Modul Pelatihan
Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa
Infrastruktur Desa
Modul Pelatihan
Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa
Infrastruktur Desa
MODUL PELATIHAN
PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA
INFRASTRUKTUR DESA
Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan
masyarakat.
7. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna
mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
8. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara
Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis.
9. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk
19. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
20. Program Inovasi Desa disingkat PID merupakan salah satu upaya Pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui peningkatan
kapasitas desa dalam mengembangkan rencana dan pelaksanaan pembangunan
desa secara berkualitas.
21. Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa disingkat P2KTD adalah lembaga
profesional yang menyediakan jasa keahlian teknis tertentu di bidang
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya
Manusia, dan Infrastruktur Desa.
22. Tim Inovasi Kabupaten adalah Tim yang dibentuk oleh Bupati/Walikota untuk
melaksanakan kegiatan Inovasi dalam program Inovasi Desa di kabupaten/kota.
Pembentukan Tim Inovasi Kabupaten PID ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota dan berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.
23. Kelompok Kerja Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa disingkat Pokja PPID
adalah tim yang dibentuk dibawah koordinasi Tim inovasi Kabupaten bertugas
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan Inovasi melalui
pengelolaan pertukaran pengetahuan.
24. Kelompok Kerja Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa yang disingkat Pokja
P2KTD, adalah Tim yang dibentuk dibawah koordinasi Tim Inovasi Kabupaten
bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan Kegiatan
Peningkatan Kapasitas Penyedia Layanan Teknis (P2KTD) dalam upaya
menyediakan kebutuhan desa akan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis yang
profesional
Kata Sambutan
Direkturat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Bismillahirrahmanirrahiim
Atas berkat rahmat Alloh SWT, Kami panjatkan puji dan syukur Alhamdulillah yang telah
memberikan kekuatan lahir dan bathin sehingga Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa Program Inovasi Desa (PID) TA 2017 telah hadir sebagai panduan
peningkatan kapasitas bagi Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa dalam rangka
mendukung peningkatan kualitas pembangunan Desa.
Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) diinisiasi
oleh Direktorat Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD),
Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian
Desa, PDT, dan Transmigrasi. Modul pelatihan ini sebagai panduan dalam mendorong
peningkatan kualitas pemanfaatan Dana Desa dengan memberikan ruang kepada
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa terlibat dalam mendorong inovasi dalam
pelaksanaan pembangunan Desa khususnya di bidang pengembangan potensi ekonomi
lokal dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia serta infrastruktur Desa.
Melalui dukungan PKTD ini, Desa diharapkan mampu memicu munculnya inovasi dan
pertukaran pengetahuan dalam peningkatan kualitas pembangunan.
Secara khusus modul pelatihan ini sebagai panduan bagi penyelenggara dalam
memfasilitasi proses pelatihan bagi P2KTD agar memahami secara filosofis, teknis serta
memandu proses pelaksanaan pendampingan teknis di Desa. Jika diperlukan
penambahan dan pengayaan terkait topik-topik pembahasan dapat diskusikan bersama
agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Modul Pelatihan P2KTD ini. Semoga Alloh SWT
senantiasa memberkati dan membimbing kita semua. Amien.
DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA
Taufik Madjid
Daftar Isi
Pokok Bahasan 1
KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN DESA
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan latar belakang, tujuan, prinsip, ruang lingkup,
mekanisme dan komponen PID;
2. Menjelaskan kebijakan P2KTD.
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Pemaparan, Tanya Jawab, dan Pleno.
Media
Media Tayang 1.1.1 “Program Inovasi Desa”;
Media Tayang 1.1.2 “Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
(P2KTD)”;
Lembar Informasi 1.1.1 “Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi
Desa”;
Lembar Informasi 1.1.2 “Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Desa dalam Program Inovasi Desa”.
Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus.
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Program Inovasi Desa
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Kebijakan Pembangunan Desa” sebagai
landasan bagi P2KTD dalam pelaksanaan program inovasi Desa;
2. Lakukan pemaparan tentang kebijakan umum Program Inovasi
Desa mencakup larat belakang, tujuan, prinsip-prinsip dan ruang
lingkupnya dengan menggunakan media tayang 1.1.1;
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengajukan pendapat terkait hasil paparan yang telah dilakukan;
4. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam tanya jawab.
5. Lakukan pembulatan atau penegasan terkait isu-isu krusial dalam
Program Inovasi Desa;
6. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan.
Rencana Pembelajaran
SPB
1.2 Tata Kelola Desa
Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran tentang Tata Kelola Desa, peserta
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan ruang lingkup Tatakelola Desa (Hakekat, Azas,
Kewenangan);
2. Menjelaskan siklus Perencanaan dan Penganggaran Desa;
3. Menjelaskan proses pengambilan keputusan di Desa.
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Pemaparan, Diskusi Kelompok, dan Pleno.
Media
Media Tayang 1.2.1: “Tata Kelola Desa”;
Lembar Diskusi Kelompok 1.2.1: Siklus Perencanaan dan Pengang-
garan Desa”;
Lembar Diskusi Kelompok 1.2.1: “Perencanaan dan Penganggaran
Desa”;
Lembar Informasi 1.2.1: “Tata Kelola Desa dalam Perspektif UU No.
6 Tahun 2014”.
Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus.
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Tata Kelola Desa
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Tata Kelola Desa”;
2. Lakukan pemaparan secara ringkas dan jelas tentang hakikat,
azas, dan kewenangan Desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan menggunakan media
tayang 1.2.1;
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengajukan pendapat terkait hasil paparan yang telah dilakukan;
4. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam tanya jawab;
5. Lakukan pembulatan atau penegasan tentang isu-isu krusial terkait
tata kelola Desa;
6. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan.
Rencana Pembelajaran
SPB
1.3 Kewirausahaan Sosial
Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran tentang kewirausahaan sosial, peserta
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep kewirausahaan sosial dalam P2KTD;
2. Menguraikan karakteristik kewirausahaan sosial;
3. Merefleksikan nilai-nilai kewirausahaan sosial dalam organisasi.
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Curah Pendapat, Diskusi Film, dan Tanya Jawab
Media
Media Tayang 1.3.1: “Konsep dan Karakteristik Kewirausahaan
Sosial”;
Film 1.3.1: “Grameen Bank – Muhaman Yunus”;
Lembar Informasi 1.3.1: “Kewirausahaan Sosial”.
Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus.
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Kewirausahaan Sosial dalam Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Kewirausahaan Sosial dalam Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)” dalam rangka
mendorong upaya perubahan masyarakat di Desa;
2. Awali dengan curah pendapat tentang pengertian kewirausahaan
sosial dengan mengajukan beberapa pertanyaan kunci sebagai
berikut:
a. Apa yang dimaksud kewirausahaan sosial?
b. Mengapa kewirausahaan sosial sangat penting bagi P2KTD?
c. Hal-hal apa saja yang menjadi tantangan dalam membangun
jiwa kewirausahaan sosial bagi P2KTD?
3. Gunakan kertas plano untuk mencatat hal-hal pokok yang
dikemukakan peserta;
4. Lakukan pembulatan atau penegasan tentang isu-isu krusial terkait
konsep kewirausahaan sosial bagi P2KTD;
5. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan.
Pokok Bahasan 2
PELUANG PENYEDIA
PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS
SARANA PRASARANA DESA
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pokok-pokok kebijakan dalam pembangunan sarana
prasarana perdesaan dan pola pembangunan desa melalui Pola
Padat Karya Tunai;
2. Menjelaskan prioritas dan program Kementerian dalam
pembangunan sarana prasarana Desa sesuai Permendesa PDTT No.
19 Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun
2018;
3. Mengkatagorikan jenis sarana prasarana ekonomi dan layanan
dasar desa.
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, dan Pleno.
Media
Media Tayang 2.1.1: “Pokok-Pokok Kebijakan dalam Pembangunan
Sarana Prasarana Desa”;
Lembar Informasi 2.1.2: “Pembangunan Desa melalui Pola Padat
Karya Tunai”
Lembar Informasi 2.1.3: “Jenis Sarana Prasarana Prioritas Dana Desa”
Lembar Informasi 2.1.4: “Kebijakan Umum Pengamanan Sosial dan
Lingkungan dalam Pembangunan Sarana Prasarana Desa”.
Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Sarana
Prasarana
1. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari pokok
bahasan tentang “kebijakan pemerintah dalam pembangunan
sarana prasarana desa dan pembangunan desa melalui Pola Padat
Karya Tunai ”;
2. Pelatih melakukan pemaparan tentang kebijakan pembangunan
sarana prasarana Desa dan pola padat karya tunai dengan
menggunakan media tayang yang telah disediakan;
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat,
bertanya dan memberikan saran terkait pemaparan yang telah
dilakukan;
4. Catatlah hal-hal pokok terkait isu-isu krusial tentang kebijakan
pembangunan sarana prasarana di Desa dan pola padat karya tunai;
5. Lakukan penegasan dan kesimpulan dari hasil pembahasan yang
telah dilakukan.
Rencana Pembelajaran
SPB Kondisi dan Tantangan
2.2 Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis
Pembangunan Sarana
Prasarana Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran tentang kondisi dan tantangan penyedia
peningkatan kapasitas teknis pembangunan sarana prasarana Desa,
peserta diharapkan dapat:
1. Menggambarkan kondisi sarana prasarana desa dalam lingkup
kabupaten;
2. Menjelaskan permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam
pembangunan sarana prasarana Desa.
Waktu
6 JP (270 menit)
Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Penayangan Slide, Diskusi Kelompok,
SWOT, dan Pleno.
Media
Media Tayang 2.2.1: “Kondisi dan Tantangan Pembangunan Sarana
Prasarana Desa”;
Lembar Kasus 2.2.1: “Profil Pembangunan Sarana Prasarana Desa di
Kabupaten Serdang Bedagai”;
Lembar Kerja 2.2.1: “Matrik Kajian Kondisi Pembangunan Sararana
Prasarana Desa”;
Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Kajian terhadap Kekuatan dan Kelemahan dalam
Pembangunan Sarana Prasarana Daerah
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pokok bahasan tentang “Kajian terhadap Kondisi Pembangunan
Sarana Prasarana Daerah”;
2. Bagilah peserta dalam kelompok yang berjumlah 5-6 peserta.
Masing-masing kelompok melakukan kajian terhadap kondisi
Pembangunan sarana prasarana daerah dengan mempelajari profil
kabupaten yang menggambarkan kondisi desa-desa secara
keseluruhan. Gunakan lembar kasus 2.2.1 sebagai bahan telaahan
dalam menemukenali kondisi dan tantangan bagi P2KTD dalam
mendukung pembangunan sarana prasarana Desa;
3. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikannya
dan menuliskan hasil telaahannya dalam Lembar Kerja 2.2.1;
4. Mintalah kepada beberapa kelompok untuk memaparkan hasil
diskusinya dalam pleno;
5. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk berpendapat,
mengkritisi dan memberikan saran atas paparan yang dilakukan;
6. Buatlah catatan penting terkait isu-isu krusial yang berkembang
dalam pembahasan;
7. Lakukan penegasan dan kesimpulan.
1
Kasus ini hanya sebagai contoh saja. Disarankan dapat diganti atau disesuaikan berdasarkan
profil daerah yang menggambarkan kondisi seluruh desa di wilayah kerja masing-masing.
Pada tahun 2011, luas irigasi Kecamatan dalam kondisi baik masih sebesar 399,55
Ha dan terus bertambah menjadi 716,97 Ha di tahun 2015. Di samping itu, jaringan
2
irigasi dalam kondisi baik pada tahun 2011 sepanjang 0,84 m per 10.000 m luas
2
persawahan juga meningkat menjadi 2,91 m per 10.000 m luas persawahan di
tahun 2015. Secara keseluruhan daftar luas baku lahan sawah yang berpengairan di
Kecamatan Caringin pada tahun 2015 dapat dilihat pada table berikut:
Tabel Daftar Luas Baku Lahan Sawah yang berpengairan per Desa
Rencana Pembelajaran
SPB Peluang Penyedia
2.3 Peningkatan Kapasitas
Teknis Pembangunan
Sarana Prasarana Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi jenis kebutuhan dukungan teknis perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan sarana prasarana di desa;
2. Merumuskan strategi pengembangan penyedia peningkatan
kapasitas teknis dalam rangka menangkap peluang di Desa;
3. Menganalisis peluang penyedia peningkatan kapasitas teknis
pembangunan sarana prasarana di Desa.
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Studi Kasus dan Diskusi Kelompok, Pleno.
Media
Media Tayang 2.3.1: “Peluang Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Pembangunan Sarana Prasarana di Desa”;
Lembar Kerja 2.3.1: “Matrik Analisis Kondisi Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Pembangunan Sarana Prasarana di Desa”;
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Analisis Kebutuhan Layanan Teknis Perencanaan dan
Pelaksanaan Pembangunan Sarana Prasarana di Desa.
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan belajar tentang “kebutuhan penyedia peningkatan
kapasitas teknis sarana prasarana di desa”, ini tidak terpisahkan dari
pokok bahasan sebelumnya;
2. Berkelompok berdasarkan utusan P2KTD, setiap kelompok
mendiskusi kan studi kasus dengan mempelajari kondisi
infrastruktur di salah satu kabupaten terkait dengan kebutuhan
pembangunan Infrastruktur Desa dengan menggunakan Lembar
Kasus 2.3.1 dan Matrik 2.3.1;
3. Mintalah salah satu kelompok yang memiliki layanan bidang
konsultansi untuk memaparkan hasil diskusinya, beri kesempatan
pada peserta lain untuk menambahkan hasil diskusi kelompok
pemapar;
4. Hasil diskusi kelompok yang sudah dipaparkan dan mendapat
masukan dari kelompok lain terkait kesepakatan kebutuhan layanan
teknis untuk bidang konsultansi;
5. Selajutnya minta satu kelompok yang memiliki layanan bidang
pelaksanaan pekerjaan kontruksi untuk memaparkan hasil
diskusinya, beri kesempatan pada peserta lain untuk menambahkan
hasil diskusi kelompok pemapar;
6. Hasil diskusi kelompok yang sudah dipaparkan dan mendapat
masukan dari kelompok lain menjadi kesepakatan kebutuhan
layanan teknis untuk bidang peleksanaan pekerjaan kontruksi;
dst
Pokok Bahasan 3
MEMBANGUN KAPASITAS
KELEMBAGAAN
Rencana Pembelajaran
Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang analisis pasar, diharapkan
peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan, manfaat, dan tahapan analisis pasar penyedia
peningkatan kapasitas teknis di Desa;
2. Mampu melakukan analisis pasar P2KTD dibidang Pembangunan
sarana prasarana Desa dengan menggunakan pendekatan Rapid
Market Analysis (RMA).
Waktu
4 JP (180 menit)
Metode
Pemaparan, Studi kasus, Diskusi Kelompok, Praktik RMA, dan Pleno.
Media
Media Tayang 3.1.1: “Analisis Potensi Pasar P2KTD”;
Lembar Kerja 3.1.1: “Matrik Analisis Potensi Pasar Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Bidang Pembangunan Sarana Prasarana di Desa”.
Lembar Informasi 3.1.1: “Penerapan Rapid Market Analysis (RMA) dalam
Pengembangan Kapasitas Teknis di Desa”.
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Analisis Potensi Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Pembangunan Sarana Prasarana Desa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “Tujuan Dan Manfaat Analisis
Potensi Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Pembangunan Sarana
Prasarana Desa”;
2. Pelatih memaparkan tujuan dan manfaat analisis potensi pasar
penyedia peningkatan kapasitas teknis khususnya dibidang
pembangunan sarana prasarana Desa dengan menggunakan Media
Tayang yang tersedia;
3. Berikan kesempatan peserta untuk bertanya, mengajukan pendapat,
mengkritisi dan saran atas pemaparan yang dilakukan;
4. Lakukan penegasan secara ringkas dan jelas terkait isu-isu penting
yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis potensi pasar
penyedia peningkatan kapasitas teknis bagi P2KTD;
5. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan dengan mengkaitkan
kegiatan belajar selanjutnya.
Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang pengembangan
organisasi, diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat pengembangan organisasi;
2. Menguraikan kondisi internal dan ekternal organisasi dalam
mendukung kegiatan peningkatan kapasitas teknis desa;
3. Merumuskan strategi peningkatan kapasitas SDM dalam mendukung
penyedia peningkatan kapasitas teknis (pembangunan sarana
prasarana desa).
Waktu
4 JP (180 menit)
Metode
Pemaparan, Studi kasus, Diskusi Kelompok, Praktik SWOT, dan Pleno.
Media
Media Tayang 3.2.1: “Pengembangan Organisasi P2KTD”;
Lembar Kerja 3.2.1: “Matrik Analisis SWOT Peningkatan Kapasitas
P2KTD”;
Lembar Kerja 3.2.2: “Matrik Aternatif Strategi Peningkatan Kapasitas
P2KTD”;
Lembar Informasi 3.2.1 “Pengembangan Organisasi dalam mendukung
Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa”.
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Pengembangan Organisasi (P2KTD)
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “Tujuan dan Manfaat
Pengembangan Organisasi”;
2. Ajukanlah beberapa pertanyaan penggerak untuk menggali
pemahaman peserta tentang konsep pengembangan organisasi
P2KTD. “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan organisasi dan
kenapa kita perlu melakukan pengembangan terhadap organisasi
tersebut?”.
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab dan
menanggapi pertanyaan tersebut. Selanjutnya catat hal-hal pokok
dari jawaban yang dilontarkan peserta.
4. Selanjutnya, bagi peserta kedalam kelompok diskusi dan setiap terdiri
dari 5 – 6 orang. Setiap kelompok mendiskusikan hal-hal sebagai
berikut:
Mengapa organisasi P2KTD perlu dikembangkan?
Apa tujuan pengembangan organisasi P2KTD?
Bagaimana langkah-langkah dan strategi pengembangan
organisasi P2KTD?;
5. Ajak peserta merumuskan kesimpukan tentang pengertian, tujuan
dan manfaat pengembangan organisasi;
6. Rumuskan secara Bersama-sama dengan peserta tentang langkah-
langkah dan strategi pengembangan organisasi untuk mendukung
P2KTD
7. Sepakati dan tegaskan kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah
dilakukan.
Faktor Eksternal
Kekuatan Organisasi Kode
1 S1
2 S2
3 S3
4 S4
5 S5
Kelemahan Organisasi
1 W1
2 W2
3 W3
4 W4
5 W5
Faktor Internal
Peluang Kode
1 Q1
2 Q2
3 Q3
4 Q4
5 Q5
Ancaman
1 T1
2 T2
3 T3
4 T4
5 T5
Internal 1. 1.
2. 2.
Eksternal 3, 3,
4. 4.
5. 5.
PELUANG (O) (S – O) (W-O)
1. 1. 1.
2. 2. 2.
3, 3, 3,
4. 4. 4.
5. 5. 5.
ANCAMAN (T) (S – T) (W-T)
1. 1. 1.
2. 2. 2.
3, 3, 3,
4. 4. 4.
5. 5. 5.
Rencana Pembelajaran
SPB
Strategi Promosi Penyedia
3.3 Peningkatan Kapasitas
Teknis Desa
Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang strategi promosi Penyedia
Peningkatan Kapasitas teknis, diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat promosi dalam penyediaan layanan
Peningkatan Kapasitas teknis;
2. Merumuskan strategi promosi penyedia peningkatan kapasitas
teknis;
3. Mengembangkan media promosi dalam mendukung penyedia
peningkatan kapasitas teknis.
Waktu
4 JP (180 menit)
Metode
Pemaparan, Studi kasus, Diskusi Kelompok, dan Pleno.
Media
Media Tayang 3.3.1: “Strategi Promosi Penyedia Peningkatan Kapasitas
Teknis”;
Media Tayang 3.3.2: “Pengembangan Media Promosi P2KTD”;
Lembar Kerja 3.3.1: “Matrik Strategi Promosi”;
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Promosi dalam Penyediaan Layanan
Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “Tujuan dan Manfaat Promosi
dalam penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis di desa”;
2. Meminta peserta untuk berpasangan dengan teman yang
bersebelahan (buzz group). Masing-masing pasangan diminta untuk
membahas pengertian, tujuan dan pendekatan promosi;
3. Fasilitasi proses pengungkapan hasil diskusi buzz group dalam pleno
kelas dengan menggunakan meta plan. Kelompokan jawaban
peserta berdasarkan pengertian tujuan dan pendekatan promosi.
4. Memaparkan media tayang 3.3.1 “Strategi Promosi Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa”;
5. Lakukan curah pendapat dengan peserta mengenai tujuan dan
manfaat promosi dalam penyediaan layanan peningkatan kapasitas
teknis;
6. Buatlah penegasan terkait isu-isu krusial dalam promosi penyedia
peningkatan kapasitas teknis;
7. Sepakati kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan.
Kepala Desa
Perangkat Desa
BPD
Tokoh masyarakat
Tokoh Agama
Masyarakat miskin
dan kelompok
rentan
Penyandang
disabilitas
Dst
Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang pelayanan pelanggan,
diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat pelayanan pelanggan dalam
penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis di Desa;
2. Mengidentifikasi karakteristik pelanggan;
3. Merumuskan strategi pelayanan pelanggan dalam mendukung
penyedia peningkatan kapasitas teknis bidang pembangunan sarana
prasarana di Desa.
Waktu
3 JP (135 menit)
Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Studi kasus, dan Diskusi Kelompok.
Media
Media Tayang 3.4.1: “Pelayanan Pelanggan”;
Lembar Kerja 3.4.1 : “Matrik Strategi Promosi”;
Lembar Kerja 3.4.2: “Lembar Kerja Studi Kasus”;
Lembar Informasi 3.4.1: “Memahami Perilaku Pelanggan”.
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Pelayanan Pelanggan dalam
Penyediaan Layanan Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “tujuan dan manfaat pelayanan
pelanggan dalam penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis
di desa”;
2. Lakukan curah pendapat tentang tujuan dan manfaat pelayanan
pelanggan dengan menggali hal-hal sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud pelanggan?
b. Mengapa P2KTD perlu memahami pelanggan?
c. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam memahami
pelanggan?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat,
gagasan atau saran;
4. Catatlah hal-hal pokok yang muncul dalam curah pendapat;
5. Buatlah penegasan terkait isu-isu krusial dalam pelayanan pelanggan
bagi P2KTD;
6. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan.
Rencana Pembelajaran
Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran tentang dokumentasi kegiatan Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa, peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tujuan, manfaat dan metode pendokumentasian
kegiatan peningkatan kapasitas teknis pembangunan sarana
prasarana desa;
2. Membuat pendokumentasian kegiatan peningkatan kapasitas teknis
pembangunan sarana prasarana desa.
Waktu
3 JP (135 menit)
Metode
Curah Pendapat, Pemaparan, Video/film, Pleno.
Media
Media Tayang 3.5.1 “Pendokumentasian Kegiatan Peningkatan
Kapasitas Teknis di Desa”;
Lembar Kerja 3.5.1: “Outline Penyusunan Dokumentasi Pembelajaran
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Bidang Pembangunan Sarana
Prasarana Desa”;
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan, Manfaat dan Teknik Pendokumentasian Kegiatan
Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembelajaran tentang “tujuan, manfaat dan teknik
pendokomentasian kegiatan peningkatan kapasitas teknis di desa”;
2. Lakukan curah pendapat tentang tujuan dan manfaat pendokumen-
tasian kegiatan peningkatan kapasitas teknis di desa dengan
menggali hal-hal sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud pendokumentasian kegiatan peningkatan
kapasitas teknis di desa?
b. Mengapa P2KTD perlu melakukan pendokumentasian kegiatan
Peningkatan Kapasitas teknis di desa?
c. Apa saja manfaat dari pendokumentasian yang dilakukan oleh
P2KTD?
d. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mendokumen-
tasikan kegiatan peningkatan kapasitas teknis di desa oleh
P2KTD?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat,
gagasan atau saran terkait curah pendapat yang dilakukan;
4. Catatlah hal-hal pokok yang muncul dalam pembahasan tersebut;
5. Selanjutnya, paparkan beberapa teknik pendokumentasian kegiatan
peningkatan kapasitas teknis di desa;
6. Buatlah penegasan terkait isu-isu krusial dari pendokumentasian
kegiatan peningkatan kapasitas teknis di desa oleh P2KTD;
7. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan.
JUDUL: ………………………………………..
A. Pendahuluan
(Jelaskan secara umum dasar pemikiran, dan kondisi umum kegiatan inovasi dan layanan
peningkagtan kapasitas teknis yang diberikan oleh P2KTD)
C. Solusi
(Jelaskan solusi yang diambil oleh Desa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut)
D. Manfaat
(Jelaskan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat setelah mendapatkan bantuan teknis
dari P2KTD berupa bimbingan, teknologi dan kegiatan pendukung lainnya)
F. Pendanaan
(Jelaskan jumlah dan sumber pendanaan tersebut)
G. Pelaku
(Jelaskan pihak-pihak yang terlibat dalam program dan penerima manfaat dari kegiatan
tersebut)
H. Hasil
(Jelaskan perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai dampak (jangka pendek dab
jangka panjang) dari kegiatan atau solusi yang dipilih)
I. Pembelajaran
(jelaskan pembelajaran yang dapat diambil dari kegiatan tersebut)
J. Rekomendasi
(Uraikan saran dan masukan dari hasil intervensi yang telah dilakukan baik kepada para
pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat, swasta dan pihak lainnya)
LATAR BELAKANG
MASALAH
Akses terhadap air bersih di Kampung
Biatan Baru tergolong sulit. Warga
harus berjalan kaki sejauh 2 kilometer
ke kampung tetangga untuk
mendapatkan air. Pada tahun 1997,
Biatan Baru mendapat bantuan mesin
diesel untuk pompa air namun hanya
menjangkau hingga ke bak
penampunga. Biaya pengoperasian mesin diesel cukup tinggi. Banyak warga migrasi keluar
kampung sehingga jumlah Kepala Keluarga (KK) menyusut dari 215 KK menjadi 165 KK (564
jiwa) pada tahun 2017
SOLUSI
Pemerintah kampung
memanfaatkan teknologi solar cell
untuk mendapatkan air bersih
MANFAAT
Beberapa manfaat yang diperoleh
dari pemanfaatan teknologi ini
yaitu: (1) Masing-masing rumah
warga menikmati air bersih
langsung secara gratis; (2) Menghemat biaya operasional hingga 40 persen dibandingkan
penggunaan mesin diesel; (3) Menghemat tenaga operasional karena hanya butuh 4 orang
sedangkan dengan mesin diesel dibutuhkan 12 tenaga kerja; (4) Menghemat pengeluaran desa
(1) Pada Februari tahun 2015, dalam agenda rutin tahunan untuk mengetahui aspirasi
masyarakat, warga melalui Badan Perwakilan Kampung (BPK) dan Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LKM) Kampung mengusulkan unit solar cell untuk
mengalirkan air ke desa;
(2) Usul dari BPK, LKM dan tokoh masyarakat tersebut diterima oleh Pemerintah Kampung
dan dimasukkan ke dalam anggaran pendapatan dan belanja kampong;
(3) Pemerintah Kampung menerbitkan surat persetujuan pengadaan solar cell pada 30 Mei
tahun 2016;
(4) Pemerintah Kampung melalui Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Pembangunan Kampung
membuka lelang pengadaan solar cell. Susunan TPK Pembangunan Kampung terdiri atas:
(a) Ketua, (b) Wakil ketua, (c) Bendahara, (d) Anggota;
(5) TPK Pembangunan Kampung bertugas untuk: (a) Bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan kegiatan swakelola mulai dari perencanaan, pengawasan dan evaluasi (b)
Membentuk tim swakelola (tim perencana, pelaksana, pengawas dan pelaporan), (c)
Membuat laporan perkembangan pekerjaan swakelola kepada kepala kampong, (d)
Menyerahkan hasil pekerjaan kepada kepala kampong, (e) Tugas-tugas lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan swakelola;
(6) TPK Pembangunan Kampung membuat Tim Swakelola Pemelihara Solar Cell, yang
susunannya terdiri dari: (a) Ketua dan pengelola air bersih, (b) Wakil ketua dan pengelola
air bersih, (c) Anggota dan pengelola air bersih, (d) Wakar mesin air bersih dan sollar cell
(7) Pemerintah Kampung menerbitkan surat keputusan untuk mengukuhkan TPK
Pembangunan Kampung dan Tim Swakelola Pemelihara solar cell
(8) Pada November tahun 2016 dilakukan lelang pengadaan solar cell dengan merek, model,
dan kapasitas yang ditentukan. Lelang ini diikuti oleh CV Deal dan CV Sinergi Multi Karya;
(9) Pemerintah kampung mengumumkan pemenang lelang adalah CV DEAL, kontraktor asal
Tanjung Redeb, Berau. Salah satu klausul memuat ketentuan: garansi pengelolaan dan
perawatan hingga 31 Desember tahun 2017 sehingga warga gratis menggunakan air;
(10) Pada bulan itu juga, kontraktor melakukan pembelian dan pemasangan alat yang
ditempatkan sekitar 100 meter dari air. Kontraktor juga membangun fasilitas penunjang
agar air bisa sampai ke rumah warga, yakni 3 unit penampung air, 1 unit mesin penghisap
air, 1 unit pendorong air, pipa penyalur air, dan kabel penghubung aliran listrik
PENDANAAN
Pengadaan sel surya dan fasilitas
pendukung berasal dari dana kampung:
a. Bahan pipanisasi : Rp 33,6 juta
b. Alat solar cell : Rp313,3 juta
c. Upah pekerja : Rp 23,3 juta
d. Papan nama kegiatan : Rp 150 ribu
e. Honor TPK : Rp 11,2 juta
Operasional: Swakelola
PELAKU
o Pemerintah Kampung
o Masyarakat (tim pemelihara)
o Pihak ketiga (kontraktor pemenang lelang)
HASIL
Awal tahun 2017 sel surya sudah beroperasi
masingmasing 1.200 watt dan 4.000 watt.
Keduanya mampu menghidupkan dua mesin
pompa air dengan debit head 70 meter dan
kapasitas 80 meter kubik/detik
Kebutuhan air bersih warga terjamin, terutama
untuk minum, mandi, mencuci, dan lainnya.
Bahkan warga dapat menggunakan air bersih
secara gratis hingga masa garansi berakhir
Tingkat kesehatan masyarakat relatif terjaga.
Sebelumnya, akibat kekurangan air segelintir
warga mengalami sakit perut namun kebanyakan
warga hanya mengeluhkan jauhnya jarak
mengambil air
PEMBELAJARAN
Pemanfaatan teknologi ramah lingkungan patut
dicoba untuk mengatasi persoalan air. Solar cell
menjadi solusi karena Indonesia dilimpahi sumber
energi sinar matahari
Teknologi solar cell bisa dimanfaatkan oleh
daerah yang mendapat limpahan sinar matahari
dan memiliki sumber mata air
Penentuan lokasi solar cell yang tepat
mempengaruhi kapasitas daya listrik dan
kapasitas air yang dihasilkan
REKOMENDASI
Perlu dipikirkan penempatan solar cell yang tepat dan prasarana/akses untuk
menjangkaunya (seperti jembatan)
Perlu dipikirkan pengelola solar cell ketika masa jaminan perawatan dari kontraktor habis,
termasuk besaran iuran per warga setelah masa garansi berakhir
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tujuan, manfaat dan prinsip-pronsip pengelolaan
keuangan organisasi khususnya P2KTD;
2. Menilai kondisi keuangan organisasi;
3. Menyusun rencana keuangan organisasi dalam mendukung kegiatan
penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis di desa.
Waktu
3 JP (135 menit)
Metode
Pemaparan, curah pendapat, praktek, pleno.
Media
Media Tayang 3.6.1: “Pengelolaan Keuangan”;
Lembar Kerja 3.6.1: “Formulir Identifikasi Kinerja Keuangan Organisasi”;
Lembar Kerja 3.6.2: “Menyusun Keuangan P2KTD”;
Lembar Informasi 3.6.1: “Mengelola Keuangan”.
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan, manfaat dan prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan P2KTD
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembelajaran tentang “tujuan, manfaat dan prinsip-
prinsip pengelolaan keuangan P2KTD”;
a. Awali kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan
sebagai berikut:
b. Apa yang Anda pahami tentang pengelolan keuangan P2KTD?
c. Mengapa P2KTD perlu memiliki kemampuan dalam mengelola
keuangan?
d. Bagaimana ruang lingkup pengelolaan keuangan P2KTD?
2. Lakukan tanya jawab dan curah pendapat, catat pendapat peserta
latih di kertas plano. Pelatih memberikan penegasan kembali dari
jawaban peserta;
3. Paparkan konsep dasar (tujuan, manfaat dan prinsip-prinsip dasar)
pengelolaan keuangan menggunakan media tayang yang telah
disediakan.
4. Setelah pemaparan, bandingkan dengan hasil curah pendapat
peserta mengenai definisi dan konsep dasar pengelolaan keuangan.
Berikan kesempatan pada peserta untuk sesi tanya-jawab;
5. Pelatih menutup sesi dengan menegaskan kembali konsep dasar dan
pengertian pengelolaan keuangan.
Biaya Total = biaya bahan langsung + biaya tenaga kerja langsung + biaya
tidak langsung
Sub-
Kegiatan unit unit Hari Jumlah Total Total
A. Bahan
1. Kebutuhan
pelatihan (kertas
plano, spidol) 1 unit x 1 kalli x 1 300.000 300.000
2. Sewa LCD 1 unit x 1 kali x 3 100.000 300.000
3. Spanduk pelatihan 2 unit x 1 kali x 1 100.000 200.000
4. Souvenir peserta,
tas peserta, materi 1 pack x 1 time x 30 50.000 1.500.000
5. Cetak sertifikat 1 pack x 1 kali x 30 7.000 210.000
Sub-total 2.510.000
B.Transport Implementasi pelatihan ( 3 days)
6. Transport pelatih
reguler dan staf 3 orang x 1 kali x 3 150.000 1.350.000
7. Transport
narasumber 2 pack x 1 kali x 1 150.000 300.000
8. Lumpsum 5 pack x 1 kali x 3 50.000 750.000
Sub total 2.400.000
C. Honor SDM
9. Pelatih Senior 2 orang x 1 kali x 3 1.000.000 6.000.000
10. Tenaga
Ahli/Narasumber
Tambahan 2 orang x 1 kali x 1 750.000 1.500.000
11. Notulen & Admin
staff 1 orang x 1 kali x 3 500.000 1.500.000
Sub-total 9.000.000
Total Per Unit
Pelatihan 3 hari 13.910.000
Biaya yang dikeluarkan untuk satu unit pelatihan untuk 30 peserta selama 3 hari di desa
adalah Rp 13.910.000,- . Selanjutnya hitung dan kelompokkan satu persatu
Sub-
Kegiatan unit unit Hari Jumlah Total Total
A. Bahan
1. Kebutuhan pelatihan
(kertas plano, spidol) 1 unit x 1 kalli x 1 300.000 300.000
2. Sewa LCD 1 unit x 1 kali x 3 100.000 300.000
3. Spanduk pelatihan 2 unit x 1 kali x 1 100.000 200.000
Sub-
Kegiatan unit unit Hari Jumlah Total Total
4. Souvenir peserta, tas
peserta, materi 1 pack x 1 time x 30 50.000 1.500.000
5. Cetak sertifikat 1 pack x 1 kali x 30 7.000 210.000
Sub-total 2.510.000
B.Transport Implementasi pelatihan ( 3 days)
6. Transport pelatih
reguler dan staf 3 orang x 1 kali x 3 150.000 1.350.000
7. Transport narasumber 2 pack x 1 kali x 1 150.000 300.000
8. Lumpsum 5 pack x 1 kali x 3 50.000 750.000
Sub total 2.400.000
Total 4.910.000
Waktu per unit produk x Biaya tenaga kerja langsung per Biaya TKL Per
jasa jam Unit
40 jam x Rp Rp 51.041,- Rp 2.041.640,-
Biaya tidak langsung adalah semua biaya lain yang dimiliki organisasi untuk menjalankan
usaha, misalnya sewa dan listrik.
Penyusutan adalah hilangnya nilai peralatan dan ini merupakan biaya pada usaha
Anda. Biaya total membeli peralatan dibagi jumlah tahun yang anda harapkan peralatan
tersebut dapat digunakan. Di dalam ragam usaha, biaya penyusutan cukup tinggi,
sehingga penting untuk memasukkan penyusutan ke dalam biaya tidak langsung. Biaya
penyusutan biasanya diberlakukan untuk biaya peralatan yang memiliki nilai tinggi dan
tahan untuk waktu yang lama
Maka, biaya total per unit atau biaya produksi jasa pelatihan selama tiga hari untuk 30
peserta adalah Rp 16.319.640,-
Asuransi pegawai
BPJS
Mobil /kendaraan
Promosi penjualan
Pokok Bahasan 4
RENCANA BISNIS DAN
TINDAK LANJUT
Rencana Pembelajaran
SPB
Rencana Bisnis (Bussiness
4.1 Plan) Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa
Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang rencana bisnis penyedia
peningkatan kapasitas teknis, diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat rencana bisnis P2KTD dalam
penyelenggaraan kegiatan penyediaan peningkatan kapasitas teknis
di desa;
2. Menyusun rencana bisnis P2KTD dibidang pembangunan sarana
prasarana Desa dengan menggunakan Bussiness Model Canvas.
Waktu
10 JP (450 menit)
Metode
Pemaparan, Studi kasus, Praktik Bussiness Model Canvas, dan Pleno.
Media
Media Tayang 4.1.1: “Analisis Potensi Pasar P2KTD”;
Lembar Kerja 4.1.1: “Matrik Business Model Canvas”;
Lembar Informasi 4.1.1 “Penerapan Bussiness Model Canvas dalam
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa”.
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Rencana Bisnis dalam Penyelenggara-
an Kegiatan Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “tujuan dan manfaat rencana
bisnis penyediaan peningkatan kapasitas teknis di Desa” dengan
mengkaitkan hasil pembelajaran sebelumnya (PB 2 dan PB 3);
2. Pelatih memaparkan tujuan dan manfaat rencana bisnis dalam
pengembangan kegiatan penyediaan peningkatan kapasitas teknis
berdasarkan hasil analisis potensi dan peluang pasar khususnya
dibidang pembangunan sarana prasarana Desa dengan
menggunakan Media Tayang yang tersedia;
3. Berikan kesempatan peserta untuk bertanya, mengajukan pendapat,
mengkritisi dan saran atas pemaparan yang dilakukan;
4. Lakukan penegasan secara ringkas dan jelas terkait isu-isu penting
yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyusunan rencana bisnis
layanan teknis bagi P2KTD;
5. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan dengan mengkaitkan
kegiatan belajar selanjutnya.
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menyusun Rencana
Kerja Tindak Lanjut (RKTL) paska pelatihan untuk mendukung peningkatan
kapasitas organisasi dalam memberikan Penyedia Peningkatan Kapasitas
teknis kepada Desa.
Waktu
1 JP (45 menit)
Metode
Rencana Kerja Tindak Lanjut.
Media
Media Tayang 4.2.1;
Lembar Kerja 4.2.1: Matrik Diskusi Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL);
Alat Bantu
Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan WhiteBoard
Proses Pembelajaran
1. Jelaskan kepada peserta tentang tujuan, proses dan hasil dari
penyusunan RKTL kepada peserta;
2. Mintalah kepada masing-masing peserta untuk menyusun rencana
tindak lanjut paska pelatihan bagi masing-masing P2KTD untuk
mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa atau secara tim
yang telah dibentuk di lokasi atau wilayah kerja masing-masing;
3. Diskusikan hasil reaksi masing-masing peserta dan buatlah
kesepakatan terkait rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam
rangka menindaklanjuti hasil pelatihan dengan menggunakan
Lembar Kerja 4.2.1;
4. Hasilnya rumusan RKTL kemudian ditempelkan di dinding untuk
dibahas dalam pleno;
5. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapinya dan
kumpulkanlah gagasan pokok tentang tindak lanjut yang mungkin
dapat dilakukan baik secara individu maupun kelompok atau tim;
6. Tutup acara ini dengan permainan ringan untuk menyegarkan
suasana, untuk menimbulkan kesan yang positif pada akhir sesi
pelatihan;
7. Serahkan kembali kendali acara kepada panitia penyelenggara
untuk menutup secara resmi dan diakhiri dengan do’a.
4. Dll.
5.
6.
7.
8.
Catatan:
(1) Tabel ini sebagai acuan umum saja, peserta diskusi dapat memodifikasi sesuai
kebutuhan dengan menambah penjelasan atau aspek kajian lain tentang rencana
tindak lanjut bagi P2KTD dalam mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa;
(2) Jelaskan proses atau langkah-langkah yang perlu dilakukan di setiap aspek yang
perlu ditindaklanjuti, seperti rapat internal, penyiapan dokumen pendukung
kelembagaan, konsultasi dengan pemerintah daerah, analisis dokumen
perencanaan Desa, kerjasama Pendamping Desa, berpartisipasi dalam bursa
inovasi dan lain-lain;
(3) Identifikasikan pemangku kepentingan yang terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam mendorong kegiatan tersebut baik internal maupun
eksternal;
(4) Identifikasikan potensi atau sumber daya pendukung disetiap aspek yang perlu
ditindaklanjuti;
(5) Tetapkan perkiraan waktu masing-masing tahapan yang telah direncanakan.
Pokok Bahasan 1
KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN DESA
A. Latar Belakang
Undang-Undang No 6/2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa), memberikan
kewenangan, antara lain: kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal
skala Desa, disamping meningkatkan kapasitas finansial desa melalui, khususnya: Dana
Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD), agar desa meningkat kemampuannya untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat secara efektif guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa.
Namun demikian, disadari bahwa kapasitas Desa dalam menyelenggarakan
pembangunan dalam perspektif “Desa Membangun”, masih terbatas. Keterbatasan itu
dapat dideteksi pada aras pelaku (kapasitas aparat Pemerintah Desa dan Masyarakat),
kualitas tata kelola Desa, maupun support system yang mewujud melalui regulasi dan
kebijakan Pemerintah yang terkait dengan Desa. Hal itu, pada akhirnya mengakibatkan
kualitas perencanaan, pelaksanaan, pengedalian dan pemanfaatan kegiatan
pembangunan kurang optimal, sehingga kurang memberikan dampak terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.
Merespon kondisi itu, Pemerintah sesuai amanat UU Desa, menyediakan tenaga
pendamping profesional, yaitu: Pendamping Lokal Desa (PLD), Pendamping Desa (PD),
sampai Tenaga Ahli (TA) di tingkat Pusat, untuk memfasilitasi Pemerintah Desa
melaksanakan UU Desa secara konsisten. Pendampingan dan pengelolaan tenaga
pendamping profesional dengan demikian menjadi isu krusial dalam pelaksanaan UU
Desa. Penguatan kapasitas Pendamping Profesional dan efektivitas pengelolaan tenaga
pendamping menjadi agenda strategis Pendampingan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD).
Aspek lain yang juga harus diperhatikan secara serius dalam pengelolaan
pembangunan Desa adalah ketersediaan data yang memadai, menyakinkan, dan up to
date, mengenai kondisi objektif maupun perkembangan Desa-Desa yang menunjukkan
pencapaian pembangunan Desa. Ketersediaan data sangat penting bagi semua pihak
yang berkepentingan, khususnya bagi Pemerintah dalam merumuskan kebijakan
pembangunan. Pegelolaan data dimaksud dalam skala nasional, dengan kondisi wilayah,
khususnya Desa-Desa di Indonesia yang sangat beragam, tentu memiliki tantangan dan
tingkat kesulitan yang besar.
Koreksi atas kelemahan/kekurangan dan upaya perbaikan terkait isu-isudi atas
terus dilakukan Kemendesa PDTT secara pro aktif, salah satunya dengan meluncurkan
Program Inovasi Desa (PID). PID dirancang untuk mendorong dan memfasilitasi
penguatan kapasitas Desa yang diorientasikan untuk memenuhi pencapaian target
RPJM Kemendesa PDTT-Program prioritas Menteri Desa PDTT, melalui peningkatkan
produktivitas perdesaan dengan bertumpu pada tiga bidang kegiatan utama:
1. Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha
masyarakat, maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa
(BUM Desa), Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna
mendinamisasi perekonomian Desa.
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas
perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek
maupun dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang
pendidikan dan kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak
hanya ditilik dari aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga
pengurangan beban biaya, dan hilangnya potensi di masa yang akan datang.
Disamping itu, penekanan isu pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas
SDM ini, juga untuk merangsang sensitivitas Desa terhadap permasalahan krusial
terkait pendidikan dan kesehatan dasar dalam penyelenggaraan pembangunan
Desa, dan
3. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara
langsung berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang
memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.
Selain itu, PID juga menjadi sarana memfasilitasi penguatan manajemen
Pendampingan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) dan
pengembangan sistem informasi pembangunan Desa.
Hal mendasar dalam rancang bangun PID adalah inovasi/kebaruan dalam praktik
pembangunan dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini dipetik dari realitas/hasil kerja
desa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan yang didayagunakan sebagai
pengetahuan untuk ditularkan secara meluas. PID juga memberikan perhatian terhadap
dukungan teknis dari penyedia jasa teknis secara profesional. Dua unsur itu diyakini akan
memberikan kontribusi signifikan terhadap investasi Desa, yaitu pemenuhan kebutuhan
masyarakat melalui pembangunan yang didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APB Desa), khususnya DD. Dengan demikian, PID diharapkan dapat menjawab
kebutuhan desa terhadap layanan teknis yang berkualitas, merangsang munculnya
inovasi dalam praktik pembangunan, dan solusi inovatif untuk menggunakan Dana Desa
secara tepat dan seefektif mungkin.
PID adalah tindak lanjut dari dukungan Bank Dunia terhadap pelaksanaan Undang-
Undang Desa dan komitmen untuk mendukung program Kemendesa PDTT dalam
membangun Desa kreatif dan berinovasi untuk mendorong pengembangan ekonomi
lokal, replikasi tehnologi percepatan pembangunan Desa guna mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. PID diselenggarakan oleh Kemendesa PDTT dengan
dukungan pendanaan dari Bank Dunia melalui restrukturisasi program yang sebelumnya
difokuskan pada Pendampingan Desa dalam pelaksanaan Undang-Undang Desa.
B. Tujuan
Kegiatan PID bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan dana desa
dengan memberikan banyak referensi dan inovasi pembangunan desa dalam rangka
mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi perdesaan, serta membangun
kapasitas desa yang berkelanjutan.
C. Sasaran
1. Menguatkan kepemimpinan dan pengelolaan PID berfokus pada hasil
2. Mengefektifkan pengelolaan program P3MD, PID dan Pengelolaan Data.
3. Meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan dalam mengelola pembangunan
dan kegiatan produktif yang didanai melalui Dana Desa.
4. Meningkatkan produktivitas ekonomi desa dan kawasan perdesaan
D. Prinsip-Prinsip Pengelolaan
Pengelolaan PID didasarkan pada prinsip-prinsip:
1. Taat hukum;
2. Transparansi;
3. Akuntabilitas;
4. Partisipatif;
5. Kesetaraan Jender.
E. Ruang Lingkup
Secara skematis ruang lingkup Program Inovasi Desa digambarkan sebagai berikut:
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) adalah organisasi atau lembaga
yang memiliki keahlian tertentu dan diakui secara profesional serta berkomitmen
membantu desa dalam meningkatkan kualitas pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa di bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal,
Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Infrastruktur. Jenis layanan teknis yang
disediakan P2KTD meliputi tiga bidang kegiatan utama yang tidak dapat diberikan oleh
pendamping profesional dalam mendukung kemandirian desa, antara lain: (1)
Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal, (2) Pengembangan Sumber Daya
Manusia (pelayanan sosial dasar, dan kewirausahaan sosial) dan (3) infrastruktur desa.
P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk dukungan teknis berupa pelatihan,
konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi sesuai dengan kebutuhan Desa,
P2KTD dapat memfasilitasi Desa dalam mengidentifikasi, mengorganisir dan
memanfaatkan jaringan kerja yang mendukung meningkatkan produktivitas dan hasil
guna kegiatan di Desa. Program akan mendukung Pemerintah RI dalam identifikasi
F. Bidang Kegiatan
Bidang kegiatan Program Inovasi Desa, meliputi:
1. Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha masyarakat,
maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa),
Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna mendinamisasi
perekonomian Desa;
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas
perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek maupun
dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang pendidikan dan
kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak hanya ditilik dari
aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga pengurangan beban biaya,
dan hilangnya potensi di masa yang akan datang. Disamping itu, penekanan isu
pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas SDM ini, juga untuk merangsang
sensitivitas Desa terhadap permasalahan krusial terkait pendidikan dan kesehatan
dasar dalam penyelenggaraan pembangunan Desa; dan
3. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara
langsung berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang
memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.
G. Daftar Larangan
Hal-hal yang dilarang untuk dilakukan dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa antara
lain:
1. membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis.
2. Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang mempekerjakan anak.
3. Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berdampak merusak lingkungan
hidup.
Lembar Informasi
SPB
Penyedia Peningkatan
1.1.2
Kapasitas Teknis Desa
dalam Program Inovasi
Desa
A. Dasar Pemikiran
Program Inovasi Desa merupakan salah satu upaya Kemendesa PPDT dalam
mempercepat penanggulangan kemiskinan di Desa melalui pemanfaatan dana desa
secara lebih berkualitas dengan strategi pengembangan kapasitas desa secara berke-
lanjutan khususnya dalam bidang pengembangan sumber daya manusia,
pengembangan sumber daya manusia: Pelayanan Sosial Dasar , serta Infrastruktur Desa.
Dana Desa menumbuhkan kebutuhan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis yang
beragam yang tidak dapat dipenuhi oleh OPD terkait dan pemangku kepentingan
professional. Sementara itu, Desa memiliki keterbatasan dalam mengakses Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa professional yang berasal dari lembaga swadaya
masyarakat, Universitas, Asosiasi profesi dan perusahaan. Kondisi tersebut mendorong
kebutuhan pasar akan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis dalam mendukung
pembangunan desa. Di sisi lain, lembaga Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
yang professional belum memanfaatkan peluang Penyedia Peningkatan Kapasitas ini
karena keterbatasan informasi serta kurangnya dukungan dari pemangku kepentingan
terkait.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendekatkan kebutuhan desa dengan
pihak Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa dan menjamin tersedianya Penyedia
Peningkatan Kapasitas yang berkualitas diperlukan sistem layanan yang dapat diakses
dengan mudah oleh desa. Oleh karena itu, Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis yang
sudah ada perlu diorganisir dan diperkuat kapasitasnya agar dapat memberikan
pelayanan secara lebih berkualitas dan berkelanjutan sesuai kebutuhan Desa. Desa
diharapkan memiliki pilihan untuk mendapatkan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis
yang berkualitas dalam mendukung pelaksanaan pembangunan Desa.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495). (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2010 tentang Komite Inovasi
Nasional(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 97);
4. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Dan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 03 Tahun 2012, Nomor: 36
Tahun 2012 Tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah(Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 484);
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2012 Tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 338).
6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 161);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemangku kepentinganan Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 160);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2018 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 1359).
D. Pengertian
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) dalam Program Inovasi Desa
adalah lembaga profesional yang menyediakan jasa keahlian teknis tertentu di bidang
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya
Manusia, dan Infrastruktur Desa. P2KTD bersifat mendukung pendampingan teknis yang
dilakukan oleh OPD kabupaten/kota dan tenaga Pendamping Profesional.
F. Target Capaian
Dalam rangka mendukung Program Inovasi Desa (PID) perlu disediakan 2.604 P2KTD
meliputi bidang Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, pengembangan
sumber daya manusia, dan infrastruktur desa yang diharapkan dapat mendampingi
14,000 desa.
G. Prinsip-Prinsip
Dalam menjalankan perannya, P2KTD bekerja atas dasar prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Profesional, memberikan pelayanan teknis berkualitas teknis sesuai standar
safeguard dan peraturan yang berlaku.
2. Tanggungjawab Sosial, pelayanan didasarkan atas komitmen menumbuhkan
kewirausahaan sosial (sosial entrepreneurship);
3. Inklusi Sosial (Social Inclusion), menghormati kesetaraan, berpihakan pada
perempuan, berkebutuhan khusus, dan mendorong kohesi sosial;
4. Ramah Lingkungan, mendorong penerapan teknologi yang tepat guna dan ramah
lingkungan;
5. Tata kelola, Penyedia Peningkatan Kapasitas yang diberikan harus bersifat
transparan, partisipatif, dan akuntabel.
H. Pemangku Kepentingan
1. Satker Dekonsentrasi P3MD/PID Provinsi
Satker Dekonsentrasi P3MD/PID dalam Program Inovasi Desa memiliki tugas dan
tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Mensosialisasikan P2KTD.
(b) Menyelenggarakan orientasi P2KTD.
(c) Menyelenggarakan orientasi Pokja P2KTD.
(d) Mengkoordinasikan kegiatan pembinaan dan pengendalian P2KTD.
(e) Melaporkan kegiatan orientasi dan layanan teknis P2KTD.
(f) Melaporkan seluruh kegiatan yang terkait dengan penggunaan dana
dekonsentrasi P2KTD.
2. Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah kabupaten/kota melalui OPD terkait memiliki tugas dan tanggungjawab
sebagai berikut:
(a) Memfasilitasi pembentukan Pokja P2KTD;
(b) Melakukan sosialisasi P2KTD;
(c) Memberikan dukungan regulasi untuk keberlanjutan P2KTD;
(d) Menyelenggarakan rapat koordinasi P2KTD;
(e) Melakukan pembinaan dan pengendalian kepada P2KTD dalam memberikan
layanan teknis kepada desa;
(f) Melaporkan kegiatan P2KTD ke provinsi.
3. Pokja P2KTD
Pokja P2KTD merupakan struktur dibawah Tim Inovasi Kabupaten yang dibentuk oleh
pemerintah kabupaten/kota untuk mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa.
Pokja P2KTD terdiri dari OPD terkait dan mempunyai tugas sebagai berikut:
(a) Melaksanakan identifikasi dan verifikasi P2KTD untuk kebutuhan direktori yang
meliputi: kriteria, pengumuman dan pendaftaran calon P2KTD. Kriteria P2KTD
Tenaga ahli PID Provinsi untuk peningkatan kapasitas program Inovasi Desa memiliki
tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Mengkoordinasikan identifikasi,verifikasi, dan publikasi direktori P2KTD.
(b) Membantu tugas-tugas Satker Dekonsentrasi Provinsi terutama dalam kegiatan
sosialisasi, publikasi P2KTD dan pelatihan.
(c) Melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap TAPM dalam seluruh proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan P2KTD.
(d) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap progress dan hasil pelaksanaan
kegiatan P2KTD .
(e) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD
(f) Melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap PD dan PLD terkait dengan
P2KTD;
(g) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap progress dan hasil pengembangan
kapasitas P2KTD termasuk penyediaan data dan informasi terkait P2KTD;
(h) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD.
Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa memiliki tugas dan tanggungjawab
sebagai berikut:
(a) Memfasilitasi kegiatan sosialisasi P2KTD di Kecamatan dan Desa;
(b) Memfasilitasi TPID dalam proses identifikasi, perumusan dan prioritas, serta
penetapan P2KTD sesuai kebutuhan Desa;
(c) Memfasilitasi forum Musyawarah Desa untuk pertanggungjawaban hasil kerja
P2KTD;
(d) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD.
I. Ruang Lingkup
Jenis layanan teknis yang disediakan P2KTD meliputi tiga bidang kegiatan utama dalam
mendukung kegiatan inovasi desa yang tidak dapat diberikan oleh pendamping
profesional dalam mendukung kemandirian desa. Bidang kegiatan dimaksud terdiri dari:
(1) Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, (2) Pengembangan Sumber Daya
Manusia, serta (3) Infrastruktur Desa. P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk
dukungan teknis berupa pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi
sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa. Layanan P2KTD dapat diberikan dalam tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan evaluasi.
J. Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan P2KTD di dalam Program Inovasi Desa meliputi: (1) sosialisasi di
Provinsi dan Kabupaten, (2) Pembentukan Pokja P2KTD, (3) Pelatihan Pokja P2KTD-TIK
(4) Penyusunan direktori P2KTD, (5) Pemanfaatan P2KTD.
1. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dilakukan untuk memperkenalkan arti penting keberadaan P2KTD
kepada OPD Provinsi dan Kabupaten, calon-calon potensial P2KTD maupun kepada
Desa sebagai calon pengguna Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis. Secara khusus,
kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk: (a) mensosialisasikan program PID, (b)
menginfomasikan adanya kebutuhan pasar Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis
kepada lembaga penyedia jasa professional (LSM, Perusahaan, lembaga penelitian,
Universitas dan perusahaan, (c) menginfomasikan kepada desa mengenai keberadaaan
Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis untuk meningkatkan kualitas perencananaan dan
pelaksanaan pembangunan desa.
a. Sosialisasi di provinsi
Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di provinsi dan akan difasilitasi oleh Satker Propinsi
dengan dibantu oleh tenaga ahli provinsi. Peserta sosialisasi terdiri dari OPD terkait dan
calon P2KTD dari provinsi dan kabupaten.
b. Sosialisasi di Kabupaten/kota
Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di kabupaten/kota dan akan difasilitasi oleh Tim
Inovasi Kabupaten (TIK) dengan dibantu oleh tenaga ahli kabupaten. Peserta sosialisasi
terdiri dari OPD terkait, Camat, TPID, kepala desa dan BPD, perguruan tinggi, LSM,
organisasi profesi, organisasi sosial dan pihak swasta.
Hasil verifikasi P2KTD yang memenuhi kriteria disusun dalam bentuk direktori sesuai
dengan 3 bidang kegiatan oleh masing-masing bidang Pokja P2KTD. Selanjutnya daftar
tersebut disahkan oleh BPMD Kabupaten.
5. Pemanfaatan P2KTD
Identifikasi Kebutuhan P2KTD ke Desa-Desa (TPID)
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kegiatan Desa yang membutuhkan
Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis. Identifikasi dilakukan oleh TPID yang menangani
kegiatan P2KTD dengan mengecek APB Desa 2017 khususnya untuk bidang kegiatan
ekonomi lokal dan kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan
Infrastruktur. Kegiatan yang membutuhkan P2KTD adalah kegiatan yang tidak bisa
dilaksanakan oleh Kader Pembangunan Desa maupun oleh tenaga Pendamping
profesional karena membutuhkan keahlian khusus. Kegiatan Penyedia Peningkatan
Kapasitas teknis yang dapat diberikan oleh P2KTD meliputi pelatihan, konsultasi,
bimbingan teknis, mentoring, studi kelayakan dan pengembangan jejaring sesuai
dengan kebutuhan inovasi Desa.
Hasil verifikasi kebutuhan P2KTD yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan
berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh P2KTD. Prioritas
kegiatan yang akan mendapat layanan P2KTD ditetapkan dalam rapat TPID dengan
kriteria sebagai berikut: (a) Desa berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan replikasi;
(b) kegiatan inovasi yang selaras dengan kebijakan pemerintah; (c) kegiatan yang
memiliki dampak langsung terhadap masyarakat; (d) kegiatan yang pelaksanaannya
melibatkan masyarakat; (e) mendukung prioritas layanan sosial dasar khususnya PAUD
dan Posyandu.
Orientasi P2KTD
Orientasi P2KTD bertujuan untuk mempersiapkan P2KTD dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan ketentuan program inovasi desa. Penyelenggaraan orientasi dilaksanakan
di provinsi. Peserta orientasi P2KTD terdiri dari maksimal 6 orang per kabupaten yang
mewakili 6 P2KTD. Pemilihan peserta orientasi dilakukan oleh TIK- Pokja P2KTD
berdasarkan usulan TPID dengan mempertimbangkan Penyedia Peningkatan Kapasitas
teknis yang paling banyak dibutuhkan oleh desa dalam skala kabupaten.
A. Pendahuluan
Dalam Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Definisi Desa dijelasakan
bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentangg Desa, membuka harapan
bahwa desa didudukkan kembali posisinya sebagai kesatuan masyarakat hukum adat
sesuai hak asal usul desa, sehingga otonomi desa diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Repubik Indonesia.
Dengan konstruksi menggabungkan fungsi self-governing community dengan
local self government, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini
merupakan bagian dari wilayah Desa, ditata sedemikian rupa menjadi Desa dan Desa
Adat. Desa dan Desa Adat pada dasarnya melakukan tugas yang hampir sama.
Sedangkan perbedaannya hanyalah dalam pelaksanaan hak asalusul, terutama
menyangkut pelestarian sosial Desa Adat, pengaturan dan pengurusan wilayah adat,
sidang perdamaian adat, pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban bagi masyarakat
hokum adat, serta pengaturan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli.
Dengan demikian, kewenangan desa selain berupa urusan pemerintahan yang
sudah ada berdasarkan hak asal usul Desa, juga memperoleh kewenangan dari
pemerintah tingkat atasnya (Pemerintah Pusat, Provinsi dan/atau Kabupaten/kota)
untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan tertentu, yaitu penugasan. Pasal 22 UU.
No.6 Tahun 2014, Penugasan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada
Desa meliputi penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Penugasan
tersebut disertai dengan biaya.
C. Kelembagaan Desa
Pembagian tugas dan fungsi setiap lembaga desa ditujukan untuk mengefektifkan
pelaksanaan seluruh kewenangan desa, sehingga senantiasa dihindari kemungkinan
adanya tumpang tindih tugas dan fungsi antar lembaga desa. Namun, mengingat
pelaksanaan kewenangan desa merupakan satu kesatuan sistemik yang terbagi habis ke
dalam tugas dan fungsi setiap lembaga desa, maka pasti akan terjadi hubungan kerja
antar lembaga-lembaga desa tersebut. Oleh karena itu, keberadaan lembaga desa
senantiasa berperan untuk melaksanakan kewenangan desa sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing, dan mengingat kewenangan desa merupakan suatu kesatuan
sistemik, maka pasti akan terjadi hubungan kerja antara lembaga-lembaga desa
tersebut, serta dihindari kemungkinan adanya tumpang tindih tugas antar lembaga-
lembaga desa tersebut.
Kepala desa/desa Adat sebagaimana UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa,
berkedudukan sebagai kepala Pemerintah Desa/Desa Adat dan sebagai pemimpin
masyarakat. Meskipun Kepala desa memperoleh banyak penugasan dari pemerintah,
tetapi harus ditegaskan bahwa ia bukanlah petugas atau pesuruh pemerintah. Kepala
desa adalah pemimpin masyarakat.Artinya kepala desa memperoleh mandat dari rakyat,
yang harus mengakar dekat dengan masyarakat, sekaligus melindungi, mengayomi dan
melayani warga masyarakat.Kepala desa berbeda dengan camat maupun lurah.Camat
merupakan pejabat administratif yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Bupati/Walikota.Bupati/Walikota yang berwenang mengangat dan memberhentikan
Camat.
UU Desa mengkonstruksikan pemerintahan Desa sebagai gabungan fungsi
masyarakat berpemerintahan (self governing community) dengan pemerintahan lokal
(local self government).Dalam rangka self governing community Kepala Desa (Kades)
sebagai pemimpin masyarakat bukan bawahan bupati, posisi bupati adalah pembinaan
dan pengawasan tetapi tidak memerintah.Sedangkan dalam rangka local self
government Kades merupakan kepala pemerintahan organisasi pemerintahan paling
kecil dan paling bawah dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masa jabatan kepala Desa diatur dalam Pasal 39 UU No. 6/2014 yakni;
(2) Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan.
(3) Kepala Desa dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara
berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
Perangkat Desa terdiri atas sekretariat Desa; pelaksana kewilayahan; dan pelaksana
teknis. Perangkat desa bertugas membantu dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa.
Perangkat desa diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas
nama Bupati/Walikota. Persyaratan pengangkatan perangkat desa:
(1) berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat;
(2) berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun;
(3) terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling kurang 1
(satu) tahun sebelum pendaftaran; dan
(4) syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
klaim atas identitas, sumberdaya, legitimasi dan hak. Tindakan negara menghadapi
klaim-klaim itu menjadi isu penting dalam pembicaraan tentang rekognisi.
Meskipun rekognisi lahir dari konteks multikulturalisme, tetapi ia terkait dengan
keadilan, kewargaan dan kebangsaan; bahkan mempunyai relevansi dengan
desentralisasi. Pada titik dasar, rekognisi terletak pada jantung kontestasi ganda di
seputar kewargaan, hak, politik identitas, klaim redistribusi material dan tuntutan akan
kerugian masa silam yang harus diakui dan ditebus (Janice McLaughlin, Peter Phillimore
dan Diane Richardson, 2011).
Rekognisi terhadap desa yang dilembagakan dalam UU Desa tentu bersifat
kontekstual, konstitusional, dan merupakan hasil dari negosiasi politik yang panjang
antara pemerintah, DPR, DPD dan juga desa. Sesuai amanat konstitusi negara (presiden,
menteri, lembaga-lembaga negara, tentara, polisi, kejaksaan, perbankan, dan lembaga-
lambaga lain), swasta atau pelaku ekonomi, maupun pihak ketiga (LSM, perguruan
tinggi, lembaga internasional dan sebagainya) wajib melakukan pengakuan dan
penghormatan terhadap keberadaan (eksistensi) desa sebagai kesatuan masyarakat
hukum. Eksistensi desa dalam hal ini mencakup hak asal-usul (bawaan maupun prakarsa
lokal yang berkembang) wilayah, pemerintahan, peraturan maupun pranata lokal,
lembaga-lembaga lokal, identitas budaya, kesatuan masyarakat, prakarsa desa, maupun
kekayaan desa.
Rekognisi bukan saja mengakui dan menghormati terhadap keragaman desa,
kedudukan, kewenangan dan hak asal-usul maupun susunan pemerintahan, namun UU
Desa juga melakukan redistribusi ekonomi dalam bentuk alokasi dana dari APBN
maupun APBD. Di satu sisi rekognisi dimaksudkan untuk mengakui dan menghormati
identitas, adat-istiadat, serta pranata dan kearifan lokal sebagai bentuk tindakan untuk
keadilan kultural. Di sisi lain redistribusi uang negara kepada desa merupakan resolusi
untuk menjawab ketidakailan sosial-ekonomi karena intervensi, eksploitasi dan
marginalisasi yang dilakukan oleh negara. Bahkan UU Desa juga melakukan proteksi
terhadap desa, bukan hanya proteksi kultural, tetapi juga proteksi desa dari imposisi dan
mutilasi yang dilakukan oleh supradesa, politisi dan investor.
Penerapan asas rekognisi tersebut juga disertai dengan asas subsidiaritas. Asas
subsidiaritas berlawanan dengan asas residualitas yang selama ini diterapkan dalam UU
No. 32/2004. Asas residualitas yang mengikuti asas desentralisasi menegaskan bahwa
seluruh kewenangan dibagi habis antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
terakhir di tangan pemerintah kabupaten/kota. Dengan asas desentralisasi dan
residualitas itu, desa ditempatkan dalam sistem pemerintahan kabupaten/kota, yang
menerima pelimpahan sebagian (sisa-sisa) kewenangan dari bupati/walikota.
Prinsip subsidiaritas menegaskan bahwa dalam semua bentuk koeksistensi
manusia, tidak ada organisasi yang harus melakukan dominasi dan menggantikan
organisasi yang kecil dan lemah dalam menjalankan fungsinya. Sebaliknya,
tanggungjawab moral lembaga sosial yang lebih kuat dan lebih besar adalah
memberikan bantuan (dari bahasa Latin, subsidium afferre) kepada organisasi yang lebih
kecil dalam pemenuhan aspirasi secara mandiri yang ditentukan pada level yang lebih
kecil-bawah, ketimbang dipaksa dari atas (Alessandro Colombo, 2012). Dengan kalimat
lain, subsidiarity secara prinsipil menegaskan tentang alokasi atau penggunaan
kewenangan dalam tatanan politik, yang notabene tidak mengenal kedaulatan tunggal
di tangan pemerintah sentral. Subsidiaritas terjadi dalam konteks transformasi institusi,
sering sebagai bagian dari tawar-menawar (bargaining) antara komunitas/otoritas yang
berdaulat (mandiri) dengan otoritas lebih tinggi pusat. Prinsip subsidiarity juga hendak
mengurangi risiko-risiko bagi subunit pemerintahan atau komunitas bawah dari
pengaturan yang berlebihan (overruled) oleh otoritas sentral. Berangkat dari ketakutan
akan tirani, subsidiarity menegaskan pembatasan kekuasaan otoritas sentral (pemerintah
lebih tinggi) dan sekaligus memberi ruang pada organisasi di bawah untuk mengambil
keputusan dan menggunakan kewenangan secara mandiri (Christopher Wolfe, 1995;
David Bosnich, 1996; Andreas Føllesdal, 1999).
Tiga makna subsidiaritas. Pertama, urusan lokal atau kepentingan masyarakat
setempat yang berskala lokal lebih baik ditangani oleh organisasi lokal, dalam hal ini
desa, yang paling dekat dengan masyarakat. Dengan kalimat lain, subsidiaritas adalah
lokalisasi penggunaan kewenangan dan pengambilan keputusan tentang kepentingan
masyarakat setempat kepada desa. Kedua, negara bukan menyerahkan kewenangan
seperti asas desentralisasi, melainkan menetapkan kewenangan lokal berskala desa
menjadi kewenangan desa melalui undang-undang. Dalam penjelasan UU No. 6/2014
subsidiaritas mengandung makna penetapan kewenangan lokal berskala desa menjadi
kewenangan desa. Penetapan itu berbeda dengan penyerahan, pelimpahan atau
pembagian yang lazim dikenal dalam asas desentralisasi maupun dekonsentrasi.
Sepadan dengan asas rekognisi yang menghormati dan mengakui kewenangan asal-
usul desa, penetapan ala subsidiaritas berarti UU secara langsung menetapkan sekaligus
memberi batas-batas yang jelas tentang kewenangan desa tanpa melalui mekanisme
penyerahan dari kabupaten/kota. Ketiga, pemerintah tidak melakukan campur tangan
(intervensi) dari atas terhadap kewenangan lokal desa, melainkan melakukan dukungan
dan fasilitasi terhadap desa. Pemerintah mendorong, memberikan kepercayaan dan
mendukung prakarsa dan tindakan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat. Tindakan ini sejalan dengan salah satu tujuan penting UU No.
6/2014, yakni memperkuat desa sebagai subyek pembangunan, yang mampu dan
mandiri mengembangkan prakarsa dan aset desa untuk kesejahteraan bersama.
E. Kewenangan Desa
Kewenangan Desa dalam Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa, diatur di Bab
IV Kewenangan Desa yang meliputi 5 (lima) pasal, yaitu pasal 18 sampai pasal 22.
Ketentuan lebih lanjut dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintahan Nomor 43 Tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah di atas,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menerbitkan
Peraturan Menteri No. 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak
Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa. Sampai awal tahun 2016, Peraturan
Menteri ini menjadi acuan legal dalam penyusunan regulasi di tingkat daerah dalam
menerbitkan Peraturan tentang Kewenangan Desa.
Tanggal 15 Juli 2016 Menteri Dalam Negeri menerbitkan Peraturan Menteri Nomor
44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa. Dengan terbitnya Peraturan tersebut,
ketentuan teknis terkait kewenangan Desa selanjutnya mengacu pada Permendagri No.
44 tahun 2016. Bacaan di bawah ini merupakan ringkasan atas Permendagri tentang
Kewenangan Desa tersebut.
1. Ruang Lingkup
Peraturan Menteri tentang Kewenangan Desa dimaksudkan dalam rangka
meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas Desa dalam menata kewenangan Desa sesuai
asas rekognisi dan asas subsidiaritas dan pelaksanaan penugasan dari Pemerintah
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa.
Tujuan penetapan Peraturan Menteri tentang Kewenangan Desa dalam rangka
mendorong proporsionalitas pelaksanaan bidang kewenangan desa yang meliputi: (1)
penyelenggaraan Pemerintahan Desa; (2) pelaksanaan Pembangunan Desa; (3)
pembinaan kemasyarakatan Desa; dan (4) pemberdayaan masyarakat Desa.
(1) Perincian kewenangan Desa berdasarkan hak asal-usul paling sedikit terdiri atas:
a. sistem organisasi masyarakat adat;
b. pembinaan kelembagaan masyarakat;
c. pembinaan lembaga dan hukum adat;
d. pengelolaan tanah kas Desa; dan
e. pengembangan peran masyarakat Desa.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud di atas, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dapat melakukan identifikasi dan inventarisasi kewenangan
berdasarkan hak asal usul lainnya dengan mengikutsertakan Pemerintah Desa.
(3) Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi kewenangan, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menetapkan kewenangan hak asal usul lainnya dengan
memperhatikan situasi, kondisi, dan kebutuhan.
(4) Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul diatur dan diurus oleh Desa.
Hasil Musyawarah Desa serta tindak lanjut keputusan musyawarah akan disampaikan
kepada masyarakat dan dilakukan setiap saat.
Daftar Pustaka
Inu Kencana (2003) Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Jakarta: PT. Refika.
Mochammad Zaini Mustakim (2015) Buku 2: Kepemimpinan Desa. Jakarta: Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2015-2019.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan,
Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pengelolaan Teknologi Tepat Guna.
Soetoro Eko., dkk. (2015). Regulasi Baru Desa Baru: Ide, Misi dan Semangat Undang-
Undang Desa. Jakarta: Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495);
http://spikir.blogspot.co.id/2014/05/peran-kepemimpinan-kepala-desa-dalam.html
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/governance/article/viewFile/1566/1259
http://regulasidesa.blogspot.co.id/2016/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
A. Pendahuluan
Angka pengangguran dan kemiskinan masih terbilang tinggi, salah satu penyebabnya
karena geliat kewirausahaan yang kurang memiliki kemanfaatan dan nilai sosial bagi
masyarakat banyak. Kewirausahaan yang berjalan selama ini hanya mampu menciptakan
lapangan kerja dan menciptakan hubungan dua arah antara penguasa dan pekerja.
Masyarakat hanya sekedar menjadi objek menjadi pelanggan atau konsumen.
Persaingan bisnis yang begituketat, membuat sebagian pengusaha mengabaikan nilai-
nilai sosial dan kemanusiaan.
Kondisi ini memunculkan pendekatan baru dalam dunia kewirausahaan yang
disebut dengan kewirausahaan sosial. Kewirausahaan Sosial atau Social Enterpreneurship
merupakan sebuah istilah turunan dari kewirausahaan. Orang yang bergerak di bidang
kewirausahaan sosial disebut Social Entrepreneur. Santosa (2007) mendefinisikan Social
enterpreneur sebagai seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan
kemampuan kewirausahaanuntuk melakukan perubahan sosial, terutama meliputi
bidang kesejahteraan pendidikan dan kesehatan .
Perbedaan pokok antara business entrepreneur dengan social entrepreneur terletak
pada pemanfaatan hasil investasi dan pola hubungan antara pekerja dan pelaku usaha,
Business entrepreneur menggunakan keuntungan yang diperoleh dimanfaatkan untuk
ekspansi usaha dan pola hubungan di antara para pelaku sebagaia subjek dan objek dari
usahanya. Dalam Kewirausahaan sosial masyarakat berperan sebagai mitra strategis
usahanya, bukan sekedar sebagai pelanggan atau konsumen. Pola yang terjadi dalam
kewirausahaan sosial adalah antara pengusaha–pekerja–masyarakat. Ketiganya
bersinergi dalam membentuk simbiosis mutualisme. Dampaknya adalah kesejahteraan,
keadilan sosial dan pemerataan pendapatan. Social entrepreneur menggunakan
keuntungan yang didapat, sebagian atau seluruhnya, diinvestasikan kembal untuk
pemberdayaan masyarakat/para pelaku.
Kewirausahaan sosial menawarkan kelebihan manfaat dari sekedar menciptakan
lapangan kerja, tetapi memiliki kebermanfaatan yang luas karena wirausahawan bukan
hanya berhadapan kepada karyawan yang menjadi mitra kerja tetapi juga masyarakat
luas. Oleh karenanya pendekatan ini dinilai sebagai solusi dalam upaya mempercepat
penurunan angka pengangguran dan kemiskinan.
Seorang wirausaha sosial mengembangkan usaha bukan hanya untuk
mendapatkan suatu keuntungan tetapi juga merubah masyarakat menjadi lebih baik.
Jadi yang terpenting adalah faktor sosialnya yaitu masyarakat. Seorang entrepreneur
social sangat memperhatikan dampak apa yang akan terjadi bagi kesejahteraan
masyarakat bukan pada penciptaan kekayaan pribadi. Mereka yang berjuang merajut
hidup demi dan atas nama kemaslahatan sosial. Mereka berikhtiar membentangkan
serangkaian tindakan untuk membantu penciptaan masyarakat sosial yang makmur dan
bermartabat.
Kegiatan yang dilakukan oleh wirausahawan sosial haruslah merupakan kegiatan yang
dapat bermanfaat secara sosial baik itu untuk kepentingan nirlaba maupun prolaba.
Kewirausahaan sosial menitikberatkan usahanya sejak awal dengan melibatkan
masyarakat dengan memberdayakan masyarakat termasuk masyarakat yang kurang
mampu secara finansial maupun keterampilan untuk secara bersama-sama
menggerakkan usahanya agar menghasilkan keuntungan, dan kemudian hasil usaha
atau keuntungannya dikembalikan kembali ke masyarakat untuk meningkatkan
pendapatannya. Melalui metode tersebut, kewirausahaan sosial bukan hanya mampu
menciptakan banyak lapangan kerja, tetapi juga menciptakan multiplier effect untuk
menggerakkan roda perekonomian, dan menciptakan kesejahteraan sosial.
Namun dalam tren global, dikotomi semacam itu kian kabur, sebab business
entrepreneur dan social entrepreneur sesungguhnya berbicara dalam bahasa yang
sama, yaitu inovasi, manajemen, efektivitas, mutu, dan kompetensi untuk mencapai
tujuan bagi para pengusaha sosial. Namun pada seorang wirasuaha bisnis yang selalu
dituntut oleh pasar untuk menghasilkan seberapa besar nilai tambah yang mereka
peroleh dari hasil usaha sebagai ukuran keberhasilan mereka.
Seorang wirausaha sosial memainkan peran sebagai agen perubahan di sektor
sosial, seperti:
Mengadopsi misi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai sosial (tidak
hanya nilai pribadi),
Mengenali dan terus-menerus mengejar peluang baru untuk melayani misi sosial
tersebut.
Terlibat dalam proses inovasi yang berkelanjutan, adaptasi, dan belajar.
Bertindak berani tanpa dibatasi oleh sumber daya yang dimiliki saat ini, dan
Menunjukkan rasa akuntabilitas yang tinggi kepada konstituen yang dilayani dan
sumberdaya yang bekerja samaMeski terbilang baru, namun geliat kewirausahaansosial
kini sudah menjadi tren baru di kehidupan masyarakat global, tak terkecuali di Indonesia.
Mulai dikenal secara luas sejak keberhasilan tokoh kewirausahaan sosial Muhammad
Yunus menjadi pemenang nobel perdamaian pada tahun 2006. Kepiawaiannya dalam
mengelola Grameen Bank dan memberdayakan masyarakat miskin di Bangladesh telah
membuka jutaan mata masyarakat global akan arti penting kewirausahaan sosial.
Muhammad Yunus dinilai mampu memberdayakan masyarakat miskin melalui pinjaman
tanpa jaminan. Grameen bank memberdayakan masyarakat kurang mampu secara
finansial, sehingga ribuan tenaga kerja mampu terserap, dan jutaan lainnya merasakan
dampak tidak langsung sebagai multiplier effect ekonomi dengan tumbuhnya Usaha
Kecil Menengah Baru (UKM).
Di Indonesia, salah satu penggerak kewirausahaan sosial diantaranya Bambang
Ismawan, pendiri Yayasan Bina Swadaya. Bambang Ismawan mendirikan sebuah yayasan
yang semula bernama Yayasan Sosial Tani Membangun bersama I Sayogo dan Ir
Suradiman pada tahun 1967. Upaya yang dilakukannya melalui pemberdayaan
masyarakat miskin melalui kegiatan keuangan mikro dan usaha mikro dengan
mengutamakan pendidikan anggota, memupuk kemampuan diri dan sosial.
Nalacity Foundation, organisasi kewirausahaan sosial yang didirikan sebagai
bentuk kepedulian kepada kaum marjinal ibu-ibu mantan penderita kusta di Sitanala,
Tangerang. Nalacity memberdayakan komunitas tersebut melalui kerajinan tangan
berupa jilbab. Produk yang dihassilkan dijual di Jakarta, dan keuntungan yang diperoleh
digunakan kembali untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di Sitanala. Ibu-ibu
yang menjadi penerima manfaat program dari Nalacity ini meningkat pendapatannya.
mereka bisa menghidupi keluarga dan menabung . Sebagian dari tabungan mereka
gunakan untuk mengembangkan usaha lainnya seperti pertanian, peternakan, dan bisnis
lainnya.
Selain Yayasan Bina Swadaya dan Nalacity Foundation, ada banyak organisasi atau
perseorangan yang memiliki perhatian di bidang kewirausahaan sosial seperti; Erie
Sudewo, dkk (Dompet Dhuafa), Tri Mumpuni, dkk (IBEKA), Rhenald Kasali, dkk (Rumah
Perubahan), Septi Peni Wulandani, dkk (Sinergi Kreatif). Kesemuanya memiliki perhatian
di bidang kewirausahaan sosial masing-masing dengan memberdayakan masyarakat
melalui optimalisasi potensi lokal masyarakat yang diberdayakan.
Ada tiga aspek penting dalam kewirausahaan sosial, yaitu:
Voluntary Sector bersifat suka rela.
Public Sector menyangkut kepentingan publik bersama.
Private Sector adalah unsur pribadi atau individual yang bersangkutan, bisa
termasuk unsur kepentingan profit.
Kemampuan social-entreprenuers untuk memberikan nilai tambah baik kepada
lingkungan sosial-nilai dan ekonomi di lingkungan sekitarnya telah membuat kegiatan
seperti ini semakin mengambil peran vital dalam pembangunan nasional secara luas.
Berkembangnya social-entreprenuers dapat menciptakan kesempatan kerja dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat, memberikan nilai inovasi dan kreasi baru
terhadap lingkungan sosial-ekonomi masyarakat, dapat menjadi modal sosial
Dalam buku The Power of Unreasonable People yang ditulis oleh direktur non eksekutif
SustainAbility, John Elkington dan Managing Director Schwab Foundation, Pamela
Hartigan, entrepreneur sosial berhasil menciptakan struktur yang termasuk dalam tiga
kategori atau model bisnis berbeda:
Pertama, model usaha "nirlaba pengungkit". Usaha jenis ini bisa kita lihat dalam
gerakan yang dilakukan oleh LSM, komunitas peduli, badan amal, dan sebagainya.
Model bisnis ini menggantungkan keberlangsungan pendanaan pada kedermawanan
orang lain, yang biasanya datang dari inidividu, yayasan atau pemerintah. Pendekatan
ini akan jauh lebih sulit dibandingkan dengan model bisnis pro-laba karena akan
menghalangi peluang ekspansi, penghentian dana dari para filantropis akan mematikan
kinerja.
Kedua, usaha "nirlaba hibrida". Model bisnis ini mengalami eksperimentasi paling
besar yang merupakan penggabungan strategi nirlaba dan pendapatan yang dihasilkan
dalam satu kesatuan dan membentuk kekuatan hibrida. Usaha ini menyediakan
barang/jasa bagi penduduk yang tidak terjangkau oleh pasar pada umumnya., dimana
keuntungan bukan sesuatu yang harus dihindari. Organisasi jenis ini memiliki dua sisi,
seperti Waste Concern di Bangladesh yang merupakan prototipe usaha hibrida, memiliki
divisi nirlaba yang berfokus pada proyek percontohan energi bersih dan daur ulang,
sedangkan divisi pro-labanya berfokus pada bidang energi lestari, proyek limbah, dan
konsultan.
Ketiga, bisnis sosial, yaitu badan usaha pro-laba yang berfokus pada misi sosial.
Keuntungan dihasilkan, tetapi tujuan utamanya bukanlah memaksimalkan
pengembalian finansial bagi pemegang saham melainkan untuk memberi keuntungan
secara finansial kepada kelompok berpenghasilan rendah serta menumbuhkan usaha
sosial dengan investasi ulang. Dengan kemandirian penghasilan tersebut, bisnis sosial
mampu menjangkau dan terus berekspansi hingga melayani lebih banyak orang.
Entrepreneur pendiri harus menerapkan peran kepemimpinan yang kuat, tetapi hal ini
eringkali menyulitkan susksesi. Hal tersebut dapat teratasi dengan inisiatif entrepreneur
sosial yang terlibat untuk menyalurkan visi dan misinya kepada generasi selanjutnya.
Terdapat kesamaan umum dari semua model kewirausahaan sosial, yaitu tentang
hal yang mendorong dan mendasari kewirausahaan sosial untuk menciptakan nilai
sosial, bukan untuk menciptakan kekayaan pribadi atau kekayaan para pemegang saham
(Zadek & Thake, 1997).
Kewirausahaan sosial juga ditandai oleh adanya suatu inovasi, atau penciptaan
sesuatu yang baru, bukan hanya melakukan replikasi semata terhadap praktik bisnis
yang sudah ada. Pemicu utama dari kegiatan kewirausahaan sosial adalah masalah sosial
aktual yang sedang ditanganinya, dimana organisasi mengambil keputusan dalam
pengelolaan sumber daya berdasarkan format yang paling efektif yang dibutuhkan
untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan demikian, kegiatan kewirausahaan sosial
tidak ditentukan oleh badan hukum, dimana suatu kegiatan dapat ditempuh melalui
berbagai kendaraan organisasi atau lembaga, baik melalui organisasi nirlaba, sektor
bisnis, maupun sektor pemerintah.
Mencetak entrepreneur. Sosiolog David McClelland menyebut, bila ingin menjadi negara
maju, maka 2 persen warga harus menjadi entrepreneur, dengan rumus; satu orang
wirausaha member pekerjaan kepada 8 orang lainnya. seseorang yang dapat melihat
tantangan sebagai peluang dan memperjuangan penciptaan nilai multidimensi dalam
setiap bentuk usaha mereka. Tantangannya bagaimana mendorong para entrepreneur
yang sudah ada dan menciptakan entrepreneur baru agar menggunakan pendekatan
kewirausahaan sosial, tidak semata-mata bisnis tetapi juga mempunyai kepedulian sosial
untuk perubahan sosial. Entrepreneur yang hanya menciptakan kapitalisme baru,
termasuk didalamnya technopreneur dan creativepreneur tanpa tujuan sosial, hanya akan
menambah riwayat panjang yang menjebak rakyat terhadap pencarian kerja, tanpa
sedikitpun mendapat kesempatan menjadi aktor dalam peningkatan ekonomi negara.
(pendidikan untuk para pemimpin)
Dinamika permasalahan sosial. Permasalahan sosial semakin lama semakin
kompleks. Perkembangan penduduk memberikan tekanan pada pembukaan dan
pemanfaatan lahan yang cenderung eksploittaif menyebabkan semakin parahnya
kerusakan lingkungan. Sumberdaya alam yang sifatnya tetap dan sebagian tidak
terbarukan diperebutkan oleh lebih banyak populasi. Pada sisi lain tuntutan kebutuhan
manusia juga semakin tinggi dan lebih bervariasi, kesenjangan sosial ekonomi
masyarakat semakin tinggi sehingga menimbulkan banyak tekanan, pengangguran, dan
kemiskinan.
Teknologi. Daya saing perusahaan pada era globalisasi ini secara signifikan sangat
ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menerapkan teknologi. Teknologi
akan sangat menentukan keberhasilan perusahaan dalam menguasai pasar,
menghasilkan laba, dan bertahan hidup. Teknologi yang ada sifatnya mudah usang
sebagai akibat dari inovasi yang semakin maju dan semakin cepat sehingga siapa pun
pengusaha atau perusahaan yang tidak secara cepat mengimbangi perkembangan
teknologi akan ditinggalkan pasar. Sebagai contoh produsen telepon seluler yang agak
lambat mengeluarkan modelnya akan ditinggalkan oleh konsumen (Nokia merupakan
pemimpin pasar dan yang lainnya, seperti Siemen, Motorola hanya sebagai pengikut
pasar). Perkembangan teknologi informasi mempengaruhi perubahan cara-cara
pemasaran yang selama ini dilakukan, dan pada saat ini merebak pemasaran yang
menggunakan jasa internet.
Mobilisasi sumberdaya. Kewirausahaan sosial sering menemui kesulitan dalam
memberikan kompensasi terhadap para pekerja secara kompetitif sebagaimana terjadi
pada pasar komersial. Bahkan, banyak para pekerja dari organisasi kewirausahaan sosial
Daftar Pustaka
Desti Wulandari - Kewirausahaan sosial (social entrepreneur), http://destiwd.blogspot.
co.id/2012/02/kewirausahaan-sosial-social.html?m=1
Elkington John, Pamela H. 2008. “The Power of Unresonable People : How Social
Entrepreneur creates markets that changes the world”. Havard Business Press.
Faisal Afiff, . Mencermati Kewirausahaan Sosial, http://sbm.binus.ac.id/2015/02/28/men-
cermati-kewirausahaan-sosial-bagian-1/
Luthfi Destianto, Kewirausahaan Sosial: Solusi Kemiskinan di Indonesia-http://www.
kompasiana.com/luthfidestianto/kewirausahaan-sosial-solusi-kemiskinan-di-
indonesia_552a44fd6ea8340f70552cfc
Santosa, Setyanto. 2007. ”Peran Social Entrepreneurship dalam Pembangunan”.
http://ashoka.org
Lembar Informasi
SPB
Strategi Peningkatan
1.4.1
Kapasitas P2KTD dalam
Program Inovasi Desa
A. Dasar Pemikiran
Pengembangan kapasitas P2KTD bertujuan mendorong profesionalitas dan kemandirian
P2KTD dalam memberikan layanan kepada Desa. Pengembangan profesionalitas
diarahkan pada pengembangan kapasitas teknis agar memenuhi standar teknis yang
dipersyaratkan, sedangkan pengembangan kemandirian lembaga diarahkan untuk
menjamin keberlanjutan P2KTD. Pengembangan kapasitas ini dapat melibatkan
berbagai pihak yang berpengalaman dalam bidangnya, seperti Praktisi, Dunia Usaha,
NGO/LSM, lembaga penelitian, dan Universitas.
Pengembangan kapasitas P2KTD tentu tidak hanya berorientasi pada kemampuan
pemangku kepentingan saja, namun mencakup keseluruhan lingkup sistem dan
kelembagaan yang terdiri dari struktur penataan organisasi atau sering dikenal dengan
sistem manajemen, kebijakan, target capaian, strategi pencapaian, dan peraturan
operasional. Hal demikian mengisyaratkan adanya tingkat pengembangan kapasitas
(capacity development) yang berarti mengembangkan kemampuan yang sudah ada
(existing capacity), dan pengembangan kapasitas yang mengedepankan proses kreatif
untuk membangun kapasitas yang belum terlihat atau constructing capacity.
Pengembangan kapasitas P2KTD merupakan suatu proses atau serangkaian
kegiatan untuk melakukan perubahan di berbagai tingkatan organisasi atau lembaga
yang meliputi pada individu, kelompok, organisasi, dan sistem guna memperkuat
kemampuan penyesuaian P2KTD dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan.
Oleh karena itu, peningkatan kapasitas P2KTD dapat dilakukan dengan mempertimbang
kan peran dan kedudukan dalam program (PID), analisis lingkungan strategis,
mengidentifikasi masalah, menemukenali kebutuhan layanan teknis, isu-isu strategis
dalam masyarakat dan peluang yang dapat diperankan P2KTD, membuat formulasi
strategi dalam proses mengatasi masalah, serta merancang sebuah rencana aksi P2KTD
agar dapat dilaksanakan guna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
4. Kemandirian P2KTD
Forum P2KTD dibentuk dalam rangka mendukung kemandirian P2KTD dalam bentuk
upaya memperkuat kerjasama antaranggota dan lembaga lainnya, memfasilitasi
peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan bimbingan, promosi layanan teknis serta
dukungan pengelolaan sumber daya dan pendanaan bagi P2KTD.
organisasi yang memiliki target capaian menjadi organisasi yang berkualitas dan
berintegritas, maka pada tingkatan ini perlu dibangun adanya pengaturan sistem
kediklatan yang baik sesuai dengan standarisasi manajemen kualitas ISO 9001.
Fase Persiapan. Pada fase ini terdapat lima langkah kerja, yaitu: (1) identifikasi
kebutuhan untuk pengembangan kapasitas, langkah kerja ini memiliki kegiatan utama
yaitu mengenali alasan dan kebutuhan nyata untuk mengembangkan kapasitas; (2)
Menentukan tujuan, kegiatan utama yaitu melakukan konsultasi dengan stakeholder
utama untukmengidentifikasi isu utama pengembangan kapasitas; (3) memberikan
tanggung jawab, kegiatan utama menetapkan penanggungjawab kegiatan
pengembangan kapasitas, misalnya membentuk tim teknis atau satuan kerja; (4)
merancang proses pengembangan kapasitas, kegiatan utama yaitu menentukan
metodologi pemetaan sesuai permasalahan yang muncul dan membuat penjadwalan
kegiatan tentang proses pemetaan dan tahapan perumusan berikutnya tentang rencana
tindak pengembangan kapasitas; (5) pengalokasian sumber daya, mengidentifikasi
pendanaan kegiatan proses pengembangan kapasitas dan mengalokasikan sumber
daya dengan membuat formulasi kebutuhan sumber daya sesuai anggaran yang
dibutuhkan dan dapat disetujui oleh pihak berwenang
Fase Analisis. Pada fase ini terdapat lima langkah kerja, yaitu: (1) mengidentifikasi
permasalahan dalam hal ini kegiatan utamanya berupa melakukan pemeriksaan
terhadap masalah untuk penyelidikan lebih lanjut; (2) analisis terhadap proses dalam hal
ini kegiatan utamanya berupa menghubungkan permasalahan untuk pemetaan
kapasitas dengan proses kinerja sistem, organisasi dan individu; (3) analisis organisasi
dalam hal ini kegiatan utamanya berupa memilih organisasi untuk diselidiki lebih dalam
(pemetaan organisasional); (4) memetakan kesenjangan (gap) dalam kapasitas dalam hal
ini kegiatan utamanya berupa memetakan jurang pemisah antara kapasitas ideal dengan
kenyataannya; (5) menyimpulkan kebutuhan pengembangan kapasitas yang mendesak
dalam hal ini kegiatan utamanya berupa menyimpulkan temuan dan mengumpulkan
usulan-usulan untuk rencana tindak pengembangan kapasitas.
Fase Perencanaan. Pada fase ini terdapat tiga langkah kerja, yaitu: (1) perencanaan
tahunan, kegiatan utamanya adalah merumuskan draf rencana tindak pengembangan
kapasitas; (2). membuatrencana jangka menengah, kegiatan utamanya berupa
pertemuan-pertemuan konsultatif; (3) menyusun skala prioritas, kegiatan utamanya
berupa menetapkan skala prioritas pengembangan kapasitas dan tahapan
implementasinya.
Fase Implementasi. Pada fase ini terdapat lima langkah kerja, yaitu: (1)
pemrograman, kegitan utamanya berupa mengalokasikan sumber daya yang dimiliki
saat ini; (2) perencanaan program pengembangan kapasitas, kegiatan utamanya berupa
merumuskan kebijakan implementasi pengembangan kapasitas; (3) penyeleksian
penyedia layanan peningkatan kapasitas, kegiatan utamanya berupa mengidentifikasi
layanan dan produk luar terkait kebutuhan implementasi pengembangan kapasitas yang
akan dikerjanakan; (4) implementasi proyek, kegiatan utamanya berupa implementasi
program tahunan pengembangan kapasitas sesuai sumber daya yang ada dan jadwal
yang tersedia; (5) monitoring proses, kegiatan utamanya berupa melakukan monitoring
terhadap aktifitas-aktifitas pengembangan kapasitas.
Fase Evaluasi. Pada fase ini terdapat dua langkah kerja yaitu: (1) evaluasi dampak,
kegiatan utamanya berupa mengevaluasi pencapaian pengembangan kapasitas, seperti
2. Persiapan
Kegiatan persiapan pelatihan meliputi: materi pelatihan, tenaga pelatih, dan
penyelenggaraan pelatihan.
a. Materi Pelatihan.
Materi pelatihan yang diharapkan sesuai dengan pengembangan kapasitas teknis,
Manajemen, pengenalan program Inovasi Desa, serta praktek P2KTD. Selain materi yang
bersifat generik, juga perlu disediakan materi yang bersifat pilihan sesuai kebutuhan
pengembangan kapasitas P2KTD. Tenaga ahli pelatihan pusat bertanggungjawab
mempersiapkan materi pelatihan yang terdiri dari Modul Pelatihan P2KTD untuk bidang
kewirausahaan, Modul Pelatihan untuk bidang PSDM, dan Modul Pelatihan bidang
Infrastruktur.
Pokja P2KTD dengan dibantu tenaga ahli Kabupaten melakukan seleksi peserta
pelatihan P2KTD yang meliputi bidang pengembangan ekonomi lokal dan
kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur desa. Seleksi
peserta pelatihan P2KTD dilaksanakan dengan memperhatikan minat dari P2KTD dan
kebutuhan desa akan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis. Pokja P2KTD dengan
dibantu dengan TA Kabupaten akan menyeleksi peserta pelatihan P2KTD yang berasal
dari 6 P2KTD per Kabupaten (2 P2KTD bidang Kewirausahaan, 2 P2KTD bidang
peningkatan sumber daya manusia, dan 2 P2KTD bidang infrastruktur desa. Setiap
P2KTD dapat mengirimkan 3 orang peserta yang terdiri dari 2 orang Pengurus Lembaga
dan 1 orang Pelaksana. Kriteria pemilihan P2KTD sebagai berikut:
c. Tenaga Pelatih
Tenaga ahli pelatihan program inovasi di Jakarta bertanggung-jawab mempersiapkan
Master Trainer dan Trainer P2KTD untuk masing-masing bidang. Master Trainer dan
Trainer P2KTD harus memenuhi sejumlah kualifikasi minimal diantaranya, memiliki
pengalaman sebagai pelatih Nasional, dan memiliki pengetahuan yang memadai.
Master Trainer (MT) dan Trainer P2KTD dapat berasal dari NGO/LSM, Perguruan Tinggi,
Dunia Usaha yang telah berpengalaman dalam memberikan Penyedia Peningkatan
Kapasitas terkait dengan dibantu tenaga ahli pelatihan pada program. Kebutuhan
jumlah Master Trainer dan Trainer dapat dilihat dalam tabel dibawah ini
Tabel 2
Perkiraan Kebutuhan Pelatih P2KTD
d. Penyelenggaraan Pelatihan
Pelatihan Master Trainer dan TOT diselenggarakan oleh Satker Pusat, sedangkan untuk
pelatihan P2KTD diselenggarakan oleh Satker Dekonsentrasi di 33 Provinsi. Selain
pelatihan dasar, juga akan dilakukan pelatihan lanjutan dengan fokus pada kemandirian
P2KTD khususnya melalui pengembangan bisnis plan dan membangunan jaringan
kerjasama untuk keberlanjutan P2KTD. Tenaga ahli pengembangan kapasitas di setiap
provinsi juga bertanggungjawab untuk menemukan metode pengembangan kapasitas
yang sesuai dengan kebutuhan P2KTD.
3. Pelaksanaan
Dalam rangka pencapaian tujuan pelatihan, maka perlu dilakukan evaluasi khususnya
terhadap materi pelatihan, tenaga pelatih, pemahaman peserta, dan dukungan panitia
penyelenggara. Selain itu, Konsolidasi pelatih selama proses pelatihan berlangsung juga
penting dilakukan evaluasi untuk memastikan bahwa tujuan dan proses pelatihan
berjalan sesuai dengan rencana. Tenaga ahli pengembangan kapasitas bertanggung-
jawab untuk memastikan semua kegiatan pelaksanaan pelatihan berjalan dengan baik.
Kegiatan pelatihan dapat dibiayai oleh Pemerintah dalam hal ini Kemendesa PDTT
melalui APBN dan Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas PMD atau sebutan lain melalui
APBD, dan swadaya P2KTD.
5. Pelaporan
Pelaporan kegiatan pengembangan kapasitas dibuat secara berkala dalam 3 (tiga) bulan,
dan disampaikan secara berjenjang.
Pokok Bahasan 2
PELUANG PENYEDIA
PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS
SARANA PRASARANA DESA
A. Latar Belakang
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa memberi peluang kepada seluruh desa
di Indonesia untuk membangun prasarana yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat
desa. Dibutuhkan pemahaman dan cara kerja masyarakat yang memenuhi kaidah kerja
dalam membangun sarana prasarana desa yang berkualitas. Pemahaman dan cara kerja
masyarakat sangat mempengaruhi kualitas dan manfaat prasarana tersebut.
Beberapa aspek yang berkaitan dengan kinerja masyarakat dalam membangun
sarana prasarana desa. Bukan hanya aspek teknis sarana prasarana yang akan dijelaskan,
tetapi juga menyangkut manajemen pengelolaannya. Khusus sarana prasarana desa,
masyarakat dibantu oleh Direktorat Sarana prasarana Desa, yang termasuk lima
subdirektorat: Permukiman Desa, Transportasi Desa, Pendukung Ekonomi Desa,
Elektrifikasi Desa, dan Telekomunikasi Desa.
Diharapkan masyarakat desa mengetahui apa yang perlu dilakukan jika ingin
membangun sarana prasarana desa. Hampir seluruh kegiatan pembangunan prasarana
di desa sangat tergantung kepada kemampuan dan pemahaman masyarakat. Penjelasan
juga termasuk hasil dari Permendagri No. 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa.
Berbagai macam kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam pembangunan
sarana prasarana desa sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan kinerja
masyarakat desa, termasuk aparat pemerintah desa, tim-tim kerja desa, dan masyarakat
umum. Kemampuan dan keterampilan seperti ini juga perlu disosialisasikan kepada
masyarakat miskin dan mereka yang belum memperoleh pekerjaan. Dengan demikian,
mereka dapat mengambil bagian dalam proses pembangunan di desa. Kemampuan
teknis dan keterampilan masyarakat desa dalam membangun sarana prasarana desa
sangat bergantung pada keadaan serta kebudayaan masyarakat lokal. Bentuk prasarana,
bahan prasarana, kegiatan masyarakat, dan cara mengelola kegiatan dapat dinilai baik,
walaupun cara kerja berbeda.
Daftar Pustaka
Kompak. (2016). Buku Sarana Prasarana Penunjang Ekonomi Desa. Jakarta: Kementerian
Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Kompak. (2016). Buku Sarana Prasarana Pemukiman Desa. Jakarta: Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Lembar Informasi
SPB
Pembangunan Desa melalui
2.1.2
Pola Padat Karya Tunai
A. Latar Belakang
Pada awal Januari 2018, Presiden Jokowi mencanangkan pola baru dalam pemanfaatan
Dana Desa yang dilakukan melalui pola padat karya. Padat karya merupakan kegiatan
pembangunan yang lebih banyak menggunakan tenaga manusia jika dibandingkan
dengan tenaga mesin. Umumnya padat karya dilakukan pada kegiatan pembangunan
infrastruktur dimana tenaga manusia yang dibutuhkan dalam mengerjakan kegiatan
pembangunan cukup besar. Masyarakat yang berpartisipasi dalam program padat karya
ini akan mendapatkan insentif berupa upah kerja yang dapat digunakan untuk
mensejahterakan keluarganya.
Pola pelaksanaan Dana Desa dalam bentuk padat karya (Cash for Work) adalah
sebuah pola. Padat karya artinya bisa menyerap banyak tenaga kerja. Para pekerja akan
mendapatkan upah secara harian atau maksimal mingguan. Skema Cash for Work
dilakukan dengan beberapa alasan: Pertama, selama tiga tahun terakhir, yaitu tahun
2015, 2016, dan 2017, dana yang disalurkan ke desa telah mencapai Rp. 287 triliun.
Angka kemiskinan di desa turun cukup signifikan dari 17,98 juta jiwa atau 14,09 persen
di tahun 2015 menjadi 16,5 juta jiwa di tahun 2017. Artinya, dalam kurun waktu tiga
tahun, angka kemiskinan di pedesaan turun sebesar 1,58 juta jiwa. Angka ini masih
kurang optimal dibandingkan dengan dana yang telah dikucurkan pemerintah.
Dana Desa merupakan salah satu instrumen yang cukup strategis dalam
penyediaan sarana prasarana di desa. Dimana, Dana Desa telah mendorong ratusan ribu
kilometer jalan desa dibangun, ratusan ribu meter jembatan desa dibangun, begitu juga
dengan Pondok Bersalin Desa (Polindes), embung, dan BUM Desa. Di sisi lain, kebijakan
ini masih belum membuat daya beli masyarakat desa meningkat. Maka, Pemerintah
memandang bahwa Cash for Work (padat karya) menjadi instrumen kunci dalam
mengakselerasi peningkatan daya beli, perluasan kesempatan kerja, hingga akhirnya
akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tujuan utama dari program padat karya ini ada dua yaitu untuk: (1) mengurangi
pengangguran dan kemiskinan, (2) meningkatkan produktivitas, pendapatan dan daya
beli masyarakat desa. Kegiatan padat karya dilakukan dengan membuka lapangan kerja
bagi keluarga-keluarga miskin atau kurang mampu yang mengalami masa sulit karena
kehilangan penghasilan atau pekerjaan tetap.
Dalam upaya mendukung pola padat karya terkait pembangunan dan
pemanfaatan dana desa, pemerintah telah menerbitkan SKB (Surat Keputusan Bersama)
tentang Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Undang-
Undang Desa no.6 tahun 2014 tentang Desa. SKB ini ditandatangani oleh 4 (empat)
kementrian terkait, yaitu Menterik Desa PDTT, Menteri Keuangan, Menteri PPN/Ka.
Bappenas dan Menteri Dalam Negeri.
Selain mengefektifkan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang bersumber dari
Dana Desa, SKB ini juga difokuskan untuk memastikan berjalannya Program Padat Karya
Tunai di Desa, mengakomodasi kebijakan afirmatif untuk mengatasi kesenjangan desa,
mewujudkan sinergi kebijakan pusat dan daerah, mewujudkan pemberdayaan
masyarakat desa, serta terlaksananya tata kelola keuangan desa yang tertib, sederha,
dan tepat waktu.
B. Prinsip-prinsip
Dalam pelaksanaannya, padat karya (tunai) 2018 ini menjalankan prinsip-prinsip dan
ketentuan antara lain:
a. Inkusif
Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa perlu disusun
berdasarkan kebutuhan masyarakat dengan mempertimbangkan aspek tenaga kerja
(penganggur, setengah penganggur dan masyarakat marginal/miskin), kondisi
geografis, sosial, budaya dan ekonomi serta mempertahankan daya dukung dan
keseimbangan lingkungan.
b. Partisipatif dan gotong royong
Pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa berdasarkan asas “dari, oleh dan untuk
masyarakat”. Pemerintah berperan sebagai fasilitator yang mendampingi pemerintah
Desa, BPD dan masyarakat Desa untuk melaksanakan pembangunan Desa secara
partisipatif dan gotong royong.
c. Transparansi dan akuntabel
Pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilakukan dengan mengutamakan
prinsip transparan dan akuntabel baik secara moral, teknis, legal maupun administratif
kepada semua pihak.
d. Efektif
Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa harus memiliki dampak positif terhadap
produktifitas, kesejahteraan masyarakat, dan pertumbuhan perekonomian.
Lembar Informasi
SPB
Jenis Prioritas Sarana
2.1.3
Prasarana yang Didanai
Dana Desa
A. Latar Belakang
Pemerintah pusat telah merealisasikan penyaluran Dana Desa tahun ke 3 kepada
pemerintah desa. Dana desa tersebut telah disalurkan oleh Kementerian Keuangan
(Kemenkeu). Setelah disalurkan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) bertugas mengawal prioritas penggunaan dana
desa agar sesuai dengan Peraturan Menteri yang telah ditetapkan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 19
Tahun 2017 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018. Dana Desa
ini digunakan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan berskala lokal desa
bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Infrastruktur serta sarana prasarana desa sudah baik, maka dana desa dapat
digunakan untukpemberdayaan masyarakat desa, seperti pengembangan Badan Usaha
Miliki Desa (BUM Desa), pembentukan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD),
dan pengembangan kapasitas Ruang Belajar Masyarakat di Desa (Community Center).
Dalam realisasinya, masyarakat berhak menentukan secara mandiri penggunaan dana
desa sesuai dengan musyawarah desa (musdes) sebagaimana yang telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
pembangunan prioritas yang dituangkan ke dalam dokumen RKP Desa dan APB Desa,
melainkan memberikan pandangan prioritas penggunaan Dana Desa, sehingga desa
tetap memiliki ruang untuk berkreasi membuat program/kegiatan desa sesuai dengan
kewenangannya, analisa kebutuhan prioritas dan sumber daya yang dimilikinya.
C. Embung Desa
Secara kuantitas, permasalahan air bagi pertanian terutama di lahan kering adalah
persoalan ketidaksesuaian distribusi air antara kebutuhan dan pasokan menurut waktu
temporal (dan tempat spatial). Persoalan menjadi semakin kompleks, rumit dan sulit
diprediksi karena pasokan air tergantungdari sebaran curah hujan di sepanjang tahun,
yang sebarannya tidak merata walau di musim hujan sekalipun. Oleh karena itu,
diperlukan teknologi tepat guna, murah dan aplicable untuk mengatur ketersediaan air
agar dapat memenuhi kebutuhan air Water demand (yang semakin sulit dilakukan
dengan cara-cara alamiah natural manner (Teknologi embung atau tandon air
merupakan salah satu pilihan yang menjanjikan karena teknologinya sederhana,
biayanya relatif murah dan dapat dijangkau kemampuan petani.
Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian
small farm reservoir (yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di musim
hujan. Air yang ditampung tersebut selanjutnyadigunakan sebagai sumber irigasi
suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi high added
value crops) di musim kemarau atau di saat curah hujan makin jarang. Embung
merupakan salah satu teknik pemanenan air Water harfesting) yang sangat sesuai di
segala jenis agroekosistem. Dilahan rata namanya pond yang berfungsi sebagai tempat
penampungan air drainase saat kelebihan air dimusim hujan dan sebagai sumber air
irigasi pada musim kemarau
Sementara pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan
distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat digunakan untuk menahan kelebihan
air dan menjadi sumber air irigasi pada musimkemarau. Secara operasional sebenarnya
embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjaminkontinuitas ketersediaan
pasokan air untuk keperluan tanaman ataupun ternak di musim kemarau dan penghujan.
Tekstur tanah, agar fungsinya sebagai penampung air dapat terpenuhi, embung
sebaiknya dibuat pada lahan dengan tanah liat berlempung, pada tanah berpasir
yang porous (mudah meresapkan air) tidak dianjurkan pembuatan embung karena
air cepat hilang. Kalau terpaksa, dianjurkan memakai alas plastik atau ditembok
sekeliling embung.
Kemiringan lahan, Embung sebaiknya dibuat pada areal pertanaman yang
bergelombang dengan kemiringan antara 8 - 30%. Agar limpahan air permukaan
dapat dengan mudah mengalir kedalam embung dan air embung mudah
disalurkan ke petak-petak tanaman, maka harus ada perbedaan ketinggian antara
embung dan petak tanaman. Pada lahan yang datar akan sulit untuk mengisi air
limpasan ke dalam embung. Pada lahan yang terlalu miring (> 30%), embung akan
cepat penuh dengan endapan tanah karena erosi.
Penempatan embung, sebaiknya dekat dengan saluran air yang ada disekitarnya,
supaya pada saat hujan, air di permukaan tanah mudah dialirkan kedalam embung.
Lebih baik lagi kalau dibuat di dekat areal tanaman yang akan diairi, dan lokasinya
memiliki daerah tangkapan hujan.
b. Lapangan Futsal
Pada awal masa terbentuknya, cabang olahraga futsal bisa dibilang merupakan terapan
dari cabang olahraga sepak bola dengan sedikit modifikasi situasi, berbagai
pengembangan arena bermain futsal pun mulai dilakukan hingga melahirkan beberapa
jenis dan macam lapangan futsal sampai pada saat ini.
Lapangan dalam olahraga futsal tentu mempunyai kriteria dan standarisasi
tersendiri. Memang karena futsal ini terinspirasi dari sepakbola, maka secara
prinsip lapangan yang digunakan tidak akan jauh berbeda juga. Menggunakan lapangan
berbentuk persegi panjang dengan masing-masing gawang di tiap sisinya.
Sekilas lapangan futsal juga memiliki garis-garis pembatas sebagai tanda seperti
hal nya lapangan sepakbola. Namun karena diperuntukan bagi ukuran tempat yang
tidak sebesar stadion sepakbola, maka pasti juga akan ada penyesuaian dalam garis
batas atau tanda yang digunakan dalam lapangan futsal. Dari sisi ukuran, tentu lapangan
futsal juga punya standar nya tersendiri. Untuk lapangan futsal dengan kelas
internasional setidaknya pada sisi lapangan memiliki panjang sekitar 38-42 meter,
sedangkan untuk lebarnya sekitar 18-25 meter. Namun ukuran dalam lapangan futsal
standard internasional tersebut tidaklah selalu menjadi patokan.
Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa.
Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 08 tahun 2016 perubahan atas
Peraturan Menteri Nomor 21 tahun 2015 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa
http://hukum-ituapa.blogspot.co.id/2016/01/tata-urutan-perundang-undangan-
di.html
https://www.scribd.com/document/329469716/Buku-Standar-Teknis-Embung.
http://bwsnt1.net/index.php/database/item/232-buku-standar-perencanaan-teknis-
bangunan-embung.
http://ditjenpdt.kemendesa.go.id/news/read/170409/468-pemerintah-akan-wujudkan-
program-satu-desa-satu-lapangan-olahraga
https://www.google.co.id/search?q=lapangan+sepak+bola&oq=Lapangan+&gs_l=psy
-b.1.0.35i39k1l2j0l2.7110.8852.0.11149.9.9.0.0.0.0.170.1026.0j7.7.0....0...1.1.64.psy-
ab..2.7.1015...0i67k1.htjokWOnydE
http://www.artikelmateri.com/2016/11/gambar-lapangan-olahraga-beserta-dan-
ukurannya-sepak-bola-basket-voli.html
Lembar Informasi
SPB
Kebijakan Umum
2.1.4
Pengamanan Sosial dan
Lingkungan dalam
Pembangungan Sarana
Prasarana Desa
2. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran
dan/atau kerusakan laut.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Environmental Permit
(izin lingkungan). PP ini mengatur bahwa proyek yang wajib AMDAL juga
wajib memiliki izin.
Dasar-dasar regulasi perundangan tentang pengamanan sosial antara lain:
1. Pengadaan Lahan
a. Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Agraria.
b. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah.
c. Undang-undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pembelian Lahan untuk
Penggunaan Umum.
d. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 2007 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36/2005 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
Umum.
e. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 tahun 2012
tentang Pedoman Pelaksanaan tentang Pelaksanaan Pengadaan Lahan.
f. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 tahun 2003 tentang
Norma dan Standar Mekanisme Ketatalaksanaan Kewenangan Pemerintah
Daftar Pustaka
Cormap CTI. (2017). Buku Panduan safeguard Sosial dan Lingkungan. Jakarta:
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Wahjudin Sumpeno, Octaviera Herawati, Sunendar, Muflihun, Ichsan Hadjar, Yohanes
Susilo (2016), Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Desa Teknik Infrastruktur,
Jakarta: Kementrian Desa Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Lembar Informasi
SPB
Perbaikan dalam Mengelola
2.2.1
Dana Desa: Pelaksanaan
Pengelolaan Sarana
Prasarana Desa
(Catatan Kebijakan)2
2
Sumber, Catatan Kebijakan Perbaikan dalam Dana Desa: Pelaksanaan Pengelolaan Sarana
Prasarana Desa, Desember, 2016. KOMPAK: Jakarta
B. Hasil Kajian
Kajian lapangan di lokasi sampel menemukan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa 2015 didominasi untuk kegiatan pembangunan sarana prasarana desa dengan
jenis sarana prasarana yang sebagian besar berupa jalan desa, kualitas teknis yang
kurang memadai seperti jalan desa yang sering tak memiliki bahu jalan, kualitas
perencanaan yang rendah seperti minimnya proses pengkajian keadaan desa, pola
pengadaan barang dan jasa yang tidak akuntabel dan transparan, dan pendamping serta
aparatur desa yang belum memperoleh pelatihan teknis. Beberapa aspek dan temuan
yang diperoleh selama pemantauan :
Sebagian besar desa melakukan belanja langsung (tidak melakukan lelang). Selain
itu, aturan yang dipakai terlalu umum, seperti Perka LKPP, dan tidak semua lokasi
memiliki peraturan bupati mengenai pengadaan barang dan jasa di kabupaten, sehingga
harga material di desa tetap lebih tinggi dibanding pada pengerjaan proyek sarana
prasarana desa sebelumnya. Hampir sebagian besar desa yang dikunjungi menyatakan
belum adanya pelatihan dan peningkatan kemampuan teknis bagi pendamping lokal
desa/kader teknis desa, bahkan banyak desa belum mempunyai kader teknis desa. Selain
itu, belum tersedia materi latih bagi peningkatan kemampuan PL desa/kader teknis desa
secara terprogram. Tapi, ditemukan juga inisiatif pembuatan panduan teknis sarana
prasarana desa.
C. Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan ada lima masalah serius yang dihadapi desa, yaitu:
(1) Mengacu kepada kondisi infrastruktur desa sebagai salah satu indikator yang
dikeluarkan oleh TNP2K-Bappenas untuk mengukur kemiskinan multidimensi di
wilayah desa, di tujuh desa yang dikunjungi, Indeks Kemiskinan Wilayah untuk
infrastruktur berada pada angka 42,5; di bawah angka rata-rata Indonesia 48,6.1
Ini menunjukkan bahwa kebutuhan pembangunan infrastruktur memang masih
akan menjadi prioritas. Namun, jenis infrastruktur yang dipilih untuk dibangun
belum tentu berdampak pada perbaikan dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar
dan peningkatan akses terhadap pelayanan dasar (misalnya air bersih, rumah, dan
irigasi);
(2) Rendahnya kualitas perencanaan pembangunan sarana prasarana desa dalam
RPJM Desa dan RKP Desa ditunjukkan dengan monotonnya kegiatan
pembangunan sarana prasarana desa dan rendahnya variasi jenis kegiatan;
(3) Biaya rata-rata pembangunan sarana prasarana desa jauh lebih tinggi daripada
seharusnya karena mengacu kepada harga perkiraan sendiri (HPS) kabupaten; desa
tidak melakukan survei atau lelang barang dan jasa dan lebih sering melakukan
pembelian langsung. Prosedur pengadaan barang dan jasa untuk belanja APB Desa
perlu segera diperkuat melalui Perbup yang baik dan pedoman teknis setempat;
(4) Kompetensi teknis pendamping desa belum memadai, atau pembangunan sarana
prasarana dilakukan tanpa bimbingan dan pengawasan pendamping teknis desa,
kader teknis atau KPMD (kader pemberdayaan masyarakat desa), dan aparatur
desa terlatih. Pelatihan untuk aspek-aspek teknis sarana prasarana desa masih
minim. Akibatnya, kualitas teknis sarana prasarana yang dibangun kurang
memadai;
(5) Aspek pemeliharaan dan manfaat kurang maksimal karena sarana prasarana desa
yang dibangun bukan kebutuhan mendesak desa/warga desa.
Lembar Informasi
SPB
Inovasi Pembangunan
2.2.2
Sarana Prasarana Desa
A. Pendahuluan
Inovasi adalah memperkenalkan ide baru, barang baru, pelayanan baru dan cara-cara
baru yang lebih bermanfaat. Amabile et al. (1996) mendefinisikan inovasi yang
hubungannya dengan kreativitas adalah Inovasi atau innovation berasal dari kata to
innovate yang mempunyai arti membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu
yang baru. Inovasi kadang pula diartikan sebagai penemuan, namun berbeda maknanya
dengan penemuan dalam arti
Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu
telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui. Sedangkan invensi adalah penemuan
yang benar-benar baru sebagai hasil kegiatan manusia. Anna Poejiadi (2001)
memberikan penjelasan: Secara harfiah “to discover” berarti membuka tutup. Artinya
sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada di dalamnya belum diketahui orang.
Sebagai contoh perubahan pandangan dari geosentrisme menjjadi heliosentrisme
dalam astronomi. Nicolaus Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun guna
melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan bahwa bumi berputar pada
porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, bahwa planet-planet
lain juga berputar mengelilingi matahari. Kesalahan besar yang ia lakukan bahwa ia yakin
semua planet (termasuk bumi dan bulan) mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran.
Penemuan ini menggugah Tycho Brahe melakukan pengamatan lebih teliti terhadap
gerakan planet. Data pengamatan kemudian membuat Johanes Kepler akhirnya mampu
merumuskan hukum gerak planet yang tepat. Penemuan ketiga tokoh tersebut
merupakan ”discovery”. Sedangkan invent yang dalam kamus didefinisikan sebagai
menciptakan sesuatu yang baru yang tidak pernah ada sebelumnya.
Kata kunci lainnya dalam pengertian inovasi adalah baru. Santoso S. Hamijoyo
dalam Cece Wijaya dkk (1992: 6) menjabarkan bahwa kata baru diartikan sebagai apa
saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima pembaharuan,
meskipun mungkin bukan baru lagi bagi orang lain. Akan tetapi, yang lebih penting dari
sifatnya yang baru adalah sifat kualitatif yang berbeda dari sebelumnya. Kualitatif berarti
bahwa inovasi itu memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan kembali dalam
bidang yang mendapat inovasi.
Ada inovasi: pengetahuan, teknologi, ICT, ekonomi, pendidikan, sosial, dsb. Inovasi
dapat dikelompokkan pula atas inovasi besar dan inovasi kecil-kecil namun sangat
banyak. Inovasi itu tidak harus mahal. Inovasi itu dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan
saja, dimana saja. Kalau leluhur kita tidak inovatif, kita semuanya akan tetap tinggal di
gua-gua, dalam kegelapan, tanpa busana.
Inovasi dapat menjadi positif atau negatif. Inovasi positif didefinisikan sebagai
proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah mapan dengan memperkenal-
kan sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Inovasi negatif
menyebabkan pelanggan enggan untuk memakai produk tersebut karena tidak memiliki
nilai tambah, merusak cita rasa dan kepercayaan pelanggan hilang.
Wisatawan yang berkunjung ke Embung Sriten pun akan dimanja dengan udara yang
sejuk dan panorama yang sangat indah.
Mata wisatawan tidak hanya disuguhi pemandangan telaga dengan latar awan
gemawan dan hutan yang menghijau. Dari tempat ini wisatawan juga bisa
menyaksikan Rawa Jombor serta Waduk Gajah Mungkur dari kejauhan. Tak hanya itu,
saat malam menjelang wisatawan yang berkemah di tempat ini bisa menyaksikan
keindahan lampu Kota Klaten dan Nglipar.
Dari ketinggian Embung Sriten, wisatawan juga bisa menyaksikan sunset maupun
sunrise tanpa terhalang pepohonan. Saat pagi menjelang, gumpalan kabut yang
melingkupi area di bawah embung serupa kue lapis berwarna hijau putih dan terlihat
sangat menyejukkan mata. Saat senja tiba, kilau cahaya keemasan yang menerpa
permukaan air menjadi pemandangan epic yang sayang dilewatkan. Selain menyajikan
wisata telaga buatan, Embung Sriten juga menjadi kebun buah kelengkeng, manggis,
durian, dan sirsak. Kedepannya di tempat ini akan dibangung landasan paralayang
berskala internasional.
Daftar Pustaka
Kompak. (2016). Buku Sarana Prasarana Desa. Jakarta: Kementerian Desa Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
http://www.referensimakalah.com/2013/01/pengertian-inovasi.html
http://www.njogja.co.id/gunungkidul/embung-sriten-pesona-telaga-di-atas-awan/
http://www.greeners.co/aksi/keren-perpustakaan-desa-dibangun-ipal-komunal/
http://hidupsehatkangmaman.blogspot.com/2014/12/5-kegunaan-lain-lapangan-
sepakbola.html
Lembar Informasi
SPB
Jenis Sarana Prasarana
2.2.2
Olahraga Desa
A. Olahraga Air
Beberapa jenis olahraga air, seperti olahraga renang sebagai salah satu olahraga
terpopuler di kategori olahraga air yang mudah dilakukan oleh masyarakat. Disamping
itu, masih banyak olahraga air lainnya, baik yang dilakukan di atas permukaan air
ataupun di bawah permukaan air. Berikut beberapa jenis olah raga air yang dapat
dikembangkan dalam pembangunan sarana prasarana olah raga Desa:
B. Olahraga Gunung
Selain olahraga yang dilakukan dengan memakai sarana lapangan dan air Gunung
merupakan tempat dimana orang melakukan aktifitas olahraga dan mungkin sangat
menantang bagi mereka yang senang melakukan aktifitas olahraga extrim, diantara
beberapara olahraga gunung yang sangat menantang antara lain:
2. Panjat Tebing
Istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu dari sekian banyak
olahraga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak
bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan
teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan
pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih
dari 45° dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu. Pada perkembangannya kegiatan
panjat tebing berevolusi menjadi berbagai dimensi kegiatan: olahraga yang mengejar
prestasi, petualangan yang mengejar kepuasan pribadi, dan sebagai kegiatan profesi
untuk mencari nafkah yaitu Kerja pada Ketinggian.
3. Layang Gantung
Layang gantung atau gantolle merupakan salah satu olahraga yang dilakukan dari atas
gunung dan sangat bergantung pada kecepatan angin. Kegiatan ini termasuk dalam
katagori olahraga rekreasi atau kompetitif yang berhubungan dekat dengan gliding,
tetapi menggunakan pesawat yang lebih sederhana yang kadangkala hanya terdiri
dari sayap kain yang berangka-metal, dengan pilot berada di sebuah harness yang
menggantung dari kerangka sayap dan melakukan kontrol dengan menggerakan badan
terhadap rangka yang berbentuk segitiga yang juga menempel di kerangka utama.
Eksperimen awal dengan penerbangan gliding dilakukan pada akhir abad ke-
19 oleh pioneer seperti Otto Lilienthal. Pesawat ini sekarang ini dikenal sebagai hang
glider.
4. Wingsuit flying
Wingsuit flying merupakan jenis olahraga yang berbeda dari terjun payung. Bisa dibilang
konsep olahraga ini adalah pengembangan inovasi dari terjun payung. Olahraga ini
mengharuskan atletnya melompat dari ketinggian sebelum terbang dengan
menggunakan wingsuit. Selain itu, atlet juga harus mengetahui medan dan kekuatan
hembusan angin sebelum terbang. Dalam melakukan olahraga tersebut diperlukan
keterampilan khusus, harus pelatihan terlebih dahulu untuk menjaga keselamatan.
Sebelum terbang dengan wingsuit, para atlet harus melalui beberapa tahapan pelatihan
untuk mematangkan skill dan kesiapan mental serta fisik.
1. Maraton
Marathon merupakan salah satu cabang dari olahraga Atletik nomor Lari pada Nomor
lari ini di bagi kedalam 4 macam cabang olahraga lari diantaranya adalah lari jarak
pendek, lari jarak menengah (Marathon), dan lari Estafet. keempat jenis lari ini memiliki
jarak tempuh yang berbeda beda dan yang memiliki jarak tempuh yang jauh dinamakan
lari jarak jauh atau sering disebut juga lari Marathon.
2. Lempar lembing
Lempar lembing merupakan salah satu cabang olahraga dalam atletik. Olahraga ini
dilakukan dengan melemparkan lembingdalam jarak tertentu. Untuk mencapai jarak
maksimum, atlet harus menyeimbangkan tiga hal, yaitu kecepatan, teknik dan kekuatan.
3. Sepak Bola
Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam
pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-
masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing
kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok tersebut juga
dinamakan kesebelasan.
4. Bola Voli
Bola voli merupakan jenis olahraga tim (olimpiade) di mana dua tim terdiri dari 6 pemain
aktif, tiap tim yang dipisahkan oleh net. Setiap tim mencoba untuk membuat poin
dengan cara menjatuhkan bola ke lapangan lawan yang diselenggarakan di bawah
aturan.
5. Tenis Lapangan
Tenis adalah salah satu cabang olahraga olimpiade dan dimainkan pada semua
tingkatan masyarakat di segala usia. Olahraga ini dapat dimainkan oleh siapa saja,
termasuk orang-orang yang menggunakan kursi roda. Permainan tenis modern berasal
dari Birmingham, Inggris pada akhir abad ke-19 sebagai "tenis lapangan rumput". Tenis
lapangan sebagai olahraga rekreasi yang populer di seluruh dunia. Empat kejuaraan
tenis terkemuka adalah Australia Terbuka yang dimainkan di lapangan keras, Perancis
Terbuka yang dimainkan di lapangan tanah liat, Wimbledon yang dimainkan di lapangan
rumput, dan AS Terbuka yang dimainkan juga di lapangan keras.
6. Bulu Tangkis
Permainan bulutangkis adalah permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan
dengan cara satu lawan satu atau dua lawan dua dengan menggunakan raket sebagai
alat pemukul dan kok sebagai objek pukul. Lapangan permainan berbentuk persegi
empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan
daerah permainan lawan. Tujuan utama permainan ini ialah mengumpulkan angka
hingga mencapai angka 21. pemain yang dapat mengumpulkan poin hingga 21 terlebih
dahulu maka dialah pemenangnya. Untuk memenangi permainan, setiap pemain harus
memiliki beberapa keterampilan dasar permainan bulutangkis. Berikut beberapa teknik
permainan bulutangkis yang harus dikuasai oleh setiap pemain bulutangkis.
7. Tenis Meja
Tenis Meja adalah salah satu jenis cabang olahraga yang populer di Dunia.Di indonesia
olahraga ini sudah tidak asing lagi. Olahraga ini dulunya sering disebut Ping-
pong. Permainan ini mulai dikenal mulai kenal oleh masyarakat sekitar tahun 1890.
kemudian mengalami pasang surut. Baru pada tahun 1920-an, permainan tennis meja
mulai berkembang lagi dengan munculnya klub-klub tennis meja di seluruh dunia,
terutama di Eropa. Di Indonesia Olahraga ini sudah cukup populer dikalangan
masyarakat.Berbagai event sudah banyak digelar baik dilevel perkampungan,regional
maupun nasional.Di level nasional olahraga ini selalu dipertandingkan dalam kejuaran
multievent sperti PON dan di level provinsi juga dipertandingkan pada PORPROV. Tetapi
banyak dikalangan masyarakat banyak yang asal-asalan dalam bermain tenis meja tanpa
mengetahui teknik dasar yang benar.
8. Basker Ball
Bola basket adalah olahrga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan
masing – masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukan
bola ke dalam keranjang lawan. Bola basket sangat cocok untuk ditonton karena biasa
dimainkan di ruang olahraga tertutup dan hanya memerlukan lapang yang relatip kecil.
Bola basket mudah dipelajari karena bentuk bolanya yang besar, sehingga tidak
menyulitkan pamain ketika memantulkan atau melempar bola tersebut, Bola basket
merupakan salah satu olahraga yang paling digemari oleh penduduk Amerika Serikat
dan penduduk di belahan bumi lainnya , antara lain Amerika Selatan, Eropah Selatan ,
Lithuania , dan juga di Indonesia.
Lembar Informasi
PB
Peluang Penyedia
2.3.1
Peningkatan Kapasitas
Perencanaan Sarana
Prasarana Desa
A. Latar Belakang
Kegiatan perencanaan teknis sarana prasarana secara substansi bermakna sebagai
media pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses bekerja
dan belajar masyarakat dalam merencanakan pembangunan lingkungan permukiman
diwilayahnya, khususnya dalam pengelolaan kegiatan perencanaan sarana prasarana
Desa. Sehingga hasil dari pembangunan ini akan mewujudkan lingkungan yang aman,
tertib, sehat, selaras dan lestari yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal. Seluruh
kegiatan sarana prasarana yang direncanakan atau akan dilaksanakan melalui Dana Desa
atau Alokasi Dana Desa harus dapat memberikan manfaat secara langsung dan sebesar-
besarnya bagi warga masyarakat khususnya kelompok miskin dan marjinal. Kegiatan
perencanaan teknis atau penyusunan DED diharapkan TPK atau masyarakat di damping
Pendamping Desa Teknik Infrastruktur (PD-TI) dan Kader Teknik dapat mengkoordinasi-
kan atau membentuk tim perencanaan teknis di tingkat Desa, dan tim ini berasal dari
unsur masyarakat yang memiliki keahlian di bidang perencanaan atau menunjuk pihak
lain yang memiliki keahlian dibidang perencanaan teknis baik individual maupun tim.
Proses dan tahapan perencanaan teknis atau penyusunan DED tetap mengacu pada
mekanisme tahapan perencanaan yang sudah diatur dalam Permendesa 114/2014
tentang Pedoman Pembangunan Desa.
Secara rinci diagram alir perencanaan teknis sarana prasarana dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tahapan Persiapan:
a. Memastikan kelengkapan dokumen PJM/Renta kegiatan sarana prasarana Desa
dan memastikan dokumen RTPLP yang sudah disepakati untuk kegiatan sarana
prasarana Desa;
b. Pembentukan/penunjukan tim perencanaan teknis atau penyusunan DED yang
dikoordinasikan oleh TPK;
c. Coaching atau konsolidasi langkah-langkah perencanaan atau penyusun DED dan
proposal kegiatan sarana prasarana yang akan dilaksanakan oleh masyarakat;
Materi utama coaching lebih difokuskan pada:
1. Penjelasan tentang perencanaan teknis pekerjaan yang akan dilaksanakan
yang meliputi:
Informasi umum kegiatan, seperti Nama, Volume, Tujuan/Manfaat
proyek, Penerima Manfaat, dll;
Status penyediaan lahan lokasi proyek dan perijinan pembangunan
yang diperlukan;
Data hasil survei teknis; (d) Desain/Gambar dan Spesifikasi Teknis
pekerjaan;
Rencana pengamanan dampak sosial dan lingkungan yang telah
disusun (kegiatan terlarang/list negatif dan daftar uji identifikasi dampak
lingkungan dan sosial);
Daftar kuantitas pekerjaan, berikut rincian atau cara perhitungannya;
Jadwal Induk Pekerjaan;
Perkiraan atau pagu alokasi dana dan sumber dananya;
Data hasil kesepakatan harga satuan upah, bahan, alat dan referensi
analisa harga satuan pekerjaan yang dipergunakan.
2. Penjelasan bentuk proposal, substansi dan tatacara penyusunan kegiatan
sarana prasarana Desa;
3. Pengorganisasian masyarakat atau kelompok untuk melaksanakan tugas
dan tanggunjawabnya dalam pembangunan sarana prasarana Desa;
4. Menyepakati kriteria penilaian kelayakan usulan kegiatan sarana prasarana
yang akan diajukan oleh masyarakat;
5. Menyepakati batas waktu penyampaian usulan kepada Pemerintah Desa
melalui Tim Perencana yang telah di bentuk;
a. Penyediaan Lahan
Penyediaan lahan diperlukan untuk kebutuhan pembangunan sarana prasarana,
tentunya diperlukan ketersediaan lahan (termasuk bangunan, tanaman produktif, aset
berharga lainnya yang terkena) sebagai lokasi pembangunannya. Sementara disisi lain,
tanah memiliki sifat yang terbatas dan keberadaannya dilindungi oleh hukum. Tidak ada
pihak manapun yang diperkenankan membangun tanpa seijin pemilik tanah karena
bukti kepemilikan diakui secara sah dalam hukum. Apabila, terjadi pelanggaran
(membangun diatas tanah tanpa seijin pemiliknya), maka pihak yang melakukan
pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itu,
dalam mekanisme perencanaan pembangunan Desa ketika Desa akan menyusun
rencana kegiatan sarana prasarana akan menempatkan kegiatan penyediaan lahan
untuk lokasi pelaksanaan sebagai bagian penting yang tak terpisahkan dari proses
pembangunan sarana prasarana tersebut. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat sejak
awal penyiapan kegiatan pembangunan sarana prasarana.
Apabila jenis kegiatan yang akan disurvei cukup banyak maka sebaiknya
masyarakat membentuk beberapa tim kerja, sehingga proses survei dapat berlangsung
lebih efektif. Data atau informasi yang diperoleh dari hasil Survei dan pengukuran ini
harus dicatat dan disimpan atau diarsipkan. Perlu menjadi perhatian juga sebelum
melakukan survai untuk perencanaan, harus dilakukan konsultasi awal dengan
Pemerintah Desa. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan dukungan sekaligus
berkoordinasi dengan pihak terkait, sehingga pekerjaan perencanaan ini tidak akan
mendapatkan persoalan di kemudian hari. Dalam kegiatan survei teknis, sekaligus juga
membuat dokumentasi berupa photo awal (0%) pada lokasi yang akan dibangun. Jumlah
titik lokasi yang diambil fotonya disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis sarana
prasarana yang akan dibangun. Misalnya, Jalan, drainase, saluran irigasi/air bersih
perpipaan dapat diambil pada beberapa titik lokasi (awal, tengah dan ujung akhir atau
tempat lain yang dianggap penting), sedangkan untuk bangunan seperti MCK,
jembatan, air bersih non perpipaan, rehab perumahan atau fasilitas pendidikan dan
kesehatan cukup diambil dari sisi yang berbeda, yaitu sisi depan, samping atau
belakang). Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah pengambilan gambar
kondisi 0% ini, nantinya akan menjadi pengambilan gambar pada saat pelaksanaan
konstruksi, yaitu kondisi 50% dan 100%.
Selain survei teknis sarana prasarana juga perlu dilakukan survei ketersediaan
tenaga kerja, bahan, dan alat. Hal ini untuk membantu dalam pemilihan teknologi
konstruksi yang akan dipergunakan dimana sedapat mungkin menggunakan bahan
lokal yang berkualitas dan konstruksi yang mudah dilaksanakan oleh masyarakat atau
tenaga kerja setempat.
1. Bila ada sumbangan dari masyarakat dalam bentuk uang tunai sebaiknya langsung
diarahkan dalam bentuk bahan, alat, dan administrasi, sehingga tidak menyulitkan
pertanggungjawaban keuangan serta memudahkan proses perhitungan dalam
integrasi sumber dana dalam RAB nanti;
2. Swadaya tenaga kerja agar langsung diidentifikasi apakah sebagai tukang atau
pekerja dan dinyatakan dalam bentuk jumlah hari bekerja bukan dengan cara
mengurangi harga upahnya, sehingga dalam perhitungan anggaran pekerjaan
akan lebih mudah dengan menggunakan standar harga yang sama dengan upah
yang dibayarkan;
3. Lahan (Tanah,Tanaman Produktif dan asset lain yang terkena lokasi kegiatan),
disini tidak perlu disurvei lagi karena hal ini dapat langsung diperoleh dari hasil
perencanaan teknis (kegiatan penyediaan lahan).
kesepakatan harga yang diselenggarakan oleh UPL pada saat perencanaan teknis
sebelumnya. Meskipun demikian, kelompok pelaksana tetap harus melakukan survei
harga sekurang-kurangnya dari tiga took atau pemasok setempat/terdekat, kemudian
memilih harga terendah dan menyepakati secara bersama-sama dalam rembug warga.
Apabila seluruh harga satuan upah, bahan, alat terendah hasil survei adalah sama
dengan harga satuan terendah yang telah disepakati bersama dalam rembug warga
pada saat perencanaan teknis, maka kelompok pelaksana dapat langsung menggunakan
harga hasil kesepakatan tersebut tanpa perlu melakukan rembug kesepakatan harga
kembali dari hasil survei yang dilaksanakannya. Namun, jika terdapat satu atau lebih
harga satuan terendah yang berbeda maka harus dilakukan kesepakatan hasil survei dan
dibuat justifikasi atau alasannya secara logis dan realistis. Tatacara survei dan
kesepakatan harga satuan ini, secara rinci mengacu pada penjelasan tatacara survei dan
kesepakatan harga satuan yang dilakukan pada tahap perencanaan teknis sebagaimana
telah diuraikan dimuka.
2. Bagi calon tenaga kerja yang akan mendapat upah maka Tim Survei secara
langsung mendatangi warga yang memiliki pengalaman/keterampilan yang sesuai
kebutuhan, kemudiaan menanyakan kesediaannya untuk menjadi tenaga kerja;
3. Waktu pelaksanaan survei tenaga kerja ini dapat dilakukan bersamaan dengan
kegiatan survei swadaya dan survei harga satuan, khususnya terkait informasi
tenaga kerja;
4. Data dan informasi yang perlu dicatat survei dari calon tenaga kerja meliputi:
nama, jenis kelamin, status kemampuan ekonomi saat ini (mampu, kurang mampu
atau miskin), umur, alamat dan tandatangan persetujuaannya.
3. Gambar Denah, untuk mengetahui (membaca) ukuran pokok (panjang dan lebar)
bangunan termasuk bangunan pelengkap (bila ada);
4. Gambar Pandangan atau Tampak, untuk mengetahui bidang mana yang terletak
dimuka, samping kiri/kanan dan belakang bangunan;
5. Gambar Penampang/Potongan, biasanya gambar ini dibuat dalam dua arah
(memanjang dan melintang). Dari gambar ini dapat diketahui ukuran tinggi, lebar
bangunan atau bagian bangunan. Selain itu, pada gambar ini juga dicantumkan
spesifikasi teknis tiap konstruksi, seperti perbandingan campuran yang digunakan
(misalnya plesteran campuran 1 semen : 4 pasir), jenis bahan yang digunakan
(misalnya kayu kelas II, atap genteng beton). Agar lebih memahami hubungan
bagian struktur yang dianggap sangat penting maka perlu dibuat gambar lebih
detail dari gambar potongan, seperti detail sambungan kuda-kuda, detail
sambungan balok atau kolom, detail pondasi, detail kusen pintu atau jendela, dan
lain-lain.
6. Khusus untuk bangunan yang mempunyai bentuk sama seluruhnya atau sebagian
dapat menggunakan gambar typikal/prototype.
Semua desain atau gambar teknis dan spesifikasi teknis yang dibuat harus
diverifikasi kelayakannya oleh tim verifikasi teknis yang dibentuk, yaitu dari unsur TPK,
Pendamping (PD-TI) dan dikonsultasikan kepada unit atau Tim Teknis di tingkat
Kabupaten/Kota (Dinas PU setempat). Hasil verifikasi sekurang-kurangnya harus
memberikan jaminan bahwa rencana sarana prasarana yang akan dibangun bermanfaat
bagi warga miskin, rencana teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat
berfungsi optimal, menjamin keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan kesehatan
warga pengguna, tidak menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-
budaya setempat serta mudah dan aman diakses oleh masyarakat atau kelompok
pemanfaat. Kriteria desain untuk setiap jenis sarana prasarana yang direncanakan harus
mengacu pada kriteria desain standar yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan
Umum atau instansi teknis terkait lainnya.
Kegiatan perencanaan teknis atau penyusunan DED kegiatan sarana prasarana
Desa pada dasarnya terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu:
No Komponen Subkomponen
1. Gambar Rencana Gambar Denah Situasi (Site Plan)
Gambar Tampak
Gambar Potongan (melintang dan memanjang)
Gambar Detail Potongan
2. RKS Uraian Umum Pekerjaan
Ketentuan Ukuran
Lingkup Pekerjaan
Persyaratan Bahan
No Komponen Subkomponen
Persyaratan Pelaksanaan
3. Dokumen Lain Penyediaan lokasi sarana prasarana/infrastruktur
Perijinan terkait pelaksanaan
pembangunan yang diperlukan (bila ada)
Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards)
karena itu pada tahap identifikasi ini perlu menjadi perhatian agar identifikasi
pekerjaan dilakukan secara lengkap agar dapat diketahui dan dilaksanakan oleh
masyarakat. Terkait dengan pembiayaannya nanti, masyarakat diharapkan dapat
berkontribusi melalui gotong-royong;
(3) Beberapa pekerjaan persiapan yang lazim dilakukan oleh kontraktor proyek (pihak
ketiga), perlu juga dipertimbangkan ketika pekerjaan tersebut akan dilakukan oleh
masyarakat setempat. Misalnya pengadaan kantor (direksi keet), gudang, barak
tenaga kerja, dll. Hal seperti ini mungkin tidak diperlukan secara khusus atau dapat
disediakan melalui swadaya masyarakat (mengoptimalkan sumberdaya
dimasyarakat setempat).
tersedia, sehingga pemilihan metode kerja ini betul-betul dapat mendorong upaya
pencapaian kualitas yang baik dan kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu yang
tersedia.
Penentuan metode kerja lebih difokuskan pada bagaimana masyarakat
memperoleh dasar untuk memahami cara menghitung biaya pekerjaan yang dibutuhkan
untuk melaksanakan setiap pekerjaan. Sehingga hal ini diharapkan akan membantu
masyarakat dalam menghitung volume kebutuhan tiap pekerjaan (khususnya tenaga
kerja dan alat) karena akan memudahkan dalam menentukan jenis analisa harga satuan
setiap pekerjaan (sebagai referensi ”koefisien” perhitungan volume kebutuhan tiap
pekerjaan). Misalnya pekerjaan menuntut penyediaan peralatan berat (seperti mesin
gilas), maka harus mengacu pada analisis pekerjaan jalan atau jembatan (analisis K/E).
Namun, bila menggunakan tenaga kerja, maka cukup dengan analisis pekerjaan yang
biasa dipergunakan untuk pekerjaan bangunan, seperti SNI atau BOW.
dan dilaksanakan dengan hati-hati bisa saja menimbulkan dampak lingkungan negatif
yang cukup berarti. Orang yang membuat desain harus mampu mengantisipasi masalah
dampak lingkungan. Melaporkan empat macam dampak negatif yang dianggap bisa
muncul di lapangan. Dua masalah yang dianggap paling serius dampaknya, walaupun
cukup tipis kemungkinan terjadi. Sedangkan dua masalah lain, yaitu masalah yang
hampir pasti akan timbul, walaupun dampaknya tidak serius. Dari keempat masalah
tersebut, perancang desain harus mencantumkan upaya yang akan dilakukan untuk
mencegah dampak negatif atau untuk mengecilkan dampaknya. Dokumen ini diperiksa
sebagai bagian dari desain, dan dapat diperiksa di lapangan untuk menjamin bahwa
tindakan yang direkomendasi memang dilaksanakan.
Di atas disebutkan bahwa rata-rata orang melihat Kader Teknik sebagai perancang
desain, tetapi walaupun sering betul, diharapkan orang desa akan mampu membuat
desain sesuai dengan kemampuannya. Dari awal, porsi yang dapat dikerjakan oleh
masyarakat akan dikerjakan oleh masyarakat, dan semakin lama semakin besar porsinya.
Lembar Informasi
PB
Peluang Penyedia
2.3.2
Peningkatan Kapasitas
Pelaksanaan Pembangunan
Sarana Prasarana Desa
A. Persiapan pelaksanaan
Ada kegiatan yang harus dilakukan di Desa sebelum pelaksanaan dapat dimulai. Pertama
harus melakukan pelatihan kepada tim-tim yang ada di desa. Pelatihan dilakukan
biasanya oleh Kader Teknik, yang bertanggung jawab untuk manajemen konstruksi.
Pelatihan dapat dilakukan dengan banyak cara, termasuk memanggil semua anggota
pelaksana desa untuk pelatihan khusus. Topik yang diberikan termasuk segala hal
tentang administrasi desa: rencana penggunaan dana, pembukuan dan bukti
pengeluaran, pengadaan bahan dan alat, penerimaan bahan, dan pelaporan.
Tim Desa bertanggung jawab atas pembuatan jadwal kegiatan di desanya. Hal ini
perlu sinkronisasi dengan desa lain. Jadwal dibuat dan dikoreksi dengan bantuan Kader
Teknik. Tim Desa bertanggung jawab atas pendaftaran tenaga kerja. Orang yang mau
ikut bekerja dalam kegiatan pembangunan prasarana harus terdaftar terlebih dahulu
dengan menggunakan Format Daftar Kebutuhan Tenga Kerja yang telah disediakan.
Pada format ini disebut jenis kelamin, alamat, apakah orangnya merupakan pemuda atau
pemudi, dan apakah termasuk dalam rumah tangga miskin. Penggunaan format ini akan
memudahkan penghitungan jumlah angkatan kerja di laporan. Orang boleh
mendaftarkan diri sampai dengan kegiatan selesai. Pendamping menjaga agar
pendaftaran dilakukan dengan baik, terutama kesempatan kerja diberikan kepada
kelompok sasaran, yaitu rumah tangga miskin.
Gunakan sistem trial—Sistem trial adalah cara yang dapat digunakan untuk
melatih masyarakat sambil meningkatkan kualitas konstruksi. Dalam pelaksanaan sistem
trial contoh harus betul-betul dibuat dengan kualitas yang memenuhi segala
persyaratan teknis, karena contoh merupakan batas maksimal kualitas yang akan dikejar
oleh masyarakat. Sistem trial terdiri dari tiga langkah:
1. “Contoh” dibuat bersama Pendamping (PD-TI) atau fasilitator. Orang yang ikut
membuat contoh adalah tokoh masyarakat (TPK, Kepala Kelompok, Kader Teknik
kepala dusun, tim pemantau, dan hanya beberapa masyarakat biasa). Pendamping
ikut bekerja, dan memberi instruksi kepada pekerja untuk melakukan trial
pembuatan jalan dengan panjang bagian contoh cukup 10 - 20 meter saja;
2. Trial, atau percobaan oleh masyarakat di bawah pimpinan orang yang membuat
contoh di atas.Setelah trial selesai (Misalnya, sekitar 100 meter jalan), kualitas
dinilai. Jika kualitas masih kurang baik, harus dilatih lagi dan diperiksa lagi.
3. Jika kualitas telah baik, berarti masyarakat sudah mampu mengerjakannya dengan
kualitas baik, sehingga pelaksanaan dapat diteruskan dengan pengawasan
normal.Kalau kualitas menjadi kurang baik, ada bagian yang ditrial sebagai bukti
masyarakat mampu bekerja dengan lebih baik.
Sistem trial akan lebih efektif (lebih berhasil) apabila dibuat contoh tiap tahap.
Contoh pembentukan badan jalan, contoh penghamparan pasir, contoh pemasangan
batu utama dan pinggir, contoh lengkap dengan batu pengunci. Contoh sebaiknya
dibuat dari awal. Contoh tidak perlu digilas dan tidak menggunakan lapisan penutup.
Perlu ada contoh dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi. Pada bagian di
daerah sawah atau rawa dibuat contoh dan trial sendiri. Trial tidak diperlukan untuk
bagian yang sangat kecil, yang dapat diawasi langsung oleh PD-TI sendiri.
Sistem trial dapat diterapkan untuk jenis prasarana selain jalan. Jika ada
pembuatan banyak MCK, MCK pertama dapat dianggap sebagai trial. Untuk jenis lain,
kegiatan kunci dapat ditrial, misalnya pengadukan beton.
B. Penerimaan Bahan
Semua bahan yang dibeli harus diterima oleh tim desa. Untuk bahan yang dikirim
dengan volume besar (banyak kendaraan), penerimaan dilakukan oleh checker yang
ditunjukkan oleh desa. Checker diberi pelatihan singkat oleh pelaksana desa atau Kader
Teknik tentang persyaratan penerimaan bahan.Bahan harus diperiksa baik kualitasnya
maupun kuantitasnya, dan langsung mengisi delivery order (DO) supaya desa tahu
berapa banyak diterima dan harus dibayar.Bahan yang dikirim dan tidak diperiksa layak
untuk ditolak oleh desa, termasuk semua yang diterima dan tidak memenuhi standar
kualitas. DO dikumpulkan dan dimasukkan pada buku material, yang diisi oleh pelaksana
desa. Buku material adalah arsip penerimaan, penggunaan, dan pembayaran material
yang dikirim ke desa, termasuk tempat penggunaannya.
C. Pengendalian Kualitas
Salah satu tugas besar dari Kader Teknik adalah pengendalian kualitas. Tim desa,
termasuk pelaksana dan kepala kelompok kerja, harus dilatih oleh Kader Teknik tentang
cara mengendalikan kualitas, karena Kader Teknik tidak akan hadir di Desa setiap hari.
Pengendalian kualitas harus dilakukan setiap saat, dan hanya akan efektif bila dapat
dilakukan oleh masyarakat sendiri. Setiap kali Kader Teknik berkunjung ke lapangan,
harus melakukan penilaian paling sedikit secara visual terhadap kualitas. Pada
kesempatan lain, hal yang sama harus dilakukan oleh kelompok kerja, pelaksana, tim
monitoring, dan masyarakat.
1. Administrasi
Salah satu tugas pokok seorang Kader Teknik adalah menjaga kualitas administrasi
pelaksana desa khusus kegiatan pembangunan prasarana. Bendahara desa bertanggung
jawab untuk pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran dana, dan sebulan sekali
pembukuan diperiksa dan ditandatangani oleh kepala desa, pelaksana, dan Kader
Teknik. Pemeriksaan insidental harus selalu dilakukan dan kualitas pembukuan dijaga
dengan ketat. Setiap item dalam buku kas dikaitkan dengan bukti pengeluaran atau
penerimaan dana, dengan pakai kode bukti. Pembukuan dilakukan agar manajemen
selalu tahu saldo dana berapa, sisa alokasi dana berapa, dan dana dikeluarkan kepada
siapa. Sesuai prinsip akuntabilitas dan transparansi, pembukuan dapat diperiksa oleh
siapa saja, kapan saja.
Pada saat tertentu, pelaksana desa menyiapkan Laporan Penggunaan Dana (LPD)
sebagai pertanggungjawaban penggunaan dana yang sudah diterima. LPD terdiri dari
rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran, dengan dilampirkan bukti-bukti dan tanda
terima barang. Selain laporan keuangan ini, pelaksana desa juga harus menyiapkan
laporan bulanan.Laporan ini terdiri dari laporan kemajuan fisik dan biaya, data tenaga
kerja yang diperlukan (angkatan kerja dan Hari Orang Kerja, baik umum maupun khusus
Rumah Tangga Miskin), serta permasalahan yang dihadapi.
3. Menyelesaikan masalah
Pendamping membantu desa menyelesaikan masalah, tetapi untuk masalah teknis dan
manajemen konstruksi Kader Teknik lebih berperan. Penyelesaian masalah dapat
dilakukan dengan banyak cara, termasuk penggunaan metode analisis masalah secara
Rasional maupun metode Berpikir ke Samping. Identifikasi dan penyelesaian masalah
pasti dapat perhatian khusus pada kunjungan TAPM atau Tim Koordinasi Kabupaten/
Kota ke Desa.
4. Antisipasi hari-hari libur besar, keagamaan, dan adat setempat, biasanya pada
harihari besar/keagamaan atau libur nasional masyarakat juga libur sehingga
seringkali pelaksanaan pekerjaan dilapangan menjadi terbengkalai karena tidak
ada tenaga kerja. Oleh karena itu, pendamping dan Pemerintah Desa harus
mendorong masyarakat untuk mengerjakan pekerjaan seawal mungkin (tidak
diulur-ulur). Pendamping juga harus dapat menghitung perkiraan waktu pekerjaan
masyarakat sehingga lebih realistis dan tidak terlalu lama;
5. Pelatihan/coaching yang kontinyu, karena tenaga kerja kurang terampil dan
Panitia kurang memiliki pengalaman atau keterampilan dalam pengelolaan
pembangunan sarana prasarana, maka perlu dilakukan kegiatan pelatihan secara
terus menerus oleh pendamping, pemerintah Kabupaten/kota dan Pemerintah
Desa. Peningkatan kemampuan masyarakat merupakan salah satu tujuan utama
pembangunan sarana prasarana Desa, Gunakan sistem On The Job Training,
Praktek lapangan dan Trial;
6. Seleksi mandor menjadi kunci dalam peningkatan kualitas, karena mandor berada
ditempat kerja setiap hari dan secara langsung memberikan instruksi dan umpan
balik kepada masyarakat atau pelaksana pekerjaan. Mandor harus mengetahui
cara-cara meningkatkan kualitas, dan harus tegas pada masyarakat demi
pencapaian kualitas/manfaat yang akan dirasakan bersama oleh warga nantinya.
Diperlukan Mandor yang mempunyai kemampuan teknis konstruksi, dan
sebaiknya dipercaya oleh masyarakat;
7. Belilah alat dan bahan yang bermutu baik, penghematan biaya alat dan bahan ini
sering menjadi penghematan yang palsu, karena mempengaruhi produktivitas dan
kualitas konstruksi. Seringkali, ada harga alat dan bahan yang lebih murah padahal
kualitas/hasil kerjanya lebih lama/kurang memuaskan. Pendamping dan
Pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan mendorong masyarakat untuk membeli
bahan atau sewa peralatan yang mutunya lebih tinggi agar dapat tahan lama dan
memudahkan pelaksanaan. Termasuk peralatan seperti kereta dorong;
8. Ketat dalam penerimaan alat dan bahan, masyarakat harus dilatih supaya dapat
menentukan bahan dan alat yang memenuhi persyaratan teknis dan mereka harus
dibimbing agar berani menolak bahan/alat yang tidak sesuai mutu atau
volumenya. Perlu diantisipasi pemasok yang sering mengirim bahan kelokasi
proyek ketika pihak pelaksana pekerjaan masyarakat tidak berada dilapangan dan
mencoba menipu masyarakat;
9. Kader Teknis dipilih oleh masyarakat untuk memfasilitasi masyarakat yang
melaksanakan pekerjaan dilapangan. Tugas Kader Teknis melaksanakan fungsi-
fungsi dasar yang relatif sama dengan yang dilakukan oleh pendamping. Oleh
karena itu, Kader Teknik berperan sebagai perpanjangan dari Pendamping Desa
(PD-TI) yang tidak secara penuh setiap hari ada lokasi pekerjaan. Pemilihan Kader
Teknis hendaknya warga yang memiliki pengetahuan cukup dibidang sarana
prasarana di Desa, memiliki fisik cukup kuat (pemuda), berbakat teknis atau
D. Dokumen Penyelesaian
Pada akhir pelaksanaan Desa wajib membuat dokumen penyelesaian, dan kenyataan
pendamping banyak terlibat dalam pembuatan dokumen ini. Desa harus membuat
gambar teknis sesuai dengan apa yang betul-betul dibangun di lapangan, yang
disebutkan as-built drawing. Gambar ini dilengkapi dengan format Realisasi Fisik dan
Biaya dan RAB sesuai harga aktual, termasuk bagian yang dikerjakan secara swadaya.
Gambar dan RAB tidak perlu dilengkapi take-off sheet, karena segala perhitungan dapat
dilihat pada paket desain dan Berita Acara Revisi yang telah dibuat. Berita Acara Revisi
dilampirkan pada dokumen penyelesaian.
Ada kewajiban untuk mengambil beberapa macam foto untuk memperlihatkan
apa yang telah dikerjakan dan proses pelaksanaan:
1. Foto prasarana pada saat 0%, 50%, dan 100%, diambil dari titik yang sama dan
sudut pandang yang sama. Foto diambil untuk semua jenis prasarana yang
dibangun dan aspek kuncinya;
2. Foto masyarakat bekerja ramai-ramai di lapangan;
3. Foto perempuan ikut bekerja di lapangan;
4. Foto pembayaran langsung kepada pekerja.
Proses penyelesaian termasuk pengisian dua jenis laporan dan serah terima, saat
pelaksana desa menyerahkan kembali prasarana ke desa dan mempertanggung-
jawabkan pekerjaannya. Jika musyawarah sudah dilaksanakan, baru dianggap masa
pelaksanaan selesai.
Pokok Bahasan 3
MEMBANGUN KAPASITAS
KELEMBAGAAN
Lembar Informasi
SPB
Penerapan
3.1.1
Rapid Market Appraisal
(RMA) dalam Pengembangan
Kapasitas Teknis di Desa
A. Pendahuluan
Penilaian Pasar Secara Cepat atau Rapid Market Appraisal (RMA) merupakan salah satu
pendekatan atau cara yang dapat membantu P2KTD untuk mengenal lebih dalam
tentang potensi pasar terkait Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis yang dapat
diberikan berdasarkan informasi pasar itu. Melalui cara ini, P2KTD dapat belajar untuk
mengembangkan gagasan-gagasan baru, kemudian menguji tingkat kepatutan pasar
(marketability) dengan cara langsung dan menanyakan kepada konsumen tentang
pendapatnya tentang produk jasa baru yang akan ditawarkan. Pada akhirnya P2KTD
akan memiliki produk jasa baru untuk ditawarkan kepada Desa dengan tetap
memberikan kemungkinan untuk menghasilkan laba dari jasa yang akan ditawarkan.
P2KTD secara langsung akan memahami dan menyadaribetapa penting untuk
mendengarkan konsumen dan berhati-hati meneliti pasar potensialnya.
RMA merupakan cara yang dapat dilakukan oleh P2KTD untuk mengumpulkan
informasi pasar dan mengidentifikasikan serta mengembangkan produk Penyedia
Peningkatan Kapasitas teknis atau memasarkan jasa baru kepada konsumen dalam hal
ini Desa. Konsumen merupakan sumber utama informasi yang dapat memabntu P2KTD
untuk menentukan permintaan pasar terhadap suatu produk jasa yang akan diberikan.
Permintaan pasar merupakan gambaran seberapa banyak orang yang tertarik atau mau
membeli dengan sejumlah harga tertentu terkait produk Penyedia Peningkatan
Kapasitas teknis yang ditawarkan P2KTD.
Banyak P2KTD belum mencoba untuk menggunakan cara yang lebih terstruktur
dan sistematis dengan mempelajari pasarnya sama sekali. Kebanyakan organisasi atau
lembaga cenderung berorientasi dalam membuat produk jasa yang sama dengan
pesaingnya, dan semua berkompetisi untuk pangsa pasar yang semakin lama semakin
kecil. Beberapa organisasi atau lembaga layanan teknis bahkan tidak pernah berbicara
dengan konsumennya sama sekali, namun hanya menjual produk jasa melalui ”orang
Daftar Pustaka
Arocena-Francisco, H., de Jong, W., Le Quoc Doanh, de Guzman, R.S., Koffa, S. Kuswanda,
M., Lawrence, A., Pagulon, A., Rantan, D., Widawati, E. (1999) 'Working Group 1
External factors affecting the domestication of agroforestry trees (economics and
policy)' dalam J.M. Roshetko and D.O. Evans. (eds), Domestication of agroforestry
trees in Southeast Asia. Forest, Farm, and Community Tree Research Reports,
special issue 1999, pp 212-213.
Betser, L. Dan Degrande, A. (2001) Marketing Surveys. Lecture note. In: Tree
Domestication in Agroforestry Module 2, Session 5. The World Agroforestry Center
(ICRAF). Nairobi.
Hammett, A.L. 1994. ‘Developing community-based market information systems'. dalam
J.B. Raintree and H.A. Francisco (eds), Marketing Multipurpose Tree Species in Asia.
Proceedings of an International Workshop, Baguio City, Philippines, 6-9 December
1993. Winrock International. Bangkok, Thailand. Pp 289-300.
ILO (International Labor Organization) (2000) Rapid Market Appraisal: A Manual for
Entrepreneurs. The FIT Manual Series. International Labor Organization. Geneva.
Landell-Mills, N. (2002). Marketing Forest Environmental Services Who Benefits?,
Gatekeeper Series No. 104. International Institute for Environment and
Development (IIED), London.
Predo, C. (2002). Bioeconomic Modeling of Alternatives Land Uses For Grasslands Areas
and Farmers' Tree-Growing Decisions in Misamis Oriental, Philippines, Ph.D.
Dissertation, Los Baños, Laguna, Philippines. University of the Philippines at Los
Baños.
Roshetko, J. M., E. Nugraha, J.C.M. Tukan, G. Manurung, C. Fay dan M. van Noordwijk,
(2002) Agroforestry for Livelihood Enhancement and Enterprise Development.
Manuscript. Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan Winrock International.
Roshetko, J.M. dan Yuliyanti. (2002). Pemasaran Untuk Hasil-Hasil Wanatani Di Tingkat
Petani. Dalam: J.M. Roshetko, Mulawarman, W.J. Santoso dan I.N. Oka. Wanatani
di Nusa Tenggara-Prosiding Lokakarya Wanatani Se-Nusa Tenggara, 11-14
November 2001. Denpasar, Bali. International Centre for Research in Agroforestry
(ICRAF) dan Winrock International.
Scherr, S.J. (1999). 'The economic context for agroforestry development: evidence from
Central America and the Caribbean', Outlook on Agriculture 28(3): 163-170. Scherr,
S.J. 1995. 'Economic factors in farmer adoption of agroforestry: Patterns observed
in western Kenya', World Development 23(5): 787-804.
Tukan, C.M.J, J.M. Roshetko, S. Budidarsono, dan G.S. Manurung. (2006). Market Chain
Improvement: Linking Farmers to Markets in Nanggung, West Java, Indonesia. Acta
Horticulturae.699: I International Symposium on Improving the Performance of
Supply Chains in the Transitional Economies.
Young Simon, 1994. Rapid Market Appraisal (RMA): A Tool for Market Systems Research
in Agricultural Development, Malakand Fruit and Vegetable Development Project
(MFVDP), Interco-operation.
A. Pendahuluan
Penguatan Kapasitas kelembagaan P2KTD, harus dipahami sebagai bagian dari proses
pengorganisasian penyelenggaraan pembangunan perdesaan secara lebih baik dalam
kesatuan sistem pembangunan di tingkat daerah, yang merupakan bagian dari kesatuan
sistem pembangunan nasional. Pelaksanaan pembangunan yang baik, berbasis hak-hak
dasar dan berpihak kepada masyarakat perdesaan, memahami peraturan berupa sistem,
mekanisme dan prosedur yang memungkinkan P2KTD mampu menjalankan peran dan
fungsinya secara efektif dan akseptabel serta pelaksanaan kebijakan pembangunan
kawasan perdesaan sebagaimana amanat UU. No. 6/2014 Tentang Desa, Peraturan
Pemerintah No. 43/2014 Tentang Pelaksanaan UU. No. 6/2014, PP. No. 60/2014 Tentang
Dana Desa yang bersumber dari APBN serta Keputusan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No. 83/2017 Tentang Program Inovasi Desa.
Perlu dipahami bahwa pembangunan kawasan perdeesaan bersifat multi-
dimensional. Hal ini menyangkut hubungan yang bersifat lintas sektoral, lintas dinas,
lintas kepentingan dan lintas kewilayahan. Mempertemukan berbagai sektor dan
kepentingan menjadi esensi dari kegiatan yang diharapkan layanan dari P2KTD,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelaksanaan pembangunan desa,
meningkatkan kemandirian desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penguatan kapasitas P2KTD juga terkait dengan kepentingan penataan peran,
fungsi dan pemanfaatan kelembagaan atau organisasi dalam memberi layanan teknis
didesa. Dengan demikian, maka erat kaitannya dengan kepentingan publik dan
perkembangan sosial masyarakat pada kawasan perdesaan. Oleh sebab itu, sensitivitas
terhadap sentimen publik, perkembangan sosial masyarakat dan politik pemerintahan
dituntut dalam segenap usaha dan kegiatan pengembangan dan penguatan kapasitas
organisasi P2KTD. Pemahaman dan kesadaran terhadap eksistensi P2KTD harus
tertanam dalam hati dan pikiran para pelaku yang berkompeten dan pelaku
pembangunan desa lainnya.
1. Dimensi Struktural.
Diperlukan struktur organisasi/lembaga yang sesuai untuk menjalankan tugas
pemberian Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis sesuai mandat UU. No. 6 tahun 2014
Tentang Desa, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan UU. No.
6 Tahun 2014, PP. No.60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN
serta Kepmen No. 83 Tahun 2017 Tentang Program Inovasi Desa. Unsur struktural
kelembagaan yang harus ada, adalah keberadaan sistem, lembaga dan personil, yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Sistem.
Substansi penguatan kelembagaan P2KTD terkait dengan pelaku-pelaku (subyek) dan
bidang kerja/garapan (obyek). Kejelasan dalam pengelolaan tata hubungan antar pihak,
antar bidang dan antar unsur dengan tugas pokok, peran dan fungsinya penting
dilakukan, sehingga akseptabel bagi pelaksanaan peran dan fungsi P2KTD dalam
pembangunan desa.
b. Lembaga.
Pembangunan desa secara esensi menyangkut hak dasar dan peningkatan
kesejahteraan hidup warga pada kawasan perdesaan. Hal ini secara teknis memerlukan
intensitas pengorganisasian lintas sektoral, lintas pelaku dan lintas kepentingan.
Pembangunan kawasan perdesaan sebagai suatu sistem pelayanan kebutuhan warga
2. Dimensi Kultural
Aspek kultural kelembagaan P2KTD yang dimaksud , adalah bangunan sikap, perilaku
dan kebiasaan dalam kegiatan teknis yang dalam pelayanan kepentingan warga tidak
dapat mengabaikan atau meninggalkan antara satu dengan lainnya. Program atau
kegiatan pembangunan desa. Hal ini menyangkut urusan yang saling berkaitan, baik
dalam teknis pembangunan desa maupun upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Bangunan kultural kelembagaan P2KTD terkait kesadaran sebagai basis
penyelenggaraan pembangunan, profesionalitas dan etos kerja personil sebagai
pelaksana kegiatan, diantaranya sebagai berikut:
b. Perspektif Paradigmatik
Sikap, perilaku dan tindakan kelembagaan dalam memberikan Penyedia Peningkatan
Kapasitas teknis sangat dipengaruhi oleh cara pandang, sikap pikir dan tindakan
personil. Pokok mendasar dalam penguatan kapasitas P2KTD terkait dengan bagaimana
pemahaman personil terhadap masalah pembangunan desa secara terpadu dan
berkelanjutan sesuai amanat UU. No. 6 tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Pemerintah
No. 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan UU. No. 6 Tahun 2014, PP. No. 60 Tahun 2014
Tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN serta Kepmen No. 83 Tahun 2017
Tentang Program Inovasi Desa.
A. Pendahuluan
Promosi adalah suatu aktivitas komunikasi dari pemilik produk atau jasa yang ditujukan
kepada calon konsumen dengan tujuan supaya calon konsumen membeli/memakai
produk barang atau jasa yang ditawarkan. Proses ini merupakan bagian dari pemasaran
yang di dalamnya ada kegiatan mempengaruhi secara persuasif (membujuk) dengan
memperkenalkan kelebihan/kegunaan produk atau jasa dan dimana produk/jasa
tersebut dapat diperoleh.
B. Tujuan Promosi
Secara umum tujuan dari promosi Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis yaitu:
menyebarkan informasi terkait produk atau Penyedia Peningkatan Kapasitas
yang dapat diebrikan oleh P2KTD;
memperoleh konsumen baru dan menjaga kesetiaan konsumen. Jadi konsumen
tetap setia untuk membeli dan menggunakan produk atau Penyedia Peningkatan
Kapasitas yang ditawarkan oleh P2KTD;
meningkatkan permintaan atas Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis dari
P2KTD;
memberi pembeda dan mengunggulkan produk P2KTD dibanding pesaing
lainnya;
membentuk citra produk Penyedia Peningkatan Kapasitas P2KTD dimata para
konsumen.
C. Bauran Promosi
Bauran promosi adalah gabungan dari berbagai jenis promosi untuk produk dan jasa
yang sama supaya hasil dari kegiatan promosi yang dilakukan dapat membuahkan hasil
maksimal. Bauran promosi dapat menggunakan beberapa pendekatan salah satunya
dengan media promosi yang tepat diantaranya:
Iklan adalah bentuk promosi bersifat masal dan nonpersonal. Oleh karena
sirkulasinya luas maka biaya per-unit menjadi lebih murah. Tetapi karena bersifat
non personal maka iklan tidak mampu responsive. Oleh karena itu iklan tidak
diharapkan sebagai media komunikatif interaktif.
Penjualan Personal adalah aktivitas penjualan yang bersifat promosional. Karena
bersifat personal, promosi ini sangat efektif membina komunikasi dua arah dengan
audiens.
Promosi Penjualan adalah bentuk promosi personal maupun nonpersonal untuk
mendongkrak penjualan dalam jangka pendek. Promosi penjualan memang
dirancang dengan berbagai cara (personal maupun non personal) untuk
mendorong penjualan pada saat-saat tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan sampel, ikut serta dalam pameran yang sesuai dengan target pasar.
Publisitas adalah bentuk promosi yang lebih banyak dilakukan oleh masyarakat.
Audiens sering berpendapat bahwa informasi produk dari sumber non-produsen
tentu akan lebih fair atau jujur.
Identitas Produk adalah desain produk yang bersifat khas yang mempunyai daya
tarik tersendiri. Identitas produk adalah bentuk penampilan promosi produk secara
konkrit menunjukkan kelebihan-kelebihan yang ada.
Public relation (humas) yaitu mengupayakan produk yang dijual dapat diterima
oleh calon konsumen dan personal selling yaitu promosi dengan tatap muka
langsung. Contoh kehumasan yang bisa dilakukan untuk mempromosikan
Penyedia Peningkatan Kapasitas adalah lobby dan negosiasi.
D. Promosi P2KTD
Dalam rangka promosi untuk memperkenalkan dan membujuk pemerintah desa dan
masyarakat agar mau membeli jasa/gagasan yang dikembangkan dibutuhkan proses
komunikasi. Proses komunikasi dimulai dari menyediakan informasi baik itu mengenai
gagasan sosial untuk mendorong perubahan sosial di tingkat desa maupun
menggunakan Penyedia Peningkatan Kapasitas untuk mengimplementasikan gagasan
sosial yang direncanakan pihak desa/ditawarkan pihak luar.
Komunikasi dengan pelanggan bisa dilakukan dengan berbagai cara baik itu
melalui iklan, penjualan pribadi, pameran, pengumuman/pemberitaan melalui Humas,
dan pemasaran melalui internet. Dalam konteks mempromosikan gagasan sosial dan
Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis kepada desa cara komunikasi yang bisa
dilakukan melalui cara-cara yang lebih berorientasi pada ‘pembelajaran’ bukan dalam
konteks iklan produk komersial.
Pendekatan pemasaran sosial dengan cara (1) komunikasi yang lebih personal
(tatap muka) akan lebih efektif sehingga media yang dikembangkan sebagai alat bantu
digunakan untuk membantu menjelaskan informasi agar mudah dipahami oleh
pemerintah desa dan pihak-pihak terkait di masyarakat; (2) menggunakan pendekatan
lobby dan negosiasi; (3) menciptakan hubungan baik dengan berbagai pihak yang bisa
mempengaruhi keputusan/kebijakan desa.
Komunikasi yang dilakukan tidak bisa disamakan antara satu desa dengan desa
lainnya. Mengingat karakteristik personal, sosial dan budaya masing-masing wilayah
berbeda. Artinya pemahaman terhadap khalayak sasaran menjadi bagian yang penting
dalam kerangka mempromosikan gagasan sosial dan Penyedia Peningkatan Kapasitas
yang bisa diberikan.
Jika hubungan baik antara P2KTD dengan pemerintah dan komunitas yang ada di
desa sudah terbina, inisiatif komunikasi bisa jadi bukan dari pihak P2KTD saja akan tetapi
juga dari pihak pemerintah desa atau komunitasnya. Jalinan hubungan akan bertambah
baik ketika sudah pihak desa sudah mempunyai pengalaman yang positif pasca layanan
yang diberikan dan mereka akan bersedia menggunakan kembali Penyedia Peningkatan
Kapasitas yang dibutuhkan pada kegiatan/program lainnya.
Langkah strategi promosi dalam hal ini sama dengan langkah yang dilakukan pada
tahapan pengembangan strategi komunikasi, yaitu: (1) Identifikasi khalayak sasaran; (2)
menentukan tujuan komunikasi; (3) mengembangkan pesan; (4) menyeleksi saluran
komunikasi; (4) menetukan biaya; (5) mengembangkan media komunikasi; dan (5)
mengukur hasil komunikasi/promosi.
Identifikasi Khalayak Sasaran
Dalam kerangkan promosi Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis, khalayak sasaran
primer adalah kepala desa dan jajaran pemerintahan desa sebagai penentu kebijakan
pembangunan dan penggunaan dana desa. Selain jajaran pemerintahan desa, BPD, dan
Komunitas desa menjadi khalayak sekunder mengingat mereka menjadi bagian dari
forum musyawarah yang terlibat dalam proses perencanaan dan penganggaran
pembangunan desa dalam forum musrenbang.
Menentukan Tujuan Komunikasi /Promosi
Tujuan Komunikasi/promosi harus spesifik dan bisa terukur serta berkaitan dengan
tujuan pengembangan gagasan sosial yang ditawarkan. Tujuan dari promosi yang
dilakukan P2KTD adalah gagasan sosial yang ditawarkan masuk ke dalam dokumen
perencanaan dan penganggaran desa, serta menerima P2KTD sebagai rekanan pemberi
Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis untuk mengimplementasikan gagasan tersebut.
Merancang Pesan
Tujuan komunikasi diturunkan ke dalam pesan-pesan khusus untuk setiap khalayak
sasaran. Pesan yang akan disampaikan bisa jadi umum untuk semua khalayak, akan
tetapi ada pesan-pesan untuk khalayak sasaran tertentu disesuaiken dengan tugas,
peran dan fungsi mereka dalam pembangunan desa.
Pesan yang disampaikan idealnya harus memenuhi prinsip AIDA, yaitu bisa memberikan
perhatian (attention), menarik (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan
menghasilkan tindakan (action). Pesan yang efektif harus dapat menyelesaikan empat
masalah, yaitu bagaimana, apa, dimana, dan siapa.
Menyeleksi Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi bisa personal dan non personal. Saluran komunikasi personal
biasanya dilakukan melalui lobby, negosiasi, diskusi, obrolan dalam media sosial, dan
lainnya. Saluran komunikasi non personal dilakukan dengan melalui media massa, media
sebar, media baru berbasis internet seperti sosial media, blog, dan media lainnya.
Menetapkan jumlah anggaran promosi
Anggaran untuk promosi harus ditetapkan berdasarkan kemampuan lembaga (P2KTD)
dan berorientsi pada tujuan promosi. Anggaran yang tersedia akan menentukan jenis
media dan saluran yang akan digunakan .
Menentukan bauran promosi
Menentukan alat promosi yang akan digunakan yaitu advertising, personal selling, sales
promotion, atau public relation, atau bauran dari berbagai perangkat tersebut. Dalam hal
ini harus juga ditentukan media bantu yang akan digunakan misalnya poster, brosur,
dan lain-lain.
Mengukur hasil promosi
Mengukur hasil promosi sangat penting untuk dilakukan. Hasil pengukuran dapat
dijadikan acuan kebehasilan promosi yang dilakukan. Beberapa pertanyaan bisa menjadi
acuan dalam melakukan pengukuran hasil promosi :
Apakah mereka mengenal dan mengingat pesan-pesan yang diberikan?
Berapa kali melihat pesan tersebut?
Apa saja yang masih diingat?
Bagaimana sikap mereka terhadap produk/jasa?
Mempromosikan Penyedia Peningkatan Kapasitas memang berbeda dengan
mempromosikan produk karena layanan tidak kasat mata dan hanya bisa diukur oleh
kepuasan pelayanan yang diberikan. Kepuasan dapat dibuktikan dengan
memperlihatkan karya-karya yang sudah dilakukan dan testimony dari berbagai pihak
yang pernah mempunyai pengalaman sebagai mitra kerja.
F. Kiat Promosi
Ada beberapa kiat yang bisa digunakan agar para pelanggan akan menggunakan jasa
yang diberikan secara berkelanjutan dan calon pelanggan percaya dan mtertarik
menggunakan jasa yang ditawarkan.
Selalu berikan pelayanan prima atau pelayanan yang terbaik kepada pelanggan . Buatlah
pelanggan merasa puas menggunakan jasa yang ditawarkan supaya pelanggan akan
memberikan rekomendasi kepada orang terdekatnya bahkan kepada orang yang baru
di kenal untuk menggunakan jasa P2KTD. Dengan begitu P2KTD akan merasa sangat
diuntungkan karena dapat menghemat cukup banyak biaya promosi.
2. Dapat dipercaya
Jika lembaga bergerak di bidang jasa, maka kepercayaan adalah hal yang sangat
penting. Maka dari itu buatlah hubungan yang erat dengan para pelanggan. Misalnya
saja dengan melakukan pendekatan secara personal agar dapat menanyakan kesan
mereka terhadap jasa yang pernah ditawarkan dan jangan lupa untuk menanyakan saran
supaya lembaga dapat lebih berkembang. Dengan begitu,P2KTD dapat mengetahui apa
yang diinginkan oleh pelanggan.
Pada era digital ini, penggunaan internet merupakan suatu hal yang sudah lazim di
masyarakat. Hampir rata-rata semua orang sudah memiliki akun jejaring sosial. Besar
kemungkinan bahwa pelanggan sudah lebih dulu masuk di jejaring sosial. Oleh karena
itu tidak ada salahnya jika P2KTD mulai merambah ke jejaring sosial. Karena hal ini dapat
digunakan sebagai media promosi bisnis layanan yang diberikan. Dengan menggunakan
metode tertentu, Anda dapat pula mencari tahu seberapa banyak rekomendasi dari
pengguna jejaring sosial terhadap jasa yang di tawarkan.
Contohnya saja jika lembaga adalah jasa perawatan hewan peliharaan (grooming,
tempat penitipan hewan, dan lain sebagainya) maka lembaga bisa menjadi salah satu
anggota dari perkumpulan pecinta anjing atau kucing. Di dalamnya, dengan
menggunakan beberapa teknik pendekatan, dapat mulai sedikit demi sedikit
menawarkan jasa yang diberikan. Atau ketika sumberdaya lembaga dapat dikategorikan
cukup maka dapat membentuk komunitas sendiri yang bersinergi dengan jasa yang
akan ditawarkan.
5. Melakukan kegiatan yang bersinergi dengan bidang layanan lembaga secara tulus
Daftar Pustaka
Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Dunia Usaha https://modulmakalah.blogspot.
co.id/2017/03/Strategi.Komunikasi.Pemasaran.dalam.Menjalankan.Dunia.Usaha.ht
ml
Zahir, 5 Strategi Promosi dalam Bisnis Bidang Jasa, dalam ttps://zahiraccounting.
com/id/blog/5-strategi-promosi-pada-bisnis-di-bidang-jasa/
A. Pendahuluan
Media promosi adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
informasi atau pesan mengenai produk yang ditawarkan kepada khalayak umum
(masyarakat). Dalam menjalankan promosi pemilihan media didasarkan kepada
beberapa pertimbangan yaitu: (1) jenis dan karakter produk yang dipasarkan; (2) perilaku
khalayak, dan (3) program promosi pesaing.
Pilihan Media Berdasarkan Produk. Misalnya: produk yang mempunyai tampilan
unik dan mampu membangkitkan emosional akan lebih pas bila dipromosikan dengan
iklan.
Pilihan media berdasarkan karakteristik khalayak. Dalam hal ini harus diketahui
saluran media yang biasa digunakan oleh khalayak sasaran dalam berkomunikasi,
misalnya apakah khalayak terbiasa menggunakan saluran media audio, visual, atau audio
visual.
Pilihan Media Berdasarkan Pesaing. Seringkali, perancang pilihan media diambil
untuk menanggapi promosi pesaing. Karena pesaing gencar memberikan hadiah kepada
pelanggannya, tentu perusahaan harus merespons dengan program yang seimbang
agar supaya tidak ditinggalkan oleh pelanggan.
Strategi media promosi dapat dikategorikan ke dalam dua saluran yaitu media online
dan media offline. Strategi promosi dengan cara online yaitu promosi dengan
memanfaatkan media digital untuk memperluas jaringan dan jangkauan pemassaran
yang luas dan tidak terjangkau dengan media offline. Strategi promosi offline adalah
promosi yang memanfaatkan sumberdaya media fisik untuk menyebarkan informasi
yang berhubungan dengan spesifikasi produk kepada konsumen yang berada pada area
tertentu, sesuai dengan karakteristik media offline yang mempunyai batasan
dibandingkan dengan media online.
Dalam era digital saat ini promosi tidak lagi dilakukan dengan cara-cara yang tradisional.
Teknologi komunikasi melalui internet semakin berkembang yang kemudian
mempengaruhi juga kepada strategi promosi yang bisa dilakukan. Dengan melalui
internet, promosi dapat menjangkau khalayak sasaran yang tanpa batas. Promosi online
dapat menggunakan beberapa media seperti berikut.
Website. Tingkat keberhasilan media ini tergantung kepada besaran traffic visitors
setiap harinya dan popularitas web yang dikembangkan.
Media Sosial seperti facebook, twitter, instagram, google+, dll. Sosial media yang
sebelumnya hanya dikenal sebagai alat komunikasi biasa, update status dan
lainnya, sekarang beralih dan semakin banyak yang menggunakan untuk membuat
fans page dengan kategori produk baik barang maupun jasa. Promosi sosial media
sangat tergantung kepada sumberdaya manusia yang dimiliki, banyaknya like,
komentar dan tweet dari khalayak. Namun seperti web tetap saja yang paling
berpengaruh adalah traffic visitors setiap harinya.
Adwords/PPC (Paid Per Click). Promosi langsung menggunakan layanan search
engine google, yaitu menempatkan promo pada hasil pencarian non-organik.
Kelebihan promosi ini adalah pasar tertarget sesuai dengan produk, dan bayar
promo hanya jika di klik oleh pengunjung. Kekurangannya traffic visitors minialis,
dan akan boros biaya jika iklan di-klik oleh pengunjung yang tidak potensial.
Kontrak iklan advertiser. Berdasarkan hasil riset media ini paling banyak digunakan
untuk promosi di internet. Hal ini disebabkan jika bisa memilih web publisher yang
bagsu dengan traffic yang tinggi yang ditampilkan dalam traffic visitors melalui
histats. Pemilik web akan mendapatkan limpahan traffic visitors instans, minimal
1000 sampai 4000 visitors per-hari. Ini dimungkinkan karena semakin banyak yang
mengunjungi web, maka order dan penjualan akan semakin tinggi. Produk baru
maupun produk lama akan mempunyai kesempatan yang sama dengan adanya
traffic visitors yang tinggi. Pemilihan web atau publisher menjadi penting dalam
hal ini, harus diperhatikan jumah traffic visitors yang bisa dilihat melalui histats.
Media offline sudah dikenal sejak lama sehingga disebut juga medi tradisional. Media
ini terdiri dari media yang berbentuk visual, audio dan audio-visual. Berikut media-media
tradisional yang bisa digunakan sebagai saluran promosi.
Media Cetak
Promosi melalui media cetak adalah cara promosi yang paling banyak digunakan.
Promosi jenis ini sangat mudah dijangkau oleh masyarakat kalangan atas hingga bawah.
Biaya untuk promosi menggunakan media cetak ini cukup terjangkau tetapi sangat
tergantung kepada jenis media, design, dan material kertas serta tinta yang digunakan.
Promosi ini biasanya dilakukan dengan membuat :
Poster, Media promosi cetak ini merupakan sarana komunikasi pemasaran yang
paling umum dan sering dijumpai di banyak tempat, terutama di tempat-tempat
umum dan strategis. Ukuran poster yang relatif besar berpotensi untuk menarik
perhatian pembaca dan mengarahkan mereka pada pesan merek. Poster harus
didesain semenarik mungkin agar menarik perhatian orang karena media ini
biasanya dibaca sambil lalu.
Banner, Berkembangnya mesin percetakan yang semakin maju dan canggih
semakin memudahkan orang dalam mencetak materi promosi dalam ukuran besar.
Banner umumnya dicetak dalam ukuran besar dan ditempatkan pada tempat-
tempat yang mudah dilihat orang. Bentuk banner dan teknik pemasangannya
bervariasi. Banner yang dipasang pada rangka berbentuk seperti huruf X mudah
dipindahkan dan dikenal dengan X-banner. Ukurannya pun bermacam-macam,
ada pula yang berukuran kecil dan biasa ditempatkan di meja, disebut dengan mini
X-banner.
Brosur (pamflet), Brosur berupa lembaran yang bisa dibaca lebih lama
dibandingkan dengan poster. Brosur umumnya dicetak dalam jumlah yang relatif
banyak, dicetak dengan kualitas yang bagus, dan diterbitkan secara tidak berkala
pada kesempatan tertentu, misalnya pada event pameran. Brosur yang berupa
lembaran satu muka atau bolak balik dan mempunyai lipatan disebut dengan
leaflet.
Flyer, Media yang satu ini sangatlah praktis dan cocok untuk menampilkan
informasi yang singkat namun padat. Ia berupa selebaran yang biasanya dibagikan
kepada khalayak dan berupa informasi tentang program promosi seperti diskon
atau kegiatan tertentu. Flyer yang merupakan satu lembar kertas tanpa lipatan
seringkali dicetak dalam jumlah yang banyak agar mudah menjangkau banyak
orang.
Kalender, Kita dapat menggunakan kalender sebagai media promosi cetak yang
cukup ampuh. Orang cenderung suka menyimpan kalender sebagai alat penunjuk
tanggal dan hari serta bulan sehingga media ini dapat menampilkan pesan-pesan
merek yang mempunyai umur panjang. Jumlah lembaran kalender bervariasi. Ada
kalender yang hanya berupa satu lembar mirip poster dan ada pula yang berupa
banyak lembaran.
Katalog, Katalog dapat menjadi alternatif pilihan media promosi cetak yang
mampu menampilkan banyak informasi. Media ini sangat cocok untuk produk
yang mempunyai banyak spesifikasi dan detail sehingga pembaca dapat
mendapatkan informasi yang lengkap tentang produk yang ditawarkan. Dengan
katalog, pembaca umumnya membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk
memutuskan produk yang akan dibelinya.
Kartu Nama, Walau teknologi canggih seperti ponsel pintar dapat menyimpan
berbagai informasi dengan mudah, namun kartu nama masih tetap diperlukan.
Ibaratnya, kartu nama adalah duta bisnis yang mencerminkan dan mewakili
perusahaan sobat. Informasi yang harus ada dalam kartu nama yaitu nama
perusahaan dan kontak yang bisa dihubungi.
T-shirt, Kaos atau T-shirt merupakan media promosi cetak yang populer dan
sangat mudah diterima oleh khalayak. Umumnya, orang secara suka rela memakai
kaos promosi karena dapat dipakai dalam banyak kesempatan, terutama dalam
situasi yang tidak formal. Nah, dengan menampilkan logo merek pada kaos, maka
secara langsung ataupun tidak, kita telah mempromosikan merek pada banyak
orang.
Media Elektronik
Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi
elektromekanis bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya. Contoh promosi
melalui media elektronik adalah iklan TV, radio dan film. Iklan bisa dimuat di berbagai
media termasuk radio. jasa iklan di radio mengeluarkan biaya cukup murah daripada
iklan televisi akan tetapi sehubungan dengan perkembangan zaman penggemar iklan
radio sudah mengurang, dikarenakan sudah kurang praktis dan kalah dengan media
yang lain.
Televisi adalah media kedua yang bisa menampung iklan dalam jumlah yang
sangat banyak, televisi bisa menampung iklan cukup besar dengan syarat harga iklan
lumayan mahal, mahalnya iklan televisi dikarenakan iklan televisi mengeluarkan cukup
banyak waktu untuk pembuatannya pengiklanannya juga harus bergantian dengan
iklan-iklan yang lain, maka dari itu iklan televisi maksimal berdurasi satu menit.
Maksud adalah promosi yang dilakukan melalui sebuah produk seperti tas, kaos, topi,
dan lainnya. Pada umumnya ketika ketika mengikuti seminar, peserta akan mendapatkan
sebuah tas dengan logo sebuah perusahaan. Souvenir juga dapat dimanfaatkan sebagai
media promosi. Biasanya tas-tas semacam ini bisa dipesan di pabrik tas, sehingga dapat
memesan sesuai selera.
F. Evaluasi Promosi
A. Kepuasan Pelanggan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pelanggan memiliki arti membeli atau
menggunakan barang secara tetap. Menurut Greenberg (2010:8), pelanggan atau
customer adalah individu atau kelompok yang terbiasa membeli sebuah produk atau
jasa berdasarkan keputusan mereka atas pertimbangan manfaat maupun harga yang
kemudian melakukan hubungan dengan perusahaan melalui telepon, surat, dan fasilitas
lainnya untuk mendapatkan suatu penawaran baru dari perusahaan. Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa pelanggan adalah individu atau kelompok yang membeli atau
menggunakan sebuah produk atau jasa secara tetap yang kemudian melakukan
hubungan dengan perusahaan untuk mendapatkan suatu penawaran baru dari
perusahaan.
Kepuasan pelanggan adalah sebuah pendahuluan dari pembelian kembali
konsumen, loyalitas pelanggan, dan bertahannya konsumen yang akhirnya menguntung
kan organisasi. Kepuasan konsumen memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan
dimana salah satu yang penting yaitu memungkinkan tercapainya loyalitas pelanggan
(Lovelock et al 2005:395). Sementara Kotler & Keller (2013:194) mengartikan kepuasan
pelanggan sebagai tingkat keadaan perasaan seseorang yang merupakan hasil
perbandingan antara penilaian kinerja/hasil akhir produk dalam hubungannya dengan
harapan pelanggan.
Kepuasan merupakan fungsi dari harapan dan kinerja yang dirasakan. Jika kinerja
produk atau jasa lebih rendah dari yang diharapkan, konsumen akan merasa tidak puas.
Jika kinerja produk atau jasa sesuai harapan maka konsumen akan merasa puas
(satisfied), dan jika kinerja produk atau jasa melebihi harapan maka konsumen akan
merasa sangat puas (delighted). Teori ini didukung oleh Service Quality Gap Model yang
menyatakan bahwa:
Customer satisfaction Expectation = Perception
Ketika konsumen membeli suatu produk atau jasa memiliki harapan mengenai
bagaimana produk atau jasa tersebut dapat berfungsi memenuhi kebutuhan dan
keinginan yang dikehendakinya.
memperoleh keuntungan bagi perusahaan itu sendiri baik dari segi materi,
maupun dari sisi moral atau nama baik perusahaan dalam persepsi masyarakat.
Menurut Irawan (2009:37) terdapat lima faktor yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan, yaitu:
(1) Kualitas produk pelanggan akan merasa puas apabila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Konsumen
rasional selalu menuntut produk yang berkualitas pada setiap pengorbanan yang
dilakukan untuk memperoleh produk tersebut. Dalam hal ini kualitas produk yang
baik akan membarikan nilai tambah di benak konsumen;
(2) Kualitas pelayanan kualitas pelayanan di bidang jasa akan membuat pelanggan
merasa puas apabila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai
dengan yang mereka harapkan. Pelanggan yang puas akan menunjukkan
kemungkinan untuk kembali membeli produk atau jasa yang sama. Pelanggan
yang puas cenderung akan memberikan persepsi terhadap produk atau jasa
sebuah perusahaan;
(3) Emosional pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa
orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek
tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial atau
self-esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu;
(4) Harga produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang
relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada konsumennya.
Elemen ini mempengaruhi konsumen dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya
semakin mahal harga suatu produk atau jasa, maka pelanggan atau konsumen
memiliki nilai ekspektasi yang lebih tinggi;
(5) Kemudahan pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman, dan
efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.
B. Perilaku Pelanggan
Pelanggan adalah orang atau organisasi yang membeli barang atau jasa untuk
dikonsumsi atau dijual kembali atau diolah menjadi barang lain lebih lanjut. Dengan
demikian yang disebut pelanggan tidak hanya meliputi pelanggan akhir, tetapi juga
pelanggan antara dan pelanggan industri. Untuk mencapai tujuannya setiap perusahaan
baik dagang, jasa maupun industri sudah tentu memerlukan kehadiran pelanggan.
Bahkan untuk mencapai tujuan tersebut, para pelaku bisnis rela mengeluarkan biaya
besar untuk menarik perhatian pelanggan seperti melakukan promosi dan riset
pelanggan dalam rangka menyusun strategi pemasaran yang tepat. Perilaku pelanggan
dalam membeli jasa sedikit berbeda dengan perilaku pelanggan dalam membeli produk
barang. Bila dibandingkan dengan produk barang, maka penilaian pelanggan terhadap
jasa cenderung lebih subjektif. Sebab karakteristik jasa bersifat abstrak, tidak bisa dilihat
secara kasad mata dan tidak ada tenggang waktu antara masa produksi dan masa
konsumsi. Pada saat jasa itu diproduksi maka pada saat yang sama jasa tersebut
dikonsumsi. Agar memperoleh gambaran yang jelas tentang perilaku pelanggan, berikut
akan dikemukakan definisi perilaku pelanggan menurut beberapa penulis dalam
Sudarmiatin (2009:2).
Hawkins (1998) mengemukakan bahwa perilaku pelanggan (consumer behavior)
adalah studi terhadap individu, kelompok atau organisasi dan proses yang mereka
gunakan untuk memilih, mengamankan menggunakan dan menentukan produk, service
pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhan dan dampak proses tersebut pada
pelanggan atau masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: (1)
Perilaku pelanggan menyoroti perilaku baik individu maupun rumah tangga; (2) Inti dari
perilaku pelanggan adalah proses pengambilan keputusan pembelian barang atau jasa;
(3) Tujuan mempelajari perilaku pelanggan adalah untuk menyusun strategi pemasaran
yang berhasil.
Pada gambar tersebut dijelaskan tiga faktor yang mempengaruhi pilihan pelanggan
dalam membeli barang/jasa yaitu: (1) Pelanggan individual; (2) lingkungan; dan (3)
penerapan strategi pemasaran.
D. Pribadi Pelanggan
Faktor pribadi yang menjadi dimensi dalam perilaku pelanggan yaitu: motivasi,
pengamatan (persepsi), pembelajaran, dan sikap.
1. Motivasi
Istialh motivasi (Swasta dan Handoko, 2000: 77) merupakan dorongan kebutuhan dan
keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. Perilaku
manusia sebenarnya hanyalah cerminan yang paling sederhana dari motivasi dasar
mereka, perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motif. Motivasi
mempunyai arti yang berbeda-beda, ada yang menyebut motif, kebutuhan, desakan,
keinginan, dan dorongan. Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri
seseorang yang mempengaruhi perilaku mereka terhadap keputusan tentang produk
atau jasa yang akan dibeli untuk memenuhi kebutuhannya atau sesuatu yang membuat
seseorang untuk bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Keputusan yang
diambil pelanggan terhadap barang/jasa yang akan dipilihnya dipengaruhi oleh motivasi
pelanggan, kebutuhan yang ingin dipuaskan mendorongnya memilih barang/jasa yang
akan memberikan kepuasan dalam memenuhi keinginannya.
2. Pengamatan (persepsi)
3. Pembelajaran
4. Sikap
Sikap merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam perilaku pelanggan
karena sikap memberikan pengaruh terhadap keputusan yang diambil seseorang. Sikap
merupakan tanggapan seseorang terhadap rangsangan lingkungan yang dapat
membimbing tingkah lakunya. Sikap adalah hasil dari faktor genesis dan proses belajar
yang selalu berhubungan dengan suatu obyek atau produk. Menurut Swasta dan
Handoko (2000:93), sikap adalah suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan pikir (neural)
yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek, yang
diorganisir melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung dan atau secara
dinamis pada perilaku.
1. Kompetensi Teknis
Jasa utama dari P2KTD adalah menunjukkan keahlian di bidang tertentu. Layanan atau
jasa yang banyak ditawarkan oleh P2KTD diantaranya adalah di bidang infrastruktur:
perencanaan bangunan, pembangunan infrastruktur dan pengelolaan atau pemelihara-
an, di bidang Kewirausahaan: konsultasi, pelatihan, teknologi terapan, bimbingan teknis
dan studi-studi, di bidang sumber daya manusia: konsultasi, pelatihan, bimbingan, dan
pendampingan. Kualitas Penyedia Peningkatan Kapasitas akan sangat menentukan
keberhasilan lembaga atau organisasi yang berberan sebagai P2KTD tersebut.
2. Harga
Pelanggan P2KTD adalah desa. Pengukuran terhadap harga yang ditetapkan oleh P2KTD
tersebut dapat dilihat dari perbandingan biaya dan manfaat yang diterima. Biaya
tersebut diperhitungkan terhadap waktu dan tenaga yang dibutuhkan serta juga
mempertimbangkan kondisi dan kemampuan desa. Walaupun harga adalah salah satu
dari bauran pemasaran, namun dengan kualitas yang tinggi dan manfaat yang didapat
maka calon pelanggan (desa) cenderung berani membayar lebih tinggi, sepanjang biaya
yang ditawarkan masih dalam batas keterjangkauan desa.
3. Tempat
Konsep tempat dalam pemasaran jasa P2KTD adalah kantor. Kantor atau tempat dimana
P2KTD berada harus pasti dak tetap sehingga akan memudahkan desa jika ingin
berkunjung atau menghubungi P2KTD yang bersangkutan.
4. Promosi
Promosi merupakan bagian penting dari program pemasaran, dimana dengan promosi
para P2KTD dapat menginformasikan kepada pelanggan tentang tujuan, aktivitas, dan
menawarkan untuk memotivasi mereka agar tertarik dengan layanannya. Kebanyakan
dalam berkomunikasi dengan pasar menggunakan public relations, marketing
publications, dan advertising yang merupakan tipe utama dari program komunikasi
pemasaran formal.
5. Orang
Dalam hal ini yang dimaksud orang adalah karyawan ataupun orang-orang yang
menyediakan jasa. Untuk P2KTD orang-orang yang memberikan jasa adalah para tenaga
ahli yang ada sesuai dengan bidangnya.
6. Proses
Proses adalah gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari prosedur, jadwal
kegiatan, pekerjaan, mekanisme, aktivitas dan hal lain, dimana jasa dihasilkan dan
disampaikan kepada pelanggan.
7. Fasilitas Fisik
Fasilitas fisik diartikan sebagai lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung
berinteraksi dengan pelanggan. Fasilitas ini berhubungan dengan gedung, lokasi,
fasilitas penunjang penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis.
2. Pencarian Informasi
Tahap kedua dalam proses pembelian ini sangat berkaitan dengan pencarian informasi
tentang sumber-sumber dan nilainya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang
dirasakan. Sumber informasi pelanggan digolongkan ke dalam empat kelompok:
(1) Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan)
(2) Sumber komersial (iklan, pramuniaga, penyalur, kemasan, pajangan)
(3) Sumber publik (media massa, organisasi pelanggan)
(4) Sumber pengalaman (pemakaian produk, pengkajian)
3. Evaluasi Alternatif
Dalam tahap ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu menetapkan tujuan pembelian dan
menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternative pembelian. Setelah tujuan
pembelian ditetapkan, pelanggan perlu mengidentifikasi alternatif pembeliannya.
Pengidentifikasian alternatif pembelian tersebut tidak dapat dipisahkan dari pengaruh
sumbersumber yang dimiliki maupun kekeliruan dalam penelitian.
4. Keputusan Pembelian
Keputusan untuk membeli disini merupakan proses dalam pembelian secara nyata. Jadi
setelah tahap-tahap tersebut, maka pelanggan harus mengambil keputusan apakah
membeli atau tidak. Bila pelanggan memutuskan untuk membeli, maka ia akan
menjumpai serangkaian keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merk,
penjual, outlet, kuantitas, waktu pembelian, cara pembayaran, dan sebagainya.
Setelah tahap yang ada dalam proses pembelian sampai pada tahap kelima adalah
bersifat operatif. Bagi perusahaan, perasaan dan perilaku setelah pembelian juga sangat
penting karena perilaku para pelanggan dapat mempengaruhi penjualan ulang dan juga
mempengaruhi ucapan-ucapan pembeli kepada pihak lain tentang produk perusahaan.
Daftar Pustaka
Lembar Informasi
SPB
Dokumentasi Kegiatan
3.5.1
Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa
A. Pendahuluan
Istilah Dokumentasi dari kata document (Belanda), document (Inggris), documentum
(Latin). Sebagai kata kerja document berarti: menyediakan dokumen, membuktikan
dengan menunjukkan adanya dokumen; sebagai kata benda berarti: wahana (wahana =
kebenaran, alat pengangkut, angkutan, alat untuk mencapai tujuan) informasi, data yang
terekam atau dimuat dalam wahana tersebut beserta maknanya yang digunakan untuk
belajar, kesaksian, penelitian, rekreasi, dan sebaginya.
Ensiklopedi Umum (1977): Dokumen adalah surat, akta, piagam, surat resmi dan
bahan rekaman lain baik tertulis atau tercetak yang memberi keterangan untuk
penyelidikan ilmiah, dalam arti yang luas termasuk segala macam benda yang dapat
memberikan keterangan mengenai sesuatu hal. Dokumentasi dapat diartikan semua
tulisan yang dikumpulkan dan disimpan yang dapat digunakan bila diperlukan, juga
gambar dan foto. Mendokumentasikan: mengatur dan menyimpan tulisan atau gambar
atau foto sebagai dokumen. Dalam arti yang luas, segala macam benda yang dapat
memberikan keterangan, yang sifatnya tidak terbatas hanya tertulis atau tercetak saja.
Pendokumentasian kegiatan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa yang
dimaksud sebagai berikut:
(2) Tulisan atau catatan penting yang berisi komunikasi tentang fakta, kenyataan, dan
peristiwa yang esensial terkaik pelaksanaan kegiatan dukungan layanan teknis
yang terjadi terjadi untuk suatu periode tertentu;
(3) Menyiapan dan memeliharan kejadian atau peristiwa yang diperhitungkan melalui
lembaran catatan dokumen sebagai bahan pembelajaran;
(4) Membuat catatan kegiatan layanan teknis yang otentik tentang kebutuhan
layanan, identifikasi masalah, merencanakan, menyelenggarakan dan meng-
evaluasi;
(5) Memantau catatan profesional dan data dari penerima manfaat atas jasa yang
diberikan P2KTD.
B. Tujuan
Pendokumentasian kegiatan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis bertujuan:
(1) Mencatat seluruh fakta, kejadian, dan peristiwa terkait pemeberian Penyedia
Peningkatan Kapasitas teknis yang dilakukan oleh P2KTD kepada Desa;
(2) Memberikan informasi terkait pengembangan model atau produk Penyedia
Peningkatan Kapasitas kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk pelayanan
terhadap pelanggan;
(3) Pembelajaran baik bagi pengembangan Penyedia Peningkatan Kapasitas dan
pengguna layanan teknis;
(4) Memberikan informasi spesifik terkait penigkatan kapasitas dan kinerja Penyedia
Peningkatan Kapasitas teknis yang diberikan;
(5) Kesinambungan dan sarana pembelajaran bagi organisasi, pelaksana dan
pemangku kepentingan lainnya;
(6) Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan professional.
C. Komponen Pokok
Terdapat tiga komponen penting yang berperan dalam pembuatan dokumentasi
kegiatan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis, yaitu:
1. Sarana komunikasi: Komunikasi yang baik antara P2KTD dengan klien atau
penggunan jasa akan diperoleh informasi yang akurat sehingga dokumentasi
kegiatan dapat dilaksanakan secara optimal. Dengan komunikasi yang baik akan
memudahkan dalam proses pengumpulan data serta tercipta hubungan yang
harmonis antara P2KTD dan pengguna jasa, sehingga akan membantu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi oleh penggunan jasa;
2. Dokumentasi proses penyediaan layanan peningkatan Kapasitas teknis: Proses
penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis merupakan inti dari praktik yang
dilakukan P2KTD sebagai isi pokok dokumentasi layanan yang diberikan. Beberapa
tahap proses Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis meliputi beberapa
pengelompokan dokumentasi diantaranya: a) dokumentasi pengkajian kebutuhan
Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis, b) diagnosis permasalahan teknis yang
dihadapi Desa, c) perencanaan, pelaksanaan bimbingan, dan tindakan professional,
d) dokumentasi evaluasi P2KTD;
2. Kelengkapan
Informasi dalam entri yang dicatatkan atau dilaporan harus lengkap, mengandung
informasi singkat, lengkap tentang Penyedia Peningkatan Kapasitas yang diberikan
kepada klien. Data yang singkat mudah di pahami. Catatan yang panjang sulit untuk
dibaca. Catatan yang singkat atau tidak jelas dapat memberikan kesan bahwa kegiatan
layanan yang diberikan P2KTD dilakukan dengan tidak professional, tergesa=gesa atau
tidak lengkap.
3. Keterkinian
Mengentri data secara benar dan waktu yang tepat dalam memberikan jasa layannan
teknis kepada klien. Aktivitas atau temuan yang dilaksanakan pada saat bimbingan harus
dikomunikasikan pada waktu terjadinya sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang
sesuai dengan karakteristik masalah.
4. Organisasi
5. Keterbukaan
Komunikasi yang terbuka kepada klien dan masyarakat sangat penting untuk menjaga
kredibilitas P2KTD. Membantu mendorong perubahan yang lebih cepat, partisipasi
masyarakat dan perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual.
6. Metode Pencatatan
Kualitas dokumentasi secara konstan sesuai dengan standar dokumentasi dengan upaya
mereka untuk menemukan cara untuk membantu memperbaiki pencatatan informasi.
P2KTD dapat secara langsung terlibat dalam membantu permasalahan yang dihadapi
klien. Pendokumentasian yang baik kan memberikan rujukan berupa catatan dan
pembelajaran dalam memperbaiki hal-hal penting yang dihadapi klien. Berikut beberapa
metode pencatatan yang umum digunakan;
Dokumentasi naratif merupakan metode kuno untuk pencatatan layanan kepada
konsumen atau klien. Metode ini hanya menggunakan format seperti cerita untuk
mendokumentasikan informasi spesifik tentang kondisi klien dan kebutuhan layanan
teknis. Pencatatan naratif jarang menjadi metode pendokumentasian primer dan telah
digantikan dengan format lain seperti digital dan online.
Catatan sumber, catatan klien diatur sehingga setiap layanan atau bimbingan yang
diberikan P2KTD memiliki bagian yang terpisah untuk menjelaskan data.
1. What = Apa
Apa bentuk kegiatan Best Practice tersebut, apakah termasuk ke dalam kategori
kegiatan jenis kegiatan fisik/infrastruktur apa, misal bangunan Jalan, bangunan
Gedung PAUD, Jembatan, bangunan lainnya.
2. Where = Di mana
Di mana tempat kegiatan Best Practice berlangsung.
Dengan demikian, nama tempat harus dijelaskan secara detail. Mulai dari nama
dusun, RT/RW-nya, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota hingga provinsi.
Jika perlu, dilengkapi pula dengan karakteristik masyarakat bersangkutan (profesi
umumnya, jumlah penduduknya, dan prosentase masyarakat/KK miskinnya).
Akurasi data sangat penting agar informasi diterima secara lengkap oleh khalayak,
sehingga memudahkan para peduli yang mungkin membaca tulisan ini turut
berpartisipasi di wilayah bersangkutan.
3. Why = Mengapa
Ini juga penting diketahui, agar khalayak mengerti faktor-faktor apa saja yang
memotivasi masyarakat hingga mencetuskan kegiatan tersebut, hingga akhirnya
masuk ke dalam kategori Best Practice.
4. Who = Siapa
Siapa saja para pelaku penggerak kegiatan Best Practice ini (masyarakat? Aparatur
Desa? Pemda? Tokoh masyarakat? Kelompok Peduli?) Setidaknya, jati diri “siapa”
ini ditulis lengkap dalam satu paragraf.
5. When = Kapan
Kapan periode pelaksanaan kegiatan. Ungkapkan pula mengenai proses dan
periode proses tersebut, mulai dari rembug, penyusunan PJM Pronangkis, hingga
pelaksanaan kegiatan. Yang lebih penting lagi, masih berlanjutkah kegiatan
tersebut? Bagaimana caranya masyarakat melestarikan tindak lanjut kegiatan?.
6. How = Bagaimana
Ini berkaitan dengan kapan/periode di atas. Yaitu, bagaimana cara masyarakat me-
maintain (mengelola) setelah kegiatan rampung dilaksanakan, sehingga hasil
kegiatan tersebut terus lestari dan bertahan.
Demikian enam hal di atas adalah syarat standar tulisan Best Practice, yang wajib
dipenuhi. Namun, perlu diingat, bahwa detil/rinci, bukan berarti sangat panjang. Yang
diperlukan adalah kelugasan. Hindari bahasa “bunga” yang pengertiannya rancu, jadi
gunakan kata-kata yang maknanya jelas. Kata-kata “romantis” hanya boleh digunakan
untuk menggambarkan keindahan alam tempat berlangsungnya kegiatan.
G. Subtansi Tulisan
(1) Realitas dilapang, merupakan kondisi riil peristiwa, atau kegiatan program yang
ada dan terjadi dilapang yang diungkapkan dengan jujur, utuh dan proporsional.
(2) Inovasi, dan kreatifitas, perluasan daya upaya untuk memperkaya strategi,
metode, teknik, dan fasilitasi, dst untuk tetap menjamin tercapainya tujuan
pelaksanaan kegiatan secara optimal.
(3) Peluang Keberlanjutan, pelaksanaan kegiatan secara terpola dan mampu
menjadi pranata sosial, secara nyata dan sengaja melibatkan secara aktif lembaga
masyarakat lain, aparat pemerintah, perusahaan swasta dalam pelaksanaan
kegiatan.
(4) Kemanfaatan optimal, pelaksanaan kegiatan nyata memberikan manfaat bagi
kelompok sasaran program; pengetahuan, kemudahan, kenyamanan, kelayakan
yang diperoleh keluarga miskin.
(5) Partisipasi KK miskin (PS-2), keluarga miskin (PS-2) tergambarkan dengan jelas
partisipasi aktif, posisi, kontribusi, dan perannya dalam pelaksanaan kegiatan.
(6) Kualitas tulisan, mengunakan kalimat efektif, fokus pada tema, padat isi, alur
runut, uraian lengkap, jelas dan informatif, mudah untuk dipahami oleh pembaca
dari kalangan manapun.
Daftar Pustaka
http://www.p2kp.org/pustaka/files/pedoman/jul10/POB_Pengelolaan_best_practice_020710.pdf
https://kotakubengkulu.wordpress.com/2016/03/08/ini-jalanku-mana-jalanmu/
adalah mengandung resiko, pemberi pinjaman pertama kali menarik laba dan harus
dibayar sekalipun perusahaan tidak ada laba atau dalam kondisi merugi.
Kedua sumber pendanaan tersebut dapat diperoleh melalui :
a. Pendanaan ekuitas (modal sendiri). Dapat diperoleh dari tabungan individu, teman
dan atau saudara, investor perorangan lain, perusahaan-perusahaan besar,
perusahaan modal ventura, dan penjualan saham.
b. Pendanaan dari utang (pinjaman). Dapat diperoleh dari teman atau saudara,
investor perorangan lainnya, para pemasok bahan baku pemberi pinjaman
berbentuk asset, bank-bank komersial, program yang didukung oleh pemerintah,
lembaga-lembaga keuangan swadaya masyarakat, perusahaan-perusahaan besar
dan perusahaan modal ventura.
3. Membagi Keuntungan
Dalam sebuah bisnis, mengelola karyawan adalah hal yang sangat penting. Karena
dengan pengelolaan karyawan yang benar maka bisnis akan bisa berjalan dengan benar.
Akan tetapi ada juga orang yang berkat ,"di perusahaan saya mengelola karyawan tidak
penting, karena hanya saya sendirian yang mengerjakannya"
Memang benar, jika hanya mengerjakan sendiri maka mengelola karyawan
memang tidak penting. Bisnis yang seperti ini disebut self employee. Bisa tidak kita
menjadi kaya dari self employee? Jawabannya bisa. Apakah bisa menjadi kaya raya?
Jawabannya tidak. Jika anda ingin menjadi kaya raya, maka bisnis anda harus memiliki
karyawan. Nah, ketika kita sudah memiliki karyawan ini maka mengelola karyawan
menjadi sangat penting. Mengelola 10 karyawan tentu berbeda dengan mengelola 100
karyawan. Mengelola 1000 karyawan tentu berbeda dengan mengelola 10.000
karyawan.
Jika organisasi telah memiliki karyawan yang banyak maka pengontrolan karyawan
menjadi sangat penting. Namun demikian jumlah karyawan yang banyak, sebenarnya
dapat merubah orientasi dari bisnis yang dijalankan dengan mengembangkan sistem
yang dapat berjalan tanpa kehadiran pengelola, asalkan cara mengelolanya benar. Bisa
dikatakan, jika memiliki usaha yang besar dan pengelolannya benar, maka perusahaan
akan bisa jalan sendiri, sementara kita bisa jalan-jalan.
Setiap orang yang membangun bisnis, tentunya dia ingin kaya raya. Untuk
mencapai tujuan ini setiap pengusaha memiliki cara yang berbeda-beda. Secara umum
ada dua macam; Pertama, pengusaha mengusahakan agar karyawan adalah orang yang
digaji saja, sementara jika ada keuntungan yang besar maka itu menjadi milik
pengusaha. Kedua, pengusaha membagi keuntungan dengan karyawan, jadi jika
keuntungan besar maka karyawan juga mendapat bagian keuntungan.
Cara pertama memang kelihatan logis, karena dengan mendapat keuntungan
yang besar tanpa berbagi dengan karyawan, maka pengusaha memliki kuntungan besar.
Akan tetapi dalam prakteknya cara kedua malah lebih efektif. Dengan berbagi
keuntungan dengan karyawan maka karyawan akan lebih merasa memiliki bisnis.
Sehingga karyawan akan bekerja dengan setulus hati dan sepenuh jiwa.
Cara berbagi dengan karyawan ternyata pengontrolan karyawan akan jauh lebih
mudah. Jika karyawan hanya menjadi orang yang digaji, maka tingkat kehilangan barang
di perusahaan lebih tinggi, tetapi jika karyawan mendapatkan bagian dari keuntungan
maka tingkat kehilangan barang akan menurun. Kenapa? Karena biasanya pencurian
terbesar dilakukan oleh orang dalam alias karyawan sendiri. Jika karyawan hanya
menjadi orang yang digaji, ketika temannya mencuri maka dia akan santai-santai saja.
Akan tetapi, jika dia mendapat bagian keuntungan, maka dia akan bertindak tegas jika
temannya mencuri, karena hal ini akan mengurangi keuntungan buat dia.
Seringkali mobil kantor cepat rusak. Akan tetapi jika karyawan bisa menganggap
bahwa itu mobil dia sendiri maka mobil tidak lebih cepat rusaknya. Mobil akan lebih
awet. Dengan adanya profit sharing ini maka pengontrolan akan jauh lebih baik.
Alangkah lebih baik lagi jika para karyawan yang memiliki level tinggi mereka
mendapatkan bagian saham. Dengan cara seperti ini maka mereka akan bertindak
seolah-olah mereka memiliki perusahaan. Akan tetapi, pembagian saham ini jangan
dilakukan pada saat awal perusahaan berdiri. Pembagian saham ini sebaiknya dilakukan
ketika perusahaan sudah terbukti untung. Cara membagi keuntungan usaha yang
seperti ini akan menjadikan karyawan termotivasi dan organisasi juga menjadi untung.
Union, pialang saham, aset manajemen, modal ventura, koperasi, asuransi, dana pensiun,
dan bisnis serupa lainnya. Di Indonesia lembaga keuangan ini dibagi kedalam 2
kelompok yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank (asuransi,
pegadaian, dana pensiun, reksa dana, dan bursa efek). Fungsi Lembaga keuangan ini
menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal dan pasar utang yang
bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepada perusahaan yang
membutuhkan dana tersebut. Kehadiran lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi
arus peredaran uang dalam perekonomian, dimana uang dari individu investor
dikumpulkan dalam bentuk tabungan sehingga risiko dari para investor ini beralih pada
lembaga keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman
utang kepada yang membutuhkan. Ini adalah merupakan tujuan utama dari lembaga
penyimpan dana untuk menghasilkan pendapatan. Lembaga keuangan adalah suatu
badan yang bergerak dibidang keuangan untuk menyediakan jasa bagi nasabah atau
masyarakat. Lembaga Keuangan memiliki fungsi utama ialah sebagai lembaga yang
dapat menghimpun dana nasabah atau masyarakat ataupun sebagai lembaga yang
menyalurkan dana pinjaman untuk nasabah atau masyarakat.
Daftar Pustaka
http://www.kumpulanmakalah.com/2015/05/konsep-dasar-manajemen-keuangan.html
http://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-manajemen-keuangan-menurut-para-
ahli-terlengkap/
http://www.materiakuntansi.com/tujuan-manajemen-keuangan/
Pokok Bahasan 4
RENCANA BISNIS DAN
TINDAK LANJUT
A. Pendahuluan
Sejak munculnya praktik e-commerce, model bisnis menjadi salah satu konsep yang
paling menonjoldi antara konsep manajemen yang lain. Hadirnya e-commerce membuat
para praktisi bisnis mengubah total model bisnis lama menjadi model bisnis baru yang
lebih sesuai. Penyebab utama kepopuleran model bisnis adalah karena ditengarai
banyak organisasi yang tumbuh pesat karena kemampuannya menciptakan model bisnis
yang tepat.
Tulisan ini membahas penerapan model bisnis yang unik dan sederhana di
Indonesia, yaitu model bisnis kanvas, atau lebih dikenal dengan Business Model Canvas
(BMC). Konsep model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan Yves
Pigneur, berhasil mengubah konsep model bisnis yang rumit menjadi sederhana.
Dengan pendekatan kanvas, model bisnis ditampilkan dalam satu lembar kanvas, berisi
peta sembilan elemen (kotak). Karena kesederhanaannya, metode kanvas dapat
mendorong sebanyak mungkin karyawan terlibat dalam pengembangan model bisnis
organisasinya.
Para akademisi menjelaskan pengertian model bisnis dalam tiga kelompok.
Pertama adalah model bisnis sebagai metode (cara), model bisnis dilihat dari aspek
komponennya, dan model bisnis sebagai strategi bisnis.
Model bisnis adalah jabaran strategi yang menyangkut berbagai aspek dalam
bisnis tersebut menjadi satu kesatuan strategi yang utuh untuk menghasilkan
keuntungan. Dulu kita mengenal model tradisional “Business Plan” yang membutuhkan
puluhan lembar untuk mendokumentasikan rencana bisnis. Pendekatan dokumen
“Business Plan” dianggap terlalu formal dan menghabiskan waktu yang lama dalam
pembuatannya. Saat ini telah ada model bisnis baru yang diperkenalkan oleh Alexander
Osterwalder yaitu “Business Model Canvas” berupa alat visual satu halaman yang
memungkinkan start-up tetap fokus pada penciptaan nilai, tidak lagi membuang-buang
waktu dalam berpuluh-puluh lembar.
menyusun model bisnis menggunakan pendekatan ini dimulai dari Customer Segment,
diikuti dengan Value Proposition, Channel, Customer Relationship, Revenue Streams, Key
Resources, Key Activities, Key Partners dan Cost Structure. Untuk mengembangkan BMC,
organisasi dapat mulai dari memotret kondisi saat ini, diikuti dengan analisis SWOT.
Hasil analisis SWOT dapat digunakan untuk merancang model bisnis perbaikan dan
prototipe model-model bisnis masa depan.
(1) Customer Segment. Dalam menjalankan roda bisnisnya, pertama-tama organisasi
harus menetapkan siapa yang harus dilayani. Organisasi dapat menetapkan untuk
melayani satu atau lebih segmen. Penetapan segmen ini akan menentukan
komponen lain dalam model bisnis. Siapa konsumen Anda? Seperti apa deskripsi
orang yang ingin masalahnya Anda pecahkan? Bagaimana karakteristik mereka?
Apa yang mereka pikirkan? Rasakan? Lakukan?;
(2) Value Proposition. Manfaat yang ditawarkan organisasi kepada segmen pasar yang
dilayani. Tentu saja, value proposition akan menentukan segmen pelanggan yang
dipilih atau sebaliknya. Value proposition juga akan mempengaruhi komponen lain
seperti Channel dan Customer Relationship. Solusi apa yang Anda tawarkan ke
konsumen Anda? Apa yang menarik dari solusi Anda? Apa yang membuat
konsumen mau memilih, membeli, dan menggunakan value Anda?;
(3) Channels. Sarana bagi organisasi untuk menyampaikan Value Proposition kepada
Customer Segment yang dilayani .Channel berfungsi dalam beberapa tahapan
mulai dari kesadaran pelanggan sampai ke pelayanan purna jual. Dua elemen lain
yang harus diperhitungkan secara cermat dalam membuat model Channel yaitu
Value Proposition dan Customer Segment. Bagaimana cara agar value/solusi
masalah Anda bisa sampai ke tangan konsumen?;
(4) Revenue Stream. Komponen yang dianggap paling vital. Umumnya organisasi
memperoleh pendapatan dari pelanggan. Meskipun demikian banyak organisasi
bisa membuka aliran masuk pendapatan dari kantong bukan pelanggan langsung.
Bagaimana cara bisnis menghasilkan uang dari valueyang ditawarkan?;
(5) Customer Relationship. Cara organisasi menjalin ikatan dengan pelanggannya.
Bagaimana cara Anda berinteraksi untuk menjaga loyalitas konsumen?;
(6) Key Activities. Kegiatan utama organisasi untuk dapat menciptakan Proposisi Nilai.
Apakah aktivitas kunci atau strategi kompetitif yang dilakukan untuk
menciptakan value proposition?;
(7) Key Resources. Smber daya milik organisasi yang digunakan untuk mewujudkan
proposisi nilai. Sumber daya umumnya berwujud manusia, teknologi, peralatan,
channel maupun brand. Apa saja sumber daya yang harus dimiliki perusahaan agar
dapat kompetitif dalam menciptakan value?;
(8) Key Partnership. Sumber daya yang diperlukan oleh organisasi untuk mewujudkan
proposisi nilai, tetapi tidak dimiliki oleh organisasi tersebut. Pemanfaatan Key
Partnershipoleh perusahaan dapat berbentuk outsourcing, joint venture, joint
operation, atau aliansi strategis. Siapa mitra yang mendukung organisasi agar
selalu kompetitif?, Pasokan atau sumber daya apa saja yang merekasediakan?,
Bagaimana mereka dapat membantu aktivitas bisnis Anda?, Bagaimana bentuk
kerjasamanya?;
(9) Cost Structure. Komposisi biaya untuk mengoperasikan organisasi mewujudkan
proposisi nilai yang diberikan kepada pelanggan. Struktur biaya yang efisien,
menjadi kunci besarnya laba yang diperoleh organisasi. Apa saja faktor – faktor
yang membentuk biaya yang harus dikeluarkan?.
Secara umum, BMC dikembangkan dengan mempertimbangkan 9 blok utama
yang harus diperhatikan dalam memetakan model bisnis. Kesembilan blok utama ini,
semua terangkum dalam satu canvas (1 halaman). Inilah yang juga membuat BMC
unggul karena dengan kesederhanaannya yang hanya terdiri dari 1 halaman ini,
ternyata powerful untuk memberikan pemahaman tentang model bisnis secara utuh.
Berikut gambar dari Business Model Canvas,
Secara sederhana, BMC terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: offering, customer, dan
infrastructure. Adapaun gambar pembagian hal tersebut ada di bagian berikut ini:
Perhatikan apakah bisnis yang dikelola menargetkan konsumen single atau multi-sided
market? Maksud multi-sided market, misalnya Facebook yang memiliki model bisnis
untuk melayani dua pihak: advertiser dan user. Multi-sided market umumnya memiliki
segmen tersendiri untuk setiap kategorinya.
Apa masalah yang dirasakan konsumen yang telah dipetakan? Apa masalah yang sedang
ingin mereka sembuhkan? Apa target yang sedang ingin mereka kejar? Apa needs yang
mereka perlukan untuk mencapai impian – impian mereka?
Satu hal yang perlu dilakukan adalah mengurangi asumsi apa yang dibutuhkan
konsumen dengan bertanya langsung kepada mereka. Buat pengamatan lapangan atau
wawancara langsung agar semakin dekat dengan konsumen.
Output: Pada bagian ini akan menghasilkan daftar target konsumen berdasarkan
segmen yang berbeda, ditambah penjelasan detil tentang karakteristik masing – masing
konsumen. Jika segmen cukup banyak, disarankan untuk membuat prioritas dalam
melayani konsumen. Coba tanyakan, “seandainya saya hanya bisa melayani 1 konsumen
saja, siapakah yang ingin saya layani?”
Output: Daftar solusi atau “obat” yang lebih baik atau kompetitif dari yang sudah ada
berdasarkan masalah atau kebutuhan konsumen
Output: Daftar dari revenue streams, yang berasal dari value proposition x yang
ditawarkan, dengan customer segmen y sebagai pihak yang bersedia membayar.
Output: Daftar elemen struktur biaya yang dikeluarkan untuk membiayai key
activities dalam menciptakan value proposition.
Pada akhirnya, SignifierGames.com memiliki hasil akhir BMC dalam kerangka kerja
berikut:,
bahwa Serious Game yang dibuat expert ini akan laku. Namun setelah dipelajari lagi,
ternyata yang lebih banyak mencari Serious Game ini adalah universitas swasta yang
memang sedang menjalin kerjasama dengan kampus besar seperti UI. Maka, kerjasama
tersebut dibundling dengan produk buku, games, dan workshop untuk universitas
tersebut. Sticky notes hijau menunjukkan ada beberapa tambahan/ perubahan dari BMC
sebelumnya.
Daftar Pustaka
http://teorisingkat.blogspot.co.id/2015/11/business-model-canvas.html
http://arryrahmawan.net/panduan-business-model-canvas/