Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pembangunan

Nasional, bahwa Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh

semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Pada konsep

ini bahwa Pembangunan Nasional menitikberatkan pada komponen yang ada pada

suatu Negara tersebut. Komponen bangsa harus saling bersinergi dan saling

mengisi untuk mencapainya suatu tujuan Pembangunan Nasional tersebut pada

hakikatnya adalah untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat yang ada di dalam

Negara Kesatuan Indonesia.

Perencanaan pembangunan nasional yang dilaksanakan pemerintah

mencangkup beberapa tahapan yang ada di dalamnya. Proses perencanaan makro

semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpada

dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Pada tataran selanjutnya perencanaan

pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

Perencanaan Pembangunan yang paling terkecil dalam struktur ketatanegaraan di

Indonesia adalah Pembangunan yang berasal dari suatu Desa.

Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari Pembangunan

Nasional. Usaha peningkatan kualitas sumberdaya pedesaan dan masyarakat

secara keseluruhan, yang dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan pada

potensi dan kemampuan pedesaan. Pada pelaksanaannya, pembangunan pedesaan

1
2

seharusnya mengacu pada pencapaian tujuan pembangunan. Pembangunan Desa

memiliki tujuan mewujudkan kehidupan masyarakat pedesaan yang mandiri,

maju, sejahtera, dan berkeadilan.

Pemerintah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap

Pembangunan di pedesaan. Perhatian yang diberikan Pemerintah terhadap

pembangunan di Desa, berdasarkan pada kenyataan bahwasanya Desa merupakan

tempat berdiamnya sebagian besar rakyat Indonesia. Kedudukan Desa serta

Masyarakat Desa, merupakan dasar landasan kehidupan Bangsa dan Negara

Indonesia.

Pembangunan yang ada Desa ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.

Segala bentuk pembangunan yang ada di Desa harusberdasarkan aspirasi atau

keinginan masyarakat. Untuk menunjang Pembangunan tersebut dibutuhkan

partisipasi dari masyarakat dalam pelaksanaannya, karena tanpa adanya partisipasi

dan dukungan masyarakat maka pembangunan tidak berjalan dengan baik dan

lancar.

Desa patut di lindungi dan di jaga keasliannya yang mana adalah bagian

dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dimana dalam berlangsungnya

perkembangan desa tidak terlepas dari peran masyarakat serta kepemipinan kepala

Desa dan perangkat desa yang ada pada desa. Yang mana semua peran dari aparat

pemerintah desa maupun masyarakat amat penting dalam proses pembangunan

desa. Melalui perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, pengakuan terhadap masyarakat adat dipertegas melalui ketentuan

dalam Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 18B ayat (2) yang
3

berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat adat

beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang

diatur dalam dalam undang-undang”.

Dalam ketentuan umum Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah, menyatakan : ”desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya

disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia”. Dalam Undang-

Undang tersebut juga ditegaskan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal-usul dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia.

Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang

Desa, menyatakan: “pembentukan desa hanya berdasarkan indikator jumlah

penduduk dibedakan menurut pulau dan langsung menjadi desa definitif”. Dalam

undang-undang Desa yang baru, indikator jumlah penduduk tidak lagi hanya

menurut pulau, namun lebih terperinci seperti syarat jumlah penduduk lebih besar

dibandingkan sebelumnya. Jika sebelumnya cukup dengan jumlah penduduk

2.500 orang, dengan undang-undang Desa wajib 4.500 orang dan dalam undang-
4

undang tersebut adanya desa persiapan selama 1-3 tahun. Selain itu juga terdapat

ketentuan umum terkait desa adat, yaitu sebagai kesatuan masyarakat hukum adat

beserta hak tradisionalnya secara nyata masih hidup, baik yang bersifat teritorial,

genealogis, maupun yang bersifat fungsional. Dimaksudkan sebagai kesatuan

masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya dipandang sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan suatu kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak

tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tentunya terdapat ketentuan khusus yang mendefinisikan keberadaan desa.

Untuk itu dalam peraturan perundang-undangan juga telah mengatur dan

berlandaskan pada Undang-Undang No.25 Tahun 2004 tentang Perencanaan

Pembangunan Nasional, kemudian Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah serta Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Kemudian dengan munculnya atau berlakunya Undang-undang Desa No.6 Tahun

2014, maka dengan jelas dan secara hukum desa memiliki kewenangan secara

penuh dalam proses pengelolaan pemerintahan dalam proses pembangunan desa.

Dalam proses pembangunan sesuai dengan Undang-Undang Desa No.6

Tahun 2014 mengacu pada dua pola pendekatan yaitu “Desa Membangun” dan

“Membangun Desa” yang mana bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan

melalui penyediaan pemenuhan kebutuahan dasar, pembangunan sarana dan

prasarana, pembangunan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya


5

alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Pembangunan dapat diartikan sebagai

upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu

Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Wilayah desa merupakan

salah satu titik berat pembangunan nasional untuk terciptanya kestabilan dan

kemajuan Indonesia secara keseluruhan. Melalui pembangunan, potensi yang ada

di pedesaan harus dikembangkan dan kekurangan yang ada harus diatasi.

Dengan adanya pembangunan, pemerataan, pertumbuhan, keterkaitan,

keberimbangan, kemandirian desa yang berkelanjutan diharapkan dapat

terwujud. Pelaku utama dalam pembangunan adalah pemerintah dibantu

masyarakat. Dengan demikian, pelaksana pembangunan bukan hanya dibebankan

oleh pemerintah saja, namun masyarakat di berbagai daerah juga ikut berperan

aktif dalam mengisi dan melaksanakan pembangunan. Peran pemerintah dalam

pembangunan adalah sebagai pengawas, perencana, dan pelaksana. Adapun peran

masyarakat adalah turut serta aktif dalam melaksanakan pembangunan, baik

sumbangsih dalam hal pikiran maupun tenaga. Baik pemerintah maupun

masyarakat harus saling bekerja sama agar pembangunan dapat berjalan dengan

lancar.

Desa Sukadarma adalah desa yang hampir setengah wilayah itu sudah

menjadi sektor perdagangan, mata pencarian masyarakat Desa Sukadarma itu

adalah pedagang atau berwirausaha. Dalam pokok pembangunan desa juga

mempunyai daya tarik dalam keaktifan pada masyarakat untuk memajukan desa

ini, meskipun Desa Sukadarma berada di daerah Utara Bekasi dan tujuan desa

antara lain menjalankan Pemerintahan Negara Republik Indonesia dibentuk untuk


6

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,

dan keadilan sosial. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional telah menetapkan Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional yang merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya

pemerintahan negara Indonesia. Desa yang memiliki hak asal usul dan hak

tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi

kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang

kukuh dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat

yang adil, makmur, dan sejahtera.

Dengan demikian, tujuan ditetapkannya pengaturan Desa dalam Undang-

Undang ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 18 ayat (7) dan Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:

 ”memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa


yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan
sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
 memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas
Desa dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia
demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia;
 melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya
masyarakat Desa;
 mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat
Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna
kesejahteraan bersama;
7

 membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien


dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab;
 meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat
Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;
 meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa
guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu
memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan
nasional;
 memajukan perekonomian masyarakat Desa serta
mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan
 memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan”

Dalam Undang-Undang tersebut juga diatur mandat dan kewenangan desa

antara lain kewenangan berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal berskala

Desa, kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Serta kewenangan lain yang

ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain

itu, jika dalam undang-undang nomor 23 Tahun 2014, masa jabatan kepala desa 5

tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan. Namun, pada Undang-

Undang Desa masa jabatan 5 tahun, dapat menjabat paling banyak 2 kali masa

jabatan secara berturut-turut atau tidak berturut-turut. Dalam UU No 23 Tahun

2014, desa adat hanya menyebutkan masyarakat hukum adat, tidak secara tegas

menyebut desa adat. Sedangkan, dalam Undang-undang Desa, adanya ketentuan

khusus mengenai desa adat, penataan desa adat, kewenangan desa adat ,

pemerintah desa adat dan peraturan desa adat.

Artinya dalam Undang-Undang Desa ini, dihormati kekhasan masing-

masing daerah dimana dalam aturan sebelumnya itu tidak diatur secara tegas.

Lebih lanjut, dalam aturan sebelumnya kewenangan pemerintahan yang menjadi


8

kewenangan desa mencakup urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan

hak asal–usul desa, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/

kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, tugas pembantuan dari

pemerintah, pemerintah provinsi dan atau pemerintah kabupaten/desa, urusan

pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepala

desa. Dalam Undang-Undang Desa, kewenangan desa meliputi kewenangan

berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal berkala desa, kewenangan yang

ditugaskan pemerintahan daerah provinsi, pemerintah kota/kabupaten dan kewe-

nangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Pemimpin merupakan sosok dominan dalam sebuah perkumpulan yang

memiliki peran mengatur sebuah  kelompok atau organisasi. Dalam pengaturanya,

pemimpin bertujuan mengendalikan sebuah kelompok agar mencapai sebuah

tujuan kelompok yang dirancang secara bersama. Desa merupakan sebuah upaya

pemerintahan desa dalam pembangunan nasional dan didalamnya berupa otonomi

daerah untuk kepentingan masyarakat. Pemimpin  memiliki pengaruh cukup kuat

untuk pembangunan desa. Baik masuknya program pemeritahan desa ataupun

sampai pelaksanaan pembangunan. Pemerintahan yang paling dekat dengan desa

adalah Kepala Desa. Diperlukan aksi positif dari masyarakat berupa pasrtisipasi

guna terlaksananya harapan masyarakat untuk pembangunan. Peran partisipatif ini

dari berbagai pemangku kepentingan yang merasakan manfaat dari pembangunan.

Pemimpin kepala Desa Sukadarma adalah Syekh Suja’i. yang dipilih oleh

masyarakat Desa Sukadarma pada sistem demokrasi pemilihan umum Kepala


9

Desa Sukadarma. Kinerja seorang Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintahan

Desa harus dapat menjalankan tugas pokok memimpin dan mengordinasikan

Pemerintahan Desa, dalam melaksanakan sebagian urusan rumah tangga desa,

melakukan pembinaan dan pembangunan perekonomian masyarakat desa. Disisi

lain, kepemimpinan Kepala Desa merupakan salah satu aspek yang menonjol dan

berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan desa, desa dalam hal ini sesuai

dengan pendapat Hasibuan (2003:170) “Kepemimpinan adalah cara seorang

pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja

secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi”.

Kepala Desa tentunya wajib melibatkan masyarakat dalam setiap program

pemerintahan. Bentuk kebijakannya adalah setiap program yang telah

direncanakan wajib disosialisasikan kepada masyarakat secara aktif dan sukarela

dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya dalam keseluruhan proses kegiatan

yang bersangkutan dalam pembangunan desa. Partisipasi masyarakat adalah kerja

sama antara masyarakat dengan pemerintah.

Pada prosesnya untuk mewujudkan partisipasi masyarakat, Kepala Desa

juga seharusnya berperan dalam membangun kesadaran masyarakat untuk

berpartisipasi terhadap program-program yang dilakukan oleh Pemerintah Desa

serta mampu menyusun kebijakan strategis yang melibatkan masyarakat.

Masyarakat juga bagian dari suksesnya pelaksanaan program desa, masyarakat

juga mempunyai peranan terhadap tercapainya tujuan dari pembangunan. Suatu

koordinasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat tentunya diharapkan

dapat mewujudkan pembangunan di Desa khususnya di Desa Sukadarma


10

Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi. Dalam Tahun Anggaran 2016 Desa

Sukadarma mempunyai kegiatan pembangunan fisik sebagai berikut:

Tabel 1.1
Pembangunan Desa Sukadarma
Tahun Anggaran 2016 -2018
N JENIS JUMLAH TERLAKSANA TIDAK PERSANTASE
O PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN / TERLAKSANA
VOLUME

1 SPAL 13 11 2 84%

2 JALING 7 6 1 85%

3 PAGAR KANTOR DESA 1 1 0 100%

4 PEMBANGUNAN POSYANDU 3 1 2 33%

5 RABAT BETON 21 21 0 100%

6 TPT KALI PEMBUANG 1 1 0 100%

7 JEMBATAN DESA 2 1 1 50%

8 PENGADAAN LAHAN TPU 3 0 0 0%

9 NORMALISASI KALI PASAR 1 0 0 0%

10 SARANA OLAHRAGA 1 0 0 0%

11 TPS (SAMPAH) 3 0 0 0%

12 PEMASANGAN PRALON AIR 1 0 0 0%


(SAWAH DESA)

13 PEMBANGUNAN GORONG- 1 0 0 0%
GORONG GANG JALING

14 PEMBANGUNAN EMBUNG AIR 1 0 0 0%

15 LAMPU JALAN 1 0 0 0%

JUMLAH JENIS PEMBANGUNAN 15 7 8 46%

Sumber: Data RKPDes dan PKD Tahun Anggaran 2016 s/d 2018

Table di atas menggambarkan bahwa pembangunan yang ada di Desa

Sukadarma Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi belum seluruhnya optimal.

Bila di persentasekan maka dari seluruh jumlah jenis pembangunan yaitu 15

pembangunan dan terealisasi 7 jenis pembangunan dari Tahun Anggaran 2016

sampai Tahun Anggaran 2018 hasilnya adalah 46% .Hal ini dapat dilihat dari hasil

data proyek pembangunan atau RKP dan PKD yang ada. Pembangunan desa

sebenarnya di arahkan untuk meningkatkan kondisi ekonomi, sosial dan


11

masyarakat sehingga tujuan dari pembangunan desa yang mewujudkan

masyarakat adil dan makmur akan terlaksanan dengan baik. Pembangunan yang

ada di desa dititik beratkan pada pembangunan fisik yang terdiri dari

pembangunan Kantor Desa, jalan kampung dan lain-lain. Pembangunan desa

harus didukung oleh berbagai aspek komponen yang ada di desa agar

pembangunan yang ada di desa tersebut dapat berjalan optimal dan di rasakan

oleh masyarakat yang luas. Permasalahan diatas berdasarkan dugaan sementara

penulis disebabkan karena Kepemimpinan Kepala Desa Sukadarma belum

dilaksanakan dan baik, hal ini dapat dilihat dari:

1. Kepala Desa tidak mengadakan Musyawarah Dusun (Musdus) dan

Musyawarah Desa (Musdes) untuk merencanaan kegiatan pembangunan yang

dikaitkan oleh berbagai unsur masyarakat desa. Sehingga Kepala

Desa/Pemerintahan Desa Sukadarma tidak mengetahui apa yang harus

direalisasikan terhadap pembangunan berdasarkan usulan dari berbagai unsur

masyarakat.

2. Kepala Desa melaksanakan pembangunan hanya berdasarkan penerkaan dan

menurut pendapat Kepala Desa dan aparatur Desa Sukadarma bukan

berdasarkan observasi lapangan dan usulan masyarakat.

3. Kepemimpinan Kepala Desa Sukadarma kurangnya bermasyarakat.

4. Pasifnya Kepemimpinan Kepala Desa Sukadarma pada Tahun Periode

2013/2018.
12

Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis mengangkat judul Skripsi

“Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Pembangunan Fisik di Desa Sukadarma

Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi 2018”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka identifikasi

masalah dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kepemimpinan Kepala Desa Sukadarma dalam

menggerakkan partisipasi masyarakat dalam menunjang keberhasilan

Pembangunan Desa Sukadarma?

2. Hambatan-hambatan apa yang dihadapai Kepala Desa Sukadarma dalam

melakukan Kepemimpinannya?

3. Upaya apakah yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penulis

Berdasarkan identifikasi masalah tesebut seperti yang telah di uraikan

diatas, maka tujuan dari penulisan ini yang telah dilakukan yaitu:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kepemimpinan kepala desa dalam

menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan fisik.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa yang dihadapi Kepala Desa

Sukadarma dalam melakukan Kepemimpinannya.

3. Untuk mengetahui upaya apakah yang dilakukan untuk mengatasi

hambatan yang dihadapi.


13

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Adapun Kegunaan Penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran, informasi,

dan menjadi bahan refrensi dalam ilmu pemerintahan khususnya tentang

menkaji permasalahan Kepemimpinan dalam memahami dan menjelaskan

tentang Kepemimpinan Desa.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian semoga dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan

pemikiran di Pemerintahan Desa Sukadarma. Bagi Peneliti, sebagai

wahana untuk melatih berfikir secara ilmiah melalui teori-teori yang

didapat dalam aspek Pemerintahan dan sarana belajar untuk memahami

permasalahan yang menjadi topik kejadian.

1.4 Kerangka Teori

1.4.1 Konsep Pemerintahan

1.4.1.1 Pengertian Pemerintahan

pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat, ia

tidaklah diadakan untuk melayani diri sendiri tetapi untuk melayani masyarakat.

Sebelum penulis menguraikan tentang pengertian pemerintahan, maka terlebih

dahulu akan di uraikan pengertian tentang pemerintah dan pemerintahan.

Pemerintah dan pemerintahan memiliki arti yang berbeda, dimana pemerintah


14

merupakan lembaga atau badan yang melaksanakan kekuasaan, sedangkan

pemerintahan merupakan proses kegiatan berupa tugas-tugas dan fungsi-fungsi

dari pada pemerintah. Secara konseptual, kata “Pemerintah” dalam batasan yang

lebih lengkap dipahami sebagai suatu organisasi Negara yang menjalankan

kekuasaan. Sedangkan pengertian tentang pemerintahan secara lebih luas dapat

dipelajari dari definisi Strong dalam Widodo (2005:15), sebagai berikut:

“Bahwa pemerintahan dalam arti luas adalah mempunyai


kewenangan untuk memelihara kedamaian dan keamanan
Negara ke dalam maupun ke luar. Oleh karena itu harus
mempunyai kekuatan-kekuatan tentara, atau kemampuan untuk
mengendalikan angkatan perang, kemudian yang kedua harus
mempunyai kekuatan legislatif dalam arti membuat undang-
undang. Ketiga harus mempunyai kekuasaan finansial, yaitu
kekuasaan untuk mengumpulkan atau menarik uang (pajak)
dari masyarakat untuk menutupi pembiayaan dalam
mempertahankan Negara dan memaksa hukum untuk dan atas
nama Negara”.
Pendapat lain seperti dikemukankan Finer dalam Harapan Lumban Gaol,

(2003:24), bahwa pemerintah yang berasal dari kata Government paling sedikit

mempunyai Empat arti, yaitu:

“(1). Menunjukkan kegiatan atau proses memerintah,


yaitu melaksanakan control atas pihak lain. (2).
Menunjukan masalah-masalah (hal ihwal ) Negara dalam
mana kegiatan atau proses di atas dijumpai. (3).
Menunjukkan orang-orang (maksudnya pejabat-pejabat)
yang dibebani tugas-tugas untuk memerintah.(4).
menunjukan cara, metode atau sistem dengan mana suatu
masyarakat tertentu diperintah”.
Uraian di atas dapat dirumuskan pengertian pemerintahan, yaitu dalam arti

sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, pemerintahan adalah suatu proses

kegiatan kenegaraan yang di laksanakan oleh eksekutif untuk mencapai tujuan

Negara. Pemerintahan dalam arti luas adalah proses kegiatan kenegaraan yang
15

dilaksanakan oleh legislatif, eksekutif, dan yudikatif untuk mencapai tujuan

Negara.

Seacara etimologi, pemerintahan berasal dari pendekatan pemerintah,

sedangkan pemerintah berasal dari perkatan perintah. Masing-masing kata

memiliki arti yang berbeda, di mana pemerintahan adalah perbuatan atau proses

kegiatan (cara, keharusan, dan sebagainya) dari tugas dan fungsi pemerintah.

Pemerintah adalah badan atau lembaga yang memerintah, dan perintah adalah

perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu. Dan penyelenggaraan

pemerintahan diperlukan adanya kepemimpinan, kepatuhan dan ketaatan, inovasi,

motivasi, dan kebersamaan serta pengendalian kegiatan pemerintah oleh aparatur

bersama dengan masyarakat. Hal tersebut perlu adanya tata pemerintah yang baik.

1.4.1.2 Penyelenggaraan Pemerintahan yang baik

Pelaksanaan pemerintahan daerah yang memerlukan peran atau partisipasi

masyarakat luas memungkinkan terciptanya pemerintahan daerah yang demokratis

dalam rangka menuju pada pemerintahan yang baik (good governance). Dalam

teori dan praktek pemerintahan modern diajarkan bahwa ntuk menciptakan the

good governance perlu dilakukan desentralisasi pemerintahan. Good Governance

menuju pada proses pengelolaan pemerintahan melalui keterlibatan stake holder

yang luas dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik serta pendayagunaan sumber

daya alam, keuangan dan manusia untuk kepetingan semua pihak, baik

pemerintah, pihak swasta, dan rakyat dalam cara yang sesuai dengan prinsip-

prinsip keadilan, kejujuran, persamaan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas.


16

Good Governance merupakan kecenderungan global dan tuntutan dalam sistem

politik yang demokratis.

Prinsip dasar pengelolaan pembangunan sesuai dengan jiwa dan semangat

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yaitu dengan menetapkan masyarakat

sebagai pelaku utama pembangunan. Oleh karena itu diperlukan perubahan dalam

pola pelaksanaan pembangunan yang selama ini di dominasi oleh birokrat. Namun

demikian, landasan utama pengelolaan pembangunan yang sekarang ini menjadi

isu utama adalah good governance (pemerintahan yang baik). Dengan demikian,

akan selalu terkait antara kepengurusan suatu urusan oleh masyarakat dengan

kepengurusan suatu urusan public oleh pemerintahan. Penerapan konsep good

governance memerlukan kesejajaran peran antara pemerintah dan masyarakat dan

bahkan pelaku bisnis. Bagi sektor pemerintahan yang harus dilakukan adalah

mengubah cara pandang mengenai fungsi-fungsi pemerintahan yang meliputi

pelayanan masyarakat, pelayanan pembangunan, dan pelayanan perlindungan

kepada masyarakat.

Transparansi berarti keterbukaan (openness) pemerintah dalam memberi

informasi yang berkaitan dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada

pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Pemerintah berkewajiban memberikan

informasi keuangan dan informasi lain yang akan digunakan untuk pengambilan

keputusan ekonomi, sosial dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan

dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk tahu (right to know),

hak untuk diberi informasi (right to be informed), dan hak untuk didengar

aspirasinya (right to be heard and to be listened).


17

Dengan demikian, transparansi lebih menekankan adanya suatu penjelasan

secara rinci dan komunikatif mengenai manfaat dan dampak suatu rencana

kebijakan / program / proyek serta adanya interaksi informasi yang dibangun antar

stakeholder, informasi harus dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dipahami

oleh stakeholder.

Partisipasi sebagai suatu bentuk pengikutsertaan komponen-komponen

masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik, perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan. Hal ini merupakan proses pemberdayaan kekuatan rakyat dalam

pembangunan dan salah satu sendi untuk mengukur demokratis atau tidaknya

suatu Negara dari sudut pandang partisipasi dan kesadaran rakyat untuk terlibat

dalam sistem politik.

Sementara itu, akuntabilitas diartikan sebagai pertanggungjawaban para

pembuat keputusan dalam pemerintahan kepada publik dan lembaga-lembaga

stakeholders yang berwenang untuk meminta keterangan pertanggungjawaban.

Pemerintah dapat dikatakan accountable manakala mereka secara obyektif oleh

orang (masyarakat atau melalui wakilnya) dapat mempertanggungjawabkan

berbagai tindakan dan kebijakan kepada pihak dimana kekuasaan dan kewenangan

itu berasal. Begitu pula halnya dengan para politisi di lembaga perwakilan harus

mempertanggungjawabkan tindakannya kepada pemilihnya. Menurut Widodo

(2005:10):

“akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban seorang atau


unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan
dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepadanya melalui media
18

pertanggungjawaban secara periodik. Pada dasarnya,


pertanggungjawaban publik adalah pemberian informal dan
pengungkapan (disclousure) atas aktivitas dan kinerja
pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

1.4.1.3 Pengertian Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang

berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Desa adalah kesatuan

masyarakat hokum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah

tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam

Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Tujuan pembentukan

desa adalah untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan Pemerintahan

secara berdaya guna dan berhasil guna dan peningkatan pelayanan terhadap

masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam system Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia,

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Desa adalah desa dan desa

adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah

kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat


19

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan/atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

1.4.2 Konsep Kepemimpinan

1.4.2.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan

memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan

organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi

untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasan adalah

kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang

diinginkan pihak lainnya. Pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang

dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterkaitan yang tak dapat dipisahkan.

Karena untuk jadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,

tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa

criteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan,

apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya, atau

kewenangannya yang dimilliki yang yang mana nantinya sangat berpengaruh

terhadap teori maupun gaya kepemiminan yang akan di terapkan. Seperti yang di

kemukankan oleh Tead Terry Hoyt di dalam Kartono, (2003). Definisi leadership

menurutnya adalah:
20

“Sebuah kegiatan ataupun sebuah seni untuk


mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama yang
didasarkan kepada kemampuan yang dimiliki orang itu
guna membimbing orang lain didalam usaha mencapai
berbagai tujuan yang diingin dicapai oleh kelompok”.
Kepemimpinan atau yang bisa disebut juga dengan leadership adalah

sebuah ilmu terapan dari berbagai ilmu sosial, karena beberapa prinsip serta

rumusannya diharapkan bisa mendatangkan banyak manfaat untuk kesejahteraan

umat manusia. Selnjutnya menurut Young dari sudut pandangnya adalah:

“Kepemimpinan itu merupakan sebuah bentuk dominasi


yang didasari oleh kemampuan pribadi yang mampu untuk
mengajak ataupun mendorong orang lain untuk melakukan
sesuatu yang berdasarkan kepada penerimaan oleh
organisasinya , dan mempunyai keahlian yang khusus
yang sesuai dengan situasi yang khusus pula”.
Dari berbagai definisi yang sudah dikemukakan di atas bisa disimpulkan

bahwa leadership atau kepemimpinan itu adalah sebuah kemampuan untuk

mempengaruhi orang lain, kelompok dan bawahan, kemampuan untuk

mengarahkan tingkah laku orang lain, mempunyai kemampuan ataupun keahlian

khusus di dalam bidang yang di harapkan oleh kelompoknya, guna mencapai

tujuan dari kelompoknya.

Menyadari pentingnya peran kepemimpinan dari beberapa definisi

kepemimpinan dari beberapa definisi kepemimpinan diatas di dalam sebuah usaha

untuk mencapai tujuan sebuah organisasi sehingga bisa dikatakan bahwa

keberhasilan ataupun kegagalan yang dialami oleh sebagian besar organisasi

ditentukan oleh sebagian besar organisasi ditentukan oleh bagaimana kualitas

kepemimpinan yang dipunyai oleh pihak yang memimpin organisasi tersebut.


21

Berhasil atau tidaknya sebuah organisasi dalam mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan, tergantung kepada berbagai cara yang dilakukan oleh pemimpin untuk

pemimpin untuk memimpin organisasi itu. Kepemimpinan semenjak aman kuno

telah dibahas oleh para cerdik pandai. Mereka mengemukakn berbagai definisi

dan teori mengenai kepemimpinan. Akan tetapi, mereka tidak sepakat mengenai

formula kepemimpinan. Menurut Wirawan (2014:7) mendefinisikan

kepemimpinan sebagai proses pemimpin menciptakan visi dan melakukan

interaksi saling memengaruhi dengan para pengikutnya untukmerealisasi visi. Jika

dibandingkan dengan definisi lainya definisi tersebut kelihatannya singkat tapi

mempunyai cakupan yang luas yang memerlukan penjelasan lebih rinci.

“a. proses. Kepemimpinan merupakan suatu proses, dapat


disamakan dengan produksi dalam sistem manajemen
produksi. Proses produksi kepemimpinan terdiri dari
masukan, proses dan kelurahan kepemimpinan.
b. pemimpin. Inti daripada kepemimpinan adalah pemimpin
yang setia organisasi atau sistem sosial mempunyai sebutan
atau sistem sosial mempunyai sebutan atau predikat yang
berbeda. Dalam kepemimpinan politik, pemimpin disebut
sebagai presiden, raja, ratu, perdana menteri, ketua
DPR,speaker of parlement, ketua partai, dan sebagainya.
c. visi. Untuk menjadi pemimpin seseorang harus mempunyai
visi mengenai sistem sosial yang dipimpinnya. Visi adalah
apa yang diimpikan, apa yang ingin dicapai keadaan di masa
yang akan dating yang ingin diciptakan.
d. Memengaruhi. Memengaruhi adalah proses mengubah
sikap, perilaku, mindset, pola piker, pendapat dan sebagainya
agar mau dan mampu bergerak kea rah pencapaian visi dan
misi sistem sosial.
e. Pengikut. Kepemimpinan adalah interaksi saling
memengaruhi antara pemimpin dengan para pengikutya. Pada
masa lalu interaksi tersebut dilukiskan sebagai interaksi
antara penggembala (pemimpin) dengan ternak (pengikut)
yang digembalakannya; dewasa ini posisi keduanya sejajar.
22

Ilmu kepemimpinan tidak hanya membahas masalah yang


berhubungan dengan pemimpin dan kepemimpinannya
(leader and leadership), akan tetapi juga membahas masalah
kepengikutan (followership).
f. Merealisasikan visi. Tujuan utama kepemimpinan adalah
merealisasikan visi dari pemimpin dan pengikutnya.
Keberhasilan dari kepemimpinan dan kepengikutan
ditentukan oleh tercapainya visi tersebut. Akan tetapi, visi
dapat dijabarkan isinya berdasarkan perkembangan waktu.
Oleh karena itu, keberhasilan pencapaian visi sukar diukur
secara matematik. Misalnya, visi adil dan makmur perlu
dijabarkan indikatornya untuk mengukur pencapaian visi
tersebut”.
Menurut enam teoritis kepemimpinan tersebut di atas kepemimpinan yang

baik adalah lebih dari pada sekedar kalkulasi dan perencanaan atau mengikuti

ceklis, walaupun analisis rasional dapat mengembangkan kepemimpinan yang

baik. Kepemimpinan yang baik juga meliputi menyentuh perasaan pengikut, dan

emosi memainkan peran penting dalam kepemimpinan.

1.4.2.2 Pengertian Kepala Desa

Kepala Desa adalah pemimpin yang dipilih secara demokrasi maupun

secara tradisional oleh warga yang mana ia adalah wakil perpanjangan tangan dari

masyarakat untuk dapat mengatur, menjaga dan memotivasi warganya dalam

proses pembangunan di desa. Kepemimpinan Kepala Desa sangatlah berpengaruh

terhadap maju-mundurnya dan berkembang atau tidak berkembangnya suatu

pembangunan di desa yang dapat di lihat dari gaya Kepemimpinan Kepala Desa

tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 26-30

dikatakan bahwa bentuk Pemerintah desa terdiri atas Pemerintah Desa dan

Perwakilan Desa. Pemerintah terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa.
23

Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 31, peraturan pemerintah

tersebut dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat.

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dilakukan oleh Pemerintahan Desa dan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang berfungsi menetapkan peraturan desa

bersama Kepala Desa, masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dihitung sejak

yang bersangkutan dilantik.

1.4.3 Konsep Pembangunan

1.4.3.1 Pengertian Pembangunan

Pembangunan sebagaimana dikemukakan Hariyono (2010:21) aadalah:

“pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan untuk mencapai

tujuan yang lebih baik bagi masyarakat, dan dilakukan dengan norma-norma atau

nilai-nilai tertentu”. Sedangkan menurut Todaro (2000:20) pembangunan

merupakan suatu proses multidimensional yang mencagkup berbagai perubahan

mendasar atas struktul sosial, sikap-sikap masyarakat, dan insitusi-insitusi

nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, prnanganan

ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan.

Sebagaimana diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negri No. 114 tahun 2014,

tentang Pedoman Pembangunan Desa, disebutkan bahwa Perencanan

pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh

pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desan dan unsur


24

masyarakat secara pratisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya

desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.

Lebih lanjut dijelaskan, Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengolahan

pembangunan di desa dan kawasan perdesaan yang dikoordinasikan oleh Kepala

Desa dengan mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotong-

royongan guna mewujudkan pengurusutamaan perdamain dan keadilan sosial.

Pembangunan Desa mencangkup bidang penyelenggaraan pemerintah Desa,

pelaksanaan pembangunah Desa, Pembina kemasyarakatan Desa dan

pemberdayaan masyarakat Desa.

Perencanaan pembangunan Desa disusun secara berjangka meliputi:

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk jangka

waktu 6 (enam) tahun; dan

b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja

Pemerintah Desa (RKP Desa), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk

jangka waktu 1 (satu) tahun.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah

Desa, ditetapkan dengan Peraturan Desa.


25

1.5 Kerangka Pemikiran

Keberadaan pemimpin merupakan keniscayaan dalam suatu organisasi,

bahkan keberadaan seorang pemimpin sama pentingnya dengan keberadaan

organisasi itu sendiri, karena apabila suatu organisasi tidak mempunyai seorang

pemimpin, maka organisasi tidak akan bias berjalan sebagaimana mestinya.

Pemimpin adalah pelopor, perintis dan pemuka yang berada didepan, menerobos,

menaklukan (mengantisipasi dan memberi solusi), mengintegrasikan dan memberi

warna dalam suatu organisasi. (Ndraha, 2003:225).

Agara dapat berhasil dalam memimpin bawahannya, selain harus memiliki

kualitas maupun sifat, juga dituntut agar dapat mempengaruhi dan mengarahkan

bawahannya. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mampu melaksanakan

fungsi-fungsi kepemimpinan diantaranya kordinasi, pengambilan keputusan,

komunikasi, dan perhatian kepada bawahannya.

Kepala Desa dipilih langsung oleh rakyatnya, sehingga ketika seorang

kepala desa terpilih, maka rakyat telah mempercayakan kehidupannya untuk

diatur oleh seorang Kepala Desa, sehingga seorang Kepala Desa sangat dituntut

mempunyai kinerja yang baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Kinerja pemerintahan tersebut merupakan tuntutan masyarakat yang harus di

implementasikan di dalam kondisi perubahan sosial dan politik, sehingga

masyarakat tetap berada pada situasi kondisi yang tetap baik.


26

Menurut Hersey dan Blachard kutif oleh Miftah Thoha (2003:65)

Kepemimpinan yang menghubungkan antara prilaku Pemimpin dalam

mempengaruhi bawahannya dengan menggunakan indikator-indikator, yaitu:

1. Instruksi

Adalah tinggi pengarahan dan rendah dukungan. Fokus ini dilihat

pada tingginya pengarahan yang dilakukan oleh Kepala Desa dalam

melibatkan masyarakat dalam pembangunan yang akan dilakukan di

desa dan melihat dukungan atau partisipasi yang dilakukan oleh

masyarakat dalam pembangunan desa.

2. Konsultasi

Adalah tinggi pengarahan dan tinggi dukungan. Fokus ini dilihat pada

tingginya pengarahan yang dilakukan Kepala Desa dan tinggi

dukungan yang dilakukan oleh masyarakat dalam pembangunan desa.

3. Partisipasi

Adalah tinggi dukungan dan rendah pengarahan. Fokus ini melihat

tinggi dukungan yang dilakukan oleh masyarakat desa dalam

pembangunan desa tetapi rendahnya pengarahan yang dilakukan oleh

Kepala Desa dalam mengarahkan untuk pembangunan desa.

4. Delegasi

Adalah rendah dukungan dan rendah pengarahan. Dalam hal ini, fokus

ini melihat pada rendahnya pengarahan yang dilakukan oleh Kepala

Desa dalam pembangunan desa.


27

Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Kepemimpinan Kepala Desa dalam Pembangunan Fisik di Desa Sukadarma
Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi 2018.

Kepemimpinan Kepala Desa

INDIKATOR

Kepemimpinan Kepala Desa


Dalam Pembangunan Fisik
Di Desa Sukadarma
Kepemimpinan Kepala Kecamatan Sukatani
Desa Dalam Kabupaten Bekasi 2018 Hambatan- Upaya-
Pembangunan Fisik di hambatan upaya
Desa Sukadarma MELIPUTI yang di dalam
Kecamatan Sukatani hadapi pembang
1. Instruksi
Kabupaten Bekasi 2018 unan
2. Konsultasi
3. Partisipasi
4. Delegasi

Paul Hersey dan Blanchard


(2003:65)

Civil Society

(Masyarakat)

Hakeakat hubungan antara Kepala Desa sebagai Pemerintah dengan

rakyatnya sebagai yang diperintah mempunyai hubungan yang sangat erat, dimana

hubungan tersebut merupakan interaksi bersama menuju tujuan apa yang dicita-

citakan bersama. Dalam rangka mendefinisikan suatu konsep yang tepat, maka
28

penulis dapat memanfaatkan dan membandingkan definisi yang jelas dipahami

dunia ilmiah dan kemudian menghubungkan definisi-definisi tersebut sesuai

dengan tujuan penulis dan peneliti yang dimaksud.

Menurut Tannebaum Weschler, secara umum merupakan Kepemimpinan

adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses

komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional yang dikutip dari Asep Hermawan ialah “Penjelasan

bagaimana kita dapat mengukur variabel, pengukur tersebut dapat dilakukan

dengan angka-angka ataupun atribut-atribut tertentu”. Berdasarkan kerangka

pemikiran peneliti diatas, maka peneliti merumuskan definisi dan indikator dari

tema penelitian yang bersifat operasional sebagai berikut :

1. Kepemimpinan Kepala Desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat

pada pembangunan adalah Kepemimpinan Kepala Desa dalam memimpin

masyarakat untuk mau ikut serta pada program pembangunan di Desa

Sukadarma Kecamatan Sukatani yang bertujuan untuk memajukan dan

meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap program pembangunan fisik,

demi memberikan kepuasan terhadap diri sendiri yaitu masyarakat Desa

Sukadarma.

2. Dalam suatu peneliti, keberadaan definisi operasional di gunakan untuk

membantu peneliti dalam mengoptimalkan konsep-konsep atau menjalankan

variable-variabel, baik variabel independen maupun dependen ke dalam


29

indikasi-indikasi sehingga akan membantu dan mempermudah peneliti dalam

mencari gejala-gejala dimana yang diukur.

Adapun batasan penelitian yang menjadi variabel pada data operasional ini

seperti yang dijelaskan dalam kerangka pemikiran, yaitu dengan

mendeskripsikan Kepemimpinan Kepala Desa Sukadarma dalam

pembangunan fisik Desa Sukadarma Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi.

Menurut Miftah Thoha (2003:65). Kepemimpinn yang menghubungkan

antara prilaku pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya dengan

menggunakan indikator-indikator, yaitu:

1. Instruksi

Arahan, perintah, atau petunjuk dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau

tugas dari Kepala Desa Sukadarma dalam pembangunan fisik, dengan

indikator:

a. Kepala Desa Sukadarma memberikan arahan kepada masyarakat

untuk ikut serta dalam pembangunan fisik Desa Sukadarma.

b. Kepala Desa memberikan perintah bawahannya untuk melaksanakan

pembangunan fisik Desa Sukadarma.

c. Petunjuk berupa perintah Kepala Desa kepada para bawahannya dan

masyarakat untuk melaksanakan pembangunan fisik Desa Sukadarma.


30

2. konsultasi

Adalah tinggi pengarahan dan tinggi dukungan. Suatu bentuk hubungan

tolong menolong yang dilakukan seorang Kepala Desa Sukadarma kepada

bawahan ataupun masyarakat Desa Sukadarma, dengan indikator:

a. Kepala Desa Sukadarma memberikan gagasan / solusi terhadap

bawahannya dalam hal pembangunan fisik Desa Sukadarma.

b. Kepala Desa Sukadarma mengadakan Musyawarah Desa (Musdes)

dengan Masyarakat.

c. Kepala Desa Sukadarma memberikan pelayanan langsung berupa

pembangunan fisik kepada masyarakat.

d. Kepala Desa Sukadarma senang menerima saran, pendapat atau

usulan dari masyarakat.

e. Tindakan Kepala Desa berdasarkan saran atau pendapat bawahannya

sesuai mufakat.

3. Partisipasi

Adalah tinggi dukungan dan rendah pengarahan. Gejala demokrasi dimana

masyarakat diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan

pembangunan Desa Sukadarma, dengan indikator:

a. Keikutsertaan masyarakat untuk hadir dalam musyawarah.

b. Kesediaan masyarakat dalam bentuk pelaksanaan pembangunan fisik

Desa Sukadarma.

c. Kesediaan masyarakat dalam memelihara dan memanfaatkan hasil-

hasil pembangunan fisik Desa Sukadarma.


31

4. Delegasi

Adalah rendah dukungan dan rendah pengarahan. Dalam fokus ini melihat

pada rendahnya pengarahan yang dilakukan oleh Kepala Desa Sukadarma

dalam pembangunan Desa Sukadarma, yaitu suatu pelimpahan wewenang dan

tanggungjawab formal dari Kepala Desa Sukadarma kepada bawahannya

untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Dengan indikator:

a. Memungkinkan Kepala Desa Sukadarma dapat mencapai lebih dari

pada bawahannya menangani setiap tugas sendiri.

b. Agar Pemerintahan Desa Sukadarma dapat berfungsi lebih efisien.

c. Kepala Desa Sukadarma dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas

yang lebih di perioritaskan.

d. Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat

pembelajaran dari kesalahan.

e. Kepala Desa Sukadarma tidak mempunyai kemampuan yang

dibutuhkan dalam pembuatan keputusan.

1.7 Metode Penellitian dan Teknik Pengumpulan Data

1.7.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu dengan cara

peneliti memaparkan data yang diperoleh melalui alat pengumpul data ditempat

penelitian kemudian dilakukan pengolahan data dan dianalisis secara jelas. Hal ini

sesuai pendapat Arikunto (2002:9) yang mengemukakan bahwa:

“Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau


menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi)
adalah penelitian deskriptif (to describe = menggambarkan atau
32

membeberkan). Metode penelitian deskriptif analisi dapat


diartikan sebagai suatu prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan cara menggambarkan atau memaparkan objek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada
saat sekarang (Penelitian Berlangsung) berdasarkan data dan fakta
yang tampak (yang diperoleh oleh peneliti) atau sebagaimana
adanya.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari berbagai informasi harus

dapat dipercaya keabsahannya untuk dilakukan teknik pengumpulan data yang

tepat agar dapat membantu pencapaian hasil penelitian yang maksimal dan dapat

dipertanggung jawabkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian adalah penunjang metode penelitian dalam mendapatkan data yang

objektif. Teknik pengumpulan data ini yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

a. Penelitian kepustakaan, yaitu teknik penyimpulan data yang dilakukan dengan

cara mempelajari dan menguji permasalahan dari buku-buku, literatur yang

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

b. Penelitian lapangan, yaitu mengadakan penelitian lapangan ke lokasi penelitian

dengan melalui:

1. Observasi, menurut Kartono (1980:142) pengamat atau observasi

yaitu studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial,

gejala-gejala psikis, dengan jalan pengamatan dan pencatatan.

Observasi dapat menjadi dua, yaitu:

a) Observasi langsung,
33

Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan

terhadap objek ditempat kejadian atau tempat

berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada

bersama dengan objek yang diteliti. Artinya, dalam

observasi langsung peneliti yang mengadakan observasi

mengamati secara langsung bagaimana jalannya kegiatan

pelayanan adminstrasi kependudukan yang dilakukan oleh

para pegawai kecamatan.

b) Observasi tidak langsung.

Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang

dilakukan secara tidak langsung pada saat berlangsungnya

peristiwa yang akan diselidiki atau objek yang diteliti.

Dalam hal ini penulis melakukan observasi atau

pengamatan secara tidak langsung untuk melihat dan

mencatat bagaimana kondisi yang ada di lapangan.

2. Wawancara, yaitu peneliti melaksanakan Tanya jawab secara

langsung kepada informan-informan seperti aparatur pemerintah

desa dan masyarakat terkait Kepemimpinan Kepala Desa dalam

pembangunan fisik Desa. Menurut Arikunto (2006:104)

“Wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara”. Penulis melakukan

wawancara dengan Kepala Desa Sukadarma untuk menanyakan


34

data-data serta mengetahui upaya dan hambatan apa saja yang ada

dalam Pembangunan fisik Desa Sukadarma.

Adapun langkah-langkah wawancara yang dilakukan dalam

penelitian ini, yaitu:

a) Mempersiapkan pedoman wawancara.

b) Menentukan informan yang akan diwawancara

c) Mengawali atau membuka alur wawancara

d) Melangsungkan alur wawancara

e) Mencatat pokok-pokok informasi berdasarkan jawaban

narasumber.

f) Mengkonfirmasi hasil wawancara dan mengakhirinya

g) Mengidentifikasi hasil tindak lanjut hasil wawancara yang

diperoleh.

3. Angket. Menurut Arikunto (2006:151). Metode Angket adalah

pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal

yang ia ketahui. Dalam hal ini, penulis juga menggunakan angket

dalam teknik pengumpulan data, dimana angket tersebut

disebarkan kepada masyarakat di wilayah Desa Sukadarma

Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi, untuk mengetahui sejauh

mana pendapat masyarakat terkait Kepemimpinan Kepala Desa

Dalam Pembangunan Fisik di Desa Sukadarma Kecamatan

Sukatani Kabupaten Bekasi.


35

1.8 Populasi dan Sampel

Populasi adalah secara keseluruhan jumlah responden atau orang yang

akan memberikan informasi dalam topic penelitian. Menurut Sugiyono (2006:90).

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan obyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Mengingat yang diteliti adalah

Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Pembangunan Fisik Di Desa Sukadarma

Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi, maka populasi dari objek penelitian ini

adalah orang-orang yang terlibat dalam Kepemimpinan Kepala Desa Dalam

Pembangunan Fisik Desa Sukadarma. Populasi penelitian ini adalah 50 orang

yaitu terdiri dari 8 orang Pemerintahan Desa, 4 orang BPD, Lembaga

Pemerintahan Desa 2 orang, dan 36 orang masyarakat di Desa Sukadarma

Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi. Masyarakat yang dijadikan Populasi yaitu

stakeholder atau orang-orang yang mempunyai kepentingan pada penelitian ini,

seperti Pemerintah Desa atau BPD/Lembaga Desa, dan perwakilan dari setiap

masyarakat yang ada di Desa Sukadarma Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi.

Sementara itu dalam pembagian kuisioner, penulis menggunakan teknik

sensus sebagaimana dikemukankan oleh sugiyono (2001:61), bahwa teknik sensus

merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel.
36

Tabel 1
Populasi dan sampel Penelitian

No Kriteria Responden Populasi/Sample Kuisioner Wawancara

A Pemerintahan Desa
1 Kepala Desa 1  
2 Sekretaris Desa 1 
3. Kaur Perencanaan 1 
4 Kaur Keuangan 1 
5 Kaur Tata Usaha dan Umum 1 
6 Kasi Kesra 1 
7 Kasi Pelayanan 1 
8 Kasi Pemerintahan 1 
B BPD 
1 Ketua BPD 1  
2 Sekretaris BPD 1 
3 Anggota BPD 2 
C Lembaga Pem. Desa 
1 Ketua LPM 1 
2 Ketua Karang Taruna 1 
D Masyarakat 
1 Kepala Dusun 3 
2 Ketua RW 6 
3 Ketua RT 17 
4 Tokoh Masyarakat 10  
Jumlah 50
Sumber: Data Daftar Aparatur Desa Sukadarma Tahun 2018

1.9 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.9.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sukadarma Kecamatan Sukatani

Kabupaten Bekasi.
37

1.9.2 Lamanya Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dilinglkungan Desa Sukadarma Kecamatan

Sukatani Kabupaten Bekasi. Adapun lamanya penelitian diperkirakan kurang

lebih 6 bulan terhitung penelitian dimulai bulan Oktober 2018. Dengan perincian

sebagai berikut:

1. Penelitian, Pustaka, dan Observasi awal

2. Pencarian Data

3. Pengolahan Data

4. Penyusunan Skripsi

Tabel 1
Jadwal Penelitian dan Penyelesaian Skripsi

Oktober November Desember Januari Februari Maret April


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan
Judul
38

Bimbingan
Proposal

Seminar
Proposal

Bimbingan
Skripsi

Sidang
Skripsi

Anda mungkin juga menyukai