Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa)
adalah untuk menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat dalam setiap proses
pembangunan di desa. Sehingga ketika partisipasi masyarakat itu muncul
maka akan melahirkan perasaan “ikut merasa memiliki“ terhadap
pembangunan didesanya. Selanjutnya masyarakat akan “ikut bertanggung
jawab“ terhadap hasil-hasil pembangunan tersebut untuk selalu menjaga,
merawat, memelihara dan melestarikannya.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance)
merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk mewujudkan aspirasi
masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan negara. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 telah mengamanatkan bahwa
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa disusun perencanaan
pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan daerah kabupaten/kota. Lebih lanjut dijabarkan bahwa
perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh
pemerintahan desa sesuai dengan kewenanganannya.
Didalam sudut pandang politik, Pemilihan Kepala Desa
merupakan proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan
pilihannya berdasarkan program-program yang ditawarkan oleh masing-
masing calon. Oleh karena itu, rencana pembangunan desa merupakan
penjabaran lebih lanjut dari agenda-agenda yang ditawarkan oleh Kepala Desa
pada saat berkampanye, menjadi rencana pembangunan jangka menengah
desa. Berkaitan dengan pembangunan desa maka ada beberapa masalah yang
seringkali ditemui di berbagai desa, perlu mendapat perhatian dan segera
diantisipasi, diantaranya terbatasnya ketersediaan sumberdaya manusia yang
baik dan professional, terbatasnya ketersediaan sumber-sumber pembiayaan
yang memadai, baik yang berasal dari kemampuan desa itu sendiri (internal)
maupun sumber dana dari luar (eksternal), belum tersusunnya kelembagaan
sosial-ekonomi yang mampu berperan secara efektif, belum terbangunnya
sistem dan regulasi yang jelas dan tegas dan kurangnya kreatifitas dan
partisipasi masyarakat secara lebih kritis dan rasional.
Berdasarkan ketentuan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa, Pemerintah Desa wajib menyusun perencanaan
pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada
perencanaan pembangunan Kabupaten. Keberadaan RPJM-Desa adalah
penting bagi keberadaan dan arah pembangunan desa 6 tahun kedepan.
RPJM-Desa memberikan gambaran yang kongkrit tentang program–program
pembangunan yang akan dilaksanakan selama 6 tahun. Dengan demikian
konsep penganggaran secara partisipatif yang diwujudkan dalam bentuk
partisipasi, dapat diartikan sebagai pembangunan demokrasi dengan
mengacu pada prinsip good governance yang mendorong adanya
transparansi, partisipasi dan tentu saja akuntabilitas.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya
disebut RPJM-Desa ini memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
rencana pelaksanaan pembangunan, rencana pembinaan kemasyarakatan,
dan rencana pemberdayaan masyarakat desa yang didasarkan pada hasil
Pengkajian Keadaan Desa (PKD) dan mengacu pada RPJMD Kabupaten
Jember. Proses penyusunan RPJM-Desa ini dimulai dari tahap Pengkajian
Keadaan Desa (PKD) yang melibatkan semua pihak/pemangku kepentingan
secara aktif dalam proses pembahasan dan pengambilan keputusan. Selain itu,
RPJM-Desa ini disusun dengan tingkat partisipasi yang cukup tinggi, dimana
proses penyusunannya dimulai dari musyawarah di tingkat dusun dan
kelompok yang difasilitasi oleh Tim Penyusun RPJM-Desa. Sehingga
diharapkan RPJM-Desa ini telah mencerminkan kondisi objektif desa dan
prioritas pembangunan Kabupaten Jember.
Rancangan RPJM-Desa disusun oleh Pemerintah Desa, dibahas
dan disepakati oleh Pemerintah Desa, BPD dan masyarakat dalam
Musrenbang Desa, dan selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa selanjutnya diundangkan dalam
Lembaran Desa oleh Sekretaris Desa.
B. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional )Lembagaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
4. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Desa Nomor 6 Tahun 2014;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Peraturan di Desa;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa;
10. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan
Berdasarkan Hak Asal-usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa;
11. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan
Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
12. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 14 Tahun 2007 Sistem
Perencanaan Pembangunan Daerah
13. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.
14. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa.
15. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 5 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Sumber Pendapatan Desa;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 10 Tahun 2007 tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Desa Dan Perangkat Desa;
C. Pengertian

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi
kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
6. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan
Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
7. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan
nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Desa untuk menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan
kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa, swadaya masyarakat desa, dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa.
9. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
10. Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan desa.
11. Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan
di desa dan kawasan perdesaan yang dikoordinasikan oleh Kepala Desa
dengan mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotong-
royongan guna mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial.
12. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran,
serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program,
kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat desa.
13. Pengkajian Keadaan Desa adalah proses penggalian dan pengumpulan
data mengenai keadaan obyektif masyarakat, masalah, potensi, dan
berbagai informasi terkait yang menggambarkan secara jelas dan lengkap
kondisi serta dinamika masyarakat desa.
14. Data Desa adalah gambaran menyeluruh mengenai potensi yang meliputi
sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber dana, kelembagaan,
sarana prasarana fisik dan sosial, kearifan lokal, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta permasalahan yang dihadapi desa.
15. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, selanjutnya disingkat
RPJM-Desa, adalah Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka
waktu 6 (enam) tahun.
16. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disingkat RKP Desa, adalah
penjabaran dari RPJM-Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
17. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM-Desa yang menjadi
bagian dari RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan
diusulkan Pemerintah Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
melalui mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah.
18. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa.
19. Aset Desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa,
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
atau perolehan hak lainnya yang sah.
20. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa,
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
21. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa.
22. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan
yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
23. Lembaga Kemasyarakatan Desa atau disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
merupakan mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat,
24. Lembaga Adat Desa adalah merupakan lembaga yang menyelenggarakan
fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan asli desa yang
tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat desa.
25. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
26. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

D. Maksud dan Tujuan

Dokumen ini disusun dengan maksud untuk memberikan


pegangan atau pedoman pada Pemerintah Desa tentang kegiatan-kegiatan
pembangunan yang akan dan sedang dilaksanakan dalam jangka menengah,
yakni selama 6 (enam) tahun. Dokumen ini juga dimaksudkan sebagai visi,
misi dan program strategis yang akan dilaksanakan oleh Kepala Desa dalam
menjalankan Pemerintahan Desa selama masa jabatannya.
RPJM-Desa WONOSARI Kecamatan PUGER Kabupaten JEMBER
2016–2021 merupakan kelanjutan dan pembaharuan dari tahap
pembangunan sebelumnya. RPJM-Desa diarahkan untuk memberikan fokus
yang semakin tajam dan tepat guna menyelesaikan permasalahan
permasalahan pembangunan secara spesifik di Desa WONOSARI. Dengan
adanya RPJM-Desa, diharapkan akan terwujud koordinasi yang semakin baik,
terciptanya Integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar pelaku pembangunan
(stakeholders) antar ruang, antar waktu, antar fungsi Pemerintahan maupun
dengan Kabupaten, Provinsi dan Pusat,diharapkan pula akan terbangun
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan
dan pengawasan. Pada sisi yang lain mampu mengoptimalkan partisipasi.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, RPJM-Desa WONOSARI
Tahun 2020-2026disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Menyediakan dokumen strategis desa mulai dari
perumusan visi, misi, program strategis, strategi dan rencana tindakan
yang akan dilaksanakan secara bersama-sama antara Pemerintah Desa,
organisasi kemasyarakatan desa, masyarakat luas maupun berbagai
pemeran pembangunan yang lain melalui kerjasama secara terpadu.
2. Memberikan pegangan dan indikator kinerja Pemerintah
Desa WONOSARI dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Desa.
3. Memberikan gambaran prioritas permasalahan desa yang
harus ditanggulangi dan potensi unggulan yang berpeluang untuk
dikembangkan melalui serangkaian program.
4. Meyediakan dokumen usulan program strategis dan
kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan sesuai dengan prioritas
kebutuhan masyarakat dan diselaraskan dengan program prioritas
Pemerintah Kabupaten.
5. Sebagai masukan bagi dinas instansi pemerintah dan
berbagai pemeran pembangunan lain dalam rangka membangun kemitraan
maupun investasi di desa.
BAB II
PROFIL DESA
A. Kondisi Desa

1. Sejarah Desa
Desa WONOSARI merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten

Jember yang mempunyai luas wilayah 620,224 Ha, berpenduduk 9.595 jiwa

terdiri dari orang Jawa dan Madura. Sebagian besar penduduknya adalah orang

Jawa, karena itu memiliki sifat umum yakni lembut, dinamis dan ramah.

Keberanian dan heroisme yang diwariskan turun temurun menyebabkan daerah

ini membutuhkan satu kepemimpinan yang kharismatik yang dapat

mengimbangi sikap hidup penduduknya. Pada tahun 1910 semasa Petinggi

Mandor Besar di jaman era penjajahan rakyat dipaksa bekerja untuk membuat

jalan raya. Proyek pembangunan jalan termasuk jalan raya yang melintasi Desa

WONOSARI antara Desa Jambearum menuju arah Desa Kasiyan dan seluruh

jalan yang ada di Desa WONOSARI. Selain pembangunan jalan juga di bangun

kanal sungai irigasi dan jembatan yang melintang antara Desa WONOSARI ke

arah Desa Puger Wetan serta pendopo desa yang mengalami perpindahan

tempat. Pada masa Petinggi Sadiyo Wiromukti Pendopo Kantor Desa

WONOSARI berada di depan rumah Sayuti Wiromukti dan pada Tahun 1948

berdasarkan musyawarah warga dibawah pimpinan Kepala Desa Ahmad

Wirogati Pendopo Kantor Desa WONOSARI pindah kearah utara tepatnya di

Dusun Penitik Rt.002 Rw.014. Berdasarkan musyawarah mufakat pada tahun

1952 dibangun Balai Desa WONOSARI diatas tanah desa yang berdiri megah

sampai sekarang
Pemerintahan desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa atau masyarakat

sering menyebut dengan petinggi. Adapun urut-urutan petinggi yang pernah

menjabat hingga sekarang adalah sebagai berikut :

No. Nama Kepala Desa Dari Tahun Sampai Tahun


1 Mandor Besar 1910 1918
2 Jemanti 1918 1926
3 Warti’ah Warimo 1926 1934
4 Surontono 1934 1942
5 Ahmad Wirogati 1942 1950
6 Djasad 1950 1958
7 Sadiyo Wiromukti 1958 1966
8 Sayuti Wiromukti 1966 1982
9 Mangil 1982 1992
10 Matradji,SH 1993 2002
11 Sutono 2002 2013
12 Totok Hariyanto 2013 2018
13 Rohmat Kartolo 2018 2019
14 H. Hadi Purnomo 2019 2025

2. Letak Geografis
Secara geografis Desa WONOSARI adalah berupa daratan
sedang yaitu sekitar 156 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data
BPS Kabupaten Jember Tahun 2010 curah hujan di Desa WONOSARI rata-
rata mencapai 2.400 mm. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan
Desember hingga mencapai 405,04 mm yang merupakan curah hujan
tertinggi selama kurun waktu 2000-2010.
Secara administratif, Desa WONOSARI terletak di wilayah
Kecamatan Puger Kabupaten Jember dengan posisi dibatasi oleh wilayah
desa-desa tetangga. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Balung
Kulon Kecamatan Balung, Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa
Kasiyan Timur KecamatanPuger. Di sisi Selatan berbatasan dengan Desa
Puger Wetan Kecamatan Puger, sedangkan di sisi Timur berbatasan dengan
Sungai Bedadung Desa Tamansari Kecamatan Wuluhan.
Jarak tempuh Desa WONOSARI ke ibu kota kecamatan adalah
10 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit. Sedangkan
jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 35 km, yang dapat ditempuh
dengan waktu sekitar 90 menit dan ibu kota propinsi 370 km yang dapat
ditempuh dengan waktu sekitar 5 jam.

3. Demografis/Kepen
dudukan
Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun
2010, jumlah penduduk Desa WONOSARI adalah 9.595 jiwa, dengan rincian
4.820 laki-laki dan 4.775 perempuan. Jumlah penduduk demikian ini
tergabung dalam 2.726 Kepala Keluarga.
Agar dapat mendeskripsikan dengan lebih lengkap tentang
informasi keadaan kependudukan di Desa WONOSARI maka perlu
diidentifikasi jumlah penduduk dengan menitikberatkan pada klasifikasi
usia. Untuk memperoleh informasi ini maka perlulah dibuat 11able sebagai
berikut :
Tabel 4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase


1 0-5 724 Orang 7,109
2 5-14 1.295 Orang 12,716
3 15-39 3.845 Orang 37,755
4 40-64 3.076 Orang 30,204
5 >65 1.244 Orang 12,215
Jumlah Total 10.184 Orang

Dari data di atas nampak bahwa penduduk usia produktif pada


usia 20-49 tahun Desa WONOSARI sekitar 4.277 atau hampir 45%. Hal ini
merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM.
Tingkat kemiskinan di Desa WONOSARI termasuk tinggi. Dari
jumlah 3.135 KK di atas, sejumlah 392 KK tercatat sebagai Pra Sejahtera,
396 KK tercatat Keluarga Sejahtera 1, 554 KK tercatat Keluarga Sejahtera
II, 677 KK tercatat Keluarga Sejahtera III dan 707 KK sebagai sejahtera III
plus. Jika KK golongan Pra-sejahtera dan KK golongan I digolongkan
sebagai KK golongan miskin, maka lebih 35 % KK Desa WONOSARI adalah
keluarga miskin..
4. Pendidikan
Eksistensi pendidikan adalah satu hal penting dalam
memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan tingkat
perekonomian pada khususnya. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi
maka akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada
gilirannya akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan dan
lapangan kerja baru. Dengan sendirinya akan membantu program
pemerintah dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan.
Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistematika berpikir atau
pola pikir individu, selain mudah menerima informasi yang lebih maju dan
tidak gagap teknologi. Di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan tingkat
rata-rata pendidikan warga Desa WONOSARI.
B. Tabel 5
C. Tamatan Sekolah Masyarakat
D.

No Keterangan Jumlah Prosentase


1 Buta Huruf Usia 10 tahun ke atas 63 0,8
2 Tidak Tamat SD 176 2,2
3 Tamat Sekolah SD 2.359 30,7
4 Tamat Sekolah SMP 2.826 36,8
5 Tamat Sekolah SMA 2.082 27,1
6 Tamat Sekolah PT/ Akademi 157 2,4
Jumlah Total 7.663 100

Rentetan data kualitatif di atas menunjukan bahwa mayoritas


penduduk Desa WONOSARI hanya mampu menyelesaikan sekolah di
jenjang pendidikan wajib belajar duabelas tahun (SD dan SMA). Dalam hal
kesediaan sumber daya manusia (SDM) yang memadahi dan mumpuni,
keadaan ini merupakan tantangan tersendiri. Sebab ilmu pengetahuan
setara dengan kekuasaan yang akan berimplikasi pada penciptaan
kebaikan kehidupan.
Rendahnya kualitas pendidikan di Desa WONOSARI , tidak
terlepas dari terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada, di
samping tentu masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Sarana
pendidikan di Desa WONOSARI baru tersedia di level pendidikan dasar 12
tahun (SD dan SMA), sementara akses ke pendidikan menengah ke atas
berada di tempat lain yang relatif jauh.
Sebenarnya ada solusi yang bisa menjadi alternatif bagi
persoalan rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) di Desa WONOSARI
yaitu melalui pelatihan dan kursus. Namun sarana atau lembaga ini
ternyata juga belum tersedia dengan baik di Desa WONOSARI. Bahkan
beberapa lembaga binbel dan pelatihan yang pernah ada kini sudah tidak
ada lagi. Mungkin dorongnan dari pemerintah dan masyarakat lemah.
Inilah yang menjadi pekerjaan dasar pemerintahan Desa WONOSARI
sekarang ini.
5. Kesehatan
Masalah kesehatan adalah hak setiap orang dan merupakan
aset yang amat penting bagi masa depan bangsa secara umum. Masyarakat
yang produktif adalah masyarakat yang sehat fisik dam mentalnya. Salah
satu cara untuk mengukur status kesehatan masyarakat adalah
mencermati banyaknya masyarakat yang terserang penyakit. Laporan
warga menunjukkan adanya gejala masyarakat yang terserang penyakit
relatif tinggi, yang antara lain disebabkan oleh infeksi pernapasan akut,
Diabetes militus dan Demam berdarah. Data tersebut menunjukkan bahwa
gangguan kesehatan yang sering dialami penduduk adalah penyakit yang
bersifat cukup berat dan berdurasi lama bagi kesembuhannya, yang
diantaranya disebabkan perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang
kurang sehat. Ini tentu mengurangi daya produktifitas masyarakat Desa
WONOSARI secara umum.
Terkait peserta KB aktif tahun 2019 di Desa WONOSARI
berjumlah lumayan banyak yaitu 661 orang. Sedangkan jumlah bayi yang
diimunisasikan dengan Polio dan DPT-1 berjumlah 284 bayi. Tingkat
partisipasi demikian ini relatif tinggi walaupun masih bisa dimaksimalkan
mengingat cukup tersedianya fasilitas kesehatan berupa sebuah
Puskesmas dan Polindes di Desa WONOSARI.
6. Mata Pencaharian
Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa
WONOSARI dapat teridentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu pertanian,
jasa/perdagangan, industri dan lain-lain. Berdasarkan data yang ada,
masyarakat yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 5.397 orang, yang
bekerja disektor jasa berjumlah 112 orang, yang bekerja di sektor industri
162 orang. Dengan demikian jumlah penduduk yang mempunyai mata
pencaharian berjumlah 5.671 orang. Berikut ini adalah tabel jumlah
penduduk berdasarkan mata pencaharian.
Tabel 6
Macam-macam Pekerjaan dan Jumlahnya
E.
No Macam Pekerjaan Jumlah Prosentase

1 Pertanian 5.397 orang 95,3


2 Jasa/ Perdagangan
1. Jasa Pemerintahan 42 orang
2. Jasa Perdagangan 35 orang 1,9
3. Jasa Angkutan 5 orang
4. Jasa Ketrampilan 19 orang
5. Jasa lainnya 11 orang
3 Sektor Industri 162 orang 2,8
Jumlah 5.671 orang 100

Dengan melihat data di atas maka angka pengangguran di Desa


WONOSARI masih cukup tinggi. Berdasarkan data lain dinyatakan bahwa
jumlah penduduk usia 15-55 yang belum bekerja berjumlah 874 orang dari
jumlah angkatan kerja sekitar 6.545 orang. Angka-angka inilah yang
merupakan kisaran angka pengangguran di Desa WONOSARI.
5. Keadaan Sosial
Mayoritas mata pencarian penduduk Desa WONOSARI
bergerak dibidang pertanian. Permasalahan yang sering muncul berkaitan
dengan mata pencaharian penduduk adalah tersedianya lapangan
pekerjaan yang kurang memadai dengan perkembangan penduduk
sebagaimana tertuang dalam perencanaan pembangunan daerah
Kabupaten Jember. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembangunan
desa adalah melakukan usaha perluasan kesempatan kerja dengan
melakukan penguatan usaha kecil dan pemberian kredit sebagai modal
untuk pengembangan usaha khususnya di bidang perdagangan.
Tingkat angka kemiskinan Desa WONOSARI yang masih tinggi
menjadikan Desa WONOSARI harus bisa mencari peluang lain yang bisa
menunjang peningkatan taraf ekonomi bagi masyarakat. Banyaknya
kegiatan Ormas di Desa WONOSARI seperti Remaja Masjid, Karang Taruna,
Jamiyah Yasin, Tahlil, PKK Dharma Wanita, Posyandu, Kelompok Arisan
merupakan aset desa yang bermanfaat untuk dijadikan media
penyampaian informasi dalam setiap proses pembangunan desa pada
masyarakat.
6. Keadaan Ekonomi
Kekayaan Sumber Daya Alam yang ada di Desa WONOSARI
amat sangat mendukung baik dari segi pengembangan ekonomi maupun
sosial budaya. Selain itu tanah yang subur menjadikan modal dasar Desa
WONOSARI guna meningkatkan taraf hidup marga masyarakat di sektor
pertanian..
Pendapatan desa merupakan jumlah keseluruhan penerimaan
desa yang dibukukan dalam APBDes setiap tahun anggaran. Menurut
Peraturan Desa WONOSARI Nomor 01 Tahun 2015 bahwa Sumber
Pendapatan Desa :
1. Sumber Pendapatan Desa
a. Pendapatan asli desa terdiri dari hasil kekayaan desa,
hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong dan lain-lain
pendapatan asli desa yang sah;
b. Bagi hasil pajak daerah kabupaten paling sedikit 10 %
untuk desa dan dari retribusi kabupaten sebagian
diperuntukkan bagi desa yang merupakan pembagian untuk
setiap desa secara proporsional;
c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan
daerah yang diterima oleh kabupaten untuk desa paling sedikit
10 % yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional
yang merupakan alokasi dana desa;
d. Bantuan keuangan dari pemerintah, Pemerintah
Propinsi dan Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan
urusan Pemerintah;
e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak
mengikat.
2. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi
dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d disalurkan melalui kas desa;
3. Sumber Pendapatan Desa yang telah dimiliki dan dikelola
oleh Desa tidak dibenarkan diambil alih oleh Pemerintah,
Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Daerah.
Adapun Kekayaan desa terdiri dari :
a. Tanah kas desa
b. Bangunan desa yang dikelola desa
c. Lain-lain kekayaan milik desa
Desa WONOSARI sebagaian besar mata pencaharian
penduduknya adalah petani yang mayoritas memeluk agama Islam dan
juga memiliki kepatuhan terhadap adat dan tradisi.
7. Prasarana dan
Sarana Desa
Pembangunan masyarakat desa diharapkan bersumber pada
diri sendiri (kemandirian) dan perkembangan pembangunan harus
berdampak pada perubahan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang
agar dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa menjadi lebih
baik.
1. Prasarana kesehatan :
- Posyandu : 10 Pos
- Polindes : 1 unit
- Bidan Desa : 1 orang
2. Prasarana Pendidikan
- PAUD : 3 unit
- TK : 5 unit
- SD / MI : 5 unit
- SLTP / MTs : 1 unit
- SLTA / MA : - unit
- TPA / TPQ : 7 unit
- Ponpes : 3 unit
3. Prasarana Umum lainnya
- Musholah : 29 unit
- Masjid : 8 unit
- Lapangan Olahraga : 1 unit
- Makam/kuburan : 4 unit
Pengelolaan sarana dan prasana merupakan tahap
keberlanjutan dimulai dengan proses penyiapan masyarakat agar mampu
melanjutkan pengelolaan program pembangunan secara mandiri. Proses
penyiapan ini membutuhkan keterlibatan masyarakat, agar masyarakat
mampu menghasilkan keputusan pembangunan yang rasional dan adil
serta semakin sadar akan hak dan kewajibannya dalam pembangunan,
mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, dan mampu mengelola berbagai
potensi sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan
kesejahteraannya.
Hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai kesuksesan dalam
tahapan ini adalah:
a. Swadaya masyarakat merupakan faktor utama penggerak proses
pembangunan,
b. Perencanaan secara partisipatif, terbuka dan demokratis sudah
menjadi kebiasaan bagi masyarakat dalam merencanakan kegiatan
pembangunan dan masyarakat mampu membangun kemitraan
dengan berbagai pihak untuk menggalang berbagai sumber daya
dalam rangka melaksanakan proses pembangunan,
c. Kapasitas pemerintahan daerah meningkat sehingga lebih tanggap
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara lain
dengan menyediakan dana dan pendampingan.
d. Keberadaan fasilitator/konsultan atas permintaan dari masyarakat
atau pemerintah daerah sesuai keahlian yang dibutuhkan oleh
masyarakat dalam merencanakan kegiatan pembangunan agar
masyarakat mampu membangun kemitraan dengan berbagai pihak
untuk menggalang berbagai sumber daya dalam rangka
melaksanakan proses pembangunan.
B. Kondisi Pemerintahan Desa

1. Pembagian
Wilayah Desa
Secara administratif, Desa WONOSARI terletak di wilayah
Kecamatan Puger Kabupaten Jember dengan posisi dibatasi oleh wilayah
desa-desa tetangga. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Balung
Kulon Kec.Balung, Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kasiyan
Timur Kec.Puger. Di sisi Selatan berbatasan dengan Desa Puger Wetan
Kec.Puger sedangkan di sisi Timur berbatasan dengan sungai Bedadung
Desa Tamansari Kec.Wuluhan.

2. Struktur
Organisasi Pemerintah Desa
Sebagaimana dipaparkan dalam UU No. 06 tahun 2014 bahwa
di dalam Desa terdapat tiga kategori kelembagaan desa yang memiliki
peranan dalam tata kelola desa, yaitu : Pemerintah Desa, Badan
Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan. Dalam undang-
undang tersebut disebutkan bahwa penyelenggaraan urusan
pemerintahan di tingkat Desa (Pemerintahan Desa) dilaksanakan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintahan Desa
dijalankan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan di negeri ini. Pemerintah Desa
atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Kepala Desa
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan.
Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat. BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa
bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan
cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun
Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau
pemuka masyarakat lainnya. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat.
Struktur kepemimpinan Desa WONOSARI tidak bisa lepas
dari struktur administratif pemerintahan pada level di atasnya. Hal ini
dapat dilihat dalam bagan berikut ini :
Bagan I
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Desa WONOSARI

KEPALA DESA

SEKRETARIAT
DESA

SEKSI
SEKSI SEKSI
PELAYANAN
PEMERINTAHAN
KESEJAHTERAAN

URUSAN URUSAN TATA URUSAN


KEUANGAN USAHA DAN PERENCANAAN
UMUM

KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN


KRAJAN PENITIK LENGKONG
Tabel 4
Nama Pejabat Pemerintah Desa WONOSARI

No Nama Jabatan
1 H. Hadi Purnomo Kepala Desa

2 Eri Abd. rohman Sekretaris Desa

3 Kholifatul Lailia Kepala Urusan Keuangan

4 Rubi’at Kepala Urusan TU dan Umum

5 Gatot Sukarjo Kepala Urusan Perencanaan

6 Ruknan Kepala Seksi Pemerintahan

7 Yazid Fathoni Kepala Seksi Pelayanan

8 Muhamad Abdul Aziz Rowi Kepala Seksi Kesejahteraab

9 Sri Indahati Kepala Dusun Krajan

10 Tri Sutrisno Kepala Dusun Penitik

11 Mahfud Kepala Dusun Lengkong

Tabel 5
Nama Badan Permusyawaratan Desa WONOSARI

No Nama Jabatan
1 Waris Ketua
2 Ach. Baihaqqi Wakil Ketua
3 Emila Rahmawati Sekretaris
4 A . Sodiq Anggota
5 Ahmad Jainuri Anggota
6 Tri Handayani Anggota
7 Hadi Siswanto Anggota
8 Sugiati Anggota
9 Ahmad Mujari Anggota

Secara umum pelayanan Pemerintahan Desa WONOSARI


kepada masyarakat sangat memuaskan. Beberapa warga menyatakan
bahwa pelayanan umum seperti pembuatan kartu tanda penduduk (KTP),
Kartu Keluarga (KK) dapat dikerjakan dengan cepat dan akurat. Begitu
pula untuk pengurusan surat-surat penting lainnya seperti akte kenal
lahir dan akte kematian dan hal-hal lainnya, sehingga secara umum
masyarakat merasa terlayani secara baik.

3. Organisasi
Lembaga Kemasyarakatan Desa
Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama
lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam
memberdayakan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan mempunyai
tugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam
memberdayakan masyarakat desa. Pembentukan lembaga
kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Hubungan kerja
antara lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa bersifat
kemitraan, konsultatif dan koordinatif.
Tabel 6
Nama-Nama LPMD Desa WONOSARI

No Nama Jabatan
1 Nurul Hakiki Ketua
2 Hartono Wakil Ketua
3 Asik Kurniadi Sekretaris
4 Asnawi Bendahara
5 Eko Sunajianto Anggota
6 Suhari Anggota
7 Dodik Anggota
8 Abdul Halim Anggota
9 Tulus Wicaksono Anggota
Tabel 7
Nama-Nama Pengurus Karang Taruna Desa WONOSARI

No Nama Jabatan
1 Imam Baihaki Ketua
2 Syamsudin Agil Sekretaris
3 Khoirul Anwar Bendahara
4 Winda Nur Laily Anggota
5 Tatok Anggota
6 Agus Wahyu Syafa’at Anggota
7 Rendra Anggota

Tabel 8
Nama-Nama Tim Penggerak PKK Desa WONOSARI

No Nama Jabatan
1 Ny. Faridhatul Hadi Purnomo Ketua
2 Wiwik Kusyati Wakil Ketua
3 Fitri Hurinda Sekretaris I
4 Anik Winarni Sekretaris II
5 Hj. Indahati Bendahara
6 Azizah Ulfa Anggota
7 Wike Wulandari Anggota
8 Intan Dahlia Anggota
9 Purwati Anggota
10 Miftahul Roifa Anggota
11 Juwariyah Anggota

Otonomi daerah telah menjadi harapan baru bagi pemerintah


dan masyarakat desa untuk membangun desanya sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Bagi sebagian besar aparat
pemerintah desa, otonomi adalah satu peluang baru yang dapat membuka
ruang kreativitas bagi aparatur desa dalam mengelola desa. Hal itu jelas
membuat pemerintah desa menjadi semakin leluasa dalam menentukan
program pembangunan yang akan dilaksanakan.
Masyarakat merasakan di dalam era otonomi adalah semakin
transparannya pengelolaan pemerintahan desa dan semakin pendeknya
rantai birokrasi yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh positif terhadap jalannya pembangunan desa. Dalam proses
musrenbang, keberadaan delegasi masyarakat desa dalam kegiatan
musrenbang di tingkat kabupaten/kota gagasannya adalah membuka
partisipasi masyarakat desa untuk ikut menentukan dan mengawasi
penentuan kebijakan pembangunan daerah. Namun demikian, muncul
persoalan bahwa keberadaan delegasi masyarakat ini hanya untuk
sekedar memenuhi ‘qouta’ adanya partisipasi masyarakat dalam proses
musrenbang sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang.
Merujuk pada kondisi di atas, tampaknya persoalan
partisipasi masyarakat desa dalam proses pembangunan di pedesaan
harus diwadahi dalam kelembagaan yang jelas serta memiliki legitimasi
yang cukup kuat di mata masyarakat desa.
BAB III
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DESA

A. Permasalahan pokok
Daftar peta permasalahan ini didapat dari hasil musrenbangdes
penyusunan RPJM-Desa WONOSARI yang menghadirkan masing-masing
perwakilan dusun yang berkompeten dan mewakili unsur-unsur yang ada di
dalamnya dengan menggunakan alat kaji Potret Desa, Diagram Venn
Hubungan Kelembagaan serta Kalender Musim. Sebagai data tambahan, upaya
observasi dan wawancara dengan para pihak terkait juga dilakukan, sehingga
dimungkinkan tidak ada masalah, potensi dan usulan perencanaan
pembangunan desa yang terlewatkan/tidak terakomodasi.
Semua pandangan yang muncul diinventarisir, untuk kemudian
diurutkan berdasarkan nilai permasalahan yang mendapat skoring terbanyak
di masing-masing bidang. Karena begitu banyaknya masalah yang masuk
maka diupayakan reduksi data, sehingga masalah di sini benar-benar masalah
pokok dan penting.
Di bawah ini adalah daftar masalah yang secara kualitatif
dirasakan oleh masyarakat yang bersumber dari potret desa, kalender musim
dan bagan kelembagaan yang dikelompokkan menurut bidang
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Tabel 9
Bidang dan Permasalahan Pokok Desa WONOSARI

No Bidang Masalah
1 Bidang
1. Penetapan dan penegasan batas desa ; belum
Penyelenggaraan
jelas.
Pemerintahan
2. Pendataan desa ; kurang optimal.
3. Penyusunan tata ruang desa ; kurang maksimal.
4. Penyelenggaraan musyawarah desa ; kurang
maksimal.
5. Pengelolaan informasi desa ; kurang optimal.
6. Penyelenggaraan perencanaan desa ; kurang
optimal.
7. Penyelenggaraan evaluasi tingkat perkembangan
pemerintahan desa ; tidak ada.
8. Penyelenggaraan kerjasama antar desa ; belum
maksimal.
9. Pembangunan sarana dan prasarana kantor desa ;
belum maksimal.
1. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan
infrastruktur dan lingkungan desa, yaitu jalan,
tembok penahan jalan ; belum memadai.
2. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana kesehatan, yaitu : MCK,
gedung Polindes, peralatan dan perlengkapan
posyandu ; belum memadai.
Bidang 3. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan
2 Pelaksanaan sarana dan prasarana pendidikan dan
Pembangunan kebudayaan, yaitu : APE untuk anak TK, Gedung
PAUD, halaman sekolah ; masih kurang.
4. Pengembangan usaha ekonomi produktif serta
pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana ekonomi, yaitu : saluran
irigasi, dam, jalan pertanian ; belum memadai.
5. Pelestarian lingkungan hidup, yaitu : penanaman
pohon, tanaman obat ; belum maksimal.
3 Bidang Pembinaan
1. Pembinaan lembaga kemasyarakatan yaitu ;
Kemasyarakatan
pembinaaan administrasi ; belum maksimal.
2. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban;
yaitu : pos kampling dan peralatan keamanan ;
belum memadai.
3. Pembinaan kerukunan umat beragama yaitu :
kegiatan hari besar agama ; belum optimal.
4. Pengadaan sarana dan prasarana olah raga, yaitu :
peralatan dan sarana olah raga ; masih kurang.
5. Pembinaan lembaga adat yaitu : bersih desa ;
belum optimal.
6. Pembinaan kesenian dan sosial budaya
masyarakat, yaitu : pembinaan dan peralatan ;
belum maksimal.
1. Pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan
dan perdagangan, yaitu : seperti pengelolaan
pertanian ; belum ada.
2. Pelatihan teknologi tepat guna, yaitu : seperti
Bidang
pembuatan pupuk organik ; belum maksimal.
4 Pemberdayaan
3. Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi
Masyarakat
Kepala Desa, Perangkat Desa, dan Badan
Pemusyawaratan Desa ; belum maksimal.
4. Peningkatan kapasitas masyarakat ; belum
maksimal.

B. Isu / Masalah Utama


Berdasarkan hasil pengkajian potensi dan masalah maupun
penggalian informasi dan aspirasi dari berbagai pihak, maka dapat dijelaskan
gambaran permasalahan kunci yang dihadapi berikut prioritas
penanggulangan masalah serta gambaran potensi unggulan beserta prioritas
rencana pengembangannya. Adapun prioritas potensi dan masalah dapat
dijelaskan sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel 10
Masalah Utama dan Pilihan Tindakan Desa WONOSARI
1. PENYELENGGARAA
N PEMERINTAHAN DESA

No Masalah Alternatif Tindakan


1 Tidak ada patok batas desa. Pemasangan patok batas.
2 Data kemiskinan kurang valid. Dilaksanakan pendaatan ulang.
3 Kurangnya penataan tata ruang Dilaksanakan penataan tata ruang dan
dan asset desa. asset desa.
4 Kurang fasilitas komunikasi dan Pengadaan fasilitas informasi seperti
media informasi. web site dan papan informasi.
5 Kerja sama antar desa Kerja sama di bidang keamanan,
ekonomi, akses, irigasi, pembiayaan
batas desa.
6 Kantor Lembaga kemasyarakatan Pembangunan kantor Lembaga
desa belum memadai. Kemasyarakatan Desa.
7 MCK kurang layak.
8 Belum ada tempat parker Perbaikan dan pembangunan MCK.
9 Belum ada LCD Proyektor dan Pembangunan tempat parkir.
Sound system. Pengadaan satu unit LCD Proyektor
10 Musholla kurang layak. dan Sound system.
11 Meubelur tidak layak Pembangunan Musholla.
Pengadaan meubeler Kantor Desa

2. PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN

No Masalah Alternatif Tindakan


1 Masih adanya jalan lingkungan yang Perkerasan jalan paving stone.
berupa tanah, pada musim hujan becek Pemberian makanan tambahan.
2 dan licin Perkerasanjalan telford, aspal, paving
stone
3 Terganggunya arus lalulintas, beban Pengadaan penerangan jalan umum
4 muatan berat jalan poros sebab rusak Pembuatan tandon air dan pengadaan
dan berlubang meter air
Jalan poros Dusun Krajan gelap dan TPT saluran irigasi
sering terjadi kecelakaan
Saluran sumur bor belum merata
karena instalasi non teknis Lanjutan TPT saluran drainase
Irigasi banyak yang rusak dan debit air
tidak memadahi
Saluran drainase dangkal akibat
longsor dan sampah

3. PEMBINAAN
KEMASYARAKATAN

No Masalah Alternatif Tindakan


1 Kurang penyediaan lapangan Menciptakan lapangan pekerjaan
pekerjaan dan pelatihan. dan pelatihan
2 keterampilan kerja
Bantuan modal ekonomi kecil dari Pemberian Bantuan modal ekonomi
3 perbankan sangat sulit. kecil dari Pihak ke-3
Honor Petugas Posyandu kurang Penganggaran Honor Petugas
memadahi. Posyandu yang memadahi.
Peralatan Posyandu kurang Pengadaan peralatan Posyandu
memadahi. yang memadahi
Masih adanya Balita kurang gizi.
Musim kemarau warga kekurangan air Pembangunan sumur bor
bersih Sosialisasi, diklat, dan pelatihan
kepada para pemuda
Kurang kompaknya pemuda, Pembinaan adat istiadat Jawa dan
sehingga sering menimbulkan pelatihan kesenian Jawa
konflik kepentingan Sosialisasi program sosial
Adat istiadat mulai luntur dan pemerintah dan mengadakan
budaya Jawa kurang diminati musyawarah antar warga
pemuda
Konflik kesenjangan karena
bantuan sosial pemerintah kurang
merata ke warga miskin

4. PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

No Masalah Alternatif Tindakan

1 Kurang kompaknya pemuda, Sosialisasi, diklat, dan pelatihan


sehingga sering menimbulkan kepada para pemuda
2 konflik kepentingan Pembinaan adat istiadat Jawa dan
Adat istiadat mulai luntur dan pelatihan kesenian Jawa
3 budaya Jawa kurang diminati Sosialisasi program sosial
pemuda pemerintah dan mengadakan
Konflik kesenjangan karena musyawarah antar warga
bantuan sosial pemerintah kurang
merata ke warga miskin
C. Potensi
Desa WONOSARI memiliki potensi yang sangat besar, baik sumber
daya alam, sumber daya manusia maupun kelembagaan / organisasi. Sampai
saat ini, potensi sumber daya yang ada belum benar-benar optimal
diberdayakan.

3.2.1. Sumber Daya Alam

No Uraian Sumber Daya Alam Volume Satuan


1 Lahan persawahan 390 ha
2 Sumber air - -
3 Lahan Tegalan 38 ha
4 Sungai - -
5 Tanaman: padi, jagung dan polowijo lainya 387 ha

3.2.2. Sumber Daya Manusia

No Uraian Sumber Manusia (SDM) Volume Satuan


1. Penduduk dan keluarga
a.Jumlah penduduk laki-laki 5.203 orang
b. Jumlah penduduk perempuan 4.981 orang
c. Jumlah keluarga 3.135 KK
2 Mata Pencaharian utama penduduk
  a. Pertanian, peternakan 5.397 orang
  b. Pertambangan dan penggalian -
  c. Industri pengolahan (pabrik, kerajinan, dll) 162 orang
  d. Perdagangan besar/eceran dan rumah makan 35 orang
  e. Angkutan, pergudangan, komunikasi 5
  f. Jasa -
g. Lainnya (air, gas, listrik, konstruksi, perbankan,
-
  dll)
h. Pemerintahan 42 Orang
i. Jasa lainnya 11 Orang
Tenaga kerja berdasarkan latar belakang
3 pendidikan
  a. Lulusan S-1 keatas 15 orang
b. Lulusan D1,D2,D3 67 orang
  c. Lulusan SLTA 1.874 orang
  d. Lulusan SMP 2.783 orang
  e. Lulusan SD 2.437 orang
  f. Tidak tamat SD/ tidak sekolah 185 orang

3.2.3. Kelembagaan / Organisasi

No Uraian Sumber Daya Kelembagaan/Organisasi Volume Satuan


1. BPD 9 orang
2. LPMD 9 orang
3. PKK 25 orang
4. Karang Taruna 7 orang
5. Kelompok Tani 6 kelompok
6. Kelompok Keagamaan 12 kelompok
7 Kelompok Simpan-pinjam 5 kelompok

3.2.4. Potensi Prasarana dan Sarana

No Uraian Sumber Daya Pembangunan Volume Satuan


1. Aset prasarana umum
a. Jalan 6.700 m
b. Jembatan 5 Unit
2 Aset Prasarana pendidikan
  a. Gedung Paud 3 Unit
  b. Gedung TK 5 unit
  c. Gedung SD Negeri / Swasta 4 unit
  d. Taman Pendidikan Alqur'an 5 unit
e. MI 1 Unit
f. SLTP/MTS 1 unit
g. SLTA/MA - unit
h. TPQ 1 unit
i. Ponpes 3 unit
j. Masjid 8 unit
k. Mushollah 29 unit

3 Aset prasarana kesehatan


  a. Posyandu 10 Pos
  b. Polindes 1 unit
  c. MCK 3 unit
  d. Sarana Air Bersih - Unit

4 Aset prasarana ekonomi


  a. Pasar desa - unit
 
5 Kelompok Usaha Ekonomi Produktif
  a. Jumlah kelompok usaha 5
  b. Jumlah kelompok usaha yang sehat 4
 
6 Aset berupa modal
  a. Total aset produktif -
  b. Total pinjaman di masyarakat -

3.2.5. Potensi Sumber Daya Sosial Budaya

No Uraian Sumber Daya Sosial Budaya Volume Satuan


1. Budaya gotong-royong
2. Seni Jaranan 2 kelompok
3 Kelompok musik 1 kelompok

3.2.6.
Demikian masalah dan masalah yang berhasil dihimpun dalm
tahap pengkajian keadaan desa. masalah dan potensi ini kemudian akan
menjadi dasar dalam merumuskan visi, misi dan kebijakan pembangunan di
Desa WONOSARI selama 6 tahun kedepan.
BAB IV
VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DESA

A. Visi dan Misi


5. Visi
Cita-cita masa depan sebagai tujuan jangka panjang yang ingin
diraih Desa WONOSARI merupakan arah kebijakan dari RPJM-Desa yang
dirumuskan setiap enam tahun sekali.
Visi merupakan suatu gambaran tentang keadaan masa depan,
berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan, dibangun melalui proses
refleksi dan proyeksi yang digali dari nilai-nilai luhur yang dianut oleh
seluruh komponen stakeholder’s.
Bersamaan dengan penetapan RPJM Desa WONOSARI,
dirumuskan dan ditetapkan juga Visi Desa WONOSARI sebagai berikut :

“Gotong Royong Membangun Desa Wonosari Yang Jujur, Adil,


Sejahtera, Berbudaya Dan Berakhlak Mulia ”.
Melalui visi ini diharapkan masyarakat menemukan gambaran
kondisi masa depan yang lebih baik dan merupakan potret keadaan yang
ingin dicapai. Melalui rumusan visi ini diharapkan mampu memberikan arah
perubahan masyarakat pada keadaan yang lebih baik, menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk mengendalikan dan mengontrol perubahan-
perubahan yang akan terjadi, mendorong masyarakat untuk meningkatkan
kinerja yang lebih baik, menumbuhkan kompetisi sehat pada anggota
masyarakat, menciptakan daya dorong untuk perubahan serta
mempersatukan anggota masyarakat.

6. Misi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan


dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi berfungsi sebagai pemersatu
gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara
pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang diberikannya.
Hakekat misi merupakan turunan dari visi yang akan menunjang
keberhasilan tercapainya sebuah visi. Dengan kata lain Misi merupakan
penjabaran lebih operatif dari Visi. Penjabaran dari visi ini diharapkan dapat
mengikuti dan mengantisipasi setiap terjadinya perubahan situasi dan
kondisi lingkungan di masa yang akan datang dari usaha-usaha mencapai
Visi desa selama masa enam tahun.
Untuk meraih Visi desa seperti yang sudah dijabarkan di atas,
dengan mempertimbangan potensi dan hambatan baik internal maupun
eksternal, maka disusunlah Misi desa sebagai berikut :
1. Mewujudkan pemerintahan desa yang jujur dan berwibawa dengan
pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.
2. Mengedepankan kejujuran dan musyawarah mufakat dalam
kehidupan sehari-hari baik dengan pemerintahan maupun dengan
masyarakat desa.
3. Meningkatkan profesionalitas dan mengaktifkan seluruh perangkat
desa.
4. Mewujudkan sarana dan prasarana desa yang memadai.
5. Mewujudkan perekonomian dan kesejahteraan warga desa.
6. Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat desa yang
maksimal.
7. Meningkatkan kehidupan desa secara dinamis dalam segi
keagamaan dan kebudayaan.Mewujudkan pemerintahan desa yang
jujur dan berwibawa dengan pengambilan keputusan yang cepat
dan tepat.
B. Kebijakan Pembangunan

Sesuai dengan amanat UU. No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, tujuan
pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun
potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan. Oleh karena itu, pada periode tahun 2020-2026, rencana
pembangunan jangka menengah desa diarahkan untuk peningkatan aparatur
Pemerintah Desa dan BPD, penguatan peran dan fungsi kelembagaan
kemasyarakatan serta penguatan masyarakat desa.
Disamping itu, pembangunan diarahkan pada pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan untuk mendorong pengembangan perdesaan
berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi serta
mendorong keterkaitan desa-kota.
1. Arah Kebijakan Pembangunan Desa

Pembangunan diarahkan pada pengembangan pusat-pusat


pertumbuhan untuk mendorong pengembangan perdesaan berkelanjutan
yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi serta mendorong
keterkaitan desa-kota. Kebijakan pembangunan ini dilakukan dengan
strategi sebagai berikut:

2. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa:

a. Memfasilitasi peningkatan kapasitas Pemerintah Desa.


b. Memfasilitasi peningkatan kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) dan lembaga lembaga lainnya di tingkat desa.
c. Mempersiapkan data, informasi, dan indeks desa yang digunakan
sebagai acuan bersama dalam perencanaan dan pembangunan, serta
monitoring dan evaluasi kemajuan perkembangan desa.
d. Memastikan secara bertahap pemenuhan alokasi Dana Desa.
e. Memfasilitasi kerjasama antar desa

3. Pelaksanaan pembangunan desa:

a. Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat perdesaan dalam hal


perumahan, sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase
lingkungan) dan air minum.
b. Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat perdesaan dalam bidang
pendidikan dan kesehatan dasar (penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan dan kesehatan serta tenaga pendidikan dan kesehatan).
c. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana dasar dalam
menunjang kehidupan sosial-ekonomi masyarakat perdesaan yang
berupa akses ke pasar, lembaga keuangan, dan toko saprodi
pertanian/perikanan.
d. Meningkatkan kapasitas maupun kualitas jaringan listrik, jaringan
telekomunikasi, dan jaringan transportasi.

4. Pembinaan kemasyarakatan:

a. Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin dan rentan dalam


pengembangan usaha berbasis potensi lokal;
b. Memberikan dukungan bagi masyarakat miskin dan rentan melalui
penyediaan lapangan usaha, dana bergulir, kewirausahaan, dan
lembaga keuangan mikro.

5. Pemberdayaan Masyarakat Desa:

a. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui penguatan sosial


budaya masyarakat dan keadilan gender(kelompok wanita, pemuda,
anak, dan TKI)
b. Perwujudan Kemandirian Pangan dan Pengelolaan SDA-LH yang
Berkelanjutan dengan Memanfaatkan Inovasi dan Teknologi Tepat
Guna di Perdesaan
c. Meningkatkan kegiatan ekonomi desa yang berbasis komoditas
unggulan, melalui pengembangan rantai nilai, peningkatan
produktivitas, serta penerapan ekonomi hijau.
d. Menyediakan dan meningkatkan sarana dan prasarana produksi,
pengolahan, dan kemandirian usaha masyarakat.
e. Meningkatkan akses masyarakat desa terhadap modal usaha,
pemasaran dan informasi kewirausahaan industri kecil masyarakat.
f. mengembangkan lembaga pendukung ekonomi desa seperti koperasi,
dan BUMDesa, dan lembaga ekonomi mikro lainnya.

Realisasi kegiatan dimasing-masing bidang erat kaitannya dengan


potensi pendapatan desa, untuk itu kegiatan dirinci secara lebih detail meliputi
volume, manfaat/sasaran, waktu pelaksanaan dan perkiraan biaya/sumber
pembiayaan. Dengan demikian RPJM-Desa sangat bergantung pada sumber
pembiayaan dari program-program yang masuk ke desa, program dari SKPD,
jumlah alokasi dana desa (ADD), DD, APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN
serta tingkat Pendapatan Asli Desa (PADesa). Secara lebih terinci program
pembanguna desa dijabarkan dalam lampiran yang menjadi bagian tak
terpisahkan dari dokumen ini.

C. Strategi Pencapaian

Upaya untuk merealisasikan program pembangunan desa


dilakukan tindakan strategis yang bersifat internal dan eksternal.
1. Strategi internal
Pencapaian program pembangunan desa meliputi :
a. Peningkatkan sumber-sumber Pendapatan Asli Desa (PADesa) melalui
pendayagunaan potensi dan asset-aset desa yang selama ini belum
dikelola secara maksimal serta penataan retribusi administrasi pelayanan
public yang jelas, tegas, transparan dan terjangkau.
b. Mendorong peningkatan keswadayaan dan partisipasi masyarakat dalam
setiap pembangunan yang ditujukan utamanya kepada rumah tangga
sejahtera/kaya.
c. Penataan managemen perencanaan pembangunan melalui pemilahan
target pembangunan supra desa dan infra desa. Artinya target
pembangunan yang menjadi wilayah SKPD kabupaten maupun provinsi
seperti jalan kabupaten dan provinsi beserta bangunan pelengkapnya,
maka leading sectornya diserahkan kepada kabupaten melalui
musrenbang kecamatan, forum SKPD maupun musrenbang kabupaten
dan seterusnya. Sedangkan sumber pembiayaan dimana Kepala Desa
menjadi penanggungjawab dalam pelaksanaanya seperti ADD, DD, BGH,
PDPM, PPIP, maupun program sejenisnya, maka dialokasikan untuk
membiayai target pembangunan yang menjadi tanggungjawab desa
seperti jalan lingkungan desa beserta bangunan pelengkapnya.
d. Meningkatkan kesadaran kritis, kapasitas dan daya tawar politis
masyarakat dalam pengelolaan pembangunan. Hal ini dilakukan agar
RPJM-Desa yang telah disusun melalui perdekatan partisipatif ini menjadi
media pemberdayaan masyarakat dimana masyarakat desa semakin
diperhitungkan dihadapan para stakeholder.
2. Strategi eksternal
Pencapaian program pembangunan desa antara lain ;
a. Melakukan pengawalan terhadap kebijakan pembangunan desa yang
dituangkan dalam RPJM-Desa pada forum musrenbang dan forum-forum
SKPD.
b. Membangun kerjasama ditingkat antar desa untuk mendorong
pemerintah daerah melakukan reoroentasi kebijakan dalam memperkuat
pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat.
c. Mendorong DPRD agar pro rakyat dan membentuk peraturan
perundangan daerah yang mendukung pembangunan partisipatif. Hal ini
untuk memberikan pedoman dan arah bagi SKPD untuk mensinergikan
dan menyelaraskan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan
perencanaan pembangunan melalui RPJM-Desa.
d. Mendorong fungsi DPRD di dapil setempat sebagai wakil rakyat dalam
mengakomodasi aspirasi RPJM-Desa melalui haering dan jaring asmara.
Hal ini sekaligus menjadi pertanggungjawaban wakil rakyat kepada para
konstituennya di daerah pemilihan. Sehingga bilamana anggota dewan
yang bersangkutan tidak mampu memperjuangkan RPJM-Desa, maka
masyarakat akan memberikan sanksi politis pada pemilu berikutnya.
e. Membangun kemitraan dengan pihak ketiga dalam mewujudkan capaian
program. Kemitraan tersebut kerjasama dengan dunia usaha dalam
bidang pertanian, atau bentuk lain dari partisipasi dunia usaha dalam
menjalankan tanggungjawab sosialnya.
Strategi internal dan eksternal tersebut diharapkan mampu
mencapai indikator program selama 6 (enam) tahun ke depan dimana setiap
tahun akan dievaluasi secara bertahap dengan mempertimbangkan masalah
dan kondisi darurat pada setiap tahun anggaran.
Pelaksana dan koordinator masing-masing kegiatan hendaknya
disesuaikan dengan tupoksi masing-masing kelembagaan yang ada, namun
tetap melibatkan masyarakat dan khususnya pemanfaat atau sasaran. Untuk
kegiatan yang terkait sarana prasarana umum akan dikelola oleh LPMD,
kegiatan yang terkait bidang kesehatan dikoordinir oleh Bidan Desa dan
Posyandu, bidang pendidikan dikoordinir oleh Komite Sekolah, bidang
pertanian dikoordinir oleh HIPPA dan kegiatan ekonomi dan usaha masyarakat
dikelola oleh PKK, bidang kepemudaan akan dikoordinir oleh organisasi
kepemudaan desa seperti Karang Taruna dan Remaja Masjid.
Seluruh kegiatan pembangunan beserta capaian tujuan akan
senantiasa dievaluasi secara rutin serta melibatkan masyarakat (partisipatif).
Pemantauan, evaluasi dan pertanggungjawaban dimaksud dilaksanakan dengan
pendekatan sebagai berikut :
1. Mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan baik fisik, biaya maupun
administrasi.
2. Mengevaluasi capaian kegiatan secara fisik (volume dan kualitas)
3. Mengevaluasi capaian sasaran dan dampak
4. Mengevaluasi pelestarian dan keberlanjutan kegiatan
Sedangkan bentuk pemantauan dan evaluasi yang dapat diterapkan
nantinya, adalah sebagai berikut :
1. Pemantauan bersama oleh masyarakat dan BPD
2. Musyawarah Pertanggungjawaban oleh masing lembaga yang
bertanggungjawab, yang pelaksanaanya mengikuti ketentuan masing-
masing program/kegiatan tersebut.
3. Musyawarah evaluasi dan pertanggungjawaban terhadap capaian-capaian
kegiatan RPJM, dilakukan rutin setiap tahun bersamaan dengan
Musrenbangdes.
4. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Desa dalam setiap
akhir tahun anggaran.
BAB V
PROGRAM PEMBANGUNAN DESA

Penyelenggaraan Pemerintahan dan pelaksanaan Pembangunan Desa,


secara partisipasi masyarakat merupakan prasyarat utama dalam setiap
pengambilan kebijakan atau pembuatan keputusan. Partisipasi masyarakat
merupakan pengejawantahan pemenuhan aspirasi masyarakat yang berbeda
kepentingan dan latar belakang, oleh karena itu dapat memberi sumbangan untuk
mengurangi ketegangan dan konflik antar individu, antar kelompok, antar dusun
dan yang terutama adalah menumbuh-kembangkan rasa memiliki terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang sedang
dijalankan oleh sebuah wilayah desa. Diantara perencanaan pengembangan dan
pembangunan Desa WONOSARI yang tercakup dalam 7 ( tujuh ) urusan Wajib yang
diuraikan sebagai berikut :

1. Bidang pendidikan,

a. Mengoptimalkan peran lembaga sekolah baik


formal maupun non formal dengan peningkatan tenaga pengajar;
b. Bantuan bea siswa kurang mampu;
c. Rehabilitasi gedung sekolah yang tidak layak
pakai;
d. Pengadaan sarana prasarana sekolah
e. Pembinaan pemuda dan olahraga.

2. Bidang Kesehatan,

a. Meningkatkan pelayanan dan kelengkapan


sarana Posyandu untuk menunjang kesehatan terutama Ibu dan Anak;
b. Mengembangkan sistem pelayanan kesehatan
desa dengan mengoptimalakan peran Bidan desa;
c. Meningkatkan upaya pencegahan,
pemberantasan dan pengendalian penyakit menular serta tidak menular;
d. Meningkatnya derajat kesehatan dan
kebugaran jasmani masyarakat melalui aktifitas fisik dan olahraga yang baik,
benar, teratur dan terukur.
3. Bidang Sarana-prasarana,

a. Pembangunan dan peningkatan sarana


prasarana infrastruktur jalan yang rusak guna memberikan kenyamanan
transportasi perhubungan;
b. Pembangunan sarana penerangan jalan guna
memberikan rasa aman dan yaman ketika ketika menggunakan jalan
dimalam hari;
c. Pembangunan dan pengadaan sarana
prasarana kantor balai desa untuk memberikan kenyamanan pelayanan
kepada masyarakat;
d. Pembangunan Ruang belajar Gedung PAUD;
e. Pembangunan sarana olahraga guna
meningkatkan kwalitas kesehatan;
f. Pengadaan sarana prasarana Polindes, guna
peningkatan kwalitas.

4. Bidang Lingkungan hidup,

a. Pembangunan/Normaslisasi saluran air /


drainase;
b. Penanaman pohon ( penghijauan ) di setiap
ruas jalan desa, jalan dusun maupun jalan Kabupaten;
c. Revitalisasi sumber air dalam
mempertahankan debit air sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal;
d. Pengembangan jaringan dranase
dipemukiman penduduk menuju pembuangan / sungai.

5. Bidang Sosial Budaya

a. Termanfaatkannya nilai-nilai tradisional,


peninggalan kesejarahan, (pelaksanaan selamatan desa atau suroan);
b. Pengembangan kelompok seni budaya dan
seni kerokhanian ( Jamaah Tibak / Rebana );
c. Melaksanakan kebijakan Pemerintah Pusat
dan Propinsi dalam pemberdayaan dan pengentasan masyarakat miskin;
d. Melibatkan peran serta perempuan dalam
peran serta merumuskan kebijakan desa.

6. Bidang Pemerintahan

a. Pembinaan aparatur pemerintah desa dalam


mengoptimalkan pelayanan umum;
b. Pencanangan program kerja kantor dan
disiplin waktu;
c. Pemenuhan posisi perangkat desa yang masih
belum terisi, seperti Kaur Keamanan hingga pengisian Ketua RW dan Ketua
RT serta kelembagaan yang lain.
d. Perencanaan, penggunaan dan pertanggung
jawaban APBDes secara transparan dan akuntabel secara periodik .
7. Bidang Koperasi Dan Usaha Masyarakat

a. Meningkatnya akses permodalan dengan


pemberian layanan simpan pinjam modal melalui program-program simpan
pinjam dari program yang masuk desa, seperti Jimpitan, SPP PNPM, simpan
Pinjam rumah tangga dll
b. Penanganan simpan pinjam macet dari
lembaga simpan pinjam desa dengan penerapan sangsi dan aturan yang
tegas
c. Pengembangan akses pasar melalui promosi
dan kreasi produk

Dalam Program Pembangunan Desa yang direalisasikan setiap 1 tahun selama 6


tahun dalam bentuk matrik program.
BAB VI

PENUTUP

Secara substantif, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa


(RPJM-Des) adalah suatu kerangka kebijakan dalam rangka mewujudkan tujuan
pembangunan dalam kurun waktu 6 (enam) tahun yang dimulai bulan Januari tahun
2020 sampai dengan bulan Desember 2026.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des) adalah
perencanaan tingkat desa yang harus disosialisasikan dan dipahami oleh semua
komponen baik masyarakat, BPD, dan Pemerintah Desa sebagai dokumen untuk
melaksanakan pembangunan dan pedoman RPJM-Des adalah dokumen rencana
pembangunan Desa WONOSARI yang pelaksanaan operasionalnya dijabarkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Des).
RPJM-Des secara teknis adalah pedoman untuk mewujudkan kesatuan
arah pembangunan selama 6 (enam) tahun. Pelaksanaan dan keberhasilan RPJM-
Des adalah tanggung jawab konstitusional, kultural dan moral baik masyarakat,
pemerintah, dan swasta Desa WONOSARI. RPJM-Des adalah alat evaluasi standar
definitif untuk menilai pelaksanaan dan capaian pelaksanaan pembangunan pada
akhir kurun waktu 6 (enam) tahun.
Selanjutnya dengan pelaksanaan RPJM-Des yang mengacu pada visi,
misi, tujuan, dan sasaran yang akan dicapai selama 6 (enam) tahun maka, hasilnya
dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Desa WONOSARI, secara lebih merata dan
berkeadilan sebagai bagian proses mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan
hidup lahir dan batin secara demokratis.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa WONOSARI Tahun
2020-2026 adalah pedoman bagi Satuan Kerja Pemerintah Desa (SKPD) yang dalam
pelaksanaan operasionalnya melibatkan peran serta masyarakat. Maka perlu
dibentuk beberapa lembaga berdasarkan kebutuhan riil dalam menyusun rencana
strategis SKPD. Penjabaran tahunan dari dokumen RPJMDes dalam rangka
implementasi rencana yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKPD) adalah dasar penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (RAPB-Des). Untuk itu diperlukan kaidah-kaidah pelaksanaannya, yaitu :
1. Seluruh komponen masyarakat dan pemerintah desa berkewajiban
melaksanakan program-program dalam RPJM-Des Desa WONOSARI tahun
2020-2026 dengan penuh tanggung jawab.
2. Satuan kerja pemerintah Desa atau lembaga-lembaga yang ada wajib untuk
menyusun rencana strategis yang memuat visi, misi, strategi, kebijakan,
program dan kegiatan pokok pembangunan sesuai lembaga-lembaga dengan
berpedoman pada dokumen RPJM-Desa WONOSARI tahun 2020-2026
Dalam rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan RPJM-Desa
WONOSARI Tahun 2020-2026 perlu dilaksanakan evaluasi tahunan terhadap
pencapaian tujuan dan sasaran pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui kemajuan
pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

Kepala Desa WONOSARI,

H. HADI PURNOMO

Anda mungkin juga menyukai