Anda di halaman 1dari 7

Penerapan Balance Scorecard pada PT Garuda Indonesia Tbk

PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk merupakan salah satu perusahan


penerbangan yang diunggulkan di Indonesia. PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk.,
suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Nomor 8 tanggal 4 Maret
1975. Visi & misi Perusahaan adalah menyediakan nilai tertinggi kepada pelanggan melalui
keramahtamahan Indonesia.
Peningkatan kinerja perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Penerapan balance scorecard untuk mengukur dan menilai kinerja sistem manajer dengan empat
perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis, dan internal serta pembelajaran dan
pertumbuhan. Dalam mengembangkan usaha dan tujuan usaha PT Garuda Indonesia melakukan
6 langkah rancangan Balanced Scorecard

1. Organisasi mengidentifikasi suatu nilai, baik dari kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang kemudian dikembangkan
2. Mengembangkan keseluruhan bisnis strategi
Ada beberapa strategi antara lain :
 Meningkatkan kualitas kerja yang lebih baik
 Meningkatkan pendapatan
 Meningkatkan kualitas produk
 Operasional yang unggul
 Produk dan layanan prima yang konsisten
 Pertumbuhan keuntungan berkelanjutan
3.

Sasaran Strategi Uraian Strategi


Meningkatkan kualitas kerja yang baik Transformasi budaya dan kompetensi semua
insan Garuda
Peningkatan pendapatan Meningkatkan efisiensi perusahaan/ efisiensi
operasional
Operasional yang unggul / prima Modernisasi armada
Produk & layanan prima yang konsisten Penerapan garuda experience
Pembukaan rute baru
Pertumbuhan keuntungan berkelanjutan
Peningkatan brand image
4. Menciptakan peta strategi bisnis dari keseluruhan strategi dalam organisasi, digunakan
untuk mengidentifikasi arah pencapaian dari tiap strategi, sehingga terjalin hubungan
saling bergantung antar perspektif.
5. Ukuran kinerja yang dikembangkan untuk menjajaki kemajuan-kemajuan operasional dan
strategi.
6.

Perspektif Strategi Uraian Strategi Inisiatif


Keuangan Pertumbuhan - Pembukaan Menjalin kerjasama
keuangan rute baru dengan maskapai
berkelanjutan - Peningkatan lain sebagai mitra
brand image dan penerapan
standar IATA,
penambahan pilot/
awak pesawat
kompeten
Pelanggan Produk & layanan Penerapan Garuda Meningkatkan on
prima yang Experience time performance,
konsisten tingkat keselamatan
penerbangan,
kenyamanan
penerbangan/
penambahan fasilitas
seperti AvoD
Proses bisnis Peningkatan Meningkatkan Meningkatkan
internal pendapatan efisiensi efisiensi bahan
operasional bakar, menurunkan
beban perawatan
pesawat, mengurangi
rata-rata umur
pesawat
Peningkatan kualitas Meningkatkan jasa Penambahan
produk kargo kapasitas kargo dan
melakukan
peremajaan gudang
serta drop center
didaerah jakarta dan
cikarang
Operasional yang Modernisasi Penggantian armada
unggul/ prima armada tua dengan yang
baru serta
menambah armada
baru
Pembelajaran dan Meningkatan Transformasi Seleksi dan
pertumbuhan kualitas kerja yang budaya dan penempatan
lebih baik kompetensin pegawai, training,
semua insan coaching, dan
garuda development
program

a. Analisis Perspektif Keuangan


Uraian strategi yang diambil adalah pembukaan rute baru dan peningkatan brand
image. Pembukaan rute baru ini dilaksanakan karena adanya pertumbuhan
penggunaan jasa penerbangan. Dimana trafik penumpang penerbangan internasional
Asia Pasifik mencapai 185 juta orang ditahun 2010, mengalami peningkatan sebesar
13% dibandingkan tahun sebelumnya. Ditambah lagi dengan peningkatan
penerbangan dengan kargo udara internasional dunia yang mengalami pertumbuhan
sebesar 20,6%
b. Perspektif pelanggan perusahaan
Memfokuskan pada tingkat produk dan pelayanan prima yang konsisten yang
diterapkan melalui Garuda experience yaitu sebuah konsep layanan yang
mengandalkan basis keramahtamahan Indonesia disertai nilai-nilai dasar seperti cepat
dan tepat, bersih dan handal, kompeten dan profesional. Sehingga dengan penerapan
tersebut diharapkan Garuda Indonesia dapat menjadi maskapai penerbangan bintang
lima berdasarkan penilaian Skytrax dan mendapatkan kepuasan pelanggan yang
diambil melalui survey onboard sebesar 80%
c. Perspektif proses internal bisnis
Ada 3 strategi yang ditetapkan yaitu :
- Peningkatan pendapatan
Sesuai data yang terdapat dalam laporan keuangan tahunan beban operasional
meningkat menjadi Rp 9,9 Milyar pada tahun 2010. Hal ini tidak sesuai
dengan pertumbuhan pendapatan. Oleh karena itu efisiensi operasional harus
ditingkatkan untuk mengurangi beban operasional
- Peningkatan kualitas produk
Mengingat semakin bertambahnya penggunaan jasa kargo yang dipengaruhi
oleh meningkatnya perdagangan ekspor/impor. Dari data tahun lalu diketahui
bahwa trafik kargo penerbangan internasional Indonesia yang diangkut dari
dan ke Indonesia tercatat meningkat 26% dan 303,4 ribu ton per tahun
menjadi 382,3 ribu ton per tahun.
- Operasional yang unggul/ prima
Yang salah satu pencapaiannya dilakukan melalui modernisasi armada,
dimana perusahaan akan mempercepat masuknya pesawat terbang-pesawat
terbang baru dan mengeluarkan yang tua. Lagkah ini juga diambil untuk
mendorong peningkatan efisiensi konsumsi bahan bakar dan efisiensi biaya
perawatan pesawat.
d. Perspektif strategi pembelajaran dan pertunbuhan
Langkah yang diambil adalah meningkatkan kualitas kerja yang baik yang sesuai
dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG), yang diharapkan nantinya dapat
menghasilkan SDM yang kompetitif, inovatif dan memiliki integritas tinggi yang
mampu membawa perusahaan mencapai tujuan yang diinginkan.

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING MENGGUNAKAN VALUE


STREAM MAPPING (VSM) PADA PT. GMF AEROASIA

PT GMF Aeroasia merupakan anak perusahaan PT Garuda Indonesia yang berfokus


dalam Maintenance, Repair, and Operation (MRO) atau perawatan pesawat. Salah satu bagian
pesawat yang diperbaiki di PT GMF Aeroasia adalah engine pesawat, tepatnya di unit Engine
Maintenance.

Proses perawatan engine CFM56-7B di unit Engine Maintenance


Diatur dalam Gating Procedure, yang membagi proses perawatan menjadi 11 gate (gate 0-gate
10). Proses tersebut dikelompokkan sebagai berikut:
1) Gate 0 : Proses penerimaan engine dari customer dan dimulainya waktu TAT (Turn Around
Time)
2) Gate 1 : Penyelesaian proses disassembly engine
3) Gate 2 : Fast Track Part (part yang tidak bisa diproses di PT GMF AeroAsia) dikirim ke
vendor untuk perbaikan
4) Gate 3 : Selesainya seluruh inspeksi part engine
5) Gate 4 : Semua part telah selesai diperbaiki
6) Gate 5: Semua part dari vendor ataupun part yang terlambat diperbaiki di PT GMF AeroAsia
telah selesai diperbaiki
7) Gate 6: Memulai sub assembly modul-modul engine
8) Gate 7: Memulai assembly akhir
9) Gate 8: Memulai proses Test Cell (pengujian engine)
10)Gate 9: Pengiriman engine 11)Gate 10 : Penyelesaian pembayaran customer

Identifikasi aktivitas pada proses perawatan engine CFM56-7B


Berdasarkan value stram mapping diketahui nilai total aktivitas yang memiliki nilai
tambah (value added activity) adalah 71 hari (64.5%), sedangkan total waktu yang tidak
mempunyai nilai tambah (non value added activity) adalah 39 hari (35.5%).

Identifikasi Waste
Berikut ini adalah identifikasi dan penggolongan aktivitas perawatan engine CFM56-7B
berdasarkan waste :
1) Over Production Panggilan yang berulang kepada customer untuk persetujuan tagihan awal
2) Defect a. Proses perbaikan machining dilakukan terburuburu dan tidak teliti menyebabkan
defect b. Proses perbaikan pada general repair yang tidak sesuai manual menyebabkan defect
3) Unnecesery Inventory a. Part yang menunggu keputusan engineer ditempatkan di tempat
inspeksi b. Part yang menunggu untuk diperbaiki memenuhi bagian repair, terutama ketika
terdapat modul
4) Inappropiate Processing a. Pengulangan berkali-kali saat proses disassembly engine b. Teknisi
di bagian machining mencari cara perbaikan part ketika manual tidak sesuai
5) Excessive Transportation Mengirim part yang akan diperbaiki di bagian workshop tanpa
bantuan mobil pengantar
6) Waiting Time a. Menunggu konfirmasi customer apabila ditemukan kerusakan baru melalui
borescope b. Antiran proses cleaning part engine c. Part mengantri untuk dilakukan inspeksi
d.Menunggu keputusan engineer apakah part yang sudah diinspeksi termausk repairable atau
reject e. Menunggu pemesanan material yang tidak tersedia di gudang f. Menunggu keputusan
engineer apabila manual pengerjaan tidak sesuai di bagian machining g. Menunggu pembelian
tools yang tidak tersedia di bagian machining dan general repair h. Menunggu semua part
serviceable dari inspeksi, repair, dan vendor
7) Unnecessary Motion a. pekerja harus turun dari tempat kerjanya, mengambil tools, lalu naik
kembali b. pekerja mencari tools pada peralatan yang terletak jauh dari engine.

Identifikasi Primary Waste pada perawatan engine CFM56-7B


Waste yang paling sering terjadi adalah waiting time, inappropriate processing, dan
unnecessary motion. Root Cause Analysis Root cause analysis merupakan tools yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab terjadinya permasalahan. Diketahui waiting
time merupakan primary waste. Root cause analysis dalam penelitian ini hanya membahas jenis
waste yang tertinggi yaitu waiting dengan nilai bobot sebesar 0,23.

Rekomendasi Perbaikan
Berikut ini adalah rekomendasi perbaikan untuk primary waste yaitu waiting time:
1) Pembuatan SOP mengharuskan customer memberi jawaban dalam rentang waktu tertentu
(Kaizen burzt 1)
2) Pemberian penjelasan tambahan oleh engineer disamping manual yang telah disediakan
(Kaizen burst 2)
3) Melakukan pengawasan aliran fisik dan informasi perawatan oleh repair production control
dan PPC (Kaizen burst 3)
4) Mengadakan stok material dan tools yang sering dipesan PT GMF AeroAsia (Kaizen burst 4)
5) Pelaksanaan overtime untuk mengejar target waktu penyelesaian perawatan engine

Berikut ini adalah rekomendasi perbaikan untuk secondary waste:


1) Over Production:Membuat SOP agar customer memberi jawaban paling lambat 24 jam setelah
panggilan
2) Defect :Memberitahu engineer mengenai ketidaksesuaian manual daripada melakukan trial
and error dan melakukan pelepasan bagian engine dalam satu kali proses
3) Unnecesery Inventory : Disediakannya tempat penyimpanan di area inspeksi dan
disediakannya tempat untuk modul engine di area RPC
4) Inappropiate Processing : Memberitahu engineer mengenai ketidaksesuaian manual daripada
melakukan trial and error dan melakukan pelepasan bagian engine dalam satu kali proses
5) Excessive Transportation : Penggunaan mobil angkut untuk mengirim part ke workshop dan
perbaikan layout agar RPC lebih mudah dalam mengontrol aliran fisik part.
6) Unnecessary Motion : Pengaturan ketinggian penempatan tools pada kegiatan disassembly
sehingga pekerja dapat menghemat tenaga dan gerakan

Anda mungkin juga menyukai