PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa)
adalah untuk menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat dalam setiap proses
pembangunan di desa. Sehingga ketika partisipasi masyarakat itu muncul
maka akan melahirkan perasaan “ikut merasa memiliki“ terhadap
pembangunan didesanya. Selanjutnya masyarakat akan “ikut bertanggung
jawab“ terhadap hasil-hasil pembangunan tersebut untuk selalu menjaga,
merawat, memelihara dan melestarikannya.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance)
merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk mewujudkan aspirasi
masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan negara. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 telah mengamanatkan bahwa
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa disusun perencanaan
pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan daerah kabupaten/kota. Lebih lanjut dijabarkan bahwa
perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh
pemerintahan desa sesuai dengan kewenanganannya.
Didalam sudut pandang politik, Pemilihan Kepala Desa
merupakan proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan
pilihannya berdasarkan program-program yang ditawarkan oleh masing-
masing calon. Oleh karena itu, rencana pembangunan desa merupakan
penjabaran lebih lanjut dari agenda-agenda yang ditawarkan oleh Kepala Desa
pada saat berkampanye, menjadi rencana pembangunan jangka menengah
desa. Berkaitan dengan pembangunan desa maka ada beberapa masalah yang
seringkali ditemui di berbagai desa, perlu mendapat perhatian dan segera
diantisipasi, diantaranya terbatasnya ketersediaan sumberdaya manusia yang
baik dan professional, terbatasnya ketersediaan sumber-sumber pembiayaan
yang memadai, baik yang berasal dari kemampuan desa itu sendiri (internal)
maupun sumber dana dari luar (eksternal), belum tersusunnya kelembagaan
sosial-ekonomi yang mampu berperan secara efektif, belum terbangunnya
sistem dan regulasi yang jelas dan tegas dan kurangnya kreatifitas dan
partisipasi masyarakat secara lebih kritis dan rasional.
Berdasarkan ketentuan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa, Pemerintah Desa wajib menyusun perencanaan
pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada
perencanaan pembangunan Kabupaten. Keberadaan RPJM-Desa adalah
penting bagi keberadaan dan arah pembangunan desa 6 tahun kedepan.
RPJM-Desa memberikan gambaran yang kongkrit tentang program–program
pembangunan yang akan dilaksanakan selama 6 tahun. Dengan demikian
konsep penganggaran secara partisipatif yang diwujudkan dalam bentuk
partisipasi, dapat diartikan sebagai pembangunan demokrasi dengan
mengacu pada prinsip good governance yang mendorong adanya
transparansi, partisipasi dan tentu saja akuntabilitas.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya
disebut RPJM-Desa ini memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
rencana pelaksanaan pembangunan, rencana pembinaan kemasyarakatan,
dan rencana pemberdayaan masyarakat desa yang didasarkan pada hasil
Pengkajian Keadaan Desa (PKD) dan mengacu pada RPJMD Kabupaten
Jember. Proses penyusunan RPJM-Desa ini dimulai dari tahap Pengkajian
Keadaan Desa (PKD) yang melibatkan semua pihak/pemangku kepentingan
secara aktif dalam proses pembahasan dan pengambilan keputusan. Selain itu,
RPJM-Desa ini disusun dengan tingkat partisipasi yang cukup tinggi, dimana
proses penyusunannya dimulai dari musyawarah di tingkat dusun dan
kelompok yang difasilitasi oleh Tim Penyusun RPJM-Desa. Sehingga
diharapkan RPJM-Desa ini telah mencerminkan kondisi objektif desa dan
prioritas pembangunan Kabupaten Jember.
Rancangan RPJM-Desa disusun oleh Pemerintah Desa, dibahas
dan disepakati oleh Pemerintah Desa, BPD dan masyarakat dalam
Musrenbang Desa, dan selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa selanjutnya diundangkan dalam
Lembaran Desa oleh Sekretaris Desa.
B. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional )Lembagaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
4. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Desa Nomor 6 Tahun 2014;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Peraturan di Desa;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa;
10. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan
Berdasarkan Hak Asal-usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa;
11. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan
Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
12. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 14 Tahun 2007 Sistem
Perencanaan Pembangunan Daerah
13. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.
14. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa.
15. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 5 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Sumber Pendapatan Desa;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 10 Tahun 2007 tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Desa Dan Perangkat Desa;
C. Pengertian
1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi
kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
6. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan
Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
7. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan
nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Desa untuk menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan
kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa, swadaya masyarakat desa, dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa.
9. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
10. Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan desa.
11. Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan
di desa dan kawasan perdesaan yang dikoordinasikan oleh Kepala Desa
dengan mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotong-
royongan guna mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial.
12. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran,
serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program,
kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat desa.
13. Pengkajian Keadaan Desa adalah proses penggalian dan pengumpulan
data mengenai keadaan obyektif masyarakat, masalah, potensi, dan
berbagai informasi terkait yang menggambarkan secara jelas dan lengkap
kondisi serta dinamika masyarakat desa.
14. Data Desa adalah gambaran menyeluruh mengenai potensi yang meliputi
sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber dana, kelembagaan,
sarana prasarana fisik dan sosial, kearifan lokal, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta permasalahan yang dihadapi desa.
15. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, selanjutnya disingkat
RPJM-Desa, adalah Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka
waktu 6 (enam) tahun.
16. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disingkat RKP Desa, adalah
penjabaran dari RPJM-Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
17. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM-Desa yang menjadi
bagian dari RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan
diusulkan Pemerintah Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
melalui mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah.
18. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa.
19. Aset Desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa,
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
atau perolehan hak lainnya yang sah.
20. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa,
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
21. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa.
22. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan
yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
23. Lembaga Kemasyarakatan Desa atau disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
merupakan mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat,
24. Lembaga Adat Desa adalah merupakan lembaga yang menyelenggarakan
fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan asli desa yang
tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat desa.
25. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
26. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
1. Sejarah Desa
Desa WONOSARI merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten
Jember yang mempunyai luas wilayah 620,224 Ha, berpenduduk 9.595 jiwa
terdiri dari orang Jawa dan Madura. Sebagian besar penduduknya adalah orang
Jawa, karena itu memiliki sifat umum yakni lembut, dinamis dan ramah.
Mandor Besar di jaman era penjajahan rakyat dipaksa bekerja untuk membuat
jalan raya. Proyek pembangunan jalan termasuk jalan raya yang melintasi Desa
WONOSARI antara Desa Jambearum menuju arah Desa Kasiyan dan seluruh
jalan yang ada di Desa WONOSARI. Selain pembangunan jalan juga di bangun
kanal sungai irigasi dan jembatan yang melintang antara Desa WONOSARI ke
arah Desa Puger Wetan serta pendopo desa yang mengalami perpindahan
WONOSARI berada di depan rumah Sayuti Wiromukti dan pada Tahun 1948
1952 dibangun Balai Desa WONOSARI diatas tanah desa yang berdiri megah
sampai sekarang
Pemerintahan desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa atau masyarakat
2. Letak Geografis
Secara geografis Desa WONOSARI adalah berupa daratan
sedang yaitu sekitar 156 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data
BPS Kabupaten Jember Tahun 2010 curah hujan di Desa WONOSARI rata-
rata mencapai 2.400 mm. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan
Desember hingga mencapai 405,04 mm yang merupakan curah hujan
tertinggi selama kurun waktu 2000-2010.
Secara administratif, Desa WONOSARI terletak di wilayah
Kecamatan Puger Kabupaten Jember dengan posisi dibatasi oleh wilayah
desa-desa tetangga. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Balung
Kulon Kecamatan Balung, Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa
Kasiyan Timur KecamatanPuger. Di sisi Selatan berbatasan dengan Desa
Puger Wetan Kecamatan Puger, sedangkan di sisi Timur berbatasan dengan
Sungai Bedadung Desa Tamansari Kecamatan Wuluhan.
Jarak tempuh Desa WONOSARI ke ibu kota kecamatan adalah
10 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit. Sedangkan
jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 35 km, yang dapat ditempuh
dengan waktu sekitar 90 menit dan ibu kota propinsi 370 km yang dapat
ditempuh dengan waktu sekitar 5 jam.
3. Demografis/Kepen
dudukan
Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun
2010, jumlah penduduk Desa WONOSARI adalah 9.595 jiwa, dengan rincian
4.820 laki-laki dan 4.775 perempuan. Jumlah penduduk demikian ini
tergabung dalam 2.726 Kepala Keluarga.
Agar dapat mendeskripsikan dengan lebih lengkap tentang
informasi keadaan kependudukan di Desa WONOSARI maka perlu
diidentifikasi jumlah penduduk dengan menitikberatkan pada klasifikasi
usia. Untuk memperoleh informasi ini maka perlulah dibuat 11able sebagai
berikut :
Tabel 4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
1. Pembagian
Wilayah Desa
Secara administratif, Desa WONOSARI terletak di wilayah
Kecamatan Puger Kabupaten Jember dengan posisi dibatasi oleh wilayah
desa-desa tetangga. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Balung
Kulon Kec.Balung, Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kasiyan
Timur Kec.Puger. Di sisi Selatan berbatasan dengan Desa Puger Wetan
Kec.Puger sedangkan di sisi Timur berbatasan dengan sungai Bedadung
Desa Tamansari Kec.Wuluhan.
2. Struktur
Organisasi Pemerintah Desa
Sebagaimana dipaparkan dalam UU No. 06 tahun 2014 bahwa
di dalam Desa terdapat tiga kategori kelembagaan desa yang memiliki
peranan dalam tata kelola desa, yaitu : Pemerintah Desa, Badan
Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan. Dalam undang-
undang tersebut disebutkan bahwa penyelenggaraan urusan
pemerintahan di tingkat Desa (Pemerintahan Desa) dilaksanakan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintahan Desa
dijalankan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan di negeri ini. Pemerintah Desa
atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Kepala Desa
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan.
Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat. BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa
bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan
cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun
Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau
pemuka masyarakat lainnya. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat.
Struktur kepemimpinan Desa WONOSARI tidak bisa lepas
dari struktur administratif pemerintahan pada level di atasnya. Hal ini
dapat dilihat dalam bagan berikut ini :
Bagan I
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Desa WONOSARI
KEPALA DESA
SEKRETARIAT
DESA
SEKSI
SEKSI SEKSI
PELAYANAN
PEMERINTAHAN
KESEJAHTERAAN
No Nama Jabatan
1 H. Hadi Purnomo Kepala Desa
Tabel 5
Nama Badan Permusyawaratan Desa WONOSARI
No Nama Jabatan
1 Waris Ketua
2 Ach. Baihaqqi Wakil Ketua
3 Emila Rahmawati Sekretaris
4 A . Sodiq Anggota
5 Ahmad Jainuri Anggota
6 Tri Handayani Anggota
7 Hadi Siswanto Anggota
8 Sugiati Anggota
9 Ahmad Mujari Anggota
3. Organisasi
Lembaga Kemasyarakatan Desa
Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama
lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam
memberdayakan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan mempunyai
tugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam
memberdayakan masyarakat desa. Pembentukan lembaga
kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Hubungan kerja
antara lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa bersifat
kemitraan, konsultatif dan koordinatif.
Tabel 6
Nama-Nama LPMD Desa WONOSARI
No Nama Jabatan
1 Nurul Hakiki Ketua
2 Hartono Wakil Ketua
3 Asik Kurniadi Sekretaris
4 Asnawi Bendahara
5 Eko Sunajianto Anggota
6 Suhari Anggota
7 Dodik Anggota
8 Abdul Halim Anggota
9 Tulus Wicaksono Anggota
Tabel 7
Nama-Nama Pengurus Karang Taruna Desa WONOSARI
No Nama Jabatan
1 Imam Baihaki Ketua
2 Syamsudin Agil Sekretaris
3 Khoirul Anwar Bendahara
4 Winda Nur Laily Anggota
5 Tatok Anggota
6 Agus Wahyu Syafa’at Anggota
7 Rendra Anggota
Tabel 8
Nama-Nama Tim Penggerak PKK Desa WONOSARI
No Nama Jabatan
1 Ny. Faridhatul Hadi Purnomo Ketua
2 Wiwik Kusyati Wakil Ketua
3 Fitri Hurinda Sekretaris I
4 Anik Winarni Sekretaris II
5 Hj. Indahati Bendahara
6 Azizah Ulfa Anggota
7 Wike Wulandari Anggota
8 Intan Dahlia Anggota
9 Purwati Anggota
10 Miftahul Roifa Anggota
11 Juwariyah Anggota
A. Permasalahan pokok
Daftar peta permasalahan ini didapat dari hasil musrenbangdes
penyusunan RPJM-Desa WONOSARI yang menghadirkan masing-masing
perwakilan dusun yang berkompeten dan mewakili unsur-unsur yang ada di
dalamnya dengan menggunakan alat kaji Potret Desa, Diagram Venn
Hubungan Kelembagaan serta Kalender Musim. Sebagai data tambahan, upaya
observasi dan wawancara dengan para pihak terkait juga dilakukan, sehingga
dimungkinkan tidak ada masalah, potensi dan usulan perencanaan
pembangunan desa yang terlewatkan/tidak terakomodasi.
Semua pandangan yang muncul diinventarisir, untuk kemudian
diurutkan berdasarkan nilai permasalahan yang mendapat skoring terbanyak
di masing-masing bidang. Karena begitu banyaknya masalah yang masuk
maka diupayakan reduksi data, sehingga masalah di sini benar-benar masalah
pokok dan penting.
Di bawah ini adalah daftar masalah yang secara kualitatif
dirasakan oleh masyarakat yang bersumber dari potret desa, kalender musim
dan bagan kelembagaan yang dikelompokkan menurut bidang
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Tabel 9
Bidang dan Permasalahan Pokok Desa WONOSARI
No Bidang Masalah
1 Bidang
1. Penetapan dan penegasan batas desa ; belum
Penyelenggaraan
jelas.
Pemerintahan
2. Pendataan desa ; kurang optimal.
3. Penyusunan tata ruang desa ; kurang maksimal.
4. Penyelenggaraan musyawarah desa ; kurang
maksimal.
5. Pengelolaan informasi desa ; kurang optimal.
6. Penyelenggaraan perencanaan desa ; kurang
optimal.
7. Penyelenggaraan evaluasi tingkat perkembangan
pemerintahan desa ; tidak ada.
8. Penyelenggaraan kerjasama antar desa ; belum
maksimal.
9. Pembangunan sarana dan prasarana kantor desa ;
belum maksimal.
1. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan
infrastruktur dan lingkungan desa, yaitu jalan,
tembok penahan jalan ; belum memadai.
2. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana kesehatan, yaitu : MCK,
gedung Polindes, peralatan dan perlengkapan
posyandu ; belum memadai.
Bidang 3. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan
2 Pelaksanaan sarana dan prasarana pendidikan dan
Pembangunan kebudayaan, yaitu : APE untuk anak TK, Gedung
PAUD, halaman sekolah ; masih kurang.
4. Pengembangan usaha ekonomi produktif serta
pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana ekonomi, yaitu : saluran
irigasi, dam, jalan pertanian ; belum memadai.
5. Pelestarian lingkungan hidup, yaitu : penanaman
pohon, tanaman obat ; belum maksimal.
3 Bidang Pembinaan
1. Pembinaan lembaga kemasyarakatan yaitu ;
Kemasyarakatan
pembinaaan administrasi ; belum maksimal.
2. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban;
yaitu : pos kampling dan peralatan keamanan ;
belum memadai.
3. Pembinaan kerukunan umat beragama yaitu :
kegiatan hari besar agama ; belum optimal.
4. Pengadaan sarana dan prasarana olah raga, yaitu :
peralatan dan sarana olah raga ; masih kurang.
5. Pembinaan lembaga adat yaitu : bersih desa ;
belum optimal.
6. Pembinaan kesenian dan sosial budaya
masyarakat, yaitu : pembinaan dan peralatan ;
belum maksimal.
1. Pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan
dan perdagangan, yaitu : seperti pengelolaan
pertanian ; belum ada.
2. Pelatihan teknologi tepat guna, yaitu : seperti
Bidang
pembuatan pupuk organik ; belum maksimal.
4 Pemberdayaan
3. Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi
Masyarakat
Kepala Desa, Perangkat Desa, dan Badan
Pemusyawaratan Desa ; belum maksimal.
4. Peningkatan kapasitas masyarakat ; belum
maksimal.
2. PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN
3. PEMBINAAN
KEMASYARAKATAN
4. PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
3.2.6.
Demikian masalah dan masalah yang berhasil dihimpun dalm
tahap pengkajian keadaan desa. masalah dan potensi ini kemudian akan
menjadi dasar dalam merumuskan visi, misi dan kebijakan pembangunan di
Desa WONOSARI selama 6 tahun kedepan.
BAB IV
VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DESA
6. Misi
Sesuai dengan amanat UU. No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, tujuan
pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun
potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan. Oleh karena itu, pada periode tahun 2020-2026, rencana
pembangunan jangka menengah desa diarahkan untuk peningkatan aparatur
Pemerintah Desa dan BPD, penguatan peran dan fungsi kelembagaan
kemasyarakatan serta penguatan masyarakat desa.
Disamping itu, pembangunan diarahkan pada pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan untuk mendorong pengembangan perdesaan
berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi serta
mendorong keterkaitan desa-kota.
1. Arah Kebijakan Pembangunan Desa
4. Pembinaan kemasyarakatan:
C. Strategi Pencapaian
1. Bidang pendidikan,
2. Bidang Kesehatan,
6. Bidang Pemerintahan
PENUTUP
H. HADI PURNOMO