Anda di halaman 1dari 48

Akuntansi Sektor Publik | kelas 20 A

AKUNTANSI
DESA Kelompok 2
BAB 1

TENTANG DESA
DEFINISI DESA
UU No. 6 Tahun 2014 menyatakan desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
KARAKTERISTIK DESA

Aspek morfologi Aspek Aspek Sosial


Ekonomi Budaya

Aspek Jumlah Aspek


Penduduk Hukum
KEWENANGAN DESA
UU No. 6 Tahun 2014 menyebutkan kewenangan desa meliputi:
• Kewenangan berdasarkan hak asal-usul.
• Kewenangan lokal berskala desa.
• Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
• Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul
Ruang lingkup kewenangan berdasarkan hak asal usul sesuai Permendesa
No. 1 Tahun 2015 meliputi:
1.Sistem organisasi perangkat desa.
2.Sistem organisasi masyarakat adat.
3.Pembinaan kelembagaan masyarakat.
4.Pembinaan lembaga dan hukum adat.
5.Pengelolaan tanah kas desa.
6.Pengelolaan tanah desa atau tanah hak milik desa yang menggunakan
sebutan setempat.
7.Pengelolaan tanah bengkok.
8.Pengelolaan tanah pecatu.
9.Pengelolaan tanah titisara.
10.Pengembangan peran masyarakat desa.
Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul
Sementara kewenangan desa berdasarkan hak asal-usul desa adat meliputi:
1.Penataan sistem organisasi dan kelembagaan masyarakat adat.
2.Pranata hukum adat.
3.Pemilikan hak tradisional.
4.Pengelolaan tanah kas desa adat.
5.Pengelolaan tanah ulayat.
6.Kesepakatan dalam kehidupan masyarat desa adat.
7.Pengisian jabatan kepada desa adat dan perangkat desa adat.
8.Masa jabatan kepada desa adat.
Pemerintah Desa/Desa Adat
Pemerintah desa berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 adalah kepala desa atau
yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahandesa.

Prinsip pengaturan tentang kepala desa/desa adat adalah:


• Sebutan kepala desa/desa adat disesuaikan dengan sebutan lokal.
• Kepala desa/desa adat berkedudukan sebagai kepala pemerintah desa/desa
adat dan sebagai pemimpin masyarakat.
• Kepala desa dipilih secara demokratis dan langsung oleh masyarakat
setempat, kecuali bagi desa adat dapat menggunakan mekanisme lokal.
• Pencalonan kepala desa dalam pemilihan langsung tidak menggunakan basis
partai politik, sehingga kepala desa dilarang menjadi pengurus partai politik.
Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, kepala desa berwenang:
1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa.
2. Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa.
3. Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa.
4. Menetapkan peraturan desa.
5. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa.
6. Membina kehidupan masyarakat desa.
7. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa.
8. Membina dan meningkatkan perekonomian desa, serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif
untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa.
9. Mengembangkan sumber pendapatan desa.
10.Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
11. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa.
12.Memanfaatkan teknologi tepat guna.
13.Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.
14.Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
15.Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
BAB 2

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN


DESA
01

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA


MENENGAH DESA (RPJMDESA)
PENGERTIAN RPJMDESA
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) berdasarkan PP
No. 43 Tahun 2014 adalah rencana kegiatan pembangunan desa untuk jangka
waktu 6 (enam) tahun, yang mana rancangan ini memuat visi dan misi kepala
desa, arah kebijakan pembangunan desa, serta rencana kegiatan yang meliputi
bidang penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa (Permendagri
No. 114 Tahun 2014).
TUJUAN RPJMDESA
• Mewujudkan perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan keadaan setempat.
• Menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap
program pembangunan di desa.
• Memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan di desa.
• Menumbuhkembangkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam
pembangunan di desa.
RENCANA KEGIATAN RPJMDESA
rencana kegiatan yang dapat dimasukkan dalam rancangan RPJMDesa.
• Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan desa
• Bidang pelaksanaan pembangungan desa
• Bidang pembinaan kemasyarakatan
• Bidang pemberdayaan masyarakat
TIM PENYUSUN RPJMDesa
Tim penyusun RPJMDesa:
• kepala desa selaku pembina;
• Sekretaris desa selaku ketua;
• Ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku sekretaris; dan
• Anggota yang berasal dari perangkat desa, lembaga pemberdayaan
masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur
masyarakat lainnya.
KEGIATAN RPJMDesa
Tim penyusun RPJMDesa melaksanakan kegiatan berupa:
• penyelarasan arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota
• Pengkajian keadaan desa
• Penyusunan rancangan RPJMDesa
• penyempurnaan rancangan RPJMDesa
02

RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA


(RKPDesa)
RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDesa)
Kepala desa menyusun RKPDesa dengan mengikutsertakan masyarakat desa.
Penyusunan RKPDesa dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:
• Penyusunan perencanaan pembangunan desa melalui musyawarah desa
• Pembentukan tim penyusun RKPDesa
• Pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk
ke desa
• Pencermatan ulang dokumen RPJMDesa
• Penyusunan rancangan RKPDesa
• Penyusunan RKPDesa melalui musyawarah perencanaan pembangunan desa
• Penetapan RKPDesa
• Perubahan RKPDesa
• Pengajuan daftar usulan RKPDesa
03

ANGGARAN PENDAPATAN DAN


BELANJA DESA
(APBDESA)
PENGERTIAN APBDES)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) merupakan rencana
keuangan tahunan pemerintah desa. APBDesa merupakan dokumen formal hasil
kesepakatan antara pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa yang
berisi tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah
desa selama satu tahun dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk menutup
keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan
akan terjadi defisit atau surplus. APBDesa disusun dengan memerhatikan
RPJMDesa, RKPDesa, dan APBDesa tahun sebelumnya.
FUNGSI APBDesa

OTORISASI

PERENCANAAN

PENGAWASAN

ALOKASI

DISTRIBUSI

AKUNTABILITAS
PROSES PENYUSUNAN RENCANA APBDesa
STRUKTUR ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
(APBDesa)
BAB 3
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
Pelaksanaan Keuangan Desa
-Permendagri No. 113 Tahun 2014 menyebut bahwa pengelolaan keuangan desa
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.
-Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel,
partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
-Akuntabilitas keuangan desa bersifat horisontal dan juga vertikal.
Siklus pengelolaan desa
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa
Permendagri No. 113 Tahun 2014 menjelaskan bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan desa
berada di tangan kepala desa yang dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa
(PTPKD).
Kepala desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa dibantu oleh Pelaksana Teknis
Pengelola Keuangan Desa (PTPKD) yang berasal dari unsur perangkat desa yang ditetapkan
dengan keputusan kepala desa. Unsur perangkat desa yang dimaksud terdiri dari:
1.Sekretaris desa
2.Kepala seksi
3.Bendahara
Kebijakan Pelaksanaan APBDesa
APBDesa => alat mengoordinasikan aktivitas perolehan pendapatan dan penerimaan pembiayaan, serta
menjadi landasan belanja dan pengeluaran pembiayaan bagi pemerintah desa untuk suatu periode tertentu.

Beberapa kebijakan terkait pelaksanaan APBDesa berdasarkan Permendagri No. 113 Tahun 2014.
• Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan
melalui rekening kas desa.
• Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya, maka pengaturannya
ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota.
• Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
• Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa selain yang ditetapkan dalam
peraturan desa.
• Bendahara dapat menyimpan uang dalam kas desa pada jumlah tertentu dalam rangka memenuhi
kebutuhan operasional pemerintah desa yang jumlahnya ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota.
Prosedur Pengeluaran Kas
Berikut prosedur dan kebijakan pengeluaran kas yang tertuang dalam Permendagri No.
113 Tahun 2014.
• Pelaksana kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan harus
disertai dengan RAB.
• RAB tersebut harus diverifikasi oleh sekretaris desa dan disahkan oleh kepala
desa.
• Pelaksana kegiatan bertanggung jawab terhadap tindakan pengeluaran yang
menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan buku
pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di desa.
• Berdasarkan RAB, pelaksana kegiatan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) kepada kepala desa.
• SPP tidak boleh dilakukan sebelum barang dan atau jasa diterima.
• Pengajuan SPP terdiri atas: Surat Permintaan Pembayaran (SPP); pernyataan
tanggung jawab belanja; dan lampiran bukti transaksi.
Prosedur Pengeluaran Kas
7. Dalam pengajuan pelaksanaan pembayaran, sekretaris desa berkewajiban untuk:
• Meneliti kelengkapan permintaan pembayaran yang diajukan oleh pelaksana
kegiatan.
• Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBDesa yang tercantum
dalam permintaan pembayaran.
• Menguji ketersediaan dana untuk kegiatan yang dimaksud.
• Menolak pengajuan permintaan pembayaran oleh pelaksana kegiatan apabila
tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
8. Berdasarkan SPP yang telah diverifikasi sekretaris desa, kepala desa menyetujui
permintaan pembayaran dan bendahara melakukan pembayaran.
9. Bendahara melakukan pencatatan pengeluaran setelah pembayaran tersebut
dilakukan.
Prosedur Penerimaan Kas
Secara spesifik prosedur penerimaan kas yang berasal dari pendapatan transfer pemerintah
kabupaten/kota dalam bentuk dana desa adalah sebagai berikut:
• Alokasi Dana Desa (ADD) dalam APBD kabupaten/kota dianggarkan pada badan/dinas/kantor
pemberdayaan masyarakat desa atau dengan sebutan lain yang memiliki tugas dan fungsi
tersebut.
• Pemerintah desa membuka rekening pada bank yang ditunjuk berdasarkan keputusan kepala
desa.
• Kepala desa mengajukan permohonan penyaluran ADD kepada bupati dalam hal ini
badan/dinas/kantor pemberdayaan masyarakat desa atau dengan sebutan lain di kabupaten
melalui camat setelah dilakukan verifikasi oleh tim pendamping kecamatan.
• Kepala badan/dinas/kantor pemberdayaan masyarakat desa akan meneruskan berkas permohonan
berikut lampirannya kepada kepala bagian keuangan setda kabupaten atau kepala Dinas/Badan
Pengelola Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah (D/BPKKAD) atau dengan sebutan lain yang
memiliki tugas dan fungsi tersebut yang selanjutnya akan menyalurkan ADD langsung dari kas
daerah ke rekening desa.
• Mekanisme pencairan ADD dalam APBDesa dilakukan secara bertahap atau disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi daerah kabupaten/kota.
c.Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23
• PPh Pasal 23 dikenakan sehubungan adanya pembayaran atas belanja jasa kepada wajib
pajak badan.
• PPh Pasal 23 dipotong pada saat pembayaran dengan membuat Bukti Potong PPh Pasal 23.

d.Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


• PPN => UU No. 42 Tahun 2009 dikenakan sehubungan dengan adanya pembayaran atas
belanja barang dan jasa kena pajak dengan nilai pembayaran termasuk pajak (PPN) lebih dari
Rp1.000.000.
• PPN adalah 10% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan dipungut pada saat pembayaran.

e.Bea Meterai
• Bea meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen berupa kertas yang menurut UU Bea
Meterai menjadi objek bea meterai (UU No. 13 Tahun 1985).
• Dokumen yang dikenai bea meterai => dokumen yang berbentuk surat yang memuat jumlah
uang
BAB 4
PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA
Penatausahaan Keuangan : Penerimaan
dan Pengeluaran Kas
Penerimaan kas oleh pemerintah desa menurut Permendagri No. 113 Tahun
2014 dapat berupa pendapatan desa yang bersumber dari pendapatan asli
desa, pendapatan transfer, pendapatan lain-lain, ataupun yang bersumber
dari penerimaan pembiayaan.Permendagri No. 113 Tahun 2014 menyebut
bahwa penatausahaan penerimaan dan pengeluaran tersebut wajib
dilaksanakan dengan menggunakan: buku kas umum, buku pembantu
pajak, dan buku bank.
MEMPOSTING DALAM BUKU BESAR
Salah satu tahapan dalam penatausahaan keuangan desa yang cukup menyita waktu
dan tenaga adalah memposting. Memposting adalah proses memindahkan catatan dari
buku kas umum desa dan buku bank desa ke setiap akun/rekening yang ada di buku
besar.

MENYUSUN NERACA SALDO


Tahap yang diperlukan sebelum mempersiapkan laporan APBDesa adalah
menyusun neraca saldo.

PENYESUAIAN DI AKHIR PERIODE


Setelah menyusun neraca saldo, maka perlu dilakukan penyesuaian
terhadap rekening - rekening non APBDesa terutama rekening-rekening
aset lancar dan aset nonlancar.
PENYUSUNAN LAPORAN
Berdasarkan Permendagri No. 113 Tahun 2014, kepala desa
menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada
bupati/walikota melalui camat berupa laporan semester pertama dan
laporan semester akhir tahun.

PROSEDUR PENUTUPAN BUKU SETIAP


AKHIR BULAN
Berdasarkan Permendagri No. 113 Tahun 2014, bendahara desa
berkewajiban melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran,
serta melakukan tutup buku pada setiap akhir bulan secara tertib.
BAB 5

PENYUSUNAN NERACA AWAL DESA


PEYUSUNAN LAPORAN KEKAYAAN MILIK DESA AWAL
Laporan Kekayaan Milik Desa Awal adalah laporan kekayaan milik desa yang
disusun untuk pertama kalinya oleh pemerintah desa. Laporan Kekayaan Milik
Desa Awal menunjukkan jumlah aset, kewajiban, dan kekayaan bersih yang
terdapat di suatu desa pada tanggal pelaporannya.
Laporan Kekayaan Milik Desa Awal, pemerintah desa perlu menyusun langkah-
langkah yang terstruktur, bertahap, jelas, mudah dipahami, dan dapat
dilaksanakan. Langkah-langkah tersebut antara lain:
• Menentukan ruang lingkup pekerjaan.
• Menyiapkan formulir-formulir berikut petunjuk pengisiannya.
• Memberikan penjelasan kepada tim yang akan melakukan penyusunan
Laporan Kekayaan Milik Desa Awal.
• Melaksanakan kegiatan pengumpulan data serta inventarisasi aset dan
kewajiban.
• Melakukan pengolahan data serta klasifikasi aset dan kewajiban sesuai
dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014.
• Melakukan penilaian terhadap aset dan kewajiban.
• Menyajikan akun-akun aset, kewajiban, dan kekayaan bersih beserta
jumlahnya dalam format Laporan Kekayaan Milik Desa
ASET LANCAR
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah desa sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/ atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah desa maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya.
ASET LANCAR

an
di a
rse
P e

g
Piutan
Kas
D esa
Kas
PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DESA

Nilai penyertaan modal pemerintah desa dapat diketahui dari peraturan


desa, akte pendirian BUMDesa beserta perubahannya, dan bukti setoran
modal yang telah dilakukan oleh pemerintah desa.
ASET TETAP
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12
(dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah desa atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari:

Peralatan dan
Mesin

Gedung dan
Tanah Bangunan

Jalan, Irigasi,
dan Jaringan
DANA CADANGAN

Dana cadangan merupakan dana yang disisihkan beberapa tahun anggaran untuk
kebutuhan belanja pada masa datang. Pembentukan maupun peruntukan dana
cadangan harus diatur dengan peraturan desa, sehingga dana cadangan tidak
dapat digunakan untuk peruntukan yang lain. Peruntukan dana cadangan
biasanya digunakan untuk pembangunan aset, misalnya pasar induk, atau gedung
olah raga.
KEWAJIBAN

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah
desa. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau
tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu.
Penyajian utang pemerintah desa di Laporan Kekayaan Milik Desa dapat diklasifikasikan
ke dalam dua kelompok, yakni:

Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang


kewajiban yang diharapkan akan dibayar kewajiban yang diharapkan akan dibayar
kembali atau jatuh tempo dalam waktu 12 (dua kembali atau jatuh tempo dalam waktu
belas) bulan setelah tanggal Laporan Kekayaan lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah
Milik Desa. Kewajiban ini mencakup utang tanggal Laporan Kekayaan Milik Desa.
yang berasal dari pinjaman (bagian lancar utang Contoh kewajiban jangka panjang adalah
jangka panjang dan utang kepada pihak ketiga), utang bank.
utang bunga, maupun utang pajak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai