Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peran pembangunan yang terintegrasi guna mengatasi berbagai
permasalahan, dalam merespon kebutuhan dan menjawab tantangan
perkembangan masyarakat yang aktual dan kontekstual di Kabupaten Tuban,
ditentukan sejauh mana proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunannya
dapat meningkatkan partisipasi dan keberdayaan Desa untuk mencapai
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dan Desa.
Keberhasilan Desa membangun dan Membangun Desa dengan semangat
dan pelaksanaan (strategi) Undang-Undang Desa akan memberikan dampak
yang sangat besar terhadap keberhasilan pembangunan dalam pengentasan
masyarakat Desa dari jaring kemiskinan yang ada di Kabupaten Tuban.
Dari cara pandang di atas, menjadi sangat penting untuk memacu
peningkatan kapasitas aparatur Pemerintahan Desadan partisipasi atau
keterlibatan masyarakat dengan meningkatkan daya dukung (support system)
dalam implementasi pengelolaan pembangunan, yang mencakup, antara lain:
a. Kualitas, kesesuaian dan ketepatan serta perangkat lunak pembangunan
Desa dan pengelolaan keuangan Desa (Peraturan Daerah,Peraturan bupati,
petunjuk pelaksanaan dan teknisterkait).
b. Efektivitas dan efisiensi sistem pengelolaan pembangunan dan pengelolaan
keuangan Desa.
c. Kemampuan Desa dalam menyelenggarakan pembangunan dan Pengelolaan
Keuangan Desa.
d. Kemandirian dan keberdayaan aparatur Pemerintahan Desa serta partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan
pembangunan dan pengelolaan keuangan Desa.
Salah satu persoalan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintah
DesaDesa adalah elemen perencanaan pembangunan Desa (RPJM Desa) dan
perencanaan kerja pemerintahan Desaserta pengelolaan keuanganDesa. RPJM
Desa merupakan dokumen yang menunjukkan arah, tujuan dan kebijakan
pembangunan Desa yang diimplementasikan dan terselaraskan dengan arah
kerja pemerintahan Desa dan arah kebijakan anggaran Desa. Kualitas RPJM Desa
dan RKP Desa serta kualitas pengelolaan keuangan Desadalam penyelenggaraan
tatakelola pemerintahan Desa yang berkualitas menjadi sangat penting
untukdiperhatikan, baik dari segi proses penyusunan, kualitas dan akuntabilitas

1
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
dokumen maupun kesesuaiannya dengan Peraturan Perundang-undangan,
peraturan daerah maupun peraturan bupati yang berlaku.
Penyelenggaraan pembangunan Desa yang dimulai dari penyusunan RPJM
Desa, RKP Desa sampai dengan pengelolaan keuangan Desaberdasar pada
Peraturan Daerah nomor 9 Tahun 2015 dan Peraturan Bupati nomor 2 tahun
2016 adalah untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan peraturantersebut
serta mendorong dan memfasilitasi Pemerintah Desa menyusun RPJM Desa, RKP
Desa dan pengelolaan keuangam Desa. Untuk mengakomodasi kepentingan
tersebut perlu disediakan Petunjuk Teknis Penyusunan RPJM Desa,RKP Desa dan
Pengelolaan Keuangan Desa yang merupakan turunan dari penjabaran secara
rinci Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati yang selaras dengan peraturan
perundang-undangan khususnya Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa dan peraturan pelaksanaannya.

1.2. Peraturan Perundang-undangan


Peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar dan acuan
penyusunan RPJM Desa antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5495);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang
Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5694);
4. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan
Produk Hukum;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa;

2
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa;
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan
Aset Desa;
11. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Nomor 22 Tahun 2016 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa;

1.3. Pengertian
1. Desa, atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
4. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi
kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat
istiadat Desa.
5. Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah hak yang merupakan warisan
yang masih hidup dan prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat Desa sesuai
dengan perkembangan kehidupan masyarakat.
6. Kewenangan lokal berskala Desa adalah kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa
atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena
perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa.
7. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang,
tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan

3
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
melaksanakan tugas dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
8. Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang melaksanakan fungsi
pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa
berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat
(APBDesa) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Desa yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
10. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan Desa yang dapat dinilai dengan uang
termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban Desa tersebut.
11. Pendapatan transfer adalah Pendapatan yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten.
12. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
13. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan
yang diterima dari kabupaten dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
14. Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUMDesa, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui
penyertaan modal secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
15. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa,
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
atau perolehan hak lainnya yang sah.
16. Barang Milik Desa adalah kekayaan milik Desa berupa barang bergerak dan
barang tidak bergerak.
17. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah Kepala Desa yang
karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan Desa.
18. Uang kas adalah uang milik Pemerintah Desa, baik yang disimpan di

4
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
rekening kas Desa.
19. Persediaan adalah suatu kekayaan berupa barang milik pemerintah
Desayang dinilai dengan uang baik berupa uang kertas maupun surat
berharga dalam periode normal, antara lain kertas segel, materai, deposito,
giro.
20. Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan
yang memerlukan dana yang relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam
satu tahun anggaran.
21. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disingkat
PTPKD adalah unsur Perangkat Desa yang membantu Kepala Desa untuk
melaksanakan pengelolaan keuangan Desa.
22. Kepala Seksi adalah unsur dari pelaksana teknis kegiatan sesuai dengan
bidangnya.
23. Bendahara Desa adalah unsur staf sekretariat Desa yang membidangi urusan
administrasi keuangan untuk menatausahakan keuangan Desa.
24. Pelaksana Kegiatan adalah perseorangan atau tim yang berasal dari unsur
Pemerintah Desa, unsur Lembaga kemasyarakatan Desa, dan/atau
masyarakat yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
25. Rekening Kas Desa adalah rekening tempat menyimpan uang Pemerintah
Desa yang menampung seluruh penerimaan Desa dan digunakan untuk
membayar seluruh pengeluaran Desa pada Bank yang ditetapkan.
26. Penerimaan Desa adalah Uang yang berasal dari seluruh pendapatan Desa
yang masuk ke APB Desa melalui rekening kas Desa.
27. Pengeluaran Desa adalah Uang yang dikeluarkan dari APB Desa melalui
rekening kas Desa.
28. Surplus Anggaran Desa adalah selisih lebih antara pendapatan Desa dengan
belanja Desa.
29. Defisit Anggaran Desa adalah selisih kurang antara pedapatan Desa dengan
belanja Desa.
30. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SILPA adalah
selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu
periode anggaran.
31. Pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan barang
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Desa;
32. Pemeliharaan adalah kegiatan yang dilakukan agar semua aset Desa selalu
dalam keadaan baik dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Desa;

5
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
33. Penyertaan Modal Pemerintah Desa adalah pemindahtanganan aset Desa
yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan
yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal Desa dalam BUMDesa;
34. Lembaga Kemasyarakatan Desa atau disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
merupakan mitra pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat.
35. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang selanjutnya disebut
(Musrenbang Desa) adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan
secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan Desa (pihak
berkepentingan untuk mengatasi permasalahan Desa dan akan terkena
dampak hasil musyawarah) untuk menyepakati rencana kegiatan di Desa 1
(satu) tahunan.
36. Pembangunan Desa adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek
pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap
pengambilan keputusan, maupun indeks pembangunan manusia.
37. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan untuk masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber
daya yang tersedia.
38. Perencanaan Pembangunan adalah suatu proses penyusunan tahapan-
tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan
guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah dalam
jangka waktu tertentu.
39. Perencanaan Pembangunan Desa dimaksud adalah suatu proses
penyusunantahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur
pemangku kepentingan di Desa guna pemanfaatan dan pengalokasian
sumber daya Desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam
suatu Desa dalam jangka waktu tertentu. Wujud Perencanaan Pembangunan
Desa adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana
Kerja Pembangunan Desa.
40. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa selanjutnya disingkat
(RPJMDesa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun
yang memuat arah kebijakan pembangunan Desa, arah kebijakan keuangan
Desa, kebijakan umum, dan program-program Organisasi Perangkat Daerah
(OPD), lintas OPD, dan program prioritas kewilayahan, disertai dengan
rencana kerja.

6
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
41. Rencana Kerja Pemerintah Desa yang selanjutnya disingkat (RKPDesa)
adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan
penjabaran dari RPJM Desa yang memuat rancangan kerangka ekonomi
Desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutakhirkan,
programyang dimuat meliputi 4 (empat) bidang yaitu bidang
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat, rencana kerja dan
pendanaan serta perkiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah Desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan
RPJMDesa.
42. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian
dari RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan
Pemerintah Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban melalui
mekanisme perencanaan pembangunan Daerah.
43. Peraturan Desa (yang selanjutnya disingkat Perdes) adalah peraturan
perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa.

1.4. Tujuan
Tujuan penyusunan Petunjuk Teknis Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan
Pemerintah Desa adalah:
a. Menyediakan acuan yang dapat digunakan berbagai pihak yang terlibat
dalamproses penyelenggaraan pemerintah Desa dan pengelolaan keuangan
Desa;
b. Menyediakan acuan yang dapat digunakan berbagai pihak yang terlibat dalam
proses penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa;
c. Menyediakan acuan yang dapat digunakan berbagai pihak yang terlibat dalam
proses penyusunan APB Desa;
d. Menyediakan instrumen yang dapat digunakan berbagai pihak dalam
penyelenggaraan pemerintah Desa dalam perencanaan, penatausahaan,
pelaksanaan, pelaporan dan pertanggungjawaban;
e. Mendorong Pemerintah Desa meningkatkan kualitas proses penyusunan
dokumen RPJM Desadan RKP Desa;
f. Mendorong Pemerintah Desa meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan
Desa;

7
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
g. Mendorong terwujudnya RPJM Desa dan RKP Desa sebagai dokumen
perencanaan yang penting dan berfungsi secara efektif dalam pelaksanaan
pembangunan Desa, dan
h. Mendorong terwujudnya pengelolaan keuangan sebagai dokumen
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban sebagai proses yang penting dan berfungsi secara
efektif, efisien, transparan dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan
Desa.

8
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
BAB II
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
(RPJMDESA)

2.1. Tujuan
Tujuan penyusunan RPJM Desa adalah:
a. Merumuskan rencana pembangunan Desa yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan keadaan setempat;
b. Sebagai perwujudan visi dan misi Kepala Desa terpilih dalam melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan selama menjabat;
c. Merumuskan arah, tujuan, kebijakan dan strategi pembangunan Desa:
d. Menyelaraskan rencana kegiatan dan anggaran; dan
e. Meningkatkan peran serta masyarakat di Desa dalam proses pembangunan.

2.2. Prinsip Penyusunan RPJM Desa


Penyusunan RPJM Desa dilakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip:
a. Lengkap artinya RPJM Desa mencakup semua aspek pembangunan
masyarakat dan Desa;
b. Cermat artinya data-data dasar diperoleh dan dihimpun secara teliti, objektif
dan dapat dipercaya;
c. Sistematis artinya RPJM Desa disusun berdasarkan alur pemikiran logis dan
sesuai tata susun yang runut;
d. Partisipatif artinya melibatkan semua pihak/pemangku kepentingan secara
aktif dalam proses pembahasan dan pengambilan keputusan;
e. Keterbukaan artinya memberikan akses seluas-luasnya kepada para
pemangku kepentingan untuk mendapatkan informasi dan mengontrol
proses penyusunan RPJM Desa.

2.3. Kaidah Penyusunan RPJM Desa


2.3.1. RPJM Desa sebagai Proses Pemikiran Strategis
RPJM Desa pada hakikatnya adalah dokumen yang menterjemahkan
proses pemikiran strategis menjadi kerangka perencanaan pembangunan
Desa. Dengan demikian, mutu rencana pembangunan Desa ditentukan
sejauh mana dokumen tersebut dapat menampilkan rumusan pemikiran
strategis. Pemikiran strategis dimaksud berkenaan dengan arah dan
tujuan pembangunan Desa, target pencapaian selama periode

9
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
perencanaan serta cara dan langkah-langkah mencapai tujuan. Melalui
proses pemikiran strategis tersebut diharapkan:
a. Tujuan dan sasaran pembangunan Desa yang:
 Konsisten dengan visi dan misi Kepala Desa terpilih.
 Sesuai dengan kaidah penyusunan rencana (Spesifik, Terukur,
Dapat diterima, Realistis dan Jelas kerangka waktunya)
 Sesuai dengan kemampuan Desa untuk melaksanakannya.
b. Arah pembangunan Desa yang dapat dipahami secara jelas oleh
masyarakat
c. Kebijakan pendayagunaan sumber daya dan dana secara terarah dan
efisien
d. Kebijakan untuk menyelaraskan dan memadukan rencana serta
sumberdaya yang tersedia
e. Cara dan langkah yang jelas dan terarah untuk mencapai tujuan

2.3.2. RPJM Desa sebagai Proses Berkelanjutan


RPJM Desa sebagai dokumen perencanaan akan berhasil apabila
dilaksanakan dan diperlakukan sebagai proses yang berkelanjutan.
Dengan demikian, penyusunan maupun pelaksanaan RPJM Desa harus:
a. Berorientasi pada pemberdayaan Masyarakat dan Aparatur
Pemerintahan Desa
b. Dimasyarakatkan dan dikonsultasikan secara berkelanjutan
c. Dapat menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi
d. Dilakukan evaluasi secara berkelanjutan

2.3.3. RPJM Desa sebagai Rangkaian Kegiatan yang Sistematis


Penyusunan RPJM Desa pada dasarnya adalah proses kegiatan sesuatu
tahapan secara sistematis.Tahapan dimaksud adalah
a. Pembentukan tim penyusun RPJM Desa;
b. Penyelarasan arah kebijakan perencanaan Pembangunan Daerah;
c. Pengkajian keadaan Desa;
d. Pembahasan Rancangan Perencanaan Desa melalui musyawarah
Desa;
e. Penyusunan rancangan RPJM Desa;
f. Persetujuan dan penetapan perencanaanDesa melalui musyawarah
perencanaan Pembangunan Desa; dan
g. Penetapan RPJM Desa.

10
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
2.4. Tim Penyusun RPJM Desa
2.4.1. Jumlah anggota dan Unsur Tim Penyusun
Tim Penyusun paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak 11
(sebelas) orang, yang terdiri dari:
a. Kepala Desa selaku Pembina;
b. Sekretaris Desa selaku ketua;
c. Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa(LPMD) selaku
sekretaris; dan
d. Anggota yang berasal dari perangkat Desa, LPMD, Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), dan unsur masyarakat
lainnya.
Tim penyusun tersebut mengikutsertakan keterwakilan perempuan
danditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. (Lampiran 1 Contoh SK
Tim RPJM Desa)

2.4.2. Tugas dan Tanggungjawab Tim Penyusun


Tim penyusun RPJM Desa bertugas dan bertanggungjawab
melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
a. penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten/Kota;
b. pengkajian keadaan Desa;
c. penyusunan rancangan RPJM Desa; dan
d. Penyempurnaan rancangan RPJM Desa.

2.4.3. Masa Tugas


Masa tugas Tim Penyusun terhitung sejak diterbitkannya surat
penetapan Tim Penyusun RPJM Desa oleh Kepala Desa sampai dengan
ditetapkannya Peraturan Desa tentang RPJM Desa oleh Kepala Desa.

2.5. Tahapan Kegiatan Penyusunan RPJM Desa


2.5.1. Penyelarasan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
2.5.1.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kegiatan
Merupakanpenyelarasan arah kebijakan pembangunan Daerah dan atau
untuk mengintegrasikan program dan kegiatan pembangunan Daerah
dengan Pembangunan Desa dengan mengikuti sosialisasi dan/atau
mendapatkan informasi tentang arah kebijakan pembangunan Daerah.
Informasi arah kebijakan pembangunan sekurang-kurangnya meliputi:
a. RPJMDaerah;

11
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
b. Rencana strategis OPD;
c. Rencana umum tata ruang wilayah Daerah;
d. Rencana rinci tata ruang wilayahDaerah; dan
e. Rencana pembangunan kawasan perdesaan.

2.5.1.2. Proses
Kegiatan penyelarasan dilakukan dengan cara :
a. Mendata dan memilah rencana program dan kegiatan pembangunan
Daerah yang akan masuk ke Desa. (Lampiran 2)
b. Pengelompokkan menjadi bidang penyelenggaraan pemerintahan
Desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa dan dituangkan dalam
format daftar rencana program dan kegiatan pembangunan yang
akan masuk ke Desa.
Daftar rencana program dan kegiatan menjadi lampiran hasil pengkajian
keadaan Desa.
2.5.2. Pengkajian Keadaan Desa
2.5.2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kegiatan
Pengkajian keadaan Desa adalah proses penggalian dan pengumpulan
data mengenai keadaan masyarakat, masalah, potensi dan berbagai
informasi terkait, yang menggambarkan secara jelas dan lengkap kondisi
dan dinamika masyarakat Desa.
Pengkajian keadaan Desa meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. penyelarasan data Desa;
 pengambilan data dari dokumen data Desa.
 perbandingan data Desa dengan kondisi Desa terkini.
Data Desa meliputi:
1) Sumber daya alam(Lampiran 3)
2) Sumber daya manusia(Lampiran 4)
3) Sumber daya pembangunan(Lampiran 5)
4) Sumber daya sosial budaya yang ada di Desa(Lampiran 6)
b. Penggalian Gagasan Masyarakat
1) Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk menggali secara objektif, lengkap
dan cermat:
 Potensi Desa,Permasalahan yang dihadapi,
 Kebutuhan masyarakat

12
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
2) Pendekatan dan Metode
Pengkajian keadaan Desa dilakukan secara partisipatif dengan
menggunakan metode P3MD (Perencanaan Partisipatif
Pembangunan Masyarakat Desa)
3) Alat Kaji dan Instrumen
Alat kaji yang digunakan adalah:
(a) Peta Sosial Desa (Lampiran 7)

13
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
(b) Kalender Musim (Lampiran 8)

14
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
(c) Bagan Hubungan Antar Lembaga/Kelembagaan(Lampiran 9).

15
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
4) Proses
 Memfasilitasi masyarakat dalam pertemuan (penggalian
gagasan) di tingkat kelompok atau dusun untuk
menemukenali potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat
dengan menggunakan alat kaji tersebut di atas.(Lampiran 10)
 Memfasilitasi masyarakat dimaksud melakukan
pengelompokan dan penentuan peringkat masalah
 Memfasilitasi masyarakat dimaksud melakukan pengkajian
Tindakan Pemecahan Masalah
 Memfasilitasi masyarakat dimaksud melakukan Penentuan
Peringkat / Prioritas Tindakan
 Penyusunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa disertai
dengan Berita Acara Pelaksanaan Pengkajian Keadaan
Desa(Lampiran 11)
5) Waktu Pelaksanaan
Durasi (lamanya) waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pengkajian keadaan Desa disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan Desa yang bersangkutan

c. Penyusunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa.


1) Proses
 Tim penyusun RPJM Desa menyusun laporan pelaksanaan
pengkajian keadaan Desa(Lampiran 12)

16
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
2) Hasil
 Data Desa yang sudah diselaraskan;
 Data rencana program pembangunan Daerah yang akan
masuk ke Desa;
 Data rencana program pembangunan kawasan perDesaan;
 Rekapitulasi usulan rencana kegiatan PemerintahDesa dari
dusun dan/atau kelompok masyarakat (Lampiran 13)

2.5.3. Penyusunan Rencana Pembangunan PemerintahDesa melalui


musyawarah Desa
2.5.3.1. Ruang Lingkup
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyelenggarakan
musyawarah Desa berdasarkan laporan hasil pengkajian
keadaan Desa.
Agenda Musyawarah meliputi:
 Laporan hasil pengkajian keadaan Desa;
 Rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang
dijabarkan dari visi dan misi Kepala Desa; dan
 Rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan
pemerintahanDesa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa
2.5.3.2. Proses
Pembahasan rencana prioritas kegiatan dilakukan dengan
diskusi kelompok secara terarah yang dibagi berdasarkan
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pembangunan
Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa.
2.5.3.3. Hasil
Hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa dituangkan dalam
berita acara dan menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa
dalam menyusun RPJM Desa (Lampiran 14)
2.5.4. Penyusunan Rancangan RPJM Desa
2.5.4.1. Rancangan RPJM Desa
Rancangan RPJM Desa dimaksud terdiri dari:
Naskah rancangan kebijakan pembangunan DesadanRencana
kegiatan pembangunan Desa.

17
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
2.5.4.2. Sistematika
Naskah rancangan kebijakan pembangunan Desa disusun
sesuai sistematika (Lampiran 15)
2.5.4.3. Perumusan Rencana Kegiatan pembangunan Desa
a. Rencana kegiatan dimaksud disusun sesuai tabel rencana
berdasarkan “bidang”
b. Bidang yang dimaksud dipilah menjadi rencana kegiatan
yang meliputi (1) Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, (2) Pelaksanaan Pembangunan Desa, (3)
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, (4) Pemberdayaan
Masyarakat Desadan (5)Bidang Tak Terduga.
c. Rencana kegiatan dirumuskan dengan menggunakan
bahasa yang lugas dan mudah dimengerti.
d. Rumusan rencana kegiatan bersifat khusus,terukur, dapat
diterima, realistis dan jelas kerangka waktunya
2.5.4.4. Rapat Penyusunan
a. Penyusunan Rancangan RPJM Desa dilakukan dalam
forum Rapat Tim Penyusun
b. Rapat dimaksud dipimpin oleh Pimpinan Rapat yang terdiri
dari seorang Ketua atau sebutan lain, seorang Wakil Ketua
atau sebutan lain dan seorang Sekretaris.
c. Sekretaris Desa karena jabatannya adalah ketua Rapat
Tim Penyusun.
d. Setiap rapat dimaksud membahas agenda yang telah
ditetapkansecara jelas.
e. Agenda dan tatacara rapat dibahas dan disepakati pada
RapatAwalTim Penyusun.
f. Rapat Tim Penyusun dilakukan beberapa kali sampai
tersusunRancangan RPJM Desa yang lengkap dan layak.
g. Rapat dimaksud dipilah menjadi:
(1) Rapat Komisi, dan
(2) Rapat Pleno
h. Rapat Komisi
 Rapat Komisi dimaksud membahas dan menyusun
rencana kegiatan pembangunan Desa

18
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
 Pembentukan Komisi dimaksud memperhatikan
"Bidang” dan disesuaikan dengan jumlah anggota Tim
dan kebutuhan.
 Rapat Komisi dimaksud dipimpin oleh Pimpinan Rapat
Komisi
 Pimpinan Rapat dimaksud terdiri dari seorang Ketua
atau sebutan lain dan seorang Sekretaris
 Pimpinan Rapat dimaksud dipilih dari dan oleh
anggota Komisi secara demokratis.
i. Rapat Pleno
 Rapat Pleno dimaksud membahas dan merumuskan
NaskahKebijakan Pembangunan Desadan
membahas hasil RapatKomisi.
 Rapat Pleno diikuti oleh semua anggota Tim Penyusun

2.5.4.5. Waktu Penyusunan


Penyusunan Rancangan dimaksud dilakukan setelah
Pengkajian Keadaan Desa sampai dengan sebelum
pelaksanaan Musrenbang Pembahasan Rancangan RPJM
Desa.
2.5.4.6. Hasil
a. Kegiatan penyusunan menghasilkan Dokumen Rancangan
(Awal) RPJM Desa(Lampiran 16)
b. Berita Acara Penyusunan Rancangan RPJM Desa(Lampiran
17)
2.5.5. Penyusunan Rencana Pembangunan Desamelalui Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa
2.5.5.1. Forum Pembahasan
a. Rancangan (Awal) RPJM Desa dibahas bersama
masyarakat dalamForum Musrenbang Desa.
b. Musrenbang dimaksud adalah Forum Musrenbang Desa
yang diselenggarakan khusus, 1(satu) kali dalam 6 (enam)
tahun, untuk membahas rancangan (Awal) RPJM Desa.
2.5.5.2. Peserta
Pihak-pihak yang wajib diundang sebagai peserta Musrenbang
Desadimaksud adalah :
• Tim Penyusun

19
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
• Pemerintah Desa,
• BPD, dan
• unsur masyarakat.
2.5.5.3. Proses Pembahasan
Agenda dan proses pembahasan adalah sebagai berikut:
a. Pembukaan dan pengarahan oleh Camat
b. Pemaparan proses penyusunan Rancangan RPJM Desa
olehKepala Desa
c. Pemaparan pokok-pokok materi Rancangan (Awal) RPJM
Desa olehTim Penyusun
d. Tanggapan, masukan dan saran dari peserta Musrenbang
Desa
e. Tanggapan balik Kepala Desa / Tim Penyusun
f. Pembahasan oleh peserta :
 Pembahasan dimaksud dilakukan dalam kelompok-
kelompokdiskusi.
 Jumlah kelompok dimaksud disesuaikan dengan kondisi
dankebutuhan
 Kelompok diskusi dimaksud dipimpin oleh pimpinan
diskusi, yangterdiri dari seorang Ketua dan seorang
sekretaris
 Pimpinan diskusi dipilih dari dan oleh anggota kelompok
diskusi secara demokratis
g. Penyampaian hasil-hasil pembahasan peserta Musrenbang
h. Penjelasan tindak lanjut hasil pembahasan Rancangan
RPJM Desaoleh Kepala Desa
i. Penutupan oleh Kepala Desa
2.5.5.4. Hasil
a. Hasil proses pembahasan dimaksud adalah Rancangan
(Akhir) RPJMDesa
b. Berita Acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Penyusunan Rancangan RPJM(Lampiran 18)
2.5.6. Penetapan dan Perubahan RPJM Desa
2.5.6.1 Penetapan RPJM Desa
a. Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa
melakukan perbaikan dokumen rancangan RPJM Desa

20
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan
Pembangunan Desa
b. Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan
Peraturan Desa tentang RPJM Desa.
c. Kepala Desa menyusun rancangan Peraturan Desa
tentang RPJM Desa
d. Rancangan Peraturan Desa tentang RPJM Desa dibahas
dan disepakati bersama oleh Kepala Desa dan BPD untuk
ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa.
2.5.6.2 Perubahan RPJM Desa
Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa dalam hal:
a. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis
politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang
berkepanjangan; atau
b. terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan/atau
PemerintahKabupaten/Kota.
Perubahan RPJM Desa dibahas dan disepakati dalam
musyawarah perencanaan Pembangunan Desa dan
selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Desa.

2.6. Sumber Dana


Pembiayaan yang timbul dari kegiatan penyusunan RPJM Desa dipenuhi dari
sumber dana APB Desa

21
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
BAB III
PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA
(RKPDESA)

3.1. Tujuan
Penyusunan RKPDesa bertujuan untuk:
a. Menjabarkan RPJM Desa dalam perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun
b. Menetapkan rancangan kerangka ekonomi Desa
c. Menetapkan program dan kegiatan prioritas
d. Menetapkan kerangka pendanaan
3.2. Tim Penyusun
3.2.1. Pembentukan dan Penetapan Tim Penyusun RKP Desa
a. Pembentukan Tim Penyusun dilakukan dalam forum Rapat
PembentukanTim Penyusun RKP Desa yang diselenggarakan oleh
Kepala Desa
b. Tim Penyusun RKP Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa
3.2.2. Jumlah Anggota dan Unsur Tim Penyusun RKP Des
3.2.2.1. Jumlah Anggota Tim Penyusun RKP Desa
Jumlah anggota Tim Penyusun RKP Desa paling sedikit 7
(tujuh) dan paling banyak 11 (sebelas) orang
3.2.2.2. Unsur Tim Penyusun RKP Desa
Tim sebagaimana dimaksud terdiri dari:
a. Kepala Desa selaku Pembina;
b. Sekretaris Desa selaku Ketua;
c. Ketua LPMD sebagai Sekretaris; dan
d. anggota yang terdiri dari unsur:
1. Perangkat Desa;
2. LPMD;
3. KPMD; dan
4. masyarakat.
3.2.3. Waktu
Pembentukan tim penyusun RKP Desa dilaksanakan paling lambat
bulan Juni tahun berjalan
3.2.4. Ruang Lingkup Kegiatan Tim Penyusun RKP Desa
a. Penyusunan Perencanaan Kerja PemerintahDesa melalui musyawarah
Desa;
b. Pembentukan tim penyusun RKP Desa;

22
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
c. Pencermatan pagu indikatif Desa dan penyelarasan program/kegiatan
masuk ke Desa
d. Pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
e. Penyusunan rancangan RKP Desa;
f. Penyusunan RKP Desa melalui musyawarah perencanaan kerja
PemerintahDesa;
g. Penetapan RKP Desa;
h. Pengajuan Daftar Usulan RKP (DU RKP) Desa, sebagai daftar usulan
Desa yang diajukan dalam Musrenbang Kecamatan.

3.3. Tahapan Penyusunan Rancangan RKP Desa


3.3.1. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan
Program/Kegiatan Masuk ke Desa
3.3.1.1. Pengertian dan Ruang Lingkup
Merupakan proses pengamatan, penelaahan dan mencermati
data dan informasi dari Pemerintah Daerah tentang:
a. Pagu indikatif Desa; dan
b. Rencana program/kegiatan Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten yang masuk
ke Desa
3.3.1.2. Proses
Kegiatan Pencermatan Pagu indikatif dilaksanakan dengan
cara:
a. Tim penyusun RKP Desa melakukan pencermatan pagu
indikatif Desa sebagaimana diamanatkan dalam
Permendagri 114 Pasal 34 yang meliputi:
1. Rencana Dana Desa yang bersumber dari APBN;
2. Rencana Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan
bagian dari dana perimbangan yang diterima Daerah;
3. Rencana bagian dari hasil Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah; dan
4. Rencana bantuan keuangan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten
b. Tim penyusun RKP Desa melakukan penyelarasan rencana
program/kegiatan yang masuk ke desa meliputi:

23
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten
Tuban;
2. Rencana program dan kegiatan Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten Tuban;
3. Hasil penjaringan aspirasi masyarakat oleh DPRD
Kabupaten Tuban.
3.3.1.3. Hasil
a. Hasil pada point (1) dituangkan ke dalam format pagu
indikatif Desa(Lampiran 19)
b. Hasil penyelarasan point 2 dan point 3 dituangkan ke
dalam format kegiatan pembangunan yang masuk ke
Desa. (Lampiran 20)

3.3.2. Pencermatan Ulang Dokumen RPJM Desa


Tim penyusun RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana
kegiatan Pemerintah Desa untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya
sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJM Desa.

3.3.3. Penyusunan Rancangan RKP Desa


3.3.3.1. Pedoman atau Acuan Penyusunan rancangan RKP Desa
meliputi:
a. hasil kesepakatan musyawarah Desa;
b. pagu indikatif Desa;
c. pendapatan asli Desa;
d. rencana kegiatan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten;
e. jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD;
f. hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
g. hasil kesepakatan kerjasama antar Desa; dan
h. hasil kesepakatan kerjasama Desa dengan pihak ketiga.
3.3.3.2. Penyusunan daftar usulan pelaksanaan kegiatan Desa sesuai
jenisrencana kegiatan
3.3.3.3. Rancangan RKP Desa
Rancangan RKP Desa dimaksud terdiri dari:
(1) Naskah Rancangan RKPDesa
(2) Rencana Kerja PemerintahDesa(Lampiran 21)

24
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
3.3.3.4. Sistematika
Naskah rancangan kebijakan Rencana Kerja Pemerintah Desa
disusun sesuai sistematika yang berlaku(Lampiran 22)
3.3.3.5. Perumusan Rencana Kerja PemerintahDesa
a. Rancangan RKP Desa paling sedikit berisi uraian:
1. Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;
2. Prioritas program, kegiatan, dan anggaran yang dikelola
oleh Desa;
3. Prioritas program, kegiatan, dan anggaran yang dikelola
melalui kerja sama antar-Desa dan pihak ketiga;
4. Rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang
dikelola oleh Desa sebagai kewenangan penugasan dari
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten; dan
5. Pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur
perangkat Desa dan/atau unsur masyarakat Desa.
b. Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan
RKP Desa dan dilampiri dengan dokumenRencana
Anggaran Dan Biaya (RAB Awal)(Lampiran 23)
c. Tim penyusun RKP Desa menyusun usulan prioritas
program dan kegiatan Pembangunan Desa dan
pembangunan kawasan perdesaan kepada Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan/atau Pemerintah Daerah
dan dituangkan dalam rancangan daftar usulan RKP Desa
3.3.3.6. Rapat Penyusunan
a. Penyusunan Rancangan RKP Desa dilakukan dalam forum
Rapat Tim Penyusun(Lampiran 24)
b. Rapat dimaksud dipimpin oleh Pimpinan Rapat yang terdiri
dari Ketuadan Sekretaris.
c. Sekretaris Desasebagai ketua Rapat Tim Penyusun, Ketua
LPMD sebagai Sekretaris Rapat Tim Penyusun
d. Setiap rapat dimaksud membahas agenda yang telah
ditetapkan secara jelas.
e. Agenda dan tata cara rapat dibahas dan disepakati pada
Rapat Awal Tim Penyusun.
f. Rapat Tim Penyusun dilakukan beberapa kali sampai
tersusun Rancangan RKP Desa yang lengkap dan layak.

25
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
3.3.3.7. Waktu Penyusunan
Penyusunan Rancangan dimaksud dilakukan selambat-
lambatnya pada akhir bulan September sebelum pelaksanaan
Musrenbang Desa.
3.3.3.8. Hasil
Kegiatan penyusunan menghasilkan :
a. Berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RKP Desa
melalui musyawarah Desa(Lampiran 25)
b. Dokumen rancangan RKP Desa
c. Rancangan Daftar Usulan RKP Desa(Lampiran 26)

3.3.4. Penyusunan dan Penetapan RKP Desa Melalui Musyawarah


Perencanaan Pembangunan Desa
3.3.4.1. Forum Pembahasan
a. Rancangan (Awal) RKP Desa dibahas bersama masyarakat
dalam Forum Musrenbang Desa.
b. Musrenbang dimaksud adalah Forum Musrenbang Desa
yang diselenggarakan khusus, 1(satu) kali dalam 1 (Satu)
tahun, untuk membahas rancangan (Awal) RKP Desa.
3.3.4.2. Peserta
Pihak-pihak yang wajib diundang sebagai peserta Musrenbang
Desa dimaksud adalah :
• Tim Penyusun
• Pemerintah Desa,
• BPD, dan
• unsur masyarakat.
3.3.4.3. Proses Pembahasan
Agenda dan proses pembahasan adalah sebagai berikut:
a. Pembukaan dan pengarahan oleh Camat
b. Pemaparan proses penyusunan Rancangan RKP Desa oleh
Kepala Desa
c. Pemaparan pokok-pokok materi Rancangan (Awal) RKP
Desa oleh Tim Penyusun
d. Tanggapan, masukan dan saran dari peserta Musrenbang
Desa

26
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
e. Tanggapan balik oleh Tim Penyusun
f. Pembahasan oleh peserta
 Pembahasan dimaksud dilakukan dalam kelompok-
kelompok diskusi sesuai bidang masing-masing (4
Bidang).
 Masing-masing kelompok diskusi menentukan skala
prioritas kegiatan
 Kelompok diskusi dimaksud dipimpin oleh pimpinan
diskusi, yang terdiri dari seorang Ketua dan seorang
sekretaris.
 Pimpinan diskusi dipilih dari dan oleh anggota kelompok
diskusi secara demokratis.
g. Penyampaian hasil-hasil pembahasan peserta Musrenbang
h. Penjelasan tindak lanjut hasil pembahasan Rancangan RKP
Desa oleh Kepala Desa
i. Penutupan oleh Kepala Desa

3.3.4.4. Hasil
Hasil proses pembahasan dimaksud adalah :
a. Rancangan (Akhir) RKP Desa
b. Berita Acara Musrenbang Desa Penyusunan
RKPDesa(Lampiran 27)

3.3.5 Penetapan dan Perubahan RKP Desa


3.3.5.1 Penetapan RKP Desa
a. Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RKPDesa
melakukan perbaikan dokumen rancangan RKPDesa
berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan
Pembangunan Desa
b. Rancangan RKPDesa menjadi lampiran rancangan
Peraturan Desa tentang RKPDesa.
c. Kepala Desa menyusun rancangan Peraturan Desa tentang
RKPDesa
d. Rancangan Peraturan Desa tentang RKPDesa dibahas dan
disepakati bersama oleh Kepala Desa dan BPD untuk
ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RKPDesa.

27
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
3.3.5.2 Perubahan RKP Desa
Kepala Desa dapat mengubah RKPDesa dalam hal:
a. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik,
krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang
berkepanjangan; atau
b. terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan/atau Pemerintah Daerah.
Perubahan RKPDesa dibahas dan disepakati dalam musyawarah
perencanaan Pembangunan Desa dan selanjutnya ditetapkan
dengan Peraturan Desa.

3.4. Sumber Dana


Pembiayaan yang timbul dari kegiatan penyusunan RKP Desa dibebankan dari
APB Desa.

28
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
BAB IV

PERENCANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

4.1 Pengertian
Rangkaian Kegiatan untuk merencanakan, memperkirakan / melakukan penaksiran,
atas pendapatan dan belanja untuk kurun waktu 1 (satu) tahun anggaran. APB Desa
meliputi :

1. Pendapatan Desa;
2. Belanja Desa; dan
3. Pembiayaan Desa.

4.1.1 Pendapatan Desa


Pendapatan Desa diklasifikasikan menurut kelompok pendapatan dan jenis
pendapatan, kode rekening dalam APB Desa maksimal terdiri dari 5 (lima) digit,
yaitu :

Digit “1” adalah Akun Pendapatan;

Digit “2” adalah Kelompok Pendapatan;

Digit “3” adalah Jenis Pendapatan;

Digit “4” adalah Rincian Jenis Pendapatan; dan

Digit “5” adalah Sub Rincian Jenis Pendapatan.

Pendapatan desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa


yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu
dibayar kembali oleh desa. Pendapatan Desa terdiri atas kelompok (digit ke 2) :
1.1 Pendapatan Asli Desa (PADes)

1.1.1 Hasil Usaha Desa;


1.1.2 Hasil Aset;
1.1.3 Swadaya, Partisipasi dan Gotong-royong; dan
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang sah
1.2 Pendapatan Transfer
1.2.1 Dana Desa
1.2.2 Bagian dari Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
1.2.3 Alokasi Dana Desa (ADD)
1.2.4 Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi
1.2.5 Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten

29
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
1.3 Pendapatan lain-lain
1.3.1 Hibah dan Sumbangan dari Pihak Ketiga yang tidak mengikat
1.3.2 Lain-lain Pendapatan Desa yang Sah

4.1.2 Belanja Desa

Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang


merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam
rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan Desa.
Belanja Desa diklasifikasikan menurut Kelompok, Kegiatan, dan Jenis.
Kelompok belanja terdiri dari Bidang :
1. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (2.1.)
2. Pelaksanaan Pembangunan Desa (2.2.)
3. Pembinaan Kemasyarakatan Desa (2.3.)
4. Pemberdayaan Masyarakat Desa (2.4.)
5. Belanja Tak terduga (2.5.)

Kelompok belanja tersebut dibagi dalam kegiatan yang disusun sesuai


program. Kode Program adalah digit ke-3 setelah kode akun belanja dan kode
kemlompok belanja sesuai urutan dalam lampiran Peraturan Bupati Tuban
tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Kode Program adalah digit ke-4 setelah
sesuai urutan dalam lampiran Peraturan Bupati Tuban tentang Pengelolaan
Keuangan Desa dan dapat dijabarkan dengan menggunakan ekspresi kegiatan.
Kode Rekening Belanja dalam lampiran Peraturan Desa tentang APB Desa
dicantumkan sampai dengan digit ke-4 dan dapat ditambah ekspresi kegiatan.
Contoh: pengisian Kode Rekening Belanja dalam Peraturan Desa tentang
APB Desa
KODE
URAIAN ANGGARAN
REKENING
2 BELANJA
2 X Kelompok Belanja (bidang)
2 X X Program
2 X X X Kegiatan
2 X X X - Ekspresi Kegiatan
2 X X X - Ekspresi Kegiatan

Sedangkan Kode Rekening Belanja dalam lampiran Peraturan Kepala Desa


tentang Penjabaran APB Desa dicantumkan sampai dengan digit ke-5 yang
merupakan jenis belanja.

30
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
Jenis belanja yaitu:
1. Pegawai;
2. Barang dan Jasa; dan
3. Modal.

Contoh: pengisian Kode Rekening Belanja dalam Peraturan Kepala Desa tentang
Penjabaran APB Desa
KODE
URAIAN ANGGARAN
REKENING
2 BELANJA
2 X Kelompok Belanja (bidang)
2 X X Program
2 X X X Kegiatan
2 X X X - Ekspresi Kegiatan
2 X X X 1 Pegawai
2 X X X 2 Barang Jasa
2 X X X 3 Modal
2 X X X - Ekspresi Kegiatan
2 X X X 1 Pegawai
2 X X X 2 Barang Jasa
2 X X X 3 Modal
2 X X X Kegiatan
2 X X X 1 Pegawai
2 X X X 2 Barang Jasa
2 X X X 3 Modal

4.1.3 Pembiayaan Desa

Pembiayaan Desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali


dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

3.1 Penerimaan Pembiayaan

3 1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
3 1 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun
Sebelumnya
3 1 1 01 Pelampauan Penerimaan Pendapatan Terhadap Belanja
3 1 1 02 Penghematan Belanja
3 1 1 03 Sisa Dana Kegiatan Lanjutan
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan

31
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
Keterangan :

1. Silpa adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran


selama satu periode anggaran, yang meliputi :
a. Pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja mencakup
penerimaan PAD, ADD, BHPR, DD, pendapatan lain-lain yang sah.
b. Penghematan belanja merupakan selisih lebih antara rencana dan realisasi
anggaran biaya kegiatan
c. Sisa dana kegiatan lanjutan adalah anggaran kegiatan yang belum
terserap di akhir tahun dikarenakan kegiatan belum terselesaikan.
2. Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan pencairan dana
cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas desa dalam tahun
anggaran berkenaan
3. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan digunakan antara lain untuk
menganggarkan hasil penjualan BUM Desa dan penjualan aset milik
pemerintah desa.

3.2 Pengeluaran Pembiayaan

3 2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
3 2 1 Pembentukan Dana Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal

Keterangan :
1. Pembentukan dana cadangan digunakan untuk mendanai kegiatan yang
penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam
satu tahun anggaran. Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan
peraturan desa yang ditetapkan sebelum penetapan APB Desa. Peraturan
Desa tersebut mencakup tujuan pembentukan dana cadangan, program dan
kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan rincian
tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening
dana cadangan, sumber dana cadangan, dan tahun anggaran pelaksanaan
dana cadangan. Dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas
penerimaan desa, kecuali dari dana alokasi khusus dan Dana Desa. Dana
cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.
2. Penyertaan modal merupakan pemindahtanganan aset desa yang semula
merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang
dipisahkan untuk diperhitungkan menjadi modal desa dalam BUM Desa.

32
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
4.2 Tahapan Perencanaan APB DESA
Dalam menyusun APBDesa, ada beberapa ketentuan yang harus dipatuhi:

1. APBDesa disusun berdasarkan RKPDesa yang telah ditetapkan dengan Peraturan


Desa.
2. APB Desa disusun untuk masa 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari
sampai 31 Desember.
3. Rancangan APB Desa harus dibahas dan disepakati bersama dengan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD).
4. APB Desa dapat disusun sejak bulan Oktober dan ditetapkan selambat-lambatnya
pada 31 Desember dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.

4.2.1 Tahapan Penyusunan


Rangkaian kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa terdiri
dari:

1. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa


berdasarkan RKP Desa tahun berkenaan.
2. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dilengkapi dengan lampiran rincian
APB Desa.
3. Rancangan Peraturan Kepala Desa tentang Penjabaran APB Desa dilengkapi dengan
lampiran penjabaran APB Desa.
4. Sekretaris Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa
kepada Kepala Desa.
5. Rancangan Peraturan Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada
masyarakat desa dan dapat dikonsultasikan kepada Camat untuk mendapatkan
masukan.
6. Rancangan Peraturan Desa yang dikonsultasikan diutamakan kepada masyarakat
atau kelompok masyarakat yang terkait langsung dengan substansi materi
pengaturan.
7. Masukan dari masyarakat desa dan/atau Camat digunakan Pemerintah Desa untuk
tindak lanjut proses penyusunan rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa.
8. Rancangan Peraturan Desa yang telah dikonsultasikan disampaikan oleh Kepala
Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama.
9. BPD mengundang Kepala Desa untuk membahas dan menyepakati rancangan
Peraturan Desa.
10. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disepakati bersama
disampaikan oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada Kepala Desa.

33
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
4.2.2 Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa
Tahap Evaluasi Rancangan Peraturan Desa Tentang APB Desa dijelaskan sebagaimana
dibawah ini:

1. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disepakati bersama dan
Rancangan Peraturan Kepala Desa tentang Penjabaran APB Desa disampaikan oleh
Kepala Desa kepada Camat paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk
dievaluasi.
2. Camat menetapkan hasil evaluasi Rancangan APB Desa paling lama 20 (dua puluh)
hari sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dan ditetapkan
dalam Surat Keputusan Camat.
3. Dalam hal Camat tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu sebagaimana
dimaksud maka Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.
4. Dalam hal Camat menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APB Desa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7
(tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
5. Kepala Desa dapat mengundang BPD untuk meyempurnakan atau memperbaiki
rancangan peraturan Desa dan tindaklanjut hasil penyempurnaan disampaikan
Kepala Desa kepada Camat.
6. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap
menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan Desa,
Camat membatalkan Peraturan Desa tersebut dan melaporkannya kepada Bupati.
7. Pembatalan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud sekaligus menyatakan
berlakunya pagu APB Desa tahun anggaran sebelumnya, dan Kepala Desa hanya
dapat melakukan pengeluaran terhadap program 2.1.01 Operasional
Pemerintahan Desa dalam APB Desa.
Mekanisme evaluasi APB Desa di bahas khusus pada BAB Panduan Evaluasi
Rancangan Peraturan APB Desa dan Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan
APB Desa

34
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
4.2.3 Penetapan Peraturan Desa tentang APB Desa
Rancangan Peraturan Desa yang telah disepakati dan dievaluasi wajib ditetapkan oleh
Kepala Desa menjadi Peraturan Desa, dengan mekanisme pelaksanaan penetapan
peraturan Desa tentang APB Desa dibawah ini:

1. Peraturan Desa yang telah ditetapkan (dibubuhi tanda tangan dan cap stempel)
disampaikan kepada Sekretaris Desa untuk diundangkan dalam Lembaran Desa.
2. Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum
mengikat sejak diundangkan.

35
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
BAB V
PENGADAAN BARANG DAN JASA

5.1. Pelaksanaan
5.1.1. Tim Pelaksana Kegiatan
a. Tupoksi
Pelaksana Kegiatan dapat terdiri dari Pejabat Pelaksana Kegiatan (PPK) atau
Tim Pelaksana Kegiatan (TPK). Pejabat Pelaksana Kegiatan melaksanakan
kegiatan terkait dengan Program yang ditangani operasional pemerintahan
Desa dan bidang lain yang bersifat penyaluran (Operasional LPMD,
Operasional PKK, Operasional Karangtaruna, Operasional Posyandu,
Operasional Pokja Penanggulangan kemiskinan, Operasional Perlindungan
Masyarakat (Linmas)), Penyelenggaraan rapat-rapat/ musyawarah desa/
pemberian santunan dan bantuan sosial dan lain lain, yang dijabat oleh
seorang Perangkat Desa.
Tim Pelaksana Kegiatan melaksanakan kegiatan di luar operasional
pemerintahan Desa. Keanggotaan Tim Pelaksana Kegiatan terdiri dari
Pengarah, Ketua, Sekretaris dan anggota. Keanggotaan Tim Pelaksana
Kegiatan diketuai oleh Kepala Seksi yang membidangi / Kepala Dusun/
Perangkat Desa lainnya . Tugas Pelaksana Kegiatan antara lain :
1) menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya;
2) melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan di dalam APB Desa;
3) melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban
anggaran belanja kegiatan;
4) mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
5) melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa;
dan
6) menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan
kegiatan
b. Persyaratan
Untuk ditetapkan sebagai Pelaksana Kegiatan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) memiliki integritas, disiplin, dan bertanggungjawab dalam melaksanakan
tugas;
2) mampu mengambil keputusan, serta tidak pernah terlibat Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme;

36
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
3) tidak menjabat sebagai Sekretaris Desa dan bendahara di Pemerintah
Desa; dan
4) memiliki kemampuan kerja secara berkelompok dalam melaksanakan
setiap tugas/pekerjaannya.
Untuk membantu pelaksanaan tugas, TPK dapat menggunakan tenaga
ahli/teknis/profesional yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil atau Swasta
sesuai dengan keahlian di bidangnya. Tenaga ahli/teknis/profesional
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. TPK dilarang mengadakan ikatan
perjanjian atau menandatangani Perjanjian dengan Penyedia Barang/Jasa
apabila Perdes APBDesa belum ditetapkan dan belum tersedia anggaran
dalam rekening Kas Desa.
c. Pembentukan dan Penetapan
Pemerintah Desa membentuk Pelaksana Kegiatan yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa. Dalam satu Kegiatan dapat terdiri dari satu atau
lebih TPK sesuai ekspresi kegiatan dengan mempertimbangkan kewilayahan,
pemerataan, keterlibatan masyarakat dan efektifiktas pengawasan pekerjaan.
Pelaksana Kegiatan dalam melaksanakan kegiatan diberikan honorarium
sesuai jenis kegiatan yang dilaksanakan.
5.2. Pengadaan Barang dan Jasa
5.2.1. Pengertian
Pengadaan Barang dan Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa
oleh Pemerintah Desa, baik dilakukan dengan cara Swakelola maupun melalui
Penyedia Barang/Jasa
5.2.1.1. Prinsip
b. Pengadaan Barang dan Jasa dilakukan dengan cara Swakelola oleh
Pemerintah Desa dengan melibatkan seluruh masyarakat Desa dengan
semangat gotong royong, memanfaatkan kearifan lokal, serta
memaksimalkan penggunaan material/bahan dari wilayah setempat, untuk
memperluas kesempatan kerja dan pemberdayaan masyarakat setempat.
c. Pengadaan Barang/Jasa di Desayang tidak dapat dilaksanakan secara
swakelola, baik sebagian maupun keseluruhan, dapat dilaksanakan oleh
penyedia Barang/Jasa yang dianggap mampu.
5.2.1.2. Pelaku Kegiatan Barang dan Jasa
a. Tim Pelaksana Kegiatan
Tim Pelaksana Kegiatan berkewajiban :

37
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
1. Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) berdasarkan standar harga
satuan yang ada atau harga pasar setempat yang dibuktikan dengan
survey harga setempat.(Lampiran 28)
2. Menetapkan spesifikasi teknis barang/jasa, Rencana Kerja, Gambar
Rencana (bila diperlukan).
3. Menetapkan Penyedia Barang/Jasa, rancangan Perjanjian, menanda
tangani Perjanjian, menyimpan dan menjaga keutuhan dokumen
pengadaan Barang/Jasa.
4. Melaporkan semua kegiatan dan menyerahkan hasil Pengadaan
Barang/Jasa kepada Kepala Desa dengan disertai Berita Acara Serah
Terima Hasil Pekerjaan.
5. Atas nama bendahara, dapat melakukan pembayaran kepada penyedia
barang dan jasa.
b. Penyedia Barang dan Jasa
Penyedia Barang dan Jasa Berkewajiban :
1. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan
kegiatan/usaha, dan sanggup untuk menyediakan Barang/Jasa.
2. Membuktikan Tidak masuk dalam daftar hitam, tidak dalam pengawasan
pengadilan, tidak pailit atau kegiatan tidak sedang dihentikan, yang
dibuktikan dengan surat pernyataan kebenaran usaha yang
ditandatangani Penyedia Barang/Jasa.(Lampiran 29)
3. Menandatangani Pakta Integritas dan memiliki alamat tetap dan jelas
serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman.(Lampiran 30)
4. Meminta untuk dilakukan pemeriksaan barang/jasa yang telah
disediakan, atau terlaksana kepada panitia penerima hasil
pekerjaan/pelaksana kegiatan.(Lampiran 31, 32)
5. Mengajukan surat permintaan pembayaran kepada tim pelaksana
kegiatan atas selesainya pekerjaan. (Lampiran 33)
c. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan /PPHP
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan berkewajiban :
1. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasauntuk
nilai di atas Rp 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah)
sesuaidenganketentuanyangtercantum dalam Dokumen Perjanjian, yang
dituangkan di dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan.
2. Menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui
pemeriksaan/pengujian.(Lampiran 34)

38
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
3. Membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.(Lampiran 35)

5.2.1.3. Klasifikasi dan mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa


a. Pengadaan Barang dan Jasa< 50 juta
1. TPK membeli Barang/Jasa kepada 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa
2. Pembelian dilakukan tanpa permintaan penawaran tertulis dari TPK dan
tanpa penawaran tertulis dari Penyedia Barang/Jasa
3. TPK melakukan negosasi (tawar menawar) secara langsung di tempat
kepada penyedia Barang/Jasa
4. Penyedia Barang/Jasa memberikan bukti transaksi berupa nota, faktur
pembelian, atau kuitansi untuk dan atas nama TPK

b. Pengadaan Barang dan Jasa 50 s/d 200 juta


1. TPK membeli Barang/Jasa kepada 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa
2. TPK melakukan permintaan penawaran secara tertulis dari Penyedia
Barang/Jasa dengan dilampiri daftar barang/jasa (rincian barang/jasa
atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan).
3. Penyedia Barang/Jasa menyampaikan penawaran tertulis pada form yang
telah disediakan oleh TPK yang berisikan daftar barang/jasa. (Lampiran
36, 37, 38)
4. TPK melakukan negosiasi dengan penyedia Barang/Jasa untuk
memperoleh harga yang lebih murah tetapi tidak mengurangi jumlah &
kualitas barang/jasa yang diadakan serta tidak memperpanjang masa
penyerahan barang atau penyelesaian pekerjaan, bukti negosiasi (tawar
menawar) berupa berita acara hasil negosiasi.(Lampiran 39)
5. Ketua TPK dan Penyedia Barang/Jasa menandatangani surat perintah
kerja (SPK).(Lampiran 40)
6. TPK mengumumkan data pekerjaan dan penyedia barang/jasa terpilih di
papan pengumuman Kantor Desa dan papan/tempat berkumpulnya
warga.(Lampiran 41)
c. Pengadaan Barang dan Jasa >200 juta
1. TPK mengundang dan meminta 2 (dua) penawaran secara tertulis dari 2
(dua) Penyedia Barang/Jasa yang berbeda dilampiri dengan daftar
barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume,
dan satuan) dan spesifikasi teknis barang/jasa.

39
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
2. Penyedia Barang/Jasa menyampaikan penawaran secara tertulis yang
berisi daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup
pekerjaan, volume, dan satuan) dan harga.
3. TPK menilai pemenuhan spesifikasi teknis barang/jasa terhadap kedua
Penyedia Barang /Jasa yang memasukkan penawaran. Apabila spesifikasi
teknis barang/jasa yang ditawarkan.
 dipenuhi oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka dilanjutkan
dengan proses negosiasi secara bersamaan;
 apabila dipenuhi oleh salah satu Penyedia Barang/Jasa, maka TPK
tetap melanjutkan negosiasi kepada Penyedia Brang/Jasa yang
memenuhi spesifikasi teknis tersebut; dan
 jika tidak dipenuhi oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka TPK
membatalkan proses pengadaan
4. TPK melakukan negosiasi (tawar menawar) untuk memperoleh harga
yang lebih murah di antara kedua Penyedia Barang/Jasa tetapi tidak
mengurangi jumlah dan kualitas barang/jasa yang diadakan serta tidak
memperpanjang masa penyerahan barang atau penyelesaian
pekerjaan.Bukti negosiasi (tawar menawar) berupa berita acara Hasil
negosiasi.
5. Ketua TPK dan Penyedia Barang/Jasa menandatangani Perjanjian.
(Lampiran 42)
6. TPK mengumumkan data pekerjaan dan penyedia barang/jasa terpilih di
papan pengumuman Kantor Desa dan papan/tempat berkumpulnya
warga. (Lampiran 43)
5.3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pengertian Pelaksanaan
Pelaksanaan Swakelola oleh Pelaksana Kegiatan meliputi kegiatan persiapan,
pelaksanaan, pengawasan, penyerahan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban hasil pekerjaan.
Khusus untuk pekerjaan konstruksi tidak sederhana, yaitu pekerjaan
konstruksi yang membutuhkan tenaga ahli dan/atau peralatan berat, tidak
dapat dilaksanakan dengan cara swakelola
b. Ruang Lingkup Dan Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Pelaksana Kegiatan sesuai dengan kegiatan
yang telah ditetapkan di dalam APB Desa Tahun Berjalan.
c. Tahapan Pelaksanaan:
4. Perencanaan

40
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
Rencana Pelaksanaan Swakelola meliputi:
1. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
2. Rencana (penataan tenaga kerja) penggunaan tenaga
kerja(Lampiran44)
3. Rencana Pengunaan Kebutuhan bahan. (lampiran 45)
4. Rencana Penggunaan kebutuhan peralatan. (lampiran 46)
5. Khusus pekerjaan konstruksi, menetapkan gambar rencana kerja
sederhana/sketsa (bila diperlukan). (lampiran 47)
6. Spesifikasi teknis (apabila diperlukan)
7. Perkiraan Biaya (RAB).
5. Pelaksanaan
Pelaksana Kegiatan melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanan
yang telah disusun dan diverifikasi oleh Sekretaris Desa serta disahkan
oleh Kepala Desa. Pelaksana Kegiatan dapat mengajukan pendanaan/
Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa. Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) tidak boleh dilakukan sebelum barang
dan/atau jasa diterima. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
terdiri atas :
a) surat Permintaan Pembayaran (SPP); (lampiran 48)
b) pernyataan tanggungjawab belanja; dan
c) lampiran bukti transaksi.
Pelaksana Kegiatan bertanggung jawab terhadap tindakan pengeluaran
yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan
mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di Desa.
6. Serah Terima Kegiatan
TPK wajib memonitoring atas kemajuan fisiksemua kegiatan pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya, selanjutnya dievaluasi setiap minggu.
TPK wajib mempertanggung jawabkan realisasi keuangan dan realisasi
fisik pekerjaan yang menjadi kewajibannya. TPK wajib membuat dan
menyampaikan pertanggungjawaban hasil pekerjaan/kegiatan kepada
Kepala Desa selaku PKPK Desa.

41
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
BAB VI
PENATAUSAHAAN

6.1. PENGERTIAN
Penatausahaan/Pembukuan merupakan kegiatan pencatatan transaksi keuangan
yang berakibat penerimaan dan pengeluaran dalam satu tahun
anggarandilakukan oleh bendahara Desa.

6.2. LINGKUP PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA


A. Penatausahaan Penerimaan
a. Prosedur Penerimaan Melalui Bendahara
1. Pihak ketiga/penyetor mengisi Surat Tanda Setoran (STS)/Tanda
bukti lain
2. Bendahara Desa menerima uang dan mencocokan dengan STS/tanda
bukti lainnya
3. Bendahara Desa mencatat semua penerimaan kedalam Buku kas
Umum dan Buku kas tunai (Jika ada)
4. Bendahara Desa menyetor penerimaan ke rekening kas Desa
5. Bukti setoran dan bukti penerimaan lainnya harus diarsipkan secara
tertib
b. Prosedur Penerimaan Melalui Bank
1. Penunjukan Bank yang ditetapkan sebagai rekening Kas (Giro) Desa
2. Pihak ketiga/penyetor mengisi STS/Tanda bukti lain
3. Dokumen yang digunakan oleh bank meliputi: (a) STS/slip setoran,
(b) Bukti penerimaan lain yang syah
4. Pihak ketiga/penyetor menyampaikan bukti peyetoran/slip setoran
bank kepada bendahara Desa.
5. Bendahara Desa mencatat di Buku Kas Umum dan Buku Bank
berdasarkan bukti penyetoran/slip setoran bank
c. Prosedur Penerimaan Melalui Petugas Pemungut
1. Kepala Desa menetapkan petugas pemungut
2. Penyetor mengisi STS/Tanda bukti lainnya sesuai ketentuan yang
berlaku
3. Petugas pemungut menerima uang sesuai yang tercantum dalam
STS/tanda bukti lainnya

42
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
4. Petugas Pemungut dapat menyetorkan penerimaan melalui
Bendahara Desa
5. Petugas Pemungut menyampaikan pemberitahuan penyetoran
kepada Kepala Desa
6. Bendahara Desa mencatat semua penerimaan yang disetor melalui
Bank
B. Penatausahaan Pengeluaran
a. Penerbitan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
1. Pelaksana Kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan
kegiatan harus disertai dengan dokumen antara lain Rencana
Anggaran Biaya.
2. Rencana Anggaran Biaya selanjutnya disingkat RAB, di verifikasi oleh
Sekretaris Desa dan di sahkan oleh Kepala Desa.
3. Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan
pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja
kegiatan dengan mempergunakan buku kas pembantu kegiatan
(BKPK) sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di Desa.
4. Berdasarkan RAB, pelaksana kegiatan mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa.
5. Surat Permintaan Pembayaraan (SPP), tidak boleh dilakukan sebelum
barang dan atau jasa diterima.
6. Pengajuan SPP, Terdiri atas:
a) Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
b) Pernyataan Tanggungjawab Belanja (PTB)
c) Surat Pertanggungjawaban Belanja (SPJ/Bukti Transaksi)
7. Dalam pengajuan pelaksanaan pembayaran, sekretaris Desa
berkwajiban untuk:
a) Meneliti kelengkapan permintaan pembayaran diajukan oleh
pelaksana kegiatan
b) Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBDesa
yang tercantum dalam permintaan pembayaran.
c) Menguji ketersediaan dana untuk kegiatan yang dimaksud
d) Mengembalikan atau menolak pengajuan permintaan
pembayaran oleh pelaksana kegiatan apabila tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
8. Berdasarkan SPP yang telah diverifikasi Sekretaris Desa, Kepala Desa
dapat menyetujui permintaan pembayaran dan memerintahkan

43
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
(mengeluarkan surat perintah membayar) bendahara Desa untuk
melakukan pembayaran.

b. Pertanggungjawaban Penggunaan Dana (SPJ).


Terhadap pembayaran yang telah dilakukan, bendahara Desa wajib
melakukan pengadministrasian/pencatatan pengeluaran
6.3. ALUR PENATAUSAHAAN
Alur Pencatatan Administrasi Bendahara Desa

6.4. JENIS DOKUMEN DAN BUKUDALAM PENATAUSAHAAN


6.4.1. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
Merupakan dokumen yang yang diajukan oleh pelaksana
kegiatan.(Lampiran 48)
 Ketentuan umum pengisian SPP:
1. Surat Permintaan Pembayaran hanya bisa digunakan untuk 1
kegiatan dan tidak diperbolehkan melakukan penggabungan
beberapa kegiatan;
2. Dalam uraian harus diuraikan berdasarkan Jenis Kegiatan,
Rincian Belanja yang sesuai dengan dan atau mengacu pada
dokumen RAB;
3. Pengisian Pagu Anggaran berdasar/sesuai pada RAB dan atau
APBDesa;
4. Pencairan sampai dengan yang lalu merupakan akumulasi atas
pencairan sebelumnya;

44
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
5. pencairan saat ini merupakan pencairan berdasarkan (SPP) yang
telah diverifikasi oleh Sekretaris Desa;
6. Jumlah sampai dengan saat ini merupakan penambahan atas
pencairan sampai dengan lalu dengan pencairan saat ini;
7. Sisa merupakan selisih antara Pagu anggaran dengan jumlah
sampai dengan saat ini;
8. Apabila terdapat sisa diakhir pembayaran maka, sisa tersebut
menjadi SILPA tahun berjalan.
6.4.2. Surat Perintah Membayar (SPM)
Merupakan dokumen yang digunakan / diterbitkan oleh Kepala Desa atas
beban pengeluaran Anggaran Kegiatan.(Lampiran 49a)
 Ketentuan umum pengisian SPM
1. Surat Perintah Membayar bisa dipergunakan atau diperuntukan
lebih dari 1 Kegiatan/SPM Kolektif (Lampiran 49b)
2. Dalam pengisian kode rekening dan uraian harus sesuai dengan
Kode rekening APBDesa dan RAB dan dengan uraian lengkap dan
sama.
3. Dalam pengisian besarnya merupakan akumulasi (jika
merupakan SPM Gabungan), pengajuan saat ini pada kolom SPP.
6.4.3. Pernyataan Tanggungjawab Belanja (PTB)
 Merupakan dokumen yang digunakan mencatat atau merekap beban
pengeluaran yang sudah terjadi berdasarkan bukti
pembayaran/Kwitansi (Lampiran 50)
 Ketentuan umum pengisian PTB
1. Pengisian Bidang dan Kegiatan mengacu atau sesuai dengan
kode rekening APBDesa dan RAB
2. Pernyataan tanggungjawab belanja mengacu pada bukti
pengeluaran yang sah di Pelaksana Kegiatan
3. Penerima adalah pihak ke tiga/toko dan atau pelaksana kegiatan.
4. Pengisian Uraian berdasar pada transaksi keuangan yang terjadi
di pelaksana kegiatan
5. Pengisian Jumlah adalah berdasar nilai uang pada setiap
transaksi yang dilakukan pelaksana kegiatan
6.4.4. Buku Kas Umum (BKU)
 Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening Giro.

45
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
 Buku kas umum berfungsi untuk mencatat seluruh Penerimaan
dan pengeluaran baik dalam bentuk tunai dan non tunai oleh
Bendahara Desa.(lampiran 51)
Catatan:
1. BKU merupakan gabungan atas buku-buku pembantu yang bersifat
tunai dan non tunai
2. BKU berisi segala informasi transaksi keuangan tunai dan non tunai,
yang terdapat pada buku-buku pembantu yang ada.
3. Jika terjadi transaksi penarikan dana tunai dari rekening Desa maka
dilakukan pencatatan baik penerimaan dan pengeluaran karena
hanya terjadi pergeseran saldo dari Saldo bank ke saldo kas tunai
(Jika ada Buku Pembantu Kas Tunai)
4. Kemudian dilakukan pencatatan pengeluaran berdasarkan SPM yang
telah dikeluarkan oleh Kepala Desa. Dan dicatatkan pada Buku Kas
pembantu yang terkait.
6.4.5. Buku Bank (Lampiran 52)
Buku Bank yang berfungsi sebagai PencatatanPenerimaan yang
bersifat NON TUNAI melalui rekening Desa. Bendahara Desa akan
mendapat informasi dari bank berupa Nota Kredit atas dana-dana yang
masuk ke dalam Rekening Kas Desa. Berdasarkan nota kredit ini
selanjutnya Bendahara Desa melakukan pencatatan ke dalam Buku Bank.
Pencatatan Pengeluaran / Belanja yang bersifat Non Tunai
melalui rekening Desa langsung ke pihak ketiga, Bendahara Desa
melakukan pencatatan ke dalam Buku. Pencatatan penerimaan transfer
harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah serta dicatat secara
benar dan tertib pada Buku Bank.
6.4.6. Buku Pembantu Kas Pajak (Lampiran 53)
Buku Pajak difungsikan untuk :
a. Mencatat dan mendokumentasikan kewajiban perpajakan yang
dipotong/dipungut atas transaksi belanja.Pemotongan/pungutan
pajak dilakukanoleh Bendahara Desa yang dicatat dalam Buku
Pajak pada kolom potongan/pungutan.
b. Mencatat dan mendokumentasikan Penyetoran pungutan pajak
tersebut ke Kas Negara dengan batasan waktu yang diatur dalam
ketentuan perpajakan melalui form Surat Setoran Pajak (SSP) atau e-
billing yang dicatatkan dalam Buku Pembantu Pajak pada kolom
Penyetoran.

46
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
6.4.7. Buku Kas Pembantu Kegiatan (BKPK)
 Buku Kas Pembantu Kegiatan (Lampiran 54)
Penatausahaan yang dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan berupa
pencatatan dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan dan Laporan
Kegiatan ketika kegiatan telah selesai apabila pencairan terdiri dari
beberapan termin. Buku Kas Pembantu Kegiatan mencatat
penerimaan yang diperoleh dari Bendahara Desa atau dari masyarakat
(swadaya) yang telah dirupiahkan. Pengeluaran dicatat oleh Pelaksana
Kegiatan atas belanja-belanja yang telah dilakukan baik berupa
belanja pegawai, belanja barang/jasa maupun belanja modal.
Hal yang perlu menjadi catatan adalah semua penerimaan dan
pengeluaran tersebut didukung dengan bukti yang sah dan lengkap,
tidak hanya pengeluaran tetapi termasuk juga penerimaan.
Contoh bukti penerimaan yang perlu dibuat oleh pelaksana kegiatan
adalah tanda terima swadaya berupa barang dan daftar hadir untuk
tenaga/gotong royong.
6.4.8. Alat Bukti Penunjang Transaksi
a. Bukti Pembelian barang (Nota)
 Pengertian
Merupakan bukti penerimaan barang/jasa akibat kegitan
transaksi pembelian/penjualan suatu barang.
 Keabsahan Nota
 Identitas (nama dan alamat)Toko
 Uraian Barang/jasa jelas
 Nominal angka: jumlah barang dan harga jelas
 Legalitas Toko: Stempel dan tanda terima toko
 Tanggal transaksi
b. Bukti Pembayaran Barang atau jasa
 Pengertian
Merupakan bukti pembayaran akibat kegiatan transaksi
pembelian/penjualan suatu barang.(Lampiran 55)
 Keabsahan Kwitansi
 Identitas pembayar atau penerima
 Nominal / angka rupiah jelas
 Uraian pembayaran jelas
 Tanggal Transaksi:

47
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
(1) Tanggal Lunas Dibayar : tanggal pada saat menarik uang
sekaligus membayarkan kepada toko/pelaksana kegiatan
(2) Tanggal diterima : Tanggal pada saat nota pembelian atau
pada saat diterimakan/transaksi ke toko/pelaksana kegiatan.
jika pembelian pada toko yang sama tanggal sama (nota
lebih dari 1) maka bisa 1 kuitansi jika tanggal beda maka
harus beda kuitansi, jika beda toko maka harus beda
kuitansi.
 Legalitas : Tanda tangan danStempel jika pembelian diatas 5
juta
 Penggunaan Materai (sesuai dengan ketentuan)

6.4.9. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara(LPJ) (Lampiran 56)


Proses pertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban
secara administratif berupa Surat Pertanggungjawaban/SPJ yang
menggambarkan laporan jumlah anggaran, realisasi, dan sisa pagu
anggaran baik komulatif maupun per kegiatan yang meliputi Buku Kas
Umum, Buku Bank,Buku Pajak. Penutupan buku ini dilakukan bersama
dengan Kepala Desa.
Laporan Pertanggungjawaban ini disampaikan setiap bulan kepada
Kepala Desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Sebelumnya,
Bendahara Desa melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

6.5. PELAPORAN
6.5.1. Pengertian
Merupakan proses penyampaian laporan realisasi pelaksanaan APB
Desa kepada Bupati melalui Camat.
6.5.2. Jenis
a. Laporan Semester Pertama/LRA I(Lampiran 57a)
Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APB Desa.
Laporan realisasi APB Desa yangdisampaikan paling lambat pada
akhir bulan Juli tahun berjalan.
b. Laporan Semester Akhir/LRA II Lampiran 57b)
Laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada
akhir bulan Januari tahun berikutnya.
Laporan realisasi pelaksanaan APB Desa diteruskan oleh Camat
kepada Bupati dengan dilampiri laporan konsolidasi

48
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
6.5.3. Pertanggungjawaban
6.5.3.1. Pengertian
Proses menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APB Desa kepada Bupati melalui Camat setiap
akhir tahun anggaran.

6.5.3.2. Output
a. Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa. (Lampiran 58)
b. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan APB Desa.(Lampiran 59)
c. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) Akhir
Tahun Anggaran disampaikan oleh kepala Desa kepada
bupati/walikota melalui camat secara tertulis paling lambat
3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran
(Permendagri Nomor 46 Tahun 2016). Muatan materi
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Tahun
Anggaran terdiri dari:
a. Pendahuluan;
b. Program Kerja penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. Program Kerja Pelaksanaan Pembangunan;
d. Program Kerja Pembinaan Kemasyarakatan;
e. Program Kerja Pemberdayaan Masyarakat;
f. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
g. Keberhasilan yang dicapai, Permasalahan yang
dihadapi dan Upaya yang ditempuh; dan
h. Penutup.

49
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
BAB VII
PANDUAN EVALUASI
RANCANGAN PERATURAN DESA
TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
DAN RANCANGAN PERATURAN DESA
TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

7.1 DASAR PEMIKIRAN


4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) sebagai wujud dari
pengelolaan Keuangan Desa dibahas dan disepakati oleh Pemerintah Desa
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa yang
ditetapkan tiap tahun dengan Peraturan Desa.
5. APBDesa disusun sesuai kebutuhan dan kewenangan Desa berdasarkan asas
transparan, akuntabel, partisipatif, serta tertib dan disiplin anggaran.
6. Bahwa berdasarkan Pasal 69 ayat (4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa jo. Pasal 101 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undan-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa jo. Pasal 21 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Rancangan Peraturan
Desatentang APBDesa harus dievaluasi oleh Bupati/ Walikota.
7. Berdasarkan ketentuan sebagaimana tersebut diatas, Menteri dalam negeri
perlu mengeluarkan Panduan Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa dan Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa
sebagai acuan Bupati/ Walikota melakukan evaluasi Rancangan APBDesa
Peraturan Desa tentang APBDesa dan Rancangan Peraturan Desa tentang
Perubahan APBDesa.

7.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan paduan ini, yaitu:
1. Maksud
Panduan ini dimaksudkan untuk menjamin tercapainya prinsip kepatuhan,
keselarasan, keseimbangan dan kejelasan pengelolaan keuangan Desa dalam
membiayai Pembangunan Desa berdasarkan kewenangan Desa yang
mengutamakan kepentingan umum dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

50
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
2. Tujuan Umum
Panduan ini bertujuan untuk memberikan acuan kepada Bupati/Walikota
dan/atau Camat dalam rangka evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa atau Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa.

7.3 SASARAN EVALUASI


Sasaran pelaksanaan evaluasi, yaitu:
1. Diperoleh data dan informasi yang akan menajdi dasar untuk memberikan
penilaian kepada Desa dalam kaitannya dengan kepatuhan penyusunan dan
penetapan Rancangan Peratruan Desa tentang APBDesa dan Rancangan
Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa.
2. Diperoleh data dan informasi yang akan menjadi dasar untuk memberikan
penilaian kepada Desa dalam kaitannya dengan substansi dan materi
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dan Rancangan Peraturan Desa
tentang Perubahan APBDesa.

7.4 RUANG LINGKUP EVALUASI


Ruang lingkup pelaksanaan Evaluasi, yaitu:
1. Aspek administrasi yang meliputi identifikasi kelengkapan data dan informasi
terkait dokumen pendukung dalam penyusunan Rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa dan Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan
APBDesa;
2. Aspek legalitas yang meliputi identifikasi peraturan-peraturan yang melandasi
penyusunan Rancangan Peraturan Desa dimaksud;
3. Aspek kebijakan yang meliputi identifikasi konsistensi substansi dan materi
dengan RPJM Desa dan RKP Desa; dan
4. Aspek substansi anggaran dalam struktur APBDesa yang meliputi :
a. Pendapatan : rasional dan realistis diperoleh secara legal
b. belanja : (1) pos belanja sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan kewenangan desa, prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan
Peraturan Menteri Desa yang berlaku; (2) belanja desa maksimal 30%
digunakan untuk Siltap, Tunjangan Kades dan Perangkat Desa,
Operasional Pemerintahan Desa, Tunjangan dan Operasional BPD,
Operasional RT/RW.
c. Pembiayaan

51
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
• Penerimaan Pembiayaan : (1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun
sebelumnya (pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja,
penghematan belanja, sisa dana kegiatan lanjutan); (2) pencairan dana
cadangan; (3) hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.
• Pengeluaran Pembiayaan : (1) pembentukan dana cadangan; (2)
penyertaan modal; (3) pembayaran hutang.

7.5 EVALUASI
1. Persiapan Evaluasi
a. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan persiapan
evaluasi, yaitu:
i. Pembentukan Tim Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa dan Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa
ditetapkan dengan Keputusan Camat tentang Pembentukan Tim
Pelaksana Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dan
Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa dilampiri
Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa dan Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan
APBDesa, dalam hal pelaksanaan evaluasi oleh Camat.(Lampiran 60)
ii. Tim Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dan
Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa sebagaimana
dimaksud huruf a, terdiri dari:
1. Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten/ Kota
2. Sekretaris : Pejabat pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kabupaten/ Kota atau sebutan
lainnya
3. Anggota : SKPD terkait
iii. Berdasarkan Pasal 23 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa,
Bupati/Walikota dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan Peraturan
Desa tentang APBDesa dan Rancangan Peraturan Desa tentang
Perubahan APBDesa kepada Camat atau sebutan lainnya.
iv. Pendelegasian kewenangan melakukan Evaluasi Rancangan Peraturan
Desa tentang APBDesa dan Rancangan Peraturan Desa tentang
Perubahan APBDesa kepada Camat atau sebutan lainnya, selanjutnya
Camat membentuk Tim Evaluasi, yang terdiri dari:
1. Ketua : Camat

52
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
2. Sekretaris : Kasi Pemberdayaan Masyarakat / Pemerintahan
3. Anggota : Unsur pemerintah kecamatan dan UPT Kecamatan
terkait
v. Anggota Tim Evaluasi dimaksud adalah pejabat atau staf yang
memiliki kompetensi sesuai bidangnya dari unsur terkait untuk
melakukan Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dan
Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa.
vi. Segala biaya yang dibutuhkan oleh tim evaluasi dalam melaksanakan
tugasnya dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten/Kota.

b. Dokumen Evaluasi
i. Dokumen Utama
1. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah
disepakati bersama BPD; dan/atau
2. Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa yang
telah disepakati bersama BPD.
ii. Dokumen Penunjang (alat verifikasi)
1. Disampaikan oleh Desa
a) Keputusan Musyawarah BPD Pembahasan dan Penyepakatan
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa (untuk evaluasi
Rancangan Perdes tentang APBDesa); atau
b) Keputusan Musyawarah BPD Pembahasan dan Penyepakatan
Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa
(untuk evaluasi Rancangan Perdes tentang Perubahan
APBDesa);
c) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM Desa)
d) Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)
e) Peraturan Desa tentang Daftar Kewenangan berdasarkan
Kewenangan Hak Asal Usul dan Lokal Berskala Desa; dan
f) Dokumen yang relevan (misal, Perdes tentang pembentukan
dana cadangan, Perdes tentang pendirian BUMDesa, hasil uji
kelayakan penyertaan modal BUMDes, dll)
2. Disiapkan oleh Tim Evaluasi
a) Peraturan Bupati/Walikota tentang Pengelolaan Keuangan
Desa;
b) Peraturan Bupati/Walikota tentang Pembangunan Desa;

53
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
c) Peraturan Bupati/Walikota tentang Daftar Kewenangan Desa
berdasarkan Hak Asal Usul dan Lokal Berskala Desa;
d) Peraturan Bupati/Walikota tentang Pengadaan Barang/Jasa di
Desa;
e) Peraturan Bupati/Walikota tentang Dana Desa;
f) Peraturan Bupati/Walikota tentang Bagi Hasil Pajak dan
Retribusi Daerah; dan
g) Peraturan Bupati/Walikota tentang Satuan Harga
Kabupaten/Kota yang didalamnya mengatur Standar Harga di
Desa (memperhitungkan tingkat kemahalan dan kondisi
geografis (Harga Perkiraan Sendiri/ HPS))

2. Pelaksanaan Evaluasi
Proses evaluasi dilaksanakan dengan menempuh 2 (dua) tahapan, yaitu:
a. Pemeriksaan kelengkapan dokumen, evaluasi administrasi dan legalitas.
1) Evaluasi administrasi dan legalitas meneliti beberapa hal sebagai
berikut:
a) Kepatuhan atas kelengkapan penyampaian dokumen evaluasi;
b) Kepatuhan atas penyajian informasi dalam Rancangan Peraturan
yang akan dievaluasi;
c) Konsistensi pengguanaan dokumen dan informasi dalam
Rancangan peraturan yang akan dievaluasi; dan
d) Kesesuaian Rancangan peraturan yang akan dievaluasi dengan
teknis penyusunan peraturan Desa;
2) Langkah-langkah evaluasi:
a) Langkah 1 : Pengumpulan dokumen evaluasi;
b) Langkah 2 : Pencatatan nomor, tanggal dan kelengkapan
lampiran semua dokumen;
c) Langkah 3 : Penelitian dan penganalisaan nomor, tanggal dan
kelengkapan lampiran semua dokumen;
d) Langkah 4 : Pembandingan tanggal penyampaian semua
dokumen dengan ketentuan yangberlaku atas batas
waktu penyampaian dokumen; dan
e) Langkah 5 : Kesimpulan secara narasi tentang hasil langkah 1 s/d 4

Catatan : Jika dari hasil pemeriksaan kelengkapan dokumen tidak


terpenuhi sesuai ketentuan, Tim Evaluasi meminta kepada

54
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa
Pemerintah Desa untuk melengkapinya. Waktu pelaksanaan
evaluasi dihitung kembali setelah dokumen diterima secara
lengkap.
b. Evaluasi kebijakan dan struktur APBDesa/ perubahan APBDesa.
Langkah-langkah evaluasi tertuang dalam lembar verifikasi dan
evaluasi,(terlampir 61)

3. Hasil Evaluasi
Setelah selesai melaksanakan Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa dan Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa, Tim
evaluasi menyusun laporan hasil evaluasi yang dituangkan dalam Keputusan
Camat.(Lampiran 62)
Laporan hasil evaluasi dimaksud untuk menyampaikan temuan analisis
terhadap Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dan Rancangan
Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa sebagi umpan balik kepada
pemerintah Desa untuk melakukan penyempurnaan atau persetujuan
terhadap Rancangan Peraturan Desa dimaksud. Laporan hasil evaluasi (LHE)
tersebut secara garis besar menyajikan informasi mengenai : (a) evaluasi
atas sistem APBDesa atau perubahan APBDesa, dan (b) evaluasi atas
substansi APBDesa atau Perubahan APBDesa.
Bupati/Walikota bertanggungjawab terhadap hasil evaluasi dimaksud.
Bupati/Walikota akan bertanggungjawab apabila terdapat implikasi hukum
dan/atau kelemahan dalam implementasi APBDesa, akibat proses evaluasi
yang tidak dilakukan dengan baik dan benar.
Laporan hasil Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dan
Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa didistribusikan
kepada: a. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
atau sebutan lainnya; dan b. Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota.

55
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Desa

Anda mungkin juga menyukai