Anda di halaman 1dari 253

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |i

PROGRAM INOVASI DESA

ii| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Modul Orientasi
Tim Pengelola Inovasi Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | iii


PROGRAM INOVASI DESA

Modul Orientasi
Tim Pengelola Inovasi Desa

iv| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

MODUL ORIENTASI
TIM PENGELOLA INOVASI DESA (TPID)
Panduan Orientasi Program Inovasi Desa (PID) untuk
Tim Pengelola Inovasi Desa

PENGARAH: Eko Putro Sanjoyo (Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia)

PENANGGUNG JAWAB: Taufik Madjid (Dirjen, Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa)

TIM PENULIS: Octaviera Herawati, Wahjudin Sumpeno, Lingga Kartika Suyud, Ludiro
Prajoko, Ikhwan Maulana, I Nyoman Oka, Lendy Wibowo, Didik Faryanto, Ismail
Zainury, Nurulhadi, Hasan Rofiky, Rusdin M. Nur, Roni Budi Sulistyo, Idham Arsyad,
Joko Wiryanu, Nurul Hadi, Yossy Suparyo, M. Zaeni, Usman Rauf, Susi Maniez, Riza
Surya Kusuma, Adang, Ratih Dewi, Fuad, Borni Kurniawan, Rospita.

REVIEWER:, Muhammad Fachry, Wahyuddin Kessa, Yoseph Lucky

COVER & LAYOUT: Wahjudin Sumpeno

Cetakan Pertama, April 2018

Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740
Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242
Web: www.kemendesa.go.id

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | v


PROGRAM INOVASI DESA

vi| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Daftar Istilah dan Singkatan

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan
di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan
Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan
secara demokratis.
6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan
masyarakat.
7. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan
guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
8. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat
yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal
yang bersifat strategis.
9. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk
menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa
yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat
Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | vii


PROGRAM INOVASI DESA

10. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil keputusan dari Musyawarah
Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara
kesepakatan Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan
Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa.
11. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan
Desa.
12. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
13. Perencanaan pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya Desa dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan Desa.
14. RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan
Desa, arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum dan program dan
program Satuan Kerja Perangkat (OPD) atau lintas OPD, dan program prioritas
kewilayahan disertai dengan rencana kerja.
15. RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk
periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat
rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka
pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan Desa, rencana
kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh
Pemerintah Desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.
16. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari
RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah
Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme
perencanaan pembangunan Daerah.
17. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
18. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau
perolehan hak lainnya yang syah.
19. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
20. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan
dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai

viii| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,


pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa.
21. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | ix


PROGRAM INOVASI DESA

x| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Kata Sambutan
Direkturat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa

Bismillahirrahmanirrahiim
Atas berkat rahmat Alloh SWT, Kami panjatkan puji dan syukur Alhamdulillah yang
telah memberikan kekuatan lahir dan bathin sehingga Modul Pelatihan Program
Inovasi Desa (PID) TA 2018 dapat digunakan sebagai panduan peningkatan kapasitas
pemangku kepentingan Prgram Inovasi Desa baik di tingkat pusat dan daerah.
Modul Pelatihan PID TA 2018 diinisiasi oleh Direktorat Program Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD), Direktur Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi. Program
Inovasi Desa hadir sebagai upaya mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan Dana
Desa dengan memberikan rujukan inovasi pembangunan Desa serta merevitalisasi
peran pendamping dan pelaku lainnya dalam mendukung pembangunan Desa. Melalui
Program Inovasi Desa diharapkan mampu memicu munculnya inovasi dan pertukaran
pengetahuan secara partisipatif. Program Inovasi Desa merupakan salah satu bentuk
dukungan kepada Desa agar lebih efektif dalam menyusun penggunaan Dana Desa
sebagai investasi dalam peningkatan produktifitas dan kesejahteraan masyarakat.
Modul pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas pemangku
kepentingan yang terlibat agar memahami secara filosofis, teknis serta memandu
pendamping dan pelaku lainnya untuk memfasilitasi proses pelaksanaan kegiatan PID.
Jika diperlukan penambahan dan pengayaan terkait topik-topik pembahasan dapat
diskusikan bersama agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan Modul Pelatihan PID TA 2018 ini. Semoga Alloh
SWT senantiasa memberkati dan membimbing kita semua. Amien.

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA

Taufik Madjid

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xi


PROGRAM INOVASI DESA

xii| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Daftar Isi

Daftar Istilah vii


Kata Sambutan Direktorat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa xi
Daftar Isi xiii

Pokok Bahasan 1 : Bina Suasana


1.1. Perkenalan 3
1.2. Alur, Proses dan Kontrak Belajar 5

Pokok Bahasan 2: Kebijakan Pembangunan Desa


2.1. Arah kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa 11
2.2. Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa (PID) 15
2.3. Kebijakan Penanganan Stunting 19
2.4. Keterbukaan Informasi Publik dalam Pembangunan Desa 23

Pokok Bahasan 3: Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID)


3.1. Organisasi Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) 29
3.2. Membangun Tim Kerja 31

Pokok Bahasan 4: Fasilitasi Pelaksanaan Kegiatan PPID


4.1. Konsep Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) 37
4.2. Tahapan Fasilitasi Pengelolaan dan Inovasi Desa (TPID) 39
4.3. Menangkap Inovasi (Capturing) 43
4.4. Dokumentasi Inovasi dan Bahan Pembelajaran 47
4.5. Bursa Inovasi Desa 52

Pokok Bahasan 5: Fasilitasi Pemanfaatan Penyedia Peningkatan


Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) 63
5.1. Konsep dan Alur Mekanisme P2KTD
5.2. Identifikasi dan Verifikasi Kebutuhan P2KTD 65
5.3. Perumusan dan Prioritas kegiatan P2KTD 73
5.4. Pelaksanaan Kegiatan P2KTD 77

Pokok Bahasan 6: Pengelolaan Keuangan TPID


6.1. Mekanisme Pencairan dan Penggunaan DOK TPID 85
6.2. Pembukuan dan Bukti Transaksi 87
6.3. Pelaporan Kegiatan dan Keuangan TPID 93

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xiii


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 7: Evaluasi dan Rencana Kerja Tindak Lanjut


(RKTL)
7.1. Evaluasi Penyelenggaraan Latihan 99
7.2. Penyusunan RKTL 105

Lembar Informasi 113

xiv| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 1
BINA SUASANA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xv


PROGRAM INOVASI DESA

xvi| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


POKOK BAHASAN 1

POKOK BAHASAN
BINA SUASANA

Tujuan:
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Melakukan perkenalan antar peserta latih dan pelatih;
2. Memahami alur proses orientasi dan menyepakati tata tertib
orientasi.

Sub Pokok Bahasan (SPB)


1.1. Perkenalan;

1.2. Alur Proses Orientasi dan Kontrak Belajar.

Waktu
2 JP (90 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |1


PROGRAM INOVASI DESA

2| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 1.1

Perkenalan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. saling mengenal antar peserta;
2. mencairkan suasana latihan.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Permainan.

Media
Lembar permainan

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Perkenalan
1. Pelatih menawarkan ke peserta latih untuk memfasilitasi
perkenalan dengan permainan “Arah Angin Berhembus”;
2. Permainan ini seluruh peserta membuat lingkaran manusia,
lingkaran ini membentuk kelompok sesuai kata kunci yang
disebutkan pelatih;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 3


PROGRAM INOVASI DESA

Pelatih mengamati segala yang dipakai peserta seperti warna


sepatu, warna baju, warna rambut, kacamata dsb), setelah itu
pelatih menyebutkan kata kunci misalnya:
Angin berhembus ke kacamata, maka peserta yang pakai
kacamata kumpul jadi satu. Pelatih terus akan memberi aba aba angin
berhembus dengan peserta terbagi dalam kelompok. Setelah kelompok
terbagi (sesuai kata kunci yang disebutkan pelatih) untuk saling
berkenalan dengan menyebutkan: nama, lokasi tugas, hoby, dan
motivasi mengikuti latihan.

3. Setelah itu, pelatih menunjuk perwakilan kelompok untuk memperkenal-


kan anggota kelompoknya. Pelatih boleh menunjuk anggota lainnya
untuk mengulang memperkenalkan anggota yang lain.

Kegiatan 2: Memahami Makna Perkenalan


4. Minta beberapa orang peserta mengemukakan makna perkenalan;
5. Berikan penegasan tentang makna perkenalan dalam kaitannya untuk
membangun suasana yang kondusif bagi proses pembelajaran.

4| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 1.2

Alur, Proses dan Kontrak Belajar

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Memahami tahapan kegiatan dan proses pembelajaranan yang
direncanakan;
2. Menyepakati tata tertib selama kegiatan berlangsung.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan, Tanya jawab, Diskusi kelas.

Media
Media Tayang

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol,

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 5


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian:
Kegiatan 1: Memahami Alur Proses Orientasi
1. Jelaskan tujuan, proses dan hasil dari penjelasan tentang alur dan
proses orientasi TPID dengan menggunakan Media Tayang 1.2.1 Alur
Proses Orientasi;
2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi dan bertanya;
3. Catat dan tegaskan hal-hal penting terkait Alur Proses Orientasi TPID.

Kegiatan 2: Menyepakati Tata Tertib Orientasi.


4. Jelaskan tujuan, proses dan hasil dari penjelasan Tata Tertib kegiatan
Orientasi TPID dengan mengkaitan kegiatan sebelumnya;
5. Selanjutnya Pelatih meminta peserta untuk membentuk Pengurus
kelas;

Pelatih menjelaskan kepada peserta tentang struktur


organisasi kelas beserta tugas masing-masing. Struktur
organisasi kelas yang terdiri dari: Ketua, Sekretaris, dan
Time Keeper/Penegak Disiplin. Struktur ini dibentuk
agar proses pembelajaran berjalan tertib.

6. Dilanjutkan ketua kelas memfasilitasi pembahasan tata tertib/aturan


main kelas yang disepakati oleh peserta;

Kegiatan 3: Menutup Sesi Pembelajaran


7. Akhiri sesi ini dengan menegaskan fungsi tata tertib yang telah
disepakati bagi kelancaran proses orientasi.

6| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 2
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 7


PROGRAM INOVASI DESA

8| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 1

POKOK BAHASAN KEBIJAKAN


PEMBANGUNAN DESA

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami pokok-pokok kebijakan pembangunan dan
pemberdaya-an masyarakat Desa;
2. Memahami pokok-pokok kebijakan Program Inovasi Desa (PID);
3. Memahami peran Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam
pelaksanaan kebijakan penanganan stunting;
4. Memahami isu-isu pokok keterbukaan informasi publik dalam
pembangunan Desa.

Sub Pokok Bahasan


• SPB. 2.1. Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Desa.
• SPB. 2.2. Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa.
• SPB. 2.3. Peran TPID dalam Penanganan Stunting.
• SPB. 2.4. Keterbukaan Informasi Publik dalam Pembangunan Desa.

Waktu
4 JP (180 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 9


PROGRAM INOVASI DESA

10| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 1.1

Arah Kebijakan
Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mampu Menjelaskan Arah Kebijakan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa;
2. Menguraikan Kebijakan Padat karya Tunai dan Penggunaan 30% Dana
Desa untuk upah tenaga Kerja pada kegiatan padat Karya Tunai.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan fasilitator, membaca cepat (speed reading), tanya jawab, diskusi
kelompok dan pemaparan kelompok.

Media
• Media Tayang 1.1.1: Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat;
• Lembar Informasi 1.1.1: Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri,
Menteri keuangan, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Tentang
Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan Percepatan Pelaksanaan
Undang-undang Nomer 6 Tahun 2014 Tentang Desa;
• Lembar Informasi 1.1.2: Permendagri 113 tahun 2014 Tentang tentang
pengelolaan keuangan Desa;
• Lembara Informasi 1.1.3: Permendagri 44 Tahun 2016 Tentang
Kewenangan Desa;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 11


PROGRAM INOVASI DESA

• Lembar Informasi 1.1.4: Permendesa 19 tahun 2017 Tahun Prioritas


Penggunaan Dana Desa Tahun 2018;
• Lembar Informasi 1.1.5: Keputusan Menteri Desa PDTT nomor 126
tahun 2017 tentang penetapan desa prioritas sasaran pembangunan
desa, daerah tertinggal, dan transmigrasi;
• Lembar Informasi 1.1.6: Peraturan Menteri Keuangan 225 Tahun 2017
Tentang Perubahan Kedua atas PMK 50/PMK .07/2017 Tentang
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
• Lembar Informasi 1.1.7: Peraturan Menteri Keuangan 226 Tahun 2017
Tentang Perubahan Rincian Dana Desa menurut Kabupaten Kota;
• Lembar Informasi 1.1.8: Panduan Kegiatan Padat Karya tunai dan
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Desa untuk kegiatan Padat Karya
Tunai).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

12| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Arah Kebijakan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
sub pokok bahasan tentang Arah kebijakan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa;
2. Lakukan curah pendapat dengan meminta kepada peserta
menceritakan pengalaman selama ini terkait dengan kebijakan
Pelaksanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
selama ini.
3. Tuliskan point--point dari hasil penjelasan pengalaman peserta
sebagai kesimpulan atas sharing pengalaman (hasil refleksi);
4. Lakukan penegasan terkait hal-hal krusial dalam pelaksanaan
kebijakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat;
5. Buatlah kesimpulan dengan mengkaitkan kegiatan pembelajaran
selanjutnya;

Kegiatan 2: Pelaksanaan Kebijakan Penggunaan Dana Desa untuk


Kegiatan Padat Karya Tunai
6. Lakukan curah pendapat dengan meminta kepada peserta
menceritakan pengalaman selama ini terkait dengan kebijakan Padat
Karya Tunai;
7. Tuliskan point-point dari hasil penjelasan pengalaman peserta sebagai
kesimpulan atas sharing pengalaman (hasil refleksi);
8. Lakukan penegasan terkait hal-hal krusial dalam pelaksanaan
kebijakan Padat Karya Tunai;
9. Akhiri kegiatan ini dengan penegasan dan kesimpulan bersama dari
pembelajaran yang telah dilakukan.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta tentang Pokok-Pokok Kebijakan
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Padat
Karya Tunai dilakukan sebelum pembelajaran dimulai (jika
dimungkinkan pada sesi malam atau istirahat). Hal ini perlu
dipertimbangkan agar tidak mengganggu proses pembelajaran karena
kesibukan membaca lembar informasi yang dibagikan. Dengan demikian
peserta memiliki cukup waktu untuk mempelajari dan memberikan catatan
kritis yang akan disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 13


PROGRAM INOVASI DESA

14| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 1.2

Pokok-Pokok Kebijakan
Program Inovasi Desa (PID)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan pokok-
pokok kebijakan Program Inovasi Desa (PID)

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan, membaca cepat (speed reading), tanya jawab, diskusi
kelompok dan pemaparan kelompok.

Media
• Media Tayang 1.2.1: Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa
• Lembar Informasi 1.2.1: Kebijakan Umum Program Inovasi Desa

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 15


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa
(PID)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran tentang Dasar Pemikiran, Tujuan, dan Ruang
Lingkup Program Inovasi Desa (PID);
2. Bagilah kepada peserta bahan bacaan tentang pokok-pokok kebijakan
Program Inovasi Desa untuk dipelajari secara cepat (speed reading);
3. Lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman peserta
tentang kebijakan Program Inovasi Desa (PID) dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah yang Anda pahami tentang dasar pemikiran, tujuan, dan
hasil Program Inovasi Desa (PID)?
b. Mengapa Program Inovasi Desa (PID) penting bagi Desa?
c. Bagaimana ruang lingkup kegiatan Program Inovasi Desa (PID) di
tingkat Kecamatan?
d. Bagaimana Peran TPID dalam Program Inovasi Desa (PID)?
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan
nya. Pelatih mencatat hal-hal pokok yang berkembang dalam
pembahasan dan menuliskannya dalam kertas plano untuk di
tempelkan di dinding atau fliptchart.

Kegiatan 2: Penutup Sesi Pembelajaran


5. Lakukan pembulatan dan penegasan hal-hal pokok terkait kebijakan
Program Inovasi Desa (PID) termasuk alur mekanisme
pelaksanaannya dengan menggunakan Media Tayang 1.2.1;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta tentang Pokok-Pokok Kebijakan
Program Inovasi Desa (PID) dilakukan sebelum pembelajaran
dimulai (jika dimungkinkan pada sesi malam atau istirahat).
Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu proses
pembelajaran karena kesibukan membaca lembar informasi yang
dibagikan. Dengan demikian peserta memiliki cukup waktu untuk
mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan disampaikan pada
saat pembelajaran berlangsung.

16| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 17


PROGRAM INOVASI DESA

18| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 1.3

Kebijakan Penanganan Stunting

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pokok-pokok kebijakan dalam penanganan stanting di
Indonesia;
2. Menjelaskan peran TPID dalam fasilitasi penanganan stunting di
tingkat kecamatan.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan fasilitator, membaca cepat (speed reading), curah pendapat,
dan pleno.

Media
• Media Tayang 1.3.1: Peran Pendamping dalam Penanganan Stunting;
• Lembar Informasi 1.3.1: Pokok-Pokok Kebijakan Penanganan Stunting;
• Lembar Informasi 1.3.2: Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting;
• Lembar Informasi 1.3.3: 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk
Intervensi Anak Kerdil (Stunting)

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 19


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pokok-Pokok Kebijakan Penanganan Stunting
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Pokok-Pokok Kebijakan Penanganan Stunting;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang penanganan stunting di Desa?
b. Mengapa masyarakat Desa perlu memahami isu-isu penting
dalam penanganan stunting?
c. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh Desa dalam
penanganan stunting?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
dalam penanganan stunting di Desa dapat dituliskan di kertas plano
atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai bagian dari penegasan terkait pokok
kebijakan tentang penanganan stunting dengan media yang telah
disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta tentang Kebijakan Penanganan
Stunting yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai (jika
dimungkinkan pada sesi malam atau istirahat). Hal ini perlu
dipertimbangkan agar tidak mengganggu proses pembelajaran
karena kesibukan membaca lembar informasi yang dibagikan. Dengan
demikian peserta memiliki cukup waktu untuk mempelajari dan
memberikan catatan kritis yang akan disampaikan pada saat
pembelajaran berlangsung.

Kegiatan 2: Peran TPID dalam Mendukung Penanganan Stunting


7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang “Peran TPID dalam Mendukung Penanganan
Stunting”;

20| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

8. Berdasarkan isu-isu pokok yang dijelasakan dalam kegiatan


sebelumnya mintalah peserta untuk membahas tentang peran TPID
dalam memfasilitasi penanganan stunting sesuai dengan
kewenangannya, dengan mengajukan pertanyaan pemicu sebagai
berikut:
a. Bagaimana peran TPID di tingkat Kecamatan dalam mendukung
penanganan stunting?
b. Hal-hal apa saja yang perlu menjadi perhatian bagi TPID dalam
mendorong pemangku kepentingan di tingkat Kecamatan dalam
mendukung penanganan stunting?
c. Hambatan/kendala apa saja yang mungkin dihadapi TPID dalam
penanganan stunting?
9. Berikan kesempatan kepada peserta atau untuk memberikan
tanggapan, pendapat dan masukan;
10. Buatlah catatan terkait isu-isu kritis yang berkembang dalam
pembahasan. Hasilnya ditempelkan di kertas plano atau whiteboard;
11. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
menegaskan hal-hal pokok dan peran TPID dalam mendukung
kebijakan pemerintah dalam penanganan stunting.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 21


PROGRAM INOVASI DESA

22| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 1.4

Keterbukaan Informasi Publik dalam


Pembangunan Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan pokok-
pokok kebijakan keterbukaan informasi publik dalam pembangunan desa.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan fasilitator, membaca cepat (speed reading), curah pendapat,
dan pleno.

Media
• Media Tayang 1.3.1: Keterbukaan Informasi Publik
dalam Pembangunan Desa;
• Lembar Informasi 1.3.1: Keterbukaan Informasi Publik
dalam Pembangunan Desa.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 23


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan: Pokok-Pokok Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik
dalam Pembangunan Desa
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Pokok-Pokok Kebijakan Keterbukaan
Informasi Publik dalam Pembangunan Desa;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang keterbukaan informasi publik
dalam pembangunan Desa?
b. Mengapa keterbukaan publik perlu dibangun?
c. Bagaimana Desa dalam membangun keterbukaan informasi
publik?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
dalam keterbukaan informasi publik dalam pembangunan Desa
dapat dituliskan di kertas plano atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang pokok-pokok
kebijakan tentang keterbukaan informasi public dalam pembangunan
desa dengan media yang telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta tentang Keterbukaan informasi publik
dalam pembangunan Desa dan referesni terkait. Hal ini
dilakukan sebelum pembelajaran dimulai (jika dimungkinkan
pada sesi malam atau istirahat). Hal ini perlu dipertimbangkan
agar tidak mengganggu proses pembelajaran karena kesibukan membaca
lembar informasi yang dibagikan. Dengan demikian peserta memiliki
cukup waktu untuk mempelajari dan memberikan catatan kritis yang
akan disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung.

24| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 3
TIM PENGELOLA INOVASI DESA
(TPID)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 25


PROGRAM INOVASI DESA

26| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 3

POKOK BAHASAN TIM


PENGELOLA INOVASI DESA
(TPID)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami struktur organisasi, tugas, dan tanggungjawab Tim
Pengelola Inovasi Desa (TPID);
2. Menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dan koordinasi lintas pelaku
PID di tingkat Kecamatan.

Sub Pokok Bahasan


• SPB 3.1: Organisasi Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) di
tingkat Kecamatan;
• SPB 3.2: Membangun Tim Kerja di tingkat Kecamatan.

Waktu
2 JP (90 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 27


PROGRAM INOVASI DESA

28| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 3.1

Organisasi Tim Pengelola Inovasi Desa


(TPID) di Tingkat Kecamatan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang struktur organisasi TPID di tingkat Kecamatan;
2. Menjelaskan peran TPID dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa
(PID) di tingkat Kecamatan.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan, curah pendapat, diskusi kelompok, dan pleno.

Media
• Media Tayang 3.1.1: Organisasi Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID);
• Lembar Informasi 3.1.1: Panduan Teknis Operasional Program
Inovasi Desa (PID) terkait Tugas dan Tanggung Jawab Tim Pengelola
Inovasi Desa (TPID);

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Struktur Organisasi TPID.
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Struktur Organisasi Tim Pengelola Inovasi Desa
(TPID) dalam mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) di
tingkat Kecamatan;
2. Mintalah 2 (dua) orang peserta menggambar dan memberikan
penjelasan ringkas struktur beserta posisi dalam struktur organisasi
TPID;
3. Berikan penegasan terkait struktur dan posisi dalam organisasi TPID;

Kegiatan 2: Memahami tugas dan tanggung jawab TPID


4. Selanjutnya pelatih meminta peserta lain menjelaskan tugas dan
tanggung jawab masing-masing sesuai posisinya;
5. Tuliskan tugas dan tanggung jawab yang dijelaskan peserta pada
kertas plano;
6. Minta peserta memeriksa uraian tugas dan tanggung jawab TPID
sesuai Panduan Teknis Operasional (PTO) yang telah ditetapkan;
7. Minta salah seorang peserta memberikan pendapatnya terkait tugas
dan tanggung jawab TPID.

Kegiatan 3: Menutup Sesi Pembelajaran


8. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan;
9. Akhiri sesi ini dengan memberikan penegasan secara ringkas terkait
tugas dan tanggung jawab TPID serta perannya dalam pelaksanaan
Program Inovasi Desa (PID).

30| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 3.2

Membangun Tim Kerja


di Tingkat Kecamatan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menilai aspek-aspek penting Tim Kerja;
2. Menerapkan aspek-aspek penting dalam membangun Tim Kerja di
tingkat Kecamatan.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Permainan, curah pendapat, dan refleksi diri.

Media
• Media Tayang 3.1.1:
• Lembar Permainan 3.1.1:
• Lembar Informasi 2.1.1: Hubungan Antarpemangku
Kepentingan Program Inovasi Desa.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 31


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Menilai Aspek-Aspek Penting Tim Kerja
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Aspek-aspek penting membangun Tim Kerja
dalam mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) di tingkat
Kecamatan;
2. Pandu peserta melakukan permainan dengan mengacu pada Lembar
Petunjuk Permainan 3.2.1;
3. Selanjutnya, pandu peserta mengungkapkan cara/bagaimana mereka
(setiap kelompok) melakukan permainan serta hasilnya (berhasil atau
gagal);
4. Pandu peserta menilai/menarik makna permainan yang telah
dilakukan dalam kaitannya dengan membangun tim kerja;

Kegiatan 2: Menerapkan aspek-aspek penting Tim Kerja


5. Tegaskan kembali berdasarkan refleksi permaianan yang telah
dilakukan tentang aspek-aspek penitng dalam membangun Tim Kerja
dengan menuliskannya dalam meta plan dan di tempelkan di papan
flip charta atau di dinding;
6. Minta peserta untuk mengungkapkan cara menerapkan nilai-nilai
tersebut bagi Tim Kerja di tingkat Kecamatan;
7. Buatlah catatan untuk masing-masing aspek tersebut.

Kegiatan 3: Menutup sesi pembelajaran


8. Akhiri sesi ini dengan menegaskan aspek-aspek penting yang
menjamin keberhasilan tim kerja.

32| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 4
FASILITASI PELAKSANAAN
KEGIATAN PENGELOLAAN
PENGETAHUAN DAN
INOVASI DESA (PPID)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33


PROGRAM INOVASI DESA

34| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 4

POKOK BAHASAN
FASILITASI PELAKSANAAN
KEGIATAN PENGELOLAAN
PENGETAHUAN DAN
INOVASI DESA (PPID)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami konsep Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
(PPID);
2. Memfasilitasi Tahapan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
(PPID);
3. Menerapkan teknik penangkapan inovasi (capturing);
4. Menerapkan pendokumentasian Inovasi dan Bahan Pembelajaran;
5. Memfasilitasi replikasi kegiatan inovasi pasca BID di tingkat Desa.

Sub Pokok Bahasan


• SPB 4.1: Konsep Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
• SPB 4.2: Tahapan Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
• SPB 4.3: Menangkap Inovasi (Capturing)
• SPB 4:4: Dokumentasi Inovasi dan Bahan Pembelajaran
• SPB 4.5: Bursa Inovasi Desa

Waktu
10 JP (450 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35


PROGRAM INOVASI DESA

36| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 4.1

Konsep Pengelolaan Pengetahuan dan


Inovasi Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan tentang
konsep pengelolaan pengetahuan dan inovasi Desa (PPID) dalam Program
Inovasi Desa.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan, membaca cepat (speed reading), curah pendapat, dan pleno.

Media
• Media Tayang 4.1.1: Konsep Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa (PPID);
• Lembar Informasi 4.1.1: Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
dalam Program Inovasi Desa.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 37


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan: Konsep Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Konsep Pengeloaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang Pengelolaan Pengetahuan Dan
Inovasi Desa (PPID)?
b. Mengapa pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa dibutuhkan
dalam pembangunan Desa?
c. Apa kriteria inovasi dalam Program Inovasi Desa (PID)?
d. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh TPID dalam
melakukan Pengelolaan Pengetahuan Dan Inovasi Desa (PPID)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok terkait
pengelolaan pengetahuan dan inovasi Desa dalam mendukung
pembangunan Desa dapat dituliskan di kertas plano atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang pokok-pokok
kebijakan tentang Pengelolaan Pengetahuan Dan Inovasi Desa
dengan media yang telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta tentang Konsep Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dan referesni terkait. Hal
ini dilakukan sebelum pembelajaran dimulai (jika
dimungkinkan pada sesi malam atau istirahat). Hal ini perlu
dipertimbangkan agar tidak mengganggu proses pembelajaran karena
kesibukan membaca lembar informasi yang dibagikan. Dengan demikian
peserta memiliki cukup waktu untuk mempelajari dan memberikan catatan
kritis yang akan disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung.

38| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 4.2

Fasilitasi Tahapan Pengelolaan Pengetahuan


dan Inovasi Desa di Tingkat Kecamatan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan mekanisme Pengelolaan Pengetahuan Dan Inovasi
Desa (PPID);
2. Memfasilitasi tahapan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
(PPID) dalam Program Inovasi Desa.

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Pemaparan, curah pendapat, diskusi kelompok, dan pleno.

Media
• Media Tayang 4.2.1: Fasilitasi Tahapan Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa (PPID) di Tingkat Kecamatan;
• Lembar Kerja 4.2.1: Matrik Diskusi Fasilitasi Tahapan PPID di Tingkat
Kecamatan Program Inovasi Desa (PID);
• Lembar Informasi 4.2.1: Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa (PPID) dalam Program Inovasi Desa.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 39


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan1: Mekanisme Pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa di Tingkat Kecamatan
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang mekanisme pelaksanaan Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) di tingkat Kecamatan dengan
mengkaitkan kegiatan belajar sebelumnya;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang mekanisme pelaksanaan PPID di
tingkat Kecamatan?
b. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan PPID di tingkat
Kecamatan?, dan bagaimana peran masing-masing pelaku
tersebut?
c. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh TPID dalam
mendorong pelibatan pelaku di tingkat Kecamatan?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait mekanisme PPID di tingkat Kecamatan dengan menuliskannya
di kertas plano atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang mekanisme
pelaksanaan PPID di tingkat Kecamatan dengan menggunakan media
yang telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kegiatan 2: Fasilitasi Tahapan PPID di Tingkat Kecamatan


7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Fasilitasi Tahapan Pengelolaan Inovasi dan
Pengetahuan dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa;
8. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok (sesuai kecamatan) untuk
menyusun rencana kegiatan fasilitasi PPID di tingkat Kecamatan,
sebagai panduan gunakan Lembar Kerja 4.2.1;
9. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam
kelompok. Hasilnya ditulis dalam kertas plano dan di tempelkan di
dinding agar dapat diamati oleh peserta lain;
10. Mintalah 1 atau 2 kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno.

40| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

11. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan


pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
12. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi pelatih;
13. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan
tentang fasilitasi tahapan PPID di tingkat Kecamatan dalam
pelaksanaan Program Inovasi Desa yang telah dilakukan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 41


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 4.2.1

Matrik Diskusi Fasilitasi Tahapan PPID di Tingkat Kecamatan


Program Inovasi Desa

No Tahapan Uraian Pelaku Kendala Solusi


Kegiatan

Catatan:
(1) Buatlah beberapa kolom yang berisi uraian tentang Tahapan Kegiatan
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) di tingkat Kecamatan. Dalam
menuliskan setiap tahapan kegiatan PPID Kelompok dapat menggunakan rujukan
Panduan Teknis Operasional PID terkait mekanisme PPID di tingkat Kecamatan;
(2) Lakukan penelaahan terkait proses fasilitasi yang dilakukan oleh TPID untuk
masing-masing tahapan tersebut secara rinci;
(3) Tuliskan siapa saja pelaku yang terlibat dalam setiap tahapan tersebut;
(4) Lakukan penelaahan terkait kemungkinan kendala atau hambatan yang dihadapi
TPID dalam setiap tahapan tersebut;
(5) Rumuskan beberapa alternate solusi untukmengatasi hambatan dan kendala
tersebut;
(6) Hasil diskusi kelompok dicatat dan dibahas dalam pleno untuk mengklarifikasi,
mengelompokkan dan menyepakati hasilnya.

42| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 4.3

Menangkap Inovasi (Capturing)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang
lingkup kegiatan menangkap inovasi (Capturing) dalam Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);
2. Praktek menangkap inovasi (Capturing) dalam Program Inovasi Desa
(PID).

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Curah pendapat, praktek menangkap Inovasi (Cupturing), kerja kelompok,
pemaparan dan pleno.

Media
• Media Tayang 4.3.1: Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa (PPID) di Tingkat Kecamatan;
• Lembar Informasi 4.3.1: Menangkap Inovasi (Capturing) dalam
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 43


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan1: Memahami Konsep Menangkap Inovasi (Capturing) dalam
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Konsep dan Ruang lingkup Kegiatan
Menangkap Inovasi (Capturing) dalam Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa (PPID) di tingkat Kecamatan dengan mengkaitkan
kegiatan belajar sebelumnya;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang konsep menangkap (cupturing)?
b. Mengapa kegiatan menangkap inovasi (capturing) penting
dilakukan?
c. Bagaimana peran TPID dalam memfasilitasi kegiatan menangkap
inovasi (capturing)?
d. Keahlian apa saja yang dibutuhkan TPID dalam menangkap
inovasi (capturing)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait proses menangkap inovasi (capturing) dengan menuliskannya
di kertas plano atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang proses menangkap
inovasi (capturing) dalam pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa (PPID) di tingkat Kecamatan dengan menggunakan
media yang telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Melalui materi tayang, pelatih menyampaikan keahlian dasar


yang perlu dimiliki oleh TPID dan TIK dalam proses capturing:
(a) komunikasi dan hubungan baik dengan narasumber, (b) pola
pikir investigatif yang bertujuan jelas, (c) mampu bercerita dan
merekam informasi dengan cara yang menarik, (d) memiliki
pengetahuan dasar tentang substansi yang di-capture, (e) memiliki
empati terhadap subyek yang di-capture, dan (f) mampu mengoperasikan
perangkat teknologi sederhana seperti telepon seluler.

44| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Kegiatan 2: Praktek Menangkap Inovasi (Capturing) dalam Pengelola-


an Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Fasilitasi Kegiatan Menangkap Inovasi
(Capturing) dalam Pengelolaan Inovasi dan Pengetahuan (PPID);
8. Jelaskan bahwa ada banyak pilihan metode untuk melakukan
capturing yang perlu ditentukan sejak awal di tahap persiapan;
9. Ajak peserta untuk mempelajari Booklet Lembar Kerja Pelatihan PPID
tentang Wawancara, Bahan Bacaan Kiat-Kiat Metode Capturing
Inovasi Desa, dan Bahan Bacaan – Cara Membuat Video;
10. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya terkait metode
wawancara dan membuat video kepada narasumber.
11. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok (sesuai kecamatan) untuk
melakukan praktek menangkap inovasi (capturing) berdasarkan hasil
identifikasi dan verifikasi inovasi Desa yang telah dilakukan;
12. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam
kelompok. Hasilnya ditulis dalam kertas plano dan di tempelkan di
dinding agar dapat diamati oleh peserta lain;
13. Mintalah beberapa kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam
pleno.
14. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan
pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
15. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi pelatih;
16. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 45


PROGRAM INOVASI DESA

46| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 4.4

Dokumentasi Inovasi dan Bahan


Pembelajaran

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang
lingkup kegiatan dokumentasi inovasi dan bahan pembelajaran dalam
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);
2. Praktek dokumentasi dan bahan pembelajaran dalam Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Curah pendapat, praktek pendokumentasian inovasi Desa, kerja
kelompok, pemaparan dan pleno.

Media
• Media Tayang 4.4.1: Dokumentasi Inovasi dan Bahan Pembelajaran
dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) di Tingkat
Kecamatan;
• Lembar Kerja 4.4.1: Format Struktur Dokumen Inovasi dan Bahan
Pembelajaran
• Lembar Informasi 4.4.1: Dokumentasi Inovasi dan Bahan Pembelajaran
dalam Pengelolaan Pengetahuan dalam Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa (PPID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan1: Memahami Konsep dan Ruang Lingkup Dokumentasi
Inovasi dan Bahan Pembelajaran dalam Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa (PPID)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Konsep dan Ruang lingkup Kegiatan
Dokumentasi Inovasi dan Bahan Pembelajaran dalam Program
Inovasi Desa (PID) di tingkat Kecamatan dengan mengkaitkan
kegiatan belajar sebelumnya;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang kegiatan pendokumentasian
inovasi dan bahan pembalajaran?
b. Mengapa kegiatan pendokumentasian inovasi dan bahan
pembalajaran penting dilakukan?
c. Bagaimana peran TPID dalam kegiatan pendokumentasian
inovasi dan bahan pembalajaran?
d. Keahlian apa saja yang dibutuhkan TPID dalam kegiatan
pendokumentasian inovasi dan bahan pembalajaran?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait kegiatan pendokumentasian inovasi dan bahan pembalajaran
di tingkat Kecamatan dengan menuliskannya di kertas plano atau
whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang pendokumentasian
inovasi dan bahan pembalajaran dalam pelaksanaan Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) di tingkat Kecamatan dengan
menggunakan media yang telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kegiatan 2: Praktek Pendokumentasian Inovasi dan Bahan Pembelajar-an


dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
praktek Pendokumentasian Inovasi dan Bahan Pembelajaran dalam
Pengelolaan Inovasi dan Pengetahuan (PPID);

48| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

8. Ajaklah peserta untuk menggunakan lembaran template dokumen


pembelajaran yang terdapat dalam Booklet Lembar Kerja Pelatihan
PPID yang telah dibagikan dan dalam USB;
9. Jelaskan satu per satu bagian template, mulai dari judul hingga
kontak informasi;
10. Melalui media tayang, jelaskan alur dari setiap bagian dan bagaimana
setiap bagian saling mendukung bagian lainnya;
11. Peserta memulai latihan dengan menentukan judul dokumen
pembelajaran;
12. Beri waktu kepada peserta untuk menyepakati judul dari dokumen
pembelajarannya yang akan didiskusikan dalam kelompok, yakni
judul yang menggambarkan inovasi desa secara jelas dan menarik;
13. Bagilah peserta ke dalam kelompok kecil. Tiap kelompok diberi waktu
untuk mengisi format yang sudah disediakan pada lembar kerja
berdasarkan hasil kegiatan sebelumnya.
14. Pelatih memfasilitasi dengan berkeliling ke tiap kelompok untuk
memastikan praktik berjalan sesuai kaidah;
15. Pilihlah satu kelompok dengan hasil pengisian format yang sudah
benar dan satu kelompok dengan hasil pengisian format yang perlu
perbaikan. Mintalah beberapa kelompok untuk memaparkan hasil
kerjanya dalam pleno;
16. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan
pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
17. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi pelatih;
18. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar kerja 4.4.1

Format Struktur Dokumen Inovasi dan Bahan Pembelajaran

Judul :

Ringkasan Umum

Tantangan dan latar belakang masalah

Solusi/inovasi yang dijalankan

Proses/langkah demi langkah penyelesaian masalah/tantangan

Hasil capaian

Pembelajaran

Pendanaan

Rekomendasi

Ilustrasi/Photo

Kontak informasi

50| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 4.5

Bursa Inovasi Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang konsep Bursa Inovasi Desa (BID)
2. Menjelaskan alur, tahapan dan mekanisme pelaksanaan Bursa Inovasi
Desa (BID);
3. Peran TPID dalam Bursa Inovasi Desa (BID)

Waktu
3 JP ( 135 menit)

Metode
Curah pendapat, studi kasus, diskusi kelompok, pemaparan dan pleno.

Media
• Media Tayang 4.5.1: Bursa Inovasi Desa (BID)
• Lembar Kerja 4.5.1: Matrik Identifkasi Tahapan Fasilitasi Kegiatan Bursa
Inovasi Desa;
• Lembar Kerja 4.5.2: Daftar Periksa (Check List) Persiapan Bursa Inovasi
Desa;
• Lembar Informasi 4.5.1: Panduan Bursa Inovasi Desa (BID) dalam
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 51


PROGRAM INOVASI DESA

Kegiatan 1: Konsep Bursa Inovasi Desa (BID)


1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang “Konsep Bursa inovasi Desa (BID) di
Kabupaten/kota.
2. Awali sesi ini dengan melakukan curah pendapat dengan
mengajukan beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang Bursa Inovasi Desa (BID)
b. Mengapa TPID perlu memahami kegiatan Bursa Inovasi Desa
(BID)?
c. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh TPID dalam
penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID) di tingkat
Kabupaten/Kota?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait Bursa Inovasi Desa (BID) di tingkat Kabupaten/kota dengan
menuliskannya di kertas plano atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai bagian dari penegasan terkait Bursa
Inovasi Desa (BID) di tingkat Kabupaten/kota dengan media yang
telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kegiatan 2: Peran TPID dalam Memfasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID)


di Tingkat Kabupaten
7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang “Peran TPID dalam Memfasilitasi Bursa Inovasi
Desa (BID) di Tingkat Kabupaten/Kota ”;
8. Berdasarkan isu-isu pokok yang dijelaskan dalam kegiatan
sebelumnya mintalah peserta untuk membahas tentang Peran TPID
dalam Memfasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID) di Tingkat
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya, dengan mengajukan
pertanyaan pemicu sebagai berikut:
a. Bagaimana peran TPID di tingkat Kecamatan dalam memfasilitasi
Bursa Inovasi Desa (BID) di Tingkat Kabupaten/Kota?
b. Hal-hal apa saja yang perlu menjadi perhatian bagi TPID dalam
mendorong pemangku kepentingan untuk mendukung

52| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID) di Tingkat


Kabupaten/Kota?
c. Hambatan/kendala apa saja yang mungkin dihadapi TPID dalam
memfasilitasi kegiatan Bursa Inovasi Desa (BID) di tingkat
Kabupaten/kota?
9. Berikan kesempatan kepada peserta atau untuk memberikan
tanggapan, pendapat dan masukan;
10. Buatlah catatan terkait isu-isu kritis yang berkembang dalam
pembahasan. Hasilnya ditempelkan di kertas plano atau whiteboard;
11. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
menegaskan hal-hal pokok dan peran TPID dalam menyelenggarakan
Bursa Inovasi Desa (BID) di tingkat Kabupaten/Kota.

Kegiatan 3: Tahapan Fasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID) dan Pasca


Bursa di Tingkat Kabupaten/Kota
12. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang “Tahapan Fasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID)
dan Pasca Bursa Inovasi di Tingkat Kabupaten/Kota;
13. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk mengidentifikasi
peran TPID dalam tahapan kegiatan BID dan Pasca BID di tingkat
Kabupaten/Kota. Hasil diskusi dicatat dalam lembar kerja kelompok
4.5.1;
14. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
mendiskusikannya.
15. Mintalah wakil dari masing-masing kelompok untuk melakukan
presentasi hasil diskusinya. Kemudian, berikan kesempatan kepada
peserta atau kelompok lainnya untuk menanggapi dan mengkritisi
hasil paparan kelompok.
16. Buatlah catatan penting terkait isu-isu yang perlu mendapat perhatian.
17. Lakukan penegasan kembali terhadap isu-isu penting dan kesimpulan.
18. Buatah penegasan dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

a. Pelaksanaan BID merupakan kegiatan pertukaran pengetahuan


dan inovasi antara desa yang memenuhi kebutuhan desa untuk
belajar dan bertukar informatentang pengalaman pembangunan
Desa serta saling menerapkan inovasi.
b. Pentingnya TIK mendorong terjadinya koordinasi antara TPID dan
PD/PLD dalam mempersiapkan desa sebelum menghadiri BID

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 53


PROGRAM INOVASI DESA

(identifikasi masalah desa, inovasi yang sudah dimiliki desa, dan


kebutuhan akan masukan untuk perencanaan desa).
c. Pentingnya peserta mengisi Kartu Komitmen Replikasi dan Kartu
Inovasi Desaku sesuai hasil pra identifikasi yang telah PD/PLD
lakukan, dan menyerahkannya kepada penyelenggara BID untuk
ditindaklanjuti realisasinya.
d. Pastikan waktu pelaksanaannya dilakukan sebelum Musrenbang
Desa.
e. BID merupakan media yang strategis untuk mendapatkan
dukungan TIK dan Bupati dalam pembinaan kabupaten pada desa
untuk peningkatan kualitas RPJMDES melalui musrenbang desa.
f. Pastikan panitia BID yang diberi tugas di meja konsultasi
memahami tugasnya sebagai pemberi informasi dan pastikan
terjadi interaksi aktif pada proses bertukar pengalaman inovatif
antara tiap meja konsultas dengan perwakilan desa.

54| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 4.5.1

Matrik Identifkasi Tahapan Fasilitasi Kegiatan Bursa dan Pasca Bursa Inovasi Desa

No. Tahapan Peran TPID

1. Perencanaan a. Kepanitiaan
BID b. Pendanaan
c. Kesiapan Perwakilan Desa

2. Pelaksanaan a. Mencatat dan merekap Kartu Ide dan katu Komitmen


BID sesuai wilayah masing2.

3. Tindak a. Memastikan Komitmen desa atas replikasi inovasi.


lanjut Paska b. Fasilitasi Pertemuan di kecamatan untuk follow (i)
BID Komitmen Desa dan (ii) P2KTD
c. Follow up Capture Kartu Ide.
d. Perjanjian dengan P2KTD

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 55


PROGRAM INOVASI DESA

56| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 5
FASILITASI PENYEDIA
PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS
DESA (P2KTD)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 57


PROGRAM INOVASI DESA

58| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 5

POKOK BAHASAN
FASILITASI PENYEDIA PENINGKATAN
KAPASITAS TEKNIS DESA (P2KTD)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami konsep dan alur mekanisme PENYEDIA PENINGKATAN
KAPASITAS TEKNIS DESA (P2KTD);
2. Menerapkan proses kegiatan identifikasi dan proses verifikasi
kebutuhan jasa layanan teknis di Desa;
3. Menerapkan proses perumusan dan prioritas kebutuhan P2KTD di
Desa;
4. Memahami peran TPID dalam memfasilitasi pemanfaatan,
pelaksanaan, pertanggungjawaban kegiatan jasa layanan teknis di
Desa.

Sub Pokok Bahasan


• SPB 5.1: Konsep dan Alur Mekanisme Kegiatan P2KTD;
• SPB 5.2: Identifikasi dan Verifikasi Kebutuhan Jasa Layanan Teknis di
desa;
• SPB 5.3: Perumusan dan Prioritas Kegiatan P2KTD;
• SPB 5.4: Pelaksanaan Kegiatan P2KTD

Waktu
10 JP (270 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 59


PROGRAM INOVASI DESA

60| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 5.1

Konsep dan Alur Mekanisme


PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS
TEKNIS DESA (P2KTD)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan
konsep dan alur PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS
DESA (P2KTD) dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa;

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Curah pendapat, pemaparan dan pleno.

Media
• Media Tayang 5.1.1; Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Desa dalam Program Inovasi Desa;
• Lembar Informasi 5.1.1: PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS
TEKNIS DESA (P2KTD) dalam Program Inovasi Desa.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 61


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Konsep PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS
TEKNIS DESA (P2KTD)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
subpokok bahasan tentang Konsep dan Alur Mekanisme P2KTD
dalam pelaksanaan kegiatan inovasi Desa;
2. Lakukan curah pendapat tentang konsep P2KTD dengan mengajukan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang P2KTD?
b. Mengapa P2KTD di perlukan dalam mendukung inovasi Desa?
c. Bagaimana alur dan mekanisme P2KTD?
d. Apa saja peran TPID dalam memfasilitasi P2KTD di tingkat
kecamatan. P2KTD?;
e. Hambatan apa saja yang mungkin dihadapi TPID dalam
memfasilitasi P2KTD di tingkat kecamatan?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu, kertas plano atau whiteboard;

Kegiatan 2: Menutup sesi pembelajaran


5. Berikan penegasan terhadap hal-hal penting terkait potensi dan
masalah yang mungkin muncul, dan akhiri sesi ini.
6. Tutuplah sesi ini dengan kesimpulan

62| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 5.2

Identifikasi dan Verifikasi


Kebutuhan Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa di Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memfasilitasi
kegiatan identifikasi dan verifikasi kebutuhan jasa layanan teknis di Desa;

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, Tanya Jawab, Curah Pendapat, Diskusi Development Video/
Film, Kerja Kelompok, dan Pleno.

Media
• Media Tayang 5.2.1: “Tahapan dan Proses Identifikasi serta Verifikasi
P2KTD”;
• Lembar kerja 5.2.1. Daftar Usulan kegiatan Desa yang
membutuhkan P2KTD;
• Lembar kerja 5.2.2. Formulir Rekapitulasi Hasil Identifikasi
Kebutuhan P2KTD di Desa;
• Lembar kerja 5.2.3. Formulir Verifikasi Usulan Kegiatan Desa
yang membutuhkan P2KTD;
• Lembar kerja 5.2.4. Rekomendasi Kebutuhan P2KTD;
• Lembar Informasi 5.2.3: “Proses Identifikasi serta Verifikasi P2KTD””.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 63


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Proses Identifikasi dan Verifikasi kebutuhan
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)
1. Pelatih menjelaskan tujuan, tahapan dan langkah, dan hasil yang
diharapkan dari pembahasan tentang Identifikasi dan Verifikasi
kebutuhan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)
di desa;
2. Awali dengan curah pendapat tentang makna dan hakikat dari
proses Identifikasi dan Verifikasi dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kunci sebagai berikut:
a. Apa yang anda pahami tentang proses identifkasi dan verifikasi
kebutuhan P2KTD.
b. Mengapa kriteria dan persyaratan sangat penting bagi
kebutuhan identifikasi dan P2KTD?
c. Apakah hal-hal yang diperlukan dalam memenuhi kualifikasi
bagi kebutuhan P2KTD?
3. Gunakan kertas plano untuk mencatat hal-hal pokok yang
dikemukakan peserta;
4. Lakukan penegasan tentang isu-isu krusial terkait proses
Identifikasi dan Verifikasi bagi kebutuhan P2KTD;
5. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan

Kegiatan 2: Mengidentifikasi Kebutuhan P2KTD


6. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Mengidentifikasi dan Memverifikasi
Karakteristik P2KTD” dengan mengkaitkan pembelajaran
sebelumnya;
7. Mintalah peserta membagi dalam 2-3 kelompok (sesuai dengan
kecamatan) untuk menelaah dokumen RKP/APB Desa sebagai
input kegiatan identifikasi kebutuhan P2KTD yang akan diusulkan
kepada TPID. Gunakan lembar kerja kelompok 5.2.1;
8. Selanjutnya berdasarkan hasil telaah yang dimasukkan dalam
lembar kerja kelompok 5.2.1., peserta diminta untuk membuat
rekapitulasi dengan menggunakan formulir hasil identifkasi
kebutuhan P2KTD dengan menggunakan lembar kerja 5.2.2;

64| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

9. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikan dan


mencatat hal-hal pokok dalam mengidentifkasi kebutuhan jasa
layanan teknis di desa.

Pelatih memberikan penegasan bahwa penilaian usulan desa


oleh TPID dilakukan dengan melihat: 1) ketersediaan tenaga
ahli setempat termasuk pendamping, 2) kegiatan sudah
teralokasi dalam APBDesa, 3) ketersediaan kader lokal sesuai
bidang kegiatan. Ketiga hal tersebut menjadi dasar bagi
penilaian awal yang dilakukan oleh TPID untuk menentukan
kebutuhan jasa layanan teknis. Minima 2 dari 3 poin penilaian tersebut
harus terpenuhi oleh Desa. Khusus untuk poin 3. jika kader belum
tersedia di desa, masih dapat dipertimbangkan jika Desa tersebut
memiliki komitmen untuk menyediakan kader. PD dan PLD dapat
membantu memfasilitasi penyediaan kader, jika belum tersedia melalui
musyawarad desa.

Kegiatan 3: Memverifikasi Kebutuhan P2KTD


1. Berdasarkan hasil diskusi identifkasi kebutuhan layanan P2KTD,
mintalah kelompok untuk melakukan verifikasi terhadap daftar
usulan kegiatan desa. Lakukan verifikasi terhadap usulan kegiatan
tersebut dengan mengisi formulir verifikasi kebutuhan layanan
P2KTD. Gunakan lembar kerja 5.2.3;
2. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk menelaah setiap
usulan kegiatan desa. Kemudian buatkan rekomendasi kebutuhan
layanan P2KTD dengan menggunakan lembar kerja 5.2.4;
3. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikan dan
mencatat hal-hal pokok terkait kegiatan verifikasi kebutuhan
kebutuhan jasa layanan teknis di desa.
4. Mintalah masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompok dalam pleno.
5. Berikan kesempatan kelompok lain untuk memberikan tanggapan
dan saran.
6. Tutuplah sesi ini dengan membuat penegasan kembali dan
kesimpulan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 65


PROGRAM INOVASI DESA

Pelatih memberikan penegasan bahwa proses identifikasi


kebutuhan layanan teknis dapat dilakukan dalam dua cara:
Pertama, Desa dapat mengusulkan kegiatan pembangunan yang
membutuhkan layanan P2KTD dengan cara mengusulkan
langsung daftar kegiatan tersebut kepada TPID. Kedua, TPID
melakukan identifikasi kegiatan yang membutuhkan layanan teknis ke
Desa. Hasil identifikasi dan usulan kegiatan tersebut, selanjutnya
direkapitulasi oleh TPID dalam bentuk daftar usulan kebutuhan P2KTD.
Daftar usulan tersebut selanjutnya diserahkan kepada TIK –Pokja P2KTD
untuk diverifikasi dan mendapatkan rekomendasi P2KTD yang dapat
memberikan dukungan teknis berdasarkan usulan tersebut. Berdasarkan
rekomendasi dari Pokja P2KTD-TIK, selanjutnya TPID melakukan
perumusan dan penetapan P2KTD berdasakan jenis (3 bidang layanan)
dan cakupan wilayah kerja yang akan mendapatkan layanan teknis.
Berdasarkan rekomendasi tersebut, TPID akan melakukan kontrak
kerjasama dengan P2KTD terpilih.

66| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


Daftar MembutuhkanPJL K
K e
Usulan Kegiatan Yang T e t
B t e
i e r
J
a e r s
y n s
i
e
a s e d
l
Desa d a d i
:Keca
a y i
mata a
n
a
:Kabu l n a a
paten a
: TA ………… a n a n
Peneri
mama
m SDM lokal n
nfaatte
knisya
No Usulan Kegiatan Lokasi Tujuan Kegiatan ng
yang




dibu memiliki

tuhk …
APBdes an Calon Kader keahlian
.
PROGRAM INOVASI DESA

,















KepalaDesa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 67


Lembar Kerja 5.2.1
(
68| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa

Rekapi
tulasi
Kecamatan
Usulan
Kabupaten dan
Penilai
an
No Nama Desa
Kegiat
an
Desa
1
Yang
2 Memb
3 utuhka
4
n PJLT
5

10

Usulan Kegiatan Tu





.
,
















T
i
m

P
e
n
g
e
l
o
l
a

I
n
o
v
a
s
i

D
e
s
a

_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
PROGRAM INOVASI DESA
Lembar kerja 5.2.2
)
Tabel Rekomendasi Kebutuhan PJLT
TPID Kecamatan : DEPOK
Hasil PJLT
No Kegiatan Lokasi Jenis layanan Jumlah Dana Verifikasi yangdirekomendasikan
PROGRAM INOVASI DESA

1
2
3
4
5
6
7

Tim Inovasi Kabupaten ………


Kelompok Kerja PJLT

Ketua Sekretaris

( ) ( )

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 69


Lembar Kerja Kelompok 5.2.3
PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja Kelompok 5.2.4

Hasil Perumusan dan Prioritas Pemanfaatan PJLT

Kecamatan :
Kabupaten :
Kriteria Prioritas Usulan
Layanan
Selaras Sosial Dasar
No Kegiatan Lokasi Komitmen Manfaat Partisipasi Nilai Ranking
kebijakan (pendidikan
replikasi Masyarakat Masyarakat
Pemerintah dan
kesehatan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1
2
3
4
5

Hasil Perangkingan Prioritas Kegiatan PJLT:

Keterangan :
1 Jelas
2 Jelas
3 Jelas
4 Komitmen replikasi, jika usulan kegiatan merupakan hasil tindak lanjut BID (jika ada maka skor=4, jika tidak ada maka skor-1)
5 Kebijakan selaras pemerintah, jika usulan kegiatan selaras dengan 4 prioritas Kementerian Desa PDT (Prukades, Bumdes, Embung
Desa dan Sarana Olah raga Desa)
6 Manfaat masyarakat, jumlah penerima manfaat dari kegiatan tersebut (diambil dari APB Desa)
7 Komitmen pembiayaan keberlanjutan kader.
8 Mendukung kewenangan desa dalam layanan pendidikan dan kesehatan (PAUD, Posyandu dan stunting).

Penilaian :
Sangat tinggi 4

Tinggi 3

Rendah 2
Sangat rendah 1

70| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 5.3

Perumusan dan Prioritas


Kegiatan P2KTD

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan maksud, tujuan dan tata cara perumusan dan prioritas
kegiatan P2KTD ditingkat Kecamatan;
2. Mensimulasikan tahapan kegiatan perumusan dan penetapan
prioritas kegiatan P2KTD di tingkat Kecamatan.

Waktu
2 JP (90 Menit)

Metode
Pemaparan, tanya jawab, studi kasus, dan simulasi.

Media
Media tayang, lembar kerja, lembar informasi dan lembar kasus.

Alat Bantu
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan proyektor

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Ruang Lingkup Kegiatan Perumusan dan
Prioritas Kegiatan P2KTD di Tingkat Kecamatan
1. Fasilitator menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran tentang “Ruang Lingkup Perumusan dan
Prioritas Kegiatan P2KTD” sebagai acuan TPID dalam memfasilitasi
perumusan dan prioritas kegiatan P2KTD di tingkat Kecamatan;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 71


PROGRAM INOVASI DESA

2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan pertanyaan sebagai


berikut:
• Apakah yang menjadi lingkup kegiatan perumusan dan
prioritas kegiatan P2KTD di tingkat Kecamatan?
• Berdasarkan pengalaman Anda, sejauhmana peran TPID dalam
merumuskan dan menetapkan prioritas kegiatan P2KTD di
tingkat Kecamatan untuk memfasilitasi kebutuhan
pembangunan Desa?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat
dan gagasannya;
4. Buatlah catatan penting dari hasil curah pendapat yang telah
dilakukan;
5. Lakukan pembulatan dengan menyajikan Media Tayang 5.3.1 yang
telah disediakan.

Kegiatan 2: Perumusan dan Prioritas Kegiatan P2KTD di Tingkat


Kecamatan
6. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran tentang “Perumusan dan Prioritas Kegiatan
P2KTD” sebagai acuan TPID dalam merumuskan dan menetapkan
prioritas P2KTD sesuai kebutuhan Desa;
7. Mulailah dengan curah pendapat dengan mengajukan pertanyaan
kepada peserta sebagai berikut:
• Apakah hal-hal yang harus diperhatikan oleh TPID dalam
melakukan perumusan dan penetapan prioritas kegiatan P2KTD
di tingkat Kecamatan agar sesuai dengan kebutuhan
pembangunan Desa?
• Indikator apa saja yang digunakan untuk merumuskan dan
menetapkan kegiatan P2KTD? dan
• Bagaimana proses atau tahapan perumusan dan prioritas
kegiatan P2KTD?

8. Berikan waktu kepada peserta untuk mengungkapkan pendapatnya.


9. Catatlah hal-hal yang penting dari hasil curah pendapat;
10. Selanjutnya mintalah peserta untuk membentuk 3 (tiga) kelompok
yang masing-masing kelompok akan membahas tema bahasan
berdasarkan bidang layanan teknis P2KTD sebagai berikut:
• Kelompok 1: Kewirausahaan
• Kelompok 2: Pengembangan SDM

72| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

• Kelompok 3: Infrastruktur Desa


11. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
membahas isu-isu tersebut dan mencatat hasil diskusinya dalam
Lembar Kerja Kelompok 5.3.2;
12. Mintalah masing-masing kelompok untuk memaparkan hasilnya
dalam pleno;
13. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapinya;
14. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan.

Kegiatan 2: Menutup sesi Pembelajaran


15. Buatlah penegasan dan kesimpulan atas hasil kerja kelompok, dan
akhiri sesi ini.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 73


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja Kelompok 5.3.2

MATRIK PERUMUSAN DAN PRIORITAS KEGIATAN P2KTD


DI TINGKAT KECAMATAN

Kelompok : 1/2/3*)
Bidang : ……………………………………

No Kegiatan Lokasi Kriteria Prioritas Usulan Ran-


Komit Selaras Dampak Parti- Layanan king
men kebijakan masya- sipasi Sosial
Repli- Peme- rakat Masya- Dasar
kasi rintah rakat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Hasil Perangkingan Prioritas Kegiatan P2KTD:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

74| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 5.4

Pelaksanaan Kegiatan P2KTD

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan maksud, tujuan dan tata cara pemanfaatan P2KTD;
2. Memfasilitasi pemanfaatan P2KTD di Desa.

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, tanyajawab, studi kasus, kerja kelompok, dan pleno.

Media
• Media Tayang 5.4.1; Pelaksanaan P2KTD dalam Program Inovasi Desa;
• Lembar Kerja 5.4.1: Matrik Kajian Fasilitasi Desa Dalam
Pemanfaatan P2KTD;
• Lembar Informasi 5.4.1: Pelaksanaan PENYEDIA PENINGKATAN
KAPASITAS TEKNIS DESA (P2KTD) dalam Program Inovasi Desa.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 75


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Ruang Lingkup Pemanfaatan P2KTD
1. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari topik
pembelajaran tentang “Ruang Lingkup Pemanfaatan P2KTD” sebagai
acuan TPID untuk memfasilitasi pemanfaatan jasa layanan teknis di
Desa;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan pertanyaan sebagai
berikut:
• Apakah yang menjadi lingkup peran TPID dalam memfasilitasi
kegiatan pemanfaatan P2KTD di Desa?
• Berdasarkan pengalaman Anda, sejauhmana peran TPID dalam
mendorong Desa untuk memanfaatkan P2KTD dalam mendukung
pembangunan Desa?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat dan
gagasannya;
4. Buatlah catatan penting dari hasil curah pendapat yang telah dilakukan;
5. Lakukan pembulatan dengan menyajikan Media Tayang 5.4.1 yang
telah disediakan.

Kegiatan 2: Fasilitasi Desa dalam Pemanfaatan P2KTD


6. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari subpokok
bahasan tentang “Fasilitasi Desa dalam pemanfaatan P2KTD” sebagai
acuan TPID dalam fasilitasi Desa memanfaatkan P2KTD;
7. Lakukan curah pendapat dengan memberikan pertanyaan kepada
peserta sebagai berikut:
• Apakah hal-hal yang harus diperhatikan oleh TPID dalam
fasilitasi Desa memanfaatkan P2KTD?
• Bagaimana proses atau tahapan fasilitasi pemanfaatan P2KTD?
• Apakah hal-hal yang menjadi hambatan dan tantangan dalam
proses fasilitasi tersebut dan bagaimana mengatasinya?
8. Berikan waktu kepada peserta untuk mengungkapkan pendapatnya.
9. Catatlah hal-hal yang penting dari hasil curah pendapat;
10. Selanjutnya mintalah peserta untuk membentuk 3 (tiga) kelompok
yang masing-masing kelompok akan membahas isu-isu atau tema
bahasan sebagai berikut:
• Kelompok 1: Pelaksanaan Kegiatan P2KTD
• Kelompok 2: Orientasi P2KTD

76| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

• Kelompok 3: Pertanggungjawaban P2KTD


11. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
membahas isu-isu tersebut dan mencatat hasil diskusinya dalam
Lembar Kerja Kelompok 5.4.2;
12. Mintalah masing-masing kelompok untuk mempresentasikan dalam
pleno;
13. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapinya;
14. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan;

Kegiatan 2: Menutup sesi pembelajaran


15. Buatlah pembulatan dan kesimpulan atas hasil kerja kelompok, dan
akhiri sesi ini.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 77


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja Kelompok 5.4.2

Matrik Kajian Fasilitasi Desa Dalam Pemanfaatan P2KTD

No Tahapan Fasilitasi Hasil yang Peran TIK Hambatan/ Solusi


Desa dalam Diharapkan Pokja Tantangan
Pemanfaatan P2KTD
P2KTD
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pelaksanaan P2KTD (Kelompok 1)

Orientasi P2KTD (Kelompok 2)

Pertanggungajwaban Kegiatan P2KTD (Kelompok 3)

78| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 6
PENGELOLAAN KEUANGAN TPID

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 79


PROGRAM INOVASI DESA

80| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 6

POKOK BAHASAN
PENGELOLAAN KEUANGAN TPID

Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami mekanisme pencairan dan ketentuan penggunaan DOK;
2. Menerapkan Pembukuan dan Bukti Transaksi;
3. Menerapkan pelaporan kegiatan dan keuangan

Sub Pokok Bahasan


• SPB 6.1: Mekanisme Pencairan dan Penggunaan DOK;
• SPB 6.2: Pembukuan dan Bukti Transaksi;
• SPB 6.3: Pelaporan Kegiatan dan Keuangan TPID.

Waktu
5 JP (225 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 81


PROGRAM INOVASI DESA

82| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 6.1

Mekanisme Pencairan dan


Penggunaan DOK TPID

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menguraikan mekanisme dan ketentuan pencairan DOK;
2. Menjelaskan ketentuan penggunaan DOK;

Waktu
2 Jampel (90 Menit)

Metode
Penjelasan, tanya jawab, curah pendapat

Media
Media tayang, lembar informasi

Alat Bantu
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan proyektor

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 83


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami mekanisme dan ketentuan pencairan
1. Buka dengan salam dan jelaskan tujuan dan proses penyajian SPB ini;
2. Ajukan pertanyaan-pertanyaan penggerak apa yang dimaksud
dengan mekanisme pencairan;
3. Catat jawaban peserta kedalam flip chart yang telah di sediakan;
4. Paparkan dengan menayangkan Media Tayang 6.1.1 mekanisme
pencairan DOK TPID;
5. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan tanggapan terkait
penjelasan tersebut;
6. Selanjutnya paparkan dengan meayangkan Media Tayang 6.1.2. Syarat
dokumen pengajuan dana TPID 50% tahap I dan 50% tahap II;
7. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan tanggapan terkait
penjelasan tersebut;
8. Tegaskan hal-hal penting terkait mekanisme dan ketentuan
pencairan DOK TPID;

Kegiatan 2: Memahami ketentuan penggunaan DOK TPID


9. Ajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai refleksi realisasi
penggunaan DOK yang sudah terlaksana tahun lalu;
10. Catat jawaban peserta pada kertas flip chart yang telah di sediakan;
11. Minta salah seorang peserta mepaparkan dengan menayangkan
Media Tayang 6.1.3. Rincian Penggunaan DOK TPID;
12. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan tanggapan terkait
pemaparan tersebut;

Kegiatan 2: Memahami ketentuan penggunaan DOK TPID


13. Akhiri sesi ini dengan menegaskan hal-hal penting terkait ketentuan
dan realisasi penggunaan DOK TPID.

84| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 6.2

Pembukuan dan Bukti Transaksi

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengartikan jenis-jenis pembukuan;
2. Mengartikan jenis-jenis bukti transaksi
3. Melaporkan pembukuan.

Waktu
2 JP (90 Menit)

Metode
Penjelasan, tanya jawab, curah pendapat, kerja kelompok, praktik simulasi

Media
Media tayang, lembar informasi, lembar kasus, lembar kerja

Alat Bantu
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan proyektor

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 85


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami pembukuan untuk TPID dan Bukti Transaksi
1. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari pembelajaran
tentang “memahami Pembuakuan untuk TPID dan Bukti Transaksi”;
2. Buka dengan salam dan jelaskan tujuan dan proses belajar pada
sesi ini;
3. Ajukan sebuah pertanyaan: Jenis pembukuan apa saja yang
diketahui oleh peserta ?;
4. Catat jawaban peserta pada kertas flip chart yang telah di sediakan;
5. Lanjutkan dengan mengajukan pertanyaan: Apa yang anda ketahui
tentang bukti transaksi?
6. Selanjutnya lakukan pemaparan dengan menayangkan Media
Tayang 6.2.1. Format-Format Pembukuan dan Bukti Transaksi;
7. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan tanggapan terkait
penjelasan tersebut;
8. Tegaskan hal-hal penting terkait pembukuan dan bukti transaksi.

Kegiatan 2: Menerapkan pembukuan dan bukti transaksi


9. Jelaskan form pembukuan yang akan dikerjakan sesuai Lembar
Kasus 6.2.2;
10. Minta peserta membentuk kelompok (5-7 orang) per kelompok;
11. Bagikan Lembar Praktik 6.2.3. kepada setiap kelompok untuk
dikerjakan;

Kegiatan 3: Memaparkan hasil kerja kelompoK


12. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerjanya;
13. Berikan kesempatan kepada kelompok lain menanggapi dan
menyempurnakan hasil kerja yang dipresentasikan;

Kegiatan 4: Menutup sesi pembelajaran


14. Tegaskan hal-hal penting terkait pembukuan;
15. Tutup sesi ini dengan kesimpulan.

86| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Praktik 6.2.2


Realisasi Kegiatan
REALISASI KEGIATAN
DOK PID 2018

Tim Pelaksana Inovasi Desa


Kecamatan : SAMADUA
Kabupaten : ACEH SELAT AN
Propinsi : ACEH
Alokasi DOK : 178,565,000.00

No Kegiatan Volume Kegiatan Harga Satuan Total Biaya Keterangan

1 2 3 4 5 6

1 Bursa Inovasi Desa di Kecamatan ( 10% ) 17,856,500


a Transportasi perwakilan desa (maks
4 org/desa )
b Biaya-biaya event Bursa :
Sewa tempat
sewa stand
konsumsi
peralatan
percetakan
dll

c Pelaporan bursa
2 Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi di 89,282,500
Desa dan Kecamatan (50%)
2.1. Capturing ( 25% ) 44,641,250
hasil identifikasi dan kartu ide 2017
transport identifikasi dan pelaksanaan
capturing
Sewa kamera/video shooting
dll
Capturing setelah BID 2018
capturing
Sewa kamera/video shooting
dll
2.2. Pelatihan TPID (10%) 17,856,500
transport peserta
konsumsi
materi
Pelaporan pelatihan
dll
2.3. Replikasi (15%) 26,784,750
kunjungan lapangan/mendatangkan
narasumber/uji silang/tukar informasi
(rincian dana disesuaikan kebutuhan
replikasi yang dipilih )
3 Operasional dan Administrasi ( 15% ) 26,784,750
3.1. MAD ( 3% ) 5,356,950.00
MAD 1
konsumsi
pelaporan
dll
MAD 2
konsumsi
pelaporan
dll
3.2. Monitoring dan evaluasi ( 5% ) 8,928,250
transport
Pelaporan
dll
3.3. Administrasi dan Pelaporan TPID ( 7 % ) 12,499,550
Sew laptop
Sewa printer
pembelian atk
dll
4 Pembiayaan Penyedia Jasa Layanan
Teknis (PJLT) ( 25% ) 44,641,250
Sesuai kebutuhan desa yang
memerlukan PJLT
Total Keseluruhan 178,565,000

……………………….., …………………………... 2018


Di buat oleh,
Tim Pelaksana Inovasi Desa TPID
Kecamatan …………………………….
Ketua Bendahara

( ……………………………….. ) ( ………………………………………... )

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 87


88| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa

1. Buku Kas Umum


PROGRAM INOVASI DESA
BUKU KAS UMUM
Dana Operasional Kegiatan (DOK) PPID
Kecamatan : Bulan :..................................2018
Kabupaten :
Provinsi

PEMASUKAN PENGELUARAN
No. Tgl. Transaksi Uraian Transaksi No. Bukti Transaksi SALDO
Tarik dari Penerimaan Bursa Inovasi Operasional Kegiatan Setoran Pengembalian
Rek. Pajak Pajak ke Rek.
1 2 3 4 5 7 9 10 11 12 14

PROGRAM INOVASI DESA


Saldo Awal/Total Transaksi s.d. Bulan Lalu 0
15
16
17
22
25
27
28
29
30
Total Transaksi Bulan Ini 0 0 0 0 0 0

Total Transaksi Kumulatif 0 0 0 0 0 0 0

Kecamatan.......................................... 2018

Lembar praktek 6.2.3


Disetujui Oleh, Dibuat Oleh,

...................................... ......................................
Ketua TPID Bendahara TPID
PROGRAM INOVASI DESA

2. Buku Bank

PROGRAM INOVASI DESA (PID)


BUKU BANK DOK PPID
TAHUN ANGGARAN 2018

Kecamatan :...................... Bulan :


Kabupaten :..................... Bank Cabang :
Provinsi Rekening No :

PEMASUKAN PENGELUARAN
TANGGAL BUKTI
No. URAIAN TRANSAKSI TRANSFER BUNGA BANK PENARIKAN PAJAK BIAYA SALDO
TRANSAKSI TRANSAKSI
(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) ADMINISTRASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Saldo Awal/Total Transaksi
0 0 0 0 0 0
s.d bulan lalu

TOTAL TRANSAKSI BULAN INI 0 0 0 0 0


TOTAL TRANSAKSI KUMULATIF 0 0 0 0 0

Kecamatan ................................, 2017

Disetujui Oleh, Dibuat Oleh,

.................................. ..................................
Ketua TPID Bendahara TPID

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 89


PROGRAM INOVASI DESA

90| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 6.3

Pelaporan Kegiatan dan


Keuangan TPID

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelasakan
pokok-pokok kegiatan dan laporan TPID;

Waktu
1 JP (45 Menit)

Metode
Penjelasan, tanya jawab, curah pendapat.

Media
Media tayang, lembar informasi

Alat Bantu
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan proyektor

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 91


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Pokok-Pokok Laporan Kegiatan dan
Laporan Keuangan TPID
1. Buka dengan salam, jelaskan tujuan dan proses penyajian SPB ini;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan pertanyaan:
• Apakah yang dimaksud dengan pelaporan?
• Apakah materi laporan kegiatan?
• Apakah materi laporan keuangan?
3. Catat jawaban peserta kedalam flip chart yang telah di sediakan;
4. Paparkan dengan menayangkan Media Tayang 6.3.1 Outline
Laporan Kegiatan TPID dan Form-Form Laporan Keuangan TPID;
5. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan tanggapan terkait
penjelasan tersebut;
6. Buatlah catatan terhadap respon yang disampaikan peserta.

Kegiatan 2: Menutup sesi Pembelajaran


7. Berikan penegasan hal-hal penting tetang laporan kegiatan dan
laporan keuangan TPID;
8. Akhiri kegiatan dengan membuat kesimpulan.

92| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 7
EVALUASI PELATIHAN DAN RKTL

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 93


PROGRAM INOVASI DESA

94| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 7

POKOK BAHASAN
EVALUASI PELATIHAN DAN RKTL

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memberikan penilaian terhadap penyelenggaraan pelatihan TPID;
2. Menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut.

Sub Pokok Bahasan


1. Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan TPID;
2. Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL).

Waktu
2 JP (90 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 95


PROGRAM INOVASI DESA

96| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 7.1

Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Merangkum kembali pokok-pokok isi materi pelatihan TPID mulai
SPB 1 hingga SPB 6 dengan benar;
2. Menilai penyelenggaraan kegiatan pelatihan TPID di wilayah kerja
masing-masing.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Evaluasi

Media
• Media Tayang 7.1.1:
• Lembar Kerja 7.1.1: Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan TPID.
• Lembar Kerja 7.1.2: Evaluasi Materi Pelatihan TPID.

Alat Bantu
Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan
WhiteBoard.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 97


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Resume Hasil Pelatihan
1. Sebelum kegiatan dimulai, pelatih atau penyelenggara membagi-
kan lembar penilaian penyelenggaraan kegiatan dan materi
pelatihan (Lembar Kerja 7.1.1 dan 7.1.2) kepada peserta untuk diisi
dan dan diserahkan kepada panitia;
2. Setelah mengisi lembar evaluasi pelatihan, selanjutnya pelatihan
menjelaskan kepada peserta tentang tujuan, proses dan hasil dari
penyusunan resume pokok-pokok isi materi pelatihan pratugas
TPID;
3. Pelatih memberikan rangkuman dan menjelaskan tentang:
a. Rangkuman materi dan kaitan materi yang satu dengan yang
lainnya.
b. Tujuan pelatihan selama proses pelatihan.
c. Bagan proses pelatihan.
d. Penjelasan untuk memenuhi harapan yang belum terpenuhi.
e. Penjelasan hasil evaluasi individu praktek melatih.
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan materi
yang belum jelas;
5. Buatlah pembulatan dan kesimpulan akhir dari keseluruhan materi
pelatihan TPID.

Kegiatan 2: Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan


6. Mintalah kepada masing-masing peserta untuk curah pendapat
terkait proses penyelenggaraan pelatihan TPID dengan
mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut;
a. Apa yang Anda rasakan setelah Anda mengikuti pelatihan ini?
b. Kebutuhan dan kemampuan (pengetahuan, sikap dan
keterampilan) apa saja yang dianggap perlu ditingkatkan untuk
mendukung penyelenggaraan pelatihan?
c. Bagaimana upaya Anda sebagai pendamping untuk
memperbaiki dan meningkatkannya dan siapa saja
yang terlibat di dalamnya?
7. Catatlah beberapa hal pokok yang dikemukakan oleh peserta
dalam metaplan agar mendapatkan reaksi dari masing-masing
peserta;
8. Selanjutnya paparkan hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan
TPID untuk diberikan tanggapannya dari peserta;

98| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

9. Diskusikan hasil reaksi masing-masing peserta terkait hasil


evaluasi tersebut dan buatlah kesepakatan bersama terkait hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan kapasitas
pelaku di tingkat Kecamatan;
10. Lakukan penegasan dan kesimpulan akhir ats keseluruhan proses
penyelenggaraan pelatihan yang telah dilaksanakan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 99


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 8.1.1

Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan TPID dalam


Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

No Aspek Penilaian Keterangan


Kurang Baik Sangat
Baik
1 Penguasaan Materi
PB 1
PB 2
PB 3
PB 4
2 Tim Pelatih
Kemampuan Fasilitasi
Penguasaan Materi
Kerjasama Tim
3 Dinamika Peserta
Hari 1
Hari 2
Hari 3
4 Sarana dan Prasarana
5 Bahan Orientasi
5 Akomodasi
6 Pelayanan Panitia

100| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 8.1.2

Evaluasi Materi Pelatihan TPID dalam


Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

KOMPETENSI
No POKOK BAHASAN SUBPOKOK BAHASAN KET
1 2 3 4
(1) (2) (3) (4) (5)
KELAS UMUM
1. Kebijakan Arah kebijakan Pembangunan
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa
Kebijakan Program Inovasi
Desa (PID)
Kebijakan Penanganan Stunting
Keterbukaan Informasi Publik
dalam Pembangunan Desa
2. Pelaku Program Inovasi Organisasi Tim Pengelola
Desa (PID) di tingkat Inovasi Desa (TPID) di tingkat
Kecamatan Kecamatan
Membangun Tim Kerja
KELAS KHUSUS
3. Fasilitasi Pengelolaan Konsep Pengelolaan
Pengetahuan dan Pengetahuan dan Inovasi Desa
Inovasi Desa (PPID) (PPID)
Tahapan Fasilitasi Pengelolaan
dan Inovasi Desa (TPID)
Menangkap Inovasi (Capturing)
Dokumentasi Inovasi dan
Bahan Pembelajaran
Bursa Inovasi Desa (BID) di
Tingkat Kecamatan
4. Fasilitasi Penyedia Jasa Konsep P2KTD
Layanan Teknis Identifikasi dan Verifikasi
Kebutuhan Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis
Desa di Desa
Perumusan dan Prioritas
kegiatan P2KTD
Pelaksanaan Kegiatan P2KTD
KELAS UMUM
6. Pengelolaan Keuangan Mekanisme Pencairan dan
TPID Penggunaan DOK TPID
Pembukuan dan Bukti Transaksi
Pelaporan Kegiatan dan
Keuangan TPID)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 101


PROGRAM INOVASI DESA

102| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 8.2

Rencana Kerja Tindak Lanjut

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi kegiatan pokok TPID;
2. Menyusun rencana dan jadwal kerja TPID tahun 2018

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Rencana Kerja Tindak Lanjut.

Media
• Lembar Kerja 7.2.1: Matrik Diskusi Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL);
• Lembar Kerja 7.2.1: Format Laporan Pelaksanaan Pelatihan.

Alat Bantu
Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan
WhiteBoard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 103


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan: Mengidentifikasi kegiatan pokok TPID
1. Informasikan kepada peserta agenda pokok PID paska orientasi;

2. Pandu peserta mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pokok yang


akan dilakukan TPID;

3. Pandu peserta menentukan hal-hal pokok yang harus diperhatikan


dalam menyusun RKTL.
Kegiatan 2: Menyusun RKTL
4. Minta peserta membentuk kelompok (5-6 orang per kelompok);

5. Bagikan Lembar Kerja 7.2.1 Form/Lembar RKTL kepada setiap


kelompok untuk dikerjakan.
Kegiatan 3: Memaparkan hasil kerja kelompok
6. Minta salah satu kelompok memaparkan RKTL yang telah disusun;
7. Berikan kesempatan kepada peserta kelompok lain untuk
menanggapi.

Kegiatan 4: Menutup Sesi Pembelajaran


8. Berikan penegasan terhadap RKTL TPID; dan akhiri sesi ini.

104| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 7.2.1

Matrik Diskusi: Rencana Kerja Tindak Lanjut

No Kegiatan Pokok Uraian Kegiatan Output PIC Waktu


Pelaksanaan

Catatan:
(1) Tabel ini sebagai acuan umum saja, peserta diskusi dapat memodifikasi sesuai
kebutuhan dengan menambah penjelasan atau aspek kajian lain tentang rencana
tindak lanjut pelatihan TPID dalam rangka pelaksanaan Program Inovasi Desa
(PID);
(2) Jelaskan proses atau uraian kegiatan dan hasil yang hendak dicapai di setiap
aspek yang perlu ditindaklanjuti;
(3) Identifikasikan pelaku yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyelenggaraan pelatihan di Kabupaten/Kota;
(4) Tetapkan perkiraan waktu masing-masing tahapan yang telah direncanakan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 105


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 7.2.2

Format Laporan Pelaksanaan Pelatihan TPID

BAB 1: Pendahuluan
1. Latar Belakang.
2. Maksud dan Tujuan
3. Hasil yang diharapkan
4. Ruang Lingkup Materi
5. Pelaksana
6. Waktu dan tempat

BAB 2: Pelaksanaan Pelatihan


1. Informasi Umum
(a) Peserta: menjelaskan tentang peserta (jumlah, posisi/jabatan,
komposisi dll).
(b) Pelatih: menjelaskan tentang pelatih atau fasilitator (jumlah,
posisi/jabatan, komposisi, Tim Pelatih, dll).
(c) Materi Pelatihan dan Jam Pelajaran: menjelaskan tentang keluasan
dan kedalam materi pelatihan, jam pelajaran, waktu hari pelatihan
dan bobot materi.

2. Proses Pelatihan
(a) Metode: menjelaskan pendekatan/metode yang digunakan dalam
menyampaikan materi pelatihan;
(b) Media dan Sumber Belajar: menjelaskan tentang pemanfaatan
media dan sumber belajar pendukung pelatihan;
(c) Fasilitasi Proses: menyajikan data/informasi mengenai tata urut
penyajian materi dan proses interkasi pelatih dan peserta;

(d) Dinamika Pembelajaran: menguraikan hasil analisis tentang kondisi


dan perubahan perilaku dalam setiap tahapan pembelajaran.

BAB 3: Hasil Pelatihan


1. Kehadiran Peserta;
2. Partisipasi Peserta;
3. Capaian Belajar (tingkat pemahaman dan kompetensi peserta).

BAB 4: Permasalahan dan Tantangan


1. Permasalahan;
2. Tantangan.

106| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

BAB 5: Rekomendasi dan Kesimpulan


1. Rekomendasi: memaparkan secara singkat tentang pokok-pokok
pikiran penting berupa, tindak lanjut pasca pelatihan, masukan dan
saran dalam rangka perbaikan penyelenggaraan pelatihan sebagai
masukan kepada pemangku kepentingan terkait;
2. Kesimpulan: resume tentang tujuan, proses, hasil dari pelatihan yang
telah dilaksanakan.

BAB 5: Penutup

Lampiran :
• Jadwal latihan
• Hasil Rekapitulasi Evaluasi Peserta
• Hasil Evaluasi Pelaksanaan Latihan
• Foto dokumentasi Kegiatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 107


PROGRAM INOVASI DESA

108| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Modul Pelatihan Tim


Pelaksana Kegiatan
Inovasi Desa

Lembar Informasi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 109


PROGRAM INOVASI DESA

110| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 2.1.1

Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa Arah Kebijakan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa

A. Pendahuluan
Pembangunan nasional pada dasarnya adalah upaya pemenuhan keadilan bagi rakyat
Indonesia. Pembangnan dilaksanakan berdasar rencana besar bangsa Indonesia melalui
perencanaan Nasional, Provinsi, Kabupaten dan Desa. Dalam melakukan perencanaan
pembangunan dalam UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) secara legal menjamin aspirasi masyarakat dalam pembangunan dalam
kesatuannya dengan kepentingan politis (keputusan pembangunan yang ditetapkan oleh
legislatif) maupun kepentingan teknokratis (perencanaan pembangunan yang dirumuskan
oleh birokrasi). Aspirasi dan kepentingan masyarakat ini dirumuskan melalui proses
perencanaan partisipatif yang secara legal menjamin kedaulatan rakyat dalam berbagai
program/proyek pembangunan desa.Perencanaan partisipatif yang terpadukan dengan
perencanaan teknokratis dan politis menjadi wujud nyata kerjasama pembangunan antara
masyarakat dan pemerintah.
Untuk pencapain tujuan pembangunan nasional diperlukan arah dan strategi yang
terumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dalam setiap periode
5 tahunan (Periode 2005-2019, 2010-2014 dan sekarang memasuki periode ketiga
2015-2019). Dari setiap periode RPJM kemudian dalam setiap tahunnya dirumuskan
dalam rencana kerja Pemerintan (RKP)
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2015, tugas Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi adalah menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, pemberdayaan
masyarakat desa, percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam
melaksanakan tugas itu, salah satu fungsi yang dijalankan oleh Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi adalah perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, serta
pemberdayaan masyarakat desa.
Tugas dan fungsi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi salah satunya dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat Desa yang diselaraskan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) ketiga periode 2015-2019 yang merupakan penjabaran

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 111


PROGRAM INOVASI DESA

dari Visi dan Misi Presiden serta agenda Nawacita. Keselarasan agenda pembangunan
nasional dengan pembangunan desa memberi kepastian bagi tercapainya tujuan
pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945.

B. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional


Secara umum arah kebijakan dan strategi pembangunan Desa dan kawasan perdesaan,
termasuk di kawasan perbatasan, daerah tertinggal, kawasan transmigrasi serta
kepulauan dan pulau kecil, sebagai berikut:
1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa termasuk permukiman
transmigrasi sesuai dengan kondisi geografis Desa, melalui strategi:
a. meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana perumahan dan fasilitas
permukiman;
b. meningkatkan ketersediaan tenaga pengajar serta sarana dan prasarana
pendidikan;
c. meningkatkan ketersediaan tenaga medis serta sarana dan prasarana
kesehatan; meningkatkan ketersediaan sarana prasarana perhubungan
antar permukiman ke pusat pelayanan pendidikan, pusat pelayanan
kesehatan, dan pusat kegiatan ekonomi; dan
d. meningkatkan ketersediaan prasarana pengairan, listrik dan telekomunikasi.
2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat
Desa termasuk di permukiman transmigrasi, melalui strategi:
a. fasilitasi pengelolaan BUM Desa serta meningkatkan ketersediaan sarana
prasarana produksi khususnya benih, pupuk, pasca panen, pengolahan
produk pertanian dan perikanan skala rumah tangga desa;
b. fasilitasi, pembinaan, maupun pendampingan dalam pengembangan usaha,
bantuan permodalan/kredit, kesempatan berusaha, pemasaran dan
kewirausahaan; dan
c. meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam pemanfaatan dan
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tepat Guna.
3. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan
pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa termasuk di permukiman
transmigrasi melalui strategi:
a. mengembangkan pendidikan berbasis ketrampilan dan kewirausahaan;
b. memberi pengakuan, penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak-hak
masyarakat adat;
c. mengembangkan kapasitas dan pendampingan kelembagaan kemasyarakat
an desa dan kelembagaan adat secara berkelanjutan;

112| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

d. meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat termasuk perempuan,


anak, pemuda dan penyandang disabilitas melalui fasilitasi, pelatihan, dan
pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring
pembangunan desa;
e. menguatkan kapasitas masyarakat desa dan masyarakat adat dalam
mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam lahan dan perairan, serta
lingkungan hidup desa termasuk desa pesisir secara berkelanjutan; dan
f. meningkatkan partisipasi dan kapasitas tenaga kerja (TKI/TKW) di desa.
4. Pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan
melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi, dan pendampingan dengan strategi:
a. konsolidasi satuan kerja lintas Kementerian/Lembaga;
b. memastikan berbagai perangkat peraturan pelaksanaan UU Desa sejalan
dengan substansi, jiwa, dan semangat UU Desa, termasuk penyusunan PP
Sistem Keuangan Desa;
c. memastikan distribusi Dana Desa dan Alokasi Dana Desa berjalan secara
efektif, berjenjang, dan bertahap;
d. mempersiapkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
mengoperasionalisasi pengakuan hak-hak masyarakat adat untuk dapat
ditetapkan menjadi desa adat.
5. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Pembangunan Sumber Daya Manusia,
Keberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Desa Penguatan
Pemerintahan Desa dan masyarakat Desa melalui strategi:
a. melengkapi dan mensosialisasikan peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
b. Meningkatkan kapasitas pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa,
dan kader pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring pembangunan desa, pengelolaan keuangan desa serta
pelayanan publik melalui fasilitasi, pelatihan, dan pendampingan;
c. menyiapkan data dan informasi desa yang digunakan sebagai acuan
bersama perencanaan dan pembangunan desa.
6. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup berkelanjutan, serta
penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi melalui
strategi:
a. menjamin pelaksanaan distribusi lahan kepada desa-desa dan distribusi
hak atas tanah bagi petani, buruh lahan, dan nelayan;
b. menata ruang kawasan perdesaan untuk melindungi lahan pertanian dan
menekan alih fungsi lahan produktif dan lahan konservasi;
c. menyiapkan dan melaksanakan kebijakan untuk membebaskan desa dari
kantong-kantong hutan dan perkebunan;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 113


PROGRAM INOVASI DESA

d. menyiapkan kebijakan tentang akses dan hak desa untuk mengelola


sumber daya alam berskala lokal termasuk pengelolaan hutan negara
oleh desa berorientasi keseimbangan lingkungan hidup dan berwawasan
mitigasi bencana untuk meningkatkan produksi pangan dan mewujudkan
ketahanan pangan;
e. menyiapkan dan menjalankan kebijakan-regulasi baru tentang
shareholding antara pemerintah, investor, dan desa dalam pengelolaan
sumber daya alam;
f. menjalankan program-program investasi pembangunan perdesaan
dengan pola shareholding melibatkan desa dan warga desa sebagai
pemegang saham;
g. merehabilitasi kawasan perdesaan yang tercemar dan terkena dampak
bencana khususnya di daerah pesisir dan daerah aliran sungai.
7. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi
untuk mendorong keterkaitan desa-kota dengan strategi:
a. mewujudkan dan mengembangkan sentra produksi, sentra industri
pengolahan hasil pertanian dan perikanan, serta destinasi pariwisata;
b. meningkatkan akses transportasi desa dengan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi lokal/wilayah;
c. mengembangkan kerjasama antar desa, antar daerah, dan antar
pemerintah-swasta termasuk kerjasama pengelolaan BUM Desa, (melalui
pembentukan lembaga BUM Desa Bersama atau kerjasama antar 2 BUM
Desa) dan membangun agribisnis kerakyatan melalui pembangunan bank
khusus untuk pertanian, UMKM, dan Koperasi;
d. membangun sarana bisnis/pusat bisnis di perdesaan;
e. mengembangkan komunitas teknologi informasi dan komunikasi bagi
petani untuk berinteraksi denga pelaku ekonomi lainnya dalam kegiatan
produksi panen, penjualan, distribusi, dan lain-lain.

C. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pemberdayaan Desa


1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa sesuai dengan kondisi
geografis Desa, melalui strategi: menyusun dan memastikan terlaksananya
NSPK SPM Desa (antara lain perumahan, permukiman, pendidikan, kesehatan,
perhubungan antar permukiman ke pusat pelayanan pendidikan, pusat
pelayanan kesehatan, dan pusat kegiatan ekonomi, pengairan, listrik dan
telekomunikasi);
2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat
Desa, melalui strategi: (i) penataan dan penguatan BUM Desa untuk mendukung
ketersediaan sarana prasarana produksi khususnya benih, pupuk, pengolahan
produk pertanian dan perikanan skala rumah tangga desa; (ii) fasilitasi,

114| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

pembinaan, maupun pendampingan dalam pengembangan usaha, bantuan


permodalan/kredit, kesempatan berusaha, pemasaran dan kewirausahaan; dan
(iii) meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam pemanfaatan dan
pengembangan Teknologi Tepat Guna Perdesaan;
3. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan
pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa untuk mendukung
peningkatan karakter jati diri bangsa melalui revolusi mental, dengan strategi:
1) mengembangkan pendidikan berbasis keterampilan dan kewirausahaan;
2) mendorong peran aktif masyarakat dalam pendidikan dan kesehatan;
3) mengembangkan kapasitas dan pendampingan lembaga kemasyarakatan
desa dan lembaga adat secara berkelanjutan;
4) menguatkan partisipasi masyarakat dengan pengarusutamaan gender
termasuk anak, pemuda,lansia dan penyandang disabilitas dalam
pembangunan desa;
5) menguatkan kapasitas masyarakat desa dan masyarakat adat dalam
mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam lahan dan perairan,
serta lingkungan hidup desa termasuk desa pesisir secara berkelanjutan;
6) meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan masyarakat desa
dalam meningkatkan ketahanan ekonomi, sosial, lingkungan keamanan
dan politik; (vii) meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan monitoring pembangunan desa; dan
7) meningkatkan partisipasi dan kapasitas tenaga kerja (TKI/TKW) di desa.
Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Indonesia Tahun 2018 (RKP 2018)
terdapat lima Prioritas pembangunan Wilayah; Pembangunan wilayah Perbatasan dan
Daerah Tertinggal, Percepatan Pembangunan Papua, Pencegahan dan
Penanggulangan Bencana antara lain Kebakaran Hutan, Reformasi Agraria dan
Pembangunan Perdesaan. Untuk Prioritas Pembangunan Desa di fokuskan pada
7(tujuh) Kegiatan Prioritas, yaitu : Pemenuhan SPM di Desa Termasuk Permukiman
Transmigrasi, Penanggulangan Kemiskinan dan Pengembangan Usaha Ekonomi
Masyarakat Desa, Pengembangan SDM Pemberdayaan dan Modal Sosial Masyarakat
Desa, Penguatan Pemerintahan Desa, Pengawalan Implementasi Undang - Undang
Desa, Pengembangan Ekonomi Kawasan Perdesaan dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Sumber Daya Hutan di Desa dan Kawasan Perdesaan.
Adapun sasaran yang hendak dicapai berupa: Desa tertinggal menjadi desa
berkembang mencapai 4.500 desa, Desa berkembang menjadi desa mandiri mencapai
1.800 desa, Pembangunan ekonomi hulu-hilir dan pengelolaan kawasan perdesaan 39
Kawasan dan Kawasan transmigrasi untuk percepatan menjadi desa berkembang
sebanyak130 Kawasan/65 SP/18 KPB.
Untuk merealisasikan target capaiaan Recana Kerja Pemerintah Tahun 2018
tersebut; Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi telah
Menetapkan Desa Prioritas Sasaran Pembangunan Desa, Pembangunan Daerah

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 115


PROGRAM INOVASI DESA

Tertinggal, dan Transmigrasi sejumlah 17.000 (tujuh belas ribu) melalui surat keputusan
menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan transmigrasi Nomor 126 Tahun
2017 tentang Penetapan Desa Prioritas Sasaran Pembangunan Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Penetapan tersebut berdasarkan kategori Desa
yang termasuk dalam wilayah pinggiran, yaitu Desa dalam kawasan perdesaan,
perbatasan, dan daerah tertinggal dengan usaha pokok sektor pertanian dan pelaku
usahanya mikro dan kecil yang berkarakter tradisional sebagaimana dimaksud dalam
cita ke-3 Nawa Cita Kabinet Kerja sebagaimana ditetapkan dalam Buku I angka 6.3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
Dalam Kegiatan Prioritas Pengawalan Implementasi Undang - Undang Desa,
Pemerintah telah menerbitkan surat keputusan Bersama 4 menteri, antara Menteri
Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Tentang Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan
Percepatan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
tertanggal Desember 2017 (SKB-4 Menteri). Dalam SKB 4 menteri tersebut telah
ditetapkan beberapa kebijakan, salah satunya berupa Pelaksanaan Padat Karya Tunai di
Desa dalam penggunaan Dana Desa untuk pembangunan.
Padat Karya Tunai di Desa merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat
marginal/miskin yang bersifat produktif berdasarkan pemanfaatan sumber daya alam,
tenaga kerja, dan teknologi lokal dalam rangka mengurangi kemiskinan, meningkatkan
pendapatan dan menurunkan angka stunting.

D. Kebijakan Padat karya Tunai


Adanya berbagai permasalahan dan fakta yang menunjukan ;
1. Masih tingginya Angka Gizi Buruk dan Stunting; berdaarkan ata yang ada Status
gizi masyarakat (37,2% stunting)
2. Masih tingginya Angka Pengangguran; Jumlah penganggur 2,39 juta orang di
perdesaan
3. Masih tingginya Angka Kemiskinan; Jumlah setengah penganggur 6 juta orang
di perdesaan
4. Masih tingginya Tingkat Kesenjangan Pendapatan; Jumlah pekerja tak dibayar
10,58 juta pekerja di perdesaan
5. Tingginya jumlah Desa Tertinggal Penduduk miskin di desa 27,7 juta orang. 10,2
juta orang tinggal di sekitar dan dalam kawasan hutan
6. Dan Terjadinya migrasi dan urbanisasi yang tinggi
Dibutuhkan kebijakan yang tepat untuk menjawab dan mengurangi permasalahan
tersebut diatas. Oleh karenanya Pemerintah telah mengambil kebijakan Kegiatan Padat
karya Tunai yang diharapkan mampu memberikan manfaat dan dampak untuk :
1. Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah

116| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

2. Perluasan kesempatan kerja sementara


3. Penciptaan Upah/ Tambahan Pendapatan
4. Perluasan Akses Pelayanan Dasar
5. Perluasan Mutu Pelayanan Dasar
6. Peningkatan aksesibilitas desa (terbukanya desa terisolir)
Padat Karya Tunai di Desa merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat
marginal/miskin yang bersifat produktif berdasarkan pemanfaatan sumber daya alam,
tenaga kerja, dan teknologi lokal dalam rangka mengurangi kemiskinan, meningkatkan
pendapatan dan menurunkan angka stunting. Untuk melakuan akselerasi pencapaian
dampak yang diharapkan dari program padat karya tunai, seluruh Pemanfaatan Dana
Desa dan berbagai program Kementerian/Lembaga yang ditujukan ke Desa harus
dilakukan dengan model padat karya yang akan mampu menciptakan kesempatan
kerja di Desa dan peningkatan tambahan upah/pendapatan bagi masyarkat desa yang
dilakukan dengan Padat Karya Tunai (cash for work). Swakelola dan Pelaksanaan
program K/L di daerah khususnya desa perlu diarahkan untuk mendukung Padat Karya
Tunai di Desa. Selain itu perlu adanya Peningkatan pelatihan dan pendampingan bagi
desa dalam mengembangkan potensi Desa serta Penyederhanaan sistem pelaporan
dan pertanggungjawaban di Desa.
Jenis Kegiatan
1. Pembangunan dan/atau rehabilitasi sarana prasarana perdesaan sesuai
dengan daftar kewenangan Desa, antara lain: perbaikan alur sungai dan
irigasi, pembangunan dan/atau perbaikan jalan dan jembatan skala Desa,
tambatan perahu.
2. Pemanfaatan lahan untuk meningkatkan produksi, termasuk di kawasan
hutan, antara lain:
a. Pertanian;
b. Perhutanan;
c. Perkebunan;
d. Peternakan; dan
e. Perikanan.
3. Kegiatan produktif lainnya, antara lain:
a. Pariwisata;
b. Ekonomi kreatif, pengembangan potensi ekonomi lokal dengan mendorong
kewirausahaan;
c. Pengelolaan hasil produksi pertanian;
d. Pengelolaan usaha jasa dan industri kecil.

4. Pemberdayaan Masyarakat, antara lain:


a. Pengelolaan sampah;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 117


PROGRAM INOVASI DESA

b. Pengelolaan limbah;
c. Pengelolaan lingkungan pemukiman;
d. Pengembangan energi terbarukan;
e. Penyediaan dan pendistribusian makanan tambahan bagi anak (bayi dan
balita).
5. Kegiatan lainnya Kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan
penyelesai-an pekerjaan fisik bangunan, tetapi mendukung keberhasilan
pelaksanaan pekerjaan fisik tersebut, misalnya antara lain: mengemudikan
kendaraan pengangkut bahan dan alat kerja

Kelompok Sasaran Tenaga Kerja Padat Karya Tunai


1. Kelompok penganggur, setengah penganggur dan warga miskin.
2. Pencari nafkah utama keluarga.
3. Laki-laki, wanita dan pemuda usia produktif dan bukan anak-anak.
4. Petani/kelompok petani yang mengalami paceklik dan menunggu masa
tanam/panen.
5. Tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan ( diputus hubungan kerja ).

Prinsip-Prinsip Padat Karya Tunai di Desa Tahun 2018


1. Inklusif ; Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa
berdasarkan kebutuhan masyarakat dengan mempertimbangkan
ketenagakerjaan (penganggur, setengah penganggur), masyarakat
marginal/miskin, kondisi geografis, sosial, budaya dan ekonomi, serta
mempertahankan daya dukung dan keseimbangan lingkungan.
2. Partisipatif Dan Gotong Royong ; berdasarkan asas “DARI, OLEH dan UNTUK
masyarakat”. Pemerintah berperan sebagai fasilitator yang mendampingi
pemerintah Desa, BPD dan masyarakat Desa untuk melaksanakan pembangunan
Desa secara partisipatif dan gotong royong.
3. Transparan Dan Akuntabel; Pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa
dilakukan dengan mengutamakan prinsip transparan dan akuntabel baik secara
moral, teknis, legal maupun administratif kepada semua pihak
4. Efektif; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa harus memiliki dampak positif dan
nyata bagi peningkatan produksi dan produktivitas, upah/pendapatan dan daya
beli masyarakat desa.
5. Swadaya; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan mendorong
keswadayaan dengan berbagai bentuk sumbangan dana, tenaga, material, dan
asset bergerak dan/atau tidak bergerak dari warga desa yang berkecuk
6. Penentuan Upah; Batas Bawah dan Batas Atas Upah/HOK ditentukan berdasarkan
hasil kesepakatan Musyawarah Desa mengacu pada Peraturan Bupati/Walikota.

118| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Adapun Batas Atas Upah/HOK dibawah Upah Minimum Provinsi. Besaran


upah/HOK lebih lanjut akan diatur oleh Peraturan Bupati/Walikota
7. Prioritas; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan mendahulukan
kepentingan sebagian besar masyarakat Desa yang berdampak pada terciptanya
lapangan kerja, teratasinya kesenjangan, dan terentaskannya warga miskin
8. Swakelola; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan secara mandiri oleh
Desa dengan mendayagunakan tenaga kerja, bahan material, serta peralatan dan
teknologi sederhana yang ada di Desa.
9. Keberlanjutan; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan
memastikan adanya rencana pengelolaan, pemeliharaan, perawatan dan
pelestariannya.
10. Disepakati Dalam Musyawarah Desa; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa
dibahas dan disepakati dalam musyawarah desa yang diselenggarakan
berdasarkan asas kesamaan dan kesetaraan bagi setiap peserta musyawarah
Desa melalui hak bicara, hak berpendapat dan hak bersuara dalam mencapai
kemufakatan bersama
11. Berbasis kewenangan lokal Desa dan Hak asal usul; Kegiatan Padat Karya
Tunai di Desa yang pembiayaannya bersumber dari APB Desaa harus menjadi
bagian dari Daftar Kewenangan Desa berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa.
12. Kewenangan yang ditugaskan kepada Desa; . Kegiatan Padat Karya Tunai di
Desa yang pembiayaannya bersumber dari Non APB Desaa diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Prioritas lokasi Padat Karya Tunai di Desa pada tahun 2018 Lokasi Kegiatan padat
Karya Tunai Tahun 2018 adalah 1.000 desa di 100 kabupaten yang diusulkan oleh
Bappenas bersama TNP2K, dan Kemenko PMK.

E. Penggunaan Dana Desa untuk Kegiatan Padat karya Tunai


Dalam kebijakan Kegiatan Padat karya Tunai setiap kementerian mendapat pembagian
peran sesuai Tupoksi dari masing-masing kementerian. Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mendapatkan peran untuk
Menetapkan Juknis penggunaan Dana Desa, Koordinasi Penguatan dan Peran
Pendamping Desa, Monitoring dan Evaluasi Dana Desa untuk Program Padat Karya
Tunai di Desa dan Bimbingan teknis pelaksanaan padat karya tunai di Desa kepada
para pendamping dan pengelola di Desa.
Dalam rangka implementasi Pengggunaan dana desa untuk kegiatan padat karya
tunai tahun 2018 dibutuhkan upaya agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan maksud
dan tujuan yang diharapkan, untuk itu dibtuhkan petunjuk teknis penggunaan dana desa
untuk pelaksanaan kegiatan padat karya tunai tahun 2018. Petunjuk Teknis Penggunaan
Dana Desa Tahun 2018 untuk Padat Karya Tunai ini diharapkan menjadi arah kebijakan
pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai yang dibiayai dengan Dana Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 119


PROGRAM INOVASI DESA

Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk membiayai pelaksanaan program dan


kegiatan di bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. haruslah
diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan yang bersifat lintas
bidang. antara lain bidang kegiatan produk unggulan Desa atau kawasan perdesaan,
BUM Desa atau BUM Desa Bersama, embung, dan sarana olahraga Desa sesuai dengan
kewenangan Desa; Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri desa nomor 19
tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018.

120| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 2.2.1

Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa (PID)

A. Latar Belakang
Undang-Undang No 6/2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa), memberikan
berbagai kewenangan kepada Desa antara lain : Kewenangan berdasarkan hak asal
usul dan kewenangan lokal skala Desa. Untuk mendukung kewenangan tersebut agar
Desa-Desa meningkat kemampuannya untuk mengatur dan mengurus kepentingannya
secara efektif guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, negara
mengalokasi-kan Dana Desa melalui APBN setiap tahunnya.
Konsekswensi logis atas kewenanganan tersebut, memunculkan adanya
pendekatan baru dalam pembanguan Desa yang disebut dengan “Desa Membangun”,
disamping pendekatan “Pembangunan Desa”. Namun disadari bahwa kapasitas Desa
dan rendahnya dukungan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pembangunan
dalam perspektif “Desa Membangun”, masih terbatas. Keterbatasan itu dapat dideteksi
pada aras pelaku Pembangunan Desa (kapasitas aparat Pemerintah Desa dan
Masyarakat), kualitas tata kelola Desa dan support system yang mewujud melalui
regulasi dan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang terkait dengan Desa.
Hal itu, pada akhirnya mengakibatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan, pengedalian
dan pemanfaatan kegiatan pembangunan kurang optimal menjadikan lambannya
upaya mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.
Merespon kondisi tersebut dan untuk melaksanakan UU Desa secara konsisten,
Pemerintah melalui Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi ( Kemendesa PDTT ), menyediakan tenaga pendamping profesional, yaitu:
Pendamping Lokal Desa (PLD), Pendamping Desa (PD), sampai Tenaga Ahli (TA) di
tingkat Pusat, untuk memfasilitasi Pemerintah Desa dalam bidang pembangunan dan
Pemberdayaan masyarakat Desa. Pendampingan dan pengelolaan tenaga pendamping
profesional menjadi isu krusial dalam pelaksanaan UU Desa; oleh karenanya penguatan
kapasitas Pendamping Profesional dan efektivitas pengelolaan tenaga pendamping
menjadi agenda strategis Pendampingan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa (P3MD).
Berbagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas terkait isu-isu diatas terus
dilakukan oleh Kemendesa PDTT secara pro aktif ; Salah satunya dengan meluncurkan
Program Inovasi Desa (PID) yang dirancang untuk mendorong penguatan kapasitas
Desa yang diorientasikan untuk memenuhi pencapaian target RPJM Kemendesa PDTT
yang terumuskan dalam kebijakan Program prioritas Menteri Desa PDTT, melalui
peningkatkan produktivitas perdesaan dengan bertumpu pada tiga bidang kegiatan
utama:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 121


PROGRAM INOVASI DESA

1. Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha


masyarakat, maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik
Desa (BUM Desa), Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna
mendinamisasi perekonomian Desa.
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas
perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek
maupun dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang
pendidikan dan kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian,
tidak hanya ditilik dari aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga
pengurangan beban biaya, dan hilangnya potensi di masa yang akan datang.
Disamping itu, penekanan isu pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks
kualitas SDM ini, juga untuk merangsang sensitivitas Desa terhadap
permasalahan krusial terkait pendidikan dan kesehatan dasar dalam
penyelenggaraan pembangunan Desa, dan
3. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara
langsung berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang
memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.
Aspek lain yang harus diperhatikan secara serius dalam pengelolaan pembangunan
Desa adalah ketersediaan data yang memadai dan up to date, mengenai kondisi objektif
maupun perkembangan Desa-Desa yang menunjukkan pencapaian pembangunan Desa.
Ketersediaan data sangat penting bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya bagi
Pemerintah dalam merumuskan kebijakan pembangunan. Pegelolaan data dimaksud dalam
skala nasional, dengan kondisi wilayah, khususnya Desa-Desa di Indonesia yang sangat
beragam tentunya memiliki tantangan dan tingkat kesulitan yang besar; Oleh karenanya
Program Inovasi Desa (PID) akan mendukung dalam upaya penguatan Pendampingan
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) dan pengembangan sistem
informasi pembangunan Desa.

Hal mendasar dalam rancang bangun PID adalah inovasi/ kebaruan dalam praktik
pembangunan dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini dipetik dari realitas / hasil kerja
Desa-Desa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan yang didayagunakan sebagai
pengetahuan untuk ditularkan secara meluas. PID juga memberikan perhatian
terhadap dukungan teknis dari Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa secara
professional. Dua unsur itu dirasa akan memberikan kontribusi signifikan terhadap
investasi Desa, yaitu pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pembangunan yang
didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), khususnya Dana Desa
(DD). Dengan demikian, PID diharapkan dapat menjawab kebutuhan Desa-Desa
terhadap layanan teknis yang berkualitas dan merangsang munculnya inovasi dalam
praktik pembangunan serta solusi inovatif untuk menggunakan Dana Desa secara
tepat dan seefektif mungkin.

B. Tujuan

122| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Kegiatan PID bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan dana


desa dengan memberikan banyak referensi dan inovasi pembangunan desa dalam
rangka mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi perdesaan, serta
membangun kapasitas desa yang berkelanjutan.

C. Sasaran
1. Menguatkan Program Pendampingan yang fokus pada kualitas hasil
2. Memperkuat kualitas pengelolaan program P3MD, Program Inovasi Desa (PID)
dan Pengelolaan Data.
3. Meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan dalam mengelola
pembangunan dan kegiatan produktif yang didanai melalui Dana Desa untuk
hal-hal yang bersifat inovatif.
4. Mendukung peningkatan produktivitas ekonomi desa dan kawasan perdesaan
melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat inovatif

D. Prinsip-Prinsip Pengelolaan
Pengelolaan Program Inovasi Desa (PID) didasarkan pada prinsip-prinsip:
1. Taat hukum;
2. Transparansi;
3. Akuntabilitas;
4. Partisipatif;
5. Kesetaraan Jender.

E. Ruang Lingkup
Secara skematis ruang lingkup Program Inovasi Desa (PID) digambarkan sebagai
berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 123


PROGRAM INOVASI DESA

1. Kegiatan Inovasi dan Pengelolaan Pengetahuan Desa.


Merupakan kegiatan pengelolaan pengetahuan untuk mendorong munculnya inovasi
dalam pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan Desa khususnya terkait dengan
peningkatan kapasitas kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal, peningkatan
kualitas infrastruktur dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia. Pengelolaan
pengetahuan dilakukan secara sistematis, terencana dan partisipatif meliputi proses,
identifikasi, validasi, dokumentasi, pertukaran pengetahuan atau eksposisi dan
replikasi. Kegiatan ini didukung dengan Dana Operasional Kegiatan (DOK) bantuan
Pemerintah pengelolaan pengetahuan inovasi desa.

2. Kegiatan Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)


PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA (P2KTD) adalah organisasi atau
lembaga yang berbadan hukum yang memiliki keahlian tertentu dan diakui secara
profesional serta berkomitmen membantu desa dalam meningkatkan kualitas
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa di bidang Kewirausahaan dan
Pengembangan Ekonomi Lokal, Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan
Infrastruktur. Jenis layanan teknis yang disediakan P2KTD meliputi tiga bidang kegiatan
utama yang tidak dapat diberikan oleh pendamping profesional dalam mendukung
kemandirian desa, antara lain: (1) Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal,
(2) Pengembangan Sumber Daya Manusia (pelayanan sosial dasar, dan kewirausahaan
sosial) dan (3) infrastruktur desa. P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk
dukungan teknis berupa pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi
sesuai dengan kebutuhan Desa, P2KTD dapat memfasilitasi Desa dalam
mengidentifikasi, mengorganisir dan memanfaatkan jaringan kerja yang mendukung
meningkatkan produktivitas dan hasil guna kegiatan di Desa.

3. Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Desa

124 | Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Sistem Informasi Pembangunan desa merupakan solusi bagi percepatan pengelolaan,


evaluasi dan Analisa data desa, untuk tujuan percepatan pembangunan desa dan
produktivitas desa berbasis pada pengelolaan data pembangunan desa. Pengelolaan
dan pengembangan sistem informasi pembangunan desa tidak terlepas dengan data
dasar yang selama ini dihasilkan di kementerian desa dan aplikasi pengolah data yang
sudah berjalan di desa. Pengelolaan dan pengendalian data bertujuan untuk
menyediakan model dan platform untuk mendukung pengolahan data program
Inovasi Desa.
Sistem informasi pengelolaan data ditujukan untuk penyediaan data dan
informasi tentang desa dan pengolahan data untuk tujuan penyajian data peningkatan
kapasitas desa, dengan mengolah data-data berdasarkan variable Key Performance
Indicator (KPI) data (target output data) desa yang akan diolah untuk melihat status
dan peningkatan level desa serta melihat secara utuh dampak intervensi program
terhadap desa (program inovasi desa, program pendampingan dan dana desa)
terhadap perubahan dan dinamika partumbuhan desa dalam skala indeks ukur status
desa serta perubahan kondisi desa atas pertumbuhan peluang kerja di desa,
pengurangan angka kemiskinan dan peningkatan pendapatan di tingkat desa.

F. Bidang Kegiatan
Bidang kegiatan Program Inovasi Desa (PID), meliputi:
(1) Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha
masyarakat, maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa
(BUM Desa), Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna
mendinamisasi perekonomian Desa;
(2) Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas
perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek
maupun dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang
pendidikan dan kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak
hanya ditilik dari aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga
pengurangan beban biaya, dan hilangnya potensi di masa yang akan datang.
Disamping itu, penekanan isu pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas
SDM ini, juga untuk merangsang sensitivitas Desa terhadap permasalahan krusial
terkait pendidikan dan kesehatan dasar dalam penyelenggaraan pembangunan
Desa; dan
(3) Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara
langsung berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang
memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.

G. Daftar Larangan
Hal-hal yang dilarang untuk dilakukan dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)
antara lain:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 125


PROGRAM INOVASI DESA

(1) Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis.
(2) Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang mempekerjakan anak.
(3) Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berdampak merusak lingkungan
hidup.

126| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 127


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 2.3.1

Pokok-Pokok Kebijakan Penanganan Stunting

A. Stunting Adalah Kondisi Gagal Tumbuh Pada Anak Balita (Bayi Di Bawah
Lima Tahun)
Akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi
lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita
pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang
badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan
standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan
definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita
dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari –
3SD (severely stunted).
Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 Juta) anak balita mengalami stunting (Riset
Kesehatan Dasar/Riskesdas 2013) dan di seluruh dunia, Indonesia adalah negara
dengan prevalensi stunting kelima terbesar. Balita/Baduta (Bayi dibawah usia Dua
Tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal,
menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat
beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting
akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan
memperlebar ketimpangan.
Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga
mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross Domestic Products) serta mengurangi
pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu stunting juga dapat berkontribusi pada
melebarnya kesenjangan/ inequality, sehingga mengurangi 10% dari total pendapatan
seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-generasi.
Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh rumah
tangga/keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena stunting juga dialami oleh
rumah tangga/keluarga yang tidak miskin/yang berada di atas 40 % tingkat
kesejahteraan sosial dan ekonomi. Seperti yang digambarkan dalam grafik dibawah,
kondisi anak stunting juga dialami oleh keluarga/rumah tangga yang tidak miskin.

B. Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor
gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling
menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu

128| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara lebih detil,
beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Praktek pengasuhan yang kurang baik,


Termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan
pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang
ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu
(ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita
berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada
bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat
disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem
imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.

2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal


Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal
Care dan pembelajaran dini yang berkualitas.
Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa
tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di
2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain
adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta
masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak
usia 3-6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).

3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.


Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong
mahal.Menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS), komoditas
makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga
buah dan sayuran di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura. Terbatasnya akses
ke makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu
hamil yang mengalami anemia.

4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.


Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di
Indonesia masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga
belum memiliki akses ke air minum bersih. Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan
di atas, telah berkontibusi pada masih tingginya pervalensi stunting di Indonesia dan
oleh karenanya diperlukan rencana intervensi yang komprehensif untuk dapat
mengurangi pervalensi stunting di Indonesia.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 129


PROGRAM INOVASI DESA

C. Kerangka Intervensi Stunting di Indonesia


Pada 2010, gerakan global yang dikenal dengan Scaling-Up Nutrition (SUN) diluncurkan
dengan prinsip dasar bahwa semua penduduk berhak untuk memperoleh akses ke
makanan yang cukup dan bergizi. Pada 2012, Pemerintah Indonesia bergabung dalam
gerakan tersebut melalui perancangan dua kerangka besar Intervensi Stunting. Kerangka
Intervensi Stunting tersebut kemudian diterjemahkan menjadi berbagai macam program
yang dilakukan oleh Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait. Kerangka Intervensi Stunting
yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu

1. Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif.


Kerangka pertama adalah Intervensi Gizi Spesifik. Ini merupakan intervensi yang
ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi
pada 30% penurunan stunting. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya
dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana
hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Kegiatan yang idealnya dilakukan
untuk melaksanakan Intervensi Gizi Spesifik dapat dibagi menjadi beberapa intervensi
utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan balita:

Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Hamil.


Intervensi ini meliputi kegiatan memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil
untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis, mengatasi kekurangan zat besi
dan asam folat, mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu
hamil serta melindungi ibu hamil dari Malaria.

Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan.
Intervensi ini dilakukan melalui beberapa kegiatan yang mendorong inisiasi menyusui
dini/IMD terutama melalui pemberian ASI jolong/colostrum serta mendorong
pemberian ASI Eksklusif.

Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan.
Intervensi ini meliputi kegiatan untuk mendorong penerusan pemberian ASI hingga
anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian, setelah bayi berusia diatas 6 bulan didampingi
oleh pemberian MP-ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi zink,
melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap
malaria, memberikan imunisasi lengkap, serta melakukan pencegahan dan pengobatan
diare. Kerangka Intervensi Stunting yang direncanakan oleh Pemerintah yang kedua
adalah Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui berbagai
kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi
Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak
khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK. Kegiatan terkait

130| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Intervensi Gizi Sensitif dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang umumnya
makro dan dilakukan secara lintas Kementerian dan Lembaga. Ada 12 kegiatan yang
dapat berkontribusi pada penurunan stunting melalui Intervensi Gizi Spesifik sebagai
berikut:
(1) Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih.
(2) Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.
(3) Melakukan fortifikasi bahan pangan.
(4) Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
(5) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
(6) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
(7) Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.
(8) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal.
(9) Memberikan pendidikan gizi masyarakat.
(10) Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja.
(11) Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin.
(12) Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
Kedua kerangka Intervensi Stunting diatas sudah direncanakan dan dilaksanakan
oleh Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari upaya nasional untuk mencegah dan
mengurangi pervalensi stunting.

2. Kebijakan Dan Program Terkait Intervensi Stunting Yang Telah Dilakukan


Terkait upaya untuk mengurangi serta menangani pervalensi stunting, pemerintah di
tingkat nasional kemudian mengeluarkan berbagai kebijakan serta regulasi yang
diharapkan dapat berkontribusi pada pengurangan pervalensi stunting, termasuk
diantaranya:
(1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025 (Pemerintah
melalui program pembangunan nasional ‘Akses Universal Air Minum dan Sanitasi
Tahun 2019’, menetapkan bahwa pada tahun 2019, Indonesia dapat menyediakan
layanan air minum dan sanitasi yang layak bagi 100% rakyat Indonesia).
(2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 (target penurunan
prevalensi stunting menjadi 28% pada 2019).
(3) Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, Bappenas, 2011.
(4) Undang-Undang (UU) No. 36/2009 tentang Kesehatan.
(5) Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif.
(6) Peraturan Presiden (Perpres) No. 42/2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 131


PROGRAM INOVASI DESA

(7) Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang


Pemberian Ais Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia.
(8) Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.15/2013 tentang Tata Cara
Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.
(9) Permenkes No.3/2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
(10) Permenkes No.23/2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi.
(11) Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari
Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK), 2013.
(12) Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK), 2013.
Selain mengeluarkan paket kebijakan dan regulasi, kementerian/lembaga (K/L)
juga sebenarnya telah memiliki program baik terkait intervensi gizi spesifik maupun
intervensi gizi sensitif, yang potensial untuk menurunkan stunting. Intervensi Program
Gizi Spesifik dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) melalui
Gerakan 1.000 Hari Pertama Kegiatan (HPK). Berikut ini adalah identifikasi beberapa
program gizi spesifik yang telah dilakukan oleh pemerintah:
(1) Program terkait Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil, yang dilakukan melalui
beberapa program/kegiatan berikut:
• Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan
energi dan protein kronis
• Program untuk mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat
• Program untuk mengatasi kekurangan iodium
• Pemberian obat cacing untuk menanggulangi kecacingan pada ibu hamil
• Program untuk melindungi ibu hamil dari Malaria.
Jenis kegiatan yang telah dan dapat dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat
nasional maupun di tingkat lokal meliputi pemberian suplementasi besi folat
minimal 90 tablet, memberikan dukungan kepada ibu hamil untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, memberikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT), pemberian makanan tambahan pada ibu hamil, melakukan upaya untuk
penanggulangan cacingan pada ibu hamil, dan memberikan kelambu serta
pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria.
(2) Program yang menyasar Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 bulan termasuk
diantaranya mendorong IMD/Inisiasi Menyusui Dini melalui pemberian ASI
jolong/colostrum dan memastikan edukasi kepada ibu untuk terus memberikan
ASI Eksklusif kepada anak balitanya. Kegiatan terkait termasuk memberikan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD),
promosi menyusui ASI eksklusif (konseling individu dan kelompok), imunisasi
dasar, pantau tumbuh kembang secara rutin setiap bulan, dan penanganan bayi
sakit secara tepat.

132| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

(3) Program Intervensi yang ditujukan dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak
Usia 7-23 bulan:
• mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh
pemberian
• MP-ASI
• menyediakan obat cacing
• menyediakan suplementasi zink
• melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan
• memberikan perlindungan terhadap malaria
• memberikan imunisasi lengkap
• melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
Selain itu, beberapa program lainnya adalah Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) Balita Gizi Kurang oleh Kementerian Kesehatan/Kemenkes melalui Puskesmas
dan Posyandu. Program terkait meliputi pembinaan Posyandu dan penyuluhan serta
penyediaan makanan pendukung gizi untuk balita kurang gizi usia 6-59 bulan berbasis
pangan lokal (misalnya melalui Hari Makan Anak/HMA). Anggaran program berasal
dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) – Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik
sebesar Rp. 200.000.000 per tahun per Puskesmas di daerahnya masing masing.
Terkait dengan intervensi gizi sensitif yang telah dilakukan oleh pemerintah
melalui K/L terkait beberapa diantaranya adalah kegiatan sebagai berikut:
(1) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih melalui program
PAMSIMAS (Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi berbasis Masyarakat).
Program PAMSIMAS dilakukan lintas K/L termasuk Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional/ Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas/Kementerian PPN), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (KemenPUPERA), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian
Dalam Negeri (Kemendagri). Selain pemerintah pusat, PAMSIMAS juga dilakukan
dengan kontribusi dari pemerintah daerah serta masyakart melalui pelaksanaan
beberapa jenis kegiatan seperti dibawah:
• Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat
• Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sanitasi
yang berkelanjutan
• Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal (pemerintah
daerah maupun masyarakat) dalam penyelenggaraan layanan air minum
dan sanitasi berbasis masyarakat
• Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan
sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.
(2) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi melalui Kebijakan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang pelaksanaanya dilakukan oleh Kementerian

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 133


PROGRAM INOVASI DESA

Kesehatan (Kemenkes) bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat (KemenPUPERA). Kegiatan ini meliputi gerakan peningkatan
gizi/Scaling Up Nutrition (SUN) Movement yang hingga 2015 telah menjangkau
26.417 desa/kelurahan;
(3) Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan (Garam, Terigu, dan Minyak Goreng),
umumnya dilakukan oleh Kementerian Pertanian;
(4) Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana
(KB) melalui dua program:
Program KKBPK (Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga) oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota). Kegiatan yang
dilakukan meliputi:
• Penguatan advokasi dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terkait
Program KKBPK
• Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata
• Peningkatan pemahaman dan kesadaran remaja mengenai kesehatan
reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga
• Penguatan landasan hukum dalam rangka optimalisasi pelaksanaan
pembangunan bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB)
• Penguatan data dan informasi kependudukan, KB dan KS
Program Layanan KB dan Kesehatan Seksual serta Reproduksi (Kespro) oleh LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
(PKBI). Kegiatan yang dilakukan adalah:
• Menyediakan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi yang terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk difabel (seseorang dengan
kemampuan berbeda) dan kelompok marjinal termasuk remaja
• Menyediakan pelayanan penanganan kehamilan tak diinginkan yang
komprehensif yang terjangkau.
• Mengembangkan standar pelayanan yang berkualitas di semua strata
pelayanan, termasuk mekanisme rujukan pelayanan kesehatan seksual dan
reproduksi
• Melakukan studi untuk mengembangkan pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan klien, pengembangan kapasitas dan kualitas provider.
• Mengembangkan program penanganan kesehatan seksual dan reproduksi
pada situasi bencana, konflik dan situasi darurat lainnya.
• Mengembangkan model pelayanan KB dan Kesehatan Produksi (Kespro)
melalui pendekatan pengembangan masyarakat.
(5) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN): Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) telah melakukan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-

134| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Penerima Bantuan Iuran (PBI) berupa pemberian layanan kesehatan kepada


keluarga miskin dan saat ini telah menjangkau sekitar 96 juta individu dari
keluarga miskin dan rentan.
(6) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal) yang dilaksanakan
oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan memberikan layanan kesehatan
kepada ibu hamil dari keluarga/rumah tangga miskin yang belum mendapatkan
JKN-Penerima Bantuan Iuran/PBI.
(7) Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
(8) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal yang dilakukan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Program
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Beberapa kegiatan yang dilakukan berupa:
(9) Perluasan dan peningkatan mutu satuan PAUD.
• Peningkatan jumlah dan mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) PAUD.
• Penguatan orang tua dan masyarakat.
• Penguatan dan pemberdayaan mitra (pemangku kepentingan, stakeholders).
(10) Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat Program Perbaikan Gizi Masyarakat
yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (melalui Puskesmas dan
Posyandu) Kegiatan yang dilakukan berupa:
• Peningkatan pendidikan gizi.
• Penanggulangan Kurang Energi Protein.
• Menurunkan prevalansi anemia, mengatasi kekurangan zinc dan zat besi,
mengatasi Ganguan
• Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) serta kekurangan Vitamin A
• Perbaikan keadaan zat gizi lebih.
• Peningkatan Survailans Gizi.
• Pemberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
(11) Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi serta Gizi pada
Remaja, berupa Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) termasuk pemberian layanan konseling dan peningkatan kemampuan
remaja dalam menerapkan Pendidikan dan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS).
(12) Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin, misalnya
melalui Program Subsidi Beras Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(Raskin/Rastra) dan Program Keluarga Harapan (PKH) yang dilaksanakan oleh
Kementerian Sosial (Kemensos). Kegiatannya berupa pemberian subsidi untuk
mengakses pangan (beras dan telur) dan pemberian bantuan tunai bersyarat
kepada ibu Hamil, Menyusui dan Balita.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 135


PROGRAM INOVASI DESA

(13) Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi melalui Program Ketahanan Pangan
dan Gizi yang dilaksanakan Lintas K/L yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian
Koperasi, Kemendagri. Kegiatan yang dilakukan berupa:
• Menjamin akses pangan yang memenuhi kebutuhan gizi terutama ibu hamil,
ibu menyusui, dan anak-anak.
• Menjamin pemanfaatan optimal pangan yang tersedia bagi semua golongan
penduduk.
• Memberi perhatian pada petani kecil, nelayan, dan kesetaraan gender.
• Pemberdayaan Ekonomi Mikro bagi Keluarga dengan Bumil KEK (Kurang
Energi Protein).
• Peningkatan Layanan KB.
Berdasarkan identifikasi kebijakan dan program yang seharusnya potensial untuk
membantu mengurangi pervalensi stunting seperti penjelasan diatas, pertanyaan
selanjutnya adalah mengapa hingga saat ini Intervensi Stunting belum efektif dan
prosentase prevalensi stunting masih cukup tinggi di Indonesia? (Berkisar di 37%)
Beberapa hal yang kemungkinan menjadi penyebab belum efektifnya kebijakan
serta program Intervensi Stunting yang ada dan telah dilakukan sebagai berikut:
a. Kebijakan dan regulasi terkait Intervensi Stunting belum secara maksimal dijadikan
landasan bersama untuk menangani stunting, contohnya bisa dilihat pada grafik 2
yang menunjukkan belum maksimalnya fungsi alokasi anggaran kesehatan.
b. Kementerian/Lembaga (K/L) melaksanakan program masing-masing tanpa
koordinasi yang cukup.
c. Program-program Intervensi Stunting yang telah direncanakan belum seluruhnya
dilaksanakan.
d. Program/intervensi yang ada (baik yang bersifat spesifik gizi maupun sensitif gizi)
masih perlu ditingkatkan rancangannya, cakupannya, kualitasnya dan sasarannya.
e. Program yang secara efektif mendorong peningkatan pengetahuan gizi yang baik
dan perubahan perilaku hidup sehat masyarakat belum banyak dilakukan.
f. Program-program berbasis komunitas yang efektif di masa lalu tidak lagi
dijalankan secara maksimal seperti sebelumnya misalnya akses ke Posyandu,
PLKB, kader PKK, Dasawisma, dan lainnya, serta;
g. Pengetahuan dan kapasitas pemerintah baik pusat maupun daerah dalam
menangani stunting perlu ditingkatkan.

D. Rekomendasi Rencana Aksi Bersama dan Terobosan untuk Menangani


Stunting
Pada Rapat Terbatas tentang Intervensi Stunting yang dipimpin oleh Wakil Presiden
Republik Indonesia, Jusuf Kalla, selaku Ketua Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

136| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Kemiskinan (TNP2K) mengundang jajaran menteri dan kepala lembaga yang memiliki
dan melaksanakan kebijakan dan program sebagai upaya untuk menangani stunting
pada hari Rabu, 12 Juli 2017 (baik secara langsung maupun tidak), diusulkan beberapa
rekomendasi rencana aksi untuk menangani masalah stunting.
Rapat yang dilakukan tersebut bertujuan untuk memetakan masalah stunting
serta merumuskan dan mempertajam langkah-langkah penanganannya untuk
kemudian akan dilaporkan kepada Presiden Republik Indonesia (RI). Presiden RI
menaruh perhatian yang cukup besar terkait isu stunting terutama untuk mencari
langkah terobosan dalam menangani dan mengurangi stunting.
Rekomendasi rencana aksi Intervensi Stunting diusulkan menjadi 5 pilar utama
dengan penjelasan sebagai berikut:

• Pilar 1: Komitmen dan Visi Pimpinan Tertinggi Negara. Pada pilar ini,
dibutuhkan Komitmen dari Presiden/Wakil Presiden untuk mengarahkan K/L
terkait Intervensi Stunting baik di pusat maupun daerah. Selain itu, diperlukan
juga adanya penetapan strategi dan kebijakan, serta target nasional maupun
daerah (baik provinsi maupun kab/kota) dan memanfaatkan Sekretariat
Sustainable Development Goals/SDGs dan Sekretariat TNP2K sebagai lembaga
koordinasi dan pengendalian program program terkait Intervensi Stunting.
• Pilar 2: Kampanye Nasional berfokus pada Peningkatan Pemahaman,
Perubahan Perilaku, Komitmen Politik dan Akuntabilitas. Berdasarkan
pengalaman dan bukti internasional terkait program program yang dapat secara
efektif mengurangi pervalensi stunting, salah satu strategi utama yang perlu segera
dilaksanakan adalah melalui kampanye secara nasional baik melalui media masa,
maupun melalui komunikasi kepada keluarga serta advokasi secara berkelanjutan.
• Pilar 2: Kampanye Nasional berfokus pada Peningkatan Pemahaman,
Perubahan Perilaku, Komitmen Politik dan Akuntabilitas. Berdasarkan
pengalaman dan bukti internasional terkait program program yang dapat secara
efektif mengurangi pervalensi stunting, salah satu strategi utama yang perlu segera
dilaksanakan adalah melalui kampanye secara nasional baik melalui media masa,
maupun melalui komunikasi kepada keluarga serta advokasi secara berkelanjutan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 137


PROGRAM INOVASI DESA

• Pilar 3: Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi Program Nasional, Daerah,


dan Masyarakat.
• Pilar ini bertujuan untuk memperkuat konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi,
serta memperluas cakupan program yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga
(K/L) terkait. Di samping itu, dibutuhkan perbaikan kualitas dari layanan program
yang ada (Puskesmas, Posyandu, PAUD, BPSPAM, PKH dll) terutama dalam
memberikan dukungan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan balita pada 1.000
HPK serta pemberian insentif dari kinerja program Intervensi Stunting di wilayah
sasaran yang berhasil menurunkan angka stunting di wilayahnya. Terakhir, pilar
ini juga dapat dilakukan dengan memaksimalkan pemanfaatan Dana Alokasi
Khusus (DAK) dan Dana Desa untuk mengarahkan pengeluaran tingkat daerah ke
intervensi prioritas Intervensi Stunting.
• Pilar 4: Mendorong Kebijakan “Food Nutritional Security”. Pilar ini berfokus
untuk (1) mendorong kebijakan yang memastikan akses pangan bergizi, khususnya di
daerah dengan kasus stunting tinggi, (2) melaksanakan rencana fortifikasi bio-energi,
makanan dan pupuk yang komprehensif, (3) pengurangan kontaminasi pangan, (4)
melaksanakan program pemberian makanan tambahan, (5) mengupayakan investasi
melalui Kemitraan dengan dunia usaha, Dana Desa, dan lain-lain dalam infrastruktur
pasar pangan baik ditingkat urban maupun rural.
• Pilar 5: Pemantauan dan Evaluasi. Pilar yang terakhir ini mencakup pemantauan
exposure terhadap kampanye nasional, pemahaman serta perubahan perilaku
sebagai hasil kampanye nasional stunting, pemantauan dan evaluasi secara berkala
untuk memastikan pemberian dan kualitas dari layanan program Intervensi Stunting,
pengukuran dan publikasi secara berkala hasil Intervensi Stunting dan perkembangan
anak setiap tahun untuk akuntabilitas, Result-based planning and budgeting
(penganggaran dan perencanaan berbasis hasil) program pusat dan daerah, dan
pengendalian program-program Intervensi Stunting.

Daftar Pustaka
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (2017) 100 Kabupaten/Kota
Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta: Sekretariat Wakil
Presiden Republik Indonesia

138| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 139


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 2.4.1

Keterbukaan Informasi Publik dalam Pembangunan Desa

A. Pendahuluan
Hak atas informasi dan dokumen yang ada pada Badan Publik merupakan Hak Azazi
Manusia (HAM) berdasarkan Pasal 19 Deklarasi Umum Hak Azazi Manusia (DUHAM)
tanggal 10 Desember 1948. Hak atas informasi dan dokumen yang ada pada Badan
Publik juga merupakan Hak Konsitusional Warga Negara Indonesia yang diberikan,
dijamin, dan sesuai dengan Pasal 28F Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 hasil Amandemen Kedua.
Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia telah
mengeluarkan Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (KIP) sebagai tindak lanjut dari perintah Pasal 28F UUD NRI 1945 tanggal 30
April 2008 diiringi dengan peraturan pelaksanaanya berupa Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2010 tentang Keterbukaan Informasi Publik. UU 14.2008 mengatur
bahwa berlakunya seluruh ketentuan dalam UU 14/2008 tersebut adalah 2 (dua) tahun
semenjak diundangkan atau tahun 2010.
UU 14/2008 dan PP 61/2010 pada prinsipnya mengatur bagaimana dan apa
kewajiban Badan Publik dalam rangka melayani masyarakat agar dengan cara mudah,
sederhana, cepat, dan berbiaya murah (azas KIP) dapat memperoleh informasi dan
dokumen yang ada pada Badan Publik guna mengembangka diri dan lingkungannya.
Dan juga mengatur bagaimana penyelesaian jika terjadi sengketa informasi antara
masyarakat dengan Badan Publik.
Badan Publik yang dimaksud dalam UU 14/2008 adalah seluruh lembaga yang
berada dibawah cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Juga termasuk Badan
Publik adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
Partai Politik, seluruh lembaga yang mengumpulkan uang dari masyarakat, seluruh
lembaga yang menerima uang dari luar negeri, dan seluruh lembaga yang sebagian atau
seluruh dananya berasal dari Anggaran Pendapat Belanja Negara (APBN) dan atau dari
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Kesemua lembaga diatas diwajibkan oleh
UUD NRI 1945 dan UU 14/2008 untuk mengelola seluruh informasi dan dokumennya agar
bisa diakses oleh masyarakat, kecuali informasi dan dokumen yang dikecualikan setelah
melalui uji konsekuensi dan memenuhi syarat sebagai informasi dan dokumen yang boleh
dikecualikan (tertutup) sesuai ketentuan Pasal 17 UU 14/2008.
Tahun 2009 sudah terbentuk Komisi Informasi Pusat (KIP) Republik Indonesia untuk
melaksanakan UU 14/2008, dan saat ini Komisi Informasi Pusat dijalankan oleh 7 (Tujuh)
Komisioner periode ketiga (2017-2021). Dan juga sudah terbentuk 30 (Tiga Puluh) Komisi
Informasi Provinsi dan beberapa Komisi Informasi Kabupaten/Kota. Komisi

140| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Informasi wajib dibentuk di tingkat Pusat dan Provinsi dan dapat dibentuk ditingkat
Kabupaten Kota.
Komisi Informasi disemua tigkatan bertanggungjawab untuk memastikan
terselenggaranya Keterbukaan Informasi di semua Badan Publik dan
bertanggungjawab juga untuk memastikan Badan Publik melayani permohonan
informasi dan dokumen dari masyarakat. Komisi Informasi diberi tugas dan wewenang
juga untuk menerima, memeriksa, dan memutus sengketa informasi antara masyarakat
dengan Badan Publik melalui Ajudikasi Nonlitigasi yang didalamnya didahului dengan
proses Mediasi. Komisi Informasi Pusat berwenang untuk menyidangkan sengketa
informasi jika sengketa itu melibatkan Badan Publik tingkat nasional, sementara Komisi
Informasi Provinsi dan Kabupaten/Kota berwenang untuk menyidangkan sengketa
informasi antara masyarakat dengan Badan Publik sesuai tingkatannya. Untuk
menjalankan UU 14/2008 Komisi Informasi pusat mengeluarkan Standar Layanan
Informasi dalam bentuk Peraturan Komisi Informasi (PERKI).

B. Mandat Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa berkaitan Keter-


bukaan Informasi Publik
Dalam Undang-Undang Desa, keterbukaan informasi terdapat dalam beberapa pasal
seperti
Pertama sebagaimana diatur dalam pasal 24, yang menyatakan bahwa asas
penyelenggaraan Pemerintahan Desa salah satunya adalah keterbukaan. Selanjutnya
dinyatakan pada bagian penjelasan bahwa yang dimaksud dengan keterbukaan adalah
asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa
dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kedua pada pasal 26 ayat (4) huruf (f) diatur bahwa dalam menjalankan tugasnya
Kepala Desa berkewajiban untuk melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang
akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi,
korupsi, dan nepotisme. Masih pada pasal dan ayat yang sama, pada huruf (p) diatur
bahwa Kepala Desa juga memiliki kewajiban untuk memberikan informasi kepada
masyarakat Desa.
Ketiga pada pasal 27 huruf (d) diatur bahwa dalam menjalankan hak, tugas,
kewenangan, dan kewajiban Kepala Desa wajib memberikan dan/atau menyebarkan
informasi penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa
setiap akhir tahun anggaran.
Keempat Pasal 68 ayat (1) huruf (a) dinyatakan bahwa masyarakat desa berhak
meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
Kelima pada pasal yang mengatur tentang keterbukaan informasi yaitu pasal 86
ayat (1) dan ayat (5) yang menyatakan bahwa desa berhak mendapatkan akses
informasi melalui sistem informasi desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 141


PROGRAM INOVASI DESA

Kabupaten/Kota dan sistem informasi tersebut dikelola oleh Pemerintah Desa dan
dapat diakses oleh masyarakat desa dan semua pemangku kepentingan.
Dalam peraturan pelaksanaaannya, pada Pasal 127 ayat (2) huruf e Peraturan
Pemerintah tentang Peraturan Pelaksanaan UU Desa juga menyatakan bahwa upaya
pemberdayaan masyarakat Desa dilakukan dengan mengembangkan sistem
transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan
pembangunan desa.

C. Badan Publik Desa


Pemerintahan Desa dengan segala perangkatnya adalah merupakan bagian dari
cabang kekuasaan eksekutif dan karenanya merupakan Badan Publik yang wajib
menjalankan Pemerintahan Desa sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi yang
diatur dalam UU 14/2008, dan wajib mengelola informasi dan dokumen sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh Komisi Informasi, serta wajib melayani permintaan
informasi daan dokumen dari masyarakat sesuai dengan UU 14/2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik dan seuruh peraturan pelaksanaanya.
Tidak hanya berhenti pada itu, Pemerintahan Desa harus melibatkan partisipasi
masyarakat mulai dari perencanaan (Musrenbang misalnya), pelaksanaan, sampai
evaluasi dan laporan semua kegiatan dan program yang dijalankan oleh Pemerintah
Desa. Pemerintah Desa juga diminta untuk mengeluarkan Peraturan Desa terkait
dengan Keterbukaan Informasi Desa.
Hal ini diperlukan agar masyarakat Desa bisa memahami dengan baik bagaimana
untuk mendapatkan informasi dan dokumen terkait pelaksanaan Pemerintahan Desa
maupun pelaksanaan program dan kegiatan yang diselenggarakan Pemerintahan Desa,
sebagai bagian integral untuk pengembangan diri dan lingkungan masyarakat Desa.

D. Pendamping Desa
Pendamping Desa dan atau pihak terkait dengan pemberdayaan masyarakat Desa
(Pemerintah Kabupaten danseluruh instansi terkait), pelaksana dari program-program
pemerintah terkait Desa (misal : Program Inovasi Desa) diharapkan menjadi ujung
tombak dalam membangun transparansi di Desa, dalam membangun pengelolaan
informasi yang terbuka di Desa, dalam membangun masyarakat yang melek infomasi
di Desa.
Pendamping Desa diharapkan mampu untuk meyakinkan Pemerintah Desa agar
menyiapkan seluruh perangkat yang dibutuhkan untuk melayani Hak Konstitusional
untuk mendapatkan informasi yang ada di seluruh Badan Publik Desa. Termasuk dan
tidak terbatas pada penyiapan kursi dan meja untuk masyarkat yang ingin menghadiri
Musrenbang misalnya. Termasuk dan tidak terbatas pada mengeluarkan Peraturan
Desa terkait pelayanan informasi bagi masyarkat Desa misalnya. Dan lain sebagainya.

142| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

E. Mekanisme Mendapatkan Informasi


Mekanisme mendapatkan informasi secara sederhana digambarkan dalam Diagram 1
dibawah ini:

Diagram 1 : Mekanisme memperoleh Informasi

F. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Informasi


Mekanisme penyelsaian sengketa Informasi secara sederhana sebagaimana digambar-
kan dalam Diagram 2 dibawah ini

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 143


PROGRAM INOVASI DESA

Diagram 2 : Mekanisme penyelesian sengketa informasi

Sebagai penekanan, sebagaimana disampaikan diatas, kedua diagram ini


haruslah bisa dijalankan sesuai dengan azas dan prinsip-prinsip SEDERHANA, CEPAT,
dan BERBIAYA MURAH. Permohonan Informasi Publik dan Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik di Komisi Informasi tidaklah boleh membenani masyarakat diluar
kepatutan dan kewajaran.

G. Penutup
Demikian Lembar Informasi ini disusun dengan sangat sederhana dan ringkas. Besar
harapan Penyusun agar pembaca yang budiman berkenan memandang lembaran ini
sebagai pintu gerbang untuk masuk kedalam perpustakaan, kedalam diskusi-diskusi,
kedalam seminar dan workshop yang tentunya akan lebih memberikan pemahaman
kepada kita semua betapa penting dan strategisnya agenda keterbukaan informasi ini
bagi perkembangan bangsa dan negara kita tercinta kedpan, untuk agenda
pemberdayaan masyarkat Indonesia sehingga makin berdaya.
Bukan hal musthil, hasil kerja kita ini akan membawa negara dan masyarkat
Indonesia selangkah demi selangkah menjadi NEGARA DAN MASYARKAT NOMER
SATU DIDUNIA melalui sebuah karya dan kerja yang mampu mengispirasi banyak
orang dan banyak negara, Allahumma Amien

144| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 145


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 3.1.1

Organisasi Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID)

TPID merupakan pelaksana kegiatan PPID di tingkat kecamatan, dan berkedudukan di


Kecamatan. TTPID merupakan kelompok masyarakat yang akan mengelola Dana
Bantuan Pemerintah PPID. TPID dipilih melalui forum musyawarah di tingkat
Kecamatan dan dikukuhkan oleh Camat a.n Bupati /Walikota melalui surat keputusan.

1. Kriteria TPID:
a. Tidak terdaftar sebagai pengurus dari partai politik;
b. Tidak sedang menjabat sebagai Staf Desa dan Kecamatan;
c. Memiliki dedikasi terhadap pembangunan desa dan kawasan;
d. Diutamakan masyarakat yang memiliki kreatifitas dalam proses-proses
kegiatan pembangunan desa; dan
e. Anggota TPID berasal dari tokoh masyarakat (bukan PNS dan Pendamping
professional), dengan mengutamakan keterwakilan perempuan.

2. Tugas TPID:
a. Menerima dan menyalurkan, serta mempertanggungjawabkan dana
operasioanal kegiatan inovasi, pengelolaan pengetahuan desa, dan P2KTD;
b. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan musyawarah masyarakat (MAD dan
Musdes atau forum lainnya;
c. Memfasilitasi tahapan pelaksanaan pengelolaan inovasi Desa (identifikasi,
dokumentasi, eskposisi dan replikasi);
d. Melakukan monitoring dan evaluasi dari hasil komitmen yang dilakukan
oleh desa;
e. Mengidentifikasi, merumuskan dan menetapkan prioritas kebutuhan desa

akan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) sesuai


rekomendasi TIK-Pokja P2KTD
f. Mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh TIK dan/atau Program.
g. Membuat Laporan kegiatan dan Laporan Keuangan PPID dan P2KTD

3. Susunan Pengurus TPID


Tim Pengelola Inovasi Desa, susunan pengurus terdiri atas:

146| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

a. Ketua; bertugas untuk memimpin tim dalam mengelola pelaksanaan kegiatan


inovasi desa dan menandatangani dokumen pencairan DOK PPID dan laporan
pertanggungjawaban;
b. Bendahara; bertugas untuk mengadministrasikan pengelolaan dan transaksi
keuangan DOK PPID, serta membantu Ketua Tim dalam menyiapkan laporan
pertanggungjawaban;
c. Bidang Pengelolaan Inovasi desa; bertugas dalam fasilitasi tahapan identifikasi
Pendokumentasian, Promosi dan Penyebaran (Publikasi) inovasi desa yang ada di
desa-desa serta penyebaran inovasi desa dari tempat lain yang telah
direkomendasikan oleh Tim Inovasi Kabupaten; dan
d. Bidang Verifikasi Inovasi; bertugas untuk memeriksa dan memberikan
rekomendasi kepada musyawarah antar desa bagi desa-desa yang berminat
melakukan replikasi kegiatan inovasi melalui APB Desa;
e. Bidang Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa bertugas untuk
mengidentifikasi kebutuhan desa akan jasa layanan teknis dalam melaksanakan
pembangunan dan pemberdayaan. TPID bidang P2KTD memiliki tugas dan
tanggungjawab sebagai berikut:
(1) Melaksanakan identifikasi kebutuhan P2KTD ke desa-desa.
(2) Menyampaikan hasil identifikasi kebutuhan P2KTD ke TIK -Pokja P2KTD;
(3) Menyusun prioritas dan menetapkan kebutuhan P2KTD;
(4) Melaksanakan kontrak kerja dengan P2KTD;
(5) Menyusun laporan keuangan dan pelaksanaan kegiatan P2KTD; dan
(6) Memfasilitasi pengaduan dan penanganan masalah pelaksanaan P2KTD.

TIPS: Bagaimana Tim Pengelola Inovasi Desa bekerja dalam pelaksanaan


Inovasi Desa?
• Membantu Tim Inovasi Kabupaten dalam mengidentifikasi, memvalidasi,
mendokumentasikan inovasi desa di lingkup kecamatan dalam berbagai format;
• Membantu menyebarkan (mempublikasikan) inovasi desa dalam berbagai media
dan saluran/forum yang tersedia;
• Memfasilitasi desa/ kecamatan/ group/ pihak lain yang berminat mengadopsi
atau mereplikasi inovasi desa;
• Menguji kelayakan dan kesesuaian inovasi desa atau inovasi yang akan
dikembangkan di wilayahnya;
• Melaksanakan kegiatan inovasi yang disepakati/terdanai; dan
• Memonitor dan evaluasi kegiatan inovasi yang dijalankan.
• Melaporkan pelaksanaan kegiatan sebagai pertanggungjawaban

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 147


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 3.2.1

Hubungan Antar Pihak dalam


Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

A. Latar Belakang
Pengelolaan Program Inovasi Desa (PID) berhubungan dengan para pihak yaitu;
Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kabupaten, dan Desa), Lembaga Donor (Bank Dunia),
Tenaga Ahli, Tenaga Pendamping Profesional, Tim Inovasi Kabupaten, PENYEDIA
PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA (P2KTD), Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID).
Hubungan ini bersifat kompleks. Keterlibatan para pihak dari berbagai sektor dan
tingkatan, mulai pusat, provinsi, kabupaten hingga kecamatan dan Desa. Pelaku yang
terlibat bervariasi mulai unsur pemerintah, tenaga ahli, tenaga pendamping profesional
dan pelaku masyarakat. Semua saling berinteraksi dan bekerja sama satu sama lain
sesuai dengan kewenangan, ruang lingkup tugas dan tanggung jawab setiap
organisasi, unit kerja dan pelaku dalam melaksanakan program ini.
Diperlukan kejelasan jenis hubungan antar pihak pengelola program yang saling
berinteraksi ataupun komunikasi. Hal ini diperlukan untuk menciptakan harmonisasi
kerja para pihak yang mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Agar
interaksi ataupun kerjasama diantara para pihak tersebut berjalan secara proporsional
dengan alur relasi yang jelas, mudah dipahami, dan menghasilkan output maksimal,
diperlukan Standard Operating Procedures (SOP) Hubungan Antar Pihak (HAP) yang
mengatur lalu lintas kewenangan, tugas, dan tanggung jawab para pihak yang
dimaksudkan.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
SOP HAP disusun dengan maksud untuk menata alur interaksi dan komunikasi yang
jelas antar pihak sesuai dengan posisi, tugas, wewenang, serta tanggung jawab yang
ada di berbagai tingkatan termasuk hubungan dengan pihak lain dalam rangka
membangun sinergi hubungan dan meminimalkan terjadinya konflik para pihak agar
pelaksanaan PID berjalan secara maksimal.

2. Tujuan
Penyusunan SOP HAP bertujuan untuk:
a. mengenali para pihak yang terlibat dalam program ini;
b. mengatur sistem mekanisme hubungan antar pihak;

148| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

c. mengatur jenis hubungan antar pihak;


d. menghindari terjadinya konflik antar pihak;
e. mencegah duplikasi manajemen, dan;
f. mencegah terjadinya penghindaran tugas dan tanggung jawab yang seharusnya
menjadi tugas dan tanggung jawab pihak tertentu.

C. Landasan dan Rujukan


SOP HAP disusun berlandaskan dan merujuk pada regulasi dan dokumen PID:
1. UU 6 Tahun 2014 Tentang Desa
2. UU 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
3. UU 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
4. UU 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
5. PP 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan UU 6 Tahun 2014
6. PP 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas PP 43 Tahun 2014
7. PP 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang Berasal dari APBN
8. PP 22 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas PP 60 Tahun 2014
9. PP 8 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua atas PP 60 Tahun 2014
10. PP 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan dan Pemerintahan
11. PP 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
12. PP 16 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah
13. Perpres 11 Tahun 2015 Tentang Kemendagri
14. Perpres 12 Tahun 2015 Tentang Kemendesa PDTT
15. Permendes 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
16. Permendes 3 Tahun 2015 Tentang Pendamping Desa
17. Permendes 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
18. Permendes Nomor 22 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2017
19. Permendes 4 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 22 Tahun 2016
tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2017
20. Permendes 2 Tahun 2016 Tentang Indeks Data Membangun
21. Permendes 5 Tahun 2016 Tentang Pembangunan Kawasan PerDesaan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 149


PROGRAM INOVASI DESA

22. Permendagri 111 Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Peraturan Desa
23. Permendagri 112 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Desa
24. Permendagri 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa
25. Permendagri 114 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa
26. Permendagri 81 Tahun 2015 Tentang Evaluasi Perkembangan Desa dan Kelurahan
27. Permendagri 82 Tahun 2015 Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Desa
28. Permendagri 83 Tahun 2015 Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian
Perangkat Desa
29. Permendagri 84 Tahun 2015 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Desa
30. Permendagri 1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Aset Desa
31. Permendagri 44 Tahun 2016 Tentang Kewenangan Desa
32. Permendagri 2 Tahun 2017 Tentang Standar Pelayanan Minimal Desa
33. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Tentang Nomor 900/5356/SJ
Nomor 959/KMK.07/2015 49 Tahun 2015 Tentang Percepatan Penyaluran,
Pengelolaan, dan Penggunaan Dana Desa
34. Peraturan Menteri Keuangan 48/PMK.07/2016, Pengelolaan Transfer ke Daerah
dan Dana Desa
35. Peraturan Menteri Keuangan 49/PMK.07/2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian,
Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa
36. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.PER/05/M.PAN/
03/2008 Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
37. Keputusan Menteri Desa Tentang Pedoman Umum PID dengan Lampiran:
a. Pedum PID
b. Daftar Lokasi Alokasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
c. Daftar Lokasi Alokasi PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA
(P2KTD)
d. Panduan Key Performance Indicator (KPI)
38. Surat Edaran Dirjen PPMD Berkenaan dengan Keputusan Menteri Desa PDTT
Tentang Pedoman Umum PID termasuk lampiran-lampirannya.

D. Para Pihak
Para pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan PID adalah

150| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

a. Pemerintah
a. Kemendesa PDTT
b. Kementerian PPN/Bappenas
c. Kemendagri
d. Kemenkeu
e. BPKP
b. Bank Dunia
c. Satuan Kerja (Satker)
a. Satker Pusat
b. Satker Provinsi
c. Satker Kabupaten/Kota
d. Tenaga Ahli (TA)
a. TA Pusat
b. TA Provinsi
e. Tenaga Pendamping Profesional
f. Tim Inovasi Kabupaten (TIK)
g. PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA (P2KTD)
h. Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID)

E. Jenis Hubungan
Pentingnya memahami jenis hubungan antar pihak dimaksudkan untuk memandu
interaksi ataupun komunikasi di antara pihak-pihak pengelola program. Secara umum,
penjelasan ini digunakan untuk menciptakan harmonisasi kerja para pihak yang
mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Harmonisasi hubungan ini
dilakukan melalui pemahaman terhadap hubungan tugas dan tanggungjawab para
pihak. Hubungan ini dapat dilakukan secara formal tertulis dan memiliki kekuatan
hukum, dan atau dengan cara lain yang dianggap efektif. Penggunaan berbagai jenis
hubungan yang ada di bawah ini sangat tergantung pada aspek dan masalah yang
dihadapi. Jenis-jenis hubungan para pihak mencakup:
1. Hubungan instruktif adalah hubungan yang dimaknai sebagai hubungan antar
pihak dimana kedudukan pihak yang satu lebih tinggi dari pihak lainnya dalam
kerangka kesatuan kerja. Dalam hal ini pihak yang lebih tinggi memiliki hak untuk
memberikan perintah tugas dan atau membuat keputusan untuk dilaksanakan
dan dipatuhi oleh pihak di bawahnya.
2. Hubungan koordinatif adalah hubungan yang berkaitan dengan penyampaian
seluruh informasi yang diperlukan dari satu pihak kepada pihak lain lain agar

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 151


PROGRAM INOVASI DESA

terjadi singkronisasi kegiatan. Secara umum, setiap pihak baik pada tingkat yang
lebih tinggi ataupun yang setara dapat menggunakan jenis hubungan ini.
3. Hubungan konsultatif adalah suatu hubungan untuk mendapatkan masukan,
nasihat dan pendapat terhadap pihak di atasnya atau yang setara yang dianggap
mempunyai pengalaman dan pemahaman yang lebih baik tentang aspek dan
atau masalah pelaksanaan program sehingga perlu dipertimbangkan.
4. Hubungan pembinaan/pembimbingan adalah hubungan antara satu pihak
terhadap pihak lain dalam rangka peningkatan kualitas kinerja yang
bersangkutan dalam rangka pengelolaan dan pelaksanaan program.
5. Hubungan pengawasan/pemeriksaan adalah hubungan antara satu pihak
terhadap yang berada di bawahnya dalam rangka pengendalian, pengawasan
dan pemeriksaan/audit pelaksanaan program.
6. Hubungan pelaporan adalah hubungan pemberian informasi dari bawah ke
atas. Jenis pelaporan dapat bersifat standar rutin bulanan dan atau kontekstual
sesuai dengan tahapan pelaksanan program.

F. Ruang Lingkup dan Sistematika


Ruang Lingkup SOP HAP meliputi penjelasan mengenai hubungan para pihak pihak
dalam pelaksanaan PID dengan sistematika sebagai berikut:
1. Pendahuluan
2. Maksud dan Tujuan
3. Landasan dan Rujukan
4. Para Pihak
5. Jenis Hubungan
6. Ruang Lingkup dan Sistematika
7. Hubungan Pemerintah dengan Bank Dunia
8. Hubungan Antar Pemerintah (Kementerian/Lembaga)
a. Kemendesa PDTT
b. Kemenkeu
c. Kementerian PPN/Bappenas
d. Kemendagri
e. BPKP
9. Hubungan Antar Satuan Kerja (Satker)
a. Satker Pusat
b. Satker Provinsi

152| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

c. Satker Kabupaten
10. Hubungan Satker dengan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendamping Profesional
11. Hubungan Antar Tenaga Ahli dan Tenaga Pendamping Profesional
a. Tenaga Ahli Pusat
b. Tenaga Ahli Provinsi
c. Tenaga Pendamping Profesional

G. Hubungan Pemerintah dengan Bank Dunia


a. Kemenkeu untuk dan atas nama Pemerintah melakukan perikatan perjanjian
pinjaman dengan Bank Dunia;
b. Bappenas bekerjasama dengan Bank Dunia dalam kaitan fungsi perumusan
kebijakan, pemikiran strategis, koordinasi dan administrasi dalam rangka
penyiapan dan pelaksanaan PID;
c. Kemendesa PDTT sebagai executing agency bekerjasama dengan Bank Dunia
dalam rangka penyiapan dan pelaksanaan PID;
d. Kemendagri melakukan pembinaan terhadap Pemerintah Desa bekerja sama
dengan Bank Dunia dalam rangka penyiapan dan pelaksanaan PID;
e. BPKP sebagai Auditor Negara melakukan audit keuangan PID sesuai kesepakatan
dengan Bank Dunia;
f. Kemendesa PDTT dan Bank Dunia secara bersama-sama atau sendiri-sendiri
melakukan pengawasan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PID;
g. Kemendesa PDTT dan Bank Dunia melakukan penyempurnaan kebijakan PID
sesuai kebutuhan dan kesepakatan bersama.

H. Hubungan antar Pemerintah (Kementerian/Lembaga)


a. Melaksanakan koordinasi secara rutin melalui pertemuan, rapat, monitoring
bersama termasuk membangun sistem pertukaran informasi program dari satu
pihak kepada pihak lain lain agar terjadi singkronisasi kegiatan;
b. Membangun konsultasi bersama termasuk dalam hal memberikan dan
memperoleh masukan, nasihat dan pendapat terhadap pihak lain yang dianggap
mempunyai pengalaman dan pemahaman yang lebih baik tentang program
sebagai bahan kebijakan;
c. Menyelenggarakan kegiatan bersama berupa kerjasama kegiatan, pelatihan,
ekspose atau pagelaran, workshop termasuk mengikutsertakan para pihak terkait
dalam rangka meningkatkan bobot dan kualitas kegiatan program.
I. Hubungan antar Satuan Kerja (Satker) Pusat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 153


PROGRAM INOVASI DESA

a. Melaksanakan koordinasi tingkat pusat secara rutin melalui pertemuan, rapat,


monitoring bersama termasuk membangun sistem pertukaran informasi program
dari satu pihak kepada pihak lain lain agar terjadi singkronisasi kegiatan;
d. Membangun konsultasi bersama tingkat pusat termasuk dalam hal memberikan
dan memperoleh masukan, nasihat dan pendapat terhadap pihak lain yang
dianggap mempunyai pengalaman dan pemahaman yang lebih baik tentang
program sebagai bahan kebijakan.
b. Menyelenggarakan kegiatan bersama di pusat maupun di daerah berupa
kerjasama kegiatan, pelatihan, ekspose atau pagelaran, workshop termasuk
mengikutsertakan para pihak terkait dalam rangka meningkatkan bobot dan
kualitas kegiatan program.

J. Hubungan antar Satker Provinsi


a. Melaksanakan koordinasi tingkat provinsi secara rutin melalui pertemuan, rapat,
monitoring bersama termasuk membangun sistem pertukaran informasi program
dari satu pihak kepada pihak lain lain agar terjadi singkronisasi kegiatan;
b. Membangun konsultasi bersama tingkat provinsi termasuk dalam hal
memberikan dan memperoleh masukan, nasihat dan pendapat terhadap pihak
lain yang dianggap mempunyai pengalaman dan pemahaman yang lebih baik
tentang program sebagai bahan kebijakan;
c. Menyelenggarakan kegiatan bersama di provinsi maupun di kabupaten/kota
berupa kerjasama kegiatan, pelatihan, ekspose atau pagelaran, workshop
termasuk mengikutsertakan para pihak terkait dalam rangka meningkatkan bobot
dan kualitas kegiatan program.

K. Hubungan Satker dengan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendamping Profesional


a. Melakukan kontrak kerja Tenaga Ahli dan Tenaga Pendamping Profesional;
b. Melakukan pembayaran gaji atau honorarium dan tunjangan operasional lain;
c. Melakukan evaluasi kinerja;
d. Meminta dan menerima laporan;
e. Melakukan pembinaan;
f. Memberikan pengarahan, petunjuk, perintah terkait pelaksanaan tugas;
g. Meminta penjelasan, klarifikasi atas pelaksanaan dan permasalahan tugas;
h. Menerima pertanyaaan, klarifikasi atas pelaksanaan dan permasalahan tugas;
i. Menerima pengaduan dan melakukan tindak lanjut penyelesaian masalah;
j. Memberikan asistensi atau bantuan terkait koordinasi lintas dinas dan sektor;
k. Melakukan pemeriksaan tugas-tugas;

154| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

l. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran dan penyimpangan.

L. Hubungan antar Tenaga Ahli (TA) Pusat


a. TA PID Pusat dan TA P3MD Pusat membangun sistem koordinasi kerja termasuk
mewujudkan sistem pertukaran informasi program yang diperlukan dari satu
pihak kepada pihak lain lain agar terjadi singkronisasi antar kegiatan dan dalam
rangka pertukaran inovasi dan pengetahuan program;
b. TA PID Pusat dan TA P3MD Pusat menginisiasi forum pertemuan termasuk dalam
hal memberikan dan memperoleh masukan, nasihat dan pendapat terhadap
pihak lain yang dianggap mempunyai pengalaman dan pemahaman yang lebih
baik tentang aspek dan atau masalah sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan
program;
c. TA PID Pusat dan TA P3MD Pusat mendukung terselenggaranya kegiatan
bersama antar program di pusat maupun di daerah berupa kerjasama kegiatan,
pelatihan, ekspose atau pagelaran, workshop termasuk mengikutsertakan para
pihak terkait dalam rangka meningkatkan bobot dan kualitas kegiatan program.

M. Hubungan antar Tenaga Ahli (TA) Provinsi


a. TA PID Provinsi dan TA P3MD Provinsi membangun sistem koordinasi kerja
termasuk mewujudkan sistem pertukaran informasi program yang diperlukan dari
satu pihak kepada pihak lain lain agar terjadi singkronisasi antar kegiatan dan
dalam rangka pertukaran inovasi dan pengetahuan program;
b. TA PID Provinsi dan TA P3MD Provinsi menginisiasi forum pertemuan termasuk
dalam hal memberikan dan memperoleh masukan, nasihat dan pendapat
terhadap pihak lain yang dianggap mempunyai pengalaman dan pemahaman
yang lebih baik tentang aspek dan atau masalah sebagai bahan pertimbangan
pelaksanaan program;
c. TA PID Provinsi dan TA P3MD Provinsi mendukung terselenggaranya kegiatan
bersama antar program di pusat maupun di daerah berupa kerjasama kegiatan,
pelatihan, ekspose atau pagelaran, workshop termasuk mengikutsertakan para
pihak terkait dalam rangka meningkatkan bobot dan kualitas kegiatan program.

N. Hubungan antar Tenaga Pendamping Profesional Kabupaten


a. Tenaga Pendamping Profesional Kabupaten P3MD membangun sistem
koordinasi kerja termasuk mewujudkan sistem pertukaran informasi program
yang diperlukan dari satu pihak kepada pihak lain lain agar terjadi singkronisasi
antar kegiatan dan dalam rangka pertukaran inovasi dan pengetahuan program;
b. Tenaga Pendamping Profesional Kabupaten P3MD menginisiasi forum
pertemuan termasuk dalam hal memberikan dan memperoleh masukan, nasihat
dan pendapat terhadap pihak lain yang dianggap mempunyai pengalaman dan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 155


PROGRAM INOVASI DESA

pemahaman yang lebih baik tentang aspek dan atau masalah sebagai bahan
pertimbangan pelaksanaan program;
c. Tenaga Pendamping Profesional Kabupaten P3MD mendukung terselenggaranya
kegiatan bersama antar program di pusat maupun di daerah berupa kerjasama
kegiatan, pelatihan, ekspose atau pagelaran, workshop termasuk mengikutserta-
kan para pihak terkait dalam rangka meningkatkan bobot dan kualitas kegiatan
program.

O. Penutup
Tugas dan tanggung jawab serta ruang lingkup kewenangan yang lebih rinci untuk
para pihak terkait telah dirumuskan dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) dan
Terms of Reference (TOR). SOP HAP ini diharapkan menjadi pegangan (aturan main)
hubungan kerja sama para pihak. SOP HAP diharapkan menyelaraskan alur interaksi
dan komunikasi di antara pelaksana program yang terkait dengan tugas dan
kewenangan para pihak dimaksud agar tidak terjadi konflik. Dengan demikian,
pengendalian kinerja program dapat berjalan lebih sinergis, efisien dan efektif.

156| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 157


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 4.1.1

Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)

A. Latar Belakang
Banyak kegiatan inovatif di desa yang dapat menjadi inspirasi pembangunan bagi desa
lain yang selama ini belum terdokumentasi dan dikelola secara sistematis dengan baik
sebagai bahan pembelajaran untuk peningkatan kualitas pembangunan di desa. PPID
dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan dana desa dengan
memberikan contoh kegiatan inovasi desa melalui pendokumentasian dan
penyebarluas an kegiatan inovasi pembangunan desa.
Tahapan PPID tahun 2018 didasarkan atas hasil pelaksanaan tahapan yang telah
dilaksanakan pada tahun 2017. Alur tahapan pelaksanaan PPID terdiri atas 2 tingkatan
yaitu: (1). kegiatan di tingkat kabupaten yang dilakukan oleh TIK, dan (2) kegiatan di
tingkat kecamatan dan Desa yang dilakukan oleh TPID.

B. Orientasi dan Persiapan


TAPM, PD dan PLD bersama TIK dan TPID (jika sudah terbentuk) melakukan orientasi
dan evaluasi atas pelaksanaan PID tahun 2017 sebagai langkah persiapan pelaksanaan
tahun 2018. Langkah-langkah fasilitasi yang dilakukan adalah:
1. Melakukan pertemuan dengan TIK atau TPID untuk mempersiapkan rencana
pelaksanaan kegiatan tahun 2018 (jika sudah terbentuk). Jika belum terbentuk
segera difasilitasi pembentukan TIK dan mengadakan MAD-1 untuk
pembentukan TPID.
2. Pada lokasi yang sudah menyelenggarakan Bursa Inovasi Desa (BID) perlu
memastikan sejauhmana tindak lanjut kartu komitmen untuk replikasi telah
dimasukkan dalam APB Desa tahun 2018. Bersama TIK-Pokja PPID menyiapkan
dan mengelompokkan kartu-kartu Ide hasil BID sebagai dokumen yang akan
diverifikasi kelayakan inovatifnya oleh TIK dan akan dikembalikan kepada TPID
untuk dilakukan proses “capturing” / pendokumentasian.
3. Mengidentifikasi dan menyusun direktori keberadaan P2KTD.

C. Musyawarah Antar Desa (MAD)-1


TAPM Kabupaten/Kota bersama PD dan PLD serta TPID (bagi yang sudah terbentuk)
memfasilitasi pelaksanaan MAD-1 melalui koordinasi dengan Camat. MAD-1 merupakan
forum di tingkat kecamatan yang yang dihadiri oleh maksimal 6 orang perwakilan desa,
yaitu Kepala Desa, Unsur BPD, tokoh masyarakat, dan keterwakilan perempuan minimal

158| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

2 orang). MAD 1 juga melibatkan perwakilan UPTD tingkat kecamatan yang relevan
seperti Puskesmas, UPTD Pendidikan, PU kecamatan, dan lain-lain.

Tujuan MAD-1:
1. Sosialisasi konsep PID dan penggunaan Bantuan Pemerintah PPID, termasuk
kebutuhan Desa akan jasa layanan teknis;
2. Diseminasi informasi kegiatan-kegiatan inovasi yang sudah teridentifikasi
sebelumnya, baik yang ada di lokasi dampingan maupun tempat lain;
3. Pembentukan TPID (bagi yang belum atau ada pergantian pengurus). Pengurus
TPID disyahkan oleh Camat;
4. Kesepakatan pokok-pokok kegiatan yang akan dibiayai melalui dana operasional
kegiatan (Kebijakan umum penggunaan dana diatur dalam Petunjuk Teknis
Penggunaan DOK PPID).
2. Rapat TPID
Rapat TPID dilakukan untuk menyusun proposal dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) penggunaan Bantuan Pemerintah PPID. Sebelum merumuskan kegiatan
dan RAB, TPID mendapatkan pelatihan terlebih dahulu dari TAPM
Kabupaten/Kota dan atau PD. TPID mengadakan pertemuan untuk menyusun
detail proposal kegiatan dan RAB berdasarkan hasil keputusan MAD. Selanjutnya
Camat menerbitkan Surat Penetapan Camat (SPC) yang berdasarkan Berita Acara
MAD dan hasil rapat perumusan kegiatan.

D. Pencairan dan Penyaluran Dana


1. Pencairan dan Penyaluran Dana Bantuan Pemerintah PPID Mekanisme pencairan
dan penyaluran Dana Bantuan Pemerintah PPID, secara umum diatur sebagai
berikut:
a. TPID menyusun dan mengajukan proposal yang disertai RAB penggunaan
dana Bantuan Pemerintah PPID kepada TIK untuk diverifikasi sebelum
dikirim kepada Satker Provinsi;
b. TIK melakukan verifikasi atas kelengkapan dokumen-dokumen pencairan
yang diajukan oleh TPID, dan setelah dinyatakan lengkap dilanjutkan
kepada Satker Provinsi untuk proses pencairan dana tahap I;
c. Satker Provinsi melakukan verifikasi, dan setelah kelengkapan administrasi
dinyatakan lengkap, maka dilakukan penerbitan SPM kepada KPPN;
d. KPPN setelah menerima SPM dari satker Provinsi akan melakukan
pengecekan administrasi dan selanjutnya KPPN menerbitkan SP2D untuk
meminta bank operasional membayar kepada rekening TPID;
e. Setelah bank operasional mentransfer dana ke Rekening TPID, maka tidak
lebih dari 7 hari kerja, dana tersebut harus dibelanjakan sesuai proposal dan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 159


PROGRAM INOVASI DESA

RAB yang telah diajukan;


f. Pengajuan pencairan dana tahap II oleh TPID hanya dapat dilakukan apabila
penggunaan dana dari tahap I (50%) telah mencapai minimal 90%. Pengajuan
pencairan dana tahap II wajib dilampiri dengan Laporan Penggunaan Dana
(LPD) tahap I dan Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap II.
Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme pencairan dan penyaluran dana
Bantuan Pemerintah PPID diatur melalui Petunjuk Teknis Bantuan Pemerinth PPID
Tahun Anggaran 2018.
3. Dana Operasional TIK
Pada TA 2018 TIK mendapatkan dana operasional dan administrasi kegiatan
untuk menunjang proses kegiatan dari PPID. Tata cara pengajuan pencairan dan
penyaluran serta penggunaan Dana Operasional TIK dimaksud, akan diatur lebih
lanjut melalui Petunjuk Teknis Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018.

E. Identifikasi Inovasi
Identifikasi inovasi dilakukan untuk memetakan kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan
di masyarakat dan desa pada bidang infrastruktur, pengembangan sumber daya
manusia, serta kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal berdasarkan kriteria
yang termasuk dalam kategori inovatif. Identifikasi dibedakan pada dua kategori lokasi
berdasarkan pelaksanaan PID tahun 2017, yaitu:
1. Lokasi yang sudah tersedia Kartu Ide melalui Bursa Inovasi Desa pada tahun
sebelumnya
Pada lokasi ini identifikasi inovasi didasarkan atas kartu ide yang sudah tersedia,
yaitu dengan mengumpulkan seluruh kartu ide hasil bursa dan mengelompokkan
ide-ide tersebut ke dalam 3 bidang, yaitu bidang infrastruktur, kewirausahaan
dan pengembangan ekonomi lokal, serta pengembangan sumber daya manusia.
Tahapan ini dilakukan oleh Pokja PPID pada TIK dengan difasilitasi oleh TAPM.
Pengelompokan dilakukan melalui pemilahan ide inovasi mana saja yang
memenuhi kriteria kategori inovatif.
2. Lokasi yang belum tersedia Kartu Ide atau yang belum melakukan Bursa Inovasi
Desa
Pada lokasi ini, TPID terutama yang menangani bidang PPID dengan dibantu
difasilitasi oleh PD, melakukan identifikasi ke desa-desa atas beberapa kegiatan
di bidang infrastruktur, kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal, serta
pengembangan sumber daya manusia, yang sudah dilakukan dan dinilai
berpotensi sebagai kegiatan yang inovatif sesuai kriteria. Kegiatan ini dilakukan
dengan melakukan kunjungan ke desa-desa dan melakukan pengamatan dan
wawancara dengan pelaku-pelaku pembangunan desa dan pemberdayaan
masyarakat. Kegiatan ini dilakukan setelah TPID mendapatkan pelatihan terlebih
dahulu tentang PID dan memahami apa saja kriteria kegiatan yang dinilai sebagai
kegiatan inovatif.

160| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

F. Identifikasi Kebutuhan P2KTD


TPID bidang P2KTD melakukan proses identifikasi ke desa-desa tentang apa saja
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan melalui APB Desa yang memerlukan jasa
layanan teknis di 3 bidang yaitu infrastruktur, kewirausahaan/pengembangan ekonomi
lokal, dan pengembangan sumber daya manusia.
Kegiatan-kegiatan yang membutuhkan P2KTD adalah kegiatan yang tidak bisa
dilaksanakan oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) maupun oleh tenaga
Tenaga Pendamping Profesional karena membutuhkan keahlian khusus. Hasil
identifikasi kebutuhan P2KTD dikelompokkan sebagai berikut:
Pelaksanaan identifkasi Kebutuhan P2KTD secara lebih detail dapat dilihat pada BAB IV
tentang Kegiatan P2KTD.

G. Verifikasi Inovasi oleh Pokja PPID - TIK


Pokja PPID-TIK, setelah mendapatkan hasil identifikasi kegiatan dari Kartu Ide atau
TPID selanjutnya melakukan proses verifikasi apakah kegiatan-kegiatan tersebut masuk
dalam kriteria inovatif atau tidak. Hasil verifikasi berupa rekomendasi kelayakan
sebagai kegiatan inovatif yang bisa dilanjutkan proses berikutnya, yaitu capturing atau
pendokumentasian kegiatan inovasi. Verifikasi merujuk pada kriteria kegiatan inovatif
sebagaimana yang sudah disebutkan dalam Bab I Ketentuan Dasar. Rekomendasi
kelayakan ini ditujukan kepada TPID.

H. Verifikasi Kebutuhan P2KTD oleh Pokja P2KTD- TIK


Verifikasi kebutuhan P2KTD dimaksudkan untuk menilai kelayakan terhadap usulan
kegiatan yang diajukan oleh TPID terhadap desa-desa yang membutuhkan layanan
P2KTD. Verifikasi dilakukan oleh Pokja P2KTD-TIK berdasarkan hasil identifikasi
kebutuhan layanan P2KTD. Hasil verifikasi yang dilakukan disampaikan kepada TPID
berupa daftar usulan kegiatan yang layak untuk mendapat dukungan layanan teknis
serta P2KTD yang sesuai dengan kebutuhan Desa.

I. Perumusan dan Prioritas Kegiatan P2KTD


Hasil verifikasi kebutuhan P2KTD yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan
berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh P2KTD. Prioritas
kegiatan yang akan mendapat layanan P2KTD ditetapkan dalam rapat TPID sesuai
dengan kriteria yang telah dirumuskan.

J. Pendokumentasian Inovasi
TPID terutama bidang PPID, dengan didukung oleh PD dan PLD melakukan proses
pendokumentasian kegiatan yang telah diverifikasi oleh TIK dan direkomendasikan
sebagai kegiatan inovatif yang bisa dilakukan capturing.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 161


PROGRAM INOVASI DESA

1. Proses “capturing”
Hasil identifikasi dari masing-masing desa terutama yang masuk kriteria kegiatan
inovatif dan direkomendasikan oleh TIK, selanjutnya didokumentasikan dalam
bentuk media visual/ video, album photo, artikel/tulisan dan media cetak lainnya.
TIK dan TPID akan diberi pelatihan terkait metode capturing terlebih dahulu
sebelum proses capturing dilakukan.
2. Penyusunan Dokumen Pembelajaran
Hasil capturing yang sudah dilakukan, selanjutnya dilakukan proses analisa sesuai
dengan kearifan lokal untuk disusun sebagai dokumen pembelajaran atas praktik
cerdas di wilayah lokasi sasaran. Dokumen pembelajaran tersebut menjelaskan
petunjuk dan proses langkah demi langkah terhadap praktik cerdas atau inovasi
yang telah terjadi.

K. Verifikasi Dokumen Pembelajaran dan Sistem Pengelolaan Pengetahuan


Pokja PPID-TIK selanjutnya melakukan proses verifikasi atas dokumen-dokumen
pembelajaran yang sudah dibuat oleh TPID-TPID. Setelah verifikasi, dokumen-dokumen
pembelajaran tersebut dimasukkan dalam wadah atau platform, kegiatan inovasi (sistem
pengelolaan pengetahuan) berbasis web yang dapat diakses oleh seluruh desa secara luas.
Platform kegiatan inovasi inilah yang selanjutnya disampaikan kepada kecamatan-
kecamatan untuk dipilih sebagai bahan penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID).

L. Peluncuran Bursa Inovasi Desa di Kabupaten/Kota


Kegiatan ini merupakan pertemuan untuk meluncurkan akan adanya Bursa Inovasi
Desa (BID) yang akan diselenggarakan di setiap kecamatan.

M. Bursa Inovasi Desa di Kecamatan


Sebelum penyelenggaraan BID di kecamatan, desa sudah menyiapkan data-data
sebagai berikut:
1. Bidang Sumber Daya Manusia:
a. Ibu Hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK), yaitu ibu hamil
yang memiliki ukuran lingkar lengan atas (LILA) di bawah standar kesehatan
ibu hamil;
b. Bayi atau Balita yang jarang dibawa ke posyandu, yaitu bayi atau balita yang
tidak pernah dibawa ke Posyandu berturut-turut dalam 3 bulan terakhir;
c. Bayi atau Balita yang berat badanya masih di bawah garis merah (indikasi gizi
buruk atau gizi kurang) pada Kartu Menuju Sehat (KMS);

162| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

d. Anak usia SD dan SMP yang tidak bersekolah, yaitu anak yang pada saat
pendataan berusia minimum 8 tahun dan maksimal 14 tahun tidak bersekolah
SD atau SMP, termasuk mereka yang masuk kategori berkebutuhan khusus;
e. Anak usia SD atau SMP (8 s/d 14 tahun) yang putus sekolah, termasuk yang
berkebutuhan khusus.
f. Tingkat pendidikan pelaku pengembangan usaha ekonomi desa
g. Anak usia 3 s/d 6 tahun yang tidak terdaftar di PAUD
h. Jumlah pengangguran di Desa
i. Tingkat urbanisasi masyarakat
2. Bidang Infrastruktur:
a. Akses masyarakat dalam mendapatkan listrik (prosentase masyarakat
menggunakan listrik)
b. Akses masyarakat dalam mendapatkan air bersih (prosentase masyarakat
menggunakan air bersih)
c. Akses masyarakat dalam sanitasi (prosentase penggunaan jamban atau MCK)
d. Akses masyarakat dalam irigasi pertanian dan perikanan
e. Akses masyarakat terhadap ruang public dan sarana olah raga
f. Akses prasarana terhadap perekonomian desa
g. Akses komunikasi dan informasi Desa
h. Keberadaan perumahan yang tidak layak huni (Jumlah rumah tidak layak huni)
3. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal
a. Data potensi unggulan Desa
b. Data kegiatan BUMDesa
c. Data kelompok usaha ekonomi masyarakat dan kewirausahaan
d. Akses masyarakat ke lembaga keuangan
Alur pelaksanaan Bursa Inovasi Desa adalah sebagai berikut:
a. TPID menggelar rapat untuk persiapan penyelenggaraan bursa inovasi desa;
b. Dalam rapat persiapan ini, akan disiapkan dokumen pembelajaran kegiatan
inovasi yang telah direkomendasikan oleh TIK. Dokumen pembelajaran ini dalam
bentuk video dan atau tulisan atas kegiatan-kegiatan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan, di bidang pengembangan
ekonomi lokal, sumberdaya manusia dan prasarana infrastruktur;
c. Lokasi yang belum menyelenggarakan BID, dokumen pembelajaran yang
digunakan sebagai rujukan adalah sebanyak 50 inovasi yang telah disiapkan dan
diverifikasi sesuai kriteria inovatif.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 163


PROGRAM INOVASI DESA

Penyelenggaraan BID dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk:


a. Memberikan masukan/ide terhadap perencanaan pembangunan desa;
b. Membagi kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan dalam bentuk video
maupun tulisan;
c. Membangun komitmen desa untuk melakukan adaptasi inovasi;
d. Membagi informasi direktori P2KTD
Hasil dari BID adalah: Kartu Komitmen sebagai wujud keseriusan desa untuk
melakukan replikasi dan Kartu Ide untuk menyampaikan bahwa di desa-desa mereka
juga terdapat kegiatan yang inovatif namun belum terdokumentasikan. TPID akan
mendata daftar usulan dari Kartu Komitmen dan Kartu Ide untuk ditindaklanjuti. Lebih
lanjut tentang BID dapat dilihat dalam Panduan Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa.

N. Proses Capturing Kartu Ide Hasil Bursa Inovasi Desa


Dari Kartu Ide hasil BID selanjutnya dilakukan proses capturing atau pendokumentasian
kegiatan inovasi mengikuti alur sebagaimana disampaikan di atas. Proses capturing
menggunakan metode dan format yang akan dilatihkan kepada TIK dan TPID
sebagaimana disebutkan di atas. Capturing dilakukan terhadap inovasi yang
merupakan hasil rekapitulasi ide inovasi yang diusulkan Desa dalam Kartu Ide dari BID
dan telah diverifikasi sebagai inovatif oleh TIK.

O. Proses Replikasi Inovasi melalui Forum Desa


Dari Kartu komitmen yang sudah ditandatangani Kepala Desa selanjutnya difasilitasi
kegiatan yang akan direplikasi untuk dimasukkan dalam APB Desa melalui forum Desa.
Forum ini dilakukan melalui proses perencanaan desa secara reguler sebagai media
untuk pengarusutamaan replikasi program-program inovasi dalam APB Desa.
Pengarusutamaan dilakukan melalui proses pengelolaan inovasi dan peningkatan
kapasitas pelaku masyarakat dan Desa dan diharapkan kegiatan replikasi dapat
dilakukan pada tahun berikutnya.
Contoh: Beberapa instrumen dasar untuk memfasilitasi pertukaran inovasi desa
yang dapat dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan replikasi:

Kelompok Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan


Belajar minat untuk saling belajar satu dengan lain, misalkan sebulan
sekali atau sesuai kesepakatan

Konferensi Mengirim perwakilan desa/daerah untuk menghadiri pertemuan


dimana sejumlah besar peserta datang bersama-sama untuk
berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang topik/

164| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

tema khusus, terutama pengetahuan yang dimiliki desa/daerah


atau yang mungkin dibutuhkan desa/ daerah.

Kunjungan Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari


pakar sebuah desa/ kabupaten/ organisasi penyedia pengetahuan ke
sebuah desa/ kabupaten/ organisasi yang membutuhkannya untuk
menilai kondisi riil saat ini dan memberikan bimbingan dalam
penyelesaian masalah atau tantangan yang dihadapi

Dialog Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki


Pengetahuan pengetahuan dengan pihak yang membutuhkan (agen perubahan)
guna menggali akar masalah dan membuka wawasan hingga
menghasilkan sebuah tindakan atau hasil nyata

Studi tur Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu atau
group, ke satu atau lebih desa/ kecamatan/ kabupaten atau
tempat-tempat di kecamatan/ kabupaten yang sama, dengan
tujuan untuk mempelajari dan mendalami hal/ bidang khusus
secara langsung dari sumbernya, misalkan bagaimana satu hal
dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil

Tandem Menggandeng desa/ lembaga dengan potensi sama, namun lebih


matang dan berpengalaman, untuk bermitra guna menghasilkan
sesuatu yang menguntungkan kedua belah pihak

Workshop Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan


sebuah isu atau permasalahan dengan cara bekerjasama. Dapat
dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi

P. Pelaksanaan Kegiatan P2KTD


Setelah ada prioritas kegiatan pemberian Jasa layanan teknis, selanjutnya dilakukan
proses pelaksanaan kegiatan P2KTD.

Q. Musyawarah Antar Desa (MAD)-2


TIPD menyampaikan laporan pertanggung jawaban dan penggunaan Dana Bantuan
Pemerintah PPID melalui MAD II-2. Laporan pertanggungjawaban selanjutnya
disampaikan kepada TIK yang ditembuskan kepada Satker Provinsi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 165


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 3.2.1

Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan


Inovasi Desa (PPID) di Tingkat Kecamatan

A. Pendahuluan
Pada umumnya pengelolaan pengetahuan diarahkan untuk tujuan organisasional
seperti peningkatan kinerja, memacu inovasi, mempertahankan atau mengembangkan
keuntungan komparatif, serta berbagi informasi dan pengetahuan dalam organisasi.
Intinya adalah bahwa jika pengetahuan orang-orang dalam organisasi, baik secara
perseorangan maupun bersama-sama merupakan modal suatu organisasi, maka
sebaiknya pengetahuan itu dikelola dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di sejumlah lokasi, banyak pengetahuan
dan kegiatan inovatif yang telah dilakukan atas inisiatif masyarakat, Pemerintah Desa
maupun Kabupaten dalam menjawab sebuah tantangan atau dalam menjalankan
kegiatan pembangunan. Pertukaran pengetahuan dan pembelajaran antar-desa
maupun dengan kabupaten pun telah terjadi. Inisiatif tersebut dilakukan berdasarkan
kebutuhan masyarakat dan mendapat dukungan dari berbagai program.
Meski demikian, seiring berhentinya sebuah program, tidak sedikit inisiatif yang
hilang. Untuk itu, perlu ada sistem pengelolaan inisiatif yang memiliki nilai-nilai inovasi.
Selain untuk menjamin keberlanjutan inisiatif tersebut, pengelolaan yang baik dapat
memungkinkan pihak lain mengakses informasi terkait inisiatif atau inovasi tersebut,
menjadikan inspirasi atau bahkan rujukan bagi penyelesaian masalah mereka atau
pengayaan kegiatan pembangunan yang lebih efektif dan inovatif.

166| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

B. Pengertian
Pengelolaan pengetahuan adalah upaya yang sadar dan sengaja untuk mengelola
informasi dan pengetahuan sebagai aset, menjaga keberlanjutan keberadaan
pengetahuan itu dalam kehidupan masyarakat di Desa, termasuk didalamnya upaya
mengembangkan dan menangkap (knowledge generation dan knowledge capture)
pengetahuan, pembelajaran dan pengalihan pengetahuan (knowledge transfer), serta
pemanfaatan pengetahuan itu. Upaya itu mencakup pula identifikasi tacit knowledge
(pengetahuan tersirat), yang kerakali tidak diketahui si pembawa pengetahuan sendiri,
untuk menjadikannya pengetahuan yang tersurat (explicit knowledge) agar dapat
didokumentasikan dan diteruskan kepada pihak lainnya.
Inovasi tidak sama dengan praktik cerdas (best practice). Inovasi disini merujuk
pada cara atau pendekatan yang berbeda dari biasanya (apakah itu cara baru atau cara
yang dikembangkan dari yang sudah ada sebelumnya) yang ditempuh oleh (kelompok)
masyarakat atau instansi, dalam menjawab suatu masalah/tantangan yang dihadapi
atau dalam mengerjakan sesuatu, aplikatif dan terbukti berhasil.

C. Kriteria
Kriteria Inovasi adalah segala bentuk inisiatif atau “gebrakan” dari masyarakat,
kelompok, satuan kerja, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
keberlanjutan pembangunan sebagai akibat dari intervensi Program Inovasi Desa
maupun aktivitas lainnya. Kriteria yang ditetapkan sebagai berikut:
a. Sangat Dibutuhkan (ada permintaan) di masyarakat
b. Terdefinisi dengan baik
c. Dapat direkam
d. Dapat/layak untuk dibagikan
e. Dapat diulang dan dikembangkan
f. Relevan.

D. Katagori
Kategori inovasi Desa sebagai berikut:
a. Kegiatan pembangunan di bidang pengembangan ekonomi lokal dan
kewirausahaan, pengembangan sumber daya Manusia, dan infrastruktur Desa
yang memberi manfaat secara luas bagi masyarakat dan diketahui oleh
masyarakat;
b. Upaya yang berhasil mendorong terwujudnya kegiatan pembangunan
berkualitas, serta mendorong partisipasi dan kegotongroyongan masyarakat
dalam pembangunan;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 167


PROGRAM INOVASI DESA

c. Kegiatan pengembangan sistem yang berdampak terhadap peningkatan


ekonomi dan sosial budaya;
d. Kegiatan pembangunan yang memiliki nilai keunikan karena mengadopsi unsur
budaya/potensi lokal dan pemanfaatan yang lebih luas serta memiliki nilai
keberlanjutan;
e. Kegiatan yang mempunyai sifat kebaruan atau penggabungan unsur baru
dengan yang sudah ada dan memberikan perubahan yang signifikan dari cara-
cara sebelumnya dan memiliki nilai keberlanjutan;
f. Kegiatan pembangunan yang dikembangkan dengan menyesuaikan terhadap
kondisi geografis, keberadaan sumberdaya dan fasilitas yang tersedia.

E. Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan


Model pengelolaan inovasi di tingkat Kecamatan merupakan serangkaian kegiatan
pengelolaan inovasi mencakup diseminasi dan sosialisasi yang melibatkan pemangku
kepentingan serta dilaksanakan di tingkat Kecamatan. Tujuan pengelolaan inovasi di
Kecamatan, yaitu:
a. Melanjutkan dan mengembangkan upaya inovatif yang lahir dari masyarakat
dalam mendorong kemandirian Desa melalui penggunaan Dana Desa secara
efektif dan inovatif;
b. Mendokumentasikan praktik cerdas yang memiliki muatan inovasi dari setiap
desa yang akan menjadi aset Kecamatan;
c. Menyediakan media pembelajaran atau forum pertukaran inovasi di tingkat
kecamatan untuk kemajuan bersama.
Dalam mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa PID), akan dilakukan
pembentukan Tim Inovasi Kecamatan yang difasilitasi oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota melalui Camat dengan melibatkan Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) dan dibantu Pendamping Desa. Secara umum, langkah-langkah yang ditempuh
dalam mengelola inovasi di tingkat Kecamatan, sebagai berikut:
(1) Pengidentifikasian dan pemilihan inisiatif yang bermuatan inovasi dari desa-desa;
(2) Pendokumentasian secara sederhana dari inisiatif atau kegiatan-kegiatan inovatif
di desa-desa, dalam berbagai bentuk yang memungkinkan. Bisa dalam bentuk
tulisan, gambar, video, maupun audio;
(3) Pengemasan inovasi sesuai tema menjadi materi sosialisasi dan komunikasi
sederhana;
(4) Penyimpanan dokumen pembelajaran dalam tempat/ruangan tertentu;
(5) Penyebaran dokumen pembelajaran ke desa melalui berbagai saluran komunikasi
(Lihat Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi) dan/atau melalui forum pertemuan
masyarakat antar-desa

168| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

(6) Penentuan minimal satu inovasi per kecamatan untuk diajukan, diverivikasi dan
dikelola oleh Tim Inovasi Kabupaten/Kota.

1. Bursa Inovasi Desa di Kecamatan


Sebelum penyelenggaraan BID di kecamatan, desa sudah menyiapkan data-data
sebagai berikut:

Bidang Sumber Daya Manusia:


(1) Ibu Hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK), yaitu ibu hamil yang
memiliki ukuran lingkar lengan atas (LILA) di bawah standar kesehatan ibu hamil;
(2) Bayi atau Balita yang jarang dibawa ke posyandu, yaitu bayi atau balita yang
tidak pernah dibawa ke Posyandu berturut-turut dalam 3 bulan terakhir;
(3) Bayi atau Balita yang berat badanya masih di bawah garis merah (indikasi gizi
buruk atau gizi kurang) pada Kartu Menuju Sehat (KMS);
(4) Anak usia SD dan SMP yang tidak bersekolah, yaitu anak yang pada saat
pendataan berusia minimum 8 tahun dan maksimal 14 tahun tidak bersekolah SD
atau SMP, termasuk mereka yang masuk kategori berkebutuhan khusus;
(5) Anak usia SD atau SMP (8 s/d 14 tahun) yang putus sekolah, termasuk yang
berkebutuhan khusus.
(6) Tingkat pendidikan pelaku pengembangan usaha ekonomi desa
(7) Anak usia 3 s/d 6 tahun yang tidak terdaftar di PAUD
(8) Jumlah pengangguran di Desa
(9) Tingkat urbanisasi masyarakat

Bidang Infrastruktur
(1) Akses masyarakat dalam mendapatkan listrik (prosentase masyarakat mengguna-
kan listrik)
(2) Akses masyarakat dalam mendapatkan air bersih (prosentase masyarakat
menggunakan air bersih)
(3) Akses masyarakat dalam sanitasi (prosentase penggunaan jamban atau MCK)
(4) Akses masyarakat dalam irigasi pertanian dan perikanan
(5) Akses masyarakat terhadap ruang public dan sarana olah raga
(6) Akses prasarana terhadap perekonomian desa
(7) Akses komunikasi dan informasi Desa
(8) Keberadaan perumahan yang tidak layak huni (Jumlah rumah tidak layak huni)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 169


PROGRAM INOVASI DESA

Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal


(1) Data potensi unggulan Desa
(2) Data kegiatan BUMDesa
(3) Data kelompok usaha ekonomi masyarakat dan kewirausahaan
(4) Akses masyarakat ke lembaga keuangan
Alur pelaksanaan Bursa Inovasi Desa adalah sebagai berikut:
(1) TPID menggelar rapat untuk persiapan penyelenggaraan bursa inovasi desa;
(2) Dalam rapat persiapan ini, akan disiapkan dokumen pembelajaran kegiatan
inovasi yang telah direkomendasikan oleh TIK. Dokumen pembelajaran ini dalam
bentuk video dan atau tulisan atas kegiatan-kegiatan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan, di bidang pengembangan
ekonomi lokal, sumberdaya manusia dan prasarana infrastruktur;
(3) Lokasi yang belum menyelenggarakan BID, dokumen pembelajaran yang
digunakan sebagai rujukan adalah sebanyak 50 inovasi yang telah disiapkan dan
diverifikasi sesuai kriteria inovatif.
Penyelenggaraan BID dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk:
(1) Memberikan masukan/ide terhadap perencanaan pembangunan desa;
(2) Membagi kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan dalam bentuk video
maupun tulisan;
(3) Membangun komitmen desa untuk melakukan adaptasi inovasi;
(4) Membagi informasi direktori P2KTD

Hasil dari BID berupa Kartu Komitmen sebagai wujud keseriusan Desa untuk
melakukan replikasi. Kartu Ide juga menjelasakan bahwa terdapat terdapat kegiatan
yang inovasi yang telah dilaksanakan, namun belum terdokumentasikan. TPID akan
melakukan pendataan dalam bentuk daftar usulan dari Kartu Komitmen dan Kartu Ide
untuk ditindaklanjuti. Lebih lanjut tentang BID dapat dilihat dalam Panduan
Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa.

170| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Contoh Kartu Komitmen dan Kartu Ide

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 171


Contoh Format Rekapitulasi Kartu Komitmen dan Kartu Ide

KartuRekapitul
JasaKebutu
KomitmenKartuRekapitulasi asi Ide
Realisasi han
No Provinsi Kabupaten BursaABursaB APBDesdi ABursa BursaB Layanan Ket
Pelaksanaan.Tgl
nKewirausaha
(1 SDMKewirausahaanInfrastruktur 2018 Infrastruktur a SDM (PJLT)Teknis
PROGRAM INOVASI DESA

) (2) (3) (4) (7)(6)(5) (8) (9) (9) (10) (11) (12)

172| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

2. Proses Menangkap Inovasi (Capturing) Kartu Ide Hasil Bursa Inovasi Desa
Dari Kartu Ide hasil BID selanjutnya dilakukan proses capturing atau pendokumentasian
kegiatan inovasi mengikuti alur sebagaimana disampaikan di atas. Proses capturing
menggunakan metode dan format yang akan dilatihkan kepada TIK dan TPID
sebagaimana disebutkan di atas. Capturing dilakukan terhadap inovasi yang
merupakan hasil rekapitulasi ide inovasi yang diusulkan Desa dalam Kartu Ide dari BID
dan telah diverifikasi sebagai inovatif oleh TIK.

3. Proses Replikasi Inovasi melalui Forum Desa


Dari Kartu komitmen yang sudah ditandatangani Kepala Desa selanjutnya difasilitasi
kegiatan yang akan direplikasi untuk dimasukkan dalam APBDes melalui forum Desa.
Forum ini dilakukan melalui proses perencanaan desa secara reguler sebagai media
untuk pengarusutamaan replikasi program-program inovasi dalam APBDes.
Pengarusutamaan dilakukan melalui proses pengelolaan inovasi dan peningkatan
kapasitas pelaku masyarakat dan Desa dan diharapkan kegiatan replikasi dapat
dilakukan pada tahun berikutnya.

F. Instrumen Kegiatan Belajar


Berikut ini ditampilkan beberapa instrumen dasar kegiatan peningkatan kapasitas Desa
yang dapat dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan dalam memfasilitasi
mereplikasi inovasi.

Kelompok Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan minat


Belajar untuk saling belajar satu dengan lain, misalkan sebulan sekali atau
sesuai kesepakatan
Konferensi Mengirim perwakilan desa/ daerah untuk menghadiri pertemuan
dimana sejumlah besar peserta datang bersama-sama untuk
berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang topik/
tema khusus, terutama pengetahuan yang dimiliki desa/ daerah
atau yang mungkin dibutuhkan desa/ daerah.
Kunjungan Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari
pakar sebuah desa/ kabupaten/ organisasi penyedia pengetahuan ke
sebuah desa/ kabupaten/ organisasi yang membutuhkannya untuk
menilai kondisi riil saat ini dan memberikan bimbingan dalam
penyelesaian masalah atau tantangan yang dihadapi
Bincang Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki
Pengetahuan pengetahuan dengan pihak yang membutuhkan (agen perubahan)
guna menggali akar masalah dan membuka wawasan hingga
menghasilkan sebuah tindakan atau hasil nyata
Study tour Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu atau
group, ke satu atau lebih desa/ kecamatan/ kabupaten atau
tempat-tempat di kecamatan/ kabupaten yang sama, dengan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 173


PROGRAM INOVASI DESA

tujuan untuk mempelajari dan mendalami hal/ bidang khusus


secara langsung dari sumbernya, misalkan bagaimana satu hal
dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil
Tandem Menggandeng desa/ lembaga dengan potensi sama, namun lebih
matang dan berpengalaman, untuk bermitra guna menghasilkan
sesuatu yang menguntungkan kedua belah pihak
Workshop Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan
sebuah isu atau permasalahan dengan cara bekerjasama. Dapat
dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi

G. Media
Berikut ini diberikan beberapa contoh media yang data digunakan sebagai sarana
sosialisasi, promosi, publikasi dan pelatihan di Desa yang dapat digunakan sesuai
kebutuhan dalam memfasilitasi kegiatan inovasi Desa.
1) Baliho/backwall 9) Buletin
2) Backdrop 10) Website
3) Spanduk 11) Cerita bergambar
4) Banner 12) Infografik
5) Brosur/flier 13) Videografik/animasi/dokumenter
6) Poster 14) Buku Pembelajaran
7) Press release 15) Dll
8) Infokit

Kegiatan sosialisasi, promosi atau publikasi yang dapat dilakukan diantaranya:


(1) Penyebaran informasi dan materi/dokumen inovasi melalui berbagai saluran
komunikasi, sosialisasi/promosi/publikasi antar-desa dan kabupaten, baik yang
dimiliki sendiri maupun dimiliki pihak lain melalui jalinan kerjasama (Lihat
Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi;
(2) Pembuatan dan mengiriman press release kegiatan ke media massa;
(3) Penyelenggaraan jumpa pers terkait kegiatan tertentu;
(4) Pemasangan baliho, spanduk, banner, poster, umbul-umbul kegiatan;
(5) Pendistribusian soft copy dan hardcopy dokumentasi inovasi ke berbagai pihak;
(6) Kontribusi konten atau pengisian acara di media massa lokasl: talkshow, running
text, dll;
(7) Kerjasama peliputan kegiatan dengan media local;
(8) Penayangan dokumen inovasi pada website dan media tayang lain;
(9) Kerjasama sosialisasi, promosi, publikasi dengan berbagai instansi;
(10) Media field visit –mengundang media atau pihak tertentu ke salah satu desa
innovator, dan lain-lain.

174| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 175


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 3.4.1

Metode Menangkap Inovasi (Capturing) dalam


Program Inovasi Desa (PID)

A. Pendahuluan
Pengetahuan eksperiensial dan pembelajaran bisa ditangkap dengan berbagai metode.
Memilih metode akan bergantung pada kebijakan organisasi, ketersediaan anggaran
dan alat pendukung, selera individu, dan keterampilan penangkap pengetahuan. Dua
jenis kegiatan untuk menangkap pengalaman operasional dan pembelajaran: yang
dilakukan oleh individu dan yang dilakukan berkelompok. Kegiatan menangkap inovasi
(capturing) dapat dilakukan secara langsung, namun bisa juga dilakukan secara online.
Beberapa kegiatan menangkap inovasi (capturing), seperti ruang kerja bersama
dan wiki, menggabungkan penangkapan dengan berbagi pengetahuan, sehingga
pengetahuan didokumentasikan dan dibagikan pada waktu yang sama. Disamping itu,
kegiatan tersbeut menuntut kemampuan atau keterampilan khusus serta persiapan
yang cukup matang untuk memperoleh hasil yang baik.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menagkap inovasi (capturing)
diantaranya: (1) Wawancara; (2) Bercerita; (3) Observasi; (4) Blog; (5) Kajian
pascapelaksanaan; (6) FGD/Kelompok diskusi terfokus; (7) Wiki; (8) Ruang Kerja
Bersama; (8) Webinar; (9) Forum online; dan (10) Komunitas praktisi

B. Wawancara
Cara tercepat untuk mencari tahu pengetahuan seseorang adalah dengan bertanya
langsung kepadanya. Wawancara adalah metode yang paling sering digunakan untuk
menggali pengetahuan. Pewawancara mengajukan pertanyaan untuk menemukan fakta
dan opini yang terkait dengan pengalaman. Wawancara empat-mata yang terstruktur dan
terencana akan membantu memberikan informasi seputar observasi, pengetahuan tentang
latar belakang, sikap, dan kepercayaan seputar pengalaman tertentu. Untuk mendapatkan
hasil yang sebaik-baiknya, pewawancara perlu melakukan persiapan total, idealnya
menyusun daftar pertanyaan secara cermat berdasarkan urutan tertentu, terutama jika ada
lebih dari satu orang yang akan diwawancarai secara berurutan tentang kejadian yang
sama. Daftar pertanyaan menjamin setiap peserta mendapatkan pertanyaan yang sama
dengan cara yang kurang lebih sama sehingga mengurangi bias.

Wawancara juga bisa dilakukan secara tertulis di kertas, dengan perekam suara,
atau dengan kamera video. Wawancara lazimnya dilakukan tatap muka, meskipun
wawancara melalui telepon atau konferensi video juga bisa dilakukan di era digital ini,
terutama bila narasumber dan pewawancara tidak bisa melakukan pertemuan atau
sebagai tindak lanjut atas wawancara yang telah dilakukan.

176| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

1. Tahapan Wawancara
Wawancara terdiri atas empat tahap: pengaturan, persiapan, wawancara, dan
rekonstruksi.
(1) Pengaturan
Proses wawancara yang mulus mensyaratkan pengaturan logistik dan komunikasi yang
cukup canggih.
(1) Buat perjanjian dengan target yang akan diwawancara dan jelaskan tujuannya.
(2) Jika ada beberapa orang yang harus diwawancarai, wawancarai sang pelaku
utama terakhir kali.
(3) Susun jadwal wawancara dan pesan tempat yang tenang dengan gangguan
minimal.
(4) Kirim undangan dengan perincian wawancara (tempat, waktu, topik, durasi, dan
lain-lain).
(5) Telepon responden sehari sebelum wawancara untuk mengingatkan dan
mengkonfirmasi-kan janji.

(2) Persiapan
Cara memandu wawancara dan mengajukan pertanyaan berdampak besar bagi
kualitas informasi yang akan diperoleh. Berikut beberapa kiat yang dapat disiasati:
• Awali persiapan sebaik-baiknya sebelum hari wawancara.
• Tentukan hal yang Anda ingin dapatkan dari wawancara.
• Tentukan target terwawancara Anda dan pertimbangkan matang-matang alasan
memilihnya.
• Tentukan jenis wawancaranya (survei, mendalam, terpandu, atau percakapan).
• Pelajari peristiwa, fakta, atau pengalaman sebisa mungkin sebelum wawancara.
• Susun pengantar yang tepat untuk disampaikan ketika wawancara dimulai.
• Susun daftar topik yang merinci topik sekaligus pertanyaan spesifik yang ingin Anda
ajukan sepanjang wawancara. Topik-topik ini bisa berkaitan dengan perilaku, opini
atau nilai, perasaan, pengetahuan, indera (semua yang dilihat, didengar, diamati, dan
lain-lain), latar belakang baku atau pertanyaan demografis.
• Dalam menjaga spontanitas, pewawancara jangan membocorkan pertanyaan
kepada terwawancara sebelum wawancara dimulai.
• Pastikan semua persoalan yang ingin digali informasinya telah tercakup.
• Gunakan pertanyaan 5W-1H (apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, dan
bagaimana) sebagai panduan ketika membuat daftar pertanyaan dan sepanjang
jalannya wawancara.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 177


PROGRAM INOVASI DESA

• Uji pertanyaan wawancara untuk mengetahui terpenuhi/tidaknya tujuan yang


telah ditetapkan.
• Akhiri desain wawancara dengan pertanyaan atau komentar pamungkas, tindak
lanjut, dan lain-lain.
• Pilih teknologi penangkapan yang tepat (tulisan, lisan, audio, atau rekaman video).
• Jika menggunakan peralatan rekam, setel, dan ujilah terlebih dahulu.

(3) Pelaksanaan Wawancara


Inti dari wawancara yang baik adalah membuat lawan bicara Anda merasa nyaman
terlebih dahulu, barulah kemudian mengajaknya terlibat aktif dan larut dalam
percakapan.
• Sambut responden dengan hangat, perkenalkan diri Anda, dan awali percakapan
santai untuk membangun suasana yang enak. Buat responden merasa nyaman.
- Jelaskan langkah-langkah sepanjang proses wawancara:
- Surat sepakat (informed consent)
- Sesi wawancara
- Menjawab pertanyaan mereka
- Insentif atau imbalan atas sesi wawancara
- Penjelasan tentang cara Anda menggunakan hasil-hasil wawancara.
• Idealnya, dapatkan surat sepakat secara lisan untuk saat ini dengan perekam
yang sudah dinyalakan, atau secara tertulis
• Sampaikan panjang dan tingkat perincian jawaban yang diharapkan. Jika
menggunakan perekam, minta terwawancara untuk menyampaikan inti
jawabannya pada menit-menit awal, diikuti dengan penjabaran lebih lanjut
bilamana perlu.
• Awali dengan membahas semua pertanyaan atau topik dan jangan ragu-ragu
untuk mengajukan pertanyaan susulan atau pertanyaan yang muncul atas
jawaban yang diberikan demi mendapat pencerahan lebih dalam seputar topik,
kasus, atau pengalaman.
• Ajukan pertanyaan-pertanyaan pendek tetapi relevan. Beri waktu terwawancara
untuk berpikir dan menjawab. Biarkan terwawancara menjelaskan peristiwa yang
terjadi dengan kata-katanya sendiri.
• Jadilah pendengar yang baik.
• Jaga kontak mata dan amati bahasa tubuh. Amati dan catat perilaku responden
Anda berikut sisi kontekstual wawancara, dan tetap buat notula meskipun Anda
menggunakan peralatan audiovisual. Anda hanya perlu mencatat kata-kata atau
poin kunci dan menjabarkannya setelah wawancara usai.

178| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

• Campur pertanyaan "berat" dengan pertanyaan "ringan", dan campur juga


pertanyaan berdasarkan fakta dengan pertanyaan berdasarkan skenario.
• Usahakan tetap netral.
• Pikirkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan.
• Gunakan struktur wawancara yang sudah Anda susun (5W-1H) dan ajukan
perincian pertanyaannya: seberapa lama, seberapa banyak, untuk apa, dengan
siapa, dan lain-lain.
• Gali pelajaran-pelajaran pribadi yang diambil oleh terwawancara.
• Beri kesempatan terwawancara untuk mengajukan pertanyaan.
• Ucapkan terima kasih kepada responden Anda.
• Catat semua materi tambahan yang perlu Anda himpun, dengan
mempertimbang-kan jawaban responden (gambar, foto, statistika, data, informasi
dari pakar lain, dan lain-lain).
• Kembangkan catatan Anda segera setelah masing-masing wawancara (sebaiknya
dalam waktu 24 jam).

(4) Rekonstruksi
Setelah wawancara, tuangkan informasinya ke dalam format tertentu--mungkin berupa
dokumen atau presentasi yang menggambarkan pemahaman dari wawancara--yang
nantinya dapat Anda bagikan dan gunakan dalam proses memformat.
• Segera setelah wawancara, baca ulang catatan Anda sepanjang wawancara dan
rangkum pikiran serta pertimbangan Anda, meskipun Anda juga menggunakan
perekam. Jika tidak, ingatan Anda akan hilang, bahkan selang satu hari sekalipun,
dan beberapa catatan penting bisa saja kehilangan maknanya.
• Buat transkrip wawancara.
• Buat laporan wawancara. Jika Anda melakukan beberapa wawancara (yang
memang dianjurkan), Anda dapat menggunakan laporan wawancara pertama ini
sebagai sarana pembanding dan pembeda hasil-hasil Anda.
• Rangkum temuan dalam bentuk poin-poin kunci dan gunakan kutipan untuk
menggambarkan dan mendukung temuan Anda.

2. Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan terbesar wawancara terletak pada dalamnya rincian yang bisa diperoleh.
Terwawancara dapat menghadirkan gambaran peristiwa secara hidup sehingga
memberikan pandangan pertama peristiwanya kepada pewawancara. Pewawancara
dapat menyesuaikan pertanyaan dengan responden agar bisa memancing contoh atau
penjelasan yang lebih banyak lagi. Wawancara dapat membantu menangkap latar
belakang, akar permasalahan, dan aneka faktor yang mempengaruhi, di samping

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 179


PROGRAM INOVASI DESA

menjelaskan hal yang terjadi dalam peristiwa tertentu. Wawancara juga dapat
memberikan pemahaman tentang interpretasi, persepsi, pikiran, dan perasaan
responden, yang bisa saja terungkap lewat isyarat-isyarat sosial semisal intonasi dan
bahasa tubuh.
Kelemahan wawancara diantaranya pada saat merekrut orang dan membuat
perjanjian untuk wawancara bisa jadi terasa berat. Dibutuhkan tempat dan waktu yang
sesuai dan mungkin juga harus mengatur banyak jadwal. Pewawancara bisa saja lupa
mengajukan pertanyaan pokok, atau jawaban mungkin memicu pertanyaan-pertanyaan
baru nantinya. Namun sekali wawancaranya sudah selesai, tentunya sulit untuk
menindaklanjuti topik yang tertinggal. Kadang-kadang segunung informasi berhasil
dikumpulkan, yang ujung-ujungnya membuat pengolahan data sangat menyita waktu.

3. Situasi khusus: Wawancara akhir tugas


Ketika karyawan meninggalkan organisasi, manajer mengadakan wawancara ketika
karyawan keluar agar terbantu dalam menilai hal-hal yang membutuhkan peningkatan
atau perubahan, mengurangi hilangnya pengetahuan akibat kepergian karyawan, dan
membantu para karyawan baru agar mereka tidak harus "membuang-buang waktu
menciptakan sesuatu yang sudah ada."
Pertanyaan-pertanyaan khas dalam wawancara ketika karyawan keluar:
• Apakah pelajaran terpenting yang Anda ambil dari pengalaman profesional
dengan klien? Dengan rekan kerja? Dengan pihak manajemen?
• Apakah keberhasilan/kegagalan terbesar Anda dalam organisasi dan apa
alasannya?
• Apakah satu-satunya rekomendasi terpenting yang akan Anda berikan kepada
pihak manajemen? Kepada rekan kerja? Kepada penerus Anda?
• Sudikah Anda membuat anekdot yang memberikan pencerahan penting bagi
karyawan saat ini atau karyawan baru kami?
• Jika Anda mampu membuat satu perubahan, seperti apakah bentuknya?
• Apakah tindakan prioritas yang perlu segera diambil oleh penerus Anda dan apa
nasihat Anda terhadap tindakan-tindakan tersebut?
• Apa saja aset atau pengaturan organisasi saat ini yang perlu dijaga?
• Apa saja alat, referensi pengetahuan, dan hubungan terpenting bagi Anda dalam
menunaikan tugas? Apa saja yang masih luput atau belum ada?

C. Storytelling (Bercerita)
Bercerita merupakan salah satu metode penelitian dan cara yang efektif untuk berbagi
informasi dan membangun pemahaman. Dalam mencari solusi, storytelling dapat
menjadi alat untuk menciptakan suatu desain kerja sama sehingga membuka
kesempatan bagi para pelaku mencari solusi atas suatu masalah. Bercerita semakin

180| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

sering digunakan oleh organisasi untuk berbagi dan menginterpretasikan pengalaman


dalam konteks sosial. Dari perspektif pendengar, memahami dan mengingat
pengetahuan itu lebih mudah ketika tersaji dalam bentuk cerita, terutama bila
disampaikan oleh narasumbernya langsung. Selain itu, bercerita dapat melengkapi
pemikiran analitis--seorang narasumber mungkin tidak menyadari nilai pengalaman
dirinya sebelum dia menceritakannya. Mungkin pernah mendengar TED Talks atau
melihat video-videonya di YouTube? TED Talks umumnya menyajikan narasumber-
narasumber yang menceritakan kembali pengalamannya, dari nol hingga sukses, jatuh-
bangunnya. Cara mereka bercerita menggugah pendengar hingga bisa menjadi
inspirasi dan memotivasi. Beberapa proses yang digunakan dalam teknik bercerita
sebagai berikut:

1. Riset Naratif
(1) Domain: identifikasi isu/masalah yang berfokus pada isu personal atau sosial
(2) Demografi: identifikasi individu yang memiliki cerita yang dapat dikumpulkan
melalui wawancara, pendokumentasian, observasi, dll.
(3) Membangun cerita: berikut adalah langkah-langkah dalam membangun sebuah
cerita
• Berbagi cerita pribadi seseorang;
• Tambahkan cerita dari jurnal atau photo, dsb;
• Ceritakan kembali dalam suatu forum dan sempurnakan berdasarkan input
dari pendengar;
• Kemas kembali cerita berdasarkan langkah-langkah sebelumnya dan
informasi tambahan yang telah diperolah;
• Simulasikan sebuah cerita dalam kelompok sehingga peserta dapat melihat
sendiri cerita yang telah dibuatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
memasangkan peserta yang membuat sebuah cerita dari gabungan
keduanya, lalu digabungkan dengan pasangan lainnya hingga
menghasilkan sebuah cerita kelompok.
(4) Pencatatan: menceritakan kembali kisah-kisah ke dalam urutan kronologis,
termasuk komponen konteks dan penekanan pada tema-tema khusus (contoh:
TED Talks);
(5) Analisis: tematik/analisa konten (menyortir konten ke dalam pola/kategori);
analisa diskors (review terhadap bahasa yang digunakan); analisa struktural
(analisa terhadap struktur cerita untuk menelusuri pengalaman). Dalam proses
analisa, selalu cek kembali kepada narasumber untuk memastikan bahwa
interpretasi cerita tetap akurat.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 181


PROGRAM INOVASI DESA

2. Desain Storytelling
Ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam mengembangkan cerita
sehingga menghasilkan kisah yang bagus dan bagaimana seorang desainer/periset
dapat membantu prosesnya. Berikut beberapa elemen cerita yang dapat digunakan:
• Tokoh-tokoh yang dijelaskan sehingga pembaca/pendengar berempati kepada-
nya;
• Seting yang kaya dan sarat konteks;
• Memiliki tujuan tentang apa yang ingin dihasilkan dan mengapa;
• Ada sebab-akibat; dan
• Ada hambatan, masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan.

3. Teknik bercerita
Jika Anda sedang bercerita, ingatlah saran-saran berikut untuk melahirkan
pengetahuan yang bernilai:
• Tentukan pesan inti dari cerita Anda.
• Bangun suasana yang kondusif untuk bercerita.
• Bangun ceritanya berdasarkan pengalaman Anda sendiri: gunakan kata-kata
kunci bilamana perlu untuk memandu cerita dan menjaganya agar tetap terarah.
• Awali dengan memberikan konteks yang diperlukan, dan akhiri dengan pelajaran
yang bisa diambil dan saran, jika ada.
• Amati pendengar saat bercerita.

4. Kiat mendengar cerita


• Tunjukkan minat dan rasa ingin tahu Anda.
• Simak dengan cermat--bersikaplah menerima/berempati, penuh pengertian, dan
tanggap.
• Biarkan ceritanya menghanyutkan Anda--jangan menyela dan tahan pertanyaan
hingga usai.

D. Observasi
Semua mungkin mengenal nama Sherlock Holmes, pernah membaca bukunya atau
menonton filmnya. Bagi yang pernah membaca seri bukunya, tentu sangat mengagumi
keahlian Sherlock Holmes dalam mengamati jejak-jejak atau petunjuk yang akhirnya
membantu menyelesaikan kasus pembunuhan. Tentunya kita tidak akan mengamati
sebuah kasus pembunuhan, tetapi hal yang akan kita bahas adalah bagaimana kita dapat

182| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

melakukan observasi secara rinci terhadap kegiatan di desa seperti Sherlock Holmes
mengamati petunjuk suatu kasus.
Banyak pengetahuan dapat diperoleh murni dengan mengamati seorang
pakar/narasumber yang sedang mengerjakan tugasnya karena observasi memberikan
penjelasan umum tentang kepakaran atau pengalaman khusus mereka yang dapat kita
lihat langsung. Observasi dapat menumbuhkan pemahaman dasar tentang
pengetahuan yang sedang terjadi sekaligus hambatan atau persoalan lainnya.
Idealnya observasi berlangsung di lingkungan kerja sang pakar/narasumber, atau
di desa tempat sang narasumber tinggal dan bekerja bila dalam konteks PID, sehingga
pengamat dapat melihat kegiatan yang sebenarnya secara langsung. Namun tidak
semua pengalaman yang relevan, seperti kecelakaan atau peristiwa tak terduga,
apalagi yang telah terjadi, dapat diamati. Metodologi observasi bervariasi tergantung
pada subyek observasi, peran yang dilakukan oleh pengamat (partisipatif atau pasif),
dan metode perekaman (tulisan, foto, audio, video). Dalam observasi, biasanya tidak
ada percakapan dengan narasumber yang sedang diamati. Di bawah ini dijelasakan
tujuh fenomena kegiatan yang dapat diobservasi:

Fenomena Contoh
Perilaku atau kegiatan - Pola gerakan pekerja di sebuah pabrik
manusia - Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan
role-play atau wawancara dalam FGD dari balik
kaca; pengamat melihat interaksi antara para
pelaku dan mendengarkan percakapan yang terjadi
- Kegiatan fisik (pola kerja, menonton TV)
Perilaku lisan Pernyataan yang dibuat oleh pelancong yang hendak
mengantri masuk pesawat; sikap dalam sebuah
percakapan di salah satu ruang kantor
Perilaku ekspresif Ekspresi wajah, nada bicara, dan bentuk bahasa tubuh
lainnya; sikap bicara yang berekspresi seperti nada
bicara atau raut wajah
Hubungan tata ruang / Jarak tempuh kantor manajer ke kantor direktur;
spasial hubungan dan lokasi ruang; jarak fisik antara rekan kerja
atau pola lalu lintas
Pola temporal Berapa lama pekerja melakukan tugasnya; waktu yang
digunakan untuk berbelanja atau menyelesaikan tugas
Obyek-obyek fisik Berapa banyak kerja didaur ulang oleh staf kantor;
inventarisasi barang
Catatan lisan dan gambar Berapa banyak ilustrasi muncul di buku pelatihan; isi
catatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 183


PROGRAM INOVASI DESA

Kelebihan dan kelemahan observasi sebagai berikut:


• Kelebihan observasi: Observasi tanpa menyela atau nonpartisipatoris tidak banyak
mengganggu praktik pakar/narasumber dan dapat memberikan pemahaman
tentang fakta, aturan, dan strategi yang ditempuh oleh pakar/narasumber,
termasuk yang tidak disadari olehnya.
• Kelemahan observasi: Sering kali sulit untuk tetap netral dan objektif saat
menganalisis observasi. Selain itu, interpretasi bisa jadi menyita waktu lantaran
jumlah data yang terkumpul. Fenomena kognitif seperti sikap, motivasi, harapan,
niat, dan preferensi, tidak dapat diobservasi. Selain itu, observasi terbatas pada
waktu yang singkat. Observasi yang dilakukan dalam beberapa hari atau minggu
akan memakan biaya yang besar dan sulit dilakukan.

E. Blog
Blog adalah situs web yang dibuat oleh perorangan atau kelompok dan dapat diakses
publik maupun anggota komunitas tertutup. Blog terdiri atas kontribusi teks ("kiriman
blog") oleh orang atau kelompok yang membuat situs tersebut; blog berfungsi
layaknya buku harian, yang memungkinkan pemilik blog menuliskan pengalamannya
secara informal, sekaligus berfungsi sebagai saluran komunikasi langsung (tanpa
suntingan) dengan khalayak.
Kelebihan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:
(1) Pembuatan dan penggunaan blog cukup mudah, bahkan bagi orang-orang yang
tidak terlalu paham teknologi digital sekalipun.
(2) Blog biasanya tidak menelan biaya sepeser pun.
(3) Publikasi kiriman blog biasanya bersifat kilat karena blog tidak memiliki penerbit
atau pengurus konten (meskipun pembuat blog dapat memantau komentar
pembaca untuk menilai kepantasannya atau sekalian melarangnya).
(4) Blog memuat teks, gambar, video, dan tautan ke halaman web atau blog lain.
(5) Blog mudah diperbarui.
(6) Blog mudah diakses, asalkan ada koneksi internet.
(7) Blog mendorong bercerita sebagai sarana bagi transfer pengetahuan.
(8) Pembaca dapat memberikan masukan, dengan begitu bisa berinteraksi dengan
pemilik blog.
Sedangkan kelemahan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:
(1) Blog bisa bias atau mengandung ketidakakuratan.
(2) Menulis blog bisa jadi memakan banyak waktu.
(3) Pengunjung bisa saja memberikan komentar yang tidak pantas.
(4) Pemilik blog tidak mempromosikan keberadaan blognya secara luas, sehingga
membuat pembaca blog tidak sebesar atau seberagam yang seharusnya.

184| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

F. Kajian Pascapelaksanaan
Kajian pascapelaksanaan (after-action review/AAR) dilakukan oleh moderator dengan
sebuah tim segera setelah ia mengalami pekerjaan atau peristiwa. Target akhirnya
adalah memberi kesempatan anggota tim untuk bercermin dari tindakan yang diambil
agar mereka bisa melakukannya dengan lebih baik kemudian hari.
AAR idealnya dilakukan tidak lama setelah kejadian. Pada momen tersebut,
ingatan masih segar dan autentik (artinya, belum tersaring oleh interpretasi atau
penilaian susulan) dan orang-orang yang ikut terlibat dalam pengalaman tersebut
masih ada. AAR lazimnya dilakukan secara tatap-muka, namun juga dapat dilakukan
secara virtual.
Seorang moderator memimpin tinjauan, dengan mengajukan pertanyaan semisal:
• Apa saja yang direncanakan? Apa yang seharusnya terjadi?
• Apakah kejadian sebenarnya berbeda dari yang direncanakan? Di sini yang
dikehendaki adalah fakta, bukan penilaian.
• Mengapa terjadi perbedaan?
• Apakah hal-hal yang berjalan baik dan alasannya?
• Apa yang dapat diperbaiki dan bagaimana? Apa yang bisa dilakukan secara
berbeda pada masa datang?
Keunikan AAR berupa kesempatan yang ada untuk memperoleh pengetahuan
kualitatif tepercaya pada saat masih segar-segarnya. Kunci kesuksesan AAR terletak
pada penyelenggaraan diskusi terbuka yang membuat semua orang paham bahwa
target akhir AAR adalah untuk mempelajari dan memecahkan masalah, bukan
menyalahkan. Oleh karena itu, AAR dilakukan tanpa satu pun penonton. Para peserta
harus merasa bebas berinteraksi dan mengekspresikan diri tanpa memandang jenjang
formal.
Orang sering mencatat diskusi AAR ke dalam flip chart sepanjang tinjauan, baru
kemudian mengolah catatan menjadi objek pembelajaran dan pencerahan bagi orang
lain di dalam organisasi atau tempat lain.

G. Focused Group Discussion (FGD)/Kelompok Diskusi Terfokus


FGD bisa menjadi metode efektif untuk merekam dan mengevaluasi pengalaman serta
persepsi dari target-target narasumber/pakar. Dalam FGD, ada seorang moderator yang
berpengalaman yang dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing
tanggapan dari peserta. FGD terdiri atas pakar dan pemangku kepentingan lain yang sudah
atau siap terlibat dalam pengalaman tertentu; diskusi kelompok mereka bisa melahirkan
banyak informasi dan pemahaman. Pengaturan kelompok memungkinkan para peserta
untuk menanggapi sekaligus saling membangun saran atau komentar masing-masing. FGD
juga bisa digunakan untuk peristiwa yang sudah lalu dan dirasa perlu diadakan sesegera
mungkin agar dapat memperoleh masukan untuk membantu para praktisi menyusun
prosedur dan rencana baru untuk keberlanjutannya. FGD

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 185


PROGRAM INOVASI DESA

biasanya diadakan secara tatap muka, namun kadang-kadang perlu dilakukan juga
melalui telepon atau konferensi video.
FGD biasanya digunakan ketika suatu permasalahan memerlukan pemahaman
yang lebih dalam dibanding survei biasa. Dalam melakukan capturing terhadap inovasi
desa, FGD dapat digunakan untuk mengkonfirmasi informasi yang telah dikumpulkan.
FGD memberikan nilai tambah terhadap pengetahuan yang telah diperoleh, atau
terhadap pertanyaan “apa” dan “bagaimana” dari suatu pengetahuan. Sebuah survei
dapat memberikan informasi bahwa mayoritas masyarakat menyukai kegiatan A. Tetapi
sebuah FGD dapat memberikan tambahan informasi tentang mengapa masyarakat
tersebut menyukai kegiatan A atau bahkan ternyata menyukai kegiatan lain.

1. Persiapan
Tingkat persiapan Anda akan banyak menentukan nilai dari hasil-hasil FGD. Jika Anda
telah menyusun rencana pelaksanaan FGD tersebut dengan anggota tim yang telah
Anda tentukan, termasuk untuk tindak lanjutnya, Kesuksesan FGD ditentukan oleh
tujuan yang jelas, melibatkan peserta yang dipilih secara cermat, dan mengikuti
sederet pertanyaan dan topik yang sudah disiapkan. FGD idealnya didukung oleh satu
atau dua moderator dan seorang pengamat yang bertugas membuat catatan atau
merekam jalannya diskusi serta hasilnya. Jika dikehendaki dan tersedia, gunakan
peralatan audio atau video untuk merekam diskusi FGD. Untuk memperoleh manfaat
maksimal dari FGD, pertimbangkan masing-masing aspek berikut secara cermat.
(1) Tujuan. Tentukan hal-hal yang ingin dicatat.
(2) Partisipasi.
• Tetapkan besarnya kelompok (idealnya 10 peserta) dan undang peserta (1-2
minggu sebelum sesi kelompok terfokus).
• Tetapkan komposisi FGD Anda (beragam/seragam).
• Jumlah undangan dapat dilebihi untuk mengantisipasi pembatalan kehadiran.
• Pertimbangkan keseimbangan kehadiran antara pria dan wanita, peserta
dengan variasi usia yang jauh, maupun hirarki jabatan.
(3) Penetapan waktu dan tempat.
• Susun jadwal untuk FGD dan pesan tempat.
• Telepon masing-masing peserta sehari sebelum FGD sebagai pengingat dan
konfirmasi.
• Durasi FGD idealnya antara 60 – 90 menit untuk mendapatkan hasil diskusi
yang optimal.
(4) Topik
• Susun daftar topik yang ingin dibahas sepanjang FGD.

186| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

• Untuk sesi 1,5 jam, rencanakan untuk mengajukan 5 atau 6 (atau tidak lebih
dari 10) pertanyaan yang jawabannya bisa memberikan pemahaman tentang
tujuan yang hendak Anda raih.
• Buat daftar pertanyaan dengan singkat agar mudah dimengerti karena
pertanyaan tidak untuk dibagikan kepada peserta.
• Pastikan topik dan pertanyaan harus dijawab dengan penjelasan, tidak hanya
dengan jawaban “Ya” atau “Tidak.” Gunakan kata tanya “Mengapa” dan
“Bagaimana” untuk menjaring jawaban yang lebih lengkap dari peserta.
Contoh pertanyaan:
Seberapa kenal Anda dengan program ini?
Seberapa sering Anda terlibat dalam program
ini? Apa yang Anda sukai dari program ini?
Apa yang paling Anda sukai dan tidak sukai dari kegiatan A? Kegiatan B?
Apa yang memengaruhi Anda untuk hadir atau tidak hadir dalam suatu
kegiatan?
Apakah ada hal lain yang ingin Anda sampaikan tentang program ini?
(5) Fasilitasi. Rekrut dua moderator, salah satunya bertugas membuat notulensi.
Sebagai pilihan, rekrut seorang pengamat atau staf dari tim Anda untuk
membuat notulensi agar kedua moderator lebih terfokus pada interaksi dari FGD.
Pastikan bahwa moderator dapat bersikap netral, mampu menjaring informasi
dari peserta yang sulit berbicara atau malu, sanggup menangani peserta yang
dominan, dapat merangkum pernyataan peserta yang kurang jelas atau panjang,
dan bisa bersikap spontan bila diperlukan.
(6) Teknologi. Jika menggunakan perekam, setel dan ujilah terlebih dahulu sebelum
FGD dimulai serta persiapkan dukungan teknis untuk mengantisipasi kesalahan
fungsi.
(7) Logistik. Atur perabotan di ruangan, termasuk flip chart atau papan tulis; pasang
papan nama; siapkan makanan ringan.

2. Pelaksanaan FGD
FGD Anda harus terjaga penggunaan waktunya agar mengikuti jadwal yang sudah
ditetapkan berikut alokasi waktu untuk memperkenalkan topik, peserta, dan
metodologi. Moderator dan (jika ada) notulen saling bekerja sama untuk memastikan
pembahasan semua pertanyaan, agar diskusi tetap terfokus pada topik, semua peserta
bisa turut serta, dan jadwal diikuti dengan baik. Target akhir FGD adalah untuk
mengumpulkan informasi yang bermanfaat, sehingga penting sekali agar peserta
merasa opininya dihargai. Berikut ini langkah-langkah kunci bagi moderator:
(1) Jika menggunakan perekam, awali perekaman persis pada saat peserta tiba.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 187


PROGRAM INOVASI DESA

(2) Seperti diuraikan sebelumnya untuk sesi wawancara, sambutlah peserta dengan
baik, perkenalkan diri Anda berikut moderator dan pengamat/notulen jika sudah
hadir. Awali dengan komentar-komentar santai untuk menciptakan suasana yang
kondusif dan buat peserta merasa senyaman mungkin.
(3) Moderator memberikan penjelasan umum tentang topik, pemanfaatan hasil-hasil
dari FGD, dan menggarisbawahi tidak diperkenankan adanya pencantuman nama
dalam laporan akhir meskipun FGD tersebut direkam.
(4) Pastikan semua peserta telah menandatangani formulir surat kesepakatan
(informed consent).
(5) Moderator menjelaskan aturan-aturan dasar sesi, seperti suarakan opini, jangan
saling menyela, matikan ponsel, dan sebagainya.
(6) Moderator meminta semua peserta untuk memperkenalkan diri lalu mulai
mengajukan pertanyaan terkait tujuan FGD.
(7) Berikan waktu secukupnya kepada masing-masing peserta untuk memberi
tanggapan sebelum membuka diskusi kelompok tentang satu pertanyaan atau
topik. Penting sekali bagi moderator untuk menyimak beragam sudut pandang
peserta.
(8) Satu staf yang ditunjuk membuat catatan, mencermati waktu, dan memeriksa
bilamana semua topik sudah terbahas.
(9) Jika sebuah topik atau persoalan memicu diskusi tak terduga, kiranya tidak
masalah membiarkan peserta memberikan tanggapan sepanjang topiknya
berkaitan erat dengan tujuan akhir FGD.
(10) Pada akhir acara, moderator merangkum poin-poin utama yang dilontarkan oleh
peserta, meminta konfirmasi bahwa rangkumannya akurat, dan mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak atas keterlibatan mereka.
(11) Moderator memberikan insentif dan/atau imbalan.
(12) Setelah peserta meninggalkan tempat, moderator dan notulen perlu langsung
meluangkan waktu untuk membahas dan mendalami poin-poin yang telah
dibahas dalam FGD agar masih segar dalam ingatan.

3. Analisis
Sebagaimana kebanyakan metode penangkapan pengetahuan lainnya, kumpulkan dan
tinjau semua materi yang dibuat oleh FGD sesegera mungkin, idealnya pada hari yang
sama. Target akhirnya adalah untuk melahirkan sebuah analisis FGD yang bisa
dibagikan dengan para rekan kerja yang tidak ikut hadir. Pemahaman yang diperoleh
dari analisis ini harus jelas dan didukung oleh rekaman atau catatan yang dibuat
sepanjang acara. Berikut ini beberapa langkah yang perlu diambil:
(1) Jika acaranya direkam secara elektronis, tinjau rekaman dan catatan Anda.
Transkrip utuh rekaman bisa memberikan rujukan bagi tinjauan berikutnya.

188| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

(2) Dalam laporan, bandingkan dan bedakan hasilnya berdasarkan kategori FGD
individu jika kategorinya merupakan bagian dari satu rangkaian. Secara khusus
FGD akan sangat membantu jika pelaksanaannya lebih dari satu. Kemampuan
untuk membandingkan dan membedakan hasil bisa berfungsi sebagai konfirmasi
atas pemahaman yang sepintas lalu tampak keliru. Namun demikian, hal ini
bergantung pula pada anggaran dan waktu yang tersedia.
(3) Gunakan kutipan dari rekaman FGD untuk menjelaskan temuan-temuan Anda.

H. Wiki
Wiki adalah halaman web internal atau eksternal yang memungkinkan orang bekerja
bersama-sama pada dokumen atau kumpulan dokumen yang sama melalui peramban
web. Wiki bisa menjadi sarana yang efektif untuk menangkap pengetahuan secara
bersama-sama dengan orang lain. Peserta dapat menyunting teks, menambahkan
gambar dan media, serta membuat tautan antarlaman. Aksesibilitas wiki bisa dibatasi.
Kelebihan metode Wiki dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Sebagian besar orang dapat membuat dan menyunting konten wiki dengan
bimbingan ala kadarnya.
(2) Publikasi di wiki lazimnya bersifat kilat karena wiki tidak memiliki penerbit atau
pengurus konten.
(3) Akses ke dokumen rahasia bisa dibatasi meskipun tetap mengizinkan kelompok
terdaftar untuk membuat dan menyuntingnya.
(4) Pengguna dapat mengerjakan dokumen yang sama tanpa memandang lokasinya.
(5) Perangkat lunak wiki memungkinkan kembali ke penulisan ulang artikel
sebelumnya.
(6) Sebagian wiki menyediakan artikel wiki versi cetak.
(7) Banyak aplikasi wiki hadir sebagai perangkat lunak gratis sumber-terbuka (open-
source).
Sedangkan kelemahan metode Wiki dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Wiki perlu dikelola agar dapat menjaga kualitas konten sesuai keinginan.
(2) Wiki juga perlu dikelola agar bisa menjaga keteraturan isinya, terutama ketika
situs wiki menjadi sangat besar.

I. Ruang Kerja Bersama


Ruang Kerja Bersama, juga disebut ruang kerja atau perangkat kelompok, merujuk pada
perangkat lunak berbasis-web yang memungkinkan kerja sama kelompok secara lebih
terperinci atau terstruktur daripada wiki. Pengguna dapat mengobrol, menulis pesan,
memberikan catatan, dan mengirim gambar, serta video. Sebagian ruang kerja bersama
berpusat pada dokumen, artinya para pengguna mengunggah dokumen mereka

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 189


PROGRAM INOVASI DESA

masing-masing yang lantas dapat dikomentari, diberi catatan, atau didiskusikan secara
online oleh pengguna lain.
Kelebihan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi (capturing),
diantaranya:
(1) Kini sudah banyak hadir ruang kerja bersama yang berbeda, dengan
fungsionalitas yang sangat bervariasi.
(2) Sebagian besar ruang kerja bersama dapat dikonfigurasi sesuai dengan
fungsionalitas yang dikehendaki pengguna, dan fungsi-fungsi baru bisa
ditambahkan bilamana perlu.
(3) Interaksi antarorang dengan jenis dan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda
bisa sangat bermanfaat bagi organisasi; ruang kerja bersama dapat menjadi
wahana bagi transfer pengetahuan secara sistematis.
(4) Ruang kerja bersama memungkinkan penyimpanan jangka panjang objek-objek
pengetahuan dalam bentuk dokumen, diskusi, dan catatan yang langsung datang
dari peserta.
Sedangkan kelemahan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi
(capturing), diantaranya:
(1) Ruang kerja bersama tidak terlalu ramah pengguna.
(2) Ruang kerja bersama sering kali mensyaratkan pengenalan diri agak dalam dan
tingkat literasi digital dasar.
(3) Peserta dengan kemampuan komunikasi atau kecakapan bahasa asing yang
rendah sering kali merasa tersisih dan bisa memilih keluar.
(4) Ruang kerja bersama mensyaratkan moderasi aktif, yang bisa menghalangi
sebagian peserta.

J. Webinar
Perangkat konferensi berbasis-web memungkinkan banyak peserta untuk berbagi
kombinasi sajian video, audio, dan teks secara bersamaan tanpa memandang lokasi
mereka (sepanjang ada koneksi internet). Webinar luas digunakan untuk pertemuan,
diskusi, presentasi, perkuliahan, dan acara pelatihan.
Kelebihan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Peralatan konferensi sering berdasarkan prinsip "tampil-dan-bicaralah". Peralatan
konferensi tidak banyak menuntut kapasitas atau upaya dari peserta, yang
membuatnya mudah sekali diakses.
(2) Peralatan konferensi cocok dengan gaya belajar yang berbeda-beda (aural, visual,
teksual).
(3) Peralatan konferensi memudahkan kerja sama waktu nyata lintas jarak jauh.

190| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

(4) Peralatan konferensi bisa menjadi pengganti bagi pertemuan tatap muka,
sehingga menghemat biaya.
(5) Peralatan konferensi menjadikan pertukaran pikiran berlangsung lebih akrab
daripada konferensi fisik.
Sedangkan kelemahan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing)
diantaranya:
(1) Sebagian besar layanan konferensi web mahal biayanya. Layanan gratis biasanya
terbatas dari segi fungsionalitas atau kapasitasnya.
(2) Layanan gratis mensyaratkan koneksi internet yang baik dan perangkat keras
khusus.
(3) Kualitasnya sangat bervariasi bergantung pada koneksi internetnya. Gangguan
bisa muncul tanpa diduga.

K. Forum Online
Forum online memungkinkan komunitas terlibat aktif dalam diskusi. Dimana setiap
orang dapat berinteraksi dan berbagi infomasi melalui perangkat internet dan media
online untuk mendiskusikan suatu topik atau isu-isu yang menarik bagi anggota forum.
Kelebihan metode Forum Online dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Forum online membolehkan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Forum online dapat
diakses sewaktu-waktu dan dari mana pun sepanjang ada koneksi internet.
(2) Forum online memungkinkan pengguna mengekspresikan diri secara bebas
dalam diskusi tersasar. Forum online mendorong kesetaraan antarpengguna
karena setiap pesan berbobot sama.
(3) Forum online mendorong penyampaian pandangan dan opini yang berbeda-
beda terhadap topik yang sudah ditetapkan lebih dulu.
(4) Forum online bisa menampilkan diskusi berkualitas tinggi karena pengguna
memiliki waktu untuk merenung dan meneliti topik/komentar yang tengah
dibahas.
(5) Forum online bisa mengarah kepada pembentukan komunitas online yang
berusia lama di seputar topik-topik yang menjadi minat peserta.
Sedangkan kelemahan metode Forum Online dalam menangkap inovasi
(capturing), diantaranya:
(1) Forum publik dan tanpa moderasi itu rawan penyalahgunaan.
(2) Forum online sangat bergantung teks sehingga tidak terlalu cocok untuk audio
dan video.
(3) Para penutur bahasa bahasa asing bisa merasa kurang nyaman untuk ikut serta
dalam diskusi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 191


PROGRAM INOVASI DESA

(4) Forum online sering sangat bergantung pada moderator atau kontributor
tertentu. Moderator atau narasumber mungkin harus bekerja keras untuk
menjaga keterlibatan aktif peserta dalam diskusi.

L. Komunitas Praktis
Komunitas praktisi (CoP) mengelola praktisi atau pakar di wilayah tertentu. Komunitas
praktisi memberikan kesempatan untuk mendokumentasikan pengetahuan lewat
proses bertukar pengalaman antarorang yang sama-sama memiliki minat serupa.
Peserta terlibat aktif satu sama lain di dalam proses pembelajaran kolektif teman
sebaya. Untuk mendukung pembuatan dan berbagi pengetahuan, komunitas praktisi
idealnya disusun berdasarkan target akhir belajar. Komunitas praktisi sering
memfasilitasi beragam interaksi berbagi pengetahuan, seperti obrolan, forum, diskusi,
dan konferensi. Interaksinya bisa dilakukan online atau tatap muka.
Kelebihan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap inovasi (capturing),
diantaranya:
(1) Komunitas praktisi menyediakan ruang berkumpul berdasarkan kesamaan minat
atau kepakaran.
(2) Komunitas praktisi online memungkinkan anggota untuk membaca, mengajukan,
dan menerima nasihat serta masukan dari komunitas berdasarkan pertanyaan
yang dikirimkan.
(3) Tergantung tingkat partisipasinya, dari yang menerima bulat-bulat hingga sangat
interaktif, para peserta bisa memperoleh pengetahuan dan kecakapan dari
anggota komunitas yang lebih berpengalaman.
(4) Komunitas praktisi bermanfaat bagi pemula, yang antusias untuk belajar dari
rekan kerja berpengalaman, namun belajar dengan rekan sebaya antarspesialis
juga bisa terjadi.
(5) Komunitas praktisi memungkinkan keterlibatan peserta sesuai dengan waktu dan
tempat yang lebih disukai.
(6) Komunitas praktisi menjaga sumber daya, ide, dan diskusi sehingga bisa
melahirkan arsip kepakaran di bidang teknik tertentu.
(7) Pengetahuan kelompok membantu menopang para praktisi profesional secara
perorangan, yang sering melahirkan rasa sekomunitas.
Sedangkan kelemahan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap
inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Jika komunitas dibangun secara online, aspek teknologi bisa menjadi kendala
bagi peserta yang kurang melek digital.
(2) Perlu upaya gigih untuk membangun rasa sekomunitas yang efektif bagi
komunitas praktisi online. Kurangnya isyarat visual dan emosional, misalnya
bahasa tubuh, bisa menyulitkan upaya mendorong interaksi yang penuh makna.

192| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

(3) Pengguna bisa merasa tersisih atau tersingkir jika tanpa membangun komunitas
atau moderasi yang proaktif.
(4) Peserta bisa merasa kewalahan jika tidak melebur secara hati-hati ke dalam
komunitas, atau tetap pasif akibat kurangnya stimulasi.
(5) Komunitas praktisi bisa saja mensyaratkan moderasi intensif agar bisa saling
menghubungkan antara pencari pengetahuan dengan kontributor.
(6) Komunitas praktisi bisa berkembang terlalu cepat atau berubah haluan
sedemikian rupa sehingga tidak bisa diikuti oleh anggota, yang menimbulkan
penurunan tajam aktivitas.

Daftar Pustaka
1. https://faculty1.coloradocollege.edu/~afenn/web/EC303_8_04/FALL07/READINGS
/Observation.pdf
2. https://blog.socialcops.com/academy/resources/conduct-successful-focus-
group-discussion/
3. https://www.chsalliance.org/files/files/Resources/Tools-and-guidance/Belfrage-
and-Wigley_Guidelines-for-Focus-Group-Discussions.pdf

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 193


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 3.5.1

Panduan Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID)

A. Pendahuluan
Bursa Inovasi Desa (BID) merupakan sebuah forum penyebaran dan pertukaran inisiatif
atau inovasi masyarakat yang berkembang di desa-desa. Kegiatan BID dapat
diselenggaran di tingkat Kabupaten/Kota sebagai kegiatan peluncuran untuk
mendukung pelaksanaan inovasi Desa dan di tingkat Kecamatan sebagai wahana
pertukaran pengetahuan dan inovasi Desa. BID merupakan bagian tak terpisahkan dari
Model Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) mulai dari tinggjat
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa.
Perlu ditekankan bahwa BID merupakan media belajar bagi Desa untuk
memperoleh informasi dan kegiatan inovasi yang dapat mendukung pembangunan
Desa. BID bukan ajang pertukaran “jual-beli” cara-cara atau solusi yang telah dinilai
inovatif, terutama terkait kegiatan pembangunan Desa. BID bukan juga kegiatan
pameran barang tapi ide-ide kreatif dalam pembangunan Desa. BID dilaksanakan
untuk membantu Desa dalam meningkatkan kualiatas pembangunan melalui
pertukaran pengetahuan kegiatan yang inovatif untuk memberi inspirasi dan alternatif
pilihan kegiatan bagi pembangunan Desa.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud diselenggarakannya BID untuk menjembatani kebutuhan Pemerintah Desa
akan solusi bagi penyelesaian masalah, serta inisiatif atau alternatif kegiatan
pembangunan desa dalam rangka penggunaan Dana Desa yang lebih efektif dan
inovatif. Sedangkan tujuan diselnggarakan BID sebagai berikut:
1. Mendiseminasikan informasi pokok terkait Program Inovasi Desa (PID) dan Hibah
Dana Desa;
2. Menginformasikan rencana kegiatan penyelenggaraan Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa kepada pemangku kepentingan di tingkat Kabupaten/Kota,
Kecamatan dan Desa;
3. Menginformasikan pelaku yang terlibat dalam Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa
4. Memperkenalkan inisiatif atau inovasi masyarakat yang berkembang di Desa
dalam menyelesaikan masalah dan mendukung peningkatan kualitas
pembangunan.
5. Menjaring komitmen Pemerintah Desa untuk mengadopsi atau mereplikasi
inisiatif atau inovasi yang diperoleh dalam BID.

194| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

C. Hasil yang Diharapkan


1. Terdiseminasikan informasi penitng terkait Program Inovasi Desa (PID);
2. Terdesiminasikan rencana kegiatan penyelenggaraan Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa (PPID) dan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD
kepada pemangku kepentingan di tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa;
3. Terbangunnya dukungan dan kerjasama dari pemangku kepentingan baik
pemerintah, pemerintah daerah dan Desa dalam penyelenggaraan Bursa Inovasi
Desa (BID) di tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan;
4. Tersedianya dokumen pembelajaran tentang inisiatif atau inovasi masyarakat
yang berkembang di Desa dalam menyelesaikan masalah dan mendukung
peningkatan kualitas pembangunan.
5. Terbangunnya komitemen Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa dalam
mengadopsi dan mereplikasi kegiatan Inovasi Desa.

D. Waktu Pelaksanaan
BID sebaiknya dilaksanakan sebelum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
(Musrenbang Desa) atau pengesahan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (RKP Desa
dan APB Desa). Agar Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa dapat mewujudkan
komitmennya dalam bentuk kebijakan dan dukungan pembiayaan melalui APBD dan
APB Desa.

E. Ruang Lingkup Pelaksanaan


1. Peluncuran Bursa Inovasi Desa (BID) di Tingkat Kabupaten/Kota

BID di tingkat Kabupaten/Kota diselenggarakan dalam rangka mendorong dukungan


Pemerintah Daaerah dalam penyelenggraan kegiatan BID di tingkat Kecamatan.
Peluncuran BID di tingkat Kabupaten/Kota merupakan kegiatan yang membuka secara
formal dan mengantarkan rangkaian pelaksanaan BID di seluruh kecamatan, serta
memberikan ruang bagi pemangku kepentigan yang lebih luas dengan mengundang
pelaku di tingkat Kecamatan dan Desa sebagai diseminasi, pertukaran pengalaman dan
pembelajaran inovasi desa antar Kecamatan.

2. Pelaksanaan Bursa Inovasi Desa (BID) di Tingkat Kecamatan


Penyelenggaraan BID di tingkat Kecamatan diharapkan dapat memberikan keleluasaan
bagi Desa dalam lingkup kecamatan untuk melakukan pertukaran inovasi desa dan
membangun komitmen desa dalam replikasi. Secara teknis BID di tingkat Kecamatan
diselenggarakan di lokasi kecamatan yang memadai untuk menampung jumlah peserta
yang akan diundang. Pelaksanaan BID dibagi dalam beberapa ruang, antara lain:
• Ruang Pleno untuk menampung seluruh peserta;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 195


PROGRAM INOVASI DESA

• Ruang Bursa A (Infrastruktur dan Kewirausahaan/Ekonomi) untuk menampung


minimal 50% peserta, dengan beberapa sudut untuk display inovasi;
• Ruang Bursa B (Sumberdaya manusia) untuk menampung minimal 50% peserta,
dengan beberapa sudut untuk display inovasi;
• Setiap ruang bursa dilengkapi 3-5 meja konsultasi.

F. Peserta
Peserta yang hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan BID yaitu:
• Perwakilan Desa: Tiga orang per desa (pihak yang dapat memberikan keputusan
atau komitmen), minimal Kepala Desa dan BPD sebagai penanggung jawab
penyelenggaraan pembangunan desa.
• Camat untuk sebagai pembina penyelenggaraan BID di tingkat kecamatan
• Kepala Daerah/ Bupati (untuk pembukaan)
• Kepala Dinas PMD Kabupaten
• Perwakilan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
• Pihak lain sebagai pemantau

G. Penyelenggara dan Pemandu


Penyelenggara dan pemandu Peluncuran Bursa Inovasi Desa (BID) di tingkat
Kabupaten/Kota adalah Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID). Penyelenggara BID di tingkat
Kecamatan adalah Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID). Proses fasilitasi BID di tingkat
Kecamatan dilaksanakan oleh TPID dibantu TIK-PID dan pendamping profesional
(TAPM, PD dan PLD).

H. Metode
Penyelenggaraan BID menggunakan pendekatan bursa atau expose/pertukaran
gagasan dan inovasi desa, pemaparan, pengamatan, unit belajar (learning unit) atau
jendela bursa, multi media, bimbingan serta konsultasi.

I. Materi
• Panduan Teknis Operasional Program Inovasi Desa (PID)
• Panduan Teknis Operasional Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
• Panduan Teknis Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID)
• Daftar inovasi Desa, dll.

196| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

J. Media dan Alat Pendukung


• Daftar hadir
• Agenda
• Peta Alur Kegiatan Bursa Inovasi
• Poster dan Brosur Inovasi
• Daftar Inovasi per bidang (Infrastruktur, Kewirausahaan/Ekonomi,
Sumberdaya Manusia)
• Daftar Inovasi per Ruang Bursa (Ruang Bursa A, Bursa B)
• Video tentang PID dan pembelajaran inovasi Desa
• Kartu untuk penjaringan Komitmen (Kartu Komitmen) yang dibuat
sedemikian rupa sehingga menjadi dua bagian yang dapat disobek: 1 untuk
Panitia dan 1 untuk desa
• Kartu untuk penjaringan ide-ide (Kartu IDE)
• Sertifikat
• Stempel PID Kabupaten di meja konsultasi
• Stiker (pemilihan inovasi terbaik) di meja konsultasi
• Alat bantu lain: sound system, projector/in focus, screen, laptop
• Kamera untuk dokumentasi foto bersama seluruh kepala desa

K. Tahapan Kegiatan

Persiapan : (1) Tim Inovasi kabupaten melakukan sosialisasi dan koordinasi


dengan OPD tekait mengenai rencana Bursa;
(2) Penyusunan Kepanitiaan;
(3) Penentuan Tanggal, waktu dan tempat penyelenggaraan
Bursa Inovas Desa (BID);
(4) Menyiapkan undangan, daftar undangan dan daftar hadir
undangan;
(5) Menyiapkan undangan untuk peserta pameran (jika
diperlukan);
(6) Penyusunan Agenda Bursa Inovasi Desa (BID;
(7) Penghitungan RAB Logistik yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID);
(8) Penyiapan materi dan alat yang dibutuhkan;
(9) Pengaturan pembagian ruangan Bursa Inovasi Desa (BID);
(10) Pengaturan pembangian stand untuk pameran (jika perlu);
(11) Skenario mobilisasi peserta.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 197


PROGRAM INOVASI DESA

Proses : Peserta mengisi daftar hadir dan diberikan Agenda Kegiatan,


salinan dokumen pembelajaran dan video, Kartu Komitmen, Kartu
IDE.
Jendela Pertama (Pleno – Penjelasan Umum)
(1) Seluruh peserta memasuki ruang pleno
(2) Panitia menyampaikan secara singkat Agenda Kegiatan
(3) Pembukaan
(4) Foto Bersama seluruh peserta
(5) Pemandu yang ditunjuk oleh Tim Pengelola Inovasi Desa
(TPID) sebagai panitia menyampaikan informasi-informasi
pokok terkait: PID, PPID, Mekanisme Bursa/ alur belanja di
dua ruang Bursa yang berbeda (Bursa A dan Bursa B) serta
menu inovasi yang disajikan, Penggunaan Kartu Komitmen
dan Kartu IDE, Pemberian rating untuk inovasi terbaik dan
diminati, serta Pengambilan Sertifikat dan Foto.
(6) Peserta dipersilakan menuju “Jendela Kedua” untuk
“berbelanja” inovasi dan melakukan konsultasi di
setiap ruang Bursa yang dibuka secara parallel
(7) Jendela Kedua (Belanja di Bursa A dan/atau Bursa B)
• Panitia mengarahkan peserta untuk berbelanja di Ruang
Bursa A dan juga ruang Bursa B
• Di setiap ruang bursa, pemandu yang ditunjuk oleh TPID
menyampaikan: (a) Mekanisme belanja inovasi dan (b)
Sekilas menu inovasi yang tersedia di ruang Bursa A atau
Bursa B
• Penayangan video-video inovasi
• Tanya jawab
• Peserta menuliskan inovasi-inovasi (minimal 1 inovasi)
yang diminati dan kebutuhan-kebutuhan dalam
mereplikasinya pada Kartu Komitmen
• Peserta menyampaikan informasi inovasi lain yang
diketahui telah dilakukan di desanya namun belum
tersedia di Bursa, dan menuliskannya di Kartu IDE
• Peserta melakukan konsultasi di meja konsultasi yang
disiapkan guna menggali informasi lebih dalam mengenai
inovasi yang diminati dari menu yang disediakan dan
kebutuhan untuk replikasi

198| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

• Peserta melengkapi Kartu Komitmen dengan inovasi yang


diminatinya untuk direplikasi di desanya
• Panitia di meja konsultasi akan memberikan stempel
sesuai Ruang Bursa pada kartu Komitmen
• Peserta diberikan satu stiker dan dipersilakan memberi
rating inovasi yang diminatinya pada display yang
disediakan, dan peserta dipersilakan menuju ke “Jendela
Ketiga”
(8) Jendela Ketiga (Komitmen)
• Peserta menyerahkan Kartu Komitmen dan Kartu IDE
kepada panitia untuk ditukarkan dengan Sertifikat
Komitmen Replikasi dan Foto
• Panitia mengumpulkan dan mendata Kartu Komitmen,
Kartu IDE, dan Inovasi yang diminati peserta

Hal-hal yang : (1) Pastikan kehadiran perwakilan seluruh Desa untuk


harus mengikuti Bursa Inovasi
diperhatikan (2) Persiapkan secara baik dan lengkap media atau alat
serta materi (dibuat dalam ppt yang menarik atau ditulis
pada kertas besar dengan desain menarik)
(3) Atur setiap ruang/ bursa dengan baik sehingga memungkin-
kan peserta berinteraksi dengan baik dan merasa nyaman.
Pastikan setiap ruangan Pleno, Bursa A dan Bursa B,
Penukaran Kartu Komitmen diberi tanda petunjuk yang jelas

(4) Hindari hal–hal yang bersifat dominasi terhadap


proses pertemuan dari dan oleh siapapun juga
(5) Fasilitator jangan memaksakan diri untuk menjawab
pertanyaan yang belum diketahui persis kepastiannya,
apalagi yang berkaitan dengan kebijakan PID/VIG
(6) Dokumentasikan secara baik proses dan hasil Bursa Inovasi
(7) Pastikan setiap wakil Desa sudah memahami betul tentang
konsep PID/PPID dan Tujuan Bursa Inovasi, serta
memberi-kan Komitmen untuk replikasi
(8) Hindari penggunaan bahasa asing atau singkatan-singkatan,
pergunakan bahasa dan kebiasaan lokal
(9) Mempersiakan jalur komunikasi pasca bursa
untuk pertanyaan lanjutan dari pihak desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 199


PROGRAM INOVASI DESA

Kepanitiaan : • Pembina
• Penanggung jawab
• Koordinator Bursa Inovasi
• Bagian Umum (Perlengkapan, Perizinan, Tempat dan Alat)
• Bagian Korespondensi (Undangan, Koordinasi, Konfirmasi)
• Bagian Substansi (penyiapan materi)
• PIC Registrasi peserta/undangan
• PIC Protokol & Pembukaan
• PIC Pleno
• PIC Ruang Bursa A
• PIC Ruang Bursa B
• PIC Konsultan untuk meja-meja konsultasi
• PIC Pameran (jika perlu)
• PIC Ruang Penukaran Kartu Komitmen
• Bagian Konsumsi
• Bagian dokumentasi
Display : (1) Luar Ruang:
• Daftar Inovasi desa per Bidang – @3 rangkap (Plano)
• Spanduk Kegiatan
• Denah Alur dan Petunjuk ruangan (plano)
• Poster inovasi desa - @3 rangkap
(2) Dalam Ruang Bursa:
• Daftar inovasi desa per Ruang Bursa – 3 rangkap (plano)
• Daftar inovasi desa untuk diberikan rating oleh peserta
• Brosur inovasi desa
• Daftar P2KTD (direktori)
• Displai Inovasi desa (bila perlu)
• Penayangan video inovasi desa
• Nama setiap ruangan

200| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 201


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 4.1.1

KONSEP PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS


DESA (P2KTD)

A. Dasar Pemikiran
Program Inovasi Desa merupakan salah satu upaya Kemendesa PPDT dalam mempercepat
penanggulangan kemiskinan di Desa melalui pemanfaatan dana desa secara lebih
berkualitas dengan strategi pengembangan kapasitas desa secara berke-lanjutan
khususnya dalam bidang pengembangan sumber daya manusia, pengembangan sumber
daya manusia: Pelayanan Sosial Dasar , serta Infrastruktur Desa.
Dana Desa menumbuhkan kebutuhan jasa layanan teknis yang beragam yang
tidak dapat dipenuhi oleh OPD terkait dan pemangku kepentingan professional.
Sementara itu, Desa memiliki keterbatasan dalam mengakses Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa professional yang berasal dari lembaga swadaya masyarakat,
Universitas, Asosiasi profesi dan perusahaan. Kondisi tersebut mendorong kebutuhan
pasar akan jasa layanan teknis dalam mendukung pembangunan desa. Di sisi lain,
lembaga Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa yang professional belum
memanfaatkan peluang jasa layanan ini karena keterbatasan informasi serta kurangnya
dukungan dari pemangku kepentingan terkait.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendekatkan kebutuhan desa dengan
pihak Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa dan menjamin tersedianya jasa
layanan yang berkualitas diperlukan sistem layanan yang dapat diakses dengan mudah
oleh desa. Oleh karena itu, jasa layanan teknis yang sudah ada perlu diorganisir dan
diperkuat kapasitasnya agar dapat memberikan pelayanan secara lebih berkualitas dan
berkelanjutan sesuai kebutuhan Desa. Desa diharapkan memiliki pilihan untuk
mendapatkan jasa layanan teknis yang berkualitas dalam mendukung pelaksanaan
pembangunan Desa.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495). (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43

202| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun


2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2010 tentang Komite
Inovasi Nasional(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 97);
4. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Dan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 03 Tahun 2012, Nomor: 36
Tahun 2012 Tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah(Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 484);
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2012 Tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 338).
6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 161);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemangku kepentinganan Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 160);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2018 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 1359).

C. Maksud dan Tujuan


Penyedia Jasa Pelayanan Teknis (P2KTD) dimaksudkan untuk membantu desa
mewujudkan kegiatan inovasi desa yang membutuhkan keahlian teknis tertentu dalam
meningkatkan kualitas pembangunan Desa, di bidang pengembangan ekonomi lokal
dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia, serta infrastruktur Desa.
Secara khusus tujuan P2KTD, yaitu:
1. Mewujudkan kegiatan pembangunan desa yang inovatif dan lebih berkualitas.
2. Membantu pemerintah daerah dalam menyediakan layanan teknis yang
dibutuhkan desa.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kader pemberdayaan masyarakat desa.

D. Pengertian
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) dalam Program Inovasi Desa
adalah lembaga profesional yang menyediakan jasa keahlian teknis tertentu di bidang

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 203


PROGRAM INOVASI DESA

Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya


Manusia, dan Infrastruktur Desa. P2KTD bersifat mendukung pendampingan teknis
yang dilakukan oleh OPD kabupaten/kota dan tenaga Pendamping Profesional.
E. Kedudukan dan Lokasi
P2KTD berkedudukan di Kabupaten/kota, diorganisir oleh Tim Inovasi Kabupaten/kota
untuk memberikan pelayanan teknis pembangunan desa dalam bidang
pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya
manusia, dan infrastruktur desa serta terdaftar dalam direktori P2KTD kabupaten/kota.
Keberadaaan P2KTD diharapkan dapat mempercepat pencapaian target RPJMN 2015-
2019 dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus. Lokasi P2KTD di 33 provinsi
dan 434 kabupaten/kota, dan ditetapkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

F. Target Capaian
Dalam rangka mendukung Program Inovasi Desa (PID) perlu disediakan 2.604 P2KTD
meliputi bidang Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, pengembangan
sumber daya manusia, dan infrastruktur desa yang diharapkan dapat mendampingi
14,000 desa.

G. Prinsip-Prinsip
Dalam menjalankan perannya, P2KTD bekerja atas dasar prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Profesional, memberikan pelayanan teknis berkualitas teknis sesuai standar
safeguard dan peraturan yang berlaku.
2. Tanggungjawab Sosial, pelayanan didasarkan atas komitmen menumbuhkan
kewirausahaan sosial (sosial entrepreneurship);
3. Inklusi Sosial (Social Inclusion), menghormati kesetaraan, berpihakan pada
perempuan, berkebutuhan khusus, dan mendorong kohesi sosial;
4. Ramah Lingkungan, mendorong penerapan teknologi yang tepat guna dan
ramah lingkungan;
5. Tata kelola, Jasa layanan yang diberikan harus bersifat transparan, partisipatif,
dan akuntabel.

H. Ruang Lingkup
Jenis layanan teknis yang disediakan P2KTD meliputi tiga bidang kegiatan utama dalam
mendukung kegiatan inovasi desa yang tidak dapat diberikan oleh pendamping
profesional dalam mendukung kemandirian desa. Bidang kegiatan dimaksud terdiri dari:
(1) Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, (2) Pengembangan Sumber Daya
Manusia, serta (3) Infrastruktur Desa. P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk
dukungan teknis berupa pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi

204| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa. Layanan P2KTD dapat diberikan dalam tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan evaluasi.

1. Layanan Jasa Teknis Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan


Jasa layanan teknis kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal disesuaikan
dengan kebutuhan dan karekteristik desa dalam pendukung pengembangan Produk
Unggulan Desa (Prudes) dan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (prukades) serta
BUM Desa atau BUM Desa Bersama. Bentuk layanan teknis pengembangan ekonomi
lokal dan kewirausahaan dapat berupa analisis dan identifikasi sumberdaya lokal,
analisis keberlanjutan usaha, pengembangan SDM dan kelembagaan, pengembangan
produksi, dan mata rantai usaha (market chain) yang dikelola secara mandiri, serta
pengelolaan keuangan mikro.

2. Layanan Jasa Teknis Pelayanan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Jasa layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia yang diberikan P2KTD
disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan SDM khususnya layanan sosial dasar
(antara lain: PAUD, Posyandu, dan kegiatan lain yang menjadi kewenangan lokal
berskala desa) dan kewirausahaan sosial.
Wirausahawan Sosial adalah individu yang memberikan solusi inovatif untuk
menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat Desa dengan menawarkan ide-ide
kreatif berorientasi bisnis. Misalnya: pengelolaan sampah, pengelolaan air bersih,
pemanfaatan biogas, dan produk daur ulang, dan Desa Wisata.
Bentuk kegiatan layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia dapat
berupa pelatihan dan bimbingan untuk mendorong kemandirianDesa dalam
memberikan pelayanan sosial dasar yang berkualitas (seperti: Posyandu Mandiri,
Pengelolaan PAUD), serta menumbuhkan kewirausahaan sosial di Desa.

3. Layanan Jasa Teknis Infrastruktur Desa


Jasa layanan teknis yang diberikan P2KTD mencakup semua jenis sarana prasarana
skala desa dan antardesa yang memiliki dampak ekonomi. Prioritas layanan jasa teknis
infrastruktur Desa diarahkan untuk mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa
yang meliputi:
a. Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaaan sarana prasarana Embung
Desa untuk kebutuhan air rumah tangga, irigasi, dan kebutuhan air lainnya yang
mendukung ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi;
b. Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaan Sarana Olah Raga di Desa
yang mendukung peningkatan ekonomi dan ikatan sosial;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 205


PROGRAM INOVASI DESA

c. Jasa layanan teknis pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana lainnya


yang memiliki dampak ekonomi besar, seperti: jalan, jembatan, pasar desa,
pengelolaan air bersih.

I. Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan P2KTD di dalam Program Inovasi Desa meliputi: (1) sosialisasi di
Provinsi dan Kabupaten, (2) Pembentukan Pokja P2KTD, (3) Pelatihan Pokja P2KTD-TIK
(4) Penyusunan direktori P2KTD, (5) Pemanfaatan P2KTD.

Alur Mekanisme Kegiatan P2KTD

1. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dilakukan untuk memperkenalkan arti penting keberadaan P2KTD
kepada OPD Provinsi dan Kabupaten, calon-calon potensial P2KTD maupun kepada
Desa sebagai calon pengguna jasa layanan teknis. Secara khusus, kegiatan sosialisasi
ini bertujuan untuk: (a) mensosialisasikan program PID, (b) menginfomasikan adanya
kebutuhan pasar jasa layanan teknis kepada lembaga penyedia jasa professional (LSM,
Perusahaan, lembaga penelitian, Universitas dan perusahaan, (c) menginfomasikan
kepada desa mengenai keberadaaan jasa layanan teknis untuk meningkatkan kualitas
perencananaan dan pelaksanaan pembangunan desa.

a. Sosialisasi di provinsi

206| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di provinsi dan akan difasilitasi oleh Satker


Propinsi dengan dibantu oleh tenaga ahli provinsi. Peserta sosialisasi terdiri dari OPD
terkait dan calon P2KTD dari provinsi dan kabupaten.
b. Sosialisasi di Kabupaten/kota
Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di kabupaten/kota dan akan difasilitasi oleh Tim
Inovasi Kabupaten (TIK) dengan dibantu oleh tenaga ahli kabupaten. Peserta sosialisasi
terdiri dari OPD terkait, Camat, TPID, kepala desa dan BPD, perguruan tinggi, LSM,
organisasi profesi, organisasi sosial dan pihak swasta.

2. Pembentukan Pokja P2KTD - TIK


Pokja P2KTD dapat terdiri dari perwakilan OPD (Dinas PMD/Bappeda), OPD Teknis,
Asosiasi Profesi terkait. Susunan Pokja P2KTD Tim Inovasi Kabupaten terdiri dari :
a. Ketua Pokja: OPD yang membidangi bidang pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa
b. Koordinator bidang peningkatan ekonomi lokal dan kewirausahaan: OPD yang
membidangi bidang pengembangan ekonomi dan kewirausahaan, dan dibantu
oleh maksimal 2 orang anggota dari unsur perwakilan asosiasi dunia
usaha/perbankan.
c. Koordinator bidang PSDM: OPD yang membidangi bidang pendidikan atau
kesehatan, dan dibantu maksimal 3 orang anggota dari unsur OPD
Pendidikan/Kesehatan, asosiasi PAUD, Tim penggerak Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) Kabupaten/Kota
d. Koordinator bidang Infrastruktur Desa: OPD yeng membidangi bidang dinas
pekerjaan umum, dan dibantu maksimal 3 orang anggota dari unsur asosiasi jasa
konstruksi, asosiasi profesi pemberdayaan masyarakat dan perwakilan dewan
inovasi sejauh tersedia di tingkat kabupaten.

3. Pelatihan Pokja P2KTD – TIK


Pelatihan bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada Pokja P2KTD-TIK dalam
melaksanakan tugasnya. Pelatihan dilaksanakan di provinsi selama 3 hari efektif. Peserta
pelatihan terdiri dari 3 orang anggota P2KTD yang mewakili bidang Kewirausahaan dan
Pengembangan ekonomi Lokal, Pengembangan SDM dan Infrastruktur serta 2 – 3 orang TA
yang bertugas memfasilitasi pelaksanaan kegiatan P2KTD.

4. Penyusunan Direktori P2KTD


Inventarisasi dan verifikasi penyusunan direktori P2KTD
Pokja P2KTD dengan dibantu Tenaga Ahli Kabupaten P3MD/PID akan melakukan
inventarisasi ketersediaan P2KTD untuk mendukung pembangunan dan pemberdayaan
Desa dalam bidang: pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan/pengembangan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 207


PROGRAM INOVASI DESA

sumber daya manusia/infrastruktur. Hasil inventarisasi digunakan untuk menentukan


P2KTD potensial yang akan diundang untuk mengikuti verifikasi P2KTD.
Pelaksanaan verifikasi bertujuan untuk memilih P2KTD yang akan ditetapkan
dalam direktori P2KTD. Pelaksanaan verifikasi dilakukan terhadap aspek lembaga dan
aspek keahlian teknis dengan cara pemeriksaan profil lembaga P2KTD maupun
kunjungan lapangan. Pelaksanaan Verifikasi untuk 3 jenis bidang P2KTD dilaksanakan
oleh masing-masing bidang Pokja P2KTD sesuai tugas dan tanggungjawabnya.
Hasil verifikasi P2KTD yang memenuhi kriteria disusun dalam bentuk direktori sesuai
dengan 3 bidang kegiatan oleh masing-masing bidang Pokja P2KTD. Selanjutnya
daftar tersebut disahkan oleh BPMD Kabupaten.

Penyusunan dan Publikasi Direktori P2KTD


Direktori P2KTD adalah koleksi rujukan yang memuat nama-nama atau organisasi
penyedia layanan teknis yang disusun secara sistematis yang dilengkapi dengan
alamat, kompetensi atau keahlian, pengalaman organisasi, kegiatan dan data lainnya
yang bermanfaat sebagai infomasi bagi desa. Direktori P2KTD meliputi bidang layanan
P2KTD yaitu : Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Peningkatan Sumber
Daya Manusia dan Infrastruktur Desa. Penyusunan direktori dilakukan oleh Pokja
P2KTD bersama TA Kabupaten untuk dicetak dan dipublikasikan oleh Satker
Dekonsentrasi Provinsi. .

5. Pemanfaatan P2KTD
Identifikasi Kebutuhan P2KTD ke Desa-Desa (TPID)
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kegiatan Desa yang membutuhkan
Jasa layanan teknis. Identifikasi dilakukan oleh TPID yang menangani kegiatan P2KTD
dengan mengecek APB Desa 2017 khususnya untuk bidang kegiatan ekonomi lokal dan
kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Infrastruktur. Kegiatan yang
membutuhkan P2KTD adalah kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan oleh Kader
Pembangunan Desa maupun oleh tenaga Pendamping profesional karena membutuhkan
keahlian khusus. Kegiatan jasa layanan teknis yang dapat diberikan oleh P2KTD meliputi
pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, studi kelayakan dan pengembangan
jejaring sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa.

Verifikasi Kebutuhan P2KTD dalam APB Desa


Verifikasi kebutuhan P2KTD dimaksudkan untuk menilai kelayakan terhadap usulan
kegiatan yang diajukan oleh TPID terhadap desa-desa membutuhkan layanan P2KTD.
Verifikasi dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan
layanan P2KTD. Hasil verifikasi yang dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD disampaikan
kepada TPID berupa daftar usulan kegiatan yang layak untuk mendapat dukungan

208| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

layanan teknis serta P2KTD yang direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan Desa.
Jika P2KTD yang dibutuhkan tidak tersedia dalam direktori, maka TIK dapat
merekomendasikan P2KTD dari luar wilayah kerjanya.
Perumusan dan Prioritas Kegiatan P2KTD
Hasil verifikasi kebutuhan P2KTD yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan
berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh P2KTD. Prioritas
kegiatan yang akan mendapat layanan P2KTD ditetapkan dalam rapat TPID dengan
kriteria sebagai berikut: (a) Desa berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan replikasi;
(b) kegiatan inovasi yang selaras dengan kebijakan pemerintah; (c) kegiatan yang
memiliki dampak langsung terhadap masyarakat; (d) kegiatan yang pelaksanaannya
melibatkan masyarakat; (e) mendukung prioritas layanan sosial dasar khususnya PAUD
dan Posyandu.
Pelaksanaan Kegiatan P2KTD
Berdasarkan kontrak kerjasama dengan TPID, P2KTD akan mulai melakukan kegiatan
persiapan, pelaksanaan bimbingan, capaian hasil kegiatan dalam memberikan layanan
teknis kepada desa. Dalam menjalankan tugasnya P2KTD wajib mendorong pelibatan
masyarakat dan mempersiapkan kader desa untuk keberlanjutan kegiatan
pembangunan.
Orientasi P2KTD
Orientasi P2KTD bertujuan untuk mempersiapkan P2KTD dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan ketentuan program inovasi desa. Penyelenggaraan orientasi
dilaksanakan di provinsi. Peserta orientasi P2KTD terdiri dari maksimal 6 orang per
kabupaten yang mewakili 6 P2KTD. Pemilihan peserta orientasi dilakukan oleh TIK-
Pokja P2KTD berdasarkan usulan TPID dengan mempertimbangkan jasa layanan teknis
yang paling banyak dibutuhkan oleh desa dalam skala kabupaten.
Pertanggungjawaban kegiatan P2KTD
P2KTD wajib menyusun laporan hasil kegiatan dan disampaikan kepada TPID dengan
tembusan pada desa-desa penerima jasa layanan. Laporan pertanggungjawaban terdiri
dari laporan kemajuan kegiatan dan hasil jasa layanan teknis P2KTD. Selain itu TPID
selaku pengelola dana operasional P2KTD pada DOK PPID wajib menyusun laporan
hasil pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana dalam forum musyawarah antar
desa (MAD) dengan tembusan kepada TIK.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 209


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 4.2.1

Fasilitasi Pemanfaatan
PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA
(P2KTD)

A. Latar Belakang
Pemanfaatan P2KTD merupakan serangkaian kegiatan pendayagunaan keahlian yang
dimiliki oleh P2KTD dalam mendorong inovasi dan peningkatan kualitas pembangunan
Desa. Bentuk pemanfaatan P2KTD hampir sama dengan pola kerjasama Desa dengan
pihak ketiga dalam mendampingi masyarakat desa. Dimana pihak ketiga dalam hal ini
P2KTD memberikan layanan dan bimbingan teknis kepada Desa secara bervariasi,
diantaranya, advokasi, peningkatan kapasitas, pendidikan, pembangunan infrastuktur,
dan masih banyak aktifitas lain.
Dalam kerangka dukungan P2KTD melalui pola kerjasama Desa dengan pihak
ketiga baik dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan inovasi yang tidak dapat
dilakukan sevara mandiri oleh Desa dan pendamping. Pemanfaatan P2KTD dilakukan
dalam rangka membantu desa. Selama ini desa dipandang sebagai pihak yang ‘lemah’.
Terlalu lamanya dibiarkan dan urusannya dipercayakan kepada pihak lain, maka desa
sulit untuk berdaya. Desa menjadi obyek yang harus selalu dibantu.
Para pegiat desa, akademisi, atau LSM, baik yang berasal dari atau luar desa,
melakukan upaya guna memandirikan desa. Desa didorong untuk menjadi entitas yang
kuat dalam berbagai hal. Kerjasama dan kerja bersama yang dilakukan mendapat
apresiasi masyarakat. Mereka antusias menyambut baik uluran tangan para pihak itu.
Dalam bidang yang lain, pihak swasta pun ikut andil. Mereka dapat memberikan
bantuan berupa uang dan atau barang yang dibutuhkan oleh masyarakat secara
langsung. Bentuk-bentuk kepedulian ini sedikit banyak membuka mata kita, bahwa
desa perlu dikuatkan.
Terbitnya UU Desa diharapkan mampu memperkuat desa. Modal sosial di desa
yang selama ini menjadi andalan, bisa lebih optimal. Tidak menutup kemungkinan
pada saatnya nanti, desa lah yang akan memberikan bantuan kepada pihak lain. Saat
desa sejahtera, negara akan makmur. Persoalan-persoalan sosial yang terjadi bukan
tidak mungkin akan teratasi oleh desa.

B. Ruang Lingkup Pemanfaatan Peningkatan Kapasitas Teknis Desa P2KTD


Ruang lingkup pemanfaatan layanan teknis yang disediakan P2KTD meliputi tiga
bidang kegiatan utama dalam mendukung kegiatan inovasi desa yang tidak dapat
diberikan oleh pendamping profesional. Bidang kegiatan dimaksud terdiri dari: (1)
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, (2) Pengembangan Sumber Daya

210| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Manusia, serta (3) Infrastruktur Desa. P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk
dukungan teknis berupa pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, studi
kelayakan dan pengembangan jejaring sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa.
Layanan P2KTD dapat diberikan dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan,
pemeliharaan, dan evaluasi.

1. Layanan Jasa Teknis Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan


Pemanfaatan jasa layanan teknis kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal
didasarkan kebutuhan dan karakteristik Desa dalam pendukung pengembangan
Produk Unggulan Desa (Prudes) dan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (prukades)
serta BUM Desa atau BUM Desa Bersama. Kegiatan pemanfaatan P2KTD dalam
pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan dapat berupa layanan teknis dan
bimbingan terkait analisis dan identifikasi sumberdaya lokal, analisis keberlanjutan
usaha, pengembangan SDM dan kelembagaan, pengembangan produksi, dan mata
rantai usaha (market chain) yang dikelola secara mandiri, serta pengelolaan keuangan
mikro.

2. Layanan Jasa Teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia


Pemanfaatan jasa layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia yang diberikan
P2KTD didasakran kebutuhan pengembangan layanan sosial dasar (antara lain: PAUD,
Posyandu, dan kegiatan lain yang menjadi kewenangan lokal berskala desa) dan
kewirausahaan sosial. Wirausahawan Sosial adalah individu yang memberikan solusi
inovatif untuk menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat Desa dengan
menawarkan ide-ide kreatif berorientasi bisnis. Misalnya: pengelolaan sampah,
pengelolaan air bersih, pemanfaatan biogas, dan produk daur ulang, dan desa wisata.
Bentuk kegiatan layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia dapat berupa
pelatihan dan bimbingan untuk mendorong kemandirian Desa dalam memberikan
pelayanan sosial dasar yang berkualitas (seperti: Posyandu Mandiri, Pengelolaan
PAUD), serta menumbuhkan kewirausahaan sosial di desa.

3. Layanan Jasa Teknis Infrastruktur Desa


Jasa layanan teknis yang diberikan P2KTD mencakup semua jenis sarana prasarana
skala desa dan antardesa yang memiliki dampak ekonomi. Prioritas layanan jasa teknis
infrastruktur Desa diarahkan untuk mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa
yang meliputi:
(1) Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaaan sarana prasarana Embung
Desa untuk kebutuhan air rumah tangga, irigasi, dan kebutuhan air lainnya yang
mendukung ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi;
(2) Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaan Sarana Olah Raga di Desa
yang mendukung peningkatan ekonomi dan ikatan sosial;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 211


PROGRAM INOVASI DESA

(3) Jasa layanan teknis pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana lainnya
yang memiliki dampak ekonomi besar, seperti : jalan, jembatan, pasar desa,
pengelolaan air bersih.

C. Pemangku Kepentingan yang Terlibat dalam Fasilitasi P2KTD


1. Satker Dekonsentrasi P3MD/PID Provinsi
Satker Dekonsentrasi P3MD/PID dalam Program Inovasi Desa memiliki tugas dan
tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Mensosialisasikan P2KTD.
(b) Menyelenggarakan orientasi P2KTD.
(c) Menyelenggarakan orientasi Pokja P2KTD.
(d) Mengkoordinasikan kegiatan pembinaan dan pengendalian P2KTD.
(e) Melaporkan kegiatan orientasi dan layanan teknis P2KTD.
(f) Melaporkan seluruh kegiatan yang terkait dengan penggunaan dana
dekonsentrasi P2KTD.

2. Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah kabupaten/kota melalui OPD terkait memiliki tugas dan tanggungjawab
sebagai berikut:
(a) Memfasilitasi pembentukan Pokja P2KTD;
(b) Melakukan sosialisasi P2KTD;
(c) Memberikan dukungan regulasi untuk keberlanjutan P2KTD;
(d) Menyelenggarakan rapat koordinasi P2KTD;
(e) Melakukan pembinaan dan pengendalian kepada P2KTD dalam memberikan
layanan teknis kepada desa;
(f) Melaporkan kegiatan P2KTD ke provinsi.

3. Pokja P2KTD
Pokja P2KTD merupakan struktur dibawah Tim Inovasi Kabupaten yang dibentuk oleh
pemerintah kabupaten/kota untuk mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa.
Pokja P2KTD terdiri dari OPD terkait dan mempunyai tugas sebagai berikut:
(a) Melaksanakan identifikasi dan verifikasi P2KTD untuk kebutuhan direktori yang
meliputi: kriteria, pengumuman dan pendaftaran calon P2KTD. Kriteria P2KTD
meliputi aspek legalitas, kapasitas teknis dan ketersediaan tenaga, serta
pengalaman.

212| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

(b) Mempersiapkan penyusunan direktori P2KTD per bidang kegiatan secara off-line
dan on-line.
• Melakukan verifikasi dan rekomendasi atas usulan TPID terhadap
kebutuhan desa akan jasa layanan teknis.
• Memberikan rekomendasi kepada Satker Provinsi untuk peserta pelatihan.
• Melakukan updating direktori P2KTD.
• Melakukan koordinasi dan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan
P2KTD.

4. Tenaga Ahli PID Provinsi

Tenaga ahli PID Provinsi untuk peningkatan kapasitas program Inovasi Desa memiliki
tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Mengkoordinasikan identifikasi,verifikasi, dan publikasi direktori P2KTD.
(b) Membantu tugas-tugas Satker Dekonsentrasi Provinsi terutama dalam kegiatan
sosialisasi, publikasi P2KTD dan pelatihan.
(c) Melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap TAPM dalam seluruh proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan P2KTD.
(d) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap progress dan hasil pelaksanaan
kegiatan P2KTD .
(e) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD

5. Tenaga Ahli Pemberdayaa Masyarakat (TAPM)


TAPM yang memfasilitasi P2KTD terdiri dari TA Infrastruktur, TA Pelayanan Sosial Dasar
dan TA Pengembangan Ekonomi Desa. TAPM tersebut memiliki tugas dan
tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Melakukan koordinasi dengan Pemda Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan PID
temasuk pembentukan Pokja P2KTD Tim Inovasi Kabupaten, dan orientasi kepada
Pokja P2KTD;
(b) Membantu Tim Inovasi Kabupaten (TIK) khususnya Pokja P2KTD dalam kegiatan
sosialisasi, seleksi P2KTD, orientasi dan rapat koordinasi P2KTD;
(c) Mengidentifikasi kebutuhan dan ketersediaan P2KTD sesuai bidang layanan teknis.
(d) Memfasilitasi penyusunan Direktori P2KTD;
(e) Memastikan layanan jasa P2KTD sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Desa;
(f) Melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap PD dan PLD terkait dengan
P2KTD;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 213


PROGRAM INOVASI DESA

(g) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap progress dan hasil pengembangan
kapasitas P2KTD termasuk penyediaan data dan informasi terkait P2KTD;
(h) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD.

6. Pendamping Desa (PD) dan Pendamping Lokal Desa (PLD)

Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa memiliki tugas dan tanggungjawab
sebagai berikut:
(a) Memfasilitasi kegiatan sosialisasi P2KTD di Kecamatan dan Desa;
(b) Memfasilitasi TPID dalam proses identifikasi, perumusan dan prioritas, serta
penetapan P2KTD sesuai kebutuhan Desa;
(c) Memfasilitasi forum Musyawarah Desa untuk pertanggungjawaban hasil kerja
P2KTD;
(d) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD.

D. Tahapan Pemanfaatan P2KTD


Pemanfaatan P2KTD dilakukan oleh Desa melalui pentahapan sebagai berikut: (1)
identifikasi kebutuhan P2KTD yang dilakukan oleh TPID; (2) verifikasi kebutuhan P2KTD
dalam APB Desa; (3) perumusan dan prioritas kegiatan P2KTD; (4) pelaksanaan
kegiatan P2KTD; (5) orientasi P2KTD; (6) pertanggungjawaban P2KTD.

1. Identifikasi Kebutuhan P2KTD di Desa (TPID)


Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kegiatan Desa yang membutuhkan
Jasa layanan teknis. Identifikasi dilakukan oleh TPID yang menangani kegiatan P2KTD
dengan mengecek APB Desa 2017 khususnya untuk bidang kegiatan ekonomi lokal dan
kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Infrastruktur. Kegiatan yang
membutuhkan P2KTD adalah kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan oleh Kader
Pembangunan Desa maupun oleh tenaga Pendamping profesional karena membutuhkan
keahlian khusus. Kegiatan jasa layanan teknis yang dapat diberikan oleh P2KTD meliputi
pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, studi kelayakan dan pengembangan
jejaring sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa.

2. Verifikasi Kebutuhan P2KTD dalam APB Desa


Verifikasi kebutuhan P2KTD dimaksudkan untuk menilai kelayakan terhadap usulan
kegiatan yang diajukan oleh TPID terhadap desa-desa membutuhkan layanan P2KTD.
Verifikasi dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan layanan
P2KTD. Hasil verifikasi yang dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD disampaikan kepada TPID
berupa daftar usulan kegiatan yang layak untuk mendapat dukungan layanan teknis serta
P2KTD yang direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan Desa. Jika

214| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

P2KTD yang dibutuhkan tidak tersedia dalam direktori, maka TIK dapat
merekomendasikan P2KTD dari luar wilayah kerjanya.

3. Perumusan dan Prioritas Kegiatan P2KTD


Hasil verifikasi kebutuhan P2KTD yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan
berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh P2KTD. Prioritas
kegiatan yang akan mendapat layanan P2KTD ditetapkan dalam rapat TPID dengan
kriteria sebagai berikut: (a) Desa berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan replikasi;
(b) kegiatan inovasi yang selaras dengan kebijakan pemerintah; (c) kegiatan yang
memiliki dampak langsung terhadap masyarakat; (d) kegiatan yang pelaksanaannya
melibatkan masyarakat; (e) mendukung prioritas layanan sosial dasar khususnya PAUD
dan Posyandu.

4. Pelaksanaan Kegiatan P2KTD


Berdasarkan kontrak kerjasama dengan TPID, P2KTD akan mulai melakukan kegiatan
persiapan, pelaksanaan bimbingan, capaian hasil kegiatan dalam memberikan layanan
teknis kepada desa. Dalam menjalankan tugasnya P2KTD wajib mendorong pelibatan
masyarakat dan mempersiapkan kader desa untuk keberlanjutan kegiatan
pembangunan.

5. Orientasi P2KTD
Orientasi P2KTD bertujuan untuk mempersiapkan P2KTD dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan ketentuan program inovasi desa. Penyelenggaraan orientasi
dilaksanakan di provinsi. Peserta orientasi P2KTD terdiri dari maksimal 6 orang per
kabupaten yang mewakili 6 P2KTD. Pemilihan peserta orientasi dilakukan oleh TIK-
Pokja P2KTD berdasarkan usulan TPID dengan mempertimbangkan jasa layanan teknis
yang paling banyak dibutuhkan oleh desa dalam skala kabupaten.

6. Pertanggungjawaban kegiatan P2KTD


P2KTD wajib menyusun laporan hasil kegiatan dan disampaikan kepada TPID dengan
tembusan pada desa-desa penerima jasa layanan. Laporan pertanggungjawaban terdiri
dari laporan kemajuan kegiatan dan hasil jasa layanan teknis P2KTD. Selain itu TPID
selaku pengelola dana operasional P2KTD pada DOK PPID wajib menyusun laporan
hasil pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana dalam forum musyawarah antar
desa (MAD) dengan tembusan kepada TIK.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 215


PROGRAM INOVASI DESA

Contoh Pengisian Formulir Usulan Kegiatan yang Membutuhkan Layanan


Teknis di Desa

216| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


Contoh Pengisian Formulir Rekapitulasi Usulan dan Penilaian KegiatanDesayangmembutuhkanP2KTD
Daftar Usulan Kegiatan Yang Membutuhkan PJLT
TA …………

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 217


Desa SEKARSARI
Kecamatan : DEPOK

Kabupaten : SLEMAN

Jenis layanan Ketersediaan


Biaya dalam Ketersediaan
No Usulan Kegiatan Lokasi Tujuan Kegiatan Penerima manfaat teknis yang SDM lokal yang
dibutuhkan APBdes Calon Kader memiliki keahlian
DESA

Meningkatkan
1 Peningkatan kapasitas guru PAUD Dsn. Sukajaya profesionalitas guru 5 orang guru PAUD Pelatihan Rp.7,500,000,- 2 orang tidak ada
VASI
INO

dusun akan disediakan keahlian

PAUD
Bimbingan teknis dan
Tersedianya listrik belum ada, tapi PP tidak mempunyai
2 Pembangunan tenaga mikro hidro Dsn. Sukamakmur 50 kepala keluarga pendampingan Rp.75,000,000,-
pemeliharaan
PROGRAM

……………., …………………………………………

Kepala Desa

____________________________
PROGRAM INOVASI DESA

Rekapitulasi Usulan dan Penilaian Kegiatan Desa Yang Membutuhkan PJLT


TA …………
Kecamatan DEPOK
Kabupaten SLEMAN

Jenis layanan Ketersediaan Hasil


Biaya dalam Ketersediaan
No Nama Desa Usulan Kegiatan Tujuan Kegiatan Penerima manfaat teknis yang SDM lokal yang Penilaian
APBdes (Rp.) Kader
dibutuhkan memiliki keahlian (layak/tidak)

meningkatkan
1 Sekarsari Peningkatan kapasitas guru PAUD profesionalitas guru 5 orang guru PAUD Pelatihan 2.500.000,- 2 orang tidak ada layak
PAUD

Bimbingan teknis
Tersedianya listrik belum ada, tapi PP tidak mempunyai
2 Sekarsari Pembangunan tenaga mikro hidro 50 kepala keluarga dan pendampingan 75.000.000,- layak
dusun akan disediakan keahlian
pemeliharaan

Agar lingkungan yang


lebih nyaman dan
Pengelolaan sampah desa berbasis PP tidak mempunyai
3 Makmurjaya meningkatkan 10 orang Pelatihan 25.000.000 1 orang layak
masyarakat keahlian
pendapatan
masyarakat

Meningkatkan
kemampuan
perangkat desa dalam Bimbingan teknis PP mempunyai
4 Sukaringin Peningkatan kapasitas bagi perangkat desa membuat laporan 3 orang perangkat desa dan pendampingan 10.000.000 belum ada keahlian tidak
pertanggungjawaban
keuangan

Pembuatan sumur ada 1 tenaga ahli di


5 Meranti Pembuatan sumur bor Penyediaan air bersih 4 kepala keluarga 30.000.000 1 orang tidak
bor desa

Peningkatan kapasitas perajin tas blok Meningkatkan nilai ada 1 tenaga ahli di
6 Karangrejo 20 orang Pelatihan 20.000.000 3 orang layak
ransel jual desa

Menciptakan
lingkungan yang lebih
Peningkatan kapasitas pengelolaan sampah nyaman dan Konsultasi,
7 Karangrejo 5 orang 35.000.000 1 orang SDM lokal tidak ada layak
desa menigkatkan pendampingan
pendapatan
masyarakat

Menyediakan rumah Bimbingan teknis


8 Beringin Rehab rumah sehat layak huni 3 orang dan pendampingan 75.000.000 belum ada SDM lokal ada tidak

Meningkatkan
Peningkatan distribusi penjualan produk Pengembangan PP dan SMD lokal tdk
9 Triwarno produksi dan 15 orang 30.000.000 belum ada layak
kuningan jejaring ada
pendapatan

Mengurangi SDM dan PP tidak


10 Warnawarni Pengadaaan sarana biopori 10 kepala keluarga Bimbingan teknis 10.000.000 2 orang layak
genangan air ada

……………., …………………………………………

Tim Pengelola Inovasi Desa

(________________________________)

Contoh Pengisian Tabel Rekomendasi P2KTD

218| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Tabel Rekomendasi Kebutuhan PJLT


TPID Kecamatan : DEPOK

PJLT yang
No Kegiatan Lokasi Jenis layanan Jumlah Dana Hasil Verifikasi
direkomendasikan
1 Peningkatan guru PAUD Sekarsari Pelatihan 2,500,000 layak Himpaudi

Bimbingan teknis dan


2 Pembangunan mikro hidro Sekarsari pendampingan 75,000,000 layak PT.Griya lestari
pemeliharaan

Pengelolaan sampah
3 Makmurjaya Pelatihan 25,000,000 layak LSM Pesona Alam
berbasisi masyarakat

Peningkatan kapasitas
4 Karangrejo Pelatihan 20,000,000 layak LSM Bintang gading
perajin tas blok ransel

Peningkatan kapasitas Konsultasi,


5 Karangrejo 35,000,000 layak LSM Adikarya Abadi
pengelolaan sampah desa pendampingan

Peningkatan distribusi
6 penjualan produk Triwarno Pengembangan jejaring 30,000,000 layak Bina Kreatif
kuningan

7 Pengadaan sarana biopori Warnawarni Bimbingan teknis 10,000,000 layak Banguncipta

Tim Inovasi Kabupaten ………


Kelompok Kerja PJLT

Ketua Sekretaris

(____________________ ) (
________________________ )

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 219


PROGRAM INOVASI DESA

Contoh Pengisian

Hasil Perumusan dan Prioritas Pemanfaatan PJLT

Kecamatan : DEPOK
Kabupaten : SLEMAN
Kriteria Prioritas Usulan

No Kegiatan Lokasi Komitmen Selaras Manfaat Partisipasi Layanan Nilai Ranking


kebijakan Sosial
Replikasi Pemerintah Masyarakat Masyarakat Dasar

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Peningkatan guru
1 Sekarsari ٤ 4 4 4 4 20 1
PAUD
Pembangunan mikro
2 Sekarsari 4 1 4 3 1 13 5
hidro
Pengelolaan sampah
3 Makmurjaya 3 3 4 3 1 14 4
berbasis masyarakat

4 Peningkatan kapasitas Karangrejo 4 4 4 3 1 16 3


perajin tas blok ransel
Peningkatan kapasitas
5 pengelolaan sampah Karangrejo 2 3 3 2 1 11 7
desa
Peningkatan distribusi
6 penjualan produk Triwarno 3 3 3 3 1 12 6
kuningan
Pengadaan sarana
7 Warnawarni 4 4 4 4 3 19 2
biopori

Hasil Perangkingan Prioritas Kegiatan PJLT:


1. Peningkatan kapasitas guru PAUD
2. Pengadaaan sarana biopori
3. Peningkatan kapasitas perajin tas blok ransel
4. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat
5. Pembangunan mikro hidro
6. Peningkatan distribusi penjualan produk kuningan
7. Peningkatan pengelolaan sampah desa

Tim Pengelola Inovasi Desa


Ketua

(_______________________)

220| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 4.2.1

Panduan Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah

A. Latar Belakang
Amanat Undang-Undang Desa Nomer 6 Tahun 2014 dan Rancangan Pembangunan
Jangka Menengah Nasioanal (RPJMN) 2015-2019 menyebutkan bahwa pembangunan
berkelanjutan diartikan sebagai: (i) Pembangunan yang menjaga keberlanjutan
kehidupan sosial masyarakat; (ii) Pembangunan yang menjaga peningkatan
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan (iii) Pembangunan yang menjaga kualitas
lingkungan hidup masyarakat yang didukung oleh tata kelola yang menjaga
pelaksanaan pembangunan yang akan meningkatkan kualitas kehidupan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. UU Desa telah 3 tahun berjalan, namun dalam proses
perjalanan itu masih membutuhkan dampingan dan pemahaman yang sama, baik itu
di dalam internal Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi (Kementerian Desa PDTT)
dan Sektor-sektor lain yang terkait dengan pembangunan desa. Kementerian
DesaPDTT sadar betul dengan kekurangan dan kelemahan yang selama proses
perkembangan tersebut, oleh karena itu dalam mengamanahkan UU Desa tersebut
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, membuat langkah-langkah nyata guna
mempercepat proses pemahaman dan pelaksanaan-pelaksanaan pembangunan desa.
Langkah-langkah nyata yang akandilakukan dalam mengamanahkan UU Desa
salah satunya dengan pola inovasi kegiatan, praktik-praktik cerdas atau pengetahuan
dalam investasi dana di desa dan kegiatan-kegitan lain dalam pembangunan desa
telah tumbuh dari inisiatif masyarakat dan/atau Pemerintah Desa, maupun Kecamatan.
Investasi Desa dalam rangka pembangunan perdesaan dan pemberdayaan masyarakat,
secara umum dapat dikategorikan dalam 3 bidang meliputi: infrastruktur perdesaan,
kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal serta peningkatan kualitas
sumberdaya manusia. Berbagai kegiatan inovatif dan praktek cerdas tersebut
berpotensi untuk dikembangkanatau direplikasi di tempat lain dengan beberapa
penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.
Pemerintah melalui Kementerian Desa PDTT telah menetapkan prioritas program
meliputi; pengembangan Program Unggulan Desa dan Kawasan Desa, pengembangan
BUMDesa dan BUMDesa Bersama, Pembangunan Embung Desa atau penampungan air
lainnya dan pembangunan atau pengembangan sarana olah raga Desa. Program-
program ini diyakini dapat membantu meningkatkan produktivitas masyarakat
desa.Program ini perlu disosialisasikan dan diintegrasikan dengan pelaksanaan
pembangunan desa.
Salah satu strategi yang dikembangkan dalam Program Inovasi Desa (PID) adalah
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) yaitu dukungan kepada desa-desa
agar lebih efektif dalam menyusun rencana penggunaan dana desa sebagai investasi
yang mendorong peningkatan produktifitas dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu,

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 221


PROGRAM INOVASI DESA

melalui PPID disediakanalokasi danabantuan pemerintah untuk kegiatan Bursa Inovasi


Desa dan Dana Operasional Kegiatan atau selanjutnya disebut dengan DOK Inovasi.
Untuk mengatur dan menjadi pedoman pengelolaan bantuan pemerintah dimaksud,
perlu diterbitkan Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa Tahun Anggaran 2017, atau disingkat Juknis Bantuan Pemerintah PPID.

B. Dasar Hukum
Dasar hukum penerbitan Juknis Bantuan Pemerintah PPID adalah:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
6. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
7. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
8. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
173/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga; dan
10. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 27 Tahun 2016 tentang
Pedoman Umum Dalam Rangka Penyaluran Bantuan Pemerintah Di Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi.
11. Keputusan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 83 Tahun 2017 tentang
Penetapan Pedoman Umum Program Inovasi Desa

222| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

C. Tujuan
PPID pada Program Inivasi Desa (PID) dilaksanakan dengan tujuan:
1. Pengarusutamaan kegiatan-kegiatan inovasi yang dapat mendorong efektivitas
penggunaan atau investasi dana di desa menuju peningkatan produktivitas desa
melalui proses pengelolaan pengetahuan secara sistematis,terencana dan
partisipatif. Proses pengelolaan pengetahuan secara sistematis meliputi proses
identifikasi inovasi, validasi, dokumentasi,proses pertukaran pengetahuan atau
eksposisi dan replikasi. Melalui proses ini diharapkan adanya bursa pengetahuan
dan praktek cerdas pembangunan perdesaan.
2. Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan dan pengelolaan program.

D. Prinsip
Beberapa prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan dan penggunaan Bantuan
Pemerintah PPID meliputi:
1. Partisipatif. Dalam proses pelaksanaannya harus melibatkan masyarakat, termasuk
kelompok miskin atau terpinggirkan dan kelompok disabilitas. Masyarakat didorong
berperan aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya dengan
memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau materil;
2. Transparandan Akuntabilitas. Masyarakat memiliki akses terhadap segala
informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan
dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik
secara moral, teknis, legal, maupun administratif;
3. Kolaboratif. Semua pihak yang berkepentingan dalam kegiatan pembangunan di
desa didorong untuk bekerjasama dan bersinergi dalam menjalankan kegiatan
yang disepakati;
4. Keberlanjutan. Kegiatan yang dilakukan memiliki potensi untuk dikembangkan
dan dilanjutkan secara mandiri, serta mendorong kegiatan pembangunan yang
berkelanjutan;
5. Keadilan dan Kesetaraan Gender. Masyarakat, baik laki-laki dan perempuan,
mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam
menikmati manfaat kegiatan pembangunan, serta memiliki kesejajaran
kedudukan.

E. Kegiatan PPID
1. Bursa Inovasi Desa adalah kegiatan pertukaran dan pengelolaan pengetahuan
hasil pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang dinilai inovatif;
2. Musyawarah Antar Desa (MAD), merupakan forum permusyawaratan antar desa
di tingkat kecamatan untuk merencanakan kegiatan inovasi dan pengelolaan
pengetahuan desa;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 223


PROGRAM INOVASI DESA

3. Rapat Tim Pelaksana Inovasi Desa(TPID) adalah rapat di tingkat kecamatan yang
dilaksanakan untuk penyusunan rencana kegiatan PPID;
4. Musyawarah Desa sebagai media untuk pengarusutamaan replikasi program-
program inovasi dalam APBDesa;
5. Peningkatan kapasitas dan operasional transportasi TPID, merupakan kegiatan
TPID dalam melakukan persiapan dan kunjungan lapangan untuk melakukan
penilaian (assessment) kegiatan-kegiatan inovasi;
6. Dukungan kepada Desa yang akan melakukan replikasi kegiatan inovatif seperti:
pelatihan teknis, lokakarya pembelajaran inovasi, pembiayaan tenaga ahli/ pakar
dan atau penyedia layanan teknis,
7. Dokumentasi, merupakan kegiatan pendokumentasian hasil identifikasi yang
masuk kriteria kegiatan inovatif ke dalam bentuk media visual, album photo,
artikel/tulisan dan media cetak lainnya;
8. Diseminasi atau penyebarluasan kegiatan inovasi (radio, sosialisasi, festival
inovasi)yang sudah direkomendasikan oleh Tim Inovasi Kabupaten/Kota (TIK).

F. Sasaran PPID
Sasaran bantuan pemerintah adalah kelompok masyarakat desa di kecamatan yang
disebut TPID selaku pelaksana kegiatan.

G. Pemberi Bantuan Pemerintah


Pemberi bantuan pemerintah adalah Direktorat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (Ditjen PPMD) disalurkan melalui Satker P3MD .

H. Jenis, Bentuk Bantuan dan Penggunaan serta Nilai Bantuan


1. Jenis Bantuan
Bantuan pemerintah PPID berupa Bantuan Operasional Kegiatan .
2. Bentuk Bantuan
Bantuan pemerintah PPIDdiberikan dalam bentuk uang
3. Penggunaan
Bantuan Operasional Kegiatan digunakan untuk :
1. Kegiatan Bursa Inovasi Desa dengan alokasi maksimal 20%, yang digunakan
untuk: Transportasi perwakilan TPID dari kecamatan dalam kabupaten/kota
bersangkutan. Perwakilan TPID dimaksud maksimal 4 orang per kecamatan,
dengan catatan jumlah perwakilan masyarakat dapat ditambahkan sesuai
kecukupan pembiayaan yang tersedia;
2. Biaya penyelenggaraan event Bursa Inovasi Desa yang meliputi sewa tempat,
sewa stand, konsumsi, peralatan, dan kebutuhan teknis lain untuk kelancaran
penyelenggaraan event;

224| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

3. Event Bursa Inovasi Desa di kabupaten/kota dapat dilaksanakan beberapa kali


dalam satu tahun, sesuai dengan kecukupan pembiayaan yang tersedia, serta
adanya hasil kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang
penting untuk dipamerkan;
4. Biaya administrasi dan pelaporan hasil kegiatan penyelenggaraan event Bursa
Inovasi Desameliputi penggandaan laporan, surat-menyurat dan kebutuhan
administrasi lainnya;
5. Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa pada Tahun Anggaran 2017 dilaksanakan di
kabupaten/kota, sedangkan untuk tahun anggaran berikutnya diselenggarakan di
kecamatan.
6. Kegiatan dalam rangka proses pengelolaan pengetahuan dan inovasi di desa dan
kecamatandialokasikan sebesar minimal 80% dari total dana DOK PPID yang
dapat digunakan untuk:
• Rapat Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) untuk penyusunan rencana kegiatan
PPID;
• Musyawarah Antar Desa (MAD), merupakan forum di tingkat kecamatan
untuk merencanakan kegiatan inovasi dan pengelolaan pengetahuan desa.
• Peningkatan kapasitas dan operasional transportasi TPIDmerupakan kegiatan
TPID dalam melakukan persiapan dan kunjungan lapangan untuk melakukan
penilaian (assessment) kegiatan-kegiatan inovasi.
• Administrasi dan Pelaporan TPID
• Biaya dukungan kepada Desa yang akan melakukan replikasi kegiatan
inovatif seperti: pelatihan teknis, lokakarya pembelajaran inovasi, pembiayaan
tenaga ahli/ pakar dan atau penyedia layanan teknis,
• Dokumentasi, merupakan kegiatan pendokumentasian hasil identifikasi yang
masuk kriteria kegiatan inovatif ke dalam bentuk media visual, album photo,
artikel/tulisan dan media cetak lainnya;
• Diseminasi atau penyebarluasan kegiatan inovasi (radio, sosialisasi, festival
inovasi) yang sudah direkomendasikan oleh Tim Inovasi Kabupaten.

Cara Perhitungan Besaran Nilai Bantuan

1. Lokasi
PID dikembangkan di seluruh Kabupaten/Kota yang berjumlah 434 Kabupaten/Kota,
dan berbasis di seluruh Kecamatan yang berjumlah 6.445 Kecamatan. Data ini
bersumber dari Permendagri RI No. 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan Data Wilayah
Administrasi Pemerintahan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 225


PROGRAM INOVASI DESA

2. Alokasi
Kementerian Desa PDTT pada TA. 2017 menyediakan untuk Dana Operasional Kegiatan
(DOK) PID. Dimana dana DOK ini harus dibagi di tiap kecamatan secara porposional.
Oleh karena itu dalam penetapan alokasi DOK PID di landasi atas dasar 1). Jumlah Desa
di tiap Kecamatan dan 2). Tingkat kesulitan dengan dilandasi dari rata-rata Jarak
jauhnya desa dengan pusat kecamatan. Sumber data yang digunakan menggunakan
Data Podes tahun 2015.
Secara rata-rata setiap kecamatan alokasi dana DOK sebesar Rp. 52 Juta dan
bilamana dibagi rata-rata perdesa setiap desa sebesar Rp. 2 Jt. Dalam penentuan
perhitungan secara porposional DOK Inovasi dan Pengelolaan Pengetahuan Desa
ditetapkan dalam dua besar penggunaanya yaitu 1). DOK untuk Alokasi Dasar dan 2).
DOK untuk Alokasi Inovasi.
DOK untuk alokasi dasar dimana di tetapkan seluruh kecamatan mendapatkan sama
sebesar 42% atau Rp. 22.000.000,-, DOK ini digunkan untuk dokementasi, validasi,
pertukaran pengetahuan desa, capturing, eksposisi dan replikasi (knowledge sharing).
DOK untuk Alokasi Inovasi sebesar 58%, yang mana masing-masing besarnya
setiap kecamatan tidak sama, dimana ini dihitung dari jumlah seluruh desa yang
menerima dana desa dalam satu kecamatan, jadi DOK alokasi inovasi ini cara
penetapannya yaitu jumlah Desa dikali dengan Rp. 2Jt. Dalam satu kecamatan,
hanyaDesayang menerima Dana Desa. Dalam penentuan perhitungan secara
porposional DOK Inovasi dan Pengelolaan Pengetahuan Desa di tetapkan dalam dua
besar penggunaanya yaitu 1). DOK untuk Alokasi Dasar dan 2). DOK untuk Alokasi
Inovasi.
Penggunaan DOK untuk Tahun Anggaran (TA) 2017 untuk alokasi pelaksanaan
Bursa Inovasi Desa yang diadakan di Kabupaten, namun bagi kabupaten yang memiliki
hanya satu kecamatan, maka pelaksanaan bursa inovasi akan diadakan di kecamtan
berbarengan dengan pelaksanaan musyawarah antar desa (MAD) pertama, dan untuk
tahun selanjutnya pelaksanaan bursa inovasi akan kembali diadakan di tiap-tiap
kecamatan. Adapun besaran tiap-tiap kecamatan ± 20% dari seluruh alokasi DOK di
setiap kecamatan yang telah ditentukan di dalam Kepmen. nomor 83 tahun 2017
tentang Penetapan Pedoman Umum Program Inovasi Desa. Jadi setiap kecamatan akan
berkontribusi dalam pelaksanaan Bursa Inovasi di Kabupaten sebesar 20% dari seluruh
alokasi yang diterima tiap-tiap kecamatan.
Selanjutnya penggunaan DOK sebesar 80% digunakan untuk :
a. Replikasi pengelolaan pengetahuan,
b. Cupturing dan dokumentasi,
c. Pertukaran dan Pengelolaan pengetahuan (knowledge sharing),
d. Transportsi Tim Pelaksana Inovasi Desa ,
e. Administratif dan operasional bulanan,

226| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

f. Forum Inovasi Antar Desa (FIAD) atau Musyawarah Antar Desa (MAD) dan
Workshop Bursa Inovasi di Kabupaten,
g. Penyusunan laporan.
h. Dll.
Selanjutnya total nilai dari Jumlah DOK alokasi dasar dan DOK alokasi inovasi
akan di kompilasi dengan tingkat kesulitan jarak desa dari pusat kota kecamatan,
dalam perhitungan DOK diambil jarak rata-rata tingkat kesulitan perkecamatan, dalam
menentukan tingkat kesulitan dengan mengunakan data jarak jauhnya desa dari pusat
kecamatan, bersumber pada Data Podes 2015. Dari data ini Podes 2015 ditentukan
ranking dalam 4 tingkatan dan ditentukan dengan nilai koefisien guna menentukan
nilai total dari DOK Inovasi dan Pengelolaan Pengetahuan Desa di Kecamatan.
Jadi perhitungan akhir DOK Inovasi dan Pengelolaan Pengetahuan Desa, yaitu
jumlah nilai dari DOK alokasi dasar dan DOK alokasi inovasi dikali dengan tingkat
kesulitan dan koefisien, adapun tingkat kesulitan kecamatan dan nilai koefisien seperti
pada tabel berikut:

Tabel : Tingkat Kesulitan dan Nilai Koefisien

No Tingkat Kesulitan Jarak (KM) Nilai Koefisien


1 Normal 0 - 10 1,00
2 Sulit 11 - 20 1,20
3 Sangat Sulit 21 - 30 1,40
4 Ekstrim 30 1,6

Setelah dilakukan proses perhitungan di atas maka, maka jumlah rekapitulasi


DOK Inovasi dan Pengelolaan Pengetahuan Desa dengan tingkat kesulitan dan
koefesien, maka jumlah kecamatan yang masuk dalam Norma, Sulit, Sangat Sulit dan
Ekstrem; seperti dalam tabel dibawah.

Tabel: Rekapitulasi Jumlah Kecamatan berdasar Tingkat Kesulitan

No Tingkat Kesulitan Jumlah Kecamatan


1 Normal 4,856
2 Sulit 1,136
3 Sangat Sulit 248
4 Ekstrem 205
Jumlah Kecamatan 6,445

3. Nilai Bantuan
Nilai bantuan pemerintah PPID ditetapkan melalui Keputusan Menteri Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi nomor 83 Tahun 2017, tentang
Penetapan Pedoman Umum Program Inovasi Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 227


PROGRAM INOVASI DESA

I. Persyaratan Penerima Bantuan Pemerintah


Persyaratan penerima bantuan pemerintah PPID pada Program Inovasi Desa meliputi:
1. Telah diverifikasi dan divalidasi oleh Tim Inovasi Kabupaten/Kota (TIK);
2. Anggota TPID memiliki nama dan tempat kedudukan yang tetap, dibuktikan
dengan surat keterangan domisili dari desa setempat;
3. Tidak ada konflik internal;
4. Tidak terkait dengan partai politik;
5. Keanggotaan TPID berasal dari tokoh masyarakatdengan mengutamakan
keterwakilan perempuan;
6. Memiliki struktur organisasi minimal terdiri dari: Ketua, Bendahara, Bidang
Pengelolaan Praktek Cerdas dan Bidang Verifikasi Inovasi, sesuai PTO PPID;
7. Telah ditetapkan oleh Camat atas nama Bupati/Walikota melalui Surat Keputusan.

J. Tugas dan Tanggung Jawab


1. Satuan Kerja Ditjen PPMD
• Menyusun dan menetapkan Pedoman Teknis Bantuan Pemerintah Program
Inovasi Desa untuk ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pembangunan Dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa;
• Menyusun RKAKL-DIPA Bantuan Pemerintah Program Inovasi Desa untuk
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu;
• Mengalokasikan Bantuan Pemerintah Program Inovasi Desa di lokasi yang
telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi di
DIPA Dekonsentrasi.
2. Satuan Kerja P3MD Provinsi
Satuan Kerja (Satker) P3MD Provinsi selaku pengelola dekonsentrasi bertugas
sebagai penampung dan penyalur Bantuan Pemerintah PPID ke TPID. Transfer
dana Bantuan Pemerintah PPID dari Satker P3MD Provinsi ke rekening TPID di
kecamatan, dengan ketentuan sebagai berikut:
• Tim Inovasi Kabupaten sebagi tim yang bertugas untuk membantu Dinas
PMD Kabupaten/Kota dalam memverifikasi Bantuan Pemerintah telah
ditunjuk dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota;
• Dinas PMD Kabupaten/Kota atas nama TIK telah menyetujui dan
menandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan Satker P3MD Provinsi,
tentang pelaksanaan Bantuan Pemerintah PPID (format lampiran I.1);
• Rekening TPID sebagai penerima Bantuan Pemerintah PPID telah ditetapkan
oleh Camat atas nama Bupati/Walikota melalui Surat Keputusan.
3. Tim Inovasi Kabupaten/Kota (TIK)

228| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Tim Inovasi Kabupaten/Kota dibentuk dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota yang


berkedudukan di kabupaten/kota.
Komposisi TIK terdiri dari:
a. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
b. Bappeda
c. Dinas Kesehatan
d. Dinas Pendidikan dan Olah Raga
e. Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten/Kota
f. TA PID dan TA P3MD Kabupaten/Kota yang ditunjuk
g. Wakil masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, Organisasi Masyarakat yang
relevan dan pihak lain yang kompeten
Catatan: Apabila di daerah masing-masing telah terbentuk lembaga/ Tim
Koordinasi yang efektif yang berkenaan dengan pembangunan desa dan inovasi
maka program inovasi desa dapat melibatkan tim yang telah ada dengan
beberapa penyesuaian.
TIK memiliki tugas sebagai berikut:
a. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi penyelenggaraan kegiatan inovasi di
kabupaten/Kota.
b. Melakukan pengendalian pelaksanaan kegiatan Inovasi di Kabupaten/kota.
c. Memberikan dukungan terhadap pengelolaan pertukaran pengetahuan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d. Melakukan pembinaan terhadap Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Desa agar dapat lebih professional dan mandiri serta memperhatikan aspek
safeguard.
e. Membantu Satker Dekonsentrasi dalam mefasilitasi dan meverifikasi
Pembentukan TPID dan meverifikasi dokumen pertanggungjawaban
kegiatan Bantuan Pemerintah PPID.
f. Membantu Satker Dekonsentrasi dalam memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan Bantuan Pemerintah PPID
Struktur organisasi TIK, sebagaimana tercantum dalam Petunjuk Teknis
Operasional Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).
4. Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID)
TPID berkedudukan di kecamatandan terdiri dari perwakilan warga desa yang
memiliki minat besar dalam pengembangan kegiatan/ fasilitas/ sumberdaya
manusia dan praktik cerdas yang ada di wilayahnya, mendokumentasikan,
membagikan, serta mempromosikannya.Tim ini merupakan kelompok masyarakat
penerima dan pelaksana Bantuan Pemerintah PPID.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 229


PROGRAM INOVASI DESA

Tugas TPID:
1. Menerima dan menyalurkan bantuan pemerintah PPID;
2. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan dalam rangka pelaksanaan PPID;
3. Memfasilitasi tahapan pelaksanaan pengelolaan praktik cerdas (identifikasi,
dokumentasi, eksposisidan replikasi);
4. Berkoordinasi dengan pendamping desa P3MD.
TPID terdiri atas:
a. Ketua; bertugas untuk memimpin TPID dalam mengelola pelaksanaan
kegiatan bantuan pemerintah PPID dan menandatangani dokumen
pencairan DOK Inovasi dan Pengelolaan Pengetahuan dan laporan
pertanggungjawaban.
b. Bendahara; bertugas untuk mengadministrasikan pengelolaan dan transaksi
keuangan DOK Inovasi dan Pengelolaan Pengetahuan, serta membantu
Ketua Tim dalam menyiapkan laporan pertanggungjawaban;
c. Bidang Pengelolaan Praktek Cerdas; bertugas memfasilitasi tahapan
identifikasi,dokumentasi, promosi dan penyebaran (publikasi) praktek
cerdas yang ada di desa-desa serta penyebaran praktek cerdas dari tempat
lain yang telah direkomendasikan oleh Tim Inovasi Kabupaten;
d. Bidang Verifikasi Inovasi; bertugas untuk memeriksa dan memberikan
rekomendasi kepada MAD untuk pemberian dana insentif bagi desa-desa
yang berminat melakukan replikasi kegiatan inovasi melalui APB Desa.
5. Tenaga Pendamping Profesional P3MD
Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Program Inovasi Desa (PID). Oleh karena itu, pada
pelaksanaan PID khususnya dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan Bantuan
Pemerintah PPID membutuhkan keterlibatan Tenaga Pendamping Profesional
P3MD yang terdiri:
a. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Kabupaten/Kota
b. Pendamping Desa/Pendamping Desa Teknik Infrastruktur (PD/PDTI)
c. Pendamping Lokal Desa (PLD).
Tenaga-tenaga ahli PID kabupaten/kota berkoordinasi dengan Tenaga
Pendamping Profesional P3MD agar terjadi sinergi pelaksanaan program di
tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan desa.

230| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 4.2.1

Pengelolaan Bantuan Pemerintah

A. Sumber Pendanaan Bantuan Pemerintah


Pendanaan Bantuan Pemerintah PPID berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang bersumber dari pinjaman luar negeri IBRD 8217-ID, sebagaimana
dituangkan melalui DIPA Dekonsentrasi Ditjen PPMD pada Satuan Kerja P3MD Provinsi
pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi dan atau dengan sebutan lain.

B. Pengelolaan Kegiatan
1. Pengelola dan penanggungjawab bantuan pemerintah PPID adalah Satuan Kerja
(Satker) P3MD Provinsi pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD)
Provinsi atau dengan sebutan lainnya yang sekaligus sebagai pengelola kegiatan
dekonsentrasi Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(P3MD);
2. Bantuan pemerintah PPID disalurkan kepada TPID di kecamatan berdasarkan
Perjanjian Kerjasama (format lampiran I.3)
3. Sebelum pencairan dan penyaluran bantuan pemerintah, tahapan yang dilakukan
adalah:
• Pemerintah kabupaten/kota melalui Camat dengan dibantu oleh Tenaga Ahli
PID dan P3MD Kabupaten/Kota memfasilitasi pembentukan TPID dengan
berpedoman pada PTO PPID yang diterbitkan oleh Kementerian Desa, PDT
dan Transmigrasi;
• Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker P3MD Provinsi melakukan seleksi
penerima bantuan pemerintah PPID berdasarkan kriteria/persyaratan yang
telah ditetapkandi dalam Pedoman Umum PID dan PTO PPID, dengan dibantu
oleh TIK;
• Berdasarkan hasil seleksi, PPK Satker P3MD Provinsi menetapkan Surat
Keputusan penerima bantuan pemerintah yang selanjutnya disahkan oleh KPA
Satker P3MD Provinsi (format lampiran I.2);
• Surat keputusan penerima bantuan pemerintah menjadi dasar pemberian
Bantuan Pemerintah PPID;
• PPK Satker P3MD Provinsi melakukan perjanjian kerjasama dengan penerima
Bantuan PemerintahPPID yaitu TPID, yang difasiltiasi oleh Dinas PMD
Kabupaten/Kota sebagai koordinator TIK dan dibantu oleh anggota TIK
lainnya..

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 231


PROGRAM INOVASI DESA

C. Pencairan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah


1. TPID melakukan rapat/musyawarah menyusun rencana pengeluaran dana
bantuan pemerintah PPID, yang dituangkan dalam bentuk proposal dan Rencana
Pengeluaran Dana PPID (RPD-PPID), sebagaimana (format lampiran I.4)
2. TPID mengajukan permohonan pencairan dana kepada PPK Satker P3MD Provinsi
melalui Dinas PMD Kabupaten/Kota sebagi koordinator TIK, dengan dilampiri:
• Proposal dan RPD – PPID
• Kwitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima
bantuan;
• Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB), (format lampiran I.5)
3. TIK memverifikasi dokumen permohonan pencairan dana dari TPID, dan apabila hasil
verifikasi telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembaga, maka pengajuan permohonan pencairan dana dari TPID akan
diteruskan ke PPK Satker P3MD, dan apabila tidak/belum sesuai dikembalikan kepada
TPID untuk disempurnakan atau dilengkapi.
4. PPK Satker P3MD Provinsi melakukan pengujian ulang dokumen permohonan
pencairan dana yang diajukan oleh TPID;
5. PPK Satker P3MD Provinsi mengesahkan kuitansi bukti penerimaan uang serta
menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pencairan dana secara
bertahap setelah pengujian telah sesuai dengan regulasi yang berlaku. Tahapan
pencairan bantuan pemerintah PPID dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu:
• Tahap I sebesar maksimal 30%
• Tahap II sebesar maksimal 70% dapat dilakukan dengan ketentuan
penggunaan dana tahap I telah mencapai 90%.
6. Apabila hasil pengujian tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku, PPK Satker
P3MD Provinsi menyampaikan informasi kepada penerima bantuan melalui TIK
untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen;
7. SPP disampaikan kepadaPP-SPM dengan mekanisme pembayaran secara
bertahap, dengan dilampiri RPD– PPID, Perjanjian Kerjasama yang telah
ditandatangi penerima bantuan dan PPK Satker P3MD Provinsi serta kuitansi
bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan dan
disahkan oleh PPK Satker P3MD Provinsi;
8. PP-SPM selanjutnya melakukan proses pencairan dana ke KPPN sesuai
mekanisme pencairan dana dekonsentrasi;
9. Berdasarkan SPM yang diterima dari PP-SPM Satker P3MD Provinsi, KPPN
menerbitkan SP2D LS ke Bank Operasional KPPN;
10. Bank operasional KPPN melakukan transfer dana ke rekening TPID ;

232| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

11. Maksimal 5 (lima) hari kerja setelah dana diterima,. TPID harus segera
melaksanakan kegiatan.

D. Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Pemerintah


1. TPID melalui Dinas PMD Kabupaten/Kota harus menyampaikan laporan
pertanggungjawaban bantuan pemerintah kepada Satker P3MD Provinsi sesuai
dengan perjanjian kerja sama setelah pekerjaan selesai atau paling lambat pada
akhir tahun anggaran, yang meliputi:
• Laporan jumlah dana yang diterima, dipergunakan dan sisa;
• Pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai dilaksanakan disertai bukti-bukti
pengeluaran yang sah;
• Berita Acara Serah Terima (BAST), (format lampiran I.6);
2. Dinas PMD Kabupaten Kota dibantu oleh anggota TIK lainnya melakukan
verifikasi terhadap laporan pertanggung jawaban TPID, apabila hasil verifikasi
telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada
Kementerian Negara/Lembaga, maka pengajuan permohonan pencairan dana
dari TPID akan diteruskan ke PPK Satker P3MD, dan apabila tidak sesuai
dikembalikan kepada TPID untuk disempurnakan atau dilengkapi..
3. Apabila terdapat sisa dana, penerima bantuan wajib menyetor ke rekening Kas
Negara paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah kegiatan selesai dan bukti setor
wajib disampaikan ke PPK Satker P3MD Propinsi melalui Dinas PMD Kabupaten
sebagai koordinator TIK;
4. Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud di atas, (format lampiran
I.7);
5. Dokumen pertanggung jawaban Bantuan Pemerintah PPID dikelola dan
diarsipkan di Satker P3MD Provinsi sebagai bahan audit baik internal oleh APIP
maupun pihak eksternal.

E. Sanksi
Sanksi adalah salah satu bentuk pemberlakuan kondisi yang dikarenakan adanya
pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan dalam Program
InovasiDesa, khususnya pada Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa.Sanksi
bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak terkait dalam
pengelolaan program. Sanksi dapat berupa:
1. Sanksi program dengan pemberhentian bantuan apabila kecamatan atau desa
menyalahi prinsip-prinsip dan menyalahgunakan dana atau wewenang;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 233


PROGRAM INOVASI DESA

2. Sanksi hukum yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku bagi yang melakukan penyalahgunaan dana dan wewenang.

F. Ketentuan Perpajakan
Seluruh kewajiban perpajakan yang timbul dari setiap transaksi yang dihasilkan dari
pelaksanaan kegiatan-kegiatan bantuan pemerintah PPID harus dipungut pajak
menurut jenis yang diatur dalam peraturan perpajakan. Pengadministrasian perpajakan
mulai dari pembuatan bukti pungut, setoran pajak dan pelaporannya dibuat oleh
bendahara atau atas nama bendahara dan harus diselenggarakan secara benar dan
tertib sesuai yang diatur dalam peraturan perpajakan.

G. Pelaporan, Monitoring Dan Evaluasi


1. Pelaporan
Pelaporan dilakukan secara periodik dan berjenjang.Laporan terdiri dari laporan
bulanan, laporan 6 bulanan, dan laporan akhir. Pelaksanaan laporan akan dilakukan
secara digital dan manual yang akan dikoordinasikan oleh TA Nasional Bidang
Monitoring dan Evaluasi dan TA Inovasi Kabupaten/Kota bagian pendataan.

2. Monitoring
Pemantauan atau monitoringakan dilakukan secara periodik dengan pengawasan
secara melekat, fungsional dan eksternal. Pendekatan pemantauan dapat dilakukan
dengan pendekatan antara lain: monitoring partisipatif dan longitudinal studi selama 2
tahun program. Pemantauan dapat dilakukan juga melalui kerja sama dengan
Perguruan Tinggi dan atau LSM lokal khususnya dalam proses monitoring partisipatif.

3. Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak khususnya dalam
mendukung proses pengembangan dan keberhasilan program Inovasi Desa. Evaluasi
dilakukan secara menyeluruh baik itu kinerja pelaku program, operasional kegiatan dan
subtansi program Inovasi desa yang diidasarkan atas Indikator Keberhasilan Program.

234| Modul Orientasi Tim Pengelola Inovasi Desa


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 235

Anda mungkin juga menyukai