Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI DESA

Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai bukti
keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang‐Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan) menyebutkan bahwa “Dalam territori
Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” dan
“Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa dan Bali, nagari di Minangkabau,
dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya.
Desa berkedudukan tidak hanya di wilayah kabupaten, namun bisa juga
berkedudukan di wilayah kota. Menurut Permendagri nomor 56 Tahun 2015
tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, terdapat sebanyak
74.754 desa. Desa ini tersebar di 33 Provinsi atau 434 kabupaten/kota. Kelurahan
merupakan bagian dari pemerintah daerah sehingga kewenangan dan
aturan/regulasinya merujuk secara keseluruhan pada peraturan pemerintahan
daerah. Hal ini berbeda dengan desa yang memiliki kewenangan dan
aturan/regulasi tersendiri khusus pemerintahan desa yang berbeda dengan
ketentuan pemerintahan daerah. Terkait pendapatan, hal yang menjadi perbedaan
mendasar dan merupakan sesuatu yang membuat desa saat ini menjadi sorotan
adalah Dana Desa yang berasal dari 10% Dana Transfer ke Daerah (APBN).
Kelurahan tidak mendapat Dana Desa, semua pengeluaran/belanjanya berasal dari
Pemerintah Daerah (APBD). Pengaturan kewenangan desa merujuk pada PP
nomor 43 Tahun 2014 jo PP nomor 47 Tahun 2015 pasal 34 ayat 3 dan pasal 39
disebutkan berada pada Kemendagri. Desa tetap memiliki hubungan koordinasi
dan administratif dengan pemerintahan yang ada di atasnya yang disebut sebagai
pemerintah supra desa. Pemerintah Supra Desa terdiri dari Pemerintah
Kecamatan, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Pusat.
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
Keuangan Desa menurut UU Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang
dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban
tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam
pengelolaan keuangan desa yang baik. Siklus pengelolaan keuangan desa meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban,
dengan periodisasi 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari
sampai dengan 31 Desember. Dalam siklus pengelolaan keuangan desa, tanggung
jawab dan tugas dari Kepala Desa sebagian diserahkan kepada Pelaksana Teknis
Pengelolaan Keuangan Desa. PTPKD terdiri dari Sekretaris Desa, Kepala Seksi
dan Bendahara Desa. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan badan
permusyawaratan di tingkat desa yang turut membahas dan menyepakati berbagai
kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Lembaga Kemasyarakatan
Desa merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa dan berfungsi
sebagai wadah partisipasi masyarakat desa serta menciptakan akses agar
masyarakat lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan yang dibentuk atas
prakarsa pemerintah desa dan masyarakat.
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan desa. Perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka dan
ditetapkan dengan Peraturan Desa. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM Desa) memuat visi dan misi kepala, arah kebijakan pembangunan desa,
serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak pelantikan kepala desa.
Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa. Tim Penyusun RPJM Desa
terdiri dari: (1) Kepala Desa selaku pembina; (2) Sekretaris Desa selaku ketua; (3)
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat selaku sekretaris; dan (4) anggota
yang berasal dari perangkat desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya. Jumlah tim
paling sedikit 7 (tujuh) dan orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang.
Pengkajian dilakukan dengan tujuan untuk mempertimbangkan kondisi objektif
keadaan desa. Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan Musyawarah
Desa berdasarkan laporan hasil pengkajian keadaan desa. Musyawarah Desa
dilaksanakan terhitung sejak diterimanya laporan dari kepala desa. Setelah
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa menyepakati rancangan RPJM
Desa, tahapan berikutnya adalah:
a. Kepala Desa mengarahkan tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan
dokumen rancangan RPJM Desa berdasarkan hasil kesepakatan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa.
b. Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan peraturan desa tentang
RPJM Desa.
c. Kepala Desa menyusun rancangan peraturan desa tentang RPJM Desa dibahas
dan disepakati bersama oleh kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk
ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa.
Terdapat beberapa hal dimana Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa yaitu:
a. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi,
dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau
b. Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
Pemerintah desa menyusun RKP Desa sebagai penjabaran RPJM Desa. RKP Desa
disusun oleh pemerintah desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah
kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan
pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota. RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah desa pada bulan Juli
tahun berjalan. RKP Desa ditetapkan dengan peraturan desa paling lambat akhir
bulan September tahun berjalan. RKP Desa menjadi dasar penetapan APB Desa.
Kepala desa menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan masyarakat desa.
Dalam menyusun RKP Desa terdapat langkah ‐ langkah penetapan RKP Desa
adalah sebagai berikut:
a. Hasil kesepakatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa dituangkan
dalam berita acara.
b. Kepala desa mengarahkan Tim Penyusun RKP Desa melakukan perbaikan
dokumen rancangan RKP Desa berdasarkan hasil kesepakatan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa.
c. Rancangan RKP Desa menjadi lampiran rancangan peraturan desa tentang RKP
Desa.
d. Kepala desa menyusun rancangan peraturan desa tentang RKP Desa yang akan
dibahas dan disepakati bersama oleh kepala desa dan Badan Permusyawaratan
Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan desa tentang RKP Desa.

arah kebijakan pembangunan desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang
penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. RPJM Desa ditetapkan
dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak pelantikan kepala
desa.arah kebijakan pembangunan desa, serta rencana kegiatan yang meliputi
bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. RPJM
Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak
pelantikan kepala desa.desa, arah kebijakan pembangunan desa, serta rencana
kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan terhitung sejak pelantikan kepala desa.

Anda mungkin juga menyukai