Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam sistem pemerintahan desa sekarang ini menempati
posisi yang sangat penting. Tapi sebenarnya, apa saja tugas para anggota BPD yang terhormat itu
sehingga menjadi begitu penting bagi warga desa? Inilah penjabaran dari Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia No 110 Tahun 2016 tetang Badan Permusyawaratan Desa.
Fungsi BPD adalah membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa dan melakukan pengawasan kinerja
kepala desa. Dari tiga tugas ini sudah jelas BPD adalah lembaga yang memiliki kekuatan dalam
dalam menyepakati peraturan desa yang bakal menjadi pedoman pelaksanaan pembangunan desa.
BPD juga memiliki kekuatan untuk menyampaikan aspirasi warga. Penyampaian aspirasi
dilakukan melalui beberapa tahap kerja yakni BPD harus melakukan penggalian aspirasi
masyarakat, menampung aspirasi masyarakat yang disampaikan ke BPD dan mengelola aspirasi
masyarakat sebagai sebuah energi positif dalam merumuskan langkah kebijakan desa.
BPD juga menyalurkan aspirasi dari warga desa pada Kepala desa yang kemudian dijadikan
pedoman oleh kepala desa beserta jajarannya dalam melaksanakan program pembangunan
desanya. Hebatnya, BPD juga sekaligus memiliki kekuatan untuk mengawasi proses
pembangunan desa dalam seluruh aspek. Ini menunjukkan betapa kuatnya BDP dalam ranah
politik dan sosial desa.
Selain itu BPD juga berhak menyenggarakan Musyawarah Desa (Musdes) pada agenda-agenda
yang mengharuskan adanya Musdes, salahsatunya Musdes membahas rencana lahirnya Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes). Tanpa persetujuan BPD, BUMDes tak bisa melenggang dan
membentuk dirinya. Sekaligus BUMDes adalah salahsatu lembaga yang bakal mengawasi
jalannya proses yang berjalan pada BUMDes.
Adanya UU N0. 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menempatkan desa sebagai subyek bagi
pembangunan di wilayahnya sendiri membuat peran BPD mutlak dan penting. Pasalnya, desa
yang selama ini diposisikan sebagai obyek, kini telah menjadi subyek bagi pengembangan potensi
dirinya sendiri.
BUMDes misalnya, adalah salahsatu produk yang dibentuk untuk mendorong peningkatan
kesejahteraan desa meliputi seluruh warganya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya aset dan
potensi yang dimiliki. BUMDes bisa berjalan dengan menggunakan penyertaan modal dari desa
dan atau bekerjasama dengan pihak ketiga.
Sebagai sebuah lembaga usaha yang sekaligus mengemban misi pemberdayaan potensi desa,
BUMDes harus memiliki kemampuan manajerial yang tangguh. Di sinilah tantangannya.
Kebaruan wacana BUMDes membuat banyak desa masih kebingungan dengan apa yang akan
dilakukan BUMDes jika lembaga itu terbentuk. Di lain sisi pemerintah pusat telah
menganggarkan dana yang jumlahnya cukup besar bagi desa demi mendukung pengembangan
kesejahteraannya.
Maka BPD menjadi sangat penting untuk mengawasi bagaimana dana yang ada dimanfaatkan
untuk program-program yang sesuai dengan apa yang telah disusun desa sekaligus mengawasi
berjalannya proses realiasi program. BPD pula yang diharapkan mampu menciptakan kepatuhan
dari perangkat teknis desa agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan.
Begitu pentingnya tugas dan peran BPD di desa sekarang ini. Sehingga tidak berlebihan jika
warga desa sangat berharap BPD mampu membuat aspirasi warga tersalurkan dengan baik. Untuk
memahami berbagai esensi yang ada dalam peraturan ini bakal lebih gamblang jika Anda
mempelajari pasal demi pasal di dalamnya
Badan Permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. BPD dapat dianggap sebagai "parlemen"-nya desa. BPD
merupakan lembaga baru di desa pada era otonomi daerah di Indonesia.
Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah
yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun
Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat
lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1
kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan
sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa.
Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Wali kota, dimana sebelum
memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama dihadapan masyarakat
dan dipandu oleh Bupati/ Wali kota.
Ketua BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam Rapat BPD yang diadakan
secara khusus. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
Penggunaan nama/istilah BPD tidak harus seragam pada seluruh desa di Indonesia, dan dapat
disebut dengan nama lain.
KEANGGOTAAN
(1) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk Desa yang bersangkutan berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat;
(2) Anggota BPD terdiri dari Ketua RT/RW, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau
pemuka masyarakat;
(3) Anggota BPD setiap Desa berjumlah gasal dengan jumlah sesuai ketentuan yang berlaku;
KEDUDUKAN, FUNGSI,TUGAS DAN WEWENANG BPD
KEANGGOTAAN
(1) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk Desa yang bersangkutan
berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah
dan mufakat;
(2) Anggota BPD terdiri dari Ketua RT/RW, golongan profesi, pemuka agama
dan tokoh atau pemuka masyarakat;
(3) Anggota BPD setiap Desa berjumlah gasal dengan jumlah sesuai
ketentuan yang berlaku;
Syarat untuk menjadi Calon anggota BPD adalah :
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta
Pemerintah Republik Indonesia;
c. berijazah paling rendah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama;
d. berumur paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun;
e. sehat jasmani dan rohani;
f. berkelakuan baik;
g. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan
ancaman paling sedikit 5 (lima) tahun;
h. mengenal Desanya dan dikenal masyarakat di Desa setempat;
i. terdaftar secara sah sebagai penduduk desa dan bertempat tingga di desa
yang bersangkutan sekurang kurangnya 6 (enam) bulan berturut-turut dan
tidak terputus.
FORMAT PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
KEPUTUSAN
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SELAT
NOMOR : 01 TAHUN 2013
TENTANG
PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
Menimbang : Bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 5 Tahun 2007
Tentang Badan Permusyawaratan Desa maka untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa perlu
menetapkan Keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Selat tentang Peraturan Tata
Tertib Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Mengingat : Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
dengan undang-undang Nomor 12 Tahun 2008, tentang perubahan kedua atas Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004, Tentang pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844).
Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005 tentang Desa.
Peraturan Bupati Badung No…..Tahun …. Tentang pedoman pelaksanaan Peraturan Daerah
Kabupaten Badung No. … tahun …. Tentang Pemerintah Desa
.
MMengingat
Keputusan Bupati Badung No…. Tanggal ….. Tahun …. Tentang Pemberhentian Anggota Badan
Perwakilan Desa dan Pengesahan anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Selat Kecamatan
Abiansemal, Kabupaten Badung, Periode Tahun 2013 – 2019.
MMemperhatikan
Hasil Musyawarah Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Selat pada hari Jumat tanggal 9 Agustus
2013.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) SELAT
TENTANG PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)
SELAT KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG BPD
Pasal 2
(1) BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
(2) Mengawasi pelaksanaan kebijakan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
dan Keputusan Kepala Desa.
(3) Mengayomi dan menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat sepanjang menunjang pelaksanaan pembangunan.
Pasal 4
Pasal 5
BPD berwenang memberikan peringatan tertulis kepada Kepala Desa, paling banyak 3 (Tiga) kali
secara berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 30 (Tiga Puluh) hari, apabila Kepala
Desa melakukan pelanggaran pada peraturan dan per-Undang-undangan atau norma masyarakat
yang berlaku, dan atau dalam melaksanakan Tugasnya tidak dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara adil, Diskriminatif serta mempersulit setiap keperluan masyarakat.
Pasal 6
Apabila sampai dengan teguran ke 3 (tiga) tidak diindahkan oleh Kepala Desa, Bupati atas laporan
BPD dapat memberikan sanksi administratif berupa peringatan, pemberhentian sementara dan
pemberhentian setelah didahului pemeriksaan instansi yang berwenang.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN BPD
Pasal 7
Pasal 8
BAB IV
PEMBERHENTIAN DAN MASA KEANGGOTAAN
Pasal 9
(1) Anggota BPD berhenti bersama-sama pada saat BPD yang baru telah disahkan dan dilantik
oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Masa keanggotaan BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat / diusulkan kembali untuk 1
(satu) kali masa keanggotaan berikutnya.
Pasal 10
(3) Apabila ada Anggota BPD yang berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan
warga masyarakat yang sudah ditetapkan menjadi calon Anggota BPD dari wilayah yang diwakili.
BAB V
PIMPINAN BPD
Pasal 11
(1). Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan 1 (satu)
orang sekretaris.
(2). Pimpinan BPD sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota BPD
secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus dengan cara musyawarah mufakat.
(3). Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu
oleh anggota termuda.
(4). Apabila dalam musyawarah tidak tercapai kesepakatan maka pemilihan dilaksanakan secara
voting.
(5). Sekretaris BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain sebagai unsur pimpinan,
memimpin sekretariat BPD dan dapat dibantu oleh staf sesuai kebutuhan yang diangkat oleh
Kepala Desa dan bukan dari Perangkat Desa.
Pasal 12
Pasal 13
BAB VI
PENGATURAN TATA TERTIB DAN MEKANISME KERJA
Pasal 14
(1). Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD.
(2). Rapat BPD dapat dilakukan setiap saat atas usulan ⅔ Anggota BPD.
(3). Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila dihadiri paling sedikit ½
(satu per dua) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak.
(4). Dalam hal tertentu rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri paling sedikit ⅔ (dua per tiga)
dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan paling sedikit ½ (satu per
dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir.
(5). Pengambilan keputusan BPD dilaksanakan secara musyawarah mufakat, dan apabila tidak
dapat dicapai musyawarah mufakat maka ditempuh melalui suara terbanyak / voting.
(6). Keputusan musyawarah yang telah disepakati tidak bisa di cabut kembali, dan tidak bisa
dipermasalahkan dikemudian hari.
(6). Dalam pengambilan keputusan mengenai orang atau lembaga maka voting dilakukan secara
tertutup.
(7). Dalam hal pengambilan keputusan mengenai sesuatu permasalahan yang tidak menyangkut
orang maka voting dilakukan secara terbuka.
(8). Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan notulen rapat
yang dibuat oleh sekretaris BPD.
(9). Dalam hal Ketua BPD berhalangan, rapat dipimpin oleh Wakil Ketua.
Pasal 15
BAB VII
TATA CARA PENETAPAN PERATURAN DESA
Pasal 16
(1) Rancangan Peraturan Desa dapat disusun oleh Kepala Desa dan atau BPD.
(2) Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Kepala Desa disampaikan secara tertulis kepada
Ketua BPD melalui sekretaris BPD dan ketua-ketua bidang untuk diadakan pembahasan lebih
lanjut.
(3) Rancangan Peraturan Desa yang disusun oleh BPD setelah mendapat persetujuan 2/3 dari
jumlah Anggota BPD, dan disampaikan secara tertulis kepada Kepala Desa.
(4) BPD menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.
Pasal 17
BAB VIII
PEMBENTUKAN PANITIA PEMILIHAN KEPALA DESA
Pasal 18
(1) Sebelum diadakan pemilihan Kepala Desa, BPD mengadakan rapat dipimpin Ketua BPD
untuk :
a. Membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa beserta susunan kepanitiaannya;
b. Membahas mengenai sumber biaya pemilihan Kepala Desa;
c. Menetapkan Tata Kerja Panitia Pemilihan Kepala Desa.
(2) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihadiri oleh Camat atau Pejabat yang ditunjuk
sebagai fasilitator.
(3) Pengangkatan Panitia Pemilihan Kepala Desa harus mempertimbangkan kecakapan dalam
bidang administrasi, kemampuan fisik dan keterwakilan unsur kewilayahan serta kelembagaan
masyarakat Desa.
(4) Keterwakilan unsur kewilayahan serta kelembagaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) terdiri dari unsur Perangkat Desa, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dan tokoh
masyarakat.
(5) Panitia sebagaimana dimaksud ayat (3) sebanyak-banyaknya terdiri dari 11 (sebelas) orang
dan dapat dibantu oleh petugas yang ditunjuk panitia serta mendapatkan surat tugas dari ketua
Panitia.
(6) Dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Camat memberikan penjelasan kepada
peserta rapat mengenai hal-hal yang perlu untuk diketahui dan dipedomani dalam pelaksanaan
pemilihan Kepala Desa.
(7) Panitia Pemilihan Kepala Desa ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilaporkan kepada
Bupati melalui Camat.
(8) Dalam melaksanakan tugasnya Panitia Pemilihan Kepala Desa berpedoman kepada Tata Kerja
Panitia Pemilihan Kepala Desa yang ditetapkan oleh BPD.
BAB IX
TATA CARA MENGGALI, MENAMPUNG DAN
MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT
Pasal 19
(1) Cara menggali dan menampung aspirasi masyarakat dapat dilakukan dengan sarasehan,
anjangsana, temu warga atau bentuk lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
(2) Menerima masukan dan saran aspirasi masyarakat guna bahan pertimbangan kebijakan untuk
disampaikan Pemerintah Desa.
(3) Aspirasi masyarakat yang ditampung, disalurkan kepada Pemerintah Desa guna peningkatan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
BAB X
HUBUNGAN KERJA BPD DENGAN KEPALA DESA DAN
LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Pasal 20
(1) Hubungan kerja BPD dengan Kepala Desa merupakan hubungan timbal balik dan kemitraan
dalam rangka penyelenggaraan, pembangunan dan kemasyarakatan.
(2) Hubungan kerja BPD dengan Lembaga Kemasyarakatan merupakan hubungan konsultatif dan
koordinatif.
BAB XI
TUNJANGAN DAN PEMBIAYAAN BPD
Pasal 21
(1) Pimpinan dan Anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan desa.
(2) Tunjangan pimpinan dan Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam
APBDes.
Pasal 22
(1) Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan desa yang
dikelola oleh Sekretaris BPD.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap tahun dalam APBDes.
Pasal 23
(1) Dalam hal pelaksanaan kegiatannya, BPD diberikan tunjangan dan biaya operasional dari
APBD Kabupaten.
(2) Penggunaan tunjangan dan biaya kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipertanggungjawabkan kepada Bupati melalui Camat.
BAB XII
KODE ETIK BPD
Pasal 24
(1). Dalam melaksanakan wewenang, tugas dan kewajibannya anggota BPD wajib menaati Kode
Etik.
(2). Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi norma-norma atau aturan-aturan
yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis dengan Peraturan Sikap, Perilaku, Ucapan,
Tata Kerja, Tata Hubungan antar Lembaga Pemerintah Desa dan antar anggota serta antar
Anggota BPD dengan pihak lain mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut
dilakukan oleh anggota BPD.
Pasal 25
Kode Etik bertujuan untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas anggota BPD
serta membantu anggota BPD dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban serta
tanggung jawabnya kepada masyarakat dan Negara.
Pasal 26
Anggota BPD wajib bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat kepada
Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 dan peraturan perundang-
undangan, berintegritas tinggi, jujur dengan senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan,
menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia, mengemban amanat penderitaan rakyat,
memenuhi Peraturan Tata Tertib BPD, menunjukkan profesionalisme sebagai anggota BPD dan
selalu berupaya meningkatkan kualitas dan kinerjanya.
Pasal 27
(1) Anggota BPD bertanggung jawab mengemban amanat penderitaan rakyat, melaksanakan
tugasnya secara adil, mematuhi hukum, menghormati keberadaan BPD dalam melaksanakan tugas
dan wewenang yang diberikan kepadanya demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat, serta
mempertahankan keutuhan bangsa dan kedaulatan Negara.
(2) Anggota BPD bertanggung jawab menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat
desa secara adil tanpa memandang suku, Agama, Ras, Golongan, dan Gender.
BAB XIII
PEMBAGIAN TUGAS PENGURUS BPD
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
BAB XIV
RAPAT BPD
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Tata cara rapat BPD :
a. Sebelum rapat dimulai setiap Anggota BPD harus menandatangani daftar hadir;
b. Untuk para undangan disediakan daftar hadir tersendiri;
c. Rapat dibuka oleh pimpinan rapat apabila quorum telah tercapai berdasarkan kehadiran secara
fisik kecuali ditentukan lain;
d. Anggota BPD yang menandatangani daftar hadir apabila akan meningggalkan rapat harus
memberitahukan kepada pimpinan rapat.
BAB XV
LARANGAN ANGGOTA BPD
Pasal 34
(1) Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan
Perangkat Desa.
(2) Pimpinan dan Anggota BPD dilarang :
a. Sebagai pelaksana proyek desa;
b. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan mendiskriminasikan
warga atau golongan masyarakat lain;
c. Melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan atau jasa dari pihak lain
yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
d. Menyalahgunakan wewenang;
e. Melanggar sumpah atau janji jabatan, dan;
f. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan atau bertentangan dengan norma yang hidup dan berkembang dimasyarakat, serta melakukan
perbuatan yang dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap ketokohannya, seperti
perbuatan asusila, baik perjudian, mabuk-mabukan, dan lain sebagainya.
BAB XVI
PENYIDIKAN TERHADAP ANGGOTA BPD
Pasal 35
(1) Tindakan penyidikan terhadap Anggota BPD dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis
dari Bupati.
(2) Hal-hal lain yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.
b. Diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati.
(3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan kepada Bupati paling
lama 3 (Tiga) Hari.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
(1) Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Tata Tertib ini menjadi
pedoman kerja BPD.
(2) Untuk kelancaran pelaksanaan Peraturan Tata Tertib BPD ini semua anggota wajib
mendukung kinerja dan program BPD yang bersifat positif.
(3) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Tata Tertib BPD ini diatur lebih lanjut.
(4) Peraturan Tata Tertib BPD ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Contoh yang lebih konkrit misalnya di wilayah desa kita. Di sini, semua warga
masyarakat harus tahu apakah kelompok miskin, pengangguran, anak putus
sekolah disekitar kita semakin bertambah, tetap atau semakin berkurang
setiap tahun. Bukan itu saja, kita juga berhak tahu tentang kebersihan,
keamanan dan kenyamanan hidup bertetangga. Pokoknya semua yang
berkaitan dengan hidup bermasyarakat harus diketahui, disadari dan ditangani
secara bersama-sama.
Pilihan yang paling tepat untuk bisa “hidup bersama-sama” seperti itu adalah
bertemu seluruh warga atau unsur-unsur warga pada satu lingkungan untuk
berdialog atau berbicara secara terbuka, transparan dan demokratis. Dalam
pertemuan ini warga akan tahu mengapa dan bagaimana rencana kerja
pemerintah, berapa dana yang dimiliki, dari mana sumber dana tersebut guna
meningkatkan kinerja kesejahteraan warganya.
Forum ini bukanlah suatu kelompok organisasi dengan struktur formal. Ini
hanyalah istilah untuk menamakan suatu kegiatan pertemuan rutin warga
guna mengatasi persoalan dan meningkatkan kerja sama antar warga
bermasyarakat.