Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Desa memiliki kekuatan hukum dalam menjalankan

pemerintahannya dibawah kepala desa serta perangkat desa lainnya yang juga

diawasi oleh BPD atau Badan Permusyawaratan Desa. Sebagaimana tercantum

dalam peraturan undang-undang No 6 Tahun 2014 yang harus dipahami bersama.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 2014 pasal 1

ayat 1. Tentang Desa. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan

nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini

menunjukkan bahwa selain menganut demokrasi, di desa juga memiliki

otonominya sendiri yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Indonesia. Otonomi desa bukanlah menunjuk pada otonomi pemerintah desa

semata-mata, tetapi juga otonomi masyarakat desa dalam menentukan diri mereka

dan mengelola apa yang mereka miliki untuk kesejahteraan mereka sendiri.
2

Otonomi desa berarti juga memberi ruang yang luas bagi inisiatif dari desa.

Kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri dan keterlibatan masyarakat dalam

semua proses baik dalam pengambilan keputusan berskala desa, perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan maupun kegiatan-kegiatan lain yang dampaknya akan

dirasakan oleh masyarakat desa sendiri.

Mengenai penyelenggara pemerintahan di desa, Hal ini termuat dalam

Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa kewenangan

Desa meliputi:

1. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;

2. Kewenangan lokal berskala Desa;

3. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,

atau pemerintah daerah kabupaten/kota; dan

4. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah

provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Kewenangan Desa tersebut dalam peraturan pemerintah Desa sedikitnya terdiri

atas:

1. Sistem organisasi masyarakat adat;

2. Pembinaan kelembagaan masyarakat;

3. Pembinaan lembaga hukum adat;

4. Pengelolaan tanah kas desa; dan

5. Pengembangan peran masyarakat desa.


3

Badan Permusyawaratan Desa merupakan perwujudan demokrasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

desa. BPD sebagai badan permusyawaratan berasal dari ketua rukun warga,

pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka

masyarakat lainnya. Badan Permusyawaratan Desa merupakan lembaga legislatif

desa yang berfungsi menampung ,menyalurkan serta mewujutkan aspirasi dan

kepentingasn masyarakat dalam menetapkan kebijakan yang akan dilaksanakan

oleh pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa memiliki fungsi utama

yakni merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama-sama dengan

pemerintah desa (legislasi) serta menampung dan menyalurkan aspirasi dari

masyarakat kepada pemerintah desa (refresentasi). Proses pembuatan peraturan

desa, mencakup tiga bagian yaitu bagian perencanaan, penyusunan peraturan desa

oleh kepala desa dan penyusunan peraturan desa oleh BPD, pembahasan,

penetapan, pengundangan dan penyebarluasan. Selain fungsi dalam legislasi dan

refresentasi, BPD juga memiliki fungsi lainnya seperti mengayomi yaitu menjaga

kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan

sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan dan melakukan pengawasan

yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa, anggaran

pendapatan dan belanja desa/APBDesa serta keputusan kepala desa.

Fungsi legislasi adalah salah satu tugas utama BPD dalam proses

penyelenggaraan pemerintahan di desa. Berbicara tentang legislasi tentunya kita

mengarah pada adanya output yang dihasilkan dalam bentuk peraturan perundang-

undangan pada tingkat ilevel desa. Peraturan perundang-undangan disebut dengan

peraturan desa (Perdes). BPD melakukan koordinasi dengan pemerintah desa


4

yakni kepala desa beserta jajarannya dalam merumuskan dan menetapkan

peraturan desa. Badan permusyawaratan desa memiliki hak untuk menyetujui atau

tidak terhadap peraturan desa yang dibuat oleh pemerintah desa dalam hal ini

kepala desa dan perangkat desa lainnya. Lembaga ini juga dapat membuat

rancangan peraturan desa untuk secara bersama-sama pemerintah desa untuk

ditetapkan menjadi peraturan desa.

Proses legislasi peraturan desa umumnya melalui 3 tahapan yaitu tahap

inisiasi, tahap sosio-politis dan tahap yuridis. Tahap-tahap ini mencakup

pengusulan, perumusan, pembahasan, pengesahan dan pengundangan. Rancangan

peraturan desa, dapat diajukan oleh pemerintah desa dan dapat juga oleh BPD.

Dalam menyusun rancangan peraturan desa, pemerintah desa dan atau BPD harus

memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi yang berkembang di

masyarakat. Rancangan peraturan desa yang berasal dari pemerintah desa

disampaikan oleh kepala desa kepada BPD secara tertulis. Setelah menerima

rancangan peraturan desa, BPD melaksanakan rapat paripurna untuk

mendengarkan penjelasan kepala desa. Jika rancangan peraturan desa berasal dari

BPD, maka BPD mengundang pemerintah desa untuk melakukan pembahasan.

Setelah dilakukan pembahasan, maka BPD menyelenggarakan rapat paripurna

yang dihadiri oleh anggota BPD dan pemerintah desa dalam acara penetapan

persetujuan BPD atas rancangan peraturan desa menjadi peraturan desa yang

dituangkan dalam keputusan BPD. Setelah mendapatkan persetujuan BPD, maka

kepala desa menetapkan peraturan desa, serta memerintahkan sekretaris desa atau

kepala urusan yang ditunjuk untuk mengundangkannya dalam lembaran desa.


5

Dalam Permendagri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan

Permusyawaratan Desa. (BPD) mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Menggali aspirasi masyarakat.


2. Menampung aspirasi masyarakat.
3. Mengelola aspirasi masyarakat.
4. Menyalurkan aspirasi masyarakat.
5. Menyelenggarakan musyawarah BPD.
6. Menyelenggarakan musyawarah Desa.
7. Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa
8. Menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala
Desa antar waktu
9. Membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa
10. Melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa
11. Melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintah Desa
12. Menciptakan hubungan kerja yang harmonis Pemerintah Desa dan
lembaga Desa lainnya, dan melaksanakan tugas lain yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang- undangan.

Badan Permusyawaratan Desa yang kemudian disebut BPD berfungsi

menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat, oleh karenanya BPD sebagai badan permusyawaratan yang

berasal dari masyarakat desa, disamping menjalankan fungsinya sebagai jembatan

penghubung antara kepala desa dengan masyarakat desa, juga harus menjalankan

fungsi utamanya, yakni fungsi representasi (Perwakilan). Tahap-tahap

penyusunan dan penetapan peraturan desa yang ada harus dijalankan di seluruh

desa di Indonesia dengan memperhatikan tiap tahapan. tidak terkecuali, dalam

pembuatan Peraturan Desa di desa Sukamakmur Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa

Barat. BPD merupakan salah satu Unsur penyelenggara pemerintahan desa yang

paling berperan dalam pembuatan peraturan Desa

Badan Permusyawaratan Desa dalam melakukan musyawaratan penentuan

keputusan diharapkan diperoleh dari proses yang baik. Dengan, Melalui


6

musyawarah untuk mufakat meminimalisir berbagai konflik antara para elit

politik, sehingga tidak sampai menimbulkan perpecahan yang berarti. Namun,

dengan demikian terkadang apa yang telah disepakati oleh Pemerintah Desa

dengan Badan Permusyawaratan Desa tidak sesuai apa yang diinginkan

masyarakat sehingga pembentukan peraturan desa hanya menjadi sebuah agenda

Pemerintah Desa yang tidak substantif dan kooperatif atas kepentingan Rakyat,

yang seharusnya BPD (Badan Permusyawaratan Desa) menjadi wadah penyaluran

aspirasi masyarakat. Kurangnya sosialisasi peraturan yang dibuat oleh Perangkat

Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa yang menjadi permasalahan yang

dalam proses penyusunan dan penetapan peraturan tidak sesuai apa yang

diinginkan masyarakat sehingga masih banyak yang melanggar peraturan desa.

Dalam kurun waktu Tahun 2017-2019 Peraturan Desa yang telah dibuat oleh BPD

bersama Pemerintah Desa Sukamakmur sebanyak (11) Peraturan Desa. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1

Peraturan Desa Sukamakmur Priode Tahun 2017-2019

Usulan
No Usulan
Jenis Peraturan Tahun Kepala
. BPD
Desa
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa 2017  -
(APBDes)
2. Rencana Pembangunan Jangka 2012  -
Menengah (RPJMDes)
3. Keputusan Kepala Desa Tentang 2017  -
Rencana Kerja dan Pembangunan Desa
(RKPDes)
4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa 2018  -
7

(APBDes)
5. Rencana Pembangunan Jangka 2018  -
Menengah (RPJMdes)
6. Keputusan Kepala Desa Tentang 2018  -
Rencana Kerja dan Pembangunan Desa
(RKPDes)
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa 2019  -
(APBDes)
8. Keputusan Kepala Desa Tentang 2019  -
Rencana Kerja dan Pembangunan Desa
(RKPDes)
9. Rencana Pembangunan Jangka 2019  -
Menengah (RPJMDes)
10. Rencana Pembangunan Jangka 2019 - 
Menengah (RPJMDes)
Jumlah 9 1
Sumber: Laporan Tahunan Peraturan Desa Sukamakmur, Tahun 2017-

2019

Peraturan-peraturan Desa Sukamakmur yang telah di bentuk di atas

merupakan bentuk permujudan wahwa desa tersebut dalam kurun waktu 3 tahun

yakni tahun 2017 – 2019 sudah melakukan apa yang di perintahkan sesuai

Permendagri No 111 Tahun 2014. Dimana, desa dapat membuat peruran desa guna

kepentingan desa tersebut dengan tujuan kesejahtraan dan kemandirian

masyarakat desa.

Peraturan-peraturan desa sukamakmur yang telah terbentuk oleh Kepala

Desa beserta Badan Permusyawaratan Desa dalam kurun waktu tiga tahun. Jika,

diprosentasekan mengenai keberperananya antara Kepala Desa dengan Badan

Permusyawaran Desa dalam pembuatan peraturan Desa. Maka dapat dilihat, pada

tabel berikut:
8

Tabel 1.2

Prosentase Pembuatan Peraturan Desa Sukamakmur

Priode Tahun 2017-2019

No Tahun Kepala Desa Prosentase (%) BPD Prosentase (%)


1 2017 3 100% - 0
2 2018 3 100% - 0
3 2019 3 70% 1 30%
Sumber: Laporan Tahunan Peraturan Desa Sukamakmur, Tahun 2017-2019

Berdasarkan pengamatan penulis, Peran badan Permusyawaratan Desa

(BPD) di Desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya didalam pembuatan peraturan

desa belum maksimal. Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa para anggota

BPD di Desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya masih kurangnya berinisiatif

dalam membuat usulan atau rancangan peraturan desa, hal ini dapat dilihat pada

tebel 1.1 di atas dari 10 (sepuluh) peraturan desa yang telah disahkan baru hanya

ada 1 (satu) peraturan desa yang dibuat oleh BPD Desa Sukamakmur Kecamatan

Sukakarya. Sedangkan Prosentase pembuatan peraturan Desa Sukamakmur

pertahun nya dapat dilihat pada tabel 1.2. dimana, pada tabel tersebut

menunjukkan bahwa tahun 2017 dari 3 peraturan Desa yang dibuat seluruhnya

atas usulan dan hasil dari kepala desa. Sedangkan, peraturan desa tahun 2018

terdapat 3 peraturan Desa yang dibuat seluruhnya atas usulan dan hasil dari kepala

desa. Sedangkan, peraturan desa yang di tetapkan pada tahun 2019 terdapat 4

peraturan, 3 atas usulan peraturan dari kepala Desa dan 1 atas usulan dari Badan

Permusyawaratan Desa. Dalam hal ini penulis ingin mengetahui lebih jauh

kondisi yang sebenarnya dari Badan Permusyawaratan Desa dalam menjalankan

tiap tahap dari pembuatan peraturan desa. Hak yang diberikan untuk mengusulkan

rancangan peraturan desa apakah telah dipergunakan sebaik-baiknya dan ketika


9

usulan datang dari pemerintah desa dan Masyarakat, apakah BPD setempat

menyikapi dengan kritis sehingga kemungkinan besar output yang dihasilkan akan

banyak memberi perubahan yang positif Di Desa Sukamakmur Kecamatan

Sukakarya Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat. BPD setempat Seharusnya

lebih menunjukkan kapabilitas dan akuntabilitasnya sebagai lembaga legislasi di

desa khususnya dalam pembuatan peraturan desa.

Badan Permusyawaratan Desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya Dalam

rangka melasksanakan kewengangan yang dimiliki untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat. Maka, Badan Permusyawaratan Desa Sukamakmur Kecamatan

Sukakarya, sebagai lembaga legislasi dan wadah yang berfungsi untuk menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat terus menerus berusaha menampung aspirasi

masyarakat desa dengan tujuan pembuatan dan rancangan pembuatan peraturan desa.

Pada dasarnya lembaga ini sebagai Lembaga legislasi di tingkat desa sehingga apa yang

dibutuhkan masyarakat desa dalam pembuatan peraturan dapat terkordinir dalam

pembuatan peraturan desa. Sehingga, peraturan tersebut dapat di gunakan untuk

kepentingan desa. Adapun keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) desa

Sukamakmur Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi pada priode 2013 – 2018 dan

2018 – 2023 dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1.3

Anggota Badan Permusyawaratan Desa sukamakmur Periode 2013-2018 dan

Periode 2018-2023

Anggota BPD Periode 2013-2018 Anggota BPD Periode 2018-2023


10

Nama Jabatan Pendidikan Nama Jabatan Pendidikan


Terakhir Terakhir
(1) (2) (3) (1) (2) (3)
Baban Ketua S1 Jamal Ketua SLTP
Subandi Saputra
S.Pd
Ruseri Wakil SMA Munan Wakil SLTA
Ketua Suherlan Ketua
Neni Sekretaris SMA Eliya Sekretaris S1
Sriwahyuni Kontessa,
S.Pd.I
Mat Mansur Anggota SLTA Nawi Anggota SLTA
Abu Bakrin Anggota SLTA Abu Bakrin Anggota SLTA
Sadelih Anggota SLTA Mimin Anggota SLTA
Mintarsih
Dimas Anggota SLTA Nongkin Anggota SLTA
Mahendra Permana
Aris Anggota SLTA Aris Susanto Anggota SLTA
Susanto
Ikoh Anggota SLTA
Ikoh Anggota SLTA
Assyiqoniah Assyiqoniah
Sumber: Data Anggota Badan Permusyawaratan Desa Sukamakmur, Periode

2013-2018 dan Periode 2018-2023.

Berdasarkan tabel 1.3 Badan Permusyawaratan Desa Sukamakmur

Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi periode 2013-2018 dalam

keanggotaannya didominasi pada lulusan tingkat pendidikan Sekolah Tingkat

Atas dan ketua Badan Permusyawaratan Desanya lulusan Sarjana S1, Pada

periode ini tidak membuat peraturan desa satu pun. Sedangkan, pada Badan

Permusyawaratan Desa Sukamakmur periode 2018-2023 dalam keanggotaanya

didominasi pada lulusan tingkat sekolah Tingkat Atas. Pada periode 2018-2023

ini, ketua Badan Permusyawaratan Desa Sukamakmur lulusan Sekolah Tingkat

Pertama. Namun, sekertarisnya mengenyang lulusan Sarjana S1. Jika dilihat pada

setruktural keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa Sukamakmur pada periode


11

2018-2023 ketua Badan Permusyawaratan Desanya masih lulusan Sekolah

Tingkat Pertama. Namun, pada periode 2018-2023 Badan Permusyawaratan Desa

Sukamakmur Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi sudah menciptakan satu

peraturan desa yang mana peraturan desa tersebut hasil dari rancangan dari Badan

Permusyawaratan Desa Sukamakmur.

Berdasarkan hasil peraturan-peraturan Desa Sukamakmur yang telah

dibentuk pada periode 2017 sampai 2019 penulis mengamati terdapat dugaan

bahwa:

1. Anggota Badan Permusyawaratan Desa yang Periode 2013-2018

belum dapat menghasilkan sebuah rancangan perundang-undangan

Desa. Dapat dilihat pada tabel 1.2 pada periode tersebut Badan

Permusyawaratan Desa Periode 2013-2018 tidak sama sekali

menghasilkan satu pun sebuah peraturan Desa. Ketua yang lama,

dalam pengusulan rancangan perundang-undangan desa memang

belum menjukkan akan keberperananaya dalam pembuatan peraturan

desa. Seperti yang apa yang disampaikan oleh Ketua Pemuda Desa

Sukamakmur Bpk Jaenudin

“untuk BPD periode lama 2013-2018 memang belum


menciptakan satupun sebuah rancangan Perundang-undangn
Desa, dari tingkat pendidikan memang Ketua BPD lama
sudah tingkat sarjana. Namun peraturan-peraturan yang
dibuat oleh Desa Sukamakmur periode 2013-2018 semuanya
atas usulan Dari Kepala Desa”
2. Anggota Badan Permusyawaratan Desa Periode 2018-2023 jika dilihat

pada tabel 1.3. ketua BPD periode 2018-2023 dari tingkat

pendidikanya memang masih tingkat SLTP. Namun, dapat diihat pada

Tabel 1.2 dalam kurun waktu 2018 sampai 2019 Badan


12

Permusyawaratan Desa Sukamakmur sudah dapat menghasilkan satu

sebuah peraturan desa. Seperti apa yang disampaikan oleh Tenaga Ahli

Badan Permusyawaratan Desa Sukamakmur Bpk Aditia Nurwenda

“Badan Permusyawaratan Desa Sukamakmur Periode 2018-


2023 memang jika dilihat dari tingkat pendidikan ketua BPD
nya masih lulusan SLTP dan anggotanya lulusan SLTA.
Namun, anggota-anggota BPD yang sekarang ini kebanyakan
orang-orang yang dapat berbaur dengan masyarakat dan banyak
anggota BPD periode 2018-2023 anggota nya banyak dari
kalangan aktivis sehingga mampu mengupayakan akan
keberperananya dalam perencaraan pembuatan sebuah peraturan
desa”
Berdasarkan permasalahan di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti

Peran badan Permusyawaratan desa di Desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya

Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat dalam pembuatan peraturan Desa

(Perdes). oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul:

“PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBUATAN

PERATURAN DI DESA SUKAMAKMUR KECAMATAN SUKAKARYA

KABUPATEN BEKASI”

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting dalam suatu penelitian agar diketahui arah

jalan penelitian tersebut dan supaya penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya, sehingga jelas dari mana

harus memulai, ke mana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian.

Berdasarkan latar belakang masalah, ada beberapapa masalah yang dapat

dikaji yakni sebagai berikut:


13

1. Bagaimana Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembuatan

Peraturan Desa Di Desa Sukamakmur Kabupaten Bekasi?

2. Ingin Mengetahui Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Oleh Badan

Permusyawaratan Desa Dalam Pembuatan Peraturan Di Desa

Sukamakmur Kabupaten Bekasi ?

3. Bagaimana Upaya-Upaya Yang Dilakukan Oleh Badan

Permusyawaratan Desa Dalam Mengatasi Hambatan Pembuatan

Peraturan Di Desa Sukamakmur Kabupaten Bekasi?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk Mengetahui Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam

Pembuatan Peraturan Di Desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya

Kabupaten Bekasi.

2. Untuk Mengetahui Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Oleh Badan

Permusyawaratan Desa dalam Pembuatan Peraturan Di Desa

Sukamakmur Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi.

3. Untuk Mengetahui Upaya-Upaya yang Dilakukan Badan

Permusyawaratan Desa dalam Mengatasi Hambatan Pembuatan

Peraturan Desa Di Desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya

Kabupaten Bekasi.

1.3.2 Kegunaan Penelitian


14

Adapun kegunaan-kegunaan dan manfaat yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan keilmuan khususnya di dalam kajian ilmu mengenai

Badan Permusyawaratan Desa dalam pembuatan peraturan desa.

2. Secara Praktis, untuk Pemerintah Desa, penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dan masukan demi kemajuan dan

perbaikan khususnya dalam perencanaan pembuatan peraturan desa

oleh Badan Permusyawaratan Desa Sukamakmur Kecamatan

Sukakarya Kabupaten Bekasi.

3. Secara pribadi, penelitian ini sangatlah penting guna sebagai syarat

untuk menyelesaikan program sarjana (S 1) pada Program Studi Ilmu

Pemerintahan dan juga untuk menambah wawasan, pengalaman,

pengetahuan kapasitas, dan kapabilitas pada penulis sebagai mahasiswa

jurusan Ilmu Pemerintahan.

1.4 Kerangka Teori

1.4.1 Pengertian Peran

Peran menurut soekanto (2009:212-213) adalah proses dinamis

kedudukan (status). Apabila seseorang melukakan hak dan kewajibanya

sesuai dengan kedudukanya, dia menjalankan suatu peran. Perbedaaan antara

keduduka dengan peran adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Kedudukan tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada

yang lain dan sebaliknya.


15

Levinson (dalam soekanto 2009:213) peranan mencakup tiga hal

yaitu:

1.) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungakan


dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan masyarakat.
2.) Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi.
3.) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu
yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Menurut Merton (dalam Kaho 2007:67) mengatakan bahwa peranan

didefinikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang

yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat

peran. Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-

hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang yang menduduki

status-status sosial khusus.

Peranan berasal dari kata peran, yang menurut kamus besar Bahasa

Indonesia diartikan sebagai pemain. Peran adalah orang yang menjadi atau

melakukan sesuatu yang khas, atau “perangkat tingkah yang diharapkan

dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat”. Jika ditujukan pada

hal yang bersifat kolektif didalam masyarakat, seperti himpunan,

gerombolan, atau organisasi, maka peranan berarti ”perangkat tingkah yang

diharapkan dimiliki oleh organisasi yang berkedudukan di dalam sebuah

masyarakat”.

Untuk melihat bagaimana Peran Badan Permusyawaratan desa dalam

pembuatan peraturan desa maka peneliti menggunakan teori Menurut


16

“Horoepoetri, Arimbi dan Santosa, 2003”, peran memiliki 4 dimensi sebagai

berikut:

1.) Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini


berpendapat bahwa peran merupakan suatu kebijaksanaan
yang tepat dan baik untuk dilaksanakan;
2.) Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalilkan bahwa
peran merupakan setrategi untuk mendapatkan dukungan dari
masyarakat (public support);
3.) Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai
instrumen atau alat untuk mendapatkan masukan informasi
dalam proses pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandaskan
oleh suatu pemikiran bahwa pemerintah dirancang untuk
melayani masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari
masyarakat tersebut adalah masukan yang bernilai guna
mewujudkan keputusan yang responsif dan responsibel;
4.) Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran dilakukan
sebagai upaya masalah-masalah psikologis masyarakat seperti
halnya perasaan ketidak berdayaan, tidak percaya diri dan
perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting dalam
masyarakat.
Peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan

peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus.

Selanjutnya dikatakan bahwa didalam peranan terdapat dua harapan, yaitu;

pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau

kewajiban-kewajiban pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang

dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang

yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranya atau keajiban-

kewajibanya. Menurut “David Berry (2003:105)” , peranan-peranan dapat

dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat dapat dilihat sebagai pola-pola

peranan yang saling berhubungan. Identitas peran, terdapat sikap tertentu dan

prilaku aktual yang konsisten dengan sebuah peran, dan yang menimbulkan

identitas peran (role identify). orang memiliki kemampuan untuk berganti


17

peran dengan cepat ketika mereka mengenali terjadinya situasi dan tuntutan

yang secara jelas membutuhkan perubahan yang sangat besar.

1.4.2. Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa merupakan perwujudan demokrasi di

desa. Demokrasi yang dimaksud bahwa agar dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan harus selalu memperhatikan aspirasi dari

masyarakat yang diartikulasi dan diagregasikan oleh BPD dan Lembaga

Kemasyarakatan lainnya. Badan ini merupakan lembaga legislatif di tingkat

desa. Badan Permusyawaratan desa merupakan perubahan nama dari Badan

Perwakilan Desa yang ada sebelumnya. Perubahan ini didasarkan pada kondisi

faktual bahwa budaya politik lokal yang berbasis pada filosofi musyawarah

untuk mufakat. BPD mempunyai peran yang sangat besar dalam membanu

kepala desa untuk,menyusun perencanaan desa dan pembangunan desa secara

keseluruhan. Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 BPD mempunyai fungsi:

a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa


bersama Kepala Desa.
b. Kepala Desa. Menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat Desa.
c. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Kewenangan yang dimiliki Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya, BPD sebagailembaga

legislasi (menetapkan kebijakan desa) dan menampung serta menyalurkan

aspirasi masyarakat bersama Kepala Desa. Lembaga ini pada hakikatnya


18

adalah mitra kerja pemerintah desa yang memiliki kedudukan sejajar dalam

menyelenggarakan urusan Pemerintahan Desa.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memiliki hak untuk menyetujui

atau tidak terhadap kebijakan desa yang dibuat oleh Pemerintah Desa.

Lembaga ini juga dapat membuat rancangan peraturan desa untuk secara

bersama-sama Pemerintah Desa ditetapkan menjadi peraturan desa. Disini

terjadi mekanisme check and balance system dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Desa yang lebih demokratis. Sebagai lembaga pengawasan, BPD

memiliki kewajiban untuk melakukan kontrolterhadap implementasi kebijakan

desa, Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa (APBDes) serta pelaksansan

keputusan Kepala Desa. Selain itu, dapat juga dibentuk lembaga

kemasyarakatan desa sesuai kebutuhan desa untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan sebuah organisasi

perwakilan yang dibentuk untuk mengawasi Kinerja Kepala Desa. Organisasi

adalah kerjasama manusia sebagai unsur pokok dari apa yang disebut dengan

administrasi yang dilihat dari sisi terjadinya atau dari bentuk terjadinya.

Sebagai bentuk kerjasama manusia, sangat dimungkinkan keberadaan

organisasi dalam keberagaman bentuk, danketika pemikiran demikian maka

terbentuknya organisasi adalah tergantung dari sisi mana berkeinginan untuk

memahami perlunya keberadaan suatu organisasi. Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) merupakan juga perwujudan demokrasi di desa. Demokrasi yang

dimaksud bahwa agar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

harus selalu memperhatikan aspirasi dari masyarakat yang diartikulasi dan


19

diagregasikan oleh BPD dan Lembaga Kemasyarakatan lainnya. Badan ini

merupakan lembaga legislatif di tingkat desa.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan perubahan nama

dari Badan Perwakilan Desa yang ada selama ini. Perubahan ini didasarkan

pada kondisi faktual bahwa budaya politik lokal yang berbasis pada filosofi

"musyawarah untuk mufakat", Musyawarah berbicara tentang proses,

sedangkan mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang diharapkan diperoleh

dari proses yang baik. Melalui musyawarah untuk mufakat, berbagai konflik

antara para elit politik dapat diselesaikan secara arif, sehingga tidak sampai

menimbulkan goncangan- goncangan yang merugikan masyarakat luas.

”Hamzah Halim, 2009 hal.12” Badan Permuswaratan Desa (BPD)

berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung, dan

menyalurkan aspirasi masyarakat (UU No. 32 Tahun 2004 pasal 209). Oleh

karena itu Badan Permusyawaratan Desa sebagai wadah musyawarah yang

berasal dari masyarakat desa, disamping menjalankan tugas dan fungsinya

sebagai jembatan penghubung antara kepala desa dengan masyarakat desa,

juga harus dapat menjadi lembaga yang berperan sebagai lembaga representasi

dari masyarakat. Sehubungan dengan tugas dan fungsinya menetapkan

peraturan desa maka BPD bersama-sama kepala desa menetapkan peraturan

desa sesuai dengan aspirasi yang ada dari masyarakat, namun tidak semua

aspirasi masyarakat dapat ditetapkan dalam bentuk peraturan desa tapi harus

melalui proses sebagai berikut:


20

1.) Artikulasi, yaitu penyerapan aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh

BPD;

2.) Agregasi, yaitu proses mengumpulkan, mengkaji dan membuat prioritas

aspirasi yang akan dirumuskan menjadi perdes;

3.) Formulasi, yaitu proses perumusan rancangan peraturan desa yang

dilakukan oleh BPD dan/atau oleh pemerintah desa; dan

4.) Konsultasi, yaitu proses dialog bersama antara pemerintahdesa dan BPD

dengan masyarakat.

Peraturan desa dapat ditetapkan melalui proses dan tahapan tersebut

diatas, hal ini dilakukan agar peraturan yang di tetapkan tidak bertentangan

dengan kepentingan umum, peraturan daerah dan perundang-undangan yang

lebih tinggi tingkatnya. Materi yang di atur dalam peraturan desa harus

memperhatikan dasar- dasar dan kaidah-kaidah yang ada, seperti:

1.) Landasan hukum materi yang di atur, agar peraturan


desa yang diterbitkan oleh pemerintah desa
mempunyai landasan hukum;
2.) Landasan filosofis materi yang di utur, agar
peraturan desa yang diterbitkan oleh pemerintah desa
jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai hakiki
yang dianut di tengab-tengah masyarakat;
3.) Landasan sosiologis materi yang di atur, agar
peraturan desa yang diterbitkan oleh pemerintah desa
tiduk bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup di
tengah-tengah masyarakat;
4.) Landasan politis materi yang di atur, agar peraturan
desa yang diterbitkan oleh pemerintah desa dapat
berjalan sesuai dengan tujuan tanpa menimbulakan
gejolak di tengah-tengah masyarakat.

1.4.3. Peraturan Desa

Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undngan yang ditetapkan

oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan


21

Permusyawaratan Desa, berdasarkan Udang-undang No 6 Tahun 2014 Bab 1,

pasal 1 ayat 7 Peraturan Desä merupakan penjabaran lebih lajut dari peraturan

perundang- undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial

budaya masyarakat dalam upaya mencapai tujuan pemerintahan serta peraturan

desa dilarang bertentangan dengan kepentingan umum Secara teoristis,

Pembuatan Peraturan Desa hanis didasari paling tidak empat (4) dasar

pemikiran antara lain:

1.) Dasar Filosofis, merupahan dasar filsafat atau pandangan


hidup yang menjadi dasar cita-cita sewaktu menuangkan
hasrat kedalam suatu rancangan/draf perauran dan nilai-nilai
moral atau ailai-nilai adat yang dijujung tinggi dinasyarakat
2.) Iandasan Sosiologis, bahwa peraturan vang dibuat harus
dapat dipahami oleh masyarakat dan harus sesuai dengan
kenyataan hidup masyarakat yang bersangkutan Aiuran
yang dibuat harus sest:2i dengan keutuhan dan keyakinan
dan kesadaran Tuasyarakat
3.) Landasan Yuridis, bahwa menjavi landasan daiam
pembuatan peraturan perundang-undangan adalah peraturan
atau sederet peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi dan dasar kewenangan seorng penjabat ateu badan
pembentuk peraturan perundang-undangan
4.) Dasar Hukum, Tolak ukur diatas dapat memberikan janinan
bahwa rancangan peraturan yang bibuat merupakan cikal
bakal peraturan yang diterima masyaraiat acceptable ),
popolis dan efektif Populis. karena mengakomodir
sebanyak-banyaknya keinginan masyarakat setempat
Epektif, karena peraturan yang dibuat mencakup sebanyak-
banyaknya kepentingan masyarakat dan senantiasa sesirai
dengafl tuntuan perkembangan zaman sehingga setiap
kebutuhan masyarakat pada setiap era, mampu diwadahinya

Peraturan Desa yang wajib dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 72 Tahun 2005 adalah sebagai berikut:

1.) Peraturan Desa tentang susunan organisasi dan tata kerja


pemerintahan desa (pasal 12 ayat 5).
2.) Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa ( pasal 73 ayat 5).
22

3.) Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Desa (RPJMD) ( pasal 64 ayat 2).
4.) Peraturan Desa tentang Pengelolaan Keuangan Desa ( pasai
76).
5.) Peraturan Desa tentang Pembentukan Badan Usaha Milik
Desa BUMDES) (pasal 78 ayat 2) Apabila Pemerintah Desa
membutuhkan adanya BUMdes. Peraturan Desa tentang
Pembentukan Badan Kerjamasa (pasal 82 ayat 2).
6.) Peraturan Desa tentang Lembaga kemasyarakatan (pasal 89
ayat 2).

Selain Peraturan Desa yang wajib dibentuk seperti tersebui diatas,

Pemerintah Desa juga dapat membentuk Peraturan Desa yang merupakan

pelaksanan lebih lanjut dari peraturan daerah dan perudang-undangan lainnya

yang sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, antara lain:

1.) Peraturan Desa tentang Pembeniukan Panitia


Pencalonan dan Pemilihan Kepala Desa.
2.) Peraturan Desa tentang Penetapan yang berhak
menggunakan hak pilih dalam pemilihan kepala desa.
3.) Peraturan Desa tentangpemberian pengaharagaan
kepada mantan kepala desa dan perangkat desa.
4.) Peraturan Desa tentang Penetepan Pengelolan dan
Pengaturan pelimpahan/pengalihan fungsi sumber-
sember Pendapatan dan Kekayaan Desa.
5.) Peraturan Desa tentang Pungutan Desa

Selain hal diatas perlu juga diperhatikan bahwa dalam hal Pembahasan

Rancangan Peraturan Desa masyarakat berhak memberikan masukan baik

secara lisan maupun tertulis ( pasal 83 ayat (3) PP RI No 43 Tahun 2014)

Peraturan Desa disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota

melalui Camat sebagai bahan pengawasan dan pembinaan paling lambat 7

( tujuh ) hari setelah ditetapkan ( Pasal 84 ayat (4) PP RI No. 43 Tahun 2014 )

Adapun Rancangan Peraturan Desa Tentang APBDesa yang telah disetujui

bersama sebeium ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 ( tiga ) hari
23

disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota untuk dievalusi Guna

untuk melaksanakan Peraturan Desa Kepala Desa menetapkan Peraturan Desa

dan/atau kepulusan Kepala Desa ( Pasal 69 ayat (4) UU RI Ne 5 Tahun 2014).

1.4.4. Proses Legislasi Peraturan Desa

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016

sccara umum. Proses Pembuatan Peraturan Desa Melalui 3 (tiga) tahapan

yakni:

1.) Tahap Inisiasi ( Pengusulan dan Perumusan ).

Pada tehan inisiasi ide atau gagasai dalam pembentukan peraturan desa

dapat datang dari dua belah pihak baik dari pemerintah desa maupun BPD

Apabila usulan tersebut datang dari BPD, maka rancangan tersebut

diserahkan kepada kepala desa, begitupun sebaliknya apabila usulan

teesebut datangnya dari kepala desa maka rancangan peraturan desa

diserahkan kepada BPD, artinva keduanya mempunyai hak untuk

mengajukan peraturan desa.

BPD mengadakan rapat yang dihadiri oleh ketua-ketua bidang ( Bidang

Kemasyarakatan, Pemerintahan dan Pembangunan) untuk membahas usulan

tersebut apabila disepakati perlu adanya peraturan desa sesuai dengan

usulan tersebut maka rapat tersebut dijadikan pra-rancangan peraturan desa.

Usulan peraturan desa juga dapat dari masukan anggota masyarakat yang

secara langsung atau lewat BPD Kemudian dari BPD lalu dibahas semacam

kepanitiaan kecil, apabila disetujui barulah rapat secara lengkap untuk

membagas pantas tidaknya peraturan desa setelah itu dibuat rancangan


24

peraturan desa. Sebuah ide atau gagasan pembentukan peraturan desa harus

dibahas terlebih dahulu melalui sidang pleno guna menetapkan apakah

usulan tersebut disetujui menjadi sebuah rancangan peraturan desa atau

tidak.

Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negri No 29 Tahun 2016 pasal

ayat (1-3), Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa, pungutan, penataan ruang yang telah disetujui bersama

dengan BPD, sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lambat ( tiga )

hari disampaikan oleh Kepala Desa Kepada Bupati/Walikota untuk

dievaluasi Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud

diatas disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada Kepala Desa paling lambat

20 ( dua puluh ) hari sejak Rancangan Peraturan Desa tersebut diterima,

maka kepala desa dapat menetapakan Rancangan Peraturan Desa tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desat APBDES) menjadi peraturan desa

Kemudian pada pasal 11 Peraturan Mentri Dalam Negri No. 29 Tahun 2006

dijelaskan bahwa evaluasi rancangan peraturan desa tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 dapat

didelegasikan kepada Camat.

2.) Tahap Sosio-Politis ( Pembahasan)

Rancangan Peraturan Desa yang telah diterima oleh pemerintah desa

selanjutnya diadakan pembahasan dalam rapat gabungan bersama BPD,

Kepala Desa dan Perangkat Desa Peranan perangkat desa dimaksudkan

untuk menampung aspirasi masyarakat sehingga dalam pelaksanaanya nanti

Peraturan Desa dapat diterima Daiam rapat pembahasan ketua BPD


25

memberikan penjelasan mengenai latar belakang dan tujuan dibuatnya

peraturan desa Dalam rapat tersebut diadakan tanya jawab berkaitan dengan

RAPERDes. Pada waktu rapat pembahasan, permaslahan yang ada dalam

Rancangan Peraturan Desa bibahas satu persatu, dibacakan oleh Ketua BPD

dan yang menetapkan Peraturan Desa adalah Kepala Desa.

Rancangan Peraturan Desa yang diajukan bermula dari satu pendapat

satu pandangan dari pihak BPD, setelah dibahas bersama Kepala Desa dan

Perangkat Desa lainya sehingga menghasilkan kesepakatan bersama, maka

peraturan desa yang diajukan selalu mengalami perubahan yang bertujuan

untuk menyemmpurnakan isi dan meteri peraturan desa, sehingga peraturan

desa yang dihasilkan dapat memenuhi aspirasi masyarakat dan menyangkut

kepentingan umum Setelah diadakannva pembahasan yang mendalam maka

dapat diambil Scbual keputusan dapat diterima atau tidaknya rancangan

tersebut menjadi Peraturan desa Pengambilan keputusan tentang peraturan

desa biasanya dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat. Namun

tidak menutup kemungkinan diadakanya voting.

3.) Tahapan Yuridis ( Pengesahan dan Penetapan)

Setelah rancangan tersebut mendapat persetujuan dari semua pihak

untuk dijadikan peräturan desa inaka langkah selanjuinya adalah Kepala

Desa bersama BPD menetapkan Rancangan Peraturan Desa tersebut

menjadi sebuah Peraturan Desa sesuai Pasal 83 ayat (4) Peraturan

Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa Namun sebelunmnya,

rancangan peraturan desa yang telah disetujui bersama Kepala Desa dan

BPD tersebut disampaikan oleh pimpinan BPD kepada Kepala Desa,


26

penyampaian rancangan peraturan desa dilakukan dalam: jangka waktu

paling lambat 7 ( tujuh ) hari terhitung sejak tanggai persetujuan bersama

Peraturau Peraturan Pemerintah RI No 43 Tahun 2014 Pasal 84 ayat l )

setelah ditetapkan menjadi peraturan desa, kepala desa memerintahkan

sekertaris desa untuk mengundangkannya dalam lembaran desa Peraturan

desa berlaku sejak ada ketetapan dari kepala desa.

Berdasarkan Peraturan Penerintah Nomor 72 Tahun 2005 Proses

Pembnatan Peraturan Desa di atas merupakan suatu keputusan/kebijakan

yang telah disepakati bersama untuk dijadikan suatu ukuran agar setiap

tindakan dari seseorang tidak merugikan orang lain Dengan demikian,

dalam Proses Pembuatan Peraturan Desa lebih-condong menggunakan teori

Kansil (2011 : 191 ) dalam bukunya yang berjudul Sistem Pemerintahan

Indonesia " kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang

harus dijadikan pedoman, pegangan, atau petunjuk bagi setiap usaha

aparatur pemerintah, sehingga tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam

mencapai tujuan bersama, dalam kebijakan hendaknya meliputi:

a) Berpedoman pada kebjiakan yang berlaku, yaitu setiap


kebijakan dalam Proses Pembuatan Peraturan Desa
mengacu pada peraturan yang berlaku, adanya rumusan
aspirasi masyarakat dalam Proses Pembuatan Peraturan
Desa serta harus ada naskah peraturan yang sebelumnya.
b) Tidak bertentangan dengan kebijakan yang ada yaitu
setiap kebijakan dalam Proses Pembuatan Peraturan Desa
harus ada kesesuaian antara jenis materi dan muatan
bahwa dalam pembentukan memperhatikan materi
muatan yang tepat sesuai dengan jenis peraturan serta
kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat bahwa
setiap jenis peraturan Desa harus dibuat oleh lembaga
atan organ yang berwenang.
c) Berorientasi kemasa depan, yaitu setiap kebijakan harus
dapat dilaksanakan bahwa setiap Proses Pembuatan
Peraturen Desa harus memperhitungkan efektifitas
27

peraturan iersebut didalam masyarakat Desa haik secara


filosofis, sosialogis. imaupun yuridis serta dapai
memberdayayunakan dar hasiigunaan bahwa setiap
peraturan Desa dibuat karna memang benar-benar
dibutuhkanndan bermantaat dalam mengatur kebutuhan
bermasyarakat.
d) Berorientasi pada kepentingan umum, yaitu setiap
kebijakan harus ada keterbukaan dalam Proses
Pembuatan Peraturan Desa melalui dari perencanaan,
penyusunan pengesahan atau penetapan. dan
pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan
demikian, seluruh lepisan masyarakat Desa mempunyai
kesmpatan yang seluas-luasnya untuk memberikan
masukan dalam pembentukan peraturan desa harus benar-
benar desa.
e) Jelas, Tepat, dan tidak menimbulkan kekaburan, yaitu
setiap kebijakan haius adamya kejelasan rumusan bahwa
setiap Proses Pembustan Peraturan Desa hanus
persyaratan teknis penyusunan peraturan, sistematika,
pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang dan
mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagi
macam interpestasi dalam pelaksanaanya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

menurut Undang-Undang dasar 1945 adalah indonesia menganut sistem

demokrsai perwakilan dalam penyelenggaran pemerintahan, dalam sistem ini

masing-masing anggota masyarakat mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam

sikap perumusan kebijakan publik Keterlibatan rakyat daiam kebijakan dapat

direalisasikan melalui wakil-wakilnya unuk ditingkat desa kepada BPD yang

anggotanya dipilih melalui musyawarah mufakat, anggota BPD adalah wakil-

wakil dari penduduk desa yang bersangkutkan berdasarkan keterwakilan wilayah

yang terdiri penduduk desa yang bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah


28

yang terdiri pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama tokoh atau pemuka

masyarakat lainnya Anggota BPD berjumlah ganjil 9 (sembilan) orang yang

paling banyak 11 (sebelas) orang, yang ditentukan berdasarkan pertimbangan luas

wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan desa Peraturan Mentri

Dalam Negri Nomer 110 Tahun 2016 tentang Pedoman Pembentukan Dan

Mekanisme Pembuatan Peraturan Desa, Bab III Pasal 6 yaitu:

a) Rancangan peraturan desa diprakarsai oleh pemerintah desa


dan dapat berasal dari usul inisiatif BPD.
b) Masyarakat berhak memberikan masukan baik secara tertulis
maupun lisan terhadap rancangan peraturan desa. Masukan
secara tertulis maupun lisan dari masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1). dapat dilakukan dalam proses
penyusunan rancangan peraturan desa.
c) Mekanisme penggunana hak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1). diatur lebih lanjut dalam peraturan kabupaten/kota.
d) Rancangan peraturan desa dibahas secara bersama oleh
pemerintah desa dan BPD.
e) Rancangan peraturan desa berasal dari pemerintah desa,
dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama BPD.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD), merupakan wadah dari kekuasaan

pemerintah yang sangat berperan dalam memenuhi sebagai tuntutan kebutuhan

dan aspirasi masyarakat desa. Peran penting dari BPD ditunjukan satu diantaranya

adalah menetapkan peraturan desa Bentuk kebijakan desa yang ditetapkan oleh

BPD adalah peraturan desa. Oleh sebab itu, pembuatan peraturan desa oleh BPD

harus dapat memasukan kehendak masyarakat atau kepentingan umum.

Fokus utama kajian ini adalah Proses Pembuatan peraturan desa oleh

Bandan Permusyawaratan Desa Di Desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya

Kabupaten Bekasi. Proses Pembuatan peraturan desa sangat penting bagi

penyelenggaran pemerintahan desa dengan guna pencapaian keberhasilan dalam

pembuatan peraturan desa tentunya guna dalam sebuah pembangunan dan


29

kesejahteraan masyarakat desa. Proses pembuatan peraturan Desa sangat penting

dalam penyelenggaran pemerintahan desa karena dalam konteks tersebut

dimaksudkan sebagai hal-hal yang berkaitan dalam kamus politik yang ditulis

oleh Marbun (2007) dikatakan bahwa: "Kebijakan merupakan rangkaian konsep

serta asas yang menjadi garis besar dan juga dasai rencana dalam pelaksanaan satu

pekerjaan, kepemimpinan dalam pemerintahan atau juga organisasi pernyataan

cita-cita, tujuan, prinsip atau juga maksud sebagai garis pedoman dalam mencapai

sasaran " Menutut Hanif ( 2011:113 ), peraturan desa adalah bentuk regulasi yang

dikeluarkan pemerintah desa sebagaimana kabupaten membuat peraturan daerah,

Sesuai dengan prinsip desentralisasi dan etonomi daerah, desa atau sebutan lain

diberikewenangan antuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakur Dalam

rangka pengaturan kepentingan masyaralat, Badan Permusyawaratan Dasa

bersama pemerintah desa menyusun peraturan desa dan kepala desa menyusun

peraturan pelaksanaanya, yaitu peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa

Peraturan desa peraturan kepala desa dan keputusan desa harus disusun secara

benar sesuai kadah-kaedah hukum dan teknik penyususnannya. Untuk itu perlu

ada pedoman penyusunan dan standarlisasi bentuk peraturan desa roses

Pembuatan Peraturan Desa yang sudah disepakati oleh kepala desa dengan BPD

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan lebih lanjut dari

penjabaran peraturan perundang-undangan adapun peraturan-peraturan yang

dibuat eleh pemerintah desa tidak boleh bertentangan dengar kepentingan umum

dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.


30

Peraturan desa dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan dan

masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tulisan dalam rangka

penyampainan atau pembahasan peraturan desa Dengan peraturan yang sesuai

kebutuan-kebutuhan dari warga desa, maka dapat terpenuhi sesuai dengan yang

diharapkan oleh masayarakat desa Peraturan- peraturan dibentuk untuk mengatur

kehidupan masyarakat agar senantiasa hak dan kewajibannya sebagai warga

negara dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhannya Pentingnya BPD dalam

proses pembuatan peraturan desa, karena harus memberikan manfaat yang besar

bagi masyarakat sehingga keputusan-keputusan yang diambil oleh BPD harus

sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan bersama, sehingga masyarakat

nantinya mendapatkan keputusan atas tidakan-tindakan yang dilakukan oleh wakil

mereka.

Sehingga peraturan merupakan suatu keputusan/kebijakan yang telah

disepakati bersama untuk dijadikan suatu ukuran agar setiap tindakan dari

seseorang tidak merugikan orang lain Dengan demikian, peneliti ini lebih

condong menggunakan teori Kansil (2011:191) dalam penyusunan kebijakan

hendaknya meliputi. Yaitu:

a) Berpedoman pada kebijakan yang barlaku.


b) Tidak boleh bertentangan dengan kebijakan yang ada.
c) Berorientasi ke masa depan.
d) Berorientasi pada kepentingan umum.
e) Jelas, tepat dan tidak menimbulkan kekaburan arti dan maksud.
Berdasarkan teori di atas maka di gambarkan kerangka pemikiran

penelitian sebagai berikut:


31

Gambar 1.4

Kerangka Pemikiran

Proses Badan Permusyawaratan Desa dalam Pembuatan Peraturan di Desa


 UU RI No 6 Tahun 2014
tentang Desa
Sukamakmur Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi.
 Pelaksanaan UU No. 6
Tahun 2014 tentang Desa
 Permendagri Nomor 110
Proses pembuatan Peraturan
Tahun 2016 tentang
Proses pembuatan Desa oleh Badan
Peraturan Desa Permusyawaratan Desa di Desa
Sukamakmur Kecamatan
Sukakarya Kabupaten Bekasi.
32

Indikator pembuatan peraturan


Tahapan dalam Pembuatan
desa meliputi:
Peraturan Desa yaitu:
1 Tahap Inisiasi 1 Berpedoman dengan
(Pengusulan & kebijakan yang berlaku
Perumusan) 2 Tidak boleh bertentangan
2 Tahap sosio-politis dengan kebijakan yang
(Pembahasan) ada.
3 Tahap Yuridis
3 Berorientasi pada
(Penetapan/Pengesahan)
kepentingan umum.
4 Jelas, tepat dan tidak
menimbulkan kekaburan
arti dan maksud (Kansil,
2011:1991)

Hambatan yang dihadapi oleh


Upaya yang dilakukan
Badan Permusyawaratan Desa
dalam mengatasi
(BPD) dalam peroses pembuatan
1.6 Definisi Oprasional hambatan-hambatan
peraturan Desa
tersebut.
1.7

1.6 Definisi Oprasional

Agar tidak salah tafsir pada istilah yang di gunakan dalam penelitian ini,

maka perlu adanya pendekatan variabel yang dioperasionalkan dalam beberapa

istilah yang digunakan. Definisi oprasional adalah definisi yang membutukan

indikator-indikator sebagai gejala-gejala yang mudah untuk mengukurnya.


33

Berdasrakan kerangka pemikiran penelitian diatas, maka dapat dirumuskan

definisi oprasional sebagai berikut, bahwa proses pembuatan peraturan desa oleh

badan permusyawaratan desa (BPD) dalam proses pembuatan peraturan desa

bersama-sama kepala desa merupakan kegiatan yang dilakukan oleh BPD dalam

melaksanakan hak dan kewajibannya, antara lain adalah:

1.) Pemerintah Desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya adalah organisasi dalam

pemerintahan desa yang melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan desa,

pejabat/aparatur desa tersebut yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Staf

Desa lainnya.

2.) Badan Permusyawaratan Desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya

selanjutnya disebut BPD adalah suatu badan selaku mitra Kepala Desa dalam

menyelenggarakan Pemerintah Desa, BPD yang sebelumnya disebut Badan

Perwakilan Desa memiliki fungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala

Desa menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta menjadi fungsi

kontrol dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

3.) Desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya yang selanjutnya disebut PerDes

adalah produk hukum yang diciptakan oleh pemerintah desa dalam

menjalankan pembangunan desa demi tercapainya kesejahteraan masyarakat

desa secara menyeluruh. Peraturan desa adalah bentuk regulasi yang

dikeluarkan pemerintah desa sebagaimana kabupaten membuat peraturan

daerah. Peraturan desa ditetapkan oleh Kepala Desa bersama Badan

Permusyawaratan Desa, peraturan desa dibentuk dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan desa yang merupakan penjabaran lebih lanjut


34

dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan

kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

4.) Proses Pembuatan Peraturan Desa Sukamakmur adalah bentuk regulasi yang

dikeluarkan Pemerintah Desa Sukamakmur sebagaimana Kabupaten Bekasi

membuat Peraturan Daerah. Peraturan desa ditetapkan oleh kepala desa

bersama BPD dalam rangka penyelanggaran pemerintahan desa, dengan

indikator kebijakan dalam proses pembuatan peraturan desa meliputi:

1. Berpedoman pada kebjiakan yang berlaku, yaitu setiap kebijakan dalam

Proses Pembuatan Peraturan Desa Sukamakmur oleh BPD mengacu pada

peraturan yang berlaku, adanya rumusan aspirasi masyarakat dalam Proses

Pembuatan Peraturan Desa serta harus ada naskah peraturan yang

sebelumnya. Dengan sub indikator, meliputi:

a. Proses pembuatan peraturan desa oleh BPD sesuai dengan

kebijakan yang berlaku.

b. Adanya sosialisasi kebijakan dalam setiap peroses pembuatan

peraturan desa.

c. Adanya evaluasi BPD terhadap hasil peraturan desa yang berlaku.

d. Adanya laporan rapat dalam proses Pembuata peraturan desa.

2. Tidak bertentangan dengan kebijakan yang ada. yaitu setiap kebijakan

dalam Proses Pembuatan Peraturan Desa Sukamakmur harus ada

kesesuaian antara jenis materi dan muatan bahwa dalan pembentukan

peraturan desa harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang

tepat sesuai dengan jenis peraturan serta kelembagaan atau organ

pembentuk yang tepat bahwa setiap jenis peraturan Desa Sukamakmur


35

harus dibuat oleh lembaga atau organ yang berwenang, Dengan sub

indikator meliputi:

a. Proses Pembuatan Peraturan Desa dilakukan dengan

memperhatikan peraturan baik di tingkat pusat maupua daerah.

b. BPD melakukan kajian akademis dalam perumusan peraturan desa.

3. Berorientasi kemasa depan, vaitu setiap kebijakan harus dapat

dilaksanakan bahwa setiap Proses Pembuatan Peraturan Desa Sukakarya

harus memperhitungkan efektifitas peraturan tersebut didalam masyarakat

Desa Sukamakmur, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis serta

dapat memberdayagunakan dan hasilgunaan bahwa setiap peraturan Desa

Sukamakmur dibuat karena memang benar-henar dibutuhkan dan

bermanfaat dalam mengatur kebutuhan bermasyarakat. Dengan sub

indikator, meliputi:

a. Adanya analisa filosofis ( pandangan hidup/kesadaran ), sosiologis

( Kebutuhan Masyarakat ) dan yuridis ( hukum yang Berlaku )

dalam Proses Pembuatan Peraturan Desa.

b. Perumusan peraturan desa didasari oleh aspirası masyarakat

melalui Musyawarah Desa.

c. Proses Pembuatan peraturan Desa berdasarkan kebutuhan

masyarakat.

4. Berorientasi pada kepentingan umum, yaitu setiap kebijakan harus ada

keterbukaan dalam Proses Pembuatan Peraturan Desa Sukamakmur

melalui dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan, atau

penetapan, dan pengundangan bersifat transparan, dan terbuka. Dengan


36

demikian, seluruh lapisan masyarakat Desa Sukamakmur mempunyai

kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam

pembentukan peraturan desa Dengan sub indikator, meliputi

a. Adanya sosialisasi pelaksanaan Proses Pembuatan Peraturan Desa

bagi seluruh stakeholder ( mayaratakat, RT, RW, aparatur

pemerintah desa dan sebagainya )

b. Proses Pembuatan Peraturan Desa ditetapkan berdasarkan skala

prioritas kebutuhan desa dan masyarakat.

c. Proses Pembuatan Peraturan Desa ditentukan berdasarkan jajak

pendapat masyarakat desa.

d. Adanya sosialisai dan evaluasi Proses Pembuatan Peraturan Desa.

5. Jelas, tepat, dan tidak menimbulkan kekaburan, yaitu setiap kebijakan

harus adanya kejelasan rumusan bahwa setiap Proses Pembuatan Peraturan

Desa Sukamakmur harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan

peraturan, sistematika, pililian kata atau istilah, serta bahasa hukum yang

mudah dan dimengerti sehingga tidak menimibulkan berbagi macam

interpestasi dalam pelaksanaanya, Dengan sub indikator meliputi:

a. Adanya sosialisasi tentang mekanisme Proses Pembuatan Peraturan

Desa berdasarkan undang-undang yang berlaku.

b. Proses Pembuatan Peraturan tersebut didiskusikan pada awal rapat

Perumusan Peraturan Desa.

c. Rapat Peraturan Desa melibatkan tenaga ahli / akademisi /

konsultan /unsur lain.


37

d. Isi kebijakan dalam Proses Peibuatan Peraturan Desa berdasarkan

kritik dan masukan serta aspirasi bersama (BPD, Aparatur

Pemerintahan, dan unsur Masyarakat).

1.7 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1.7.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan landasan dalam sebuah karya ilmiah untuk

meneliti obyek permasalahan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis ini. menurut

Hadad Nawawi (I998:63) didefinisikan sebagai berikut:

“Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur


pemecahan masalah yang diselidiki dengan mengambarkan
atau melukiskan keadan subjek/obyek penelitian (seseorang,
masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”.

Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan dengan memusatkan pada suatu

masalah tertentu secara detail dan intensif. dimulai dengan mengumpulkan data,

menyusun, menjelaskan, dan menganalisanya.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Sementara itu, proses pengumpulan data merupakan bagian penting dalam

suatu penelitian. Metode pengumpulan data dala setiap penelitian merupakan

komponen yang sangat esensial karena kualitas data yang diperoleh ditentukan

oleh metode tersebut, adapun teknisk pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:


38

1 Teknik studi pustaka

Teknik studi pustaka dilakukan untuk mencari teori-teori,

konsep-konsep generelisasi-generelisasi yang dapat dijadikan landasan

teoritis bagi penelitian yang dilakukan (Brata,2003:18). Dalam penelitian

ini teknik studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh

peneliti untuk menghimpun data dan infomasi yang relevan mengenai

Pembangunan infrastruktur.

2 Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006 : 231). Teknik

dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data-data yang diperoleh

dari data sekunder, data yang sudah jadi yang berkaitan dengan penelitian,

data tersebut berupa data file (subcopy). Dalam penelitian ini data tersebut

diperoleh dari Badan Permusyawaratan Desa dan Sekdes (sekertaris desa).

3 Teknik Lapangan (field Reserch)

Pada teknik penelitian ini dilakukan di lapangan untuk mengambil

data dari sumbernya secara langsung. Adapun beberapa kegiatan penelitian

di lapangan dilakukan melalui kegiatan, sebagai berikut :

a) Observasi, Observasi terdiri dari kumpulan kesan tentang dunia sekitar

berdasarkan semua kemampuan daya serap pancaindra manusia


39

(Denzin dan lincoln. 2009: 524). Dalam penelitian apapun seseorang

peneliti harus secara aktif menyaksikan semua gejala yang sedang

dikaji. Untuk itulah, metode ini dipergunakan untuk memperoleh data

dengan melakukan pengamatan langsung kepada onyek penelitian.

Dalam penelitian ini, mengadakan pengamatan terhadap pelaksanaan

dalam pembuatan peratuan desa untuk mendapatkan data-data yang

diperlukan dalam penelitian ini.

b) Wawancara (interview) yaitu pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung sesuai dengan daftar pertanyaan yang

di[ersiapkan sebelumnya. Adapun dalam penelitian ini pertanyaan

dilakukan dengan kepala Badan Permusyawaran Desa Sukamakmur.

Wawancara ini dimaksud guna memperoleh gambaran mengenai

pelaksanaan pembuatan peraturan desa di desa Sukamakmur

Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi.

c) Kuesioner (angket) adalah suatu teknik pengumpulan data untuk

mendapatkan data dari sumbernya secara akurat, karena metode ini

dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden,

yang diharapkam dapat memberikan data tentang permadalahan yang

diteliti. Adapun yng akan menerima koesioner dalam penelitian ini

adalah kepala Badan Permusyawaratan Desa, Aparat Desa, LPM, RT

dan RW.

1.7.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan sekumpulan obyek dalam penelitian, menurut

Warsito (1995:10), populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan obyek


40

penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, tumbuhan, gejala, nilai tes,

atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karateristik tertentu dalam

suatu penelitian. Sementara itu, menurut Husnaini Usman (2004: 43)

mengatakan bahwa populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun

pengukuran, baik kuatitatif maupun kualitatif dari karateristik tertentu

mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas dengan tujuan untuk dapat

menentuakan besarnya anggota sampel yang diambil dari anggota populasi dan

membatasi berlakunya daerah generilisasi. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh perangkat desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi.

Sementara itu, dari populasi tersebut diambil sampel penelitian, dimana

menurut Sugiono (2000: 57), sampel adalah sebagian jumlah dan karateristik

yang dimiiki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian harus mencerminkan

populasinya sedangkan utuk menentukan jumlah sampel menurut Idris (2000:

95). Jika jumlah populasi dibawah 100 Orang, lebih baik diambil semuanya

sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Namun, jika populasinya

sama dengan atau lebih dari 100 Orang, sebaiknya peneliti mengambil sekitar

60% - 75% sebagai sampel, tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan penelitian dilihat dari keterbatasan dan, tenaga, dan waktu.

b. Sempit luasanya wilayah pegamatan dari setiap subjek karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya resiko, tentu saja jika sampel besar hasilnya akan lebih baik

Berdasarkan pendapat Idris (2000: 95).

Penelitian ini terdiri dari 85 Rsponden yang terdiri dari perwakilan

aparatur desa setia mekar, badan permusyawaratan desa, perwakilan LPM


41

desa, dan perwakilan RT/RW. Karena penelitian ini meneliti tentang Peran

Badan Permusyawaratan Desa dengan pembuatan peraturan desa di desa

Sukamakmur kecamatan Sukakarya kabupaten bekasi, maka posisi BPD

sebagai penyinkronisasi faliditas data yang dapat melalui metode pengambilan

data dengan teknik wawancara. Sedangkan dari penelitian ini di ambil 42

Responden. Untuk lebih jelasnya mengenai data anggota populasi dan

keseluruhan sampel yang peneliti ambil dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.5

Populasi dan Sampel Penelitian

No Kategori Responden Populasi Sampel Wawancara


I Aparatur Desa
1 Kepala Desa 1 1 1
2 Sekertaris Desa 1 1
3 Kaur Pemerintahan 1 1 1
4 Kaur Pembangunan 1 1
5 Kaur Kesra 1 1
6 Kaur Keuangan 1 1
7 Kaur Umum 1 1 1
8. Staf Desa 6 6 1
II Unsur BPD
1 Ketua BPD 1 1 1
2 Wakil Ketua BPD 1 1
3 Sekertaris 1 1
4 Anggota 6 6
III Unsur Masyarakat
1 Tokoh Agama 2 2 1
2 Tokoh Perempuan 5 5 1
3 Tokoh Pemuda 13 13 1
Jumlah 42 42 8

1.7.4 Teknik Analisa Data


42

Data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui hasil studi pustaka,
dokumentasi, observasi, dan wawancara diolah melalui analisis secara mendalam
untuk menggambarkan tentang Peran Badan Permusyawaratan Desa (BDP)
Dalam Pembuatan Peraturan Di Desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya
Kabupaten Bekasi. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner diolah melalui
tabulasi frekuensi, untuk kemudian dilihat kecenderungannya.

Agar dapat mengetahui kecenderungan persentase tanggapan responden


terhadap pernyataan yang dibuat dalam kuesioner, dapat diketahui dengan
perhitungan sebagai berikut:

Jumlah Nilai Responden


X 100%
Nilai tertinggi

Sedangkan untuk mengukur sifat, pendapat dan presepsi tanggapan

responden terhadap pernyataan yang terdapat dalamkuesioner dapat menggunakan

skala Likert. Skala Likert dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 kategori jawaban,

yaitu:

1. Sangat setuju : skor 5

2. Setuju : skor 4

3. Cukup : skor 3

4. Tidak setuju : skor 2

5. Sangat tidak setuju : skor 1

Selain itu untuk ukuran hasil presentase penelitian menurut Sugiono (2012:137),

sebagai berikut:

1. 0 – 55% : Kurang Baik


43

2. 56 – 68% : Cukup Baik

3. 69 – 80% : Baik

4. 81- 100% : Sangat Baik

Analisa dalam penelitian ini difokuskan pada kecendrungan dari hasil tabulasi

fekuensi yang telah diolah. Untuk menguatkan analisis, penulis menggabungkan

data wawancara. Kemudian dari data yang telah diolah akan dianalisis secara

jualitatif dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis hasil yang diperoleh dari

penelitian.

1.8 Lokasi dan Lamanya penelitian

1.8.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah di Desa

Sukamakmur Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi. Adapun

rencana kegiatan penelitian dilaksanakan mulai dari April 2020 dengan

rincian kegiatan sebagai:

a. Tahap Persiapan, yang terdiri atas kegiatan: menentukan tema, obyek

serta instasi yang akan menjadi tempat penelitian, menentukan judul,

menentukan masalah, pengumpulan data, dan penyiapan berbagai

reverensi yang menunjang kegiatan penelitian.

b. Pelaksanaan penelitian, yaitu terdiri atas kegiatan penyebaran

kuesioner, dan melakukan wawancara kepada respondes yang telah

ditentukan.
44

c. Tabulasi data hasil penelitian, yaitu meliputi perhitungan atas jawaban

responden terhadap kuesioner yang telah diajukan lalu dibuat

rekapitulasi untuk mengetahui keadaan dari program yang diteliti.

d. Penulisan hasil penelitian, yaitu meliputi kegiatan penyusunan sebuah

buku (skripsi) yang disusun secara sistematis untuk kemudian hasil

penelitian itu dipertanggungjawabkan kebenarannya.

1.8.2 Lamanya Penelitian

lamanya waktu penelitian yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

penelitian ini diperkirakan kurang lebih (), yaitu sampai dengan.

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat

dalam tabel berikut

Tabel 1.6
Jadwal Penelitian Tahun 2020

2020
Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
Skipsi                                        
Wawancara
                                       
Pengolahan
Data                                      
Penyusunan
Skripsi                                      

Sidang Akhir
                                       
45

DAFTAR PUSTAKA

Beratha, I Nyoman, Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa, Penerbit


Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982.

BIntarto, R., Interaksi Desa-Kota dan Permaalahannya, Penerbit Ghalia


Indonesia, Jakarta, 1983.

Fadli, Moh, Hamidi, Jazim dan Lutfi, Mustafa, Pembentukan Peraturan Desa
Partisipatif, UB Press, Malang, 2011.

Kansil,T.,C.,S Drs. Prof. SH dan Kansil, T.S.,Christine SH.,M.H,


Pemerintahan Daerah di Indonesia Hukum Administrasi Daerah, penerbit
Sinar Grafika, Jakarta, 2001, Cet. II.2001.

Arikunto, Suharsini, 2002, prosedur penelitian suatu pendekatan praktik


Jakarta: Bineka Cipta

Dwiningrum, SIti Irene Astuti. 2001. Desentralisasi dan Partisipasi


Masyarakat dalam pendidikan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Kaho, Josep Riwu, 2003. Analisa Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di
Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.
46

Kaloh.J, 2003. Pola Kegiatan, Kekuasaan, dan Perilaku Kepala Daerah


Dalam Pelaksanaan Otonomi Dearah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama

Manullang,M. 2000. Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia

Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya


Pemberdayaan: sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan
Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Ndraha, Taliziduhu. 1998. Metodologi Pemerintahan Indonesia.Jakarta: Binta


Aksara

Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan


desa. Jakarta : Erlangga.

Solihin, Dadang. 2002. Kamus Istilah Otonomi Daerah. Jakarta: Institute For
SME Empowerment

Sarwoto. 2003. Dasar-Dasar Organisasi Manajemen. Jakarta: Ghali Indonesia

Siagian, Sondang.P. 2005. Administrasi Pembangunan. Jakarta. Gunung


Agung.

Sugiyono, 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta

Dokumen lain-lain

Laporan Tahunan Peraturan Desa Sukamakmur, Tahun 2017-2019

Profil Desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi

Peraturan Perundang-undangan

UU RI No 6 Tahun 2014 tentang Desa

Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

Permendagri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Proses pembuatan Peraturan

Desa
47

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

Anda mungkin juga menyukai