyarakat.
Penyelenggaraan Musyawarah Desa (Musdes) dilakukan dengan mendorong
partisipatif atau melibatkan seluruh unsur masyarakat baik itu tokoh agama, tokoh
masyarakat, perwakilan petani, nelayan, perempuan maupun masyarakat miskin. Setiap
orang dijamin kebebasan menyatakan pendapatnya, serta mendapatkan perlakuan yang
sama. Penyelenggaran Musdes dilakukan secara transparan, setiap informasi
disampaikan secara terbuka dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat.
Terminologi Kepala Desa sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Desa
cukup jelas mengatakan “Kepala Desa sebagai pemimpin masyarakat”. Istilah tersebut
memiliki arti Kepala Desa bukan hanya milik sebagian kelompok, keluarga ataupun
dinasti tertentu tapi Kepala Desa adalah milik seluruh masyarakat Desa. Dalam
penyelenggaraan Musdes Kepala Desa harus senantiasa mengakomodir dan
memperjuangkan aspirasi masyarakatnya salah satunya dengan melibatkan mereka
secara penuh dalam forum Musdes.
Faktor kunci lain dalam pelaksanaan Musdes adalah peran Ketua Badan
Permusyawarat Desa (BPD) sebagai pimpinan rapat, hal ini sebagaimana diatur dalam
Permen Desa, PDT dan Transmingrasi Nomor 2 tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib

128| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa. Selain memimpin


penyelenggaran Musyawarah Desa, Ketua BPD bertugas menetapkan panitia,
mengundang peserta Musdes, serta menandatangi berita acara Musyawarah Desa.
Undang-Undang Desa mensyaratkan pelaksanaan Musyawarah Desa berlangsung
secara partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel. Beberapa tipe kepemimpinan
yang ada di Desa dalam pelaksanaanya tergambar dalam tindakan sebagai berikut;
Partisipatif. Musyawarah Desa yang diharapkan sebagaimana amanat Undang-
Undang Desa adalah adanya pelibatan masyarakat secara keseluruhan, bagi pemimpin
dengan tipe kepemimpinan regresif partisipasi masyarakat dalam Musdes tidak
diharapkan, bahkan pemimpin tipe ini cenderung menolak menyelenggarakan
Musyawarah Desa. Kepemimpinan konservatif-involutif melaksanakan Musyawarah
Desa sesuai tata tertib atau aturan yang ada, daftar peserta akan diseleksi terlebih dahulu
dipilih dari sekian calon peserta Musdes yang dapat dikendalikannya. Sedangkan
kepemimpinan inovatif-progresif dalam peleksanaan Musdes akan melibatkan setiap
unsur masyarakat, tokoh agama, tokok masyarakat, perwakilan perempua, hingga
perwakilan masyarakat miskin dalam Musyawarah Desa.
Demokratis. Setiap orang dijamin kebebasan berpendapat serta mendapatkan
perlakuan yang sama dalam forum Musdes. Pada kepemimpinan regresif biasanya tidak
mengingginkan pendapat, masukan dari orang lain bila ada masyarakat yang kritis
cenderung akan di intimidasi. Kepemimpinan konservatif-involutif, cenderung akan
melakukan seleksi siapa yang diinginkan pendapatnya, masukan terutama dari atasan
akan lebih diperhatikan, dalam forum Musdes pendapat atau masukan cenderung di
setting atau diatur terlebih dahulu agar dapat menguntungkan dirinya. Pada
kepemimpinan inovatif-progresif, Setiap warga dijamin kebebasan berpendapatnya dan
mendapatkan perlakuan yang sama, serta akan melindunginya dari ancaman dan
intimidasi.
Transparan. Peserta Musdes mendapatkan informasi secara lengkap dan benar
perihal hal-hal bersifat strategis yang akan dibahas. Pada kepemimpinan regresif
cenderung menolak untuk transparan, tidak akan memberikan informasi apapun kepada
masyarakatnya meskipun menyangkut kepentingan masyarakatnya sendiri. Sedangkan
kepemimpinan konservatif-involutif, transparansi akan dilakukan terbatas, informasi
hanya diberikan kepada pengikut atau pendukungnya saja. Tipe kepemimpinan inovatif-
progresif akan membuka akses seluas-luasnya kepada masyarakatnya, semakin luas
serta lengkap informasi yang disampaikan kepada masyarakat dianggap akan dekat
dengan kesuksesan program Desa.
Akuntabel, Hasil Musdes termasuk tindaklanjutnya harus dipertanggung-
jawabkan kepada masyarakat Desa. Kepemimpinan regresif cenderung tidak akan
menyampaikan keputusan musyawarah Desa, kecenderungan untuk menolak
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada masyarakat. Pada kepemimpinan
konservatif-involutif, Hasil musyawarah Desa maupun tindak lanjutnya hanya akan
disampaikan kepada pengikutnya saja. Sedangkan kepemimpinan inovatif-progresif,

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 129


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Hasil Musyawarah Desa serta tindak lanjut keputusan musyawarah akan disampaikan
kepada masyarakat dan dilakukan setiap saat.

Daftar Pustaka
Inu Kencana (2003) Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Jakarta: PT. Refika.
Mochammad Zaini Mustakim (2015) Buku 2: Kepemimpinan Desa. Jakarta: Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2015-2019.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan,
Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pengelolaan Teknologi Tepat Guna.
Soetoro Eko., dkk. (2015). Regulasi Baru Desa Baru: Ide, Misi dan Semangat Undang-
Undang Desa. Jakarta: Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495);
http://spikir.blogspot.co.id/2014/05/peran-kepemimpinan-kepala-desa-dalam.html
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/governance/article/viewFile/1566/1259
http://regulasidesa.blogspot.co.id/2016/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

130| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 131


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Lembar Informasi

1.3.1 Kewirausahaan Sosial

A. Pendahuluan

Angka pengangguran dan kemiskinan masih terbilang tinggi, salah satu penyebabnya
karena geliat kewirausahaan yang kurang memiliki kemanfaatan dan nilai sosial bagi
masyarakat banyak. Kewirausahaan yang berjalan selama ini hanya mampu menciptakan
lapangan kerja dan menciptakan hubungan dua arah antara penguasa dan pekerja.
Masyarakat hanya sekedar menjadi objek menjadi pelanggan atau konsumen.
Persaingan bisnis yang begituketat, membuat sebagian pengusaha mengabaikan nilai-
nilai sosial dan kemanusiaan.
Kondisi ini memunculkan pendekatan baru dalam dunia kewirausahaan yang
disebut dengan kewirausahaan sosial. Kewirausahaan Sosial atau Social Enterpreneurship
merupakan sebuah istilah turunan dari kewirausahaan. Orang yang bergerak di bidang
kewirausahaan sosial disebut Social Entrepreneur. Santosa (2007) mendefinisikan Social
enterpreneur sebagai seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan
kemampuan kewirausahaanuntuk melakukan perubahan sosial, terutama meliputi
bidang kesejahteraan pendidikan dan kesehatan .
Perbedaan pokok antara business entrepreneur dengan social entrepreneur terletak
pada pemanfaatan hasil investasi dan pola hubungan antara pekerja dan pelaku usaha,
Business entrepreneur menggunakan keuntungan yang diperoleh dimanfaatkan untuk
ekspansi usaha dan pola hubungan di antara para pelaku sebagaia subjek dan objek dari
usahanya. Dalam Kewirausahaan sosial masyarakat berperan sebagai mitra strategis
usahanya, bukan sekedar sebagai pelanggan atau konsumen. Pola yang terjadi dalam
kewirausahaan sosial adalah antara pengusaha–pekerja–masyarakat. Ketiganya
bersinergi dalam membentuk simbiosis mutualisme. Dampaknya adalah kesejahteraan,
keadilan sosial dan pemerataan pendapatan. Social entrepreneur menggunakan
keuntungan yang didapat, sebagian atau seluruhnya, diinvestasikan kembal untuk
pemberdayaan masyarakat/para pelaku.
Kewirausahaan sosial menawarkan kelebihan manfaat dari sekedar menciptakan
lapangan kerja, tetapi memiliki kebermanfaatan yang luas karena wirausahawan bukan
hanya berhadapan kepada karyawan yang menjadi mitra kerja tetapi juga masyarakat

132| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

luas. Oleh karenanya pendekatan ini dinilai sebagai solusi dalam upaya mempercepat
penurunan angka pengangguran dan kemiskinan.
Seorang wirausaha sosial mengembangkan usaha bukan hanya untuk
mendapatkan suatu keuntungan tetapi juga merubah masyarakat menjadi lebih baik.
Jadi yang terpenting adalah faktor sosialnya yaitu masyarakat. Seorang entrepreneur
social sangat memperhatikan dampak apa yang akan terjadi bagi kesejahteraan
masyarakat bukan pada penciptaan kekayaan pribadi. Mereka yang berjuang merajut
hidup demi dan atas nama kemaslahatan sosial. Mereka berikhtiar membentangkan
serangkaian tindakan untuk membantu penciptaan masyarakat sosial yang makmur dan
bermartabat.

B. Peran Wirausaha Sosial

Kegiatan yang dilakukan oleh wirausahawan sosial haruslah merupakan kegiatan yang
dapat bermanfaat secara sosial baik itu untuk kepentingan nirlaba maupun prolaba.
Kewirausahaan sosial menitikberatkan usahanya sejak awal dengan melibatkan
masyarakat dengan memberdayakan masyarakat termasuk masyarakat yang kurang
mampu secara finansial maupun keterampilan untuk secara bersama-sama
menggerakkan usahanya agar menghasilkan keuntungan, dan kemudian hasil usaha
atau keuntungannya dikembalikan kembali ke masyarakat untuk meningkatkan
pendapatannya. Melalui metode tersebut, kewirausahaan sosial bukan hanya mampu
menciptakan banyak lapangan kerja, tetapi juga menciptakan multiplier effect untuk
menggerakkan roda perekonomian, dan menciptakan kesejahteraan sosial.
Namun dalam tren global, dikotomi semacam itu kian kabur, sebab business
entrepreneur dan social entrepreneur sesungguhnya berbicara dalam bahasa yang
sama, yaitu inovasi, manajemen, efektivitas, mutu, dan kompetensi untuk mencapai
tujuan bagi para pengusaha sosial. Namun pada seorang wirasuaha bisnis yang selalu
dituntut oleh pasar untuk menghasilkan seberapa besar nilai tambah yang mereka
peroleh dari hasil usaha sebagai ukuran keberhasilan mereka.
Seorang wirausaha sosial memainkan peran sebagai agen perubahan di sektor
sosial, seperti:
 Mengadopsi misi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai sosial (tidak
hanya nilai pribadi),
 Mengenali dan terus-menerus mengejar peluang baru untuk melayani misi sosial
tersebut.
 Terlibat dalam proses inovasi yang berkelanjutan, adaptasi, dan belajar.
 Bertindak berani tanpa dibatasi oleh sumber daya yang dimiliki saat ini, dan
Menunjukkan rasa akuntabilitas yang tinggi kepada konstituen yang dilayani dan
sumberdaya yang bekerja samaMeski terbilang baru, namun geliat kewirausahaansosial
kini sudah menjadi tren baru di kehidupan masyarakat global, tak terkecuali di Indonesia.
Mulai dikenal secara luas sejak keberhasilan tokoh kewirausahaan sosial Muhammad

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 133


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Yunus menjadi pemenang nobel perdamaian pada tahun 2006. Kepiawaiannya dalam
mengelola Grameen Bank dan memberdayakan masyarakat miskin di Bangladesh telah
membuka jutaan mata masyarakat global akan arti penting kewirausahaan sosial.
Muhammad Yunus dinilai mampu memberdayakan masyarakat miskin melalui pinjaman
tanpa jaminan. Grameen bank memberdayakan masyarakat kurang mampu secara
finansial, sehingga ribuan tenaga kerja mampu terserap, dan jutaan lainnya merasakan
dampak tidak langsung sebagai multiplier effect ekonomi dengan tumbuhnya Usaha
Kecil Menengah Baru (UKM).
Di Indonesia, salah satu penggerak kewirausahaan sosial diantaranya Bambang
Ismawan, pendiri Yayasan Bina Swadaya. Bambang Ismawan mendirikan sebuah yayasan
yang semula bernama Yayasan Sosial Tani Membangun bersama I Sayogo dan Ir
Suradiman pada tahun 1967. Upaya yang dilakukannya melalui pemberdayaan
masyarakat miskin melalui kegiatan keuangan mikro dan usaha mikro dengan
mengutamakan pendidikan anggota, memupuk kemampuan diri dan sosial.
Nalacity Foundation, organisasi kewirausahaan sosial yang didirikan sebagai
bentuk kepedulian kepada kaum marjinal ibu-ibu mantan penderita kusta di Sitanala,
Tangerang. Nalacity memberdayakan komunitas tersebut melalui kerajinan tangan
berupa jilbab. Produk yang dihassilkan dijual di Jakarta, dan keuntungan yang diperoleh
digunakan kembali untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di Sitanala. Ibu-ibu
yang menjadi penerima manfaat program dari Nalacity ini meningkat pendapatannya.
mereka bisa menghidupi keluarga dan menabung . Sebagian dari tabungan mereka
gunakan untuk mengembangkan usaha lainnya seperti pertanian, peternakan, dan bisnis
lainnya.
Selain Yayasan Bina Swadaya dan Nalacity Foundation, ada banyak organisasi atau
perseorangan yang memiliki perhatian di bidang kewirausahaan sosial seperti; Erie
Sudewo, dkk (Dompet Dhuafa), Tri Mumpuni, dkk (IBEKA), Rhenald Kasali, dkk (Rumah
Perubahan), Septi Peni Wulandani, dkk (Sinergi Kreatif). Kesemuanya memiliki perhatian
di bidang kewirausahaan sosial masing-masing dengan memberdayakan masyarakat
melalui optimalisasi potensi lokal masyarakat yang diberdayakan.
Ada tiga aspek penting dalam kewirausahaan sosial, yaitu:
 Voluntary Sector bersifat suka rela.
 Public Sector menyangkut kepentingan publik bersama.
 Private Sector adalah unsur pribadi atau individual yang bersangkutan, bisa
termasuk unsur kepentingan profit.
Kemampuan social-entreprenuers untuk memberikan nilai tambah baik kepada
lingkungan sosial-nilai dan ekonomi di lingkungan sekitarnya telah membuat kegiatan
seperti ini semakin mengambil peran vital dalam pembangunan nasional secara luas.
Berkembangnya social-entreprenuers dapat menciptakan kesempatan kerja dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat, memberikan nilai inovasi dan kreasi baru
terhadap lingkungan sosial-ekonomi masyarakat, dapat menjadi modal sosial

134| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

pembangunan nasional, dan membantu upaya peningkatan kesetaraan (equity


promotion) dan pemerataan kesejahteraan (spreading welfare) kepada masyarakat luas.

C. Model Kewirausahaan Sosial

Dalam buku The Power of Unreasonable People yang ditulis oleh direktur non eksekutif
SustainAbility, John Elkington dan Managing Director Schwab Foundation, Pamela
Hartigan, entrepreneur sosial berhasil menciptakan struktur yang termasuk dalam tiga
kategori atau model bisnis berbeda:
Pertama, model usaha "nirlaba pengungkit". Usaha jenis ini bisa kita lihat dalam
gerakan yang dilakukan oleh LSM, komunitas peduli, badan amal, dan sebagainya.
Model bisnis ini menggantungkan keberlangsungan pendanaan pada kedermawanan
orang lain, yang biasanya datang dari inidividu, yayasan atau pemerintah. Pendekatan
ini akan jauh lebih sulit dibandingkan dengan model bisnis pro-laba karena akan
menghalangi peluang ekspansi, penghentian dana dari para filantropis akan mematikan
kinerja.
Kedua, usaha "nirlaba hibrida". Model bisnis ini mengalami eksperimentasi paling
besar yang merupakan penggabungan strategi nirlaba dan pendapatan yang dihasilkan
dalam satu kesatuan dan membentuk kekuatan hibrida. Usaha ini menyediakan
barang/jasa bagi penduduk yang tidak terjangkau oleh pasar pada umumnya., dimana
keuntungan bukan sesuatu yang harus dihindari. Organisasi jenis ini memiliki dua sisi,
seperti Waste Concern di Bangladesh yang merupakan prototipe usaha hibrida, memiliki
divisi nirlaba yang berfokus pada proyek percontohan energi bersih dan daur ulang,
sedangkan divisi pro-labanya berfokus pada bidang energi lestari, proyek limbah, dan
konsultan.
Ketiga, bisnis sosial, yaitu badan usaha pro-laba yang berfokus pada misi sosial.
Keuntungan dihasilkan, tetapi tujuan utamanya bukanlah memaksimalkan
pengembalian finansial bagi pemegang saham melainkan untuk memberi keuntungan
secara finansial kepada kelompok berpenghasilan rendah serta menumbuhkan usaha
sosial dengan investasi ulang. Dengan kemandirian penghasilan tersebut, bisnis sosial
mampu menjangkau dan terus berekspansi hingga melayani lebih banyak orang.
Entrepreneur pendiri harus menerapkan peran kepemimpinan yang kuat, tetapi hal ini
eringkali menyulitkan susksesi. Hal tersebut dapat teratasi dengan inisiatif entrepreneur
sosial yang terlibat untuk menyalurkan visi dan misinya kepada generasi selanjutnya.
Terdapat kesamaan umum dari semua model kewirausahaan sosial, yaitu tentang
hal yang mendorong dan mendasari kewirausahaan sosial untuk menciptakan nilai
sosial, bukan untuk menciptakan kekayaan pribadi atau kekayaan para pemegang saham
(Zadek & Thake, 1997).
Kewirausahaan sosial juga ditandai oleh adanya suatu inovasi, atau penciptaan
sesuatu yang baru, bukan hanya melakukan replikasi semata terhadap praktik bisnis
yang sudah ada. Pemicu utama dari kegiatan kewirausahaan sosial adalah masalah sosial
aktual yang sedang ditanganinya, dimana organisasi mengambil keputusan dalam

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 135


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

pengelolaan sumber daya berdasarkan format yang paling efektif yang dibutuhkan
untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan demikian, kegiatan kewirausahaan sosial
tidak ditentukan oleh badan hukum, dimana suatu kegiatan dapat ditempuh melalui
berbagai kendaraan organisasi atau lembaga, baik melalui organisasi nirlaba, sektor
bisnis, maupun sektor pemerintah.

D. Tantangan Kewirausahaan Sosial

Mencetak entrepreneur. Sosiolog David McClelland menyebut, bila ingin menjadi negara
maju, maka 2 persen warga harus menjadi entrepreneur, dengan rumus; satu orang
wirausaha member pekerjaan kepada 8 orang lainnya. seseorang yang dapat melihat
tantangan sebagai peluang dan memperjuangan penciptaan nilai multidimensi dalam
setiap bentuk usaha mereka. Tantangannya bagaimana mendorong para entrepreneur
yang sudah ada dan menciptakan entrepreneur baru agar menggunakan pendekatan
kewirausahaan sosial, tidak semata-mata bisnis tetapi juga mempunyai kepedulian sosial
untuk perubahan sosial. Entrepreneur yang hanya menciptakan kapitalisme baru,
termasuk didalamnya technopreneur dan creativepreneur tanpa tujuan sosial, hanya akan
menambah riwayat panjang yang menjebak rakyat terhadap pencarian kerja, tanpa
sedikitpun mendapat kesempatan menjadi aktor dalam peningkatan ekonomi negara.
(pendidikan untuk para pemimpin)
Dinamika permasalahan sosial. Permasalahan sosial semakin lama semakin
kompleks. Perkembangan penduduk memberikan tekanan pada pembukaan dan
pemanfaatan lahan yang cenderung eksploittaif menyebabkan semakin parahnya
kerusakan lingkungan. Sumberdaya alam yang sifatnya tetap dan sebagian tidak
terbarukan diperebutkan oleh lebih banyak populasi. Pada sisi lain tuntutan kebutuhan
manusia juga semakin tinggi dan lebih bervariasi, kesenjangan sosial ekonomi
masyarakat semakin tinggi sehingga menimbulkan banyak tekanan, pengangguran, dan
kemiskinan.
Teknologi. Daya saing perusahaan pada era globalisasi ini secara signifikan sangat
ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menerapkan teknologi. Teknologi
akan sangat menentukan keberhasilan perusahaan dalam menguasai pasar,
menghasilkan laba, dan bertahan hidup. Teknologi yang ada sifatnya mudah usang
sebagai akibat dari inovasi yang semakin maju dan semakin cepat sehingga siapa pun
pengusaha atau perusahaan yang tidak secara cepat mengimbangi perkembangan
teknologi akan ditinggalkan pasar. Sebagai contoh produsen telepon seluler yang agak
lambat mengeluarkan modelnya akan ditinggalkan oleh konsumen (Nokia merupakan
pemimpin pasar dan yang lainnya, seperti Siemen, Motorola hanya sebagai pengikut
pasar). Perkembangan teknologi informasi mempengaruhi perubahan cara-cara
pemasaran yang selama ini dilakukan, dan pada saat ini merebak pemasaran yang
menggunakan jasa internet.
Mobilisasi sumberdaya. Kewirausahaan sosial sering menemui kesulitan dalam
memberikan kompensasi terhadap para pekerja secara kompetitif sebagaimana terjadi
pada pasar komersial. Bahkan, banyak para pekerja dari organisasi kewirausahaan sosial

136| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

justru memperoleh nilai kompensasi “non-keuangan” dari pekerjaan mereka. Dengan


demikian dapat dirumuskan suatu proposisi, yakni: adanya perbedaan dalam mobilisasi
sumber daya manusia dan keuangan, yang secara fundamental akan menyebabkan
perbedaan pendekatan dalam mengelola sumber daya keuangan dan manusia.
Pengukuran kinerja. Kewirausahaan sosial akan menghadapi tantangan yang lebih
besar dalam mengukur kinerja, ketimbang kewirausahaan komersial yang lebih dapat
mengandalkan langkah-langkah yang relatif lebih nyata dalam mengukur kinerja,
dengan menggunakan indikator keuangan, pangsa pasar, kepuasan pelanggan, dan
kualitas. Disamping itu, berbagai pemangku kepentingan finansial dan nonfinansial
dalam organisasi kewirausahaan sosial jumlahnya relatif lebih besar dan bervariasi,
sehingga para wirausahawan sosial perlu mengelola hubungan dan tanggung jawab
dalam kompleksitas yang lebih besar (Kanter & Summers, 1987). Dalam kaitan ini,
terbuka tantangan untuk mengukur perubahan sosial, mengingat adanya aspek non-
kuantitatif, multi-kausal, dimensi temporal, dan perbedaan perseptif dari dampak sosial
yang ditimbulkannya. Dengan demikian, dapat dirumuskan suatu proposisi, yakni:
dengan adanya aspek dampak sosial akan tetap menjadi perbedaan mendasar dalam
mengukur kinerja, khususnya yang berkenaan dengan akuntabilitas yang rumit dan
adanya hubungan yang bervariasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders).

Daftar Pustaka
Desti Wulandari - Kewirausahaan sosial (social entrepreneur), http://destiwd.blogspot.
co.id/2012/02/kewirausahaan-sosial-social.html?m=1
Elkington John, Pamela H. 2008. “The Power of Unresonable People : How Social
Entrepreneur creates markets that changes the world”. Havard Business Press.
Faisal Afiff, . Mencermati Kewirausahaan Sosial, http://sbm.binus.ac.id/2015/02/28/men-
cermati-kewirausahaan-sosial-bagian-1/
Luthfi Destianto, Kewirausahaan Sosial: Solusi Kemiskinan di Indonesia-http://www.
kompasiana.com/luthfidestianto/kewirausahaan-sosial-solusi-kemiskinan-di-
indonesia_552a44fd6ea8340f70552cfc
Santosa, Setyanto. 2007. ”Peran Social Entrepreneurship dalam Pembangunan”.
http://ashoka.org

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 137


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Strategi Peningkatan
1.4.1
Kapasitas P2KTD dalam
Program Inovasi Desa

A. Dasar Pemikiran
Pengembangan kapasitas P2KTD bertujuan mendorong profesionalitas dan kemandirian
P2KTD dalam memberikan layanan kepada Desa. Pengembangan profesionalitas
diarahkan pada pengembangan kapasitas teknis agar memenuhi standar teknis yang
dipersyaratkan, sedangkan pengembangan kemandirian lembaga diarahkan untuk
menjamin keberlanjutan P2KTD. Pengembangan kapasitas ini dapat melibatkan
berbagai pihak yang berpengalaman dalam bidangnya, seperti Praktisi, Dunia Usaha,
NGO/LSM, lembaga penelitian, dan Universitas.
Pengembangan kapasitas P2KTD tentu tidak hanya berorientasi pada kemampuan
pemangku kepentingan saja, namun mencakup keseluruhan lingkup sistem dan
kelembagaan yang terdiri dari struktur penataan organisasi atau sering dikenal dengan
sistem manajemen, kebijakan, target capaian, strategi pencapaian, dan peraturan
operasional. Hal demikian mengisyaratkan adanya tingkat pengembangan kapasitas
(capacity development) yang berarti mengembangkan kemampuan yang sudah ada
(existing capacity), dan pengembangan kapasitas yang mengedepankan proses kreatif
untuk membangun kapasitas yang belum terlihat atau constructing capacity.
Pengembangan kapasitas P2KTD merupakan suatu proses atau serangkaian
kegiatan untuk melakukan perubahan di berbagai tingkatan organisasi atau lembaga
yang meliputi pada individu, kelompok, organisasi, dan sistem guna memperkuat
kemampuan penyesuaian P2KTD dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan.
Oleh karena itu, peningkatan kapasitas P2KTD dapat dilakukan dengan mempertimbang
kan peran dan kedudukan dalam program (PID), analisis lingkungan strategis,
mengidentifikasi masalah, menemukenali kebutuhan layanan teknis, isu-isu strategis
dalam masyarakat dan peluang yang dapat diperankan P2KTD, membuat formulasi
strategi dalam proses mengatasi masalah, serta merancang sebuah rencana aksi P2KTD
agar dapat dilaksanakan guna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

138| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

B. Tujuan Peningkatan Kapasitas


Secara umum tujuan peningkatan kapasitas P2KTD dalam pelakanaan Program Inovasi
Desa di setiap wilayah kerja (Kabupaten/Kota) untuk mengembangkan kompetensi
organisasi dalam memberikan pelayanan teknis kepada Desa di bidang pengembangan
ekonomi lokal dan kewiraurahaan, pengembangan suber daya manusia serta
infrastruktur desa sesuai dengan standar teknis yang dipersyaratkan.
Salah satu peran Forum P2KTD diantaranya memfasilitasi anggota dalam
meningkatkan kapasitas baik pengethaun, ketermapilan dan sikap dalam memberikan
layanan teknis kepada Desa dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa. Hal ini penitng
agar Forum P2KTD memperoleh informasi yang cukup terkait kebutuhan dalam
menentukan jenis pelatihan dan bimbingan yang di perlukan bagi tenaga ahli dan
pengambil keputusan sesuai standar kompetensi dan uraian tugas yang telah
ditetapkan. Secara rinci tujuan peningkatan kapasitas P2KTD dalam pelaksanaan
Program Inovasi Desa diuraikan sebagai berikut:
1. Diperolehnya informasi tentang kemampuan baik pengetahuan, sikap dan
keterampilan masing-masing anggota, pengelola dan pembina forum P2KTD yang
diperlukan sesuai peran atau tugasnya dalam mendukung Program inovasi Desa;
2. Dasar untuk menyelenggarakan pembinaan, pembimbingan dan pengembangan
kapasitas masing-masing anggota Forum P2KTD;
3. Pedoman bagi Forum P2KTD dalam merumuskan kebutuhan pengembangan
kompetensi dan kinerja bagi anggotanya;
4. Acuan bagi pemerintah, pemerintah daerah dan lembaga terkait dalam
memfasilitasi peningkatan kompetensi Tim Inovasi Kabupaten/Kota dan Pokja
P2KTD serta menjamin kualitas penyelenggaraan pelatihan dan Pembimbingan
kinerja sesuai dengan peran dan tugas pokoknya.

C. Jenis Kegiatan Pengembangan Kapasitas


Kegiatan Pengembangan kapasitas P2KTD, meliputi:
1. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Teknis
Peningkatan kapasitas kelembagaan dan teknis diberikan kepada P2KTD sesuai dengan
kebutuhan dan permintaan. Program peningkatan kapasitas dan teknis dilaksanakan
dalam bentuk pelatihan dasar dan lanjutan, pertukaran pengetahuan melalui forum-
forum P2KTD, maupun melalui Wokrshop.
2. Pengembangan Rencana Usaha /Bisnis
P2KTD yang sudah memiliki kapasitas kelembagaan dan teknis yang kuat dapat
mengikuti bimbingan pengembangan usaha Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis
agar mampu mengakses permodalan melalui kredit perbankan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 139


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

3. Pemantapan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis


Pemerintah daerah mendorong personil P2KTD untuk memiliki sertifikasi sesuai dengan
keahlian yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi. Pemerintah juga perlu
memberikan perangkat/toolkit sesuai kebutuhan dalam mendukung pelaksanaan tugas
P2KTD.

4. Kemandirian P2KTD
Forum P2KTD dibentuk dalam rangka mendukung kemandirian P2KTD dalam bentuk
upaya memperkuat kerjasama antaranggota dan lembaga lainnya, memfasilitasi
peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan bimbingan, promosi layanan teknis serta
dukungan pengelolaan sumber daya dan pendanaan bagi P2KTD.

D. Tingkatan Peningkatan Kapasitas Organisasi


Pengembangan kapasitas harus dilaksanakan secara efektif dan berkesinambungan
pada 3 (tiga) tingkatan-tingkatan menurut Riyadi (2006:15) adalah:
Dimensi dan tingkatan Individu, adalah tingkatan dalam sistem yang paling kecil.
Dalam tingkatan ini aktivitas pengembangan kapasitas ditekankan pada aspek
membelajarkan individu dalam rangka mendapatkan sumber daya manusia yang
berkualitas. pengembangan diarahkan pada kompetensi teknis dan kompetensi
manajerial melalui pengelompokan pekerjaan. Harus diketahui bahwa kompetensi
merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, yang dimiliki seseorang terkait dengan pekerjaannya untuk
dapat diaktualisasikan dalam bentuk tindakan nyata. Kompetensi diukur dengan standar
kompetensi pekerjaan yang sudah baku untuk bidang keahlian/profesi tertentu.
Pengakuan kompetensi ini biasanya diakui dengan sertifikasi.
Dimensi dan tingkatan pada kelembagaan atau organisasi. Pada tingkatan ini,
pengembangan dilakukan untuk mengembangkan prosedur dan mekanisme-
mekanisme pekerjaan serta membangun hubungan atau jejaring kerja organisasi,
struktur organisasi, proses pengambilan keputusan, pengaturan sarana prasarana,
hubungan-hubungan dan jaringan-jaringan organisasi. Dalam organisasi, jejaring kerja
jelas sangat dibutuhkan untuk setiap tingkatan manajemen yang biasa dikenal dengan
perencanaan, pengorganisasian, pembagian kerja, pengawasan. Oleh karena itu, dalam
setiap tahapan harus didukung adanya penguasaan tentang cara-cara berinteraksi
dengan orang lain untuk dapat menciptakan jejaring kerja dengan siapa saja, agar
mendapatkan respon positif dalam organisasi.
Dimensi dan tingkatan pada sistem organisasi yang merupakan tingkatan yang
paling tinggi, dimana seluruh komponen masuk didalamnya. Tingkatan sistem, seperti
kerangka kerja yang berhubungan dengan pengaturan, kebijakan dan kondisi dasar
yang mendukung pencapaian obyektivitas kebijakan tertentu; Komponen-komponen
tersebut diantaranya seperti kebijakan dan sumber daya manusia dan lainnya. Contoh

140| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

organisasi yang memiliki target capaian menjadi organisasi yang berkualitas dan
berintegritas, maka pada tingkatan ini perlu dibangun adanya pengaturan sistem
kediklatan yang baik sesuai dengan standarisasi manajemen kualitas ISO 9001.

E. Strategi Peningkatan Kapasitas


Salah satu faktor kunci dalam pengembangan kapasitas adalah pembelajaran.
Pembelajaran terjadi pada tingkat individu, tingkat organisasi dan tingkat masyarakat.
Pengembangan kapasitas adalah suatu proses yang berlangsung dalam jangka panjang
secara berkesinambungan dimana orang-orang belajar untuk lebih capable (lebih
mampu melaksanakan pekerjaannya).
Tujuan pembelajaran adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
dan mengubah perilaku pelaku organisasi untuk mencapai kualiatas pelayanan dan
pada akhirnya mencapai visi misi organisasi. Upaya pengembangan kapasitas dilakukan
dengan berbagai cara dan juga mencakup berbagai macam aspek, bilamana merujuk
pada tingkatan tersebut diatas, maka upaya pengembangan kapasitas dapat dilakukan
melalui:
Pada Tingkatan individual; Secara umum dilakukan dengan pendidikan,
pengajaran dan pembelajaran secara luas kepada individu itu sendiri dengan berbagai
macam metode baik metode pendidikan dengan pendekatan pedagogi maupun dengan
pendekatan andragogi. Tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal tapi juga
melalui nonformal seperti kursus-kursus, pelatihan, magang, sosialisasi dll
Pada Tingkatan Organisasi; Secara umum dilakukan dengan pengembangan
aturan main organisasi, sistem kepemimpinan, sistem manajemen, pengembangan
sumberdaya manusia, serta pengembangan jaringan organisasi.
Pada tingkatan sistem; Terutama dilakukan baik melalui pengembangan kebijakan,
peraturan (Regulasi dan deregulasi) agar sistem yang ada dapat berjalan secara efektif
dan efisien untuk menjamin tercapainya tujuan individu maupun organisasi tersebut
Dalam proses pengembangan kapasitas kita tidaklah mengubah kemampuan
pelaku organisasi dengan hanya menambah atau mengganti kemampuan yang sudah
mereka miliki, namun yang kita lakukan adalah menciptakan suatu pengetahuan,
keterampilan atau sikap yang baru, yang dikembangkan dari apa yang telah mereka
miliki dengan cara berbagi. Dalam proses pengembangan kapasitas di bidang tertentu
setiap orang belajar bersama, dan terbuka kemungkinan dalam proses ini mereka juga
memperoleh input dari orang-orang yang ahli dalam bidang yang dikembangkan
tersebut.
Pengembangan kapasitas memiliki aktifitas tersendiri yang memungkinkan
terjadinya pengembangan pada sebuah sistem, organisasi, atau individu, dimana ada
aktifitas tersebut terdiri atas beberapa fase umum. Adapun fase tersebut menurut
Gandara (2008: 18) meliputi:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 141


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Fase Persiapan. Pada fase ini terdapat lima langkah kerja, yaitu: (1) identifikasi
kebutuhan untuk pengembangan kapasitas, langkah kerja ini memiliki kegiatan utama
yaitu mengenali alasan dan kebutuhan nyata untuk mengembangkan kapasitas; (2)
Menentukan tujuan, kegiatan utama yaitu melakukan konsultasi dengan stakeholder
utama untukmengidentifikasi isu utama pengembangan kapasitas; (3) memberikan
tanggung jawab, kegiatan utama menetapkan penanggungjawab kegiatan
pengembangan kapasitas, misalnya membentuk tim teknis atau satuan kerja; (4)
merancang proses pengembangan kapasitas, kegiatan utama yaitu menentukan
metodologi pemetaan sesuai permasalahan yang muncul dan membuat penjadwalan
kegiatan tentang proses pemetaan dan tahapan perumusan berikutnya tentang rencana
tindak pengembangan kapasitas; (5) pengalokasian sumber daya, mengidentifikasi
pendanaan kegiatan proses pengembangan kapasitas dan mengalokasikan sumber
daya dengan membuat formulasi kebutuhan sumber daya sesuai anggaran yang
dibutuhkan dan dapat disetujui oleh pihak berwenang
Fase Analisis. Pada fase ini terdapat lima langkah kerja, yaitu: (1) mengidentifikasi
permasalahan dalam hal ini kegiatan utamanya berupa melakukan pemeriksaan
terhadap masalah untuk penyelidikan lebih lanjut; (2) analisis terhadap proses dalam hal
ini kegiatan utamanya berupa menghubungkan permasalahan untuk pemetaan
kapasitas dengan proses kinerja sistem, organisasi dan individu; (3) analisis organisasi
dalam hal ini kegiatan utamanya berupa memilih organisasi untuk diselidiki lebih dalam
(pemetaan organisasional); (4) memetakan kesenjangan (gap) dalam kapasitas dalam hal
ini kegiatan utamanya berupa memetakan jurang pemisah antara kapasitas ideal dengan
kenyataannya; (5) menyimpulkan kebutuhan pengembangan kapasitas yang mendesak
dalam hal ini kegiatan utamanya berupa menyimpulkan temuan dan mengumpulkan
usulan-usulan untuk rencana tindak pengembangan kapasitas.
Fase Perencanaan. Pada fase ini terdapat tiga langkah kerja, yaitu: (1) perencanaan
tahunan, kegiatan utamanya adalah merumuskan draf rencana tindak pengembangan
kapasitas; (2). membuatrencana jangka menengah, kegiatan utamanya berupa
pertemuan-pertemuan konsultatif; (3) menyusun skala prioritas, kegiatan utamanya
berupa menetapkan skala prioritas pengembangan kapasitas dan tahapan
implementasinya.
Fase Implementasi. Pada fase ini terdapat lima langkah kerja, yaitu: (1)
pemrograman, kegitan utamanya berupa mengalokasikan sumber daya yang dimiliki
saat ini; (2) perencanaan program pengembangan kapasitas, kegiatan utamanya berupa
merumuskan kebijakan implementasi pengembangan kapasitas; (3) penyeleksian
penyedia layanan peningkatan kapasitas, kegiatan utamanya berupa mengidentifikasi
layanan dan produk luar terkait kebutuhan implementasi pengembangan kapasitas yang
akan dikerjanakan; (4) implementasi proyek, kegiatan utamanya berupa implementasi
program tahunan pengembangan kapasitas sesuai sumber daya yang ada dan jadwal
yang tersedia; (5) monitoring proses, kegiatan utamanya berupa melakukan monitoring
terhadap aktifitas-aktifitas pengembangan kapasitas.
Fase Evaluasi. Pada fase ini terdapat dua langkah kerja yaitu: (1) evaluasi dampak,
kegiatan utamanya berupa mengevaluasi pencapaian pengembangan kapasitas, seperti

142| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

peningkatan kinerja; (2) merencanakan ulang rencana tindak pengembangan kapasitas,


kegiatan utamanya melakukan analisa terhadap temuan monitoring proses dan evaluasi
dampak dalam konteks kebutuhan perencanaan ulang pengembangan kapasitas.

F. Metodologi Pengembangan kapasitas


1. Training Need Assesment (TNA)
Kegiatan pengembangan kapasitas P2KTD dapat dilakukan oleh pengelola program atau
secara mandiri oleh forum yang dibentuk oleh P2KTD berdasarkan hasil TNA untuk
masing-masing bidang P2KTD, yaitu: bidang kewirausahaan, bidang PSDM, dan bidang
Infrastruktur. Kegiatan TNA dilaksanakan oleh tenaga ahli pengembangan kapasitas di
provinsi dibawah koordinasi tenaga ahli pengembangan kapasitas di pusat. Hasil TNA
dirumuskan menjadi rancangan kebutuhan pelatihan P2KTD dalam bentuk kurikulum
pelatihan yang selanjutnya dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun modul
pelatihan P2KTD

2. Persiapan
Kegiatan persiapan pelatihan meliputi: materi pelatihan, tenaga pelatih, dan
penyelenggaraan pelatihan.

a. Materi Pelatihan.
Materi pelatihan yang diharapkan sesuai dengan pengembangan kapasitas teknis,
Manajemen, pengenalan program Inovasi Desa, serta praktek P2KTD. Selain materi yang
bersifat generik, juga perlu disediakan materi yang bersifat pilihan sesuai kebutuhan
pengembangan kapasitas P2KTD. Tenaga ahli pelatihan pusat bertanggungjawab
mempersiapkan materi pelatihan yang terdiri dari Modul Pelatihan P2KTD untuk bidang
kewirausahaan, Modul Pelatihan untuk bidang PSDM, dan Modul Pelatihan bidang
Infrastruktur.

b. Peserta Pelatihan P2KTD

Pokja P2KTD dengan dibantu tenaga ahli Kabupaten melakukan seleksi peserta
pelatihan P2KTD yang meliputi bidang pengembangan ekonomi lokal dan
kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur desa. Seleksi
peserta pelatihan P2KTD dilaksanakan dengan memperhatikan minat dari P2KTD dan
kebutuhan desa akan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis. Pokja P2KTD dengan
dibantu dengan TA Kabupaten akan menyeleksi peserta pelatihan P2KTD yang berasal
dari 6 P2KTD per Kabupaten (2 P2KTD bidang Kewirausahaan, 2 P2KTD bidang
peningkatan sumber daya manusia, dan 2 P2KTD bidang infrastruktur desa. Setiap
P2KTD dapat mengirimkan 3 orang peserta yang terdiri dari 2 orang Pengurus Lembaga
dan 1 orang Pelaksana. Kriteria pemilihan P2KTD sebagai berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 143


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(1) Terdaftar dalam direktori.


(2) Memiliki keinginan kuat untuk mengembangkan bisnis Penyedia Peningkatan
Kapasitas teknis.
(3) Memiliki pengurus dan pelaksana teknis yang full time.
(4) Jenis layanan teknis sesuai dengan kebutuhan desa di kabupaten.
(5) Mengikuti pelatihan secara penuh.

c. Tenaga Pelatih
Tenaga ahli pelatihan program inovasi di Jakarta bertanggung-jawab mempersiapkan
Master Trainer dan Trainer P2KTD untuk masing-masing bidang. Master Trainer dan
Trainer P2KTD harus memenuhi sejumlah kualifikasi minimal diantaranya, memiliki
pengalaman sebagai pelatih Nasional, dan memiliki pengetahuan yang memadai.
Master Trainer (MT) dan Trainer P2KTD dapat berasal dari NGO/LSM, Perguruan Tinggi,
Dunia Usaha yang telah berpengalaman dalam memberikan Penyedia Peningkatan
Kapasitas terkait dengan dibantu tenaga ahli pelatihan pada program. Kebutuhan
jumlah Master Trainer dan Trainer dapat dilihat dalam tabel dibawah ini

Tabel 2
Perkiraan Kebutuhan Pelatih P2KTD

Jumlah Kebutuhan Pelatih


Jenis dan jumlah P2KTD
peserta Trainer MT
P2KTD bidang Kewirausahaan (490) 1.470 176 9
P2KTD Bidang PSDM (980) 2.490 353 18
P2KTD Bidang Infrastruktur (1.470) 4.410 529 26

d. Penyelenggaraan Pelatihan
Pelatihan Master Trainer dan TOT diselenggarakan oleh Satker Pusat, sedangkan untuk
pelatihan P2KTD diselenggarakan oleh Satker Dekonsentrasi di 33 Provinsi. Selain
pelatihan dasar, juga akan dilakukan pelatihan lanjutan dengan fokus pada kemandirian
P2KTD khususnya melalui pengembangan bisnis plan dan membangunan jaringan
kerjasama untuk keberlanjutan P2KTD. Tenaga ahli pengembangan kapasitas di setiap
provinsi juga bertanggungjawab untuk menemukan metode pengembangan kapasitas
yang sesuai dengan kebutuhan P2KTD.

3. Pelaksanaan
Dalam rangka pencapaian tujuan pelatihan, maka perlu dilakukan evaluasi khususnya
terhadap materi pelatihan, tenaga pelatih, pemahaman peserta, dan dukungan panitia

144| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

penyelenggara. Selain itu, Konsolidasi pelatih selama proses pelatihan berlangsung juga
penting dilakukan evaluasi untuk memastikan bahwa tujuan dan proses pelatihan
berjalan sesuai dengan rencana. Tenaga ahli pengembangan kapasitas bertanggung-
jawab untuk memastikan semua kegiatan pelaksanaan pelatihan berjalan dengan baik.
Kegiatan pelatihan dapat dibiayai oleh Pemerintah dalam hal ini Kemendesa PDTT
melalui APBN dan Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas PMD atau sebutan lain melalui
APBD, dan swadaya P2KTD.

4. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui progress
perkembangan P2KTD dari aspek teknis dan kelembagaan sebagai masukan untuk
pengembangan profesionalitas dan kemandirian P2KTD. Kegiatan monitoring dan
evaluasi dilaksanakan oleh Pokja P2KTD -Tim Inovasi Kabupaten dan Satker
Dekonsentrasi dengan dibantu oleh Tenaga ahli Provinsi sesuai dengan jenis kegiatan
yang dilakukan.
Monitoring terhadap kegiatan P2KTD dilakukan untuk mengetahui : (i) Jumlah dan
jenis P2KTD per bidang kegiatan, (ii) Jumlah P2KTD yang sudah mendapatkan pelatihan
per bidang kegiatan, (iii) Jumlah P2KTD yang mengikuti bimbingan pengembangan
bisnis, (iv) dan proses pengembangan kapasitas P2KTD.
Evaluasi bertujuan untuk menilai (i) peningkatan profesionalitas dan kemandirian
P2KTD, (ii) dampak penggunaan P2KTD terhadap peningkatan kualitas kegiatan
pembangunan desa, serta (iii) tingkat kepuasan masyarakat desa atas layanan yang
diberikan oleh P2KTD.

5. Pelaporan
Pelaporan kegiatan pengembangan kapasitas dibuat secara berkala dalam 3 (tiga) bulan,
dan disampaikan secara berjenjang.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 145


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 2
PELUANG PENYEDIA
PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS
SARANA PRASARANA DESA

146| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 147


Lembar Informasi
SPB
Pokok-Pokok Kebijakan
2.1.1
Pembangunan Sarana
Prasarana Desa

A. Latar Belakang
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa memberi peluang kepada seluruh desa
di Indonesia untuk membangun prasarana yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat
desa. Dibutuhkan pemahaman dan cara kerja masyarakat yang memenuhi kaidah kerja
dalam membangun sarana prasarana desa yang berkualitas. Pemahaman dan cara kerja
masyarakat sangat mempengaruhi kualitas dan manfaat prasarana tersebut.
Beberapa aspek yang berkaitan dengan kinerja masyarakat dalam membangun
sarana prasarana desa. Bukan hanya aspek teknis sarana prasarana yang akan dijelaskan,
tetapi juga menyangkut manajemen pengelolaannya. Khusus sarana prasarana desa,
masyarakat dibantu oleh Direktorat Sarana prasarana Desa, yang termasuk lima
subdirektorat: Permukiman Desa, Transportasi Desa, Pendukung Ekonomi Desa,
Elektrifikasi Desa, dan Telekomunikasi Desa.
Diharapkan masyarakat desa mengetahui apa yang perlu dilakukan jika ingin
membangun sarana prasarana desa. Hampir seluruh kegiatan pembangunan prasarana
di desa sangat tergantung kepada kemampuan dan pemahaman masyarakat. Penjelasan
juga termasuk hasil dari Permendagri No. 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa.
Berbagai macam kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam pembangunan
sarana prasarana desa sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan kinerja
masyarakat desa, termasuk aparat pemerintah desa, tim-tim kerja desa, dan masyarakat
umum. Kemampuan dan keterampilan seperti ini juga perlu disosialisasikan kepada
masyarakat miskin dan mereka yang belum memperoleh pekerjaan. Dengan demikian,
mereka dapat mengambil bagian dalam proses pembangunan di desa. Kemampuan
teknis dan keterampilan masyarakat desa dalam membangun sarana prasarana desa
sangat bergantung pada keadaan serta kebudayaan masyarakat lokal. Bentuk prasarana,
bahan prasarana, kegiatan masyarakat, dan cara mengelola kegiatan dapat dinilai baik,
walaupun cara kerja berbeda.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |148


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pembangunan sarana prasarana sekarang ini seharusnya sudah lebih baik


dibandingkan waktu dulu. Sekarang ini sudah semakin banyak masyarakat desa yang
memiliki keterampilan dalam mendesain serta melaksanakan pembangunan sarana
prasarana desa. lni semua adalah dampak dari beberapa program yang terus melakukan
kaderisasi di bidang pembangunan sarana prasarana desa.

B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perdesaan


Sesuai dengan amanat UU No. 6/2014 tentang Desa, tujuan pembangunan desa adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan
sarana prasarana desa, membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan
sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, pada periode
tahun 2015-2019 pembangunan perdesaan diarahkan untuk penguatan desa dan
masyarakatnya, serta pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di perdesaan untuk
mendorong pengembangan perdesaan berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial,
ekonomi, dan ekologi serta mendorong keterkaitan desa-kota. Kebijakan pembangunan
perdesaan tahun 2015-2019.

C. Strategi Pembangunan Perdesaan


Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa beserta sejumlah peraturan
turunannya telah disahkan diarahkan untuk mendukung peningkatan, pemerataan dan
memajukan perekonomian masyarakat di pedesaan, mengatasi kesenjangan
pembangunan kota dan desa, memperkuat peran penduduk desa dalam pembangunan
serta meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa. Untuk mencapai hal
tersebut, beberapa hak dan wewenang diberikan kepada desa. Salah satunya adalah
alokasi khusus APBN untuk pedesaan. Dana tersebut akan dibagikan kepada seluruh
desa di Indonesia dengan nilai nominal dan proses sebagaimana yang ditetapkan
Peraturan Pemerintah (PP) no. 60 tahun 2014. Pada RAPBN 2015 dana yang diusulkan
Pemerintah sebesar Rp 9.1 triliun.
Secara umum strategi pembangunan perdesaan meliputi:
1. Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan Bagi Masyarakat Miskin dan Rentan
di Desa: a) Meningkatkan peran dan kapasitas pemerintah daerah dalam
memajukan ekonomi masyarakat miskin dan rentan. b) Meningkatkan kapasitas
masyarakat miskin dan rentan dalam pengembangan usaha berbasis potensi
lokal; c) Memberikan dukungan bagi masyarakat miskin dan rentan melalui
penyediaan lapangan usaha, dana bergulir, kewirausahaan, dan lembaga keuangan
mikro.
2. Peningkatan Ketersediaan Pelayanan Umum dan Pelayanan Dasar Minimum di
Perdesaan. a) Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat perdesaan dalam hal
perumahan, sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase lingkungan) dan air

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 149


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

minum. b) Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat perdesaan dalam bidang


pendidikan dan kesehatan dasar (penyediaan sarana prasarana pendidikan dan
kesehatan serta tenaga pendidikan dan kesehatan). c) Meningkatkan ketersediaan
sarana prasarana dasar dalam menunjang kehidupan sosial-ekonomi masyarakat
perdesaan yang berupa akses ke pasar, lembaga keuangan, dan toko saprodi
pertanian/perikanan. d) Meningkatkan kapasitas maupun kualitas jaringan listrik,
jaringan telekomunikasi, dan jaringan transportasi.
3. Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan. a) Meningkatkan keberdayaan
masyarakat perdesaan, melalui fasilitasi dan pendampingan berkelanjutan dalam
perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan desa. b) Meningkatkan
keberdayaan masyarakat adat, melalui penguatan lembaga adat dan Desa Adat,
perlindungan hak-hak masyarakat adat sesuai dengan perundangan yang
berlaku.. c) Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui penguatan sosial
budaya masyarakat dan keadilan gender(kelompok wanita, pemuda, anak, dan TKI)
4. Perwujudan Tata Kelola Desa yang Baik. a) Mempersiapkan peraturan teknis
pendukung pelaksanaan UU No. 6/2014 tentang Desa, PP No 43/2014 tentang
peraturan pelaksanaan UU No 6/2014 tentang Desa, dan PP No 60/2014 tentang
Dana Desa. b) Memfasilitasi peningkatan kapasitas pemerintah desa. c)
Memfasilitasi peningkatan kapasitas Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan
lembaga lembaga lainnya di tingkat desa. d) Mempersiapkan data, informasi, dan
indeks desa yang digunakan sebagai acuan bersama dalam perencanaan dan
pembangunan, serta monitoring dan evaluasi kemajuan perkembangan desa.. e)
Memastikan secara bertahap pemenuhan alokasi Dana Desa. f) Memfasilitasi
kerjasama antar desa
5. Perwujudan Kemandirian Pangan dan Pengelolaan SDA-LH yang Berkelanjutan
dengan Memanfaatkan Inovasi dan Teknologi Tepat Guna di Perdesaan. a)
Mengendalikan pemanfaatanruang kawasan perdesaan melalui redistribusi lahan
kepada petani/nelayan (land reform), serta menekan laju alih fungsi
lahanpertanian, kawasan pesisir dan kelautan secara berkelanjutanMemfasilitasi
peningkatan kesadaran masyarakat dalam mewujudkan kemandirian pangan dan
energi perdesaan. b) Memfasilitasi peningkatan kesadaran masyarakatdalam
pemanfaatan, pengelolaan, dan konservasi SDA dan lingkungan hidup yang
seimbang, berkelanjutan, dan berwawasan mitigasi bencana;
6. Pengembangan Ekonomi Perdesaan. a) Meningkatkan kegiatan ekonomi desa
yang berbasis komoditas unggulan, melalui pengembangan rantai nilai,
peningkatan produktivitas, serta penerapan ekonomi hijau. b) Menyediakan dan
meningkatkan sarana prasarana produksi, pengolahan, dan pasar desa. c)
Meningkatkan akses masyarakat desa terhadap modal usaha, pemasaran dan
informasi pasar. d) mengembangkan lembaga pendukung ekonomi desa seperti
koperasi, dan BUM Desa, dan lembaga ekonomi mikro lainnya.

150| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

D. Pembangunan Sarana Prasarana Pendukung Ekonomi Desa


Peningkatan perekonomian desa dapat didukung dengan pembuatan berbagai macam
sarana prasarana, sebagaimana diuraikan di bawah ini:
1. Pasar desa, pasar hewan, dan tempat pelelangan ikan adalah tempat untuk menjual
atau membeli barang dan hasil-hasil pertanian, perkebunan, perikanan, serta
kerajinan desa. Pasar sebagai tempat jual beli berbagai kebutuhan masyarakat desa
sangat memengaruhi perekonomian desa.
2. Selain pasar desa, ada banyak kegiatan di desa yang bertujuan meningkatkan
produksi masyarakat desa. Kegiatan-kegiatan tersebut kadang-kadang memerlukan
sarana prasarana untuk meningkatkan perekonomian desa. Jenis kegiatan yang
memerlukan sarana atau prasarana desa antara lain sebagai berikut.
3. Kegiatan pertanian, termasuk menghasilkan bahan mentahatau pegolahan proses
pertanian antara lain beras, gula tebu, jagung, kedelai, sayur, rumput, rumput laut,
dan buah.
a. lrigasi adalah penggunaan prasarana untuk mendukung peningkatan produksi
pertanian, terutama beras dan gula tebu. lrigasi terdiri atas berbagai macam
bangunan dan saluran. Akan tetapi, kegiatan masyarakat desa tidak termasuk
membangun saluran irigasi primer atau sekunder. ltu karena prasarana tersebut
membutuhkan peralatan khusus dan desain khusus yang sangat rumit.
Masyarakat desa dapat membangun saluran tersier yang langsung mengalirkan
air ke sawah. Dengan demikian, masyarakat dapat menghasilkan banyak beras.
Sebaiknya sawah dapat ditanami dua atau tiga kali setahun jika pengairan
cukup lancar. Harus ada drainase untuk membuang kelebihan air dari sawah
atau untuk mengeringkan sawah yang sudah tidak memerlukan air.
b. Rumah kaca atau ruang kaca (greenhoUS9) dapat digunakan untuk
menlngkatkan kualttas sayuran,buah tertentu,dan bunga.Ruang kaca sering
dlgunakan supaya tanaman 11dak terkena udara yang rel a'llf dingin. Ruang
kaca adalah semacam gedung,kecil atau baser, dengan dlndlng dan atap
yang dlbuat dar1 kaca supaya cahaya matahari mudah masuk. Ruang kaca juga
harus tahan gempa supaya tidak mudah rusak dan memakan korban.
c. Terasiring dapat dibuat oleh masyarakat Pembangunan teras dimaksudkan
untuk konservasi tanah, untuk menghindari erosi dan longsor. Teras (ada
berbagai jenis yang dapat dikerjakan) dapat dlgunakan untuk berbagalmacam
tanaman.Tanaman tersebut, antara laln padl sawah, cabal, sayuran, bawang
putlh atau merah, kacang tanah,padiladang,jagung,wijen,atau kedelai,biasanya
relatif mahal.
d. Kegiatan desa juga termasuk pencetakan sawah atau lahan pertanian.
Pencetakan sawah perlu desain khusus supaya tanah dasar di tempat sawah
tidak terkena perembesan air yang besar. Pencetakan sawah juga memerlukan
sumber air yang cukup. Selain itu, pencetakan sawah atau pembukaan lahan
meningkatkan kesempatan kerja untuk warga desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 151


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

4. Peternakan kerap kali memerlukan sarana prasarana pendukung, seperti kandang,


pagar, bak air, dan pencetakan padang rumput. Sarananya termasuk peralatan yang
dibutuhkan untuk peternakan. Sarana prasarana seharusnya hanya diperuntukkan
masyarakat umum, bukan individu atau elite desa.
a. Jenis peternakan antara lain peternakan sapi, kerbau, kuda, domba,
kambing,babi, unggas, dan kupu-kupu.
b. Perlu juga dibuat rumah kompos dan tempat pakan.
5. Perhutanan jarang menggunakan sarana prasarana. Akan tetapi, ada beberapa
macam sarana atau prasarana yang dibutuhkan masyarakat umum. Sarananya
termasuk peralatan dan kendaraan. Mayoritas prasarana adalah jalan desa yang
menuju daerah hutan. Hasil desa di hutan antara lain kayu, kertas, dan tanaman lain
yang dapat dikumpulkan oleh masyarakat. Pekerjaan di hutan bisa mencakup
peralatan atau tempat kerja. Masyarakat harus mempertimbangkan ekosistem di
hutan dan pekerjaan harus sesuai dengan aturan kehutanan yang dikeluarkan
pemerintah setempat.
6. Perkebunan juga jarang menggunakan sarana prasarana, kecuali untuk jalan yang
menuju perkebunan dan tempat untuk menyimpan hasil kebun. Penyimpanan buah
juga dapat disempurnakan bila terdapat gedung yang ada tempat pendinginan. Ada
juga tempat lain seperti pengeringan lada.
7. Untuk meningkatkan ekonomi perikanan, tambahan sarana prasarana dibutuhkan.
a. Salah satu kegiatan perikanan adalah kolam ikan, dengan menggunakan air
tawar atau air asin.
b. Tempat pelelangan Hean adalah sejenis pasar khusus penjualan Hean.
c. Ada juga tempat ilcan di laut bernama rumpon, seperti foto di bawah ini.
d. Rumpon adalah alat bantu yang dibangun supaya ikan di laut berkumpul di
tempat dan lebih mudah ditangkap. Rumpon tidak bergerak. Rumpon perlu
waktu minimal3-6 bulan baru dapat dipanen.
e. Masyarakat dapat memasang tempat untuk mengeringkan terasi.
8. Ada bangunan yang dapat dibuat oleh masyarakat untuk menyimpan hasil bumi
atau mengumpulkan orang kerja. Prasarana desa juga mungkin diadakan untuk
menampung hasil pertanian atau hasilbumi sebelum dibawa ke pasar.
a. Gudang dibangun untuk menyimpan hasil bumi, termasuk produk hasil bumi
yang telah diolah oleh masyarakat desa.
b. Lumbung desa adalah tempat untuk menyimpan gabah untuk desa.
c. Lantai jemuran adalah tempat untuk mengeringkan bermacam-macam bahan
pertanian, termasuk beras, kacang kedelai, kacang tanah, biji kopi, atau hasil
tanaman yang lain.
d. Gudang atau tempat pendinginan dapat digunakan untuk menyimpan produk
seperti ikan atau buah-buahan.

152| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

e. Ada tempat sanggar tani atau sanggar nelayan


9. Mungkin ada tempat industri desa untuk menghasilkan barang seperti kue, hasil
menjahit, hasil kerajinan, bengkel, dan tempat tukang.Kegiatan pabrik lain juga
memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat. Desa dapat membangun
bermacam-macam sarana prasarana, seperti jalan, air bersih, sanitasi, gudang,
listrik, atau peralatan dan sarana yang mendukung kegiatan tersebut. Mungkin juga
ada pabrik mini, seperti untuk kelapa sawit dan buah-buahan.
10. Kepariwisataan terdiri atas kegiatan kebudayaan, hiburan, olahraga, atau rekreasi.
Kegiatan tersebut dapat mengembangkan perekonomian desa sepanjang
merupakan kewenangan desa. Desa yang memillkl kegiatan pariwisata seharusnya
mempunyai daya saing atau keunikan. Sarana prasarana yang dibutuhkan oleh
pariwisata antara lain:
a. Jalan ke lokasi pariwisata, supaya tamu tidak mengalami kesulitan
b. Tempat parkir untuk kendaraan atau sepeda motor tamu
c. Gedung untuk menarik wisatawan
d. Fasilitas untuk rekreasi wisatawan, termasuk anak-anak
e. Tempat untuk konsumsi dan akomodasi wisatawan
f. Kolam yang berasal dari mata air panas
g. Tempat yang menarik untuk pejalan kaki
h. Toilet dan MCK, yang terpisah untuk perempuan dan laki-laki, dan ramah anak
serta kelompok berkebutuhan khusus.
i. Tempat permainan, misalnya untuk olahraga anak-anak
j. Peralatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan hiburan wisatawan, termasuk
kendaraan, perahu, sistem musik, atau sistem tayangan film.
k. Tempat menjual produl kerajinan tangan, atau makanan industri rumah tangga.
l. Menyediakan tempat untuk menyusui.
11. Embung adalah waduk kecil untuk menyimpan air pada musim hujan dan air
tersebut digunakan selama musim kemarau di daerah semikering.
a. Besarnya embung harus dihitung supaya masyarakat dapat menggunakan
airnya untuk penduduk, hewan, dan perkebunan atau lahan sayuran. Harus
dihitung persediaan air hujan yang dapat mengalir ke embung.
b. Besarnya embung juga tergantung kebutuhan air, ruang sedimen, jumlah
penguapan, dan jumlah resapan.
c. Desainnya tergantung kondisi lokasi, jenis tanah, analisis hujan, cara
membentuk embung, tipe bangunan (termasuk pelimpah), dan tipe jaringan air.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 153


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

d. Embung hampir selalu menggunakan bendungan yang terdiri atas urugan


majemuk, pasangan batu, beton, plastik, atau komposit.
e. Embung harus mempunyai selimut lempung di dasar supaya air tidak bocor
karena permeabilitas; selimut juga dapat dibuat dengan semen-tanah atau
karet.
f. Embung mempunyai bangunan pelimpah dan jaringan air supaya airnya dapat
dipindahkan ke bak-bak penampung untuk penduduk, hewan, atau
perkebunan.
12. Sarana termasuk peralatan yang dibutuhkan untuk kegiatan ekonomi. Berikut ini
contoh-contoh sarana:
a. Bermacam-macam kendaraan untuk mengangkut hasil pertanian atau hasil
produksi
b. Penggillngan beras
c. Traktor untuk pertanian
d. Mesin-mesin untuk memproses hasilpertanian
e. Sarana produksi pengolahan pascapanen pertanian dan perkebunan
f. Alat pertanian, seperti kupas lada dan tangki perendaman
g. Sarana untuk peternakan
h. Bermacam-macam peralatan untuk meningkatkan kepariwisataan
i. Peralatan untuk ikan dan udang.

E. Sarana Prasarana Dasar Desa


Sarana prasarana dasar desa antara lain untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
perdesaan dalam hal perumahan, sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase
lingkungan) dan air minum, juga memenuhi kebutuhan dasar masyarakat perdesaan
dalam bidang pendidikan dan kesehatan dasar (penyediaan sarana prasarana
pendidikan dan kesehatan serta tenaga pendidikan dan kesehatan). Meningkatkan
ketersediaan sarana prasarana dasar dalam menunjang kehidupan sosial-ekonomi
masyarakat perdesaan yang berupa akses ke pasar, lembaga keuangan, dan toko saprodi
pertanian/perikanan. Meningkatkan kapasitas maupun kualitas jaringan listrik, jaringan
telekomunikasi, dan jaringan transportasi.
Jenis sarana prasarana penunjang layanan dasar antara lain:
1. Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah ruang terbuka yang didominasi oleh tanaman
hijau atau tumbuh–tumbuhan seperti tanaman pertanian, pertamanan, perkebunan
dan sebagainya. RTH ini dapat berupa pertamanan, tempat olah raga, tempat
bermain anak–anak, pemakaman dan lainnya. Secara umum RTH dapat dijelaskan
sebagai berikut:

154| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

a. Lahan RTH di desa biasanya berupa area memanjang atau mengelompok, di


mana berdasar fungsinya dapat dikelompokan sebagai berikut:
 RTH kawasan pantai.
 RTH di pinggir sungai dan jalan penghubung antar desa.
b. Ruang lingkup pekerjaan RTH di desa bisa diterapkan untuk pertamanan,
tempat olah raga, tempat bermain anak–anak dan pemakaman. Adapun
Kegiatan pekerjaan RTH adalah terdiri dari:
 Pekerjaan pematangan tanah seperti pekerjaan galian, urugan, pemadatan
dan pembuatan saluran drainase.
 Pekerjaan area parkir untuk roda empat dan roda dua, berupa pekerjaan
pengecoran beton kedap air (campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil).
 Pekerjaan pedestrian untuk pejalan kaki, berupa pekerjaan pengecoran
beton kedap air atau dengan pemasangan paving blok.
 Pekerjaan penanaman tanaman hijau, seperti rerumputan, pohon rindang
dan teduh, pohon bunga–bungaan dan lain tanaman yang menambah
keindahan.
 Pekerjaan instalasi air bersih, sanitasi (toilet) dan saluran air limbah.
 Pekerjaan pembuatan fasilitas penunjang, seperti mushola, bangku–
bangku tempat duduk dari beton, kran–kran air untuk menyiram tanaman.
 Pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
c. Perencanaan RTH di desa harus memprioritaskan kebutuhan utama yang bisa
tercukupi oleh dana desa, mungkin hanya salah satu prasarana saja, apakah
tempat olah raga atau tempat bermain anak–anak saja.
d. Pelaksanaan konstruksi RTH di pinggiran sungai, jalan atau dikawasan pantai
mungkin bisa tercukupi oleh dana desa tergantung dari panjangnya yang akan
dihijaukan.
e. Pelaksanaan konstruksi bangunan secara spesifikasinya dapat mengikuti
ketentuan yang ada, tetapi di pekerjaan RTH ini hanya akan di jelaskan rinci
mengenai sistem dan cara pelaksanaan pekerjaan vegetasi.
2. Sanitasi dan Mandi Cuci Kakus (MCK), untuk lingkungan pemukiman berfungsi
untuk melayani masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki tempat mandi, cuci
dan kakus pribadi, sehingga memiliki kebiasaan yang kurang sehat dalam
melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang air besar. Lokasi satu MCK harus
berada ditengah–tengah pemakai/ pengguna sekitar radius 50 m.
3. Sarana Prasarana Kesehatan, Pustu dan Posyandu merupakan pengelola dan
perancana utama fasilitas kesehatan di pedesaan, di mana pada dasarnya adalah
suatu upaya dalam memberikan fasilitas fisik, tenaga dan peralatan yang diperlukan
untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 155


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

a. Masyarakat desa diharapkan bisa dan mau berperan serta dalam


pengembangan, pengelolaan dan pemeliharaan sarana prasarana kesehatan di
desanya.
b. Peran serta masyarakat harus berpegang kepada kaidah–kaidah ruang
kesehatan untuk bisa dan mau melengkapi bangunan–bangunan kesehatan
yang belum tersedia di desanya.
4. Sarana Prasarana Pendidikan, Sarana prasarana pendidikan merupakan salah satu
aspek dalam upaya peningkatan mutu pendidikan umumnya di kota dan terlebih
lagi di desa-desa di Indonesia. Pada tingkat Asia saja mutu pendidikan Indonesia
berada di rangking yang tergolong rendah. Pada era persaingan global ini
diperlukan usaha peningkatan di mana salah satunya adalah dana desa bisa
digunakan untuk membangun sarana prasarana pendididkan di desa–desa.
Dalam perencanaan sarana prasarana pendidikan bangunan dan perlengkapan
pendidikan ada beberapa aspek yaitu:
a. Perencanaan harus merupakan hasil musyawarah pengurus desa dengan
masyarakat atau orang tua siswa sekolah yang dipimpin oleh komite sekolah.
b. Bantuan dana dari desa dilaksanakan atas mufakat musyawarah dan perjanjian
atas kedua pihak yang mewakili pihak desa dan pihak komite sekolah selaku
wakil masyarakat.
c. Bantuan dana bisa di peruntukan perluasan bangunan yang ada seperti ruang
kelas, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang sanitasi dan MCK, ruang kesenian,
ruang tata usaha, tempat bermain/olah raga, ruang UKS, laboratorium, tempat
ibadah, gudang, dan ruang pimpinan sekolah serta ruang lain yang belum ada
dan sangat dibutuhkan.
d. Rehabilitasi dari beberapa ruang gedung di atas.
e. Perlengkapan sekolah yang bisa dibantu dari dana desa adalah kursi, meja,
lemari untuk siswa, guru, tata usaha, perpustakaan, dan pimpinan sekolah.

Daftar Pustaka
Kompak. (2016). Buku Sarana Prasarana Penunjang Ekonomi Desa. Jakarta: Kementerian
Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Kompak. (2016). Buku Sarana Prasarana Pemukiman Desa. Jakarta: Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

156| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 157


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Pembangunan Desa melalui
2.1.2
Pola Padat Karya Tunai

A. Latar Belakang
Pada awal Januari 2018, Presiden Jokowi mencanangkan pola baru dalam pemanfaatan
Dana Desa yang dilakukan melalui pola padat karya. Padat karya merupakan kegiatan
pembangunan yang lebih banyak menggunakan tenaga manusia jika dibandingkan
dengan tenaga mesin. Umumnya padat karya dilakukan pada kegiatan pembangunan
infrastruktur dimana tenaga manusia yang dibutuhkan dalam mengerjakan kegiatan
pembangunan cukup besar. Masyarakat yang berpartisipasi dalam program padat karya
ini akan mendapatkan insentif berupa upah kerja yang dapat digunakan untuk
mensejahterakan keluarganya.
Pola pelaksanaan Dana Desa dalam bentuk padat karya (Cash for Work) adalah
sebuah pola. Padat karya artinya bisa menyerap banyak tenaga kerja. Para pekerja akan
mendapatkan upah secara harian atau maksimal mingguan. Skema Cash for Work
dilakukan dengan beberapa alasan: Pertama, selama tiga tahun terakhir, yaitu tahun
2015, 2016, dan 2017, dana yang disalurkan ke desa telah mencapai Rp. 287 triliun.
Angka kemiskinan di desa turun cukup signifikan dari 17,98 juta jiwa atau 14,09 persen
di tahun 2015 menjadi 16,5 juta jiwa di tahun 2017. Artinya, dalam kurun waktu tiga
tahun, angka kemiskinan di pedesaan turun sebesar 1,58 juta jiwa. Angka ini masih
kurang optimal dibandingkan dengan dana yang telah dikucurkan pemerintah.
Dana Desa merupakan salah satu instrumen yang cukup strategis dalam
penyediaan sarana prasarana di desa. Dimana, Dana Desa telah mendorong ratusan ribu
kilometer jalan desa dibangun, ratusan ribu meter jembatan desa dibangun, begitu juga
dengan Pondok Bersalin Desa (Polindes), embung, dan BUM Desa. Di sisi lain, kebijakan
ini masih belum membuat daya beli masyarakat desa meningkat. Maka, Pemerintah
memandang bahwa Cash for Work (padat karya) menjadi instrumen kunci dalam
mengakselerasi peningkatan daya beli, perluasan kesempatan kerja, hingga akhirnya
akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

158| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Tujuan utama dari program padat karya ini ada dua yaitu untuk: (1) mengurangi
pengangguran dan kemiskinan, (2) meningkatkan produktivitas, pendapatan dan daya
beli masyarakat desa. Kegiatan padat karya dilakukan dengan membuka lapangan kerja
bagi keluarga-keluarga miskin atau kurang mampu yang mengalami masa sulit karena
kehilangan penghasilan atau pekerjaan tetap.
Dalam upaya mendukung pola padat karya terkait pembangunan dan
pemanfaatan dana desa, pemerintah telah menerbitkan SKB (Surat Keputusan Bersama)
tentang Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Undang-
Undang Desa no.6 tahun 2014 tentang Desa. SKB ini ditandatangani oleh 4 (empat)
kementrian terkait, yaitu Menterik Desa PDTT, Menteri Keuangan, Menteri PPN/Ka.
Bappenas dan Menteri Dalam Negeri.
Selain mengefektifkan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang bersumber dari
Dana Desa, SKB ini juga difokuskan untuk memastikan berjalannya Program Padat Karya
Tunai di Desa, mengakomodasi kebijakan afirmatif untuk mengatasi kesenjangan desa,
mewujudkan sinergi kebijakan pusat dan daerah, mewujudkan pemberdayaan
masyarakat desa, serta terlaksananya tata kelola keuangan desa yang tertib, sederha,
dan tepat waktu.

B. Prinsip-prinsip
Dalam pelaksanaannya, padat karya (tunai) 2018 ini menjalankan prinsip-prinsip dan
ketentuan antara lain:
a. Inkusif
Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa perlu disusun
berdasarkan kebutuhan masyarakat dengan mempertimbangkan aspek tenaga kerja
(penganggur, setengah penganggur dan masyarakat marginal/miskin), kondisi
geografis, sosial, budaya dan ekonomi serta mempertahankan daya dukung dan
keseimbangan lingkungan.
b. Partisipatif dan gotong royong
Pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa berdasarkan asas “dari, oleh dan untuk
masyarakat”. Pemerintah berperan sebagai fasilitator yang mendampingi pemerintah
Desa, BPD dan masyarakat Desa untuk melaksanakan pembangunan Desa secara
partisipatif dan gotong royong.
c. Transparansi dan akuntabel
Pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilakukan dengan mengutamakan
prinsip transparan dan akuntabel baik secara moral, teknis, legal maupun administratif
kepada semua pihak.
d. Efektif
Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa harus memiliki dampak positif terhadap
produktifitas, kesejahteraan masyarakat, dan pertumbuhan perekonomian.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 159


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

e. Swadaya dan Swakelola


Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan mendorong adanya
sumbangan dana, tenaga, material, dan asset bergerak dan/atau tidak bergerak dari
warga Desa yang berkecukupan. Selain itu, Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa
dilaksanakan secara mandiri oleh desa dengan mendayagunakan tenaga kerja, bahan
material, serta peralatan dan teknologi sederhana yang ada di Desa.
f. Prioritas
Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan mendahulukan kepentingan
sebagian besar masyarakat Desa yang berdampak pada terciptanya lapangan kerja,
teratasinya kesenjangan, dan terentaskannya warga miskin.
g. Keberlanjutan
Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan memastikan adanya rencana
pengelolaan dalam pemanfaatannya, pemeliharaan, perawatan dan pelestariannya.
h. Disepakati dalam Musyawarah Desa
Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dibahas dan disepakati dalam musyawarah desa
yang diselenggarakan berdasarkan asas kesamaan dan kesetaraan bagi setiap peserta
musyawarah Desa melalui hak bicara, hak berpendapat dan hak bersuara dalam
mencapai kemufakatan Bersama.
i. Berbasis pada kewenangan lokal dan hak asal-usul desa
Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa yang pembiayaannya bersumber dari APBDesa harus
menjadi bagian dari Daftar Kewenangan Desa berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa.
j. Penentuan Upah
Batas Bawah dan Batas Atas Upah/HOK ditentukan berdasarkan hasil kesepakatan
Musyawarah Desa mengacu pada Peraturan Bupati/Walikota. Adapun Batas Atas
Upah/HOK dibawah Upah Minimum Provinsi. Besaran upah/HOK lebih lanjut akan
diatur oleh Peraturan Bupati/Walikota.

C. Lokasi dan Kelompok sasaran


Pada tahap awal, pelaksanaan kegiatan padat karya dengan pembayaran tunai 2018 ini
dilakukan di semua Desa. Kesempatan kerja untuk padat karya tunai ini diperuntukkan
bagi kelompok penganggur, setengah penganggur dan kelompok miskin. Selain itu,
juga pola ini diperuntukkan bagi laki-laki, perempuan dan pemuda usia produktif,
petani/kelompok petani yang mengalami paceklik dan menunggu masa tanam/panen,
serta tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan (PHK).

160| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

D. Ketentuan Padat Karya Tunai


Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan terkait Padat Karya Tunai yang ditetapkan
oleh SKB (Surat Keputusan Bersama) 4 Menteri (Menteri Keuangan, Menteri Desa dan
PDTT, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Bappenas) Nomor 140-8698 Tahun 2017, Nomor 954/KMK. 07/2017, Nomor 116 Tahun
2017, dan Nomor 01/SKB/M.PPN/12/2017 tanggal 18 Desember 2017. Pelaksanaan
padat karya 2018 dilakukan dengan pemberian upah pekerja secara tunai yang dapat
dibayarkan setiap hari atau mingguan sesuai kesepakatan hasil musyawarah desa.
Besarnya dana yang digunakan untuk membayar upah masyarakat diambil dari 30% dari
kegiatan pembangunan desa dengan menggunakan sistem hari-orang-kerja (HOK),
dimana:
(a) Jumlah 30% untuk pembayaran HOK dihitung dari jumlah dana desa yang
digunakan untuk membiayai kegiatan pembagunan desa.
(b) Pembayaran HOK mencakup pembayaran tenaga kerja untuk mengangkut bahan
material untuk bangunan, penyiapan lokasi bangunan, dan pelaksanaan kegiatan
pembangunan;
(c) Jumlah tenaga kerja mencakup tenaga kerja ahli, pembantu tenaga kerja ahli serta
tenaga masyarakat Desa setempat yang ditetapkan sebagai saran Padat Karya
Tunai di Desa;dan
(d) Besaran upah tenaga kerja dihitung berdasarkan batas bawah dan batas atas upah
tenaga kerja yang ditentukan berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah Desa
dengan mengacu pada peraturan bupati/walikota tentang besaran upah tenaga
kerja (Hari OrangKerja/HOK).

E. Refokusing Kegiatan Pembangunan Desa


Ketentuan refokusing kegiatan pembangunan Desa yang dibiayai Dana Desa untuk
memastikan 30% dari biaya kegiatan pembangunan Desa digunakan untuk membayar
upah masyarakat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Refokusing kegiatan pembangunan Desa dilakukan dengan berdasarkan
ketentuan tentang penetapan prioritas penggunaan Dana Desa Tahun 2018
sebagaimana diatur berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2017 tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2018.
2. Jenis kegiatan refokusing kegiatan pembangunan yang diprioritaskan sesuai
ketentuan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2017 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2018 Pasal 4 sebagai berikut:
(a) Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk membiayai pelaksanaan program
dan kegiatan dibidang pembangunan Desa danpemberdayaan masyarakat
Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 161


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(b) Prioritas penggunaan Dana Desa diutamakan untuk membiayai pelaksanaan


program dan kegiatan yang bersifat lintas bidang.
(c) Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain
bidang kegiatan produk unggulan Desa atau kawasan perdesaan, BUM Desa
atau BUM Desa Bersama, embung, dan sarana olahraga Desa sesuai dengan
kewenangan Desa.
(d) Pembangunan sarana olahraga Desa sebagaimana dimaksud pada ayat(3)
merupakan unit usaha yang dikelola oleh BUM Desa atau BUM Desa
Bersama.
(e) Prioritas penggunaaan Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib dipublikasikan oleh Pemerintah Desa kepada masyarakat Desa diruang
publik yang dapat diakses masyarakat Desa

162| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 163


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Jenis Prioritas Sarana
2.1.3
Prasarana yang Didanai
Dana Desa

A. Latar Belakang
Pemerintah pusat telah merealisasikan penyaluran Dana Desa tahun ke 3 kepada
pemerintah desa. Dana desa tersebut telah disalurkan oleh Kementerian Keuangan
(Kemenkeu). Setelah disalurkan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) bertugas mengawal prioritas penggunaan dana
desa agar sesuai dengan Peraturan Menteri yang telah ditetapkan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 19
Tahun 2017 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018. Dana Desa
ini digunakan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan berskala lokal desa
bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Infrastruktur serta sarana prasarana desa sudah baik, maka dana desa dapat
digunakan untukpemberdayaan masyarakat desa, seperti pengembangan Badan Usaha
Miliki Desa (BUM Desa), pembentukan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD),
dan pengembangan kapasitas Ruang Belajar Masyarakat di Desa (Community Center).
Dalam realisasinya, masyarakat berhak menentukan secara mandiri penggunaan dana
desa sesuai dengan musyawarah desa (musdes) sebagaimana yang telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

B. Sarana prasarana prioritas penggunaan dana desa


Sasaran yang akan didanai bidang sarana prasarana antara lain:
1. Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrasruktur atau sarana
prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk ketahanan pangan. Sarana prasarana
fisik untuk penghidupan termasuk ketahanan pangan, sesuai dengan kondisi desa.
Pembangunan Embung fungsi pengairan sawah, pembangunan irigasi, serta
pembangunan sarana prasarana pasca panen, jalan usaha tani dan peralatan
mekanisasi pertanian termasuk disalamnya;

164| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana kesehatan


masyarakat (posyandu, pustu);
3. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana pendidikan,
sosial dan kebudayaan, sarana prasarana pendidikan anak usia dini (PAUD) dan TK,
kelompok belajar masyarakat, sarana prasarana sosial, taman bermain, ruang
terbuka hijau, sarana prasarana olah raga untuk masyarakat desa;
4. Pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi pembangunan dan
pemeliharaan sarana prasarana produksi dan distribusi. (irigasi, embung, jalan
usaha tani, pasar dll);
5. Pembangunan dan pengembangan sarana-prasarana energi terbarukan serta
kegiatan pelestarian lingkungan hidup. (pembangkit listrik tenaga surya, tenaga
angin, microhidro, arus laut, biogas, sarana prasarana lingkungan hidup terasiring
dll);

C. Pedoman Penggunaan Dana Desa


Visi Tri Sakti Presiden periode tahun 2014-2019 meletakkan program pemerintah pada
titik berat pencapaian ideal bangsa Indonesia pada kedaulatan politik, kemandirian
ekonomi dan kepribadian budaya. Untuk merealisaikan visi tersebut pemerintah
bertekad (dalam Nawa Cita) membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Salah satu wujud rekognisi negara kepada desa, adalah penyediaan dan
penyaluran Dana Desa yang bersumber pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Tahun 2018 merupakan tahun kedua penyaluran Dana Desa Dan Fisik melalui
KPPN. Pada tahun 2017 telah diterbitkan PMK Nomor 50/PMK.07/2017 tentang
Pengelolaan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa yang pada tahun itu juga direvisi
sebagaimana PMK nomor 112/PMK.07/2017. Hal utama yang direvisi pada PMK Nomor
112 tersebut terkait waktu penyaluran DAK Fisik 2017 tahap II dari 21 Juli 2017 menjadi
31 Agustus 2017 dan penyaluran DAK Fisik mulai tahun 2018 dari 4 Triwulanan ( Triwulan
I s.d Triwulan IV) diubah menjadi 3 Tahapan ( Tahap I s.d Tahap III). Sementara PMK
Nomor 225/PMK.07/2017 merupakan perubahan Kedua PMK Nomor 50/PMK.07/2018.
Hal utama yang diubah adalah penyaluran Dana Desa dari 2 Tahap (60% dan 40%) yang
dimulai bulan April, diubah menjadi 3 tahap ( 20%,40%, dan 40%) yang dimulai pada
Bulan Januari.
Pencairan Dana Desa dari RKUD ke Rekening Kas Desa (RKD) dilakukan setelah
Kepala Desa menyampaikan APB Desa kepada Bupati/Walikota. Penyampaian APBDesa
kepada Bupati/Walikota dilaksanakan pada bulan Maret. Untuk mengefektifkan dan
mengharmonisasikan langkah pencapaian visi misi program pembangunan secara
nasional, maka Peraturan Pemerintah
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Peraturan Menteri ini disusun guna
menjadi pendoman umum penggunaan Dana Desa. Pedoman umum ini tidak
dimaksudkan untuk membatasi prakarsa lokal dalam merancang program/kegiatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 165


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

pembangunan prioritas yang dituangkan ke dalam dokumen RKP Desa dan APB Desa,
melainkan memberikan pandangan prioritas penggunaan Dana Desa, sehingga desa
tetap memiliki ruang untuk berkreasi membuat program/kegiatan desa sesuai dengan
kewenangannya, analisa kebutuhan prioritas dan sumber daya yang dimilikinya.

B. Prioritas Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Berdasarkan


Tipologi Desa
Pada tahun anggaran 2018 prioritas penggunaan Dana Desa masih diutamakan untuk
mendanai program atau kegiatan bidang pelaksanaan pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat desa. Untuk program atau kegiatan selain pada dua bidang
kewenangan tersebut, pendanaanya bersumber pada sumber lainnya seperti Alokasi
Dana Desa (ADD) yang bersumber pada APBD, Bagi hasil pajak dan retribusi dan
Pendapatan Asli Desa (PA Desa).
Berdasarkan ketentuan yang ada, dokumen RPJM Desa dan RKP Desa memuat
analisa masalah, peta potensi dan aset serta perencanaan program /kegiatan
pembangunan desa untuk mem'awab permasalahan yang program/kegiatan yang
dimuat dalam pedoman umum ini masih bisa diadaptasi disesuaikan sesuai dengan
tipologi desa-desa terkait.
Tipologi desa merupakan fakta, karakteristik dan kondisi nyata yang khas, keadaan
terkini di desa, maupun keadaan yang keadaan yang berubah, berkembang dan
diharapkan terjadi di masa depan (visi desa). Pengelompokkan tipologi desa dapat
diuraikan sekurang-kurangnya didasarkan atas hal-hal sebagai berikut:
1. berdasarkan kekerabatan, dikenal desa geneologis, desa teritorial dan desa
campuran;
2. berdasarkan hamparan, dapat dibedakan desa pesisir/desa pantai, desa dataran
rendah/lembah, desa dataran tinggi, dan desa perbukitan/pegunungan;
3. berdasarkan pola permukiman, dikenal desa dengan permukiman menyebar,
melingkar, mengumpul, memanjang (seperti pada bantaran sungai/jalan);
4. berdasarkan pola mata pencaharian atau kegiatan utama masyarakat dapat
dibedakan desa pertanian, desa nelayan, desa industri (skala kerajinan dan atau
manufaktur dengan teknologi sederhana dan madya), serta desa perdagangan
(jasa-jasa); dan
5. berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa dapat dikategorikan desa
tertinggal atau sangat tertinggal, desa berkembang, serta desa maju atau mandiri.
Kategorisasi ini dilakukan dengan pendekatan ilmiah yang didukung data statistik
sehingga didapatkan peringkat kategoris kemandirian atau kemajuan desa.
Dengan demikian setiap desa pasti memiliki karakteristik yang dapat didefinisikan
secara bervariasi dari kombinasi karakteristik atau tipologi. Artinya, desa memiliki
tipologi yang berbeda-beda atau beragam, dari desa satu dengan desa lainnya. Contoh
Desa A mempunyai tipologi desa pesisir- nelayan-geneologis-maju, Desa B tipologi desa

166| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

lembah-pertanian/sawah- teritorial-berkembang, Desa C tipologi desa perbukitan-


perkebunan/perladangan-campuran-tertinggal, dan lain seterusnya.
Pedoman umum prioritas penggunaan Dana Desa ini memberikan ruang atau
terbuka pada karakteristik yang khas setiap desa. Perbedaanya adalah keharusan
menjadikan rujukan karakteristik atau tipologi berdasarkan perkembangan atau
kemajuan desa yaitu diukur secara data desa yang dibiayai dari Dana Desa. Hal ini
dilakukan, mengingat kedepan perkembangan desa ditargetkan secara nasional
meningkat secara periodik dari waktu ke waktu, dari sangat tertinggal/tertinggal
menjadi berkembang lalu menjadi maju dan mandiri.
Pelaksanakan musyawarah desa untuk penyusunan RKP Desa 2018 dilaksanakan
pada rentang waktu triwulan ke empat Oktober sampai dengan Desember. Keluarannya,
adalah dokumen perencanaan RKP Desa untuk tahun anggaran 2019. Pada musyawarah
desa perencanaan pembangunan desa diharapkan seluruh informasi terkait dengan
pembahasan dan pengambilan keputusan seperti informasi tentang pagu Dana Desa,
Alokasi Dana Desa, Perkiraan Dana Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah,
Program/Proyek masuk desa, bantuan Keuangan Daerah dan Tipologi berdasarkan
perkembangan desa dengan data IDM, sudah dapat disampaikan oleh pemerintah
kabupaten/kota kepada desa-desa di wilayah masing-masing.
Dari musyawarah desa ini akan didapatkan perencanaan program atau kegiatan
prioritas desa baik yang berskala desa maupun berskala kabupaten. Di samping itu juga
memetakan sumber-sumber pendanaan atas program/kegiatan yang dibahas dalam
forum tersebut.

C. Embung Desa
Secara kuantitas, permasalahan air bagi pertanian terutama di lahan kering adalah
persoalan ketidaksesuaian distribusi air antara kebutuhan dan pasokan menurut waktu
temporal (dan tempat spatial). Persoalan menjadi semakin kompleks, rumit dan sulit
diprediksi karena pasokan air tergantungdari sebaran curah hujan di sepanjang tahun,
yang sebarannya tidak merata walau di musim hujan sekalipun. Oleh karena itu,
diperlukan teknologi tepat guna, murah dan aplicable untuk mengatur ketersediaan air
agar dapat memenuhi kebutuhan air Water demand (yang semakin sulit dilakukan
dengan cara-cara alamiah natural manner (Teknologi embung atau tandon air
merupakan salah satu pilihan yang menjanjikan karena teknologinya sederhana,
biayanya relatif murah dan dapat dijangkau kemampuan petani.
Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian
small farm reservoir (yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di musim
hujan. Air yang ditampung tersebut selanjutnyadigunakan sebagai sumber irigasi
suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi high added
value crops) di musim kemarau atau di saat curah hujan makin jarang. Embung
merupakan salah satu teknik pemanenan air Water harfesting) yang sangat sesuai di
segala jenis agroekosistem. Dilahan rata namanya pond yang berfungsi sebagai tempat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 167


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

penampungan air drainase saat kelebihan air dimusim hujan dan sebagai sumber air
irigasi pada musim kemarau
Sementara pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan
distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat digunakan untuk menahan kelebihan
air dan menjadi sumber air irigasi pada musimkemarau. Secara operasional sebenarnya
embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjaminkontinuitas ketersediaan
pasokan air untuk keperluan tanaman ataupun ternak di musim kemarau dan penghujan.

1. Tujuan Pembuatan Embung Desa


Sebagai penampung air hujan dan aliran permukaan run off (pada wilayah sekitarnya
serta sumber air lainnya yang memungkinkan seperti mata air, parit, sungai, sungai kecil
dan sebagainya. Menyediakan sumber air sebagai suplesi irigasi di musim kemarau
untuk tanaman palawija, hortikultura semusim, tanaman perkebunan semusim dan
peternakan.

2. Batasan Pembuatan Embung Desa


Berikut batasan dalam pembuatan embung Desa, yaitu:
 Tinggi tubuh embung maksimal 10 m, untuk tipe urugan dan 6 m untuk tipe
gravitasi atau komposit, tinggi tubuh embung diukur dari permukaan galian
pondasi terdalam hingga kepuncak tubuh embung.
 Kapasitas tapung embung maksimum 100.000 m2
 Luas daerah tadah hujan 100 ha.

3. Sasaran Pembuatan Embung Desa


Tertampungnya air hujan dan aliran permukaan run off pada wilayah sekitarnya serta
sumber air lainnya yang memungkinkan. Tersedianya air untuk suplesi irigasi di musim
kemarau untuk tanaman palawija, hortikultura semusim, tanaman perkebunan semusim
dan peternakan.

4. Lokasi Pembuatan Embung Desa


Daerah pertanian lahan kering, perkebunan, peternakan yang memerlukan pasokan air
dari embung sebagai suplesi air irigasi . Air tanahnya sangat dalam, bukan lahan berpasir,
terdapat sumber air yang dapat ditampung baik berupa air hujan, aliran permukaan dan
mata air atau parit atau sungai kecil. Wilayah sebelah atasnya mempunyai daerah
tangkapan air atau Wilayah yang mempunyai sumber air untuk dimasukkan ke embung,
seperti mata air, sungai kecil atau parit dan lain sebagainya.

168| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Tekstur tanah, agar fungsinya sebagai penampung air dapat terpenuhi, embung
sebaiknya dibuat pada lahan dengan tanah liat berlempung, pada tanah berpasir
yang porous (mudah meresapkan air) tidak dianjurkan pembuatan embung karena
air cepat hilang. Kalau terpaksa, dianjurkan memakai alas plastik atau ditembok
sekeliling embung.
 Kemiringan lahan, Embung sebaiknya dibuat pada areal pertanaman yang
bergelombang dengan kemiringan antara 8 - 30%. Agar limpahan air permukaan
dapat dengan mudah mengalir kedalam embung dan air embung mudah
disalurkan ke petak-petak tanaman, maka harus ada perbedaan ketinggian antara
embung dan petak tanaman. Pada lahan yang datar akan sulit untuk mengisi air
limpasan ke dalam embung. Pada lahan yang terlalu miring (> 30%), embung akan
cepat penuh dengan endapan tanah karena erosi.
 Penempatan embung, sebaiknya dekat dengan saluran air yang ada disekitarnya,
supaya pada saat hujan, air di permukaan tanah mudah dialirkan kedalam embung.
Lebih baik lagi kalau dibuat di dekat areal tanaman yang akan diairi, dan lokasinya
memiliki daerah tangkapan hujan.

D. Sarana Olah Raga Desa


Kementerian Desa PDTT memberikan arahan terkait alokasi penggunaan dana desa
untuk pembangunan/revitalisasi raga desa. Pemerintah desa diharapkan dapat
mengalokasikan setidaknya 50 Juta dari total dana desa yang diterima, tentunya
program ini harus disepakati masyarakat desa melalui musyawarah desa.
Program pengembangan raga desa tidak hanya didukung oleh Kemendesa PDTT,
tapi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) juga berkontribusi melalui
program satu desa satu lapangan. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam
rangka mendukung masyarakat desa untuk sehat secara sosial, jasmani hingga ekonomi.

1. Tujuan Pembangunan Sarana Olahraga Desa


Tujuan program bantuan untuk sarana olahraga desa antara lain untuk meningkatkan
peran masyarakat di bidang olahraga. Program ini juga memiliki misi meningkatkan
sarana olahraga yang layak dan berstandar serta mengembangkan minat, bakat, dan
potensi olahraga di daerah. Kehadiran raga desa dapat memenuhi kebutuhan sosial
masyarakat melalui sarana interaksi, silaturahmi, bahkan ajang diskusi berbagai isu dan
permasalahan negeri ini. Selain itu, raga desa menjadi sarana hiburan masyarakat dan
tempat menyalurkan bakat para pemuda desa, sehingga terhindar dari berbagai aktivitas
negatif seperti pergaulan bebas, narkotika, miras, dan lain-lain. Penyelenggaraan Liga
Desa guna mencari bibit atlit sepakbola di Desa, akan diselenggarakan lebih besar, oleh
karena itu penting untuk menyediakan raga desa yang baik kualitasnya untuk digunakan
bertanding.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 169


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Manfaat Pembangunan Sarana Olahraga Desa


Program 1 lapangan 1 desa bukan cuma perkara membangun lapangan di banyak
daerah. Ada manfaat strategis lain yang ada tersimpan di dalamnya. Program yang tahun
2017 ditargetkan 1.000 lapangan, agar ada sarana olahraga yang memadai di desa,
karena desa merupakan tempat asal lahirnya bibit-bibit atlet potensial. Lapangan desa
juga memiliki manfaat strategis, tidak hanya bermanfaat untuk olahraga, tetapi juga
untuk perkembangan ekonomi, sarana untuk menggali potensi anak muda di desa, dan
terutama untuk menjadi alat perekat persatuan dan kesatuan masayarakat.
Lapangan olahraga di desa juga bisa multifungsi. Jika lapangan yang tersedia
adalah lapangan sepakbola, juga bisa digunakan untuk kegiatan olahraga lain seperti
senam, lari dan lain-lain. Sehingga kegiatan olahraga di desa bisa lebih semarak dan
lapangan desa menjadi sarana untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan
masayarakat, serta menopang usaha peningkatan prestasi olahraga nasional.

3. Jenis Sarana Olahraga Desa


a. Lapangan Sepak Bola
Lapangan jenis ini, disamping untuk kegiatan olahraga sepak bola juga bisa digunakan
untuk fungsi lain:
 Acara Perlombaan Peringatan Kemerdekaan, pada acara perlombaan yang sering
dilakukan pada saat hari kemerdekaan 17 agustusan. Biasanya sering dilakukan
perlombaan di lapangan sepakbola. Kenapa di lakukan di lapangan sepak bola,
karna kalo menurut saya, biar acara yang diadakan terfokus di satu tempat. Misal
ngadain acara tarik tambang, makan krupuk, panjat pinang, dll.
 Upacara bendera biasanya di lakukan untuk memperingati hari hari besar
kemerdekaan, misalnya: upacara tujuh belasan, lebih sering dilakukan di lapangan
sepakbola.
 Bermain anak-anak, Di lapangan sepak bola tidak hanya dilakukan kegiatan
bermain bola saja, bagi anak anak kecil biasanya mereka di sore hari bermain juga
di lapangan sepak bola. Bermain kejar kejaran ataupun bermain yang lain yang
menurut saya bertujuan untuk mengakrabkan diri mereka dengan temen temen
di kampungnya.

b. Lapangan Futsal
Pada awal masa terbentuknya, cabang olahraga futsal bisa dibilang merupakan terapan
dari cabang olahraga sepak bola dengan sedikit modifikasi situasi, berbagai
pengembangan arena bermain futsal pun mulai dilakukan hingga melahirkan beberapa
jenis dan macam lapangan futsal sampai pada saat ini.
Lapangan dalam olahraga futsal tentu mempunyai kriteria dan standarisasi
tersendiri. Memang karena futsal ini terinspirasi dari sepakbola, maka secara

170| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

prinsip lapangan yang digunakan tidak akan jauh berbeda juga. Menggunakan lapangan
berbentuk persegi panjang dengan masing-masing gawang di tiap sisinya.
Sekilas lapangan futsal juga memiliki garis-garis pembatas sebagai tanda seperti
hal nya lapangan sepakbola. Namun karena diperuntukan bagi ukuran tempat yang
tidak sebesar stadion sepakbola, maka pasti juga akan ada penyesuaian dalam garis
batas atau tanda yang digunakan dalam lapangan futsal. Dari sisi ukuran, tentu lapangan
futsal juga punya standar nya tersendiri. Untuk lapangan futsal dengan kelas
internasional setidaknya pada sisi lapangan memiliki panjang sekitar 38-42 meter,
sedangkan untuk lebarnya sekitar 18-25 meter. Namun ukuran dalam lapangan futsal
standard internasional tersebut tidaklah selalu menjadi patokan.

c. Lapangan Bola Voli


Lapangan Voli, adalah olahraga permainan yang dimainkan oleh dua grup berlawanan.
Masing-masing grup memiliki enam orang pemain. Terdapat pula variasi permain-
an bola voli pantai yang masing-masing grup hanya memiliki dua orang pemain. Ukuran
lapangan bola voli yang umum adalah 9 meter x 18 meter.[3] Garis batas serang untuk
pemain belakang berjarak 3 meter dari garis tengah (sejajar dengan jaring). Garis tepi
lapangan adalah 5 meter.

d. Lapangan Bulu Tangkis


Lapangan bulu tangkis berbentuk persegi panjang dan mempunyai ukuran seperti
terlihat pada gambar. Garis-garis yang ada mempunyai ketebalan 40 mm dan harus
berwarna kontras terhadap warna lapangan. Warna yang disarankan untuk garis adalah
putih atau kuning. Permukaan lapangan disarankan terbuat dari kayu atau
bahan sintetis yang lunak. Permukaan lapangan yang terbuat dari beton atau bahan
sintetik yang keras sangat tidak dianjurkan, karena dapat mengakibat-kan cedera pada
pemain. Jaring setinggi 1,55 m berada tepat di tengah lapangan. Jaring harus berwarna
gelap kecuali bibir jaring yang mempunyai ketebalan 75 mm harus berwarna putih.

Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa.
Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 08 tahun 2016 perubahan atas
Peraturan Menteri Nomor 21 tahun 2015 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa
http://hukum-ituapa.blogspot.co.id/2016/01/tata-urutan-perundang-undangan-
di.html
https://www.scribd.com/document/329469716/Buku-Standar-Teknis-Embung.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 171


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

http://bwsnt1.net/index.php/database/item/232-buku-standar-perencanaan-teknis-
bangunan-embung.
http://ditjenpdt.kemendesa.go.id/news/read/170409/468-pemerintah-akan-wujudkan-
program-satu-desa-satu-lapangan-olahraga
https://www.google.co.id/search?q=lapangan+sepak+bola&oq=Lapangan+&gs_l=psy
-b.1.0.35i39k1l2j0l2.7110.8852.0.11149.9.9.0.0.0.0.170.1026.0j7.7.0....0...1.1.64.psy-
ab..2.7.1015...0i67k1.htjokWOnydE
http://www.artikelmateri.com/2016/11/gambar-lapangan-olahraga-beserta-dan-
ukurannya-sepak-bola-basket-voli.html

172| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 173


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Kebijakan Umum
2.1.4
Pengamanan Sosial dan
Lingkungan dalam
Pembangungan Sarana
Prasarana Desa

A. Kebijakan Umum Pengamanan/Perlindungan Sosial dan Lingkungan


Kebijakan Upaya Pengamanan atau Perlindungan umumnya dipahami sebagai kebijakan
operasional yang berupaya untuk menghindari, meminimalkan, meredam (bila mungkin)
dan/atau memberi kompensasi terhadap dampak-dampak lingkungan dan sosial yang
merugikan, termasuk dengan melindungi hak-hak mereka yang kemungkinan akan
terkena dampak proses proyek/pembangunan atau mungkin terpinggirkan oleh proses
itu
Kegiatan pembangunan sarana prasarana tidak membolehkan adanya kegiatan-
kegiatan yang menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan, hilangnya dan
rusaknya habitat alami, dan dampak negatif pada masyarakat adat, masyarakat lokal,
serta menyebabkan pemukiman kembali akibat pengadaan atau pembebasan lahan. Jika
ada dampak negatif, maka dampak itu harus bisa dikelola dan diatur upaya untuk
mitigasinya.

B. Dasar Hukum Perlindungan Sosial dan Lingkungan


Dasar hukum kegiatan perlindungan lingkungan antara lain
1. Undang-undang
a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya.
b. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang.

174| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

c. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah


Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, yang berkaitan dengan reklamasi (Pasal 34)
dan kegiatan yang dilarang dalam pemanfaatan di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil (Pasal 35), dan UU Nomor 1/2014 tentang Perubahan atas
UU Nomor 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil.
d. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata, yang berkaitan
dengan tindakan yang dilarang (Pasal 27) yaitu pencemaran lingkungan di
tempat/spot pariwisata dan dampak sosial (Pasal 23).
e. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, dan Undang-
undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-undang Nomor
31 Tahun 2004 tentang pengelolaan perikanan (yakni Pasal 23).
f. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang pengelolaan dan
perlindungan lingkungan yang menyatakan bahwa pengendalian dampak
diatur oleh AMDAL (Pasal 22) dan UKL-UPL (Pasal 34).

2. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran
dan/atau kerusakan laut.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Environmental Permit
(izin lingkungan). PP ini mengatur bahwa proyek yang wajib AMDAL juga
wajib memiliki izin.
Dasar-dasar regulasi perundangan tentang pengamanan sosial antara lain:
1. Pengadaan Lahan
a. Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Agraria.
b. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah.
c. Undang-undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pembelian Lahan untuk
Penggunaan Umum.
d. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 2007 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36/2005 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
Umum.
e. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 tahun 2012
tentang Pedoman Pelaksanaan tentang Pelaksanaan Pengadaan Lahan.
f. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 tahun 2003 tentang
Norma dan Standar Mekanisme Ketatalaksanaan Kewenangan Pemerintah

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 175


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

di Bidang Pertanahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota,


termasuk lampiran 9 (terutama lampiran D: tentang resolusi kompensasi dan
ganti rugi, lampiran F: resolusi tentang tanah adat).
2. Masyarakat Adat
a. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
b. Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dan Undang-undang Nomor 1 tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
c. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah.
d. Undang-undang Nomor 7 tahun 2016 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam.
e. Keputusan Presiden Nomor 111 tahun 1999 tentang ketentuan Komunitas
Adat Terpencil (KAT).
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23 tahun 2016 tentang
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
g. Keputusan Kementerian Sosial Nomor 06/PEGHUK/2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Tradisional.
h. Keputusan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Nomor 020.A/PS/KPTS/
2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Komunitas Adat Terpencil.

C. Tujuan Kebijakan Pengamanan/Perlindungan Sosial dan Lingkungan


1. Menghindari dampak merugikan yang diakibatkan pelaksanaan kegiatan
pembangunan sarana prasarana pada lingkungan dan penduduk yang
terkena dampak, apabila memungkinkan;
2. Meminimalkan, meredam dan/atau memberi kompensasi atas dampak-
dampak pembangunan sarana prasarana yang merugikan pada lingkungan
dan penduduk yang terkena dampak apabila upaya menghindari dampak
merugikan tersebut tidak memungkinkan; serta
3. Membantu pemerintah desa untuk memperkuat sistem upaya perlindungan
mereka dan membangun kapasitas mereka untuk mengelola risiko-risiko
sosial dan lingkungan.

D. Persyaratan Upaya Pengamanan/Perlindungan Sosial dan Lingkungan


1. Dampak-dampak diidentifikasi dan dikaji pada awal siklus kegiatan
pembangunan saranan prasarana.

176| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Rencana-rencana untuk menghindari, meminimalkan, meringankan atau


memberikan kompensasi atas potensi dampak-dampak yang merugikan
disusun dan dilaksanakan.
3. Masyarakat yang terkena dampak diberi informasi dan diajak berkonsultasi
selama persiapan dan pelaksanaan poembangunan sarana prasarana.

E. Peran dan Tanggungjawab


Pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam kebijakan-kebijakan upaya pengamanan
tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah desa. Pemerintah Desa diharuskan
untuk melakukan pengkajian lingkungan dan sosial, melakukan konsultasi dengan
komunitas dan penduduk yang terkena dampak, menyusun dan melaksanakan rencana-
rencana upaya pengamanan, memantau pelaksanaan rencana tersebut, dan
menyerahkan laporan pemantauannya. Laporan-laporan penyelesaian dan laporan-
laporan evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan sarana prasarana mencakup
tinjauan tentang pelaksanaan upaya pengamanan.
Secara umum, langkah-langkah kerangka kerja pengamanan lingkungan dan
sosial dilaksanakan untuk semua usulan dan perencanaan sarana prasarana desa dalam
dua proses utama, yaitu
1. Proses Penapisan awal dengan Daftar Negatif (daftar larangan pembangunan
sarana prasarana tertentu).
2. Jika kegiatan yang diusulkan telah melewati penapisan/penyaringan Daftar
Negatif, proses penapisan kedua adalah Daftar Periksa. Daftar Periksa ini
merupakan alat bagi pengelola kegiatan pembangunan sarana prasarana untuk
mengenali potensi dampak dan risiko kegiatan yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup di sekitarnya, keberadaan masyarakat adat, pembebasan/
pengadaan lahannya, serta pembatasan akses ke sumberaya alam.
Kerangka kerja pengamanan tersebut meliputi:
1. Kerangka Kerja Manajemen Lingkungan (environmental management plan/EMP),
2. Kerangka Kerja Kebijakan Pengadaan Lahan dan/atau Pemukiman Kembali Secara
Tidak Sukarela, dan
3. Kerangka Kerja Rencana Masyarakat Adat.

F. Tujuan Pengamanan Lingkungan Hidup


Tujuan Untuk memastikan pembangunan sarana prasarana ramah lingkungan dan
berkelanjutan dan untuk mendukung integrasi pertimbangan lingkungan ke dalam
proses pengambilan keputusan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 177


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

G. Cakupan dan Pemicu


Pengamanan lingkungan dipicu apabila sebuah kegiatan pembangunan sarana
prasarana mempunyai kemungkinan untuk menimbulkan risiko dan dampak lingkungan.
Prinsip-prinsip Penerapan dalam Pembangunan Sarana Prasarana Desa diuraikan
sebagai berikut:
1. Menggunakan satu proses penyaringan untuk masing-masing usulan proyek
sedini mungkin, untuk menentukan cakupan dan jenis pengkajian lingkungan
sehingga kajian-kaijan yang tepat bisa dilakukan sesuai dengan nilai penting
potensi dampak dan risiko.
2. Melakukan satu pengkajian lingkungan untuk setiap usulan proyek untuk
mengidentifikasi potensi dampak dan risiko langsung, tidak langsung, kumulatif
dan yang didorong oleh aktivitas proyek terhadap sumberdaya fisik, biologi, sosial
ekonomi (termasuk dampak pada mata-pencaharian melalui aspek lingkungan,
kesehatan dan keselamatan, kelompok-kelompok rentan, dan isu gender) serta
sumber kekayaan budaya dalam konteks pengaruh/dampak dari proyek. Mengkaji
potensi dampak lintas batas dan global, termasuk perubahan iklim dan, bila perlu,
menggunakan pengkajian lingkungan strategis (Strategic Environemntal
Assesment/SEA).
3. Menelaah alternatif-alternatif untuk lokasi, rancangan, teknologi dan komponen
proyek dan potensi dampak lingkungan dan sosial yang diakibatkannya, dan
mendokumentasikan latar belakang pemikiran untuk memilih alternatif tertentu
yang diusulkan. Juga mempertimbangkan untuk memilih alternatif bila proyek
tidak dilakukan.
4. Menghindari, dan apabila tidak mungkin menghindari, maka meminimalkan,
meredam, dan/atau menyeimbangkan dampak-dampak merugikan dan
meningkatkan dampak positif melalui perencanaan dan pengelolaan lingkungan.
Menyusun satu rencana pengelolaan lingkungan (environmental management
plan/EMP) yang mencakup usulan langkah-langkah mitigasi, pemantauan
lingkungan dan persyaratan pelaporan, penyelenggaraan kelembagaan yang
terkait, pengembangan kapasitas dan pelatihan, jadwal pelaksanaan, perkiraan
biaya, dan indikator kinerja. Pertimbangan-pertimbangan kunci untuk menyusun
EMP mencakup mitigasi potensi dampak-dampak yang merugikan hingga sampai
pada tingkat dimana tidak ada dampak yang signifikan pada pihak ketiga dan
diberlakukannya prinsip bahwa yang melakukan pencemaran harus bertanggung
jawab (polluter pays principle).
5. Melakukan konsultasi yang bermakna dengan penduduk yang terkena dampak
dan memfasilitasi partisipasi yang didasarkan pada pemberian informasi
sebelumnya. Memastikan partisipasi perempuan dalam konsultasi. Melibatkan
para pemangku kepentingan (termasuk penduduk yang terkena dampak dan
lembaga-lembaga non-pemerintah yang mempunyai kepedulian) sedini mungkin
dalam proses penyiapan proyek dan memastikan bahwa pandangan- pandangan
dan kepedulian mereka diberitahukan kepada dan dipahami oleh para pengambil

178| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

keputusan dan dipertimbangkan. Melanjutkan konsultasi dengan para pemangku


kepentingan di seluruh pelaksanaan proyek sesuai kebutuhan untuk menjawab
isu-isu yang berkaitan dengan pengkajian lingkungan. Menyusun satu mekanisme
penanganan keluhan untuk menerima dan memfasilitasi kekhawatiran dan keluhan
penduduk yang terkena dampak berkenaan dengan kinerja lingkungan proyek.
6. Tidak melakukan aktivitas-aktivitas proyek di kawasan-kawasan dengan habitat
kritis, kecuali (i) tidak ada dampak merugikan yang terukur terhadap habitat kritis
yang dapat merusak kemampuan fungsinya, (ii) tidak ada pengurangan jumlah
spesies yang terancam punah (endangered) atau sangat terancam punah (critically
endangered), dan (iii) segala dampak yang lebih kecil juga diredam. Jika sebuah
proyek berlokasi di dalam satu kawasan lindung, maka dibuat program-program
tambahan untuk mendorong dan meningkatkan tujuan-tujuan pelestarian
kawasan lindung tersebut. Di kawasan habitat alam, tidak boleh ada pengalihan
fungsi atau perusakan, kecuali (i) tidak ada alternatif lain, (ii) manfaat keseluruhan
proyek jauh lebih besar dari biaya lingkungan, dan (iii) pengalihan atau kerusakan
diredam dengan semestinya. Menggunakan satu pendekatan yang hati-hati dalam
pemanfaatan, pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam yang
terbarukan
7. Menggunakan teknologi dan praktik-praktik pencegahan dan pengendalian polusi
yang sejalan dengan praktik-praktik internasional dan unggulan seperti tercermin
dalam standar-standar Panduan kelompok Bank Dunia tentang Lingkungan,
Kesehatan dan Keselamatan (the WB Group’s Environmental, Health and Safety
Guidelines) yang diakui secara internasional. Menghindari polusi, atau jika tidak
dimungkinkan, meminimalkan atau mengendalikan intensitas atau kandungan
emisi pencemar atau limbah, termasuk emisi gas rumah kaca secara langsung dan
tidak langsung, penghasilan limbah, dan pelepasan bahan-bahan berbahaya dari
produksi, transportasi, penanganan dan penyimpanannya. Menghindari
penggunaan bahan-bahan berbahaya yang secara internasional dilarang untuk
digunakan atau harus mulai dihentikan penggunaannya. Pembelian, penggunaan
dan pengelolaan pestisida dengan menggunakan pendekatan pengelolaan hama
terpadu dan mengurangi ketergantungan pada pestisida kimiawi sintetis.
8. Menetapkan kondisi-kondisi kerja yang aman dan sehat bagi para pekerja dan
mencegah kecelakaan, cedera dan penyakit. Membuat langkah-langkah
pencegahan dan kesiapsiagaan serta tanggap darurat untuk menghindari, dan jika
penghindaran tidak memungkinkan, untuk meminimalkan dampak-dampak dan
risiko-risiko merugikan terhadap kesehatan dan keselamatan penduduk setempat.
9. Melestarikan bangunan/struktur warisan kekayaan budaya setempat dan
menghindari penghancuran atau perusakannya dengan menggunakan survei
berbasis lapangan yang menggunakan tenaga ahli yang mempunyai kualifikasi dan
pengalaman selama pengkajian lingkungan. Mengembangkan prosedur “temuan
kebetulan” (“chance-find”) yang mencakup satu pendekatan pelestarian dan
pengelolaan yang disetujui sebelumnya untuk materi peninggalan budaya yang
mungkin ditemukan selama pelaksanaan proyek.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 179


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

H. Evaluasi dan Penanganan Dampak Lingkungan


Lingkungan hidup sesungguhnya merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dan
berbagai faktor, seperti faktor fisik, kimiawi, biologis, sosial, ekonomi dan budaya.
Berbagai jenis tindakan manusia terhadap lingkungan tersebut dapat melahirkan
dampak Iingkungan yang kompleks pula, terutama didalam hubungan timbal balik
(ekosistem) diantara dua atau lebih faktor-faktor Iingkungan.
Dengan demikian, patut diperhatikan bahwa pada setiap aktifitas kegiatan
pembangunan, baik berupa pemeliharaan, dan upaya menjalin keserasian hubungan
timbal balik, khususnya antara manusia dengan sumber daya alam berikut lingkungan
hidupnya tidak dapat diabaikan begitu saja. Sejalan dengan rencana kegiatan sarana
prasarana, tentunya kegiatan ini akan melakukan operasional pembangunan fisik. Agar
tidak terjadi perusakan lingkungan, maka kegiatan sarana prasarana hendaknya tetap
diarahkan sesuai dengan peraturan yang berlaku, diantaranya:
1. Kegiatan yang direncanakan akan tetap disesuaikan dengan ketentuan yang sudah
disetujui oleh instansi pemerintah yang terkait;
2. Dampak kelestarian hubungan ekosistem yang serasi dan seimbang antara
manusia sebagai pengguna sumber daya alam dengan lingkungannya, yang
menyediakan sumber daya yang memiliki serba keterbatasan, baik menurut
jenisnya, kualitas dan kuantitasnya;
3. Evaluasi penanganan dampak lingkungan ini akan memberikan gambaran bagi
upaya pemecahan masalah yang mungkin timbul sebagai akibat dari kegiatan
proyek, yaitu melalui pemahaman secara menyeluruh terhadap hubungan antara
manusia dengam alam lingkungan hidupnya.
Adapun hasil pengevaluasian terhadap penanganan dampak lingkungan adalah
dimaksudkan untuk:
1. Dapat diketahui seberapa besar pengaruh dampak yang akan ditimbulkan
sehubungan dengan kegiatan sarana prasarana yang akan direncanakan;
2. Mampu memberi masukan mengenai cara-cara terbaik untuk memperkecil
pengaruh dampak lingkungan seandainya hal tersebut sukar atau tidak dapat
dihindari;
3. Besarnya dampak lingkungan yang ditimbulkan tersebut akan dapat diperkirakan,
sehingga langkah-langkah pencegahan sedini mungkin dapat dilakukan, termasuk
pengendalian elemen-elemen yang mendorong proses percepatan kegiatannya.
Selanjutnya dengan cara pengendalian tersebut akan dapat dimanfaatkan hasilnya
dalam perencanaan berikutnya, bahan sebagai acuan atau pedoman didalam melakukan
tahapan operasional serta pada tahap pengelolaan kegiatanya, yaitu:
1. Mampu memberikan informasi kepada masyarakat sedini mungkin, baik yang
bermukim disekitar wilayah kegiatan proyek, agar hal tersebut perlu dipahami
secara umum.

180| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Mampu mengajukan tanggapan bahwa pengajuan saran/usulan pencegahan bagi


kemungkinan terjadinya dampak lingkungan yang lebih besar dari akibat proyek
3. Kesemuanya itu dijadikan sebagai suatu cara atau kegiatan operasional isyarat
pemberi tanda bahaya, yang secara tepat dan pasti dapat menentukan bobot
dampak lingkungan yang paling mengancam terhadap lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian evaluasi penanganan dampak lingkungan khususnya dalam
lingkup kegiatan sarana prasarana yang direncanakan mencakup elemen analisis
dampak sosial dan lingkungan yang menggambarkan kemungkinan yang akan timbul
akibat kegiatan tersebut. Evaluasi terhadap prakiraan dampak juga menguraikan tentang
alternatif penanganan dan arah pedoman pemecahan masalah, Berikut pencegahan
dampak yang bersifat merugikan menurut tingkat intensitas kejadiannya. Dengan
demikian, kegiatan sarana prasarana yang dikembang-kan akan berdampak pada
perubahan atau penambahan kegiatan lain yang secara langsung dan tidak langsung
turut mempengaruhi kegiatan fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang ada
disekitarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelaahan terhadap dampak negatif yang
mungkin timbul karena adanya kegiatan proyek yang terjadi, baik langsung maupun tak
langsung dan segi fisik, juga dampak sosial ekonomi dan budaya. Sehingga, hal tersebut
tentunya perlu pembahasan elemen analisis dampak sosial dan lingkungan lebih lanjut.
Dampak fisik lokasi pembangunan sarana prasarana, secara umum merupakan
lokasi dengan tingkat elevasi yang relatif datar, dimana penggunaan tanah berupa lahan
tegalan. Sesuai dengan arahan RUTR Pemerintah Kabupaten/Kota. Lokasi kegiatan
sarana prasarana harus sudah sesuai peruntukannya, dimana penggunaannya untuk
wilayah pertanian, wilayah terisolir dan pelayanan umum masyarakat seperti pendidikan
dan kesehatan. Demikian juga dengan terjadinya perubahan peruntukkan lahan
tentunya akan menimbulkan beberapa dampak negatif terhadap:
1. Berkurangnya daerah resapan air, yang akan mengakibatkan menurunnya
permukaan air tanah, dan mendorong untuk meningkatnya debit air run off; dan
2. Berkurangnya potensi visual alam natural akibat dari kegiatan proyek.

Daftar Pustaka
Cormap CTI. (2017). Buku Panduan safeguard Sosial dan Lingkungan. Jakarta:
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Wahjudin Sumpeno, Octaviera Herawati, Sunendar, Muflihun, Ichsan Hadjar, Yohanes
Susilo (2016), Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Desa Teknik Infrastruktur,
Jakarta: Kementrian Desa Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 181


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Perbaikan dalam Mengelola
2.2.1
Dana Desa: Pelaksanaan
Pengelolaan Sarana
Prasarana Desa
(Catatan Kebijakan)2

A. Pendahuluan dan Pendekatan


Agar tercapai tujuan untuk menanggulangi kemiskinan serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia, penggunaan Dana Desa
untuk pembangunan desa seharusnya diperkuat dengan kemampuan pendampingan
teknis desa dan manajemen pemerintahan desa. Dengan demikian, penggunaan dana
desa lebih efektif dan bermanfaat. KOMPAK melakukan pengkajian kegiatan Sarana-
Prasarana Desa 2015 pada 13 desa pada delapan kabupaten di lima provinsi pada
Maret–April 2016, karena pembangunan sarana-prasarana desa menjadi prioritas sesuai
Permendesa No. 21 tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa
Tahun 2016.
Tujuan utama kajian ini adalah untuk:
(1) Memantau bagaimana pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan sarana
prasarana desa melibatkan masyarakat desa, serta pelaksanaan pendampingan
secara teknis oleh pendamping desa, pendamping lokal desa, atau kader desa;
(2) Mengkaji apakah pembangunan sarana prasarana desa ini didasarkan pada tata
kelola yang baik, seperti penerapan harga satuan yang wajar, hasil pembangunan
sarana prasarana yang berkualitas, dan pengadaan barang dan jasa yang
menguntungkan desa serta mengacu pada regulasi yang diterbitkan oleh Pemda/
Pemdesa.
Kajian terhadap pelaksanaan pengelolaan sarana-prasarana desa 2015 ini
menggunakan dua tahap pendekatan. Pertama, dengan melakukan diskusi terarah (FGD)
yang dihadiri 20–30 orang dari unsur warga desa, tokoh masyarakat, dan aparatur desa.

2
Sumber, Catatan Kebijakan Perbaikan dalam Dana Desa: Pelaksanaan Pengelolaan Sarana
Prasarana Desa, Desember, 2016. KOMPAK: Jakarta

182| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kedua, dengan melakukan kunjungan langsung secara acak ke lokasi pembangunan


sarana prasarana desa.

B. Hasil Kajian
Kajian lapangan di lokasi sampel menemukan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa 2015 didominasi untuk kegiatan pembangunan sarana prasarana desa dengan
jenis sarana prasarana yang sebagian besar berupa jalan desa, kualitas teknis yang
kurang memadai seperti jalan desa yang sering tak memiliki bahu jalan, kualitas
perencanaan yang rendah seperti minimnya proses pengkajian keadaan desa, pola
pengadaan barang dan jasa yang tidak akuntabel dan transparan, dan pendamping serta
aparatur desa yang belum memperoleh pelatihan teknis. Beberapa aspek dan temuan
yang diperoleh selama pemantauan :

Tabel Aspek Dan Temuan Pemantauan

No Aspek Temuan Analisis


1 Alokasi DD untuk Alokasi untuk Dominannya kegiatan sarana
Sapras pembangunan sarana prasarana yang didanai tidak
prasarana mencapai didasarkan atas pengkajian keadaan
90%-100% DD. Dana desa yang objektif serta sesuai
Desa 2015 terkecil potensi dan masalah yang dihadapi
sebesar Rp254 juta/desa. desa. Di semua desa yang
dikunjungi, alokasi kegiatan sarana
prasarana dari DD melebihi Rp 254
juta/desa.
2. Jenis sapras Semua desa kajian Ke-13 desa yang dikunjungi
memilih pembangunan memilih kegiatan pembangunan
jalan desa dan drainase jalan desa. Ini menunjukkan
jalan, dengan tambahan rendahnya kualitas perencanaan
kegiatan rehabilitasi balai desa dan proses pengkajian
desa dan pasar desa di keadaan desa karena masalah dan
satu lokasi. potensi desa tidak terpetakan
secara akurat
3. Pengadaaan barang Harga bahan dan alat Hasil kunjungan ke lokasi
dan jasa cenderung tinggi karena menunjukkan masih ada pembelian
desa tidak memiliki langsung di empat desa; lima desa
dokumen dan data di tiga kabupaten sudah memiliki
rujukan harga yang Perbup PBJ; sisanya menggunakan
wajar. survei pola PNPM-MPd. Tidak ada
pedoman harga satuan desa; tidak
semua desa menjalankan proses
yang transparan dan kompetitif
dalam melakukan pengadaan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 183


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

No Aspek Temuan Analisis


3. Kualitas Sarana Kualitas fisik kurang Rendahnya kemampuan teknis dan
Prasarana memadai secara teknis, pengawasan baik oleh unsur
seperti jalan rabat beton aparatur pemerintah daerah atau
yang cepat retak, desa, maupun oleh pendamping
ketiadaan bahu jalan. lokal desa dan PD. Kemungkinan
penyalahgunaan dana kegiatan
dalam pengadaan material dan
penggunaannya.
4. Kapasitas Kualitas teknis Pada 2015 dan awal 2016 belum
Pendamping dan perencanaan, ada pelatihan teknis sarana
aparatur desa pelaksanaan, dan prasarana desa yang memadai.
pemeliharaan sarana Sementara kecenderungan untuk
prasarana desa relatif membangun sarana prasarana
masih rendah. tinggi, pendampingan oleh sektor
masih minim.

Sebagian besar desa melakukan belanja langsung (tidak melakukan lelang). Selain
itu, aturan yang dipakai terlalu umum, seperti Perka LKPP, dan tidak semua lokasi
memiliki peraturan bupati mengenai pengadaan barang dan jasa di kabupaten, sehingga
harga material di desa tetap lebih tinggi dibanding pada pengerjaan proyek sarana
prasarana desa sebelumnya. Hampir sebagian besar desa yang dikunjungi menyatakan
belum adanya pelatihan dan peningkatan kemampuan teknis bagi pendamping lokal
desa/kader teknis desa, bahkan banyak desa belum mempunyai kader teknis desa. Selain
itu, belum tersedia materi latih bagi peningkatan kemampuan PL desa/kader teknis desa
secara terprogram. Tapi, ditemukan juga inisiatif pembuatan panduan teknis sarana
prasarana desa.

C. Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan ada lima masalah serius yang dihadapi desa, yaitu:
(1) Mengacu kepada kondisi infrastruktur desa sebagai salah satu indikator yang
dikeluarkan oleh TNP2K-Bappenas untuk mengukur kemiskinan multidimensi di
wilayah desa, di tujuh desa yang dikunjungi, Indeks Kemiskinan Wilayah untuk
infrastruktur berada pada angka 42,5; di bawah angka rata-rata Indonesia 48,6.1
Ini menunjukkan bahwa kebutuhan pembangunan infrastruktur memang masih
akan menjadi prioritas. Namun, jenis infrastruktur yang dipilih untuk dibangun
belum tentu berdampak pada perbaikan dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar
dan peningkatan akses terhadap pelayanan dasar (misalnya air bersih, rumah, dan
irigasi);
(2) Rendahnya kualitas perencanaan pembangunan sarana prasarana desa dalam
RPJM Desa dan RKP Desa ditunjukkan dengan monotonnya kegiatan
pembangunan sarana prasarana desa dan rendahnya variasi jenis kegiatan;

184| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(3) Biaya rata-rata pembangunan sarana prasarana desa jauh lebih tinggi daripada
seharusnya karena mengacu kepada harga perkiraan sendiri (HPS) kabupaten; desa
tidak melakukan survei atau lelang barang dan jasa dan lebih sering melakukan
pembelian langsung. Prosedur pengadaan barang dan jasa untuk belanja APB Desa
perlu segera diperkuat melalui Perbup yang baik dan pedoman teknis setempat;
(4) Kompetensi teknis pendamping desa belum memadai, atau pembangunan sarana
prasarana dilakukan tanpa bimbingan dan pengawasan pendamping teknis desa,
kader teknis atau KPMD (kader pemberdayaan masyarakat desa), dan aparatur
desa terlatih. Pelatihan untuk aspek-aspek teknis sarana prasarana desa masih
minim. Akibatnya, kualitas teknis sarana prasarana yang dibangun kurang
memadai;
(5) Aspek pemeliharaan dan manfaat kurang maksimal karena sarana prasarana desa
yang dibangun bukan kebutuhan mendesak desa/warga desa.

D. Implikasi dan Rekomendasi


Implikasi kondisi saat ini tentu akan merugikan masyarakat desa secara keseluruhan,
karena penggunaan dana desa untuk pembangunan sarana prasarana desa tidak
menghasilkan manfaat optimal bagi mereka, baik secara sosial maupun ekonomi.
Dengan minimnya masukan dan rendahnya kemampuan pendamping desa atau
pedamping lokal desa, kualitas pembangunan sarana prasarana desa akan bergantung
pada kemauan dan kemampuan masingmasing desa.
Desa memiliki tingkat apresiasi yang rendah mengenai penempatan pendamping
desa karena masih minimnya kemampuan dasar teknis sarana prasarana desa yang
dimiliki. Beberapa desa cenderung menolak pendamping desa karena rendahnya
kapasitas mereka untuk memberikan dukungan terhadap rencana pembangunan desa.
Rekomendasi untuk pelaksanaan pembangunan sarana prasarana desa selanjutnya
meliputi:
(1) Peningkatan kapasitas pendamping teknis desa, kader teknis desa, dan aparatur
desa antara lain melalui pelatihan dasar teknis sarana prasarana desa, on-the-job
training, dan pelatihan penyegaran bagi pendamping desa;
(2) Penataan aturan pengadaan barang oleh pemerintah daerah kabupaten/kota agar
lebih mencerminkan harga riil di desa, bisa melalui Perbup atau penetapan Harga
Perkiraan Sendiri sebagai perhitungan barang dan jasa yang wajar per kecamatan
atau desa, untuk menjamin harga yang lebih rendah dan mutu yang lebih tinggi;
Advokasi dan fasilitasi penyediaan regulasi di daerah melalui DPRD kabupaten/ kota dan
pemerintah daerah untuk pengadaan barang dan jasa di desa yang dapat digunakan
oleh desa, dengan menekankan muatan pemberdayaan dan pelibatan masyarakat desa.
Desa juga memerlukan pedoman penyusunan harga satuan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 185


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Inovasi Pembangunan
2.2.2
Sarana Prasarana Desa

A. Pendahuluan
Inovasi adalah memperkenalkan ide baru, barang baru, pelayanan baru dan cara-cara
baru yang lebih bermanfaat. Amabile et al. (1996) mendefinisikan inovasi yang
hubungannya dengan kreativitas adalah Inovasi atau innovation berasal dari kata to
innovate yang mempunyai arti membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu
yang baru. Inovasi kadang pula diartikan sebagai penemuan, namun berbeda maknanya
dengan penemuan dalam arti
Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu
telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui. Sedangkan invensi adalah penemuan
yang benar-benar baru sebagai hasil kegiatan manusia. Anna Poejiadi (2001)
memberikan penjelasan: Secara harfiah “to discover” berarti membuka tutup. Artinya
sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada di dalamnya belum diketahui orang.
Sebagai contoh perubahan pandangan dari geosentrisme menjjadi heliosentrisme
dalam astronomi. Nicolaus Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun guna
melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan bahwa bumi berputar pada
porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, bahwa planet-planet
lain juga berputar mengelilingi matahari. Kesalahan besar yang ia lakukan bahwa ia yakin
semua planet (termasuk bumi dan bulan) mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran.
Penemuan ini menggugah Tycho Brahe melakukan pengamatan lebih teliti terhadap
gerakan planet. Data pengamatan kemudian membuat Johanes Kepler akhirnya mampu
merumuskan hukum gerak planet yang tepat. Penemuan ketiga tokoh tersebut
merupakan ”discovery”. Sedangkan invent yang dalam kamus didefinisikan sebagai
menciptakan sesuatu yang baru yang tidak pernah ada sebelumnya.
Kata kunci lainnya dalam pengertian inovasi adalah baru. Santoso S. Hamijoyo
dalam Cece Wijaya dkk (1992: 6) menjabarkan bahwa kata baru diartikan sebagai apa
saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima pembaharuan,
meskipun mungkin bukan baru lagi bagi orang lain. Akan tetapi, yang lebih penting dari
sifatnya yang baru adalah sifat kualitatif yang berbeda dari sebelumnya. Kualitatif berarti
bahwa inovasi itu memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan kembali dalam
bidang yang mendapat inovasi.

186| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Ada inovasi: pengetahuan, teknologi, ICT, ekonomi, pendidikan, sosial, dsb. Inovasi
dapat dikelompokkan pula atas inovasi besar dan inovasi kecil-kecil namun sangat
banyak. Inovasi itu tidak harus mahal. Inovasi itu dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan
saja, dimana saja. Kalau leluhur kita tidak inovatif, kita semuanya akan tetap tinggal di
gua-gua, dalam kegelapan, tanpa busana.
Inovasi dapat menjadi positif atau negatif. Inovasi positif didefinisikan sebagai
proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah mapan dengan memperkenal-
kan sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Inovasi negatif
menyebabkan pelanggan enggan untuk memakai produk tersebut karena tidak memiliki
nilai tambah, merusak cita rasa dan kepercayaan pelanggan hilang.

B. Inovasi Sarana Prasarana


Sarana prasarana merupakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan pembangunan
di desa yang mempunyai fungsi dan peran dalam pencapaian desa mandiri sesuai tujuan
pembangunan. Sarana prasarana desa dapat dikatakan sebagai semua komponen yang
secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pembangunan
untuk mencapai tujuan dalam pembangunan desa itu sendiri.
Dalam inovasi sarana prasarana, dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek fungsi
dan aspek nilai. Sedangkan bentuk inovasi sarana prasarana dibagi menjadi dua, yaitu
inovasi sarana layanan dasar dan inovasi sarana ekonomi. Sarana dasar seperti gedung
bangunan PAUD, Posyandu, Pengelolaan Air Bersih. Adapun sarana penunjang ekonomi
seperti Pasar, Irigasi, Terasiring, Tempat Pelelangan Ikan dll. Strategi penerapan inovasi
sendiri dapat dibagi menjadi
1. Melakukan analisis mengenai kebutuhan akan sarana prasarana sehingga tidak
terjadi pemborosan (analisis sarana prasarana yang dibangun memang menjadi
kebutuhan bukan keinginan)
2. Melakukan penyesuaian kebutuhan dalam pemakaian sarana prasarana tepat
guna
3. Memaksimalkan penggunaan sarana prasarana
4. Melakukan pelatihan ketika ada sarana prasarana baru sehingga dapat digunakan
secara cepat dan tepat

C. Inovasi Kemanfaatan Sarana Prasarana


Masyarakat dan pemerintah desa harus menyadari bahwa manfaat pembangunan
sarana prasarana tersebut bukanlah untuk kepentingan pemerintah pusat, provinsi, dan
kabupaten, tetapi untuk kepentingan masyarakat sendiri. Untuk memperoleh manfaat
optimal dari sarana prasarana, ada empat aspek yang perlu diperhatikan pemerintah
desa dan masyarakat dalam membangun desa.
1. Manfaat akan lebih banyak jika prasarana dipilih dengan baik oleh masyarakat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 187


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

secara umum dan terbuka.


a. Penentuan pembangunan prasarana dilakukan oleh masyarakat dan
pemerintah desa.
b. Penentuan pilihan pembangunan prasarana desa didasarkan pada
besarnya manfaat untuk masyarakat desa.
c. Prasarana yang dibangun akan membantu seluruh masyarakat desa,
terutama masyarakat miskin.
d. Prasarana yang dibangun harus bermanfaat langsung kepada
pengembangan ekonomi desa, peningkatan kualitas hidup, penambahan
kegiatan pendidikan, dan peningkatan kesehatan masyarakat.
2. Manfaat akan lebih banyak jika prasarana didesain dengan baik.
a. Dengan desain yang baik, manfaat prasarana akan lebih besar.
Penggunaannya pun lebih lancar.
b. Desain yang baik akan menjamin standar dasar, seperti penentuan
dimensi yang optimal, pemakaian bahan dengan tepat, dan unsur-unsur
yang lain.
c. Jika prasarana didesain dengan baik, biaya yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan lebih sedikit.
3. Manfaat akan lebih banyak jika prasarana dibangun dengan baik.
a. Jika masyarakat berkeinginan membangun dengan baik, mempunyai
keterampilan membangun, sering dilatih dan dibimbing, dan selalu
diberikan umpan balik yang tepat, hasil pembangunan prasarana akan baik.
Jika masyarakat tidak mampu, tidak berkeinginan membangun dengan baik,
dan tidak diberikan umpan balik, manfaatnya berkurang.
b. Prasarana yang dibangun dengan memperhatikan kualitas fisik yang baik
akan berfungsi dan bertahan lama sehingga bermanfaat dalam jangka
panjang. Jika dibangun dengan kualitas kurang baik, prasarana kurang
berfungsi dan tidak akan bertahan.
4. Manfaat akan lebih banyak jika prasarana dipelihara dengan baik.
a. Desa mempunyai tim pemeliharaan yang aktif melakukan pemeliharaan
sarana prasarana desa.
b. Dana pemeliharaan cukup tersedia, yang bersumber dari dana desa, iuran
warga,swakelola, atau sumbangan masyarakat.
c. Masyarakat desa harus terlibat dalam pemeliharaan sarana prasarana desa
supaya kualitas lebih baik.

188| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

D. Kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana Desa


Sistem pembangunan prasarana desa saat ini sudah berubah. Pada jaman dulu
kegiatan pembangunan prasarana kurang melibatkan masyarakat desa dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, maupun pemeliharaan. Dengan sistem yang
baru, masyarakat sangat terlibat dalam segala hal. Terdapat beberapa hal penting
dalam sistem pembangunan sarana prasarana desa, yaitu:
1. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian pelaksanaan, maupun
pemeliharaan harus melibatkan masyarakat desa.
a. Pada umumnya pembangunan prasarana tidak perlu menggunakan
kontraktor (pemborong). ltu karena prasarana dibangun dalam skala kecil
sehingga dapat dikerjakan oleh masyarakat desa.
b. Pihak yang terlibat langsung dalam pembangunan prasarana desa adalah:
 Kepala desa
 Aparat dan tim desa
 Masyarakat umum termasuk perempuan
 Masyarakat miskin.
c. Masyarakat miskin dapat ikut membangun prasarana desa, walaupun
belum tentu memiliki alat kerja. Alat kerja dapat dibelikan oleh tim desa
atau dapat dipinjamkan oleh masyarakat.
2. Pemilihan jenis prasarana desa yang akan dibangun tergantung pada rencana
kegiatan yang tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Desa, yang berlaku selama enam tahun. Rencana Kerja
Pembangunan Desa {RKP Desa) berlaku untuk satu tahun anggaran.
3. Jenis prasarana yang dapat dikerjakan oleh desa sebagai berikut.
a. Bantuan dari Subdirektorat Permukiman Desa, prasarana termasuk air
bersih, air minum, sanitasi, jalan permukiman, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, tempat pembuangan sampah, dan instalasi pengelolaan air
limbah {IPAL).
b. Bantuan dari Subdirektorat Transportasi Desa, prasarana termasuk
segala jenis jalan desa, segala jenis jembatan desa, tambatan perahu,
dan perlengkapan prasarana, termasuk gorong-gorong, tembok
penahan tanah, saluran pinggir jalan, bronjong kawat, sayap jembatan,
dan oprit jembatan. Mungkin pemecah gelombang (breakwater) dapat
membantu transportasi.
c. Bantuan dari Subdirektorat Pendukung Ekonomi Desa, prasarana
termasuk bantuan untuk produksi dan bantuan untuk pemasaran, berarti
termasuk bangunan untuk irigasi desa, embung, kepariwisataan desa,
perkebunan, rumah kaca, dan perikanan, serta pemasaran, termasuk
pasar desa, pasar hewan, dan tempat pelelangan ikan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 189


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

d. Bantuan dari Subdirektorat Elektrifikasi Desa, prasarana termasuk segala


macam elektrifikasi untuk masyarakat desa, di antaranya tenaga surya,
mikrohidro, tenaga angin, biomas, dan genset.
e. Bantuan dari Subdirektorat Telekomunikasi Desa, prasarana berkaitan
dengan komunikasi, melalui jaringan cellphone, internet, komputer, radio,
dan pembagian informasi.
4. Pembelian sarana desa termasuk banyak jenis barang. Contoh sarana desa
diantaranya kendaraan atau kapal untuk transportasi, traktor, komputer,
penggilingan beras, peralatan untuk kepariwisataan, dan lain-lain.
5. Pengadaan barang dan jasa mengikuti aturan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) atau Peraturan Bupati tentang Pengadaan
Barang dan Jasa. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. Masyarakat dapat mengumpulkan bahan lokal untuk membangun
prasarana jika kualitas bahan tersebut memenuhi kebutuhan teknis.
b. Desa dapat membeli bahan dan alat yang berkualltas serta menyewa
peralatan berat yang dibutuhkan, seperti mesin gilas atau molen.
c. Jumlah dan kualitas bahan serta alat yang sudah dibeli harus selalu
diperiksa. Mereka berhak menolak bahan yang tidak berkualitas.
d. Pelaksana kegiatan pembangunan di desa sebaiknya mengetahui cara-
cara "penipuan" yang biasa dilakukan pemasok. Dengan demikian, kerugian
dapat dihindari dan pembangunan prasarana tetap baik. Cara-cara
penipuan yang biasa dilakukan antara lain:
 Kendaraan tidak dipenuhi bahan sesuai ukuran dan jumlah yang
dipesan. Ada barang lainnya yang diletakkan di bawah bahan yang
dipesan. Dengan demikian, volume bahan yang diturunkan tidak
sesuai dengan tempat simpan barang di kendaraan.
 Kendaraan kadang-kadang pulang sebelum seluruh bahan diturunkan.
 Sopir kendaraan mungkin ingin memaksakan penerimaan oleh tim
desa.
 Bahan yang dikirim mungkin tidak sesuai dengan perjanjian sehingga
masyarakat desa harus mempunyai contoh bahan yang betul.
 Ukuran tempat barang di kendaraan terukur, tetapi kadang-kadang
tempatnya tidak terisi penuh.
 Wakil perusahaan pemasok sering mencoba menyusun batu agar
ada banyak lubang besar di kendaraan atau di tempat bahan di
pinggir jalan (yang sering disebutkan sebagai "rumah kambing").
6. Pembangunan prasarana desa melibatkan semua unsur masyarakat, bukan
orang tertentu saja. Masyarakat miskin juga diberi kesempatan kerja, kecuali
untuk pekerjaan yang memerlukan keterampilan khusus.

190| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

7. Harus ada penjelasan/penyuluhan dari narasumber kepada aparat desa dan


masyarakat desa sebelum pembangunan prasarana dimulai.
8. Transportasi bahan-bahan di desa mungkin dapat merusak prasarana yang ada,
termasuk jalan, jembatan, atau saluran, terutama pada musim hujan.
9. Selain dapat dibantu mengenai sumber informasi tentang pembuatan desain
dan pembangunan, desa dapat dibantu dengan pembimbingan, pelatihan, dan
supervisi. Desa dapat dibantu oleh:
a. Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(PPMD), serta Direktorat Jenderal lainnya di Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
b. instansi pemerintah pusat yang lain, terutama di bidang teknis
c. pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah kecamatan
d. lembaga swadaya masyarakat
e. pendamping desa dan tenaga ahli di kabupaten
10. Prinsip-prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas harus selalu
diterapkan dalam setiap tahapan kegiatan pembangunan. Dengan melaksana-
kan prinsip tersebut, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah desa akan
tercipta dan masyarakat desa merasa sangat dibantu.
a. Transparansi dimaksudkan agar masyarakat umum mengetahui informasi
kegiatan pembangunan di desa. lnformasi harus selalu diumumkan, seperti
melalui papan informasi dan pengumuman dalam pertemuan-pertemuan;
 Papan informasi mencantumkan rencana anggaran, anggota tim
desa, gambar desain, upah pekerja, dan harga bahan yang
dikumpulkan.
 Papan informasi diletakkan di tempat yang mudah dilihat oleh
seluruh masyarakat, dan data kemajuan pekerjaan sering diperbarui.
b. Partisipasi masyarakat berarti masyarakat pada umumnya, termasuk
perempuan dan masyarakat miskin, dapat terlibat sebagai pekerja,
pengawas, dan juga membantu sebagai pengambil keputusan.
c. Akuntabi litas berarti kepala desa dan tim yang terlibat dalam pekerjaan
selalu melaporkan keadaan dan hasil kegiatan kepada masyarakat umum,
termasuk penggunaan dana maupun penilaian kualitas fisik.
11. Prasarana yang telah dibangun perlu dimanfaatkan secara efektif dan jangka
panjang. Contohnya, jangan sampai truk yang terlalu berat merusak jalan atau
ada truk yang berbeban terlalu berat merusak jembatan.
12. Seluruh prasarana di desa perlu diperiksa dan dipelihara secara rutin, termasuk
prasarana yang sudah lama dibangun.
13. Perlu antisipasi untuk menghindari kerja sama atau kongkalikong pelaksana

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 191


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

dengan sopir atau pemasok.


14. Revisi desain dan RAB dapat terjadi dalam keadaan luar biasa, misalnya untuk
kenaikan harga semen sehingga harus merevisi RAB. Revisi juga mungkin
dilakukan apabila prasarana yang sedang dikerjakan terkena bencana alam
sehingga ada bagian yang harus dikerjakan ulang.

E. Contoh Kegiatan Inovasi dalam Pembangunan Sarana Prasarana Desa


1. Embung Diatas Awan

Terletak di kawasan perbukitan Batur Agung, Embung Sriten menjadi telaga


buatan tertinggi di Yogyakarta. Selain fungsi utamanya sebagai sumber pengairan kebun
buah, Embung Sriten juga menjadi magnet wisata baru di Gunungkidul. Sejak dulu
Kabupaten Gunung kidul identik dengan kawasan yang gersang dan tandus serta rawan
kekeringan. Hal ini dikarenakan kontur wilayahnya yang tersusun dari batuan karst atau
batuan kapur. Namun kini pandangan tersebut perlu diubah sebab Gunungkidul justru
menjadi kawasan yang menyajikan wahana wisata tirta paling beragam di Yogyakarta.
Argo Embung Batara Sriten atau yang dikenal dengan nama Embung Sriten adalah
salah satu obyek wisata tirta yang wajib Anda kunjungi saat datang ke Yogyakarta.
Telaga buatan yang terletak di puncak bukit ini menjadi embung tertinggi di Yogyakarta.

192| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Wisatawan yang berkunjung ke Embung Sriten pun akan dimanja dengan udara yang
sejuk dan panorama yang sangat indah.
Mata wisatawan tidak hanya disuguhi pemandangan telaga dengan latar awan
gemawan dan hutan yang menghijau. Dari tempat ini wisatawan juga bisa
menyaksikan Rawa Jombor serta Waduk Gajah Mungkur dari kejauhan. Tak hanya itu,
saat malam menjelang wisatawan yang berkemah di tempat ini bisa menyaksikan
keindahan lampu Kota Klaten dan Nglipar.
Dari ketinggian Embung Sriten, wisatawan juga bisa menyaksikan sunset maupun
sunrise tanpa terhalang pepohonan. Saat pagi menjelang, gumpalan kabut yang
melingkupi area di bawah embung serupa kue lapis berwarna hijau putih dan terlihat
sangat menyejukkan mata. Saat senja tiba, kilau cahaya keemasan yang menerpa
permukaan air menjadi pemandangan epic yang sayang dilewatkan. Selain menyajikan
wisata telaga buatan, Embung Sriten juga menjadi kebun buah kelengkeng, manggis,
durian, dan sirsak. Kedepannya di tempat ini akan dibangung landasan paralayang
berskala internasional.

2. Perpustakaan Diatas Bangunan IPAL


Pasuruan (Greeners)– Belasan siswa tampak asyik bercengkrama di sebuah perpustakaan
sederhana Desa Sumberdawesari, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Mereka ada yang serius membaca buku, sebagian lain memilih buku yang ada di rak dan
lainnya bermain penuh keceriaan. Sekilas tak ada yang istimewa dengan perpustakaan
berwarna biru langit tersebut selain antusiasnya anak-anak belajar dan bermain meski
hanya lesehan. Namun jika diperhatikan, bangunan mungil bernama “Perpustakaan
Berseri” itu ternyata dibangun di atas Instalasi Pengolaan Air Limbah (IPAL) Komunal.
“IPAL ini menampung limbah rumah tangga termasuk tinja lebih dari 100 kepala
keluarga di RT 4/RW 7. IPAL ini selesai dibangun pertengahan 2016,” kata salah seorang
pengelola Perpustakaan Berseri, Siti Maslukha, kepada Greeners di lokasi, Selasa
(01/08/2017).

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 193


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Foto: greeners.co/Muhajir Arifin

Siti Maslukha mengatakan bahwa Perpustakaan Berseri awalnya berada di salah


satu ruangan di Kantor Desa Semedusari. Namun karena kantor desa direnovasi, para
pegiat perpustakaan desa memindahkannya ke lokasi IPAL. “Sempat bingung mau
dipindah ke mana. Renovasi kan butuh waktu lama sementara perpustakaan ini sangat
dibutuhkan anak-anak. Tapi akhirnya diputuskan dibangun di IPAL ini,” terang
perempuan yang juga seorang guru sekolah dasar ini.
Berbekal uang pembinaan dari Pemerintah Kabupaten Pasuruan dan swadaya
warga desa, akhirnya dibangun perpustakaan berukuran 2 X 5 meter di lokasi IPAL.
Bangunan perpustakaan tersebut akhirnya berdiri menghabiskan anggaran Rp10 juta.
“Perpus desa kami pernah mendapat penghargaan dari Pemkab Pasuruan sebagai Juara
Harapan III lomba perpustakaan yang diadakan Dinas Perpustakaan dan Arsip. Dari uang
pembinaan dan swadaya, akhirnya kami bisa dirinya Perpustakaan Berseri ini,” katanya.
Seorang pengelola perpustakaan lainnya, Sutrisno, mengungkapkan saat ini
Perpustakaan Berseri memiliki sekitar 1.000 koleksi buku. Buku yang tersedia antara lain
buku fiksi, pertanian, agama, ekonomi, sains dan lain sebagainya. Banyak buku yang
disumbang oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. “Kami sempat berpikir perpustakaan
akan sepi karena pindah di atas IPAL, tapi ternyata semakin ramai. Anak-anak lebih
leluasa dan nyaman saat belajar dan bermain,” tutur Sutrisno.
Setiap hari perpustakaan ini didatangi belasan siswa baik SD maupun SMP bahkan SMA
bahkan anak-anak TK dan PAUD. Pembaca buku bisa mencapai 20 orang saat hari libur.
Pengelola tak memungut biaya bagi mereka yang membaca maupun menyewa buku.
Sutrisno menambahkan anak-anak tidak merasa jijik atau tidak nyaman meski
membaca buku dan bermain di atas IPAL. Diungkapkannya, konstruksi IPAL yang sangat
baik membuatnya merasa nyaman dan tak menimbulkan bau. Bahkan, sebulan sekali,

194| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

bangunan perpustakaan juga dimanfaatkan sebagai Posyandu. Dengan adanya


perpustakaan tersebut, warga setempat terdorong untuk merawat dan menjaga IPAL.
Selain agar sanitasi tetap baik, anak-anak juga tetap nyaman belajar.

3. Manfaat Lain Lapangan Olah Raga


Sebagai negara nan sedang berkembang, tentu banyak kebutuhan masyarakat nan
mesti diperhatikan pemerintah. Namun prioritas pembangunan tentunya harus lebih
mengutamakan kebutuhan nan bersifat fundamental dan mendesak. Seperti kebutuhan
terhadap pangan, sandang, papan, dan pendidikan. Salah satunyalapangan olahraga .
Lapangan olahraga, terutama lapangan sepak bola yang terdapat di berbagai
daerah menggunakan atau merupakan tanah milik kas desa atau pemerintah daerah.
Lapangan ini umumnya berbentuk tanah lapang beralaskan rumput alam dan hanya
berhias dua gawang serta tanpa pembatas tembok. Lapangan ini menjadi fasilitas publik
dimana semua orang berhak memanfaatkannya. Lapangan hijau buat olahraga
merupakan ruang publik yang wajib disediakan oleh pemerintah. Banyak kegunaan
dengan adanya ruang publik ini. Diantaranya, masyarakat bisa menyalurkan hobi dan
bakatnya. Tak sedikit pemain bola nasional berangkat dari kegemarannya bermain bola
di lapangan terbuka semacam ini. Bahkan tidak sedikit klub sepakbola nasional berawal
dari lapangan bola di kampung-kampung.
Lapangan berperan sebagai fungsi sosial dengan mempertemukan anggota
masyarakat di wilayah itu. Di lapangan inilah mereka bisa berkomunikasi, ngobrol,
bercanda, maupun membangun solidaritas sosial. Para penggemar bola, misalnya, juga
bisa menyalurkan kesenangannya itu dengan melihat orang-orang nan bermain bola di
lapangan itu. Lapangan olahraga juga berperan sebagai loka wisata dan rekreasi paling
murah dan kondusif bagi keluarga. Tak sedikit orang tua yang sering mengajak anak-
anak dan istrinya buat sekedar jalan-jalan atau refreshing di lapangan itu. Selain buat
fungsi olah raga dan sosial, keberadaan lapangan hijau ternyata juga krusial sebagai
penjaga ekuilibrium ekosistem lingkungan

Daftar Pustaka
Kompak. (2016). Buku Sarana Prasarana Desa. Jakarta: Kementerian Desa Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
http://www.referensimakalah.com/2013/01/pengertian-inovasi.html
http://www.njogja.co.id/gunungkidul/embung-sriten-pesona-telaga-di-atas-awan/
http://www.greeners.co/aksi/keren-perpustakaan-desa-dibangun-ipal-komunal/
http://hidupsehatkangmaman.blogspot.com/2014/12/5-kegunaan-lain-lapangan-
sepakbola.html

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 195


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

196| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Jenis Sarana Prasarana
2.2.2
Olahraga Desa

A. Olahraga Air
Beberapa jenis olahraga air, seperti olahraga renang sebagai salah satu olahraga
terpopuler di kategori olahraga air yang mudah dilakukan oleh masyarakat. Disamping
itu, masih banyak olahraga air lainnya, baik yang dilakukan di atas permukaan air
ataupun di bawah permukaan air. Berikut beberapa jenis olah raga air yang dapat
dikembangkan dalam pembangunan sarana prasarana olah raga Desa:

No. Jenis Olahraga Keterangan


1. Renang Renang bisa dilakukan di laut, sungai dan kolam,
beberapa gaya renang yang terkenal adalah gaya
bebas, gaya, punggung, gaya kupu-kupu dan gaya
dada.
2. Triatlon Olahraga ini tidak murni olahraga air, karena Triatlon
adalah olahraga yang biasanya kombinasi dari
renang bersepeda, dan lari.
3. Polo air Olahraga yang dimainkan secara beregu di air serta
saling berusaha mencetak gol ke gawang lawan
seperti halnya sepakbola, bedanya para pemain polo
air melakukannya dengan tangan
4. Renang indah Olahraga Renang jenis ini merupakan olahraga
gabungan dari renang, senam, dan balet yang
dilakukan di air.
5 Snorkeling Snorkeling adalah olahraga renang yang lakukan di
permukaan air (biasanya di laut) yang dilengkapi
dengan masker dan tabung pendek yang disebut
asnorkel.
6 Selam Sesuai dengan namanya, olahraga menyelam ini
dilakukan di bawah air.
7. Kano Olahraga dayung yang menggunakan perahu yang
permukaanya terbuka.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 197


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

No. Jenis Olahraga Keterangan


8. Kayak Olahraga dayung yang menggunakan perahu yang
permukaanya tertutup, biasanya bagian yang terbuka
digunakan untuk tempat duduk pengendaranya,
biasanya digunakan oleh satu atau dua orang.
9. Ski Air Olahraga ini merupakan olahraga air yang
pemainnya meluncur di atas air dengan
menggunakan papan yang ditarik dengan
perahu/motorboat.
10. Arung Jeram (Rafting) Olah raga yang mengarungi sungai berjeram,
dengan menggunakan perahu karet, kayak, kano dan
dayung dengan tujuan rekreasi atau ekspedisi.
11. Dayung Olahraga yang menggunakan dayung dan
berlangsung di atas sungai, danau, dan laut. Dalam
teknik mendayung dikenal dua macam kayuhan yaitu
dayung maju dan dayung mundur.
12. Layar Olahraga dengan mengunakan perahu layar dengan
mengandalkan tenaga angin.
13. Selancar Olahraga ini adalah olahraga yang memanfaatkan
Ombak laut yang dilakukan dengan menggunakan
sebilah papan sebagai alat untuk bermanuver di atas
ombak. Papan tersebut akan bergerak dengan
menggunakan tenaga arus ombak di bawahnya dan
arahnya dikemudikan seorang peselancar.

B. Olahraga Gunung
Selain olahraga yang dilakukan dengan memakai sarana lapangan dan air Gunung
merupakan tempat dimana orang melakukan aktifitas olahraga dan mungkin sangat
menantang bagi mereka yang senang melakukan aktifitas olahraga extrim, diantara
beberapara olahraga gunung yang sangat menantang antara lain:

1. Olahraga Sepedah Gunung


Sepeda gunung berbeda dengan bersepeda di jalan raya. Hal itulah yang membuat
komunitas sepedah gunung memilih rute pegunungan sebagai medan yang ampuh
mengusir stres ketimbang di jalan raya. Olahraga semacam ini membuat tangan, kaki
dan perut pecinta off-road adventure ikut bekerja. Sebab, dibutuhkan banyak otot dan
energi dalam mengayuh sepeda. Sehingga tubuh pun jadi segar dan bugar secara
keseluruhan. Selain itu, diperlukan kewaspadaan dan kehati-hatian jika mencoba
olahraga outdoor ini. Sebab, tidak sedikit rintangan yang bakal dilewati dengan segala
resikonya. Namun, dibalik resiko itu Goweser justru akan dimanjakan dengan
pemandangan indah di sekitar Pegunungan.

198| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Panjat Tebing
Istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu dari sekian banyak
olahraga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak
bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan
teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan
pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih
dari 45° dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu. Pada perkembangannya kegiatan
panjat tebing berevolusi menjadi berbagai dimensi kegiatan: olahraga yang mengejar
prestasi, petualangan yang mengejar kepuasan pribadi, dan sebagai kegiatan profesi
untuk mencari nafkah yaitu Kerja pada Ketinggian.

3. Layang Gantung
Layang gantung atau gantolle merupakan salah satu olahraga yang dilakukan dari atas
gunung dan sangat bergantung pada kecepatan angin. Kegiatan ini termasuk dalam
katagori olahraga rekreasi atau kompetitif yang berhubungan dekat dengan gliding,
tetapi menggunakan pesawat yang lebih sederhana yang kadangkala hanya terdiri
dari sayap kain yang berangka-metal, dengan pilot berada di sebuah harness yang
menggantung dari kerangka sayap dan melakukan kontrol dengan menggerakan badan
terhadap rangka yang berbentuk segitiga yang juga menempel di kerangka utama.
Eksperimen awal dengan penerbangan gliding dilakukan pada akhir abad ke-
19 oleh pioneer seperti Otto Lilienthal. Pesawat ini sekarang ini dikenal sebagai hang
glider.

4. Wingsuit flying
Wingsuit flying merupakan jenis olahraga yang berbeda dari terjun payung. Bisa dibilang
konsep olahraga ini adalah pengembangan inovasi dari terjun payung. Olahraga ini
mengharuskan atletnya melompat dari ketinggian sebelum terbang dengan
menggunakan wingsuit. Selain itu, atlet juga harus mengetahui medan dan kekuatan
hembusan angin sebelum terbang. Dalam melakukan olahraga tersebut diperlukan
keterampilan khusus, harus pelatihan terlebih dahulu untuk menjaga keselamatan.
Sebelum terbang dengan wingsuit, para atlet harus melalui beberapa tahapan pelatihan
untuk mematangkan skill dan kesiapan mental serta fisik.

C. Olahraga Menggunakan Sarana Lapangan


Semua cabang olahraga berinduk kepada Atletik, sementara dalam cabang atletik ini
sangat banyak sekali cabangnya diantaranya:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 199


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

1. Maraton
Marathon merupakan salah satu cabang dari olahraga Atletik nomor Lari pada Nomor
lari ini di bagi kedalam 4 macam cabang olahraga lari diantaranya adalah lari jarak
pendek, lari jarak menengah (Marathon), dan lari Estafet. keempat jenis lari ini memiliki
jarak tempuh yang berbeda beda dan yang memiliki jarak tempuh yang jauh dinamakan
lari jarak jauh atau sering disebut juga lari Marathon.

2. Lempar lembing
Lempar lembing merupakan salah satu cabang olahraga dalam atletik. Olahraga ini
dilakukan dengan melemparkan lembingdalam jarak tertentu. Untuk mencapai jarak
maksimum, atlet harus menyeimbangkan tiga hal, yaitu kecepatan, teknik dan kekuatan.

3. Sepak Bola
Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam
pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-
masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing
kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok tersebut juga
dinamakan kesebelasan.

200| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

4. Bola Voli
Bola voli merupakan jenis olahraga tim (olimpiade) di mana dua tim terdiri dari 6 pemain
aktif, tiap tim yang dipisahkan oleh net. Setiap tim mencoba untuk membuat poin
dengan cara menjatuhkan bola ke lapangan lawan yang diselenggarakan di bawah
aturan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 201


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

5. Tenis Lapangan
Tenis adalah salah satu cabang olahraga olimpiade dan dimainkan pada semua
tingkatan masyarakat di segala usia. Olahraga ini dapat dimainkan oleh siapa saja,
termasuk orang-orang yang menggunakan kursi roda. Permainan tenis modern berasal
dari Birmingham, Inggris pada akhir abad ke-19 sebagai "tenis lapangan rumput". Tenis
lapangan sebagai olahraga rekreasi yang populer di seluruh dunia. Empat kejuaraan
tenis terkemuka adalah Australia Terbuka yang dimainkan di lapangan keras, Perancis
Terbuka yang dimainkan di lapangan tanah liat, Wimbledon yang dimainkan di lapangan
rumput, dan AS Terbuka yang dimainkan juga di lapangan keras.

6. Bulu Tangkis
Permainan bulutangkis adalah permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan
dengan cara satu lawan satu atau dua lawan dua dengan menggunakan raket sebagai
alat pemukul dan kok sebagai objek pukul. Lapangan permainan berbentuk persegi
empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan
daerah permainan lawan. Tujuan utama permainan ini ialah mengumpulkan angka
hingga mencapai angka 21. pemain yang dapat mengumpulkan poin hingga 21 terlebih
dahulu maka dialah pemenangnya. Untuk memenangi permainan, setiap pemain harus
memiliki beberapa keterampilan dasar permainan bulutangkis. Berikut beberapa teknik
permainan bulutangkis yang harus dikuasai oleh setiap pemain bulutangkis.

202| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

7. Tenis Meja
Tenis Meja adalah salah satu jenis cabang olahraga yang populer di Dunia.Di indonesia
olahraga ini sudah tidak asing lagi. Olahraga ini dulunya sering disebut Ping-
pong. Permainan ini mulai dikenal mulai kenal oleh masyarakat sekitar tahun 1890.
kemudian mengalami pasang surut. Baru pada tahun 1920-an, permainan tennis meja
mulai berkembang lagi dengan munculnya klub-klub tennis meja di seluruh dunia,
terutama di Eropa. Di Indonesia Olahraga ini sudah cukup populer dikalangan
masyarakat.Berbagai event sudah banyak digelar baik dilevel perkampungan,regional
maupun nasional.Di level nasional olahraga ini selalu dipertandingkan dalam kejuaran
multievent sperti PON dan di level provinsi juga dipertandingkan pada PORPROV. Tetapi
banyak dikalangan masyarakat banyak yang asal-asalan dalam bermain tenis meja tanpa
mengetahui teknik dasar yang benar.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 203


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

8. Basker Ball
Bola basket adalah olahrga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan
masing – masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukan
bola ke dalam keranjang lawan. Bola basket sangat cocok untuk ditonton karena biasa
dimainkan di ruang olahraga tertutup dan hanya memerlukan lapang yang relatip kecil.
Bola basket mudah dipelajari karena bentuk bolanya yang besar, sehingga tidak
menyulitkan pamain ketika memantulkan atau melempar bola tersebut, Bola basket
merupakan salah satu olahraga yang paling digemari oleh penduduk Amerika Serikat
dan penduduk di belahan bumi lainnya , antara lain Amerika Selatan, Eropah Selatan ,
Lithuania , dan juga di Indonesia.

204| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
PB
Peluang Penyedia
2.3.1
Peningkatan Kapasitas
Perencanaan Sarana
Prasarana Desa

A. Latar Belakang
Kegiatan perencanaan teknis sarana prasarana secara substansi bermakna sebagai
media pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses bekerja
dan belajar masyarakat dalam merencanakan pembangunan lingkungan permukiman
diwilayahnya, khususnya dalam pengelolaan kegiatan perencanaan sarana prasarana
Desa. Sehingga hasil dari pembangunan ini akan mewujudkan lingkungan yang aman,
tertib, sehat, selaras dan lestari yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal. Seluruh
kegiatan sarana prasarana yang direncanakan atau akan dilaksanakan melalui Dana Desa
atau Alokasi Dana Desa harus dapat memberikan manfaat secara langsung dan sebesar-
besarnya bagi warga masyarakat khususnya kelompok miskin dan marjinal. Kegiatan
perencanaan teknis atau penyusunan DED diharapkan TPK atau masyarakat di damping
Pendamping Desa Teknik Infrastruktur (PD-TI) dan Kader Teknik dapat mengkoordinasi-
kan atau membentuk tim perencanaan teknis di tingkat Desa, dan tim ini berasal dari
unsur masyarakat yang memiliki keahlian di bidang perencanaan atau menunjuk pihak
lain yang memiliki keahlian dibidang perencanaan teknis baik individual maupun tim.
Proses dan tahapan perencanaan teknis atau penyusunan DED tetap mengacu pada
mekanisme tahapan perencanaan yang sudah diatur dalam Permendesa 114/2014
tentang Pedoman Pembangunan Desa.

B. Mekanisme Perencanaan Teknis


Secara umum, mekanisme perencanaan teknis mencakup dua tahapan pokok, yaitu; (a)
Persiapan dan (b) Perencanaan Teknis. Masing-masing tahapan tersebut secara rinci
dapat dilihat pada diagram alir perencanaan teknis kegiatan sarana prasarana, sebagai
berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 205


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Gambar Alur Mekanisme Perencanaan Teknis

206| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Secara rinci diagram alir perencanaan teknis sarana prasarana dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1. Tahapan Persiapan:
a. Memastikan kelengkapan dokumen PJM/Renta kegiatan sarana prasarana Desa
dan memastikan dokumen RTPLP yang sudah disepakati untuk kegiatan sarana
prasarana Desa;
b. Pembentukan/penunjukan tim perencanaan teknis atau penyusunan DED yang
dikoordinasikan oleh TPK;
c. Coaching atau konsolidasi langkah-langkah perencanaan atau penyusun DED dan
proposal kegiatan sarana prasarana yang akan dilaksanakan oleh masyarakat;
Materi utama coaching lebih difokuskan pada:
1. Penjelasan tentang perencanaan teknis pekerjaan yang akan dilaksanakan
yang meliputi:
 Informasi umum kegiatan, seperti Nama, Volume, Tujuan/Manfaat
proyek, Penerima Manfaat, dll;
 Status penyediaan lahan lokasi proyek dan perijinan pembangunan
yang diperlukan;
 Data hasil survei teknis; (d) Desain/Gambar dan Spesifikasi Teknis
pekerjaan;
 Rencana pengamanan dampak sosial dan lingkungan yang telah
disusun (kegiatan terlarang/list negatif dan daftar uji identifikasi dampak
lingkungan dan sosial);
 Daftar kuantitas pekerjaan, berikut rincian atau cara perhitungannya;
 Jadwal Induk Pekerjaan;
 Perkiraan atau pagu alokasi dana dan sumber dananya;
 Data hasil kesepakatan harga satuan upah, bahan, alat dan referensi
analisa harga satuan pekerjaan yang dipergunakan.
2. Penjelasan bentuk proposal, substansi dan tatacara penyusunan kegiatan
sarana prasarana Desa;
3. Pengorganisasian masyarakat atau kelompok untuk melaksanakan tugas
dan tanggunjawabnya dalam pembangunan sarana prasarana Desa;
4. Menyepakati kriteria penilaian kelayakan usulan kegiatan sarana prasarana
yang akan diajukan oleh masyarakat;
5. Menyepakati batas waktu penyampaian usulan kepada Pemerintah Desa
melalui Tim Perencana yang telah di bentuk;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 207


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Tahapan Perencanaan Teknis


Tahapan perencanaan teknis, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam tahapan
pelaksanaan perencanaan teknis, sebagai berikut:

a. Penyediaan Lahan
Penyediaan lahan diperlukan untuk kebutuhan pembangunan sarana prasarana,
tentunya diperlukan ketersediaan lahan (termasuk bangunan, tanaman produktif, aset
berharga lainnya yang terkena) sebagai lokasi pembangunannya. Sementara disisi lain,
tanah memiliki sifat yang terbatas dan keberadaannya dilindungi oleh hukum. Tidak ada
pihak manapun yang diperkenankan membangun tanpa seijin pemilik tanah karena
bukti kepemilikan diakui secara sah dalam hukum. Apabila, terjadi pelanggaran
(membangun diatas tanah tanpa seijin pemiliknya), maka pihak yang melakukan
pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itu,
dalam mekanisme perencanaan pembangunan Desa ketika Desa akan menyusun
rencana kegiatan sarana prasarana akan menempatkan kegiatan penyediaan lahan
untuk lokasi pelaksanaan sebagai bagian penting yang tak terpisahkan dari proses
pembangunan sarana prasarana tersebut. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat sejak
awal penyiapan kegiatan pembangunan sarana prasarana.

b. Survei dan Investigasi


Survei Teknis
Sebelum dilakukan penyusunan Desain bangunan maka terlebih dahulu harus dilakukan
survei teknis. Sasaran survei teknis ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi
kondisi awal lokasi pembangunan sarana prasarana yang sebenarnya. Jenis data dan
informasi yang diperlukan tergantung pada jenis sarana prasarana yang akan dibangun.
Seperti: kondisi fisik lokasi (luasan, batas-batas, topografi), kondisi tanah (keras/lunak),
keadaan air tanah, peruntukan lahan, rincian penggunaan lahan, perkerasan,
penghijauan, dan lain-lain. Data dan informasi tersebut selanjutnya akan dipergunakan
dalam menentukan desain atau rancangan dan gambar rencana sarana prasarana yang
akan dibangun. Pelaksanaan survei dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan
warga terutama yang terkena dampak langsung dari pembangunan sarana prasarana
tersebut. Oleh karena itu, sebelum melakukan survei, masyarakat yang akan terlibat
perlu dibekali dengan pemahaman teknik dan diorganisir oleh pendamping, terutama
mencakup:
1. Jadwal, Urutan kegiatan, cara pelaksanaan dan hasil survei yang akan diperoleh;
2. Cara penggunaan formulir survei dan cara penggunaan alat survei yang akan
digunakan;
3. Kebutuhan dan penyediaan peralatan dan instrumen yang dibutuhkan, seperti:
patok-patok, meteran, formulir suirvei, peta desa, dan lain-lain;

208| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Apabila jenis kegiatan yang akan disurvei cukup banyak maka sebaiknya
masyarakat membentuk beberapa tim kerja, sehingga proses survei dapat berlangsung
lebih efektif. Data atau informasi yang diperoleh dari hasil Survei dan pengukuran ini
harus dicatat dan disimpan atau diarsipkan. Perlu menjadi perhatian juga sebelum
melakukan survai untuk perencanaan, harus dilakukan konsultasi awal dengan
Pemerintah Desa. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan dukungan sekaligus
berkoordinasi dengan pihak terkait, sehingga pekerjaan perencanaan ini tidak akan
mendapatkan persoalan di kemudian hari. Dalam kegiatan survei teknis, sekaligus juga
membuat dokumentasi berupa photo awal (0%) pada lokasi yang akan dibangun. Jumlah
titik lokasi yang diambil fotonya disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis sarana
prasarana yang akan dibangun. Misalnya, Jalan, drainase, saluran irigasi/air bersih
perpipaan dapat diambil pada beberapa titik lokasi (awal, tengah dan ujung akhir atau
tempat lain yang dianggap penting), sedangkan untuk bangunan seperti MCK,
jembatan, air bersih non perpipaan, rehab perumahan atau fasilitas pendidikan dan
kesehatan cukup diambil dari sisi yang berbeda, yaitu sisi depan, samping atau
belakang). Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah pengambilan gambar
kondisi 0% ini, nantinya akan menjadi pengambilan gambar pada saat pelaksanaan
konstruksi, yaitu kondisi 50% dan 100%.
Selain survei teknis sarana prasarana juga perlu dilakukan survei ketersediaan
tenaga kerja, bahan, dan alat. Hal ini untuk membantu dalam pemilihan teknologi
konstruksi yang akan dipergunakan dimana sedapat mungkin menggunakan bahan
lokal yang berkualitas dan konstruksi yang mudah dilaksanakan oleh masyarakat atau
tenaga kerja setempat.

Survei Swadaya Masyarakat


Swadaya masyarakat merupakan salah satu sumber pembiayaan kegiatan sarana
prasarana. Oleh kareran itu, perencanaannya harus dilakukan dengan realistis, sehingga
bersama-sama dengan dana dari sumber dana bantuan (APBN/APBD/Swasta lainnya)
dapat diintegrasikan dan dihitung secara teliti dan realistis untuk membiayai
pelaksanaan pembangunan sarana prasarana. Sasaran dari survei dan investigasi
swadaya masyarakat untuk meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan (pembiayaan) sarana prasarana. Indikator keluarannya diantaranya diketahui
siapa dan apa saja bentuknya dan berapa besarnya swadaya yang akan diberikan oleh
masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan sarana prasarana. Jenis dan nilai dari swadaya
yang dikontribusikan oleh masyarakat pada dasarnya tidak dibatasi. Namun demikian
sesuai dengan kebijakan dan mekanisme program, maka komponen keswadayaan
masyarakat yang dapat diperhitungkan untuk kegiatan pembangunan prasarana
difokuskan pada komponen, yaitu: tenaga kerja, material bangunan, peralatan kerja,
administrasi proyek, dana tunai, konsumsi dan lahan lokasi sarana prasarana.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam survei keswadayaan masyarakat,
diantaranya:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 209


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

1. Bila ada sumbangan dari masyarakat dalam bentuk uang tunai sebaiknya langsung
diarahkan dalam bentuk bahan, alat, dan administrasi, sehingga tidak menyulitkan
pertanggungjawaban keuangan serta memudahkan proses perhitungan dalam
integrasi sumber dana dalam RAB nanti;
2. Swadaya tenaga kerja agar langsung diidentifikasi apakah sebagai tukang atau
pekerja dan dinyatakan dalam bentuk jumlah hari bekerja bukan dengan cara
mengurangi harga upahnya, sehingga dalam perhitungan anggaran pekerjaan
akan lebih mudah dengan menggunakan standar harga yang sama dengan upah
yang dibayarkan;
3. Lahan (Tanah,Tanaman Produktif dan asset lain yang terkena lokasi kegiatan),
disini tidak perlu disurvei lagi karena hal ini dapat langsung diperoleh dari hasil
perencanaan teknis (kegiatan penyediaan lahan).

Rembug atau Musyawarah Desa


Hasil Survei dan Investigasi swadaya masyarakat yang telah dilaksanakan sebelumnya,
selanjutnya harus disepakati bersama oleh warga pemanfaat melalui forum rembug atau
musyawarah warga. Hasil kesepakatan ini pada dasarnya merupakan komitmen awal
masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan wilayahnya, namun demikian
tidak menutup kemungkinan bahwa dalam proses pelaksanaan pembangunan sarana
prasarana, swadaya masyarakat ini dapat bertambah dari yang disepakati ini. Sasaran
kegiatan ini adalah untuk menyepakati rencana/target swadaya masyarakat yang akan
dikontribusikan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Selanjutnya hasil
Kesepakatan swadaya masyarakat dibuat dalam Berita Acara Kesepakatan Swadaya
Masyarakat. Rembug kesepakatan swadaya dapat dilaksanakan bersamaan dengan
rembug Kesepakatan harga satuan hasil survei dengan mengundang atau melibatkan
masyarakat khususnya keluarga miskin dan kelompok marjinal, Tim Teknis Pemda,
pemerintah kelurahan/desa setempat, tokoh masyarakat bersama-sama dengan warga
atau kelompok masyarakat. Dalam proses pelaksanaan rembug, Tim Survei
menyampaikan hasil survei swadaya yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan
pembahasan dan menyepakati kontribusi swadaya masyarakat secara bersama-sama.
Hasil Kesepakatan ini dituangkan dalam berita acara kesepakatan swadaya dengan
melampirkan Daftar nama-nama warga yang berswadaya termasuk jenis dan kuantitas
bentuk swadayanya.

Survei dan Kesepakatan Harga Satuan (Upah/Bahan/Alat)


Sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan dana
kegiatan maka harga-harga satuan upah, bahan, alat yang akan dipergunakan dalam
pelaksanaan kegiatan harus merupakan hasil survei sekurang-kurangnya dari 3 toko
atau pemasok setempat atau terdekat serta disepakati bersama melalui rembug warga.
Sebagai referensi data dan informasi harga satuan upah, bahan, alat untuk menyusun
RAB usulan pelaksanaan kegiatan sarana parasarana dapat menggunakan hasil rembug

210| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

kesepakatan harga yang diselenggarakan oleh UPL pada saat perencanaan teknis
sebelumnya. Meskipun demikian, kelompok pelaksana tetap harus melakukan survei
harga sekurang-kurangnya dari tiga took atau pemasok setempat/terdekat, kemudian
memilih harga terendah dan menyepakati secara bersama-sama dalam rembug warga.
Apabila seluruh harga satuan upah, bahan, alat terendah hasil survei adalah sama
dengan harga satuan terendah yang telah disepakati bersama dalam rembug warga
pada saat perencanaan teknis, maka kelompok pelaksana dapat langsung menggunakan
harga hasil kesepakatan tersebut tanpa perlu melakukan rembug kesepakatan harga
kembali dari hasil survei yang dilaksanakannya. Namun, jika terdapat satu atau lebih
harga satuan terendah yang berbeda maka harus dilakukan kesepakatan hasil survei dan
dibuat justifikasi atau alasannya secara logis dan realistis. Tatacara survei dan
kesepakatan harga satuan ini, secara rinci mengacu pada penjelasan tatacara survei dan
kesepakatan harga satuan yang dilakukan pada tahap perencanaan teknis sebagaimana
telah diuraikan dimuka.

Survei Calon Tenaga Kerja


Daftar calon tenaga kerja yang akan terlibat dalam pelaksanaan pembangunan sarana
prasarana yang dikelola oleh masyarakat diperoleh berdasarkan hasil survei calon
tenaga kerja. Tenaga kerja yang akan terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan
diprioritaskan dan diharapkan sebanyak mungkin dari masyarakat setempat, baik laki-
laki maupun perempuan. Kehadiran tenaga kerja dari luar lokasi (Desa) dibatasi, kecuali
bilamana dilokasi kelurahan tersebut tidak cukup tersedia tenaga kerja yang dibutuhkan.
Informasi ketersediaan tenaga kerja proyek sangat penting diketahui dalam
perencanaan pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana prasarana. Hal ini terutama
karena akan menjadi dasar pemilihan teknologi/metode kerja pelaksanaan
pembangunan fisik. Selain jumlah, kualifikasi tenaga kerja juga sangat penting diketahui
dari hasil survei, terutama untuk memperoleh kepastian apakah kegiatan pembangunan
dapat dilaksanakan oleh tenaga kerja yang ada dan dapat diselesaikan sesuai jadwal
yang telah ditetapkan program. Pengalaman atau keterampilan yang dimiliki calon
tenaga kerja (seperti mandor, ketua regu kerja, tukang dan pekerja) terutama guna
menjamin cara pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan secara benar sehingga dapat
memenuhi kualitas fisik yang baik. Sasarannya untuk memperoleh calon tenaga kerja
sesuai kualifikasi dan kebutuhan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Adapun indikator
keluarannya adalah diketahunya jumlah calon tenaga kerja sesuai kualifikasi dan
kebutuhan pekerjaan (swadaya maupun tenaga kerja yang akan dibayar). Apabila
kelompok pelaksana akan menggunakan peralatan berat dalam pelaksanaan
pekerjaannya maka selain calon tenaga kerja, pelaksana juga harus melakukan survei
dan menyampaikan daftar peralatan berat yang akan dipergunakan. Tatacara
pelaksanaan survey calon tenaga kerja sebagai berikut:
1. Calon tenaga kerja dari swadaya masyarakat pada prinsipnya mengacu pada
informasi swadaya tenaga kerja hasil dari kesepakatan Swadaya Masyarakat;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 211


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Bagi calon tenaga kerja yang akan mendapat upah maka Tim Survei secara
langsung mendatangi warga yang memiliki pengalaman/keterampilan yang sesuai
kebutuhan, kemudiaan menanyakan kesediaannya untuk menjadi tenaga kerja;
3. Waktu pelaksanaan survei tenaga kerja ini dapat dilakukan bersamaan dengan
kegiatan survei swadaya dan survei harga satuan, khususnya terkait informasi
tenaga kerja;
4. Data dan informasi yang perlu dicatat survei dari calon tenaga kerja meliputi:
nama, jenis kelamin, status kemampuan ekonomi saat ini (mampu, kurang mampu
atau miskin), umur, alamat dan tandatangan persetujuaannya.

c. Penyusunan Desain Teknis


Penyusunan desain teknis sarana prasarana berupa pembuatan desain, gambar dan
spesifikasi teknis sebagai persyaratan utama usulan kegiatan sarana prasarana yang
akan dibangun dengan maksud terpenuhinya mutu atau manfaat bangunan tersebut
sebagaimana yang dikehendaki. Oleh karena itu, siapapun yang akan membangun
sarana prasarana di Desa, perlu menentukan syarat penggunaan yang dibutuhkan sesuai
dengan karakteristik sarana prasarana tersebut. Membuat desain, spesifikasi dan gambar
perencanaan teknik, secara sederhana dapat dijelaskan sebagai upaya untuk
menentukan persyaratan bangunan yang diinginkan agar bangunan dapat berfungsi
baik, menjamin keselamatan (keamanan/kekuatan termasuk kenyamanan) dan
kesehatan masyarakat penggunanya.
Dalam praktek pengelolaan sarana prasarana, lazimnya pernyataan-pernyataan
tentang mutu bangunan dituangkan secara tertulis dan dalam proses penyusunannya
diawali dari proses Desain/perancangan, Gambar-gambar dan Spesifikasi Teknis,
kemudian diuraikan juga secara terbatas dalam Daftar Kuantitas (jenis pekerjaan dan
volumenya), RAB (jenis pekerjaan dan volume yang diperhitungkan/ dibiayai) dan Surat
Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan seperti SPPD-L/SPPB. Kemudian pada tahap
pelaksanaan pembangunannya, semua dokumen tersebut menjadi satu kesatuan yang
tak terpisahkan sebagai pedoman mewujudkan mutu bangunan. Selain itu, mengingat
bahwa wujud bangunan sebagai tujuan bersama masih merupakan sesuatu yang akan
datang atau masih bersifat belum nyata maka dokumen-dokumen tersebut sangatlah
penting keberadaanya sejak awal hingga akhir proyek. Sasarannya untuk menentukan
persyaratan mutu sesuai kriteria dan persyaratan teknis bangunan. Adapun indikator
keluarannya:
1. Diketahuinya tingkat pelayanan sarana prasarana (siapa/apa dan berapa banyak
yang menggunakannya) sesuai kebutuhan, termasuk mengetahui apakah ada
keterkaitan kesatuan fungsi pelayanan dengan sarana prasarana Desa lainnya;
2. Diketahuinya kelengkapan sistem atau komponen bangunan sesuai standar teknis
bangunan tersebut;
3. Adanya perhitungan dimensi konstruksi sesuai tingkat pelayanan (bila perlu),
termasuk bila kondisi tanah dasar jelek;

212| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

4. Diketahuinya tataletak (termasuk keadaan sekitar) dimana bangunan akan dibuat


sesuai kebutuhan;
5. Diketahuinya ukuran bagian konstruksi secara detail, seperti tebal plesteran;
ukuran daun pintu, ukuran balok atau kolom, ukuran papan lantai jembatan, tebal
plat beton jembatan atau gorong-gorong, dinding pasangan ½ bata/Batako,
sesuai persyaratan teknis bangunan;
6. Diketahuinya ukuran pokok bangunan (panjang, tinggi, kedalaman, lebar
diameter), termasuk bangunan pelengkap sesuai persyaratan teknis bangunan
(bila ada);
7. Diketahuinya bidang-bidang mana yang terletak dimuka, samping kiri/kanan dan
belakang bangunan sesuai persyaratan teknis bangunan;
8. Diketahuinya perbandingan campuran yang digunakan, misalnya plesteran
campuran 1 semen: 4 pasir; pondasi pasangan batu kali camp. 1: 4, beton
bertulang campuran 1 semen: 3 pasir : 5 kerili, atau pasangan bata atau batako
campuran 1 semen : 5 pasir sesuai persyaratan teknis bangunan;
9. Diketahuinya jenis bahan yang digunakan, misalnya kuda-kuda, gelagar, lantai
kayu kelas II, atap seng atau genteng beton, dan lain-lain.
Desain, berdasarkan hasil survei kondisi lapangan dimana bangunan akan dibuat dan
persyaratan desain yang telah ditetapkan, maka dipilih alternatif desain sarana prasarana
Desa yang sesuai. Dalam pemilihan desain harus mempertimbangkan kemungkinan
dampak lingkungan yang timbul akibat dari pelaksanaan pekerjaan nanti. Bila bangunan
yang dikehendaki cukup kompleks atau kondisi tanah jelek, maka hendaknya dibuat
perhitungan konstruksi untuk memperoleh ukuran atau komposisi konstruksi guna
menjamin keamanan bangunan. Hasil Desain ini kemudian dituangkan dalam gambar
teknik atau gambar perencanaan.
Spesifikasi Teknis, dibuat untuk memberikan informasi lebih lengkap tentang
persyaratan teknis dan ketentuan pelaksanaan pekerjaan bangunan yang ingin
diwujudkan. Secara garis besar spesifikasi teknis merupakan dokumen persyaratan
teknis atau standar bangunan berisi: uraian penjelasan dari tiap jenis pekerjaan (lingkup
kegiatan), komposisi campuran, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan
terkait yang harus diikuti, metode pelaksanaan, cara pengukuran pekerjaan, dan lain-
lain).
Gambar berdasarkan desain/sketsa hasil perhitungan dan spesifikasi teknis ini, lalu
dibuat gambar-gambar teknis bangunan dimana sering gambar tersebut dicantumkan
juga hal-hal penting berkenaan dengan mutu sarana prasarana tersebut. Terdapat
beberapa jenis gambar rencana yang dibuat pada tahap ini, yaitu:
1. Gambar Peta Lokasi, untuk mengetahui lokasi dimana bangunan akan dibangun;
2. Gambar Situasi, untuk mengetahui tataletak termasuk mana awal dan akhir
pekerjaan atau menjelaskan keadaan sekitar dimana bangunan akan dibuat;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 213


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

3. Gambar Denah, untuk mengetahui (membaca) ukuran pokok (panjang dan lebar)
bangunan termasuk bangunan pelengkap (bila ada);
4. Gambar Pandangan atau Tampak, untuk mengetahui bidang mana yang terletak
dimuka, samping kiri/kanan dan belakang bangunan;
5. Gambar Penampang/Potongan, biasanya gambar ini dibuat dalam dua arah
(memanjang dan melintang). Dari gambar ini dapat diketahui ukuran tinggi, lebar
bangunan atau bagian bangunan. Selain itu, pada gambar ini juga dicantumkan
spesifikasi teknis tiap konstruksi, seperti perbandingan campuran yang digunakan
(misalnya plesteran campuran 1 semen : 4 pasir), jenis bahan yang digunakan
(misalnya kayu kelas II, atap genteng beton). Agar lebih memahami hubungan
bagian struktur yang dianggap sangat penting maka perlu dibuat gambar lebih
detail dari gambar potongan, seperti detail sambungan kuda-kuda, detail
sambungan balok atau kolom, detail pondasi, detail kusen pintu atau jendela, dan
lain-lain.
6. Khusus untuk bangunan yang mempunyai bentuk sama seluruhnya atau sebagian
dapat menggunakan gambar typikal/prototype.
Semua desain atau gambar teknis dan spesifikasi teknis yang dibuat harus
diverifikasi kelayakannya oleh tim verifikasi teknis yang dibentuk, yaitu dari unsur TPK,
Pendamping (PD-TI) dan dikonsultasikan kepada unit atau Tim Teknis di tingkat
Kabupaten/Kota (Dinas PU setempat). Hasil verifikasi sekurang-kurangnya harus
memberikan jaminan bahwa rencana sarana prasarana yang akan dibangun bermanfaat
bagi warga miskin, rencana teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat
berfungsi optimal, menjamin keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan kesehatan
warga pengguna, tidak menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-
budaya setempat serta mudah dan aman diakses oleh masyarakat atau kelompok
pemanfaat. Kriteria desain untuk setiap jenis sarana prasarana yang direncanakan harus
mengacu pada kriteria desain standar yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan
Umum atau instansi teknis terkait lainnya.
Kegiatan perencanaan teknis atau penyusunan DED kegiatan sarana prasarana
Desa pada dasarnya terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu:

Tabel Komponen Perencanaan Kegiatan Sarana Prasarana

No Komponen Subkomponen
1. Gambar Rencana Gambar Denah Situasi (Site Plan)
Gambar Tampak
Gambar Potongan (melintang dan memanjang)
Gambar Detail Potongan
2. RKS Uraian Umum Pekerjaan
Ketentuan Ukuran
Lingkup Pekerjaan
Persyaratan Bahan

214| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

No Komponen Subkomponen
Persyaratan Pelaksanaan
3. Dokumen Lain Penyediaan lokasi sarana prasarana/infrastruktur
Perijinan terkait pelaksanaan
pembangunan yang diperlukan (bila ada)
Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards)

d. Menentukan Lingkup Pekerjaan Konstruksi


Lingkup pekerjaan sarana prasarana Desa adalah keseluruhan pekerjaan atau kegiatan
konstruksi yang harus dilakukan untuk menghasilkan bangunan sarana prasarana yang
memenuhi persyaratan mutu sesuai standar teknis konstruksi jenis sarana prasarana
yang telah ditetapkan. Kemudian dari setiap pekerjaan tersebut perlu diketahui
volumenya, metode pelaksanaannya dan urutan pelaksanaannya.

1. Mengidentifikasi Jenis-Jenis Pekerjaan Konstruksi


Menentukan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan sarana prasarana,
maka secara teknis harus ada gambar perencanaan, minimal gambar tampak, denah,
potongan (memanjang, melintang) dan gambar detail konstruksi dari sarana prasarana
yang akan dibangun, termasuk spesifikasi teknisnya. Berdasarkan gambar teknis tersebut
dapat diketahui kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan untuk membangun
sarana prasarana tersebut sampai selesai. Pada tahap ini perlu diketahui lingkup
kegiatan dari setiap jenis pekerjaan, satuan pengukurannya, batasan atau syarat teknis
kekuatannya, seperti komposisi campuran, dimensi, persyaratan material dan peralatan,
peraturan terkait yang harus diikuti dalam pelaksanaannya.
Beberapa catatan penting yang pelu diperhatian ketika menentukan jenis-jenis
pekerjaan konstruksi sarana prasarana, diantaranya:
(1) Hasil identifikasi jenis-jenis pekerjaan konstruksi akan dijadikan acuan dalam
penyusunan biaya kegiatan, maka perlu dipahami cakupan lingkup kegiatan
didalam setiap jenis pekerjaan tersebut, sehingga tidak terjadi pengulangan atau
tumpang tindih pembiayaan. Misalnya pekerjaan galian tanah, pekerjaan galian
tanah ini mencakup aktivitas dan biaya sarana prasarana: membersihkan lokasi
pekerjaan, memasang patok/bouwplank, mendatangkan tenaga kerja/peralatan
kerja, melaksanakan penggalian tanah sesuai ukuran yang ditetapkan pada
gambar, membuang tanah bekas galian dan pengamanan pekerjaan. Dalam daftar
Hasil Identifikasi Pekerjaan seharusnya tidak ada item pekerjaan tersendiri untuk
pembuangan tanah bekas galian tetapi kegiatan tersebut telah diperhitungkan
pada pembiayaan pekerjaan galian tanah (tidak akan terjadi tumpang tindih
pembiayaan);
(2) Berdasarkan pengalaman pekerjaan yang dilaksanakan oleh masyarakat di
beberapa program yang telah digulirkan, banyak dijumpai tidak dilakukan dan
tidak ada pekerjaan pembersihan lapangan dalam daftar kuantitas pekerjaan, oleh

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 215


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

karena itu pada tahap identifikasi ini perlu menjadi perhatian agar identifikasi
pekerjaan dilakukan secara lengkap agar dapat diketahui dan dilaksanakan oleh
masyarakat. Terkait dengan pembiayaannya nanti, masyarakat diharapkan dapat
berkontribusi melalui gotong-royong;
(3) Beberapa pekerjaan persiapan yang lazim dilakukan oleh kontraktor proyek (pihak
ketiga), perlu juga dipertimbangkan ketika pekerjaan tersebut akan dilakukan oleh
masyarakat setempat. Misalnya pengadaan kantor (direksi keet), gudang, barak
tenaga kerja, dll. Hal seperti ini mungkin tidak diperlukan secara khusus atau dapat
disediakan melalui swadaya masyarakat (mengoptimalkan sumberdaya
dimasyarakat setempat).

2. Menentukan Volume Jenis Pekerjaan


Volume pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah banyaknya pekerjaan yang harus
dibuat (rencana) menurut satuan pengukuran pekerjaannya. Data yang diperlukan
adalah Daftar Pekerjaan yang telah diidentifikasi dan gambar rencana (untuk
mengetahui dimensi/ukuran pekerjaan). Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah
diidentifikasi sebelumnya maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan volume setiap
pekerjaan, sebagai berikut:
(1) Siapkan daftar pekerjaan dan gambar rencana untuk mengetahui ukuran dari
pekerjaan (panjang, lebar, tinggi atau tebal);
(2) Agar diperoleh ketelitian dan memudahkan perhitungan volume pekerjaan, maka
sebaiknya perhitungan dilakukan per item sesuai urutan pekerjaan pada daftar
pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya. Karena Perhitungan Volume Pekerjaan
tersebut akan menjadi acuan pada perhitungan biaya dan pelaksanaan
pembangunan prasarana maka perhitungan volumenya harus cukup teliti,
sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami.
(3) Buat rekapitulasi daftar volume seluruh pekerjaan. Setelah seluruh jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan selesai dihitung volumenya, buatlah daftar rekapitulasi
kuantitas berupa tabel yang memuat volume dan satuan tiap jenis pekerjaan
secara keseluruhan kegiatan sarana prasarana.

3. Menentukan Metode Pelaksanaan Pekerjaan


Metode kerja adalah cara yang digunakan dalam setiap kegiatan sarana prasarana yang
akan dilaksanakan terkait teknologi yang akan digunakan, tenaga kerja (manual) atau
dengan peralatan (mekanis) atau kombinasi dari keduanya. Dalam menentukan metode
kerja, diperlukan data dari hasil survei tentang ketersediaan tenaga kerja atau peralatan
yang tersedia, kondisi lokasi pekerjaan, cara manual atau mekanis, termasuk kondisi jalan
kerja dan ketersediaannya dari dan ke lokasi yang memungkinkan penggunaan
peralatan berat. Selain itu, harus dipertimbangkan seberapa besar rencana volume
pekerjaan yang harus dibuat dengan metode yang dipilih, dikaitkan dengan waktu yang

216| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

tersedia, sehingga pemilihan metode kerja ini betul-betul dapat mendorong upaya
pencapaian kualitas yang baik dan kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu yang
tersedia.
Penentuan metode kerja lebih difokuskan pada bagaimana masyarakat
memperoleh dasar untuk memahami cara menghitung biaya pekerjaan yang dibutuhkan
untuk melaksanakan setiap pekerjaan. Sehingga hal ini diharapkan akan membantu
masyarakat dalam menghitung volume kebutuhan tiap pekerjaan (khususnya tenaga
kerja dan alat) karena akan memudahkan dalam menentukan jenis analisa harga satuan
setiap pekerjaan (sebagai referensi ”koefisien” perhitungan volume kebutuhan tiap
pekerjaan). Misalnya pekerjaan menuntut penyediaan peralatan berat (seperti mesin
gilas), maka harus mengacu pada analisis pekerjaan jalan atau jembatan (analisis K/E).
Namun, bila menggunakan tenaga kerja, maka cukup dengan analisis pekerjaan yang
biasa dipergunakan untuk pekerjaan bangunan, seperti SNI atau BOW.

4. Menentukan Urutan Pekerjaan Konstruksi


Kegiatan pelaksanaan sarana prasarana Desa merupakan kegiatan yang dilaksanakan
secara sistematis (berurut-urutan) untuk menghasikan bangunan atau sarana prasarana
yang berkualitas dan tahan lama. Urutan atau susunan kegiatan pelaksanaan sarana
prasarana dibuat berdasarkan urut-urutan (logika) pelaksanaan kegiatan dilapangan.
Acuannya selain urutan logika konstruksi bangunan juga mempertimbangkan metode
kerja yang dipergunakan (khususnya bila ada penggunaan peralatan berat).

B. Desain dan Rencana Anggaran Biaya


Menurut pandangan banyak orang, produk utama dari Kader Teknik adalah gambar
desain serta perhitungan kebutuhan bahan, tenaga, peralatan, dan biaya. Tetapi
kebutuhan untuk program pemberdayaan masyarakat tidak sama dengan kebutuhan di
pekerjaan yang diborongkan kepada kontraktor atau perusahaan swasta. Yang dibuat
hanya sesuai dengan kebutuhan saja.
Gambar desain yang dibutuhkan adalah gambar yang dapat dipegang oleh
masyarakat sebagai dasar konstruksi dan gambar yang merupakan dasar perhitungan
volume. Gambar sendiri boleh merupakan sketsa—tidak perlu gambar yang dihasilkan
dengan menggunakan program CAD di komputer. Akan tetapi gambar tersebut harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Mudah dibaca dan dimengerti
2. Spesifikasi teknis lengkap dan jelas
3. Dimensi lengkap dan jelas
4. Lokasi semua bagian desain jelas
5. Dilengkapi gambar detail
6. Konsekuen dengan volume bahan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 217


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

7. Lengkap dengan take-off sheet yang diperlukan


 Dasar perhitungan volume pekerjaan tanah dan profil
 Khusus jalan, lengkap dengan SAP, VAP, dan MAP
 Perhitungan kekuatan dan stabilitas
 Dasar perhitungan volume bahan yang lain, termasuk faktor loss
Tidak ada banyak standar teknis khusus untuk program pemberdayaan
masyarakat. Ada standar produktivitas, tetapi boleh menggunakan angka lain bila
dianggap lebih sesuai. Disarankan menggunakan desain standar dari Kementerian
Pekerjaan Umum bila belum mempunyai cara yang lain. Hal yang paling pokok adalah
perhitungan dan standar yang wajar, aman dipakai, relevan untuk pekerjaan langsung
oleh masyarakat, dan memenuhi kaidah teknis. Masalah kekuatan gelagar jembatan,
kekuatan fondasi, stabilitas tembok, besarnya saluran drainase atau irigasi, kebutuhan
air, kekuatan beton bertulang, banyaknya tulangan besi, besarnya pipa air, besarnya
gorong-gorong, dan lain sebagainya menggunakan rumus dari ilmu sipil teknis. Untuk
sebagian disiapkan panduan teknis dari program atau dari program lain sejenis, atau
dapat diambil dari buku referensi Pekerjaan Umum atau standar umum yang berlaku
dala bidang sarana prasarana. Tersedia banyak desain yang dapat digunakan sebagai
contoh atau referensi, termasuk yang diberikan pada saat pelatihan. TAPM tingkat
Kabupaten/Kota. atau teman-teman spesialis juga merupakan narasumber untuk hal-hal
seperti ini.
Rencana anggaran biaya disiapkan dengan menggunakan blangko standar.
Volume yang digunakan untuk setiap RAB harus berdasarkan gambar desain dan take-
off sheet yang disiapkan, dan sudah termasuk faktor loss yang wajar. Harga satuan
didasarkan hasil survei harga yang dilakukan oleh tim desa. Satu kegiatan bisa terdiri
dari beberapa RAB untuk memudahkan pertanggungjawaban, Misalnya ada RAB untuk
jalan, RAB untuk tembok penahan tanah, RAB untuk tiap ukuran atau jenis gorong-
gorong. Pada RAB harus jelas porsi yang akan menggunakan dana atau bahan
sumbangan dari masyarakat supaya jelas dan tidak ada duplikasi.
Pekerjaan sarana prasarana dilakukan secara padat karya, dengan menggunakan
sistem pembayaran tenaga kerja secara harian atau secara upah borong. Tetapi ada
sebagian pekerjaan yang mungkin diborongkan, terutama bila menggunakan alat berat
seperti bulldozer, excavator, mesin pengebor sumur dalam, dan mesin gilas. Kecuali
untuk mesin gilas untuk pemadatan permukaan jalan atau molen untuk mengadukan
beton, penggunaan alat berat harus dengan mengisi format penggunaan alat berat. Hal
ini untuk menjamin bahwa pekerjaan tersebut wajar untuk dikerjakan oleh mesin,
dengan analisis kebutuhan waktu. Perhitungan untuk mesin gilas dan molen
dicantumkan di take-off sheet, tetapi tidak perlu menggunakan format alat berat.
Penggunaan mesin gilas dan molen selalu dianggap wajar demi kualitas prasarana, dan
metode padat karya jelas kalah kualitasnya.
Salah satu isu dalam pembangunan sarana prasarana Desa menyangkut dampak
terhadap lingkungan alam atau lingkungan hidup. Sarana prasarana yang tidak didesain

218| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

dan dilaksanakan dengan hati-hati bisa saja menimbulkan dampak lingkungan negatif
yang cukup berarti. Orang yang membuat desain harus mampu mengantisipasi masalah
dampak lingkungan. Melaporkan empat macam dampak negatif yang dianggap bisa
muncul di lapangan. Dua masalah yang dianggap paling serius dampaknya, walaupun
cukup tipis kemungkinan terjadi. Sedangkan dua masalah lain, yaitu masalah yang
hampir pasti akan timbul, walaupun dampaknya tidak serius. Dari keempat masalah
tersebut, perancang desain harus mencantumkan upaya yang akan dilakukan untuk
mencegah dampak negatif atau untuk mengecilkan dampaknya. Dokumen ini diperiksa
sebagai bagian dari desain, dan dapat diperiksa di lapangan untuk menjamin bahwa
tindakan yang direkomendasi memang dilaksanakan.
Di atas disebutkan bahwa rata-rata orang melihat Kader Teknik sebagai perancang
desain, tetapi walaupun sering betul, diharapkan orang desa akan mampu membuat
desain sesuai dengan kemampuannya. Dari awal, porsi yang dapat dikerjakan oleh
masyarakat akan dikerjakan oleh masyarakat, dan semakin lama semakin besar porsinya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 219


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

220| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
PB
Peluang Penyedia
2.3.2
Peningkatan Kapasitas
Pelaksanaan Pembangunan
Sarana Prasarana Desa

A. Persiapan pelaksanaan
Ada kegiatan yang harus dilakukan di Desa sebelum pelaksanaan dapat dimulai. Pertama
harus melakukan pelatihan kepada tim-tim yang ada di desa. Pelatihan dilakukan
biasanya oleh Kader Teknik, yang bertanggung jawab untuk manajemen konstruksi.
Pelatihan dapat dilakukan dengan banyak cara, termasuk memanggil semua anggota
pelaksana desa untuk pelatihan khusus. Topik yang diberikan termasuk segala hal
tentang administrasi desa: rencana penggunaan dana, pembukuan dan bukti
pengeluaran, pengadaan bahan dan alat, penerimaan bahan, dan pelaporan.
Tim Desa bertanggung jawab atas pembuatan jadwal kegiatan di desanya. Hal ini
perlu sinkronisasi dengan desa lain. Jadwal dibuat dan dikoreksi dengan bantuan Kader
Teknik. Tim Desa bertanggung jawab atas pendaftaran tenaga kerja. Orang yang mau
ikut bekerja dalam kegiatan pembangunan prasarana harus terdaftar terlebih dahulu
dengan menggunakan Format Daftar Kebutuhan Tenga Kerja yang telah disediakan.
Pada format ini disebut jenis kelamin, alamat, apakah orangnya merupakan pemuda atau
pemudi, dan apakah termasuk dalam rumah tangga miskin. Penggunaan format ini akan
memudahkan penghitungan jumlah angkatan kerja di laporan. Orang boleh
mendaftarkan diri sampai dengan kegiatan selesai. Pendamping menjaga agar
pendaftaran dilakukan dengan baik, terutama kesempatan kerja diberikan kepada
kelompok sasaran, yaitu rumah tangga miskin.
Gunakan sistem trial—Sistem trial adalah cara yang dapat digunakan untuk
melatih masyarakat sambil meningkatkan kualitas konstruksi. Dalam pelaksanaan sistem
trial contoh harus betul-betul dibuat dengan kualitas yang memenuhi segala
persyaratan teknis, karena contoh merupakan batas maksimal kualitas yang akan dikejar
oleh masyarakat. Sistem trial terdiri dari tiga langkah:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 221


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

1. “Contoh” dibuat bersama Pendamping (PD-TI) atau fasilitator. Orang yang ikut
membuat contoh adalah tokoh masyarakat (TPK, Kepala Kelompok, Kader Teknik
kepala dusun, tim pemantau, dan hanya beberapa masyarakat biasa). Pendamping
ikut bekerja, dan memberi instruksi kepada pekerja untuk melakukan trial
pembuatan jalan dengan panjang bagian contoh cukup 10 - 20 meter saja;
2. Trial, atau percobaan oleh masyarakat di bawah pimpinan orang yang membuat
contoh di atas.Setelah trial selesai (Misalnya, sekitar 100 meter jalan), kualitas
dinilai. Jika kualitas masih kurang baik, harus dilatih lagi dan diperiksa lagi.
3. Jika kualitas telah baik, berarti masyarakat sudah mampu mengerjakannya dengan
kualitas baik, sehingga pelaksanaan dapat diteruskan dengan pengawasan
normal.Kalau kualitas menjadi kurang baik, ada bagian yang ditrial sebagai bukti
masyarakat mampu bekerja dengan lebih baik.
Sistem trial akan lebih efektif (lebih berhasil) apabila dibuat contoh tiap tahap.
Contoh pembentukan badan jalan, contoh penghamparan pasir, contoh pemasangan
batu utama dan pinggir, contoh lengkap dengan batu pengunci. Contoh sebaiknya
dibuat dari awal. Contoh tidak perlu digilas dan tidak menggunakan lapisan penutup.
Perlu ada contoh dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi. Pada bagian di
daerah sawah atau rawa dibuat contoh dan trial sendiri. Trial tidak diperlukan untuk
bagian yang sangat kecil, yang dapat diawasi langsung oleh PD-TI sendiri.
Sistem trial dapat diterapkan untuk jenis prasarana selain jalan. Jika ada
pembuatan banyak MCK, MCK pertama dapat dianggap sebagai trial. Untuk jenis lain,
kegiatan kunci dapat ditrial, misalnya pengadukan beton.

B. Penerimaan Bahan
Semua bahan yang dibeli harus diterima oleh tim desa. Untuk bahan yang dikirim
dengan volume besar (banyak kendaraan), penerimaan dilakukan oleh checker yang
ditunjukkan oleh desa. Checker diberi pelatihan singkat oleh pelaksana desa atau Kader
Teknik tentang persyaratan penerimaan bahan.Bahan harus diperiksa baik kualitasnya
maupun kuantitasnya, dan langsung mengisi delivery order (DO) supaya desa tahu
berapa banyak diterima dan harus dibayar.Bahan yang dikirim dan tidak diperiksa layak
untuk ditolak oleh desa, termasuk semua yang diterima dan tidak memenuhi standar
kualitas. DO dikumpulkan dan dimasukkan pada buku material, yang diisi oleh pelaksana
desa. Buku material adalah arsip penerimaan, penggunaan, dan pembayaran material
yang dikirim ke desa, termasuk tempat penggunaannya.

C. Pengendalian Kualitas
Salah satu tugas besar dari Kader Teknik adalah pengendalian kualitas. Tim desa,
termasuk pelaksana dan kepala kelompok kerja, harus dilatih oleh Kader Teknik tentang
cara mengendalikan kualitas, karena Kader Teknik tidak akan hadir di Desa setiap hari.
Pengendalian kualitas harus dilakukan setiap saat, dan hanya akan efektif bila dapat

222| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

dilakukan oleh masyarakat sendiri. Setiap kali Kader Teknik berkunjung ke lapangan,
harus melakukan penilaian paling sedikit secara visual terhadap kualitas. Pada
kesempatan lain, hal yang sama harus dilakukan oleh kelompok kerja, pelaksana, tim
monitoring, dan masyarakat.

1. Administrasi
Salah satu tugas pokok seorang Kader Teknik adalah menjaga kualitas administrasi
pelaksana desa khusus kegiatan pembangunan prasarana. Bendahara desa bertanggung
jawab untuk pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran dana, dan sebulan sekali
pembukuan diperiksa dan ditandatangani oleh kepala desa, pelaksana, dan Kader
Teknik. Pemeriksaan insidental harus selalu dilakukan dan kualitas pembukuan dijaga
dengan ketat. Setiap item dalam buku kas dikaitkan dengan bukti pengeluaran atau
penerimaan dana, dengan pakai kode bukti. Pembukuan dilakukan agar manajemen
selalu tahu saldo dana berapa, sisa alokasi dana berapa, dan dana dikeluarkan kepada
siapa. Sesuai prinsip akuntabilitas dan transparansi, pembukuan dapat diperiksa oleh
siapa saja, kapan saja.
Pada saat tertentu, pelaksana desa menyiapkan Laporan Penggunaan Dana (LPD)
sebagai pertanggungjawaban penggunaan dana yang sudah diterima. LPD terdiri dari
rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran, dengan dilampirkan bukti-bukti dan tanda
terima barang. Selain laporan keuangan ini, pelaksana desa juga harus menyiapkan
laporan bulanan.Laporan ini terdiri dari laporan kemajuan fisik dan biaya, data tenaga
kerja yang diperlukan (angkatan kerja dan Hari Orang Kerja, baik umum maupun khusus
Rumah Tangga Miskin), serta permasalahan yang dihadapi.

2. Pertanggungjawaban kepada masyarakat


Selama program berjalan di desa, pelaksana desa harus mempertanggungjawab kan
kepada masyarakat, dengan menggunakan data LPD sebagai dasar. Dijelaskan apa yang
telah terjadi, mengapa keputusan diambil, perubahan dari rencana awal termasuk
perubahan harga atau jadwal, dan permasalahan yang pernah atau masih dihadapi. Pada
akhir pembangunan, dibuat pertanggung-jawaban sekali lagi sebagai penyerahan
kembali kegiatan yang telah dilakukan kepada desa dalam Serah Terima.

3. Menyelesaikan masalah
Pendamping membantu desa menyelesaikan masalah, tetapi untuk masalah teknis dan
manajemen konstruksi Kader Teknik lebih berperan. Penyelesaian masalah dapat
dilakukan dengan banyak cara, termasuk penggunaan metode analisis masalah secara
Rasional maupun metode Berpikir ke Samping. Identifikasi dan penyelesaian masalah
pasti dapat perhatian khusus pada kunjungan TAPM atau Tim Koordinasi Kabupaten/
Kota ke Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 223


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

4. Membuat Berita Acara Revisi


Apa yang dibangun belum tentu sama dengan rencana awal itu situasi normal. Justru
membuat semua sesuai dengan rencana awal dianggap tidak normal.Perubahan dari
rencana awal selalu dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur yang ada.Perubahan
mungkin disebabkan bencana alam, dengan merusak pekerjaan yang sudah dibuat atau
mengubah kebutuhan masyarakat. Perubahan juga dapat dilakukan dengan perubahan
situasi, seperti kenaikan harga pasaran, kesulitan untuk menjalankan akses ke desa,
desain yang ternyata belum sesuai dengan keadaan, pekerjaan yang harus banyak
diulang karena masalah kualitas, debit air yang tidak seperti yang disurvei, dan seribu
alasan lain.
Revisi dapat diajukan untuk mengoptimalkan sisa dana yang ada. Hanya satu
kendala, tidak boleh menambah biaya bantuan dari program. Jika perlu penambahan
biaya, dana tersebut harus berasal dari swadaya masyarakat atau donatur yang lain.
Revisi dilakukan sesudah Berita Acara Revisi dibuat oleh pelaksana Desa dan disetujui
Kader Teknik. Berita Acara Revisi dilengkapi gambar teknis yang menunjukkan
perubahan dan perubahan perhitungan RAB, serta alasan untuk mengubah rencana
awal.

5. Peningkatan Kualitas Konstruksi


Pendekatan Peningkatan Kualitas Konstruksi Selain kegiatan-kegiatan yang telah
ditetapkan dalam mekanisme pelaksanaan kegiatan sarana prasarana Desa, seperti
sertifikasi atau pengendalian. Beberapa pendekatan yang perlu diterapkan oleh
pendamping dalam rangka meningkatkan kualitas konstruksi pekerjaan yang
dilaksanakan oleh masyarakat, diuraikan sebagai berikut:
1. Targetkan kualitas, bukan kuantitas, Kebiasaan di Desa mengejar target fisik,
sebagai kesempatan yang jarang terjadi dan kapan lagi bisa membangun
prasarana yang dibutuhkan. Padahal program pembanguan Desa tidak ada
tekanan untuk menentukan target yang sangat tinggi. Oleh karena itu, dalam
diskusi dengan panitia atau masyarakat, Pemerintah Desa dan pendamping perlu
mengatur ritme kerja agar tidak memberi kesan mengejar target fisik;
2. Harus tegas dari awal, Pengawas berkecenderungan untuk membiarkan pekerjaan
yang kurang baik pada awal konstruksi, tetapi hal ini akan mempersulit usaha
meningkatkan kualitas. Sangat sulit untuk meningkatkan kualitas ditengah
program apalagi sudah menjelang berakhir. Lebih baik untuk memulai dengan
sangat ketat.
3. Manfaatkan musim kemarau, Sebagian besar pekerjaan sarana prasarana Desa
lebih mudah dibangun pada musim kemarau. Pengangkutan bahan/alat lebih
mudah, jika belum hujan. Pemadatan tanah sangat susah apabila tanah sudah
terlalu basah. Petani juga ingin bercocok tanam kalau hujan sudah turun, sehingga
sering kesulitan dalam penyediaan tenaga kerja;

224| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

4. Antisipasi hari-hari libur besar, keagamaan, dan adat setempat, biasanya pada
harihari besar/keagamaan atau libur nasional masyarakat juga libur sehingga
seringkali pelaksanaan pekerjaan dilapangan menjadi terbengkalai karena tidak
ada tenaga kerja. Oleh karena itu, pendamping dan Pemerintah Desa harus
mendorong masyarakat untuk mengerjakan pekerjaan seawal mungkin (tidak
diulur-ulur). Pendamping juga harus dapat menghitung perkiraan waktu pekerjaan
masyarakat sehingga lebih realistis dan tidak terlalu lama;
5. Pelatihan/coaching yang kontinyu, karena tenaga kerja kurang terampil dan
Panitia kurang memiliki pengalaman atau keterampilan dalam pengelolaan
pembangunan sarana prasarana, maka perlu dilakukan kegiatan pelatihan secara
terus menerus oleh pendamping, pemerintah Kabupaten/kota dan Pemerintah
Desa. Peningkatan kemampuan masyarakat merupakan salah satu tujuan utama
pembangunan sarana prasarana Desa, Gunakan sistem On The Job Training,
Praktek lapangan dan Trial;
6. Seleksi mandor menjadi kunci dalam peningkatan kualitas, karena mandor berada
ditempat kerja setiap hari dan secara langsung memberikan instruksi dan umpan
balik kepada masyarakat atau pelaksana pekerjaan. Mandor harus mengetahui
cara-cara meningkatkan kualitas, dan harus tegas pada masyarakat demi
pencapaian kualitas/manfaat yang akan dirasakan bersama oleh warga nantinya.
Diperlukan Mandor yang mempunyai kemampuan teknis konstruksi, dan
sebaiknya dipercaya oleh masyarakat;
7. Belilah alat dan bahan yang bermutu baik, penghematan biaya alat dan bahan ini
sering menjadi penghematan yang palsu, karena mempengaruhi produktivitas dan
kualitas konstruksi. Seringkali, ada harga alat dan bahan yang lebih murah padahal
kualitas/hasil kerjanya lebih lama/kurang memuaskan. Pendamping dan
Pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan mendorong masyarakat untuk membeli
bahan atau sewa peralatan yang mutunya lebih tinggi agar dapat tahan lama dan
memudahkan pelaksanaan. Termasuk peralatan seperti kereta dorong;
8. Ketat dalam penerimaan alat dan bahan, masyarakat harus dilatih supaya dapat
menentukan bahan dan alat yang memenuhi persyaratan teknis dan mereka harus
dibimbing agar berani menolak bahan/alat yang tidak sesuai mutu atau
volumenya. Perlu diantisipasi pemasok yang sering mengirim bahan kelokasi
proyek ketika pihak pelaksana pekerjaan masyarakat tidak berada dilapangan dan
mencoba menipu masyarakat;
9. Kader Teknis dipilih oleh masyarakat untuk memfasilitasi masyarakat yang
melaksanakan pekerjaan dilapangan. Tugas Kader Teknis melaksanakan fungsi-
fungsi dasar yang relatif sama dengan yang dilakukan oleh pendamping. Oleh
karena itu, Kader Teknik berperan sebagai perpanjangan dari Pendamping Desa
(PD-TI) yang tidak secara penuh setiap hari ada lokasi pekerjaan. Pemilihan Kader
Teknis hendaknya warga yang memiliki pengetahuan cukup dibidang sarana
prasarana di Desa, memiliki fisik cukup kuat (pemuda), berbakat teknis atau

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 225


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

administrasi dan pembelajar. Kader Teknis perlu mempertimbangkan jumlah dan


sebaran geografis kegiatannya;
10. Pendamping perlu melaporkan masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam
timnya kepada pendamping diatasnya, supaya dapat mengutamakan Desa yang
ada masalah pada waktu melakukan monitoring. Diharapkan tidak ada masalah
yang baru muncul pada waktu ada kunjungan tim pusat maupun daerah karena
seharusnya sudah ditangani pendamping yang ada dilapangan. Hal-hal yang
belum dilaporkan dianggap rmasalah pendamping, hal-hal yang sudah dilaporkan
dianggap masalah bersama;
11. Rapat rutin evaluasi lapangan.

D. Dokumen Penyelesaian
Pada akhir pelaksanaan Desa wajib membuat dokumen penyelesaian, dan kenyataan
pendamping banyak terlibat dalam pembuatan dokumen ini. Desa harus membuat
gambar teknis sesuai dengan apa yang betul-betul dibangun di lapangan, yang
disebutkan as-built drawing. Gambar ini dilengkapi dengan format Realisasi Fisik dan
Biaya dan RAB sesuai harga aktual, termasuk bagian yang dikerjakan secara swadaya.
Gambar dan RAB tidak perlu dilengkapi take-off sheet, karena segala perhitungan dapat
dilihat pada paket desain dan Berita Acara Revisi yang telah dibuat. Berita Acara Revisi
dilampirkan pada dokumen penyelesaian.
Ada kewajiban untuk mengambil beberapa macam foto untuk memperlihatkan
apa yang telah dikerjakan dan proses pelaksanaan:
1. Foto prasarana pada saat 0%, 50%, dan 100%, diambil dari titik yang sama dan
sudut pandang yang sama. Foto diambil untuk semua jenis prasarana yang
dibangun dan aspek kuncinya;
2. Foto masyarakat bekerja ramai-ramai di lapangan;
3. Foto perempuan ikut bekerja di lapangan;
4. Foto pembayaran langsung kepada pekerja.
Proses penyelesaian termasuk pengisian dua jenis laporan dan serah terima, saat
pelaksana desa menyerahkan kembali prasarana ke desa dan mempertanggung-
jawabkan pekerjaannya. Jika musyawarah sudah dilaksanakan, baru dianggap masa
pelaksanaan selesai.

226| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 3
MEMBANGUN KAPASITAS
KELEMBAGAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 227


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

228| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Penerapan
3.1.1
Rapid Market Appraisal
(RMA) dalam Pengembangan
Kapasitas Teknis di Desa

A. Pendahuluan
Penilaian Pasar Secara Cepat atau Rapid Market Appraisal (RMA) merupakan salah satu
pendekatan atau cara yang dapat membantu P2KTD untuk mengenal lebih dalam
tentang potensi pasar terkait Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis yang dapat
diberikan berdasarkan informasi pasar itu. Melalui cara ini, P2KTD dapat belajar untuk
mengembangkan gagasan-gagasan baru, kemudian menguji tingkat kepatutan pasar
(marketability) dengan cara langsung dan menanyakan kepada konsumen tentang
pendapatnya tentang produk jasa baru yang akan ditawarkan. Pada akhirnya P2KTD
akan memiliki produk jasa baru untuk ditawarkan kepada Desa dengan tetap
memberikan kemungkinan untuk menghasilkan laba dari jasa yang akan ditawarkan.
P2KTD secara langsung akan memahami dan menyadaribetapa penting untuk
mendengarkan konsumen dan berhati-hati meneliti pasar potensialnya.
RMA merupakan cara yang dapat dilakukan oleh P2KTD untuk mengumpulkan
informasi pasar dan mengidentifikasikan serta mengembangkan produk Penyedia
Peningkatan Kapasitas teknis atau memasarkan jasa baru kepada konsumen dalam hal
ini Desa. Konsumen merupakan sumber utama informasi yang dapat memabntu P2KTD
untuk menentukan permintaan pasar terhadap suatu produk jasa yang akan diberikan.
Permintaan pasar merupakan gambaran seberapa banyak orang yang tertarik atau mau
membeli dengan sejumlah harga tertentu terkait produk Penyedia Peningkatan
Kapasitas teknis yang ditawarkan P2KTD.
Banyak P2KTD belum mencoba untuk menggunakan cara yang lebih terstruktur
dan sistematis dengan mempelajari pasarnya sama sekali. Kebanyakan organisasi atau
lembaga cenderung berorientasi dalam membuat produk jasa yang sama dengan
pesaingnya, dan semua berkompetisi untuk pangsa pasar yang semakin lama semakin
kecil. Beberapa organisasi atau lembaga layanan teknis bahkan tidak pernah berbicara
dengan konsumennya sama sekali, namun hanya menjual produk jasa melalui ”orang

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 229


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

tengah atau perantara”. Sesungguhnya, konsumen diharapkan dapat memberikan


gagasan yang berharga kepada P2KTD tentang bagaimana memperbaiki suatu produk
Penyedia Peningkatan Kapasitas baru dengan menjelaskan keunggulan dan
spesifikasinya kepada calon pengguna. Semakin puas konsumen pada produk Penyedia
Peningkatan Kapasitas yang diberikan P2KTD maka akan semakin banyak gagasan yang
dibeli oleh Desa.
Kajian Cepat terhadap Pasar (RMA) tumbuh dari keterbatasan yang dimiliki oleh
survei formal, yaitu dilakukan secara intensif dan dalam waktu relatif lama, yang di
Negara-negara berkembang jarang sekali memberikan hasil analisis yang sesuai
kebutuhan. Melakukan RMA untuk Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis merupakan
cara yang efisien untuk mendapatkan informasi yang lebih baik untuk arah kebijakan
yang relevan bagi P2KTD, khususnya intervensi mengenai jenis Penyedia Peningkatan
Kapasitas teknsi dan kompensi yang dibutuhkan yang memiliki potensi pasar. Hal ini
menghindari biaya, keterlambatan, dan beban pengelolaan survei formal yang
memerlukan tenaga ahli dengan sejumlah alat analisis untuk mengidentifikasi kendala
dan peluang, pengamatan silang, dan perencanaan atau monitoring intervensi strategi.

B. Tujuan Analisis Potensi Pasar


RMA menguatkan kesadaran pentingnya informasi pasar. Metode ini merupakan alat
untuk memahami bagaimana produk jasa sampai ke pengguna akhir dan bagaimana
suatu sistem bisnis yang dikelola, diusahakan dan diselenggarakan. Hal ini dapat
menginspirasi P2KTD untuk mengembangkan pemahaman baru mengenai Penyedia
Peningkatan Kapasitas yang dikembangkan, dan mengevaluasi daya jual jasa yang
ditawarkan dengan mencari masukan secara langsung dari konsumen dan pelaku pasar.
Melalui RMA P2KTD akan mulai melihat pentingnya memahami konsumen dan
penelitian informasi pasar.
Secara umum RMA bertujuan untuk menyediakan cara yang cepat, fleksibel, dan
efektif dalam mengumpulkan, mengolah dan menganalisis informasi dan data pasar dan
sistem pemasaran. RMA merupakan cara efisien untuk memahami sistem pemasaran,
dengan menginformasikan produk jasa dan strategi pemasaran, proses kebijakan, serta
desain dan pelaksanaan intervensi yang relevan. RMA merupakan metodologi penelitian
yang 'itireratif' dan interaktif, yang digunakan untuk memahami dengan lebih baik
sistem pasar yang kompleks dalam waktu yang singkat (diadopsi dari Young, 1994).
RMA merupakan suatu proses untuk menemukenali peluang pasar dan bagaimana
mendapatkan peluang tersebut berfokus pada keseluruhan 'rantai nilai (value chain)'.
Berdasarkan uraian tersebut, RMA merupakan suatu cara yang dapat dilakukan
oleh P2KTD untuk:
(1) Mendapatkan informasi mengenai bagaimana suatu komoditi sub-sektor diatur,
dioperasikan dan dihasilkan;
(2) Mengidentifikasi kendala dan peluang pasar;

230| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(3) Mengidentifikasi dan mendiagnosis persoalan terkait kebijakan dan peraturan


lainnya yang memerlukan analisis, perhatian dan aksi dari pemerintah (dan
lembaga donor) serta pihak swasta;
(4) Merekomendasikan intervensi dalam sisten organisasi dan teknologi terhadap
pengembangan produk Penyedia Peningkatan Kapasitas kepada masyarakat.

C. Manfaat Analisis Potensi Pasar


Berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan oleh beberapa lembaga dan mitra
kerjanya ILO dalam menerapkan RMA, terutama di Kenya, Uganda, dan Tanzania. Dalam
beberapa kasus, setelah pelatihan para para peserta melakukan praktek dengan
melakukan kunjungan langsung kepada konsumen untuk mencari tahu tentang produk
jasa apa yang mereka harapkan dapat membantu meningkatkan pendapatannya.
Dibawah ini adalah beberapa dari temuan-temuannya. Secara umum manfaat dari analis
pasar bagi P2KTD diantaranya:
(1) RMA dapat membantu melakukan penelitian pasar secara mandiri dan
mengembangkan potenai produk jasa baru. Disamping itu, RMA mendorong
pelakunya untuk belajar tentang berharganya berbicara dengan konsumen untuk
mempelajari produk jasa yang akan ditawarkan, bagaimana mengembangkan
produknya, dan mengenal secara dalam harapan konsumen dengan
mempertimbangkan kebutuhannya. Melalui RMA, peneliti dapat mengenal
karakter konsumen atau calon pelanggan dengan pendekatan personal yang
mampu memberikan penghargaan dan akan membawa konsumen baru. Secara
bertahap mulai mencari konsumen baru dan tidak hanya sekedar menunggu
konsumen untuk datang kepada lembaga yang memiliki gagasan produk jasa itu;
(2) Membangun hubungan yang baik dengan konsumen dalam hal ini masyarakat di
Desa dan pemangku kepentingan yang terkait dengan posisi organisasi.
Hubungan P2KTD dengan konsumen penerima Penyedia Peningkatan Kapasitas
menjadi lebih baik, dan mendorong mendapatkan konsumen baru serta angka
permintaan meningkat. Ini berarti usaha mereka bertumbuh;
(3) Membantu P2KTD dalam mendapatkan kontak bisnis baru termasuk Pemasok
bahan baku, LSM, Pemerintah, perusahaan dan informasi tentang pasar baru.
Selain berbicara dengan konsumen;
(4) Membantu P2KTD untuk berbicara dengan pemangku kepentingan yang terlibat
dalam pembangunan Desa dengan pengetahuan tentang produk Penyedia
Peningkatan Kapasitas dan pemasarannya. Beberapa hasil survey juga melaporkan
adanya peningkatan kepercayaan diri dan “perluasan wawasan” bagi organisasi.
Beberapa menemukan pemecahan untuk masalah-masalah bisnis yang lebih
spesifik.
(5) RMA memungkinkan bagi P2KTD untuk merubah cara melihat produk jasa dari
orientasi produksi ke permintaan pasar (kuantitas, kualitas, pengolahan, dan
pengemasan), mengidentifikasi ceruk pasar dari suatu produk yang memiliki

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 231


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

keunggulan komparatif, reorientasi produksi untuk merespon perubahan


permintaan dan untuk membantu mengubah pola pikir dari 'orientasi produksi' ke
'orientasi pasar', membantu perubahan perilaku 'pedagang perantara yang tidak
adil kepada petani' ke persepsi saling menguntungkan, dimana setiap pelaku pasar
memiliki peran dalam rantai pasar.

D. Peluang Pasar untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Lokal


Adanya perekonomian pasar dan perbaikan infrastruktur perdesaan telah memperluas
peluang usaha bagi petani dan banyak pelaku usaha lain di Desa. Namun, pengelolaan
usaha secara tradisional seringkali melemahkan kemampuan pelaku usaha untuk
memproduksi produk berkualitas tinggi dalam jumlah yang diinginkan sesuai dengan
spesifikasi pasar. Petani kecil umumnya kurang terkait dengan pasar dan akses terhadap
informasi pasar yang lemah (Hammett 1994; Arocena-Fransico et al. 1999). Di Filipina,
Predo (2002) menemukan bahwa bertani dalam sistem Agroforestry lebih menguntung-
kan daripada produksi tanaman tahunan, namun ketidakpastian pemasaran
menghambat penanaman pohon. Akses pasar yang tersedia bagi produk kayu
merupakan kriteria penting dalam pemilihan lokasi (Scherr 1999 dan 1995; Landell-Mills
2002).
Pengalaman di Indonesia mengindikasikan bahwa masalah yang dihadapi bagi
petani dan pengusaha berskala kecil secara umum: (a) kurang akses terhadap informasi
pasar (permintaan produk, spesifikasi dan harga); (b) kurang pemahaman saluran
pemasaran; (c) memproduksi Penyedia Peningkatan Kapasitas dengan kualitas dan
kuantitas yang tidak menentu; (d) jarang melakukan pemilahan untuk meningkatkan
kualitas produk jasa (dan tingkat keuntungannya); serta (e) menjual produk jasanya
secara individu (Roshetko dan Yulianti, 2002; Roshetko et al. 2002).
Kondisi ini memiliki konsekuensi kurang menguntungkan bagi para agen pasar.
Pada umumnya menghabiskan banyak waktu dan sumber daya untuk mencari,
mengumpulkan dan mengelompokkan hasil produk jasa yang sedikit jumlahnya dan
beragam kualitasnya. Sebagian besar pelaku usaha tidak memahami kondisi pasarnya.
Biasanya menjual produknya melalui pedagang perantara dan tidak mengetahui
konsumen akhirnya. Jarang terlibat dalam kegiatan pasca produkasi. Sebagai contoh,
petani cenderung memproduksi dan menjual hasil taninya secara lokal, bersaing dengan
petani lain untuk pangsa pasar yang kecil.
Oleh karena itu penelitian pasar melalui mengumpulkan, mengolah, dan
menganalisis data dan informasi mengenai sistem pemasaran produk jasa menjadi
sangat penting dalam mendukung keberhasilan suatu bisnis. Pasar terus berkembang
dan berubah, dan oleh karena itu kegiatan penelitian pasar perlu dilakukan oleh P2KTD
secara berkala.

232| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

E. Tahapan Pelaksanaan Analisis Pasar untuk Pengembangan Penyedia


Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa
Penrapan RMA bagi P2KTD merupakan salah satu upaya untuk mengenal potensi pasar
bagi pengembangan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis yang akan diberikan
kepada Desa. RMA terdiri dari sejumlah metode dan alat sederhana untuk
mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif. Metode ini dapat meminimasi biaya dan
keterlambatan penyajian informasi sebagaimana survei kuisioner formal yang seringkali
gagal menyediakan informasi yang tepat waktu dan cukup lengkap. Keluwesan dan
sederhana menjadi ciri utama dari metode RMA. Tidak ada ketentuan yang baku
berkaitan dengan ukuran dan komposisi tim yang terlibat dalam RMA, komposisi tim
akan bergantung pada ketersediaan sumberdaya dan tujuan dari survei pasar. Demikian
juga dengan jumlah dan tipe pasar yang dikunjungi, serta jumlah dan kriteria “informan
kunci*” yang dipilih, akan bervariasi sesuai dengan tujuan pelaksanaan RMA dan
sumberdaya yang tersedia. Ketentuan yang sama dapat digunakan berdasarkan waktu
yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi pasar.
Terdapat enam langkah utama untuk melakukan RMA, yaitu:
(1) Menentukan tujuan;
(2) Menyusun tim;
(3) Mengumpulkan data dan informasi sekunder;
(4) Membuat kuisioner dan mengatur waktu wawancara;
(5) Melatih dan berdiskusi dengan tim serta melakukan wawancara;
(6) Menilai peluang pasar yang tersedia dan memformulasikan strategi dan rencana
untuk menangkap peluang tersebut.

Daftar Pustaka
Arocena-Francisco, H., de Jong, W., Le Quoc Doanh, de Guzman, R.S., Koffa, S. Kuswanda,
M., Lawrence, A., Pagulon, A., Rantan, D., Widawati, E. (1999) 'Working Group 1
External factors affecting the domestication of agroforestry trees (economics and
policy)' dalam J.M. Roshetko and D.O. Evans. (eds), Domestication of agroforestry
trees in Southeast Asia. Forest, Farm, and Community Tree Research Reports,
special issue 1999, pp 212-213.
Betser, L. Dan Degrande, A. (2001) Marketing Surveys. Lecture note. In: Tree
Domestication in Agroforestry Module 2, Session 5. The World Agroforestry Center
(ICRAF). Nairobi.
Hammett, A.L. 1994. ‘Developing community-based market information systems'. dalam
J.B. Raintree and H.A. Francisco (eds), Marketing Multipurpose Tree Species in Asia.
Proceedings of an International Workshop, Baguio City, Philippines, 6-9 December
1993. Winrock International. Bangkok, Thailand. Pp 289-300.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 233


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

ILO (International Labor Organization) (2000) Rapid Market Appraisal: A Manual for
Entrepreneurs. The FIT Manual Series. International Labor Organization. Geneva.
Landell-Mills, N. (2002). Marketing Forest Environmental Services Who Benefits?,
Gatekeeper Series No. 104. International Institute for Environment and
Development (IIED), London.
Predo, C. (2002). Bioeconomic Modeling of Alternatives Land Uses For Grasslands Areas
and Farmers' Tree-Growing Decisions in Misamis Oriental, Philippines, Ph.D.
Dissertation, Los Baños, Laguna, Philippines. University of the Philippines at Los
Baños.
Roshetko, J. M., E. Nugraha, J.C.M. Tukan, G. Manurung, C. Fay dan M. van Noordwijk,
(2002) Agroforestry for Livelihood Enhancement and Enterprise Development.
Manuscript. Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan Winrock International.
Roshetko, J.M. dan Yuliyanti. (2002). Pemasaran Untuk Hasil-Hasil Wanatani Di Tingkat
Petani. Dalam: J.M. Roshetko, Mulawarman, W.J. Santoso dan I.N. Oka. Wanatani
di Nusa Tenggara-Prosiding Lokakarya Wanatani Se-Nusa Tenggara, 11-14
November 2001. Denpasar, Bali. International Centre for Research in Agroforestry
(ICRAF) dan Winrock International.
Scherr, S.J. (1999). 'The economic context for agroforestry development: evidence from
Central America and the Caribbean', Outlook on Agriculture 28(3): 163-170. Scherr,
S.J. 1995. 'Economic factors in farmer adoption of agroforestry: Patterns observed
in western Kenya', World Development 23(5): 787-804.
Tukan, C.M.J, J.M. Roshetko, S. Budidarsono, dan G.S. Manurung. (2006). Market Chain
Improvement: Linking Farmers to Markets in Nanggung, West Java, Indonesia. Acta
Horticulturae.699: I International Symposium on Improving the Performance of
Supply Chains in the Transitional Economies.
Young Simon, 1994. Rapid Market Appraisal (RMA): A Tool for Market Systems Research
in Agricultural Development, Malakand Fruit and Vegetable Development Project
(MFVDP), Interco-operation.

234| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Lembar Informasi

3.2.1 Pengembangan Organisasi


Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa

A. Pendahuluan
Penguatan Kapasitas kelembagaan P2KTD, harus dipahami sebagai bagian dari proses
pengorganisasian penyelenggaraan pembangunan perdesaan secara lebih baik dalam
kesatuan sistem pembangunan di tingkat daerah, yang merupakan bagian dari kesatuan
sistem pembangunan nasional. Pelaksanaan pembangunan yang baik, berbasis hak-hak
dasar dan berpihak kepada masyarakat perdesaan, memahami peraturan berupa sistem,
mekanisme dan prosedur yang memungkinkan P2KTD mampu menjalankan peran dan
fungsinya secara efektif dan akseptabel serta pelaksanaan kebijakan pembangunan
kawasan perdesaan sebagaimana amanat UU. No. 6/2014 Tentang Desa, Peraturan
Pemerintah No. 43/2014 Tentang Pelaksanaan UU. No. 6/2014, PP. No. 60/2014 Tentang
Dana Desa yang bersumber dari APBN serta Keputusan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No. 83/2017 Tentang Program Inovasi Desa.
Perlu dipahami bahwa pembangunan kawasan perdeesaan bersifat multi-
dimensional. Hal ini menyangkut hubungan yang bersifat lintas sektoral, lintas dinas,
lintas kepentingan dan lintas kewilayahan. Mempertemukan berbagai sektor dan
kepentingan menjadi esensi dari kegiatan yang diharapkan layanan dari P2KTD,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelaksanaan pembangunan desa,
meningkatkan kemandirian desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penguatan kapasitas P2KTD juga terkait dengan kepentingan penataan peran,
fungsi dan pemanfaatan kelembagaan atau organisasi dalam memberi layanan teknis
didesa. Dengan demikian, maka erat kaitannya dengan kepentingan publik dan
perkembangan sosial masyarakat pada kawasan perdesaan. Oleh sebab itu, sensitivitas
terhadap sentimen publik, perkembangan sosial masyarakat dan politik pemerintahan
dituntut dalam segenap usaha dan kegiatan pengembangan dan penguatan kapasitas
organisasi P2KTD. Pemahaman dan kesadaran terhadap eksistensi P2KTD harus
tertanam dalam hati dan pikiran para pelaku yang berkompeten dan pelaku
pembangunan desa lainnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 235


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

B. Tujuan Penguatan Kapasitas Kelembagaan


Tujuan penguatan kapasitas kelembagaan P2KTD, secara substansi merupakan tujuan
dan sasaran strategis Program Inovasi Desa (PID), yaitu untuk meningkakan kualitas
pelaksanaan Dana Desa. Hal ini berarti langkah pengembangan dan penguatan
kapasitas kelembagaan atau organisasi P2KTD harus diwujudkan dalam suatu
pelembagaan sistem pembangunan kawasan perdesaan dalam tata pemerintahan yang
baik dan berpihak kepada masyarakat (pro-poor good governance).

C. Sasaran Penguatan Kapasitas Kelembagaan


Esensi Penguatan Kelembagaan P2KTD adalah terinternalisasikannya paradigma
pembangunan kawasan perdesaan yang pro-poor good governance untuk menjadi
landasan sikap, pikiran dan tindakan seluruh pihak yang berkompeten, baik dari unsur
pemerintahan, masyarakat maupun pelaku non-pemerintahan. Penguatan kelembagaan
P2KTD dituntut untuk memahami pentingnya membangun relasi yang baik pada
dimensi struktural, kultural maupun peran dan fungsi P2KTD, sebagai berikut:

1. Dimensi Struktural.
Diperlukan struktur organisasi/lembaga yang sesuai untuk menjalankan tugas
pemberian Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis sesuai mandat UU. No. 6 tahun 2014
Tentang Desa, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan UU. No.
6 Tahun 2014, PP. No.60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN
serta Kepmen No. 83 Tahun 2017 Tentang Program Inovasi Desa. Unsur struktural
kelembagaan yang harus ada, adalah keberadaan sistem, lembaga dan personil, yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Sistem.
Substansi penguatan kelembagaan P2KTD terkait dengan pelaku-pelaku (subyek) dan
bidang kerja/garapan (obyek). Kejelasan dalam pengelolaan tata hubungan antar pihak,
antar bidang dan antar unsur dengan tugas pokok, peran dan fungsinya penting
dilakukan, sehingga akseptabel bagi pelaksanaan peran dan fungsi P2KTD dalam
pembangunan desa.

b. Lembaga.
Pembangunan desa secara esensi menyangkut hak dasar dan peningkatan
kesejahteraan hidup warga pada kawasan perdesaan. Hal ini secara teknis memerlukan
intensitas pengorganisasian lintas sektoral, lintas pelaku dan lintas kepentingan.
Pembangunan kawasan perdesaan sebagai suatu sistem pelayanan kebutuhan warga

236| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

dan sub-sistem pembangunan daerah, memerlukan dukungan kelembagaan P2KTD


yang sesuai untuk menanganinya.
c. Personil
Diperlukan personil yang kompeten dan kapabel sesuai kemampuannya dan tanggung
jawab yang jelas dalam mengelolaan kegiatan pembangunan perdesaan secara pro-
poor, mengoperasikan lembaga sesuai dengan peran dan fungsinya serta menjalankan
sistem dengan baik sesuai kebijakan pemerintah daerah dan desa. Keberadaan personil
sangat menentukan bagaimana sistem dan struktur kelembagaan berjalan dan
berfungsi. Penguatan terhadap personil P2KTD diantaranya adalah upaya-upaya
peningkatan kemampuan kerja, keterampilan teknis, keahlian manajerial,
pengetahuan/wawasan luas, kesadaran dan sikap-pikir kritis, perhatian dan
keberpihakan sebagai sikap dan daya tanggap terhadap realitas sosial, serta keteguhan
menjaga nilai etik, moral dan kaidah konstitusional.
Penguatan kapasitas personil P2KTD juga dapat dilakukan dengan pendekatan
pembelajaran mengikuti berjalannya proses kerja, dengan menjalankan proses aksi-
refleksi atau sharing dan dialog berlandaskan aktifitas dan program kerja. Sharing dan
dialog dapat dilakukan berdasar wilayah kompetensi maupun bidang keahlian masing-
masing, dilakukan secara lintas bidang dan dapat diperkuat dengan keterlibatan pelaku-
pelaku lain yang kompeten di luar kelembagaan P2KTD.

2. Dimensi Kultural
Aspek kultural kelembagaan P2KTD yang dimaksud , adalah bangunan sikap, perilaku
dan kebiasaan dalam kegiatan teknis yang dalam pelayanan kepentingan warga tidak
dapat mengabaikan atau meninggalkan antara satu dengan lainnya. Program atau
kegiatan pembangunan desa. Hal ini menyangkut urusan yang saling berkaitan, baik
dalam teknis pembangunan desa maupun upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Bangunan kultural kelembagaan P2KTD terkait kesadaran sebagai basis
penyelenggaraan pembangunan, profesionalitas dan etos kerja personil sebagai
pelaksana kegiatan, diantaranya sebagai berikut:

a. Keterpaduan dan sinergitas


Proses penguatan kapasitas Lembaga P2KTD dituntut agar mampu memberi
pembelajaran dan penguatan bersama dalam membangun keterpaduan (kohesifitas)
dan sinergitas antar institusi anggota P2KTD maupun dengan institusi pemerintahan
desa.

b. Perspektif Paradigmatik
Sikap, perilaku dan tindakan kelembagaan dalam memberikan Penyedia Peningkatan
Kapasitas teknis sangat dipengaruhi oleh cara pandang, sikap pikir dan tindakan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 237


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

personil. Pokok mendasar dalam penguatan kapasitas P2KTD terkait dengan bagaimana
pemahaman personil terhadap masalah pembangunan desa secara terpadu dan
berkelanjutan sesuai amanat UU. No. 6 tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Pemerintah
No. 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan UU. No. 6 Tahun 2014, PP. No. 60 Tahun 2014
Tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN serta Kepmen No. 83 Tahun 2017
Tentang Program Inovasi Desa.

c. Profesionalitas dan Etos Kerja


Pembangunan perdesaan memiliki sifat spesifik, memiliki keterkaitan dengan berbagai
bidang urusan lain, dan pembangunan perdesaan merupakan bidang pelayanan hak
dasar masyarakat desa yang menuntut profesionalitas dan etos kerja tinggi.
Profesionalitas dan etos kerja P2KTD pada esensinya merupakan landasan nilai dan
semangat dalam melaksanakan pembangunan perdesaan dalam tata pemerintahan
yang baik dan berpihak kepada masyarakat. Profesionalitas dan etos kerja menjadi
tuntutan bagi sikap, perilaku dan tindakan dalam menjalankan tugas, peran dan fungsi
P2KTD, baik secara kelembagaan maupun personal. Upaya penguatan profesionalitas
dan etos kerja P2KTD, sebagai berikut:
(1) Struktur kelembagaan dengan tugas, peran dan fungsi.
(2) Sistem, mekanisme dan prosedur ketatalaksanaan;
(3) Keberadaan personil pelaksana yang kompeten untuk menjalankan tugas dan
fungsi kelembagaan dengan acuan kerja yang jelas;
(4) Sistem informasi dan jaminan akan akuntabilitas, transparansi dan keterbukaan;

3. Dimensi Peran dan Fungsi


P2KTD dituntut untuk menjalankan peran dan fungsinya dalam membantu desa dalam
menyediakan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis atau melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan teknis yang memerlukan keahlian khusus, yang tidak dapat dilakukan desa
dan pendamping desa. Pendalaman pemahaman tehadap bidang keahlian tertentu yang
menjadi aspek peran dan fungsi kelembagaan P2KTD penting dilakukan atau diperkuat.
Pelaksanaan dana desa menciptakan kebutuhan desa akan layanan jasa terknis
yang spesifik dan beragam. Sementara tenaga pendamping profesional yang ada
memiliki keahlian terbatas. Kondisi ini tentu saja mengakibatkan kurag optimalnya
capaian pembangunan desa khususnya yang terkait dengan peningkatan produktivitas
dan pertumbuhan ekonomi desa yang berkelanjutan. Sementara itu diluar desa ada
banyak Lembaga yang mempunyai keahlian yang diperlukan oleh desa, namun desa
tidak memiliki akses informasi yang cukup tentang jenis Penyedia Peningkatan Kapasitas
tersebut.

238| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Lembar Informasi

3.3.1 Promosi Penyedia


Peningkatan Kapasitas
Teknis Desa

A. Pendahuluan
Promosi adalah suatu aktivitas komunikasi dari pemilik produk atau jasa yang ditujukan
kepada calon konsumen dengan tujuan supaya calon konsumen membeli/memakai
produk barang atau jasa yang ditawarkan. Proses ini merupakan bagian dari pemasaran
yang di dalamnya ada kegiatan mempengaruhi secara persuasif (membujuk) dengan
memperkenalkan kelebihan/kegunaan produk atau jasa dan dimana produk/jasa
tersebut dapat diperoleh.

B. Tujuan Promosi
Secara umum tujuan dari promosi Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis yaitu:
 menyebarkan informasi terkait produk atau Penyedia Peningkatan Kapasitas
yang dapat diebrikan oleh P2KTD;
 memperoleh konsumen baru dan menjaga kesetiaan konsumen. Jadi konsumen
tetap setia untuk membeli dan menggunakan produk atau Penyedia Peningkatan
Kapasitas yang ditawarkan oleh P2KTD;
 meningkatkan permintaan atas Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis dari
P2KTD;
 memberi pembeda dan mengunggulkan produk P2KTD dibanding pesaing
lainnya;
 membentuk citra produk Penyedia Peningkatan Kapasitas P2KTD dimata para
konsumen.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 239


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

C. Bauran Promosi
Bauran promosi adalah gabungan dari berbagai jenis promosi untuk produk dan jasa
yang sama supaya hasil dari kegiatan promosi yang dilakukan dapat membuahkan hasil
maksimal. Bauran promosi dapat menggunakan beberapa pendekatan salah satunya
dengan media promosi yang tepat diantaranya:
 Iklan adalah bentuk promosi bersifat masal dan nonpersonal. Oleh karena
sirkulasinya luas maka biaya per-unit menjadi lebih murah. Tetapi karena bersifat
non personal maka iklan tidak mampu responsive. Oleh karena itu iklan tidak
diharapkan sebagai media komunikatif interaktif.
 Penjualan Personal adalah aktivitas penjualan yang bersifat promosional. Karena
bersifat personal, promosi ini sangat efektif membina komunikasi dua arah dengan
audiens.
 Promosi Penjualan adalah bentuk promosi personal maupun nonpersonal untuk
mendongkrak penjualan dalam jangka pendek. Promosi penjualan memang
dirancang dengan berbagai cara (personal maupun non personal) untuk
mendorong penjualan pada saat-saat tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan sampel, ikut serta dalam pameran yang sesuai dengan target pasar.
 Publisitas adalah bentuk promosi yang lebih banyak dilakukan oleh masyarakat.
Audiens sering berpendapat bahwa informasi produk dari sumber non-produsen
tentu akan lebih fair atau jujur.
 Identitas Produk adalah desain produk yang bersifat khas yang mempunyai daya
tarik tersendiri. Identitas produk adalah bentuk penampilan promosi produk secara
konkrit menunjukkan kelebihan-kelebihan yang ada.
 Public relation (humas) yaitu mengupayakan produk yang dijual dapat diterima
oleh calon konsumen dan personal selling yaitu promosi dengan tatap muka
langsung. Contoh kehumasan yang bisa dilakukan untuk mempromosikan
Penyedia Peningkatan Kapasitas adalah lobby dan negosiasi.

D. Promosi P2KTD

Dalam rangka promosi untuk memperkenalkan dan membujuk pemerintah desa dan
masyarakat agar mau membeli jasa/gagasan yang dikembangkan dibutuhkan proses
komunikasi. Proses komunikasi dimulai dari menyediakan informasi baik itu mengenai
gagasan sosial untuk mendorong perubahan sosial di tingkat desa maupun
menggunakan Penyedia Peningkatan Kapasitas untuk mengimplementasikan gagasan
sosial yang direncanakan pihak desa/ditawarkan pihak luar.
Komunikasi dengan pelanggan bisa dilakukan dengan berbagai cara baik itu
melalui iklan, penjualan pribadi, pameran, pengumuman/pemberitaan melalui Humas,
dan pemasaran melalui internet. Dalam konteks mempromosikan gagasan sosial dan
Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis kepada desa cara komunikasi yang bisa

240| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

dilakukan melalui cara-cara yang lebih berorientasi pada ‘pembelajaran’ bukan dalam
konteks iklan produk komersial.
Pendekatan pemasaran sosial dengan cara (1) komunikasi yang lebih personal
(tatap muka) akan lebih efektif sehingga media yang dikembangkan sebagai alat bantu
digunakan untuk membantu menjelaskan informasi agar mudah dipahami oleh
pemerintah desa dan pihak-pihak terkait di masyarakat; (2) menggunakan pendekatan
lobby dan negosiasi; (3) menciptakan hubungan baik dengan berbagai pihak yang bisa
mempengaruhi keputusan/kebijakan desa.
Komunikasi yang dilakukan tidak bisa disamakan antara satu desa dengan desa
lainnya. Mengingat karakteristik personal, sosial dan budaya masing-masing wilayah
berbeda. Artinya pemahaman terhadap khalayak sasaran menjadi bagian yang penting
dalam kerangka mempromosikan gagasan sosial dan Penyedia Peningkatan Kapasitas
yang bisa diberikan.
Jika hubungan baik antara P2KTD dengan pemerintah dan komunitas yang ada di
desa sudah terbina, inisiatif komunikasi bisa jadi bukan dari pihak P2KTD saja akan tetapi
juga dari pihak pemerintah desa atau komunitasnya. Jalinan hubungan akan bertambah
baik ketika sudah pihak desa sudah mempunyai pengalaman yang positif pasca layanan
yang diberikan dan mereka akan bersedia menggunakan kembali Penyedia Peningkatan
Kapasitas yang dibutuhkan pada kegiatan/program lainnya.

E. Langkah Strategi Komunikasi/Promosi

Langkah strategi promosi dalam hal ini sama dengan langkah yang dilakukan pada
tahapan pengembangan strategi komunikasi, yaitu: (1) Identifikasi khalayak sasaran; (2)
menentukan tujuan komunikasi; (3) mengembangkan pesan; (4) menyeleksi saluran
komunikasi; (4) menetukan biaya; (5) mengembangkan media komunikasi; dan (5)
mengukur hasil komunikasi/promosi.
Identifikasi Khalayak Sasaran
Dalam kerangkan promosi Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis, khalayak sasaran
primer adalah kepala desa dan jajaran pemerintahan desa sebagai penentu kebijakan
pembangunan dan penggunaan dana desa. Selain jajaran pemerintahan desa, BPD, dan
Komunitas desa menjadi khalayak sekunder mengingat mereka menjadi bagian dari
forum musyawarah yang terlibat dalam proses perencanaan dan penganggaran
pembangunan desa dalam forum musrenbang.
Menentukan Tujuan Komunikasi /Promosi
Tujuan Komunikasi/promosi harus spesifik dan bisa terukur serta berkaitan dengan
tujuan pengembangan gagasan sosial yang ditawarkan. Tujuan dari promosi yang
dilakukan P2KTD adalah gagasan sosial yang ditawarkan masuk ke dalam dokumen
perencanaan dan penganggaran desa, serta menerima P2KTD sebagai rekanan pemberi
Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis untuk mengimplementasikan gagasan tersebut.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 241


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Merancang Pesan
Tujuan komunikasi diturunkan ke dalam pesan-pesan khusus untuk setiap khalayak
sasaran. Pesan yang akan disampaikan bisa jadi umum untuk semua khalayak, akan
tetapi ada pesan-pesan untuk khalayak sasaran tertentu disesuaiken dengan tugas,
peran dan fungsi mereka dalam pembangunan desa.
Pesan yang disampaikan idealnya harus memenuhi prinsip AIDA, yaitu bisa memberikan
perhatian (attention), menarik (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan
menghasilkan tindakan (action). Pesan yang efektif harus dapat menyelesaikan empat
masalah, yaitu bagaimana, apa, dimana, dan siapa.
Menyeleksi Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi bisa personal dan non personal. Saluran komunikasi personal
biasanya dilakukan melalui lobby, negosiasi, diskusi, obrolan dalam media sosial, dan
lainnya. Saluran komunikasi non personal dilakukan dengan melalui media massa, media
sebar, media baru berbasis internet seperti sosial media, blog, dan media lainnya.
Menetapkan jumlah anggaran promosi
Anggaran untuk promosi harus ditetapkan berdasarkan kemampuan lembaga (P2KTD)
dan berorientsi pada tujuan promosi. Anggaran yang tersedia akan menentukan jenis
media dan saluran yang akan digunakan .
Menentukan bauran promosi
Menentukan alat promosi yang akan digunakan yaitu advertising, personal selling, sales
promotion, atau public relation, atau bauran dari berbagai perangkat tersebut. Dalam hal
ini harus juga ditentukan media bantu yang akan digunakan misalnya poster, brosur,
dan lain-lain.
Mengukur hasil promosi
Mengukur hasil promosi sangat penting untuk dilakukan. Hasil pengukuran dapat
dijadikan acuan kebehasilan promosi yang dilakukan. Beberapa pertanyaan bisa menjadi
acuan dalam melakukan pengukuran hasil promosi :
 Apakah mereka mengenal dan mengingat pesan-pesan yang diberikan?
 Berapa kali melihat pesan tersebut?
 Apa saja yang masih diingat?
 Bagaimana sikap mereka terhadap produk/jasa?
Mempromosikan Penyedia Peningkatan Kapasitas memang berbeda dengan
mempromosikan produk karena layanan tidak kasat mata dan hanya bisa diukur oleh
kepuasan pelayanan yang diberikan. Kepuasan dapat dibuktikan dengan
memperlihatkan karya-karya yang sudah dilakukan dan testimony dari berbagai pihak
yang pernah mempunyai pengalaman sebagai mitra kerja.

242| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

F. Kiat Promosi

Ada beberapa kiat yang bisa digunakan agar para pelanggan akan menggunakan jasa
yang diberikan secara berkelanjutan dan calon pelanggan percaya dan mtertarik
menggunakan jasa yang ditawarkan.

1. Berikan pelayanan prima

Selalu berikan pelayanan prima atau pelayanan yang terbaik kepada pelanggan . Buatlah
pelanggan merasa puas menggunakan jasa yang ditawarkan supaya pelanggan akan
memberikan rekomendasi kepada orang terdekatnya bahkan kepada orang yang baru
di kenal untuk menggunakan jasa P2KTD. Dengan begitu P2KTD akan merasa sangat
diuntungkan karena dapat menghemat cukup banyak biaya promosi.

2. Dapat dipercaya

Jika lembaga bergerak di bidang jasa, maka kepercayaan adalah hal yang sangat
penting. Maka dari itu buatlah hubungan yang erat dengan para pelanggan. Misalnya
saja dengan melakukan pendekatan secara personal agar dapat menanyakan kesan
mereka terhadap jasa yang pernah ditawarkan dan jangan lupa untuk menanyakan saran
supaya lembaga dapat lebih berkembang. Dengan begitu,P2KTD dapat mengetahui apa
yang diinginkan oleh pelanggan.

3. Manfaatkan jejaring sosial

Pada era digital ini, penggunaan internet merupakan suatu hal yang sudah lazim di
masyarakat. Hampir rata-rata semua orang sudah memiliki akun jejaring sosial. Besar
kemungkinan bahwa pelanggan sudah lebih dulu masuk di jejaring sosial. Oleh karena
itu tidak ada salahnya jika P2KTD mulai merambah ke jejaring sosial. Karena hal ini dapat
digunakan sebagai media promosi bisnis layanan yang diberikan. Dengan menggunakan
metode tertentu, Anda dapat pula mencari tahu seberapa banyak rekomendasi dari
pengguna jejaring sosial terhadap jasa yang di tawarkan.

4. Bergabung dengan komunitas

Contohnya saja jika lembaga adalah jasa perawatan hewan peliharaan (grooming,
tempat penitipan hewan, dan lain sebagainya) maka lembaga bisa menjadi salah satu
anggota dari perkumpulan pecinta anjing atau kucing. Di dalamnya, dengan
menggunakan beberapa teknik pendekatan, dapat mulai sedikit demi sedikit
menawarkan jasa yang diberikan. Atau ketika sumberdaya lembaga dapat dikategorikan
cukup maka dapat membentuk komunitas sendiri yang bersinergi dengan jasa yang
akan ditawarkan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 243


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

5. Melakukan kegiatan yang bersinergi dengan bidang layanan lembaga secara tulus

Jika lembaga melakukan segala aktifitas yang berhubungan dengan Penyedia


Peningkatan Kapasitas lembaga, maka kerjakanlah secara tulus apalagi ketika jasa
lembaga dapat digunakan untuk membantu seseorang dalam mencapai tujuannya.
Contohnya ketika lembaga mempunyai bengkel mobil , dan memiliki rekan yang ingin
memodifikasi mobilnya. Suatu saat mobil tersebut mengikuti kejuaraan dan
mendapatkan penghargaan, lalu beritanya dimuat di media massa. Maka secara tidak
terduga, bisa saja jasa lembaga akan dimuat di media tersebut. Sehingga akan semakin
banyak yang mengenal jasa lembaga. Ingatlah bahwa segala sesuatunya didasari oleh
kepercayaan. Segala sesuatu yang dilakukan itu diharapkan dapat memberikan
pelayanan yang terbaik agar pelanggan percaya kepada jasa yang ditawarkan. Karena
pada dasarnya semua jenis bisnis memiliki prinsip yang sama, yaitu bagaimana
memberikan kepuasan kepada pelanggan supaya mereka dapat merekomendasikan
jasa pelayanan lembaga ke lingkungan mereka.

Daftar Pustaka
Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Dunia Usaha https://modulmakalah.blogspot.
co.id/2017/03/Strategi.Komunikasi.Pemasaran.dalam.Menjalankan.Dunia.Usaha.ht
ml
Zahir, 5 Strategi Promosi dalam Bisnis Bidang Jasa, dalam ttps://zahiraccounting.
com/id/blog/5-strategi-promosi-pada-bisnis-di-bidang-jasa/

244| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Lembar Informasi

3.3.2 Pengembangan Media


Promosi

A. Pendahuluan

Media promosi adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
informasi atau pesan mengenai produk yang ditawarkan kepada khalayak umum
(masyarakat). Dalam menjalankan promosi pemilihan media didasarkan kepada
beberapa pertimbangan yaitu: (1) jenis dan karakter produk yang dipasarkan; (2) perilaku
khalayak, dan (3) program promosi pesaing.
Pilihan Media Berdasarkan Produk. Misalnya: produk yang mempunyai tampilan
unik dan mampu membangkitkan emosional akan lebih pas bila dipromosikan dengan
iklan.
Pilihan media berdasarkan karakteristik khalayak. Dalam hal ini harus diketahui
saluran media yang biasa digunakan oleh khalayak sasaran dalam berkomunikasi,
misalnya apakah khalayak terbiasa menggunakan saluran media audio, visual, atau audio
visual.
Pilihan Media Berdasarkan Pesaing. Seringkali, perancang pilihan media diambil
untuk menanggapi promosi pesaing. Karena pesaing gencar memberikan hadiah kepada
pelanggannya, tentu perusahaan harus merespons dengan program yang seimbang
agar supaya tidak ditinggalkan oleh pelanggan.

B. Katagori Media Promosi

Strategi media promosi dapat dikategorikan ke dalam dua saluran yaitu media online
dan media offline. Strategi promosi dengan cara online yaitu promosi dengan
memanfaatkan media digital untuk memperluas jaringan dan jangkauan pemassaran
yang luas dan tidak terjangkau dengan media offline. Strategi promosi offline adalah
promosi yang memanfaatkan sumberdaya media fisik untuk menyebarkan informasi
yang berhubungan dengan spesifikasi produk kepada konsumen yang berada pada area
tertentu, sesuai dengan karakteristik media offline yang mempunyai batasan
dibandingkan dengan media online.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 245


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

1. Media Promosi Online

Dalam era digital saat ini promosi tidak lagi dilakukan dengan cara-cara yang tradisional.
Teknologi komunikasi melalui internet semakin berkembang yang kemudian
mempengaruhi juga kepada strategi promosi yang bisa dilakukan. Dengan melalui
internet, promosi dapat menjangkau khalayak sasaran yang tanpa batas. Promosi online
dapat menggunakan beberapa media seperti berikut.
 Website. Tingkat keberhasilan media ini tergantung kepada besaran traffic visitors
setiap harinya dan popularitas web yang dikembangkan.
 Media Sosial seperti facebook, twitter, instagram, google+, dll. Sosial media yang
sebelumnya hanya dikenal sebagai alat komunikasi biasa, update status dan
lainnya, sekarang beralih dan semakin banyak yang menggunakan untuk membuat
fans page dengan kategori produk baik barang maupun jasa. Promosi sosial media
sangat tergantung kepada sumberdaya manusia yang dimiliki, banyaknya like,
komentar dan tweet dari khalayak. Namun seperti web tetap saja yang paling
berpengaruh adalah traffic visitors setiap harinya.
 Adwords/PPC (Paid Per Click). Promosi langsung menggunakan layanan search
engine google, yaitu menempatkan promo pada hasil pencarian non-organik.
Kelebihan promosi ini adalah pasar tertarget sesuai dengan produk, dan bayar
promo hanya jika di klik oleh pengunjung. Kekurangannya traffic visitors minialis,
dan akan boros biaya jika iklan di-klik oleh pengunjung yang tidak potensial.
 Kontrak iklan advertiser. Berdasarkan hasil riset media ini paling banyak digunakan
untuk promosi di internet. Hal ini disebabkan jika bisa memilih web publisher yang
bagsu dengan traffic yang tinggi yang ditampilkan dalam traffic visitors melalui
histats. Pemilik web akan mendapatkan limpahan traffic visitors instans, minimal
1000 sampai 4000 visitors per-hari. Ini dimungkinkan karena semakin banyak yang
mengunjungi web, maka order dan penjualan akan semakin tinggi. Produk baru
maupun produk lama akan mempunyai kesempatan yang sama dengan adanya
traffic visitors yang tinggi. Pemilihan web atau publisher menjadi penting dalam
hal ini, harus diperhatikan jumah traffic visitors yang bisa dilihat melalui histats.

2. Media Promosi Offline

Media offline sudah dikenal sejak lama sehingga disebut juga medi tradisional. Media
ini terdiri dari media yang berbentuk visual, audio dan audio-visual. Berikut media-media
tradisional yang bisa digunakan sebagai saluran promosi.
Media Cetak
Promosi melalui media cetak adalah cara promosi yang paling banyak digunakan.
Promosi jenis ini sangat mudah dijangkau oleh masyarakat kalangan atas hingga bawah.
Biaya untuk promosi menggunakan media cetak ini cukup terjangkau tetapi sangat
tergantung kepada jenis media, design, dan material kertas serta tinta yang digunakan.
Promosi ini biasanya dilakukan dengan membuat :

246| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Poster, Media promosi cetak ini merupakan sarana komunikasi pemasaran yang
paling umum dan sering dijumpai di banyak tempat, terutama di tempat-tempat
umum dan strategis. Ukuran poster yang relatif besar berpotensi untuk menarik
perhatian pembaca dan mengarahkan mereka pada pesan merek. Poster harus
didesain semenarik mungkin agar menarik perhatian orang karena media ini
biasanya dibaca sambil lalu.
 Banner, Berkembangnya mesin percetakan yang semakin maju dan canggih
semakin memudahkan orang dalam mencetak materi promosi dalam ukuran besar.
Banner umumnya dicetak dalam ukuran besar dan ditempatkan pada tempat-
tempat yang mudah dilihat orang. Bentuk banner dan teknik pemasangannya
bervariasi. Banner yang dipasang pada rangka berbentuk seperti huruf X mudah
dipindahkan dan dikenal dengan X-banner. Ukurannya pun bermacam-macam,
ada pula yang berukuran kecil dan biasa ditempatkan di meja, disebut dengan mini
X-banner.
 Brosur (pamflet), Brosur berupa lembaran yang bisa dibaca lebih lama
dibandingkan dengan poster. Brosur umumnya dicetak dalam jumlah yang relatif
banyak, dicetak dengan kualitas yang bagus, dan diterbitkan secara tidak berkala
pada kesempatan tertentu, misalnya pada event pameran. Brosur yang berupa
lembaran satu muka atau bolak balik dan mempunyai lipatan disebut dengan
leaflet.
 Flyer, Media yang satu ini sangatlah praktis dan cocok untuk menampilkan
informasi yang singkat namun padat. Ia berupa selebaran yang biasanya dibagikan
kepada khalayak dan berupa informasi tentang program promosi seperti diskon
atau kegiatan tertentu. Flyer yang merupakan satu lembar kertas tanpa lipatan
seringkali dicetak dalam jumlah yang banyak agar mudah menjangkau banyak
orang.
 Kalender, Kita dapat menggunakan kalender sebagai media promosi cetak yang
cukup ampuh. Orang cenderung suka menyimpan kalender sebagai alat penunjuk
tanggal dan hari serta bulan sehingga media ini dapat menampilkan pesan-pesan
merek yang mempunyai umur panjang. Jumlah lembaran kalender bervariasi. Ada
kalender yang hanya berupa satu lembar mirip poster dan ada pula yang berupa
banyak lembaran.
 Katalog, Katalog dapat menjadi alternatif pilihan media promosi cetak yang
mampu menampilkan banyak informasi. Media ini sangat cocok untuk produk
yang mempunyai banyak spesifikasi dan detail sehingga pembaca dapat
mendapatkan informasi yang lengkap tentang produk yang ditawarkan. Dengan
katalog, pembaca umumnya membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk
memutuskan produk yang akan dibelinya.
 Kartu Nama, Walau teknologi canggih seperti ponsel pintar dapat menyimpan
berbagai informasi dengan mudah, namun kartu nama masih tetap diperlukan.
Ibaratnya, kartu nama adalah duta bisnis yang mencerminkan dan mewakili

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 247


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

perusahaan sobat. Informasi yang harus ada dalam kartu nama yaitu nama
perusahaan dan kontak yang bisa dihubungi.
 T-shirt, Kaos atau T-shirt merupakan media promosi cetak yang populer dan
sangat mudah diterima oleh khalayak. Umumnya, orang secara suka rela memakai
kaos promosi karena dapat dipakai dalam banyak kesempatan, terutama dalam
situasi yang tidak formal. Nah, dengan menampilkan logo merek pada kaos, maka
secara langsung ataupun tidak, kita telah mempromosikan merek pada banyak
orang.

Media Elektronik
Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi
elektromekanis bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya. Contoh promosi
melalui media elektronik adalah iklan TV, radio dan film. Iklan bisa dimuat di berbagai
media termasuk radio. jasa iklan di radio mengeluarkan biaya cukup murah daripada
iklan televisi akan tetapi sehubungan dengan perkembangan zaman penggemar iklan
radio sudah mengurang, dikarenakan sudah kurang praktis dan kalah dengan media
yang lain.
Televisi adalah media kedua yang bisa menampung iklan dalam jumlah yang
sangat banyak, televisi bisa menampung iklan cukup besar dengan syarat harga iklan
lumayan mahal, mahalnya iklan televisi dikarenakan iklan televisi mengeluarkan cukup
banyak waktu untuk pembuatannya pengiklanannya juga harus bergantian dengan
iklan-iklan yang lain, maka dari itu iklan televisi maksimal berdurasi satu menit.

E. Promosi Media Produk

Maksud adalah promosi yang dilakukan melalui sebuah produk seperti tas, kaos, topi,
dan lainnya. Pada umumnya ketika ketika mengikuti seminar, peserta akan mendapatkan
sebuah tas dengan logo sebuah perusahaan. Souvenir juga dapat dimanfaatkan sebagai
media promosi. Biasanya tas-tas semacam ini bisa dipesan di pabrik tas, sehingga dapat
memesan sesuai selera.

F. Evaluasi Promosi

Dalam mengukur efektivitas promosi dapat dilakukan melalui proses evaluasidengan


melihat tiga hal, yaitu:
 Evaluasi berbasis standar Promosi. Pada dasarnya tindak evaluasi adalah
pembandingan nilai. Untuk dasar pembandingan diperlukan standar atau ukuran
keberhasilan yaitu pernyataan tujuan atau anggaran promosi.
 Evaluasi Berbasis Pola Efek Pengaruh. Kampanye program promosi tidaklah begitu
saja langsung saat yang bersamaan memberikan pengaruh. Selalu ada tenggang
waktu antara eksekusi program dengan hasil kinerja program.

248| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Evaluasi Berbasis Metodologi. Penentuan saat atau waktu evaluasi akan


memberikan inforamsi yang berbeda. Metode evaluasi dapat dilakukan sebelum
(pra-test), pada saat (pro-test) atau sesudah (post-test) program promosi
dilaksanakan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 249


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

250| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Lembar Informasi

3.4.1 Memahami Karakteristik


Pelanggan

A. Kepuasan Pelanggan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pelanggan memiliki arti membeli atau
menggunakan barang secara tetap. Menurut Greenberg (2010:8), pelanggan atau
customer adalah individu atau kelompok yang terbiasa membeli sebuah produk atau
jasa berdasarkan keputusan mereka atas pertimbangan manfaat maupun harga yang
kemudian melakukan hubungan dengan perusahaan melalui telepon, surat, dan fasilitas
lainnya untuk mendapatkan suatu penawaran baru dari perusahaan. Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa pelanggan adalah individu atau kelompok yang membeli atau
menggunakan sebuah produk atau jasa secara tetap yang kemudian melakukan
hubungan dengan perusahaan untuk mendapatkan suatu penawaran baru dari
perusahaan.
Kepuasan pelanggan adalah sebuah pendahuluan dari pembelian kembali
konsumen, loyalitas pelanggan, dan bertahannya konsumen yang akhirnya menguntung
kan organisasi. Kepuasan konsumen memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan
dimana salah satu yang penting yaitu memungkinkan tercapainya loyalitas pelanggan
(Lovelock et al 2005:395). Sementara Kotler & Keller (2013:194) mengartikan kepuasan
pelanggan sebagai tingkat keadaan perasaan seseorang yang merupakan hasil
perbandingan antara penilaian kinerja/hasil akhir produk dalam hubungannya dengan
harapan pelanggan.
Kepuasan merupakan fungsi dari harapan dan kinerja yang dirasakan. Jika kinerja
produk atau jasa lebih rendah dari yang diharapkan, konsumen akan merasa tidak puas.
Jika kinerja produk atau jasa sesuai harapan maka konsumen akan merasa puas
(satisfied), dan jika kinerja produk atau jasa melebihi harapan maka konsumen akan
merasa sangat puas (delighted). Teori ini didukung oleh Service Quality Gap Model yang
menyatakan bahwa:
Customer satisfaction Expectation = Perception
Ketika konsumen membeli suatu produk atau jasa memiliki harapan mengenai
bagaimana produk atau jasa tersebut dapat berfungsi memenuhi kebutuhan dan
keinginan yang dikehendakinya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 251


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

The Expectancy Disconfirmation Theory menjelaskan bagaimana kepuasan dan


ketidakpuasan terbentuk. Teori ini mengemukakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan
pelanggan merupakan dampak dari perbandingan dari harapan konsumen sebelum
proses pembelian barang atau jasa dengan proses pembelian sesungguhnya yang
diterima oleh konsumen tersebut. Produk atau jasa dapat berfungsi sebagai berikut
(Sumarwan 2003):
(1) Positive Disconfirmation, terjadi apabila produk atau jasa berfungsi lebih baik dari
yang diharapkan. Jika hal ini terjadi, maka konsumen akan merasa puas;
(2) Simple Confirmation, atau konfirmasi sederhana terjadi apabila produk atau jasa
berfungsi seperti apa yang diharapkan. Konsumen tidak memiliki rasa puas dan
tidak juga memiliki perasaan kecewa, namun konsumen akan memiliki perasaan
netral;
(3) Negative Disconfirmation, atau diskonfirmasi negatif terjadi apabila produk atau
jasa berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan. Produk atau jasa yang berfungsi
buruk dan tidak sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan
kekecewaan atau ketidakpuasan konsumen.
Keuntungan dari Kepuasan Pelanggan Menurut Lovelock dan Wright (2005:72)
pihak manajemen akan memperoleh beberapa keuntungan dari kepuasan
pelanggannya, yaitu: (a) Menciptakan keuntungan yang berkelanjutan; (b) Mengurangi
biaya kegagalan; (c) Meningkatkan loyalitas; (d) Meningkatkan word of mouth yang
positif ditengah masyarakat; (e) Biaya yang lebih rendah untuk menarik konsumen baru
Tjiptono (2012) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan berpotensi memberikan
sejumlah manfaat spesifik, di antaranya:
(1) Berdampak positif terhadap loyalitas pelanggan;
(2) Berpotensi menjadi sumber pendapatan masa depan, terutama melalui pembelian
ulang, cross-selling, dan up-selling;
(3) Menekan biaya transaksi pelanggan di masa depan, terutama biaya komunikasi
pemasaran, penjualan, dan layanan pelanggan;
(4) Menekan volatilitas dan resiko berkenaan dengan prediksi aliran kas masa depan;
(5) Meningkatkan toleransi harga, terutama kesediaan pelanggan untuk membayar
harga premium dan pelanggan cenderung tidak mudah tergoda untuk beralih
pemasok;
(6) Menumbuhkan rekomendasi getok tular positif;
(7) Pelanggan cenderung lebih reseptif terhadap product-line extensions, brand
extensions, dan new add-on services yang ditawarkan;
(8) Meningkatkan bargaining power relative terhadap jaringan pemasok, mitra bisnis,
dan saluran distribusi. Dari beberapa manfaat yang diatas, dapat disimpulkan
bahwa perusahaan yang memberikan kepuasan kepada pelanggannya akan

252| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

memperoleh keuntungan bagi perusahaan itu sendiri baik dari segi materi,
maupun dari sisi moral atau nama baik perusahaan dalam persepsi masyarakat.
Menurut Irawan (2009:37) terdapat lima faktor yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan, yaitu:
(1) Kualitas produk pelanggan akan merasa puas apabila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Konsumen
rasional selalu menuntut produk yang berkualitas pada setiap pengorbanan yang
dilakukan untuk memperoleh produk tersebut. Dalam hal ini kualitas produk yang
baik akan membarikan nilai tambah di benak konsumen;
(2) Kualitas pelayanan kualitas pelayanan di bidang jasa akan membuat pelanggan
merasa puas apabila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai
dengan yang mereka harapkan. Pelanggan yang puas akan menunjukkan
kemungkinan untuk kembali membeli produk atau jasa yang sama. Pelanggan
yang puas cenderung akan memberikan persepsi terhadap produk atau jasa
sebuah perusahaan;
(3) Emosional pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa
orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek
tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial atau
self-esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu;
(4) Harga produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang
relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada konsumennya.
Elemen ini mempengaruhi konsumen dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya
semakin mahal harga suatu produk atau jasa, maka pelanggan atau konsumen
memiliki nilai ekspektasi yang lebih tinggi;
(5) Kemudahan pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman, dan
efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.

B. Perilaku Pelanggan
Pelanggan adalah orang atau organisasi yang membeli barang atau jasa untuk
dikonsumsi atau dijual kembali atau diolah menjadi barang lain lebih lanjut. Dengan
demikian yang disebut pelanggan tidak hanya meliputi pelanggan akhir, tetapi juga
pelanggan antara dan pelanggan industri. Untuk mencapai tujuannya setiap perusahaan
baik dagang, jasa maupun industri sudah tentu memerlukan kehadiran pelanggan.
Bahkan untuk mencapai tujuan tersebut, para pelaku bisnis rela mengeluarkan biaya
besar untuk menarik perhatian pelanggan seperti melakukan promosi dan riset
pelanggan dalam rangka menyusun strategi pemasaran yang tepat. Perilaku pelanggan
dalam membeli jasa sedikit berbeda dengan perilaku pelanggan dalam membeli produk
barang. Bila dibandingkan dengan produk barang, maka penilaian pelanggan terhadap
jasa cenderung lebih subjektif. Sebab karakteristik jasa bersifat abstrak, tidak bisa dilihat
secara kasad mata dan tidak ada tenggang waktu antara masa produksi dan masa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 253


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

konsumsi. Pada saat jasa itu diproduksi maka pada saat yang sama jasa tersebut
dikonsumsi. Agar memperoleh gambaran yang jelas tentang perilaku pelanggan, berikut
akan dikemukakan definisi perilaku pelanggan menurut beberapa penulis dalam
Sudarmiatin (2009:2).
Hawkins (1998) mengemukakan bahwa perilaku pelanggan (consumer behavior)
adalah studi terhadap individu, kelompok atau organisasi dan proses yang mereka
gunakan untuk memilih, mengamankan menggunakan dan menentukan produk, service
pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhan dan dampak proses tersebut pada
pelanggan atau masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: (1)
Perilaku pelanggan menyoroti perilaku baik individu maupun rumah tangga; (2) Inti dari
perilaku pelanggan adalah proses pengambilan keputusan pembelian barang atau jasa;
(3) Tujuan mempelajari perilaku pelanggan adalah untuk menyusun strategi pemasaran
yang berhasil.

C. Model Perilaku Pelanggan


Banyak faktor yang mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang atau jasa. Faktor-
faktor tersebut sangat bervariasi tergantung dari sudut mana pemasar menilai. Teori
yang mempelajari tentang berbagai faktor yang mempengaruhi pelanggan dalam
membeli barang atau jasa inilah yang disebut sebagai model perilaku pelanggan.
Terdapat banyak model perilaku pelanggan, namun pada penulisan ini hanya
memfokuskan pada model perilaku pelanggan dari Assael. Menurut Assael dalam
Sudarmiatin (2009:3), ada tiga faktor yang mempengaruhi pelanggan dalam membuat
keputusan pembelian yaitu pelanggan individu, lingkungan dan penerapan strategi
pemasaran.
Gambar Model Perilaku Pelanggan menurut Assael

Sumber: Assael dalam Sudarmiatin (2009:3)

Pada gambar tersebut dijelaskan tiga faktor yang mempengaruhi pilihan pelanggan
dalam membeli barang/jasa yaitu: (1) Pelanggan individual; (2) lingkungan; dan (3)
penerapan strategi pemasaran.

254| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Faktor pertama pelanggan individual artinya pilihan untuk membeli barang/jasa


dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri pelanggan seperti kebutuhan, persepsi,
sikap, kondisi geografis, gaya hidup dan karakteristik kepribadian individu.
Faktor kedua, yaitu lingkungan artinya pilihan pelanggan terhadap barang/jasa
dipengaruhi oleh lingkungan yang mengitarinya. Ketika pelanggan membeli barang/jasa
mereka didasari oleh banyak pertimbangan misalnya karena meniru desa tetangga,
karena tetangganya telah membeli lebih dulu, dan sebagainya. Dengan demikian,
interaksi sosial yang dilakukan oleh kepala desa atau perwakilannya akan turut
mempengaruhi pilihan produk yang akan dibeli.
Faktor ketiga, yaitu penerapan strategi pemasaran ini merupakan stimuli
pemasaran yang dikendalikan oleh pemasar/pelaku bisnis. Dalam hal ini pemasar
berusaha mempengaruhi pelanggan dengan menggunakan stimuli pemasaran seperti
iklan, dan sejenisnya agar pelanggan bersedia memilih produk yang ditawarkan. Strategi
pemasaran yang lazim dikembangkan oleh pemasar biasanya berhubungan dengan
produk yang ditawarkan, harga jual produknya, strategi pemasaran yang dilakukan dan
dan bagaimana pemasar melakukan distribusi produk kepada pelanggan. Strategi
pemasaran tersebut biasa disebut bauran pemasaran (marketing mix). Marketing mix
merupakan elemen pengendalian organisasi yang dapat memberikan kepuasan atau
sebagai sarana komunikasi dengan pelanggan. Marketing mix jika diterapkan dalam
bidang jasa, maka ada penambahan unsur people, process dan physical evidence dari
unsur product, price, place dan promotion. Oleh karena, karakteristik jasa biasanya
diproduksi dan dikonsumsi secara simultan (bersama-sama), maka pelanggan sering
bertanya langsung kepada pemberi jasa tentang proses pemberian jasa tersebut.
Selanjutnya pemasar harus mengevaluasi strategi pemasaran yang dilakukan
dengan melihat respon pelanggan untuk memperbaiki strategi pemasaran di masa
depan. Sementara itu pelanggan individual akan melakukan evaluasi pembelian yang
telah dilakukannya. Jika pembelian yang dilakukan mampu memenuhi kebutuhan dan
keinginannya, dengan kata lain mampu memuaskan kebutuhannya, maka di masa yang
akan datang akan terjadi pembelian berulang. Bahkan lebih jauh dari itu pelanggan yang
merasa puas akan menyampaikan kepuasannya itu kepada orang lain, dan inilah yang
disebut sebagai pengaruh dari mulut ke mulut (word of mouth communication).

D. Pribadi Pelanggan
Faktor pribadi yang menjadi dimensi dalam perilaku pelanggan yaitu: motivasi,
pengamatan (persepsi), pembelajaran, dan sikap.

1. Motivasi

Istialh motivasi (Swasta dan Handoko, 2000: 77) merupakan dorongan kebutuhan dan
keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. Perilaku
manusia sebenarnya hanyalah cerminan yang paling sederhana dari motivasi dasar

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 255


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

mereka, perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motif. Motivasi
mempunyai arti yang berbeda-beda, ada yang menyebut motif, kebutuhan, desakan,
keinginan, dan dorongan. Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri
seseorang yang mempengaruhi perilaku mereka terhadap keputusan tentang produk
atau jasa yang akan dibeli untuk memenuhi kebutuhannya atau sesuatu yang membuat
seseorang untuk bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Keputusan yang
diambil pelanggan terhadap barang/jasa yang akan dipilihnya dipengaruhi oleh motivasi
pelanggan, kebutuhan yang ingin dipuaskan mendorongnya memilih barang/jasa yang
akan memberikan kepuasan dalam memenuhi keinginannya.

2. Pengamatan (persepsi)

Pengamatan adalah suatu proses dengan mana pelanggan menyadari dan


menginterprestasikan aspek lingkungannya. Seluruh proses akal manusia yang sadar
tersebut sering disebut dengan persepsi (Swasta dan Handoko, 2000: 84).

3. Pembelajaran

Ketika seseorang bertindak, mereka belajar agar tindakannya tersebut tidak


menyimpang dari apa yang diinginkannya. Menurut Swasta dan Handoko (2000:86),
pembelajaran diartikan sebagai perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai
akibat dari adanya pengalaman.
Proses pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya. Sebagai interaksi maka terbentuklah hubungan antara kebutuhan-
kebutuhan dan tanggapan-tanggapan, antara tegangan dengan perilaku yang
mengubah tegangan tersebut. Proses pembelian yang dilakukan oleh pelanggan
merupakan sebuah proses pembelajaran, dimana hal ini merupakan bagian dari
kehidupan pelanggan. Proses belajar pada suatu pembelian terjadi apabila pelanggan
ingin menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan. Tanggapan pelanggan merasa
puas, maka tanggapannya akan diperkuat, serta ada kecenderungan bahwa tanggapan
yang sama akan terulang. Jadi proses pembelian senantiasa mempelajari sesuatu.

4. Sikap

Sikap merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam perilaku pelanggan
karena sikap memberikan pengaruh terhadap keputusan yang diambil seseorang. Sikap
merupakan tanggapan seseorang terhadap rangsangan lingkungan yang dapat
membimbing tingkah lakunya. Sikap adalah hasil dari faktor genesis dan proses belajar
yang selalu berhubungan dengan suatu obyek atau produk. Menurut Swasta dan
Handoko (2000:93), sikap adalah suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan pikir (neural)
yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek, yang
diorganisir melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung dan atau secara
dinamis pada perilaku.

256| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

E. Pelanggan dan Bauran Pemasaran


Bauran pemasaran atau marketing mix merupakan inti dari sistem pemasaran
perusahaan. Bauran pemasaran menurut Kotler (2000:18), yaitu ada empat yang sering
disebut dengan 4P, yaitu: product (produk), price (harga), place (tempat), promotion
(promosi). Lebih lanjut, pakar pemasaran Kotler dan Fox seperti yang dikutip oleh
Lupiyoadi (2001:126), mempertegas bahwa bauran pemasaran jasa terdiri dari tujuh
yaitu: kompetensi teknis, harga, tempat, promosi, orang, proses, dan fasilitas fisik.
Adapun unsur-unsur tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Kompetensi Teknis

Jasa utama dari P2KTD adalah menunjukkan keahlian di bidang tertentu. Layanan atau
jasa yang banyak ditawarkan oleh P2KTD diantaranya adalah di bidang infrastruktur:
perencanaan bangunan, pembangunan infrastruktur dan pengelolaan atau pemelihara-
an, di bidang Kewirausahaan: konsultasi, pelatihan, teknologi terapan, bimbingan teknis
dan studi-studi, di bidang sumber daya manusia: konsultasi, pelatihan, bimbingan, dan
pendampingan. Kualitas Penyedia Peningkatan Kapasitas akan sangat menentukan
keberhasilan lembaga atau organisasi yang berberan sebagai P2KTD tersebut.

2. Harga

Pelanggan P2KTD adalah desa. Pengukuran terhadap harga yang ditetapkan oleh P2KTD
tersebut dapat dilihat dari perbandingan biaya dan manfaat yang diterima. Biaya
tersebut diperhitungkan terhadap waktu dan tenaga yang dibutuhkan serta juga
mempertimbangkan kondisi dan kemampuan desa. Walaupun harga adalah salah satu
dari bauran pemasaran, namun dengan kualitas yang tinggi dan manfaat yang didapat
maka calon pelanggan (desa) cenderung berani membayar lebih tinggi, sepanjang biaya
yang ditawarkan masih dalam batas keterjangkauan desa.

3. Tempat

Konsep tempat dalam pemasaran jasa P2KTD adalah kantor. Kantor atau tempat dimana
P2KTD berada harus pasti dak tetap sehingga akan memudahkan desa jika ingin
berkunjung atau menghubungi P2KTD yang bersangkutan.

4. Promosi

Promosi merupakan bagian penting dari program pemasaran, dimana dengan promosi
para P2KTD dapat menginformasikan kepada pelanggan tentang tujuan, aktivitas, dan
menawarkan untuk memotivasi mereka agar tertarik dengan layanannya. Kebanyakan
dalam berkomunikasi dengan pasar menggunakan public relations, marketing

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 257


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

publications, dan advertising yang merupakan tipe utama dari program komunikasi
pemasaran formal.

5. Orang

Dalam hal ini yang dimaksud orang adalah karyawan ataupun orang-orang yang
menyediakan jasa. Untuk P2KTD orang-orang yang memberikan jasa adalah para tenaga
ahli yang ada sesuai dengan bidangnya.

6. Proses

Proses adalah gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari prosedur, jadwal
kegiatan, pekerjaan, mekanisme, aktivitas dan hal lain, dimana jasa dihasilkan dan
disampaikan kepada pelanggan.

7. Fasilitas Fisik

Fasilitas fisik diartikan sebagai lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung
berinteraksi dengan pelanggan. Fasilitas ini berhubungan dengan gedung, lokasi,
fasilitas penunjang penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis.

F. Pelanggan dan Lingkungan


Pelanggan hidup dan berinteraksi dalam lingungan yang sangat komplek. Dimana
aktivitasnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana mereka berada, begitu pula
dengan proses keputusan membeli mereka akan dipengaruhi oleh lingkungan mereka.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keputusan pelanggan dalam mengambil
keputusan terdiri dari kelas sosial dan kelompok referensi.
Kelas sosial merupakan sebuah kelompok atau bagian-bagian kelompok yang
relatif homogen dan tetap dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hirarkis dan
para anggota disetiap tingkat memiliki tata nilai, minat, dan perilaku yang hampir sama.
Menurut Engel (1994:121), bahwa kelas sosial mengacu pada pengelompokan orang
yang sama dalam perilaku mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka. Pengaruh kelas
sosial pada perilaku pelanggan adalah pada kegiatan membelanjakan uang, produk atau
jasa yang mereka beli, dan dimana mereka membeli barang-barang atau jasa yang
mereka butuhkan.
Kelompok referensi menurut Swasta dan Handoko (2000:68), adalah kelompok
sosial yang menjadi ukuran seseorang untuk membentuk kepribadian perilakunya.
Dengan kata lain kelompok referensi merupakan kelompok dimana orang ingin menjadi
anggotanya atau kelompok dimana seseorang mengidentifikasikan dirinya. Kelompok
referensi juga mempengaruhi seseorang dalam pembeliannya dan sering dijadikan
pedoman oleh pelanggan dalam bertingkah laku. Menurut Kotler (2000:187) kelompok

258| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

referensi adalah kelompok-kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak


langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Jadi kelompok referensi ini dapat
mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan tentang produk atau jasa yang
akan dibelinya.

G. Proses Pengambilan Keputusan


Perilaku pelanggan akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian
mereka. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan terhadap penyelesaian masalah
dalam membeli barang dan jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Proses
keputusan membeli seseorang dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan
yang disadari sebagai perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan
yang diinginkan. Berdasarkan pengalamannya, seseorang belajar untuk mengatasi
dorongan yang terjadi dan kemudian didorong ke arah satu jenis obyek yang
diketahuinya sehingga dapat memuaskan dorongan yang timbul. Lebih jauh Kotler
(2000:204) menyatakan bahwa pelanggan akan melewati lima tahap untuk mencapai
keputusan membeli suatu produk atau jasa. Tahap-tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembelian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar Model Lima Tahap Proses Pembelian

Sumber: Kotler (2000:204)

1. Pengenalan Masalah (menganalisa kebutuhan dan keinginan)

Penganalisaan kebutuhan dan keinginan ini ditunjukkan terutama untuk mengetahui


adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Jika
kebutuhan tersebut diketahui, maka pelanggan akan memahami adanya kebutuhan
yang belum segera terpenuhi atau masih dapat ditunda pemenuhannya, serta
kebutuhan-kebutuhan yang masih sama-sama harus segera dipenuhi. Dengan demikian,
pada saat inilah proses pembelian mulai dilakukan. Suatu kebutuhan dapat dipicu dari
stimuli intern dan ekstern. Stimuli intern timbul apabila seseorang merasa memiliki
kebutuhan seperti kebutuhan akan makan dan minum sehingga menjadi sebuah
dorongan untuk menuju suatu obyek tertentu untuk memenuhi dorongan tersebut.
Sedangkan stimuli ekstern diperoleh pelanggan apabila seseorang mendapatkan
informasi dari lingkungannya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 259


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Pencarian Informasi

Tahap kedua dalam proses pembelian ini sangat berkaitan dengan pencarian informasi
tentang sumber-sumber dan nilainya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang
dirasakan. Sumber informasi pelanggan digolongkan ke dalam empat kelompok:
(1) Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan)
(2) Sumber komersial (iklan, pramuniaga, penyalur, kemasan, pajangan)
(3) Sumber publik (media massa, organisasi pelanggan)
(4) Sumber pengalaman (pemakaian produk, pengkajian)

Secara umum, pelanggan mendapatkan sebagian besar informasi tentang suatu


produk dari sumber komersial yaitu sumber yang mendominasi pemasar. Namun
informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi. Melalui pengumpulan
informasi, pelanggan mengetahui merek-merek yang bersaing dan keistimewaan
masing-masing merek.

3. Evaluasi Alternatif

Dalam tahap ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu menetapkan tujuan pembelian dan
menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternative pembelian. Setelah tujuan
pembelian ditetapkan, pelanggan perlu mengidentifikasi alternatif pembeliannya.
Pengidentifikasian alternatif pembelian tersebut tidak dapat dipisahkan dari pengaruh
sumbersumber yang dimiliki maupun kekeliruan dalam penelitian.

4. Keputusan Pembelian

Keputusan untuk membeli disini merupakan proses dalam pembelian secara nyata. Jadi
setelah tahap-tahap tersebut, maka pelanggan harus mengambil keputusan apakah
membeli atau tidak. Bila pelanggan memutuskan untuk membeli, maka ia akan
menjumpai serangkaian keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merk,
penjual, outlet, kuantitas, waktu pembelian, cara pembayaran, dan sebagainya.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah tahap yang ada dalam proses pembelian sampai pada tahap kelima adalah
bersifat operatif. Bagi perusahaan, perasaan dan perilaku setelah pembelian juga sangat
penting karena perilaku para pelanggan dapat mempengaruhi penjualan ulang dan juga
mempengaruhi ucapan-ucapan pembeli kepada pihak lain tentang produk perusahaan.

260| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Daftar Pustaka

Aviliani, R dan Wilfridus, L. (1997). Membangun Kepuasan Pelanggan Melalui Kualitas


Pelayanan. Usahawan, No.5
Fandy Tjiptono (2004). Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia.
Freddy Rangkuti (2002). “Measuring Customer Satisfaction”. (cetakan ketiga). Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, Philip dan A.B Susanto (2000). Manajemen Pemasaran Jasa Di Indonesia, Analisis
Perencanaan, Implementasi dan pengendalian. (Edisi pertama), Jakarta: Salemba
Empat.
Nanang Tasunar (2006). Kualitas Layanan Sebagai Strategi Menciptakan Kepuasan pada
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Morodemak. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia,
Vol. V, No. 1 Mei 2006
Rambat Lupiyoadi (2004). Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Pratek. Jakarta: PT
salemba Empat.
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani (2006). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba
Empat.
Sunarto (2003). Perilaku Pelanggan. Yogyakarta: AMUS Jogyakarta dan CV Ngeksigondo
Utama.
Wisnalmawati (2005). Pengaruh Persepsi Dimensi Kualitas Layanan Terhadap Niat
pembelian Ulang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No. 3 Jilid 10 2005
http://digilib.unila.ac.id/8193/6/Bab%20II.pdf

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 261


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

262| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Dokumentasi Kegiatan
3.5.1
Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa

A. Pendahuluan
Istilah Dokumentasi dari kata document (Belanda), document (Inggris), documentum
(Latin). Sebagai kata kerja document berarti: menyediakan dokumen, membuktikan
dengan menunjukkan adanya dokumen; sebagai kata benda berarti: wahana (wahana =
kebenaran, alat pengangkut, angkutan, alat untuk mencapai tujuan) informasi, data yang
terekam atau dimuat dalam wahana tersebut beserta maknanya yang digunakan untuk
belajar, kesaksian, penelitian, rekreasi, dan sebaginya.
Ensiklopedi Umum (1977): Dokumen adalah surat, akta, piagam, surat resmi dan
bahan rekaman lain baik tertulis atau tercetak yang memberi keterangan untuk
penyelidikan ilmiah, dalam arti yang luas termasuk segala macam benda yang dapat
memberikan keterangan mengenai sesuatu hal. Dokumentasi dapat diartikan semua
tulisan yang dikumpulkan dan disimpan yang dapat digunakan bila diperlukan, juga
gambar dan foto. Mendokumentasikan: mengatur dan menyimpan tulisan atau gambar
atau foto sebagai dokumen. Dalam arti yang luas, segala macam benda yang dapat
memberikan keterangan, yang sifatnya tidak terbatas hanya tertulis atau tercetak saja.
Pendokumentasian kegiatan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa yang
dimaksud sebagai berikut:
(2) Tulisan atau catatan penting yang berisi komunikasi tentang fakta, kenyataan, dan
peristiwa yang esensial terkaik pelaksanaan kegiatan dukungan layanan teknis
yang terjadi terjadi untuk suatu periode tertentu;
(3) Menyiapan dan memeliharan kejadian atau peristiwa yang diperhitungkan melalui
lembaran catatan dokumen sebagai bahan pembelajaran;
(4) Membuat catatan kegiatan layanan teknis yang otentik tentang kebutuhan
layanan, identifikasi masalah, merencanakan, menyelenggarakan dan meng-
evaluasi;
(5) Memantau catatan profesional dan data dari penerima manfaat atas jasa yang
diberikan P2KTD.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 263


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(6) Melaksanakan kegiatan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis dalam mendukung


pembanguan Desa, misalnya: pembangunan sarana prasarana, pengembangan
layanan dasar di Desa, peningkatan kesehatan, pengembangan budidaya,
pemanfaatan inovasi dan teknologi dan lain-lain.

B. Tujuan
Pendokumentasian kegiatan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis bertujuan:
(1) Mencatat seluruh fakta, kejadian, dan peristiwa terkait pemeberian Penyedia
Peningkatan Kapasitas teknis yang dilakukan oleh P2KTD kepada Desa;
(2) Memberikan informasi terkait pengembangan model atau produk Penyedia
Peningkatan Kapasitas kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk pelayanan
terhadap pelanggan;
(3) Pembelajaran baik bagi pengembangan Penyedia Peningkatan Kapasitas dan
pengguna layanan teknis;
(4) Memberikan informasi spesifik terkait penigkatan kapasitas dan kinerja Penyedia
Peningkatan Kapasitas teknis yang diberikan;
(5) Kesinambungan dan sarana pembelajaran bagi organisasi, pelaksana dan
pemangku kepentingan lainnya;
(6) Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan professional.

C. Komponen Pokok
Terdapat tiga komponen penting yang berperan dalam pembuatan dokumentasi
kegiatan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis, yaitu:
1. Sarana komunikasi: Komunikasi yang baik antara P2KTD dengan klien atau
penggunan jasa akan diperoleh informasi yang akurat sehingga dokumentasi
kegiatan dapat dilaksanakan secara optimal. Dengan komunikasi yang baik akan
memudahkan dalam proses pengumpulan data serta tercipta hubungan yang
harmonis antara P2KTD dan pengguna jasa, sehingga akan membantu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi oleh penggunan jasa;
2. Dokumentasi proses penyediaan layanan peningkatan Kapasitas teknis: Proses
penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis merupakan inti dari praktik yang
dilakukan P2KTD sebagai isi pokok dokumentasi layanan yang diberikan. Beberapa
tahap proses Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis meliputi beberapa
pengelompokan dokumentasi diantaranya: a) dokumentasi pengkajian kebutuhan
Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis, b) diagnosis permasalahan teknis yang
dihadapi Desa, c) perencanaan, pelaksanaan bimbingan, dan tindakan professional,
d) dokumentasi evaluasi P2KTD;

264| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

3. Standar layanan P2KTD: Standar layanan merupakan gambaran dari kualitas,


karakteristik, sifat, dan kompetensi yang diharapkan dari beberapa aspek dalam
praktik P2KTD. Standar layanan teknis bagi pengguna jasa diperlukan oleh P2KTD
karena sebagai dasar menentukan arah atau petunjuk dalam dokumentasi kegiatan
serta dalam pembuatan format pencatatan yang tepat.

D. Dokumen, Akses, dan Pemanfaatan Informasi


Dalam dunia perpustakan pengertian informasi lebih dikaitkan kepada penanganan
dokumen dan terfokus pada isi, lokasi, anotasi, klasifikasi, dan pengindeksan. Sedangkan
dalam ilmu informasi, perhatian terfokus kepada abstraksi dokumen, pemrosesan
dokumen elektronik, sosiologi pengetahuan, prinsip-prinsip manajemen informasi, dsb.
(1) Dokumen sebagai rekamam memori manusia, dimana manusia menuangkan
gagasan-gagasan melalui berbagai media mulai yang konvensional sampai ke
elektronik.
(2) Rekaman Analog dan Digital. Memori manusia sangat terbatas, oleh karenanya
gagasan dalam bentuk dokumen mulai dari yang konvensional (analog = rekaman
yang tidak dihubungkan dengan teknologi komputer) dan sampai penerapan
teknologi (digital = rekaman yang dihubungkan dengan teknologi komputer).
(3) Wadah Rekaman Memori. Buku merupakan bentuk fisik pertama yang merupakan
bukti fisik wadah rekaman memori manusia.
(4) Berkas/Rekaman Analog merupakan jenis rekaman yang tidak dihubungkan
dengan teknologi komputer, misalnya dokumen/berkas konvensional.
(5) Berkas/Rekaman Digital yang pada awal perkembangannya, dibuat rekaman
analog ke dalam komputer. Perkembangan selanjutnya penyimpanan analog ke
digital, misalnya buku, film, kaset, VCD, DVD, foto, kertas koran, sehingga dalam
bentuk file-file komputer.

E. Prinsip-Prinsip Pendokumentasian Kegiatan


1. Dasar Faktual
Informasi tentang pengguna jasa (klien) dan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis
harus berdasarkan fakta. Catatan harus berdasarkan derkripsi, informasi objektif tentang
apa yang diamati, didengar, dan dirasakan. Suatu deskripsi objektif adalah hasil dari
pengamatan dan pengukuran langsung. Informasi faktual tentang Penyedia
Peningkatan Kapasitas teknis tidak akan menyebabkan salah arah atau salah
interperensi.

2. Kelengkapan
Informasi dalam entri yang dicatatkan atau dilaporan harus lengkap, mengandung
informasi singkat, lengkap tentang Penyedia Peningkatan Kapasitas yang diberikan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 265


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

kepada klien. Data yang singkat mudah di pahami. Catatan yang panjang sulit untuk
dibaca. Catatan yang singkat atau tidak jelas dapat memberikan kesan bahwa kegiatan
layanan yang diberikan P2KTD dilakukan dengan tidak professional, tergesa=gesa atau
tidak lengkap.

3. Keterkinian
Mengentri data secara benar dan waktu yang tepat dalam memberikan jasa layannan
teknis kepada klien. Aktivitas atau temuan yang dilaksanakan pada saat bimbingan harus
dikomunikasikan pada waktu terjadinya sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang
sesuai dengan karakteristik masalah.

4. Organisasi

P2KTD menkomunikasikan informasi tentang layanan teknisnya dalam format atau


urutan yang logis. Setiap pihak yang berkepentingan dapat memahami informasi lebih
baik bila informasi tersebut disajikan sesuai. Sebagai contoh, suatu catatan yang
berkesinambung an menggambarkan kebutuhan klien, pengkajian kebutuhan teknis
dan intervensi yang diperlukan, teknologi yang diperlukan dan tindakan yang logis.

5. Keterbukaan
Komunikasi yang terbuka kepada klien dan masyarakat sangat penting untuk menjaga
kredibilitas P2KTD. Membantu mendorong perubahan yang lebih cepat, partisipasi
masyarakat dan perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual.

6. Metode Pencatatan
Kualitas dokumentasi secara konstan sesuai dengan standar dokumentasi dengan upaya
mereka untuk menemukan cara untuk membantu memperbaiki pencatatan informasi.
P2KTD dapat secara langsung terlibat dalam membantu permasalahan yang dihadapi
klien. Pendokumentasian yang baik kan memberikan rujukan berupa catatan dan
pembelajaran dalam memperbaiki hal-hal penting yang dihadapi klien. Berikut beberapa
metode pencatatan yang umum digunakan;
Dokumentasi naratif merupakan metode kuno untuk pencatatan layanan kepada
konsumen atau klien. Metode ini hanya menggunakan format seperti cerita untuk
mendokumentasikan informasi spesifik tentang kondisi klien dan kebutuhan layanan
teknis. Pencatatan naratif jarang menjadi metode pendokumentasian primer dan telah
digantikan dengan format lain seperti digital dan online.
Catatan sumber, catatan klien diatur sehingga setiap layanan atau bimbingan yang
diberikan P2KTD memiliki bagian yang terpisah untuk menjelaskan data.

266| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pencatatan dengan pengecualian adalah suatu pendekatan inovatif yang digunakan


untuk meringkas dokumentasi. Pencatatan dengan pengecualian mengurangi
pengulangan dan waktu yang digunakan dalam pencatatan.
Format lain untuk dokumentasi adalah pencetakan fokus. Format pencatatan ini
memungkinkan pendokumentasian segala situasi klien. Setiap entri termasuk data,
tindakan, dan respons dari pengguna jasa atau klien.
Model menejemen kasus dari pemberian Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis
memadukan pendekatan multidisiplin ilmu untuk mendokumentasikan layanan teknis di
bidang tertentu. Menggali permasalahan yang dihadapi oleh desa kemudian
menguraikannya secara logis dan kritis, sehingga menjadi acauan dalam perencanaan,
perbaikan dan pengambilan keputusan Hal ini menggambarkan kebuthan spesifik dari
setiap masasalah dan kondisi yang dihadapi klien.

F. Format Penulisan dan Pembelajaran Baik


Mempertimbangkan pentingnya Best Practice diketahui khalayak luas, bahwa format
tulisan Best Practice paling pas adalah FEATURE, Karena, feature adalah sebuah tulisan
yang lebih luwes daripada artikel/opini, lebih fokus dan informatif daripada cerita,
serta lebih deskriptif daripada berita/straight news. Namun, unsur informasinya
tetap lengkap layaknya berita. Jadi, harus tetap memenuhi 5W + 1H (What, Where, Why,
Who, When dan How). Untuk itu, sebuah tulisan Best Practice (juga) hendaknya
memenuhi:

1. What = Apa
Apa bentuk kegiatan Best Practice tersebut, apakah termasuk ke dalam kategori
kegiatan jenis kegiatan fisik/infrastruktur apa, misal bangunan Jalan, bangunan
Gedung PAUD, Jembatan, bangunan lainnya.
2. Where = Di mana
Di mana tempat kegiatan Best Practice berlangsung.
Dengan demikian, nama tempat harus dijelaskan secara detail. Mulai dari nama
dusun, RT/RW-nya, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota hingga provinsi.
Jika perlu, dilengkapi pula dengan karakteristik masyarakat bersangkutan (profesi
umumnya, jumlah penduduknya, dan prosentase masyarakat/KK miskinnya).
Akurasi data sangat penting agar informasi diterima secara lengkap oleh khalayak,
sehingga memudahkan para peduli yang mungkin membaca tulisan ini turut
berpartisipasi di wilayah bersangkutan.
3. Why = Mengapa
Ini juga penting diketahui, agar khalayak mengerti faktor-faktor apa saja yang
memotivasi masyarakat hingga mencetuskan kegiatan tersebut, hingga akhirnya
masuk ke dalam kategori Best Practice.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 267


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

4. Who = Siapa
Siapa saja para pelaku penggerak kegiatan Best Practice ini (masyarakat? Aparatur
Desa? Pemda? Tokoh masyarakat? Kelompok Peduli?) Setidaknya, jati diri “siapa”
ini ditulis lengkap dalam satu paragraf.
5. When = Kapan
Kapan periode pelaksanaan kegiatan. Ungkapkan pula mengenai proses dan
periode proses tersebut, mulai dari rembug, penyusunan PJM Pronangkis, hingga
pelaksanaan kegiatan. Yang lebih penting lagi, masih berlanjutkah kegiatan
tersebut? Bagaimana caranya masyarakat melestarikan tindak lanjut kegiatan?.
6. How = Bagaimana
Ini berkaitan dengan kapan/periode di atas. Yaitu, bagaimana cara masyarakat me-
maintain (mengelola) setelah kegiatan rampung dilaksanakan, sehingga hasil
kegiatan tersebut terus lestari dan bertahan.
Demikian enam hal di atas adalah syarat standar tulisan Best Practice, yang wajib
dipenuhi. Namun, perlu diingat, bahwa detil/rinci, bukan berarti sangat panjang. Yang
diperlukan adalah kelugasan. Hindari bahasa “bunga” yang pengertiannya rancu, jadi
gunakan kata-kata yang maknanya jelas. Kata-kata “romantis” hanya boleh digunakan
untuk menggambarkan keindahan alam tempat berlangsungnya kegiatan.

G. Subtansi Tulisan
(1) Realitas dilapang, merupakan kondisi riil peristiwa, atau kegiatan program yang
ada dan terjadi dilapang yang diungkapkan dengan jujur, utuh dan proporsional.
(2) Inovasi, dan kreatifitas, perluasan daya upaya untuk memperkaya strategi,
metode, teknik, dan fasilitasi, dst untuk tetap menjamin tercapainya tujuan
pelaksanaan kegiatan secara optimal.
(3) Peluang Keberlanjutan, pelaksanaan kegiatan secara terpola dan mampu
menjadi pranata sosial, secara nyata dan sengaja melibatkan secara aktif lembaga
masyarakat lain, aparat pemerintah, perusahaan swasta dalam pelaksanaan
kegiatan.
(4) Kemanfaatan optimal, pelaksanaan kegiatan nyata memberikan manfaat bagi
kelompok sasaran program; pengetahuan, kemudahan, kenyamanan, kelayakan
yang diperoleh keluarga miskin.
(5) Partisipasi KK miskin (PS-2), keluarga miskin (PS-2) tergambarkan dengan jelas
partisipasi aktif, posisi, kontribusi, dan perannya dalam pelaksanaan kegiatan.
(6) Kualitas tulisan, mengunakan kalimat efektif, fokus pada tema, padat isi, alur
runut, uraian lengkap, jelas dan informatif, mudah untuk dipahami oleh pembaca
dari kalangan manapun.

268| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Daftar Pustaka
http://www.p2kp.org/pustaka/files/pedoman/jul10/POB_Pengelolaan_best_practice_020710.pdf
https://kotakubengkulu.wordpress.com/2016/03/08/ini-jalanku-mana-jalanmu/

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 269


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

270| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Lembar Informasi

3.6.1 Pengelolaan Keuangan

A. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan


Pengelolaan keuangan adalah serangkaian kegiatan perencanaan, penganggaran,
pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang
dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Dalam prakteknya, pengelolaan keuangan
sebagai tindakan yang diambil oleh organisasi dalam rangka menjaga kesehatan
keuangannya. Oleh karena itu, dalam membangun sistem pengelolaan keuangan yang
baik, maka diperlukan didasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang baik
pula. Adapun prinsip dari pengelolaan keuangan sebagai berikut:
(1) Konsistensi (Consistency): Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus
konsisten dari waktu ke waktu. Ini tidak berarti bahwa sistem keuangan tidak boleh
disesuaikan apabila terjadi perubahan di organisasi. Pendekatan yang tidak
konsisten terhadap manajemen keuangan merupakan suatu tanda bahwa terdapat
manipulasi di dalam pengelolaan keuangan.
(2) Akuntabilitas (Accountability): Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau hukum
yang melekat pada individu, kelompok, atau organisasi untuk menjelaskan
bagaimana dana, peralatan, atau kewenangan yang diberikan pihak ketiga telah
digunakan. Organisasi harus dapat menjelaskan bagaimana dia menggunakan
sumber dayanya dan apa yang telah dia capai sebagai pertanggungjawaban
kepada pemangku kepentingan dan penerima manfaat. Semua pemangku
kepentingan berhak untuk mengetahui bagaimana dana dan kewenangan
digunakan.
(3) Transparansi (Transparency): Organisasi harus terbuka dengan pekerjaannya,
menyediakan informasi berkaitan dengan rencana dan aktivitasnya kepada para
pemangku kepentingan. Termasuk di dalamnya menyiapkan laporan keuangan
yang akurat, lengkap, dan tepat waktu serta dapat dengan mudah diakses oleh
pemangku kepentingan dan penerima manfaat. Apabila organisasi tidak
transparan, hal ini mengindikasikan ada sesuatu hal yang disembunyikan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 271


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(4) Kelangsungan Hidup (Viability): Agar keuangan terjaga, pengeluaran organisasi di


tingkat strategic maupun operasional harus sejalan/disesuaikan dengan dana yang
diterima. Kelangsungan hidup (viability) merupakan suatu ukuran tingkat
keamanan dan keberlanjutan keuangan organisasi. Manager organisasi harus
menyiapkan sebuah rencana keuangan yang menunjukkan bagaimana organisasi
dapat melaksanakan rencana strategik dan memenuhi kebutuhan keuangannya.
(5) Integritas (Integrity): Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, individu yang
terlibat harus mempunyai integritas yang baik. Selain itu, laporan dan catatan
keuangan juga harus dijaga integritasnya melalui kelengkapan dan keakuratan
pencatatan keuangan.
(6) Pengelolaan (Stewardship): Organisasi harus dapat mengelola dengan baik dana
yang telah diperoleh dan menjamin bahwa dana tersebut digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara praktek, organisasi dapat
melakukan pengelolaan keuangan dengan baik melalui berhati-hati dalam
perencanaan strategic, identifikasi resiko-resiko keuangan, dan membuat sistem
pengendalian dan sistem keuangan yang sesuai dengan organisasi.
(7) Standar Akuntansi (Accounting Standards): Sistem akuntansi dan keuangan yang
digunakan organisasi harus sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang
berlaku secara umum. Hal ini berarti bahwa setiap akuntan di seluruh dunia dapat
mengerti sistem yang digunakan organisasi.

B. Pentingnya Pengelolaan Keuangan bagi Organisasi


Seorang manajer keuangan dalam suatu organisasi harus mengetahui bagaimana
mengelola segala unsur dan segi keuangan. Hal ini wajib dilakukan karena keuangan
merupakan salah satu fungsi penting dalam mencapai tujuan organisasi. Unsur
pengelolaan keuangan harus diketahui oleh seluruh perangkat organisasi terutaa para
pengelola. Misalkan manajer keuangan tidak mengetahui apa-apa saja yang menjadi
unsur-unsur manajemen keuangan, maka akan muncul kesulitan dalam menjalankan
suatu organisasi tersebut. Oleh sebab itu, manajer keuangan harus mampu mengetahui
segala aktivitas pengelolaan keuangan, khususnya penganalisisan sumber dana dan
penggunaannya untuk merealisasikan keuntungan maksimum bagi perusahaan
tersebut. Seorang manajer keuangan harus memahami arus peredaran uang baik
eksternal maupun internal.

C. Kegiatan Utama Pengelolaan Keuangan


Ada tiga kegiatan utama dalam mengelola keuangan organisasi, yaitu:
1. Mendapatkan Dana untuk Organisasi
Terdapat dua sumber utama pendanaan usaha, yaitu ekuitas dan utang. Ekuitas yaitu
pemilik mengiventasikan laba perusahaannya untuk ditempatkan dalam perusahaan
guna memperkecil resiko pengembalian dalam tingkat yang rendah, sedangkan utang

272| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

adalah mengandung resiko, pemberi pinjaman pertama kali menarik laba dan harus
dibayar sekalipun perusahaan tidak ada laba atau dalam kondisi merugi.
Kedua sumber pendanaan tersebut dapat diperoleh melalui :
a. Pendanaan ekuitas (modal sendiri). Dapat diperoleh dari tabungan individu, teman
dan atau saudara, investor perorangan lain, perusahaan-perusahaan besar,
perusahaan modal ventura, dan penjualan saham.
b. Pendanaan dari utang (pinjaman). Dapat diperoleh dari teman atau saudara,
investor perorangan lainnya, para pemasok bahan baku pemberi pinjaman
berbentuk asset, bank-bank komersial, program yang didukung oleh pemerintah,
lembaga-lembaga keuangan swadaya masyarakat, perusahaan-perusahaan besar
dan perusahaan modal ventura.

2. Penggunaan Dana Organisasi


Penggunaan dana adalah laporan perubahan yang disusun atas dasar dua neraca untuk
dua waktu. Laporan tersebut menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen
tersebut yang mencerminkan adanya sumber atau penggunaan dana. Pada umumnya
rasio keuangan yang dihitung bisa dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu:
a. Rasio Likuiditas, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.
b. Rasio Leverage, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang
di-supply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang
diperoleh dari kreditur perusahaan.
c. Rasio Aktivitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam
menggunakan sumber dayanya. Semua rasio aktifitas melibatkan perbandingan
antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis harta.
d. Rasio Profitabilitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen
yang dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi
perusahaan.
e. Rasio Pertumbuhan, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa baik
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya pertumbuhan ekonomi dan
industri.
f. Rasio Penilaian, rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang paling
lengkap oleh karena rasio tersebut mencemirkan kombinasi pengaruh dari rasio
risiko dengan rasio hasil pengembalian.

3. Membagi Keuntungan
Dalam sebuah bisnis, mengelola karyawan adalah hal yang sangat penting. Karena
dengan pengelolaan karyawan yang benar maka bisnis akan bisa berjalan dengan benar.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 273


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Akan tetapi ada juga orang yang berkat ,"di perusahaan saya mengelola karyawan tidak
penting, karena hanya saya sendirian yang mengerjakannya"
Memang benar, jika hanya mengerjakan sendiri maka mengelola karyawan
memang tidak penting. Bisnis yang seperti ini disebut self employee. Bisa tidak kita
menjadi kaya dari self employee? Jawabannya bisa. Apakah bisa menjadi kaya raya?
Jawabannya tidak. Jika anda ingin menjadi kaya raya, maka bisnis anda harus memiliki
karyawan. Nah, ketika kita sudah memiliki karyawan ini maka mengelola karyawan
menjadi sangat penting. Mengelola 10 karyawan tentu berbeda dengan mengelola 100
karyawan. Mengelola 1000 karyawan tentu berbeda dengan mengelola 10.000
karyawan.
Jika organisasi telah memiliki karyawan yang banyak maka pengontrolan karyawan
menjadi sangat penting. Namun demikian jumlah karyawan yang banyak, sebenarnya
dapat merubah orientasi dari bisnis yang dijalankan dengan mengembangkan sistem
yang dapat berjalan tanpa kehadiran pengelola, asalkan cara mengelolanya benar. Bisa
dikatakan, jika memiliki usaha yang besar dan pengelolannya benar, maka perusahaan
akan bisa jalan sendiri, sementara kita bisa jalan-jalan.
Setiap orang yang membangun bisnis, tentunya dia ingin kaya raya. Untuk
mencapai tujuan ini setiap pengusaha memiliki cara yang berbeda-beda. Secara umum
ada dua macam; Pertama, pengusaha mengusahakan agar karyawan adalah orang yang
digaji saja, sementara jika ada keuntungan yang besar maka itu menjadi milik
pengusaha. Kedua, pengusaha membagi keuntungan dengan karyawan, jadi jika
keuntungan besar maka karyawan juga mendapat bagian keuntungan.
Cara pertama memang kelihatan logis, karena dengan mendapat keuntungan
yang besar tanpa berbagi dengan karyawan, maka pengusaha memliki kuntungan besar.
Akan tetapi dalam prakteknya cara kedua malah lebih efektif. Dengan berbagi
keuntungan dengan karyawan maka karyawan akan lebih merasa memiliki bisnis.
Sehingga karyawan akan bekerja dengan setulus hati dan sepenuh jiwa.
Cara berbagi dengan karyawan ternyata pengontrolan karyawan akan jauh lebih
mudah. Jika karyawan hanya menjadi orang yang digaji, maka tingkat kehilangan barang
di perusahaan lebih tinggi, tetapi jika karyawan mendapatkan bagian dari keuntungan
maka tingkat kehilangan barang akan menurun. Kenapa? Karena biasanya pencurian
terbesar dilakukan oleh orang dalam alias karyawan sendiri. Jika karyawan hanya
menjadi orang yang digaji, ketika temannya mencuri maka dia akan santai-santai saja.
Akan tetapi, jika dia mendapat bagian keuntungan, maka dia akan bertindak tegas jika
temannya mencuri, karena hal ini akan mengurangi keuntungan buat dia.
Seringkali mobil kantor cepat rusak. Akan tetapi jika karyawan bisa menganggap
bahwa itu mobil dia sendiri maka mobil tidak lebih cepat rusaknya. Mobil akan lebih
awet. Dengan adanya profit sharing ini maka pengontrolan akan jauh lebih baik.
Alangkah lebih baik lagi jika para karyawan yang memiliki level tinggi mereka
mendapatkan bagian saham. Dengan cara seperti ini maka mereka akan bertindak
seolah-olah mereka memiliki perusahaan. Akan tetapi, pembagian saham ini jangan
dilakukan pada saat awal perusahaan berdiri. Pembagian saham ini sebaiknya dilakukan

274| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

ketika perusahaan sudah terbukti untung. Cara membagi keuntungan usaha yang
seperti ini akan menjadikan karyawan termotivasi dan organisasi juga menjadi untung.

D. Peran Manajemen Keuangan


Manajemen keuangan adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap fungsi-
fungsi keuangan organisasi. Fungsi-fungsi keuangan meliputi, bagaimana memperoleh
dana (raising of fund) dan bagaimana menggunakan dana tersebut (allocation of fund).
Untuk memperoleh dana, manajer keuangan bisa memperolehnya dari dalam maupun
luar perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, bisa berbentuk
hutang atau modal sendiri.
Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak
dari investasi pada berbagai aktiva dan memilih sumber-sumber dana untuk
membelanjai aktiva tersebut. Kegiatan penting lain yang harus dilakukan manajer
keuangan menyangkut empat aspek: 1) perencanaan dan prakiraan, di mana manajer
keuangan harus bekerja sama dengan para manajer yang ikut bertanggung jawab atas
perencanaan umum perusahaan, 2) manajer keuangan harus memusatkan perhatian
pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaannya, serta segala hal yang berkaitan
dengannya, 3) manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain
diperusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin dan 4) penggunaan
pasar uang dan pasar modal.
Salah satu kepentingan di dalam manajemen yang merencanakan, melaksanakan
dan mengendalikan pemanfaatan sumber daya keuangan dalam kegiatan entitas secara
efisien dan efektif, dalam kerjasama secara terpadu dengan fungsi-fungsi lainnya seperti
riset dan penelitian, produksi, pemasaran dan sumberdaya manusia. Dalam menjalankan
fungsinya, tugas manajer keuangan berkaitan langsung dengan keputusan pokok
perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Fungsi Manajemen Keuangan
keuangan diantaranya adalah :
(1) Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan
pengendalian kegiatan keuangan. Dengan demikian dalam perusahaan, kegiatan
tersebut tidak terbatas pada "Bagian Keuangan"
(2) Manajer keuangan perlu memperoleh dana dari pasar keuangan atau financial
market. Dana yang diperoleh kemudian diinvestasikan pada berbagai aktiva
perusahaan, untuk mendanai kegiatan perusahaan. Kalau kegiatan memperoleh
dana berarti perusahaan menerbitkan aktiva finansial, maka kegiatan menanamkan
dana membuat perusahaan memiliki aktiva riil.
(3) Dari kegiatan menanamkan dana (disebut investasi), perusahaan mengharapkan
akan memperoleh hasil yang lebih besar dari pengorbanannya. Dengan kata lain,
diharapkan memperoleh "laba". Laba yang diperoleh perlu diputuskan untuk
dikembalikan ke pemilik dana (pasar keuangan), atau diinvestasikan kembali ke
perusahaan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 275


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(4) Dengan demikian "manajer keuangan" perlu mengambil keputusan tentang:


penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian laba.

E. Tujuan Pengelolan Keuangan


Menurut para ahli ada beberapa hal yang menjadi tujuan pengelolaan keuangan, antara
lain:
(1) Memaksimalkan keuntungan. Manajer keuangan mencoba mendapatkan
keuntungan yang maksimal bagi organisasi dalam jangka pendek dan jangka
panjang. Seorang manajer keuangan tidak bisa menjamin keuntungan jangka
panjang karena ketidakpastian bisnis. Namun, organisasi dapat memperoleh
keuntungan maksimal bahkan dalam janka panjang jika manajer keuangan
mengambil keputusan keuangan yang tepat dan menggunakan keuangan
organisasi dengan baik.
(2) Menjaga arus kas. Menjaga arus kas yang tepat merupakan tujuan jangka pendek
manajemen keuangan. Perusahaan harus memiliki arus kas yang tepat untuk
membayar biaya sehari-hari seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah dan
gaji, sewa kantor, tagihan listrik, dll. Arus kas yang baik tentunya akan
meningkatkan keberhasilan perusahaan.
(3) Kelangsungan hidup perusahaan. Kelangsungan hidup adalah tujuan yang paling
penting dari manajemen keuangan. Perusahaan harus bertahan hidup di dunia
bisnis yang kompetitif ini. Menager keuangan harus sangat hati-hati saat membuat
keputusan keuangan, Satu keputusan yang salah dapat membuat perushaaan
merugi dan bangkrut.
(4) Mengurangi resiko operasional, Menejemen keuangan juga mencoba untuk
mengurangi resiko operasional. Ada banyak resiko dan keidakpastian dalam dunia
bisnis manager keuangan harus mengambil langkah-langkah untuk mengurangi
resiko ini, misalnya dengan menghindari proyek-proyek berisiko tinggi.

F. Tanggung Jawab Manager Keuangan


Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer
keuangan. Kesuksesan suatu perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan Manajer
Keuangan untuk beradaptasi terhadap perubahan, meningkatkan dana perusahaan
sehingga kebutuhan perusahaan dapat terpenuhi, investasi dalam aset-aset perusahaan
dan kemampuan mengelolanya secara bijaksana. Apabila perusahaannya dapat
dikembangkan dengan baik oleh Manajer Keuangan, maka pada gilirannya kondisi
perekonomian secara keseluruhan juga menjadi lebih baik Seandainya secara lebih luas
dana-dana dialokasikan secara tidak tepat, maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi
lambat.
Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang
investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan,

276| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

dengan demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksimum-


kan nilai perusahaan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap
perusahaan, tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi: keputusan tentang
investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan
(Weston dan Copeland, 1992: 2)
Manajer keuangan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap apa yang
telah dilakukannya. Adapun keputusan keuangan yang menjadi tanggung jawab
manajer keuangan dikelompokkan ke dalam tiga jenis:
(1) Mengambil keputusan investasi/pembelanjaan aktif (investment decision)
menyangkut masalah pemilihan investasi yang diinginkan dari sekelompok
kesempatan yang ada, memilih satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai
paling menguntungkan.
(2) Mengambil keputusan pendanaan/pembelanjaan pasif (financing decision)
menyangkut masalah pemulihan berbagai bentuk sumber dana yang tersedia
untuk melakukan investasi, memilih satu atau lebih alternatif pembelanjaan yang
menimbulkan biaya paling murah.
(3) Mengambill keputusan dividen (dividend decision) menyangkut masalah
penentuan besarnya persentase dari laba yang akan dibayarkan sebagai dividen
tunai kepada para pemegang saham, stabilitas pembayaran dividen, pembagian
saham dividen dan pembelian kembali saham-saham.

G. Etika dalam Pengelolaan Keuangan


Manajemen keuangan dalam konteks pembahasan ini adalah berhubungan dengan
penganggaran. Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang
meliputi seluruh kegiatan bank yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter yang
berlaku untuk jangka waktu tertentu di masa mendatang. Anggaran berkaitan dengan
manajemen keuangan yang berkaitan dengan waktu realisasi, maka biasanya disebut
dengan rencana keuangan (budgetting).
Rencana keuangan adalah rencana keuangan lembaga bisnis yang merupakan
terjemahan program kerja lembaga bisnis ke dalam sasaran-sasaran (target) keuangan
yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Penganggaran merupakan langkah-
langkah yang menjadi dasar bagi penetapan strategi bisnis. Penganggaran merupakan
perencanaan strategi unit bisnis, terlebih lagi adalah berkaitan dengan masalah
keuangan lembaga bisnis.

H. Lembaga Keuangan dan Lingkungan Manajemen Keuangan


Lembaga keuangan dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga yang
menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, dimana pada umumnya lembaga ini
diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Bentuk umum dari lembaga keuangan
ini adalah termasuk perbankan, Building Society (sejenis koperasi diInggris), Credit

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 277


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Union, pialang saham, aset manajemen, modal ventura, koperasi, asuransi, dana pensiun,
dan bisnis serupa lainnya. Di Indonesia lembaga keuangan ini dibagi kedalam 2
kelompok yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank (asuransi,
pegadaian, dana pensiun, reksa dana, dan bursa efek). Fungsi Lembaga keuangan ini
menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal dan pasar utang yang
bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepada perusahaan yang
membutuhkan dana tersebut. Kehadiran lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi
arus peredaran uang dalam perekonomian, dimana uang dari individu investor
dikumpulkan dalam bentuk tabungan sehingga risiko dari para investor ini beralih pada
lembaga keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman
utang kepada yang membutuhkan. Ini adalah merupakan tujuan utama dari lembaga
penyimpan dana untuk menghasilkan pendapatan. Lembaga keuangan adalah suatu
badan yang bergerak dibidang keuangan untuk menyediakan jasa bagi nasabah atau
masyarakat. Lembaga Keuangan memiliki fungsi utama ialah sebagai lembaga yang
dapat menghimpun dana nasabah atau masyarakat ataupun sebagai lembaga yang
menyalurkan dana pinjaman untuk nasabah atau masyarakat.

Daftar Pustaka

http://www.kumpulanmakalah.com/2015/05/konsep-dasar-manajemen-keuangan.html

http://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-manajemen-keuangan-menurut-para-
ahli-terlengkap/

http://www.materiakuntansi.com/tujuan-manajemen-keuangan/

278| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 4
RENCANA BISNIS DAN
TINDAK LANJUT

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 279


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

280| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


Lembar Informasi
SPB
Penerapan Bussiness Model
4.1.1
Canvas dalam Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa

A. Pendahuluan
Sejak munculnya praktik e-commerce, model bisnis menjadi salah satu konsep yang
paling menonjoldi antara konsep manajemen yang lain. Hadirnya e-commerce membuat
para praktisi bisnis mengubah total model bisnis lama menjadi model bisnis baru yang
lebih sesuai. Penyebab utama kepopuleran model bisnis adalah karena ditengarai
banyak organisasi yang tumbuh pesat karena kemampuannya menciptakan model bisnis
yang tepat.
Tulisan ini membahas penerapan model bisnis yang unik dan sederhana di
Indonesia, yaitu model bisnis kanvas, atau lebih dikenal dengan Business Model Canvas
(BMC). Konsep model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan Yves
Pigneur, berhasil mengubah konsep model bisnis yang rumit menjadi sederhana.
Dengan pendekatan kanvas, model bisnis ditampilkan dalam satu lembar kanvas, berisi
peta sembilan elemen (kotak). Karena kesederhanaannya, metode kanvas dapat
mendorong sebanyak mungkin karyawan terlibat dalam pengembangan model bisnis
organisasinya.
Para akademisi menjelaskan pengertian model bisnis dalam tiga kelompok.
Pertama adalah model bisnis sebagai metode (cara), model bisnis dilihat dari aspek
komponennya, dan model bisnis sebagai strategi bisnis.
Model bisnis adalah jabaran strategi yang menyangkut berbagai aspek dalam
bisnis tersebut menjadi satu kesatuan strategi yang utuh untuk menghasilkan
keuntungan. Dulu kita mengenal model tradisional “Business Plan” yang membutuhkan
puluhan lembar untuk mendokumentasikan rencana bisnis. Pendekatan dokumen
“Business Plan” dianggap terlalu formal dan menghabiskan waktu yang lama dalam
pembuatannya. Saat ini telah ada model bisnis baru yang diperkenalkan oleh Alexander
Osterwalder yaitu “Business Model Canvas” berupa alat visual satu halaman yang
memungkinkan start-up tetap fokus pada penciptaan nilai, tidak lagi membuang-buang
waktu dalam berpuluh-puluh lembar.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |281


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

B. Beberapa Faktor Penggunaan Bisnis Model Canvas


(1) Visual Thinking: Cara terbaik untuk menggunakan BMC dengan mencetak versi
berukuran poster besar dan menempelkannya ke dinding. Setelah itu, founder
kemudian menggunakan sticky notes seperti post-it untuk mengisi Sembilan
bagian. Sticky notes memungkinkan grup thinking karena setiap orang dalam Tim
dapat berpartisipasi aktif.
(2) Iterasi dengan cepat: “Iterasi” adalah proses di mana founder “keluar dari kantor
atau labnya” dan mencoba memvalidasi idenya, kemudian kembali lagi ke kantor
untuk memperbaiki model bisnis dan produknya berdasarkan feedback yang
didapat dari market. Dengan sifat ringkas dan menyeluruh dari bisnis model
kanvas, founder bisa dengan cepat melakukan iterasi ini.
(3) Dengan cepat melihat kaitan dari sembilan komponen bisnis: Model ini
memungkinkan entrepreneur untuk secara visual menggambarkan kaitan dari
masing-masing komponen bisnis tersebut. Seringkali founder menggambar garis
dan ilustrasi di poster untuk mewakili potongan-potongan teka-teki dan
bagaimana organisasi bisnis bekerjasama. Tim dapat menemukan hubungan dari
peluang pasar dan/atau proposisi nilai yang unik. Selanjutnya, Tim kemudian dapat
mendokumentasikan ide-ide baru sebagai hipotesis baru untuk menguji BMC
sebagai iterasi baru.
(4) Memaksa Tim untuk dengan ringkas menyampaikan pikirannya: Karena informasi
dicatat dengan pendek pada post-it notes, Tim dipaksa untuk menjelaskan dengan
tepat dan ringkas apa yang mereka mau untuk menguji atau menindaklanjuti pada
iterasi berikutnya.
(5) Bentuk visual dari bisnis model canvas memudahkan startup untuk membaginya
dengan partner, rekan kerja: Karena bisnis model kanvas disajikan dalam bentuk
poster besar dan visual, mudah untuk berbagi melalui foto atau mengambil poster
dari dinding untuk bertemu dengan pihak lain yang berkepentingan.

C. Keuntungan Bisnis Model Canvas


(1) Bisa dipakai untuk semua jenis model bisnis, travelling, restoran, hotel,
perkebunan, mining dan lain sebagainya
(2) Mempercepat mengetahui keseluruhan kekuatan dan kekuragan bisnis
(3) Proses analisa kebutuhan dan profit dilakukan secara cepat
(4) Memetakan bisnis untuk mengetahui kelemahan semenjak dini dan memahami
kekuatan bisnis dari sudut pandang yang benar
(5) Pemetaan business model canvas menggambarkan secara sistematis bisnis yang
kemudian dapat digunakan untuk pengambilan keputusan pengembangan
manajemen strategis bisnis.

282| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

D. Cara Memanfaatkan Bisnis Model Canvas


(1) Membangun Relasi Konsumen. Bisnis Model Canvas (BMC) penting untuk
membangun relasi dengan konsumen. Relasi dengan konsumen penting agar
konsumen tidak lari ke pesaing;
(2) Meningkatkan Penjualan. Ketika strategi marketing disatukan dalam BMC ini,
diharapkan target penjualan tercapai. Customer Segment, Channel, Customer
Relationship (3 Blok di BMC) memiliki tujuan untuk meningkatkan Penjualan;
(3) Menghadapi Pesaing. Hal yang tidak kalah penting, ketika BMC sudah dijalankan
adalah upaya organisasi untuk membangun bisnis yang kokoh untuk menghadapi
pesaing;
(4) Memastikan Bisnis Berjalan. Seringkali kita bingung memulai dan menjalankan
bisnis, di BMC ini memasukkan siapa-siapa saja yang nantinya akan mendukung
bisnis. BMC ini penting untuk memetakan apa saja yang dibutuhkan agar bisnis
tetap berjalan;
(5) Mempunyai Sistem Bisnis. BMC merupakan cara yang efektif untuk membuat
sistem bisnis, tujuannya membuat bisnis makin efektif dan bisa menghasilkan
maksimal meskipun kita tidak rutin berada di bisnis kita.

E. Manfaat dan Kelebihan Business Model Canvas


BMC menjadi populer tidak hanya di perusahaan besar yang mapan, namun juga
populer di kalangan entrepreneur dan juga intrapreneur dalam memetakan,
menganalisis, validasi, dan melakukan inovasi di model bisnis yang telah ada. Secara
mendasar, sebagai praktisi, saya menemukan ada 3 manfaat utama dari BMC.
(1) FOKUS : Satu hal yang paling saya rasakan dengan membuat Business Model
Canvas ini adalah mampu menajamkan fokus dan membuat kejelasan mengenai
model bisnis yang diajukan, ketimbang membuat rencana bisnis yang tebalnya
berhalaman – halaman.
(2) FLEKSIBEL : BMC sangat bermanfaat karena mudah untuk dimodifikasi dengan
tetap memberi pandangan secara menyeluruh terhadap model bisnis
(3) TRANSPARANSI : Sebagai pendiri beberapa bisnis, BMC seringkali saya gunakan
untuk mengomunikasikan visi dan model bisnis kepada tim, dan dengan BMC tim
menjadi lebih mudah mengerti apa model bisnis di organisasi.

F. Pengaplikasian Bisnis Model Canvas


Penjelaskan pengertian model bisnis dalam tiga kelompok. Pertama adalah model bisnis
sebagai metode (cara), model bisnis dilihat dari aspek komponen-komponennya, dan
model bisnis sebagai strategi bisnis. Elemen dalam Business Model Canvas
mencakupCustomer Segment, Value Proposition, Channel, Customer Relationship,
Revenue Stream, Key Resourcess, Key Activities, Key Partnership dan Cost Structure. Untuk

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 283


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

menyusun model bisnis menggunakan pendekatan ini dimulai dari Customer Segment,
diikuti dengan Value Proposition, Channel, Customer Relationship, Revenue Streams, Key
Resources, Key Activities, Key Partners dan Cost Structure. Untuk mengembangkan BMC,
organisasi dapat mulai dari memotret kondisi saat ini, diikuti dengan analisis SWOT.
Hasil analisis SWOT dapat digunakan untuk merancang model bisnis perbaikan dan
prototipe model-model bisnis masa depan.
(1) Customer Segment. Dalam menjalankan roda bisnisnya, pertama-tama organisasi
harus menetapkan siapa yang harus dilayani. Organisasi dapat menetapkan untuk
melayani satu atau lebih segmen. Penetapan segmen ini akan menentukan
komponen lain dalam model bisnis. Siapa konsumen Anda? Seperti apa deskripsi
orang yang ingin masalahnya Anda pecahkan? Bagaimana karakteristik mereka?
Apa yang mereka pikirkan? Rasakan? Lakukan?;
(2) Value Proposition. Manfaat yang ditawarkan organisasi kepada segmen pasar yang
dilayani. Tentu saja, value proposition akan menentukan segmen pelanggan yang
dipilih atau sebaliknya. Value proposition juga akan mempengaruhi komponen lain
seperti Channel dan Customer Relationship. Solusi apa yang Anda tawarkan ke
konsumen Anda? Apa yang menarik dari solusi Anda? Apa yang membuat
konsumen mau memilih, membeli, dan menggunakan value Anda?;
(3) Channels. Sarana bagi organisasi untuk menyampaikan Value Proposition kepada
Customer Segment yang dilayani .Channel berfungsi dalam beberapa tahapan
mulai dari kesadaran pelanggan sampai ke pelayanan purna jual. Dua elemen lain
yang harus diperhitungkan secara cermat dalam membuat model Channel yaitu
Value Proposition dan Customer Segment. Bagaimana cara agar value/solusi
masalah Anda bisa sampai ke tangan konsumen?;
(4) Revenue Stream. Komponen yang dianggap paling vital. Umumnya organisasi
memperoleh pendapatan dari pelanggan. Meskipun demikian banyak organisasi
bisa membuka aliran masuk pendapatan dari kantong bukan pelanggan langsung.
Bagaimana cara bisnis menghasilkan uang dari valueyang ditawarkan?;
(5) Customer Relationship. Cara organisasi menjalin ikatan dengan pelanggannya.
Bagaimana cara Anda berinteraksi untuk menjaga loyalitas konsumen?;
(6) Key Activities. Kegiatan utama organisasi untuk dapat menciptakan Proposisi Nilai.
Apakah aktivitas kunci atau strategi kompetitif yang dilakukan untuk
menciptakan value proposition?;
(7) Key Resources. Smber daya milik organisasi yang digunakan untuk mewujudkan
proposisi nilai. Sumber daya umumnya berwujud manusia, teknologi, peralatan,
channel maupun brand. Apa saja sumber daya yang harus dimiliki perusahaan agar
dapat kompetitif dalam menciptakan value?;
(8) Key Partnership. Sumber daya yang diperlukan oleh organisasi untuk mewujudkan
proposisi nilai, tetapi tidak dimiliki oleh organisasi tersebut. Pemanfaatan Key
Partnershipoleh perusahaan dapat berbentuk outsourcing, joint venture, joint
operation, atau aliansi strategis. Siapa mitra yang mendukung organisasi agar

284| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

selalu kompetitif?, Pasokan atau sumber daya apa saja yang merekasediakan?,
Bagaimana mereka dapat membantu aktivitas bisnis Anda?, Bagaimana bentuk
kerjasamanya?;
(9) Cost Structure. Komposisi biaya untuk mengoperasikan organisasi mewujudkan
proposisi nilai yang diberikan kepada pelanggan. Struktur biaya yang efisien,
menjadi kunci besarnya laba yang diperoleh organisasi. Apa saja faktor – faktor
yang membentuk biaya yang harus dikeluarkan?.
Secara umum, BMC dikembangkan dengan mempertimbangkan 9 blok utama
yang harus diperhatikan dalam memetakan model bisnis. Kesembilan blok utama ini,
semua terangkum dalam satu canvas (1 halaman). Inilah yang juga membuat BMC
unggul karena dengan kesederhanaannya yang hanya terdiri dari 1 halaman ini,
ternyata powerful untuk memberikan pemahaman tentang model bisnis secara utuh.
Berikut gambar dari Business Model Canvas,

Tampilan halaman Business Model Canvas (BMC)

Secara sederhana, BMC terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: offering, customer, dan
infrastructure. Adapaun gambar pembagian hal tersebut ada di bagian berikut ini:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 285


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

3 aspek utama dalam BMC – offering, customer, infrastructure

G. Langkah-Langkah Aplikasi Bisnis Model Canvas


Disarankan dalam melakukan kegiatan penyusunan bisnis model Canvas untuk
mencetak template Business Model Canvas di kertas A3, mempersiapkan sticky
notesdengan dua warna berbeda, kemudian mulai mengisi BMC sesuai dengan bisnis
yang ingin (atau sudah) dijalankan. Berikut ini tutorial singkat yang yang dapat
digunakan untuk menyusun rencan bisnis:

LANGKAH 1 (dari 10): Customer Segments


Customer segments atau segmen konsumen yang ditarget merupakan hal terpenting
yang harus bisa dijawab dari Business Model Canvas. Kebanyakan model bisnis tidak
memberikan hasil yang diharapkan karena customer segment tidak dapat didefinisikan
dengan jelas. Untuk dapat mengisi customer segment dengan jelas, hal berikut ini perlu
diperhatikan:
(1) Customer Segment Dimensions (Dimensi Segmen Konsumen)

Perhatikan apakah bisnis yang dikelola menargetkan konsumen single atau multi-sided
market? Maksud multi-sided market, misalnya Facebook yang memiliki model bisnis
untuk melayani dua pihak: advertiser dan user. Multi-sided market umumnya memiliki
segmen tersendiri untuk setiap kategorinya.

286| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(2) Customer Characteristics (Karakteristik Konsumen)

Setelah memetakan dimensi segmen, maka selanjutnya adalah mendefinisikan karakter


segmen di masing–masing dimensi tadi. Misalnya, apabila memiliki segmen user, maka
user yang karakteristiknya seperti apa? Beberapa pertimbangan untuk karakteristik,
misalnya:
 Usia dan gender
 Passion, habit, hobi
 Tingkat penghasilan
 Tingkat pendidikan
 Target yang ingin dicapai
 dan lain sebagainya.

(3) Customer Problems/Needs (Masalah/Kebutuhan Konsumen)

Apa masalah yang dirasakan konsumen yang telah dipetakan? Apa masalah yang sedang
ingin mereka sembuhkan? Apa target yang sedang ingin mereka kejar? Apa needs yang
mereka perlukan untuk mencapai impian – impian mereka?
Satu hal yang perlu dilakukan adalah mengurangi asumsi apa yang dibutuhkan
konsumen dengan bertanya langsung kepada mereka. Buat pengamatan lapangan atau
wawancara langsung agar semakin dekat dengan konsumen.
Output: Pada bagian ini akan menghasilkan daftar target konsumen berdasarkan
segmen yang berbeda, ditambah penjelasan detil tentang karakteristik masing – masing
konsumen. Jika segmen cukup banyak, disarankan untuk membuat prioritas dalam
melayani konsumen. Coba tanyakan, “seandainya saya hanya bisa melayani 1 konsumen
saja, siapakah yang ingin saya layani?”

Langkah 2 (dari 10): Value Propositions


Ketika pemetaan customer segment sudah jelas, maka selanjutnya memilih mana
masalah atau kebutuhan dari pelanggan itu yang ingin kita penuhi? Selain itu, di value
proposition juga harus mempertimbangkan keunikan/keunggulan solusi yang
ditawarkan dibandingkan solusi lainnya?
Sebagai contoh, salah satu startup, SignifierGames.com membuat value proposition
penyediaan Serious Games untuk pembelajaran konsep kompleks di bidang engineering,
khususnya industrial engineering. Solusi ini dibuat dengan harapan dapat
mengurangi pain berbagai institusi pendidikan di Indonesia dalam mengajarkan konsep
sulit kepada peserta didiknya. Beberapa game yang dikembangkan diantaranya
permainan bidang operation management, seperti Operation Management Game
(OMG), Project Management Game (PMG), dan Strategic Sourcing Management Game

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 287


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(SSMG). Value proposition ini berbeda karena kebanyakan pengembang Serious


Games tidak mengembangkan permainan untuk bidang – bidang engineering.
Setelah menemukan value proposition, pastikan menghubungkan koneksi antara
VP yang dimiliki dengan customer segment yang telah dipetakan, seperti contoh berikut:

Hubungan value proposition dengan customer segment dalam BMC

Output: Daftar solusi atau “obat” yang lebih baik atau kompetitif dari yang sudah ada
berdasarkan masalah atau kebutuhan konsumen

LANGKAH 3 (dari 10): CHANNELS


Channels dalam BMC adalah entitas yang digunakan oleh organisasi bisnis untuk
membuat value proposition yang sudah dibuat itu ‘sampai’ ke konsumen. Biasanya saya
menggunakan framework AIDA (Attention – Interest – Desire – Action) sebagai tahap
awal, ditambah bagaimana proses pengiriman barang atau jasa tersebut ke konsumen.
Misalnya, apa yang bisa dilakukan untuk menarik attention konsumen terhadap value
proposition yang dibuat? Beberapa pilihan menarik, antara lain: membuat iklan dan
memasang FB Ads atau Google Adwords. Dua contoh tersebut merupakan
termasuk channels. Contoh lain, SignifierGames.com menggunakan media Website,
Brosur, dan Buku yang dijual di retailer seperti Amazon.com untuk menyampaikan value
proposition kepada konsumen.

288| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Output: Daftar dari channel yang penting untuk mendistribusikan informasi


dan value kepada konsumen. Biasanya, berbeda segmen konsumen maka akan berbeda
pula channelnya.
Langkah 4 (dari 10): Customer Relationship
Bagian customer relationship diisi tentang bagaimana kita berinteraksi kepada
konsumen setelah terjadi transaksi, untuk memastikan konsumen puas dengan
value yang kita tawarkan sepanjang hingga akhir life cycle nya.
Perusahaan penerbangan, misalnya setelah kita menggunakan jasa penerbangannya
umumnya akan ditawarkan berbagai email penawaran, memberikan membership
khusus, yang apabila sudah mencakup beberapa poin akan mendapatkan benefit
tertentu.
Output: penjelasan tentang bagaimana caranya organisasi menjalin hubungan dengan
konsumen yang sudah ‘membeli’ value yang ditawarkan agar tercipta loyalitas atau
transaksi kembali.

Langkah 5 (dari 10) : Revenue Stream


Revenue streams adalah pendapatan yang diterima oleh perusahaan atau organisasi
yang berasal dari value proposition yang ditawarkan. Hal paling penting adalah harus
terjadi koneksi yang clear antara revenue stream yang dihasilkan dari value
proposition, dan customer segment mana yang membayar untuk hal tersebut. Sebagai
contoh, Signifiergames.com, di mana revenue streams berasal dari penjualan paket game
dan buku untuk akademik, dan yang membayar adalah institusi pendidikan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 289


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Contoh pengisian revenue stream BMC pada SignifierGames.com

Output: Daftar dari revenue streams, yang berasal dari value proposition x yang
ditawarkan, dengan customer segmen y sebagai pihak yang bersedia membayar.

Langkah 6 (dari 10): Key Activities


Untuk menciptakan value proposition yang lebih baik dan kompetitif, tentunya ada
beragam aktivitas kunci untuk dapat menghasilkan value porposition sesuai dengan yang
diharapkan. Aktivitas ini berupa aktivitas pokok yang apabila hilang atau tidak ada,
maka value proposition yang kompetitif tidak dapat direalisasikan. Misalnya,
SignifierGames.com mengajukan value proposition yaitu serious game berkualitas yang
dikembangkan oleh expert di Universitas Indonesia, dan key activities yang diperlukan
adalah game design & development. Contoh lebih jelas dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:

Pengisian key activities dalam Business Model Canvas


Output: Daftar aktivitas utama / kunci untuk dapat menghasilkan value proposition yang
diinginkan.

290| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Langkah 7 (dari 10) : Key Resources


Key resources adalah sumber daya strategis yang dibutuhkan untuk menunjang key
activities agar bisa berjalan lancar untuk menghasilkan value propositionsesuai dengan
yang diharapkan. Dengan terpetakannya key resource, diharapkan sebuah bisnis dapat
menjadi lebih kompetitif dibandingkan pesainya.
Sebagai lembaga pengembang ‘serious games’, SignifierGames.com bergantung penuh
terhadap SDM bertalenta atau para expert di bidang pengembangan serious
games. Talented people ini kemudian menjadi key resources dari SignifierGames.com
Output: Daftar dari sumber daya utama yang dibutuhkan untuk menunjang key
activities agar dapat menghasilkan value proposition yang diinginkan.

Langkah 8 (dari 10): Key Partnership


Sebuah organisasi bisnis tentunya tidak bisa berjalan hanya mengandalkan dirinya
sendiri. Ketimbang mengembangkan dan menjalankan semuanya sendiri, ada baiknya
untuk bekerjasama dengan mereka yang telah expert di bidang masing–masing.
Misalnya, salah satu key activities dari SignifierGames.com adalah membuat dan
mencetak buku. Maka, daripada handling semuanya sendirian, ada baiknya
SignifierGames.com bekerjasama dengan penerbit yang memang sudah malang
melintang di bidang penerbitan buku. SignifierGames.com pun kemudian hanya
menyiapkan naskahnya saja, untuk nanti diubah dan di layout oleh penerbit utama.
Key activities lainnya di SignifierGames.com, misalnya adalah melakukan training
for trainer untuk kaderisasi. Namun, karena kaderisasi trainer dan fasilitator itu cukup
lama, maka SignifierGames.com bisa bekerjasama dengan trainer profesional yang sudah
berpengalaman untuk menjadi narasumber workshop atau seminar yang dibawakan
tentang bagaimana cara membuat game.
Output: Daftar rekanan kunci di luar organisasi yang dapat mendongkrak performa key
activities sehingga dapat menghasilkan value proposition dengan lebih kompetitif lagi.

Langkah 9 (dari 10) : Cost Structure


Cost structure adalah daftar biaya yang dikeluarkan oleh organisasi bisnis dalam rangka
menciptakan value proposition kepada konsumen. Biasanya, cost structure ini ‘ditarik’
dari key activities. Beberapa pertanyaan penting untuk diajukan saat memetakan biaya:
1. Apakah biaya yang dikeluarkan dalam rangka menciptakan value?
2. Mana jenis biaya yang lebih banyak, fixed cost atau variable cost?
3. Jika bisnis diskala menjadi lebih besar, apakah peningkatannya linear, eksponensial,
atau tetap?
Pemetaan struktur biaya perlu dilakukan dengan lebih hati – hati, karena sangat penting
apabila organisasi bisnis ingin dibuat dalam skala yang lebih besar dari sebelumnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 291


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Output: Daftar elemen struktur biaya yang dikeluarkan untuk membiayai key
activities dalam menciptakan value proposition.
Pada akhirnya, SignifierGames.com memiliki hasil akhir BMC dalam kerangka kerja
berikut:,

Contoh Pengisian Business Model Canvas SignifierGames.com


Bagaimana BMC versi organisasi? Apakah organisasi telah selesai membuatnya?

Langkah 10 (dari 10): Analisis dan Validasi Model Bisnis


Bagi organisasi yang telah menyelesaikan BMC, jangan senang dulu karena sebenarnya
menyelesaikan BMC itu barulah langkah awal saja, karena sebenarnya apa yang
dirancang dalam BMC (termasuk SignifierGames.com) baru sebatas ‘hipotesis’ dan
‘asumsi’ subjektif yang dianggap benar oleh perencana bisnis. Pada kenyataannya,
hipotesis ini perlu diuji apakah memang benar model bisnis yang direncanakan tersebut
berjalan sebagaimana mestinya.
Bagaimana cara mengujinya? Cara paling mudah adalah langsung bertanya ke
konsumen yang ditarget, berinteraksi secara langsung ke lapangan dan merasakan
langsung apa yang dirasakan konsumen. Interaksi langsung dengan konsumen itu dapat
memberikan banyak insight tambahan baru. Misalnya, SignifierGames.com sendiri
melakukan beberapa perubahan rencana model bisnis setelah berinteraksi langsung
dengan konsumennya.
Misalnya, dulu asumsi yang terbangun bahwa seluruh institusi pendidikan memiliki
kesulitan dalam mengajarkan konsep sulit ke peserta didik. Sehingga, kami berasumsi

292| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

bahwa Serious Game yang dibuat expert ini akan laku. Namun setelah dipelajari lagi,
ternyata yang lebih banyak mencari Serious Game ini adalah universitas swasta yang
memang sedang menjalin kerjasama dengan kampus besar seperti UI. Maka, kerjasama
tersebut dibundling dengan produk buku, games, dan workshop untuk universitas
tersebut. Sticky notes hijau menunjukkan ada beberapa tambahan/ perubahan dari BMC
sebelumnya.

Contoh Validasi Business Model Canvas SignifierGames.com

Daftar Pustaka
http://teorisingkat.blogspot.co.id/2015/11/business-model-canvas.html
http://arryrahmawan.net/panduan-business-model-canvas/

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 293


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

294| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa

Anda mungkin juga menyukai