Anda di halaman 1dari 16

NAMA : MASNIWATI

NIM : 742342020020

PRODI : 20 HES 1

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI MEDIATOR DALAM


MENYELESAIKAN SENGKETA TANAH ( Studi Kasus Desa Lompu
Kecamatan Cina )

Masniwati
Institut Agama Islam Negeri Bone, Indonesia
Email : masniwatimasni5@gmail.com

ABSTRAK

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum dengan batas wilayah yang


berwenang mengatur dan mengurus memperhatikan kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan kenali dan hormati saran dan kebiasaan setempat sistem
pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, pemerintahan
sendiri yang dimiliki oleh desa adalah pemerintah sendiri yang sesungguhnya.
Artinya, pemerintah sendiri berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat.
Sejak saat itu, desa lompu juga memperkenalkan sistem ADR (Alternative
Dispute Resolution), perselisihan yang timbul pada masyarakat desa khususnya di
desa lompu sebagai solusi, masyarakat lebih memilih penyelesaian konflik dengan
cara kebebasan berproses dari kepala desa. Penelitian ini menggunakan penelitian
yuridis normatif atau disebut juga dengan metode penelitian hukum normatif.
Metode penelitian hukum normatif adalah penelitian hak sastra yang dilakukan
dengan penelitian dan tampilkan bahan pustaka atau hanya informasi sekunder.
Masalah menikah apa yang terjadi di desa lompu selama 4 (empat) tahun ari
rimbanto kepala desa dapat dibubarkan sebagaimana mestinya tanpa melalui
pengadilan, yaitu karena peran kepala desa yang menentukan penyelesaiannya.
Peran kepala desa, desa lompu memiliki pengaruh yang besar terhadap warganya
sebagai mediator dalam penyelesaian sengketa mediasi sengketa tentang tanah
pusaka anak angkat yang terjadi di desa lompu, tempat tinggal kepala desa sebagai
perantara yang memfasilitasi lokasi dan informasi.

Kata Kunci: Peranan Kepala Desa Sebagai Mediator

ABSTRACT

The village is a legal community unit with territorial boundaries that regulate and
pay attention to the interests of the local community, based on recognition and
respect for local advice and customs, the government system of the Unitary State
of the Republic of Indonesia. Therefore, self-government owned by the village is
true self-government. That is, the government itself is based on local principles
and customs. Since then, Lompu Village has also introduced the ADR (Alternative
Dispute Resolution) system, a problem that has arisen in village communities,
especially in Lompu Village. This research uses normative juridical research or
also known as normative legal research method. The method of normative legal
research is research on literary rights which is carried out by research and
presenting library materials or only secondary information. The problem of
getting married in Lompu village for 4 (four) years, Ari Rimbanto, the village
head, can be dissolved as it should be without going through a court, namely
because the role of the village head is to decide the settlement. The role of the
village head, Lompu village has a great influence on its residents as a mediator in
dispute resolution mediation of disputes about inherited land of adopted children
that occurred in Lompu village, where the village head lives as an intermediary
who facilitates space and information.

Keywords: The Role Of The Village As A Mediator

PENDAHULUAN
Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum dengan batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus memperhatikan kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan kenali dan hormati saran dan kebiasaan setempat sistem
pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, pemerintahan
sendiri yang dimiliki oleh desa adalah pemerintah sendiri yang sesungguhnya.
Artinya, pemerintah sendiri berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat. Jadi
pada kenyataannya pasti akan ada sharing keanekaragaman, baik dalam hal nama,
struktur pemerintah, dan fitur geografisnya. Sebenarnya ada kasus khusus yang
berbeda satu sama lain. Dari sinilah prinsip “kebhinekaan” sebenarnya berasal
berkembang secara signifikan di masyarakat. Jadi sebenarnya hak, asal-usul, dan
adat istiadat dihormati sebagai modal pembangunan desa. 1
Keanekaragaman budaya dan sosial budaya di pedesaan keberagaman dan
perkembangan latar belakang alam negara (negara kesatuan) adalah dasar
pemerintahan mengkoordinasikan penyelenggaraan pemerintahan desa. Ini
tercermin dalam salah satu alasan mendasar untuk peluncurannya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Lahirnya UU No 23 Tahun 2014 adalah salah satu instrumen hukum
mensosialisasikan hukum Tahun 1945 berdirinya Negara Republik Indonesia
Pasal 18 B tekankan bahwa:
1. Negara mengakui dan menghormati unit pemerintah daerah khusus atau
sifat khusus yang ditentukan oleh undang-undang.
2. Negara mengakui dan menghormati entitas-entitas ini dengan hak-hak
tradisional mereka di mana-mana masih hidup dan sejalan dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan republik indonesia
diatur konstitusi. 
Pengakuan konstitusional sebagaimana dengan pasal 18 B ayat (2) tersebut
di berikan oleh negara:
1. Sampai keberadaan dan hak-hak masyarakat hukum adat tradisinya.

1
Anonim, Petunjuk Teknis Direktorat Survey dan Potensi Tanah (Jakarta: Deputy
survey, 2007), h. 6.
2. Diakui keberadaannya keberadaan kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat.
UU No 6 tentang Penataan Desa 2014 tentang Implementasi Pasal 19
Komite Desa yang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya diakui dalam sistem pemerintahan
nasional, dan berkedudukan di kecamatan cina, dengan menyebutkan bahwa
dinominasikan dalam peraturan menteri dalam Negeri Republik Indonesia
Peraturan No. 44 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa tempat urusan pemerintahan berada kewenangan menjadi desa
meliputi:
1. Urusan pemerintahan berdasarkan adanya hak asal usul desa.
2. Transaksi pemerintah adalah kewenangan pemerintah kabupaten/kota
mengatur serah terima ke desa.
3. Pendampingan misi pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
4. Urusan pemerintahan lainnya yang harus ditangani menurut Undang-
Undang sudah diserahkan ke desa.
Peraturan pelaksanaan Pasal 1 Peraturan Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, pemerintahan desa baik itu kepala desa atau nama lain yang dibantu
kelembagaan tingkat desa sebagai bagian integral dari penyelenggaraan
pemerintahan tingkat desa yang wajib memberikan laporan melaksanakan
pemerintahan desa kepada bupati/walikota, memberikan laporan
pertanggungjawaban kepada BPD, dan laporan pelaksanaan notifikasi
pemerintahan desa adalah milik masyarakat.
Lembaga sosial juga telah terbentuk di desa, seperti rukun retangga, rukun
warga, PKK, karang taruna dan badan pemberdayaan masyarakat. Lembaga
masyarakat di desa sebagai forum tata pemerintahan partisipatif pembangunan
untuk demokratisasi dan transparansi pembangunan di tingkat masyarakat dan
mendorong, memotivasi, menciptakan peluang dan memungkinkan masyarakat
untuk berperan lebih aktif berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembangunan.
Kepala desa adalah tokoh utama memimpin dalam pemerintah desa orang
resmi yang berpengaruh dalam kehidupan sosial. Sebagai pemimpin formal di
tingkat pemerintahan desa. Kepala desa memegang kursi dalam suara rakyat.2
Kepala desa melaksanakan hak, berwenang dan kewajibannya pimpinan
pemerintahan desa dan organisasi lainnya kerjakan tugas anda sendiri, jadilah
penyelenggara serta para penanggung jawab utama di bidang pemerintahan desa,
pemerintahan masyarakat, termasuk pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku menumbuhkan dan
mengembangkan semangat gotong royong dengan masyarakat sebagai badan
utama, komite desa akan bersatu. Kepala desa memiliki fungsi dan status yang
sama ini sangat penting dalam pemerintahan desa. Dia adalah pemimpinya
bertanggung jawab atas urusan pemerintahan desa. Pertama desa adalah
penyelenggaraan dan sekaligus kepala proses urusan pemerintahan berkembang di
dalam wilayahnya.
Selain menyelenggarakan urusan pemerintahan dan seiring dengan
pembangunan, kepala desa memiliki kewajiban lain yaitu menyelenggarakan
urusan di bidang pembangunan sosial ketenteraman dan ketertiban dalam
masyarakat serta pemajuan dan mengembangkan jiwa dan semangat gotong
royong masyarakat. Singkatnya, dapat dikatakan demikian tanggung jawab dan
kewajiban kepala desa rentang yang cukup terdefinisi dengan baik. Banyak orang
percayakan semua tugas pengelolaan kepada kepala desa, termasuk
menyelesaikan sengketa tanah.

METODE
Jenis Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif yang disebut
juga dengan metode penelitian hukum standar pada saat penulisan. Penelitian

2
M. Lukman Hakim, Otonomi Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Studi Komparasi Otonomi Daerah Sebelum dan Sesudah Perubahan UUD 1945)
(Yogyakarta: Otonomi Daerah, 2013), h. 1.
sastra dilakukan dengan metode penelitian hukum baku, yaitu penelitian dan
analisis bahan dari perpustakaan atau hanya data sekunder.3
Sumber Data
Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif yang bersumber dari
data sekunder Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Data Primer
Respondennya adalah warga sengketa sekaligus kepala desa lompu di
kecamatan cina. Melalui wawancara dengan informan, data atau informasi
yang dapat dijelaskan dikumpulkan untuk penelitian.
b. Data Sekunder
Informasi opsional yang dirancang untuk membantu dalam penelitian
ini juga dapat dijelaskan memperkuat legitimasi dan kualitas informasi yang
relevan.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, informasi dikumpulkan dari kedua literatur dan
praktek dengan dua metode yang berbeda. Penulis penelitian ini menggunakan
metode tersebut mengumpulkan data dan dokumen wawancara.
Teknik Analisis Data
Proses analisis data melihat semua data yang tersedia dari berbagai
sumber, seperti dokumen pribadi, wawancara dan observasi. Analisis data ini
disusun secara berurutan sistematis, rinci dan menarik kesimpulan sehingga dapat
dikomunikasikan kepada masyarakat lain model analisis data ini dibagi menjadi
tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan gambar akhir

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Kedudukan Kepala Desa Sebagai Mediator Penyelesaian Sengketa Tanah
Ada beberapa wilayah yang secara geografis terletak di kecamatan cina
adat istiadat yang mendalam masih ada di daerah pertahanan, khususnya di

3
J.Moleong Lexy, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), h. 247
desa lompu menyelesaikan sengketa tanah. Permohonan pemukiman di desa
lompu salah satunya dibuat sesuai pesanan, yang juga merupakan salah satu
solusi internal sistem ADR (Alternative Dispute Resolution) sering digunakan
untuk penyelesaian sengketa tanah di desa lompu. Berdasarkan investigasi
yang dilakukan oleh penulis konon ada laporan yang diterima dari warga
kepada kepala desa tentang kepemilikan tanah sawah anak angkat ahli waris
yang telah meninggal. Berhubungan dengan penulis menemukan bahwa ada
seorang warga berinisial AM yang memiliki sawah itu adalah tanah yang tidak
dibagi oleh warisan, dan anak angkat tidak dibagi mengetahui pembagian hak
waris. Kepala desa berperan dalam laporan itu sebagai mediator dan arbiter
dalam penyelesaian sengketa tanah tersebut.4
Informasi silsilah dari hasil wawancara pada 7 Mei Juli 2022, saat
penggugat AM menyatakan bahwa BS adalah kakek buyutnya penggugat
AM, yang mendukung kepemilikan atas properti tersebut.
Masalah ini pertama kali muncul ketika ahli waris tidak memiliki anak
kandung adopsi atau pengasuhan anak yang diadopsi oleh orang lain.
Singkatnya, anak angkat untuk bekerja di sawah milik ahli waris ketika dia
sudah dewasa. Ketika ahli waris meninggal anak mewarisi secara tidak
langsung dari ahli waris; tapi keluarga ahli waris biologis tidak menerima
bahwa anak angkat ahli waris menguasai tanah persawahan yang harus
diusahakan oleh keluarga biologis mereka.
Karena anak tersebut bukan anak kandung dari ahli waris dan
menerima rumah dan harta benda, ia tidak boleh menguasai ladang yang harus
ditanami secara bergiliran dengan saudara yang memenuhi syarat.
Alternatif penyelesaian sengketa tanah oleh kepala desa karena
masalah di lompu. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan proses penyelesaian sengketa.
Proses pengajuan di desa lompu dimulai dengan adanya warga yang
bersengketa terkait pewarisan tanah, proses pertama, penggugat AM melapor

4
Sammuel Dharma Putra Nainggolan Jurnal, Kedudukan Kepala Desa Sebagai Hakim
Perdamaian (Surabaya: FHUA, 2018), h. 8.
ke ketua RT (rukun tetangga) dengan membawa dokumen surat hak milik atas
nama BS dengan luas tanah 450m², yang diterbitkan pada 5 November 1969.
Setelah menerima laporan yang menunjukkan perselisihan manajer
pribadi RT mendatangi kedua belah pihak yang bersengketa, baik itu
penggugat AM dan tergugat AL untuk mereduksi sengketa tersebut sehingga
tidak dapat eksis sebagai gugatan preventif namun, jika tindakan ini tidak
dapat diselesaikan, maka kemudian dilaporkan ke bos RW (Rukun Warga)
yang kedua setelah direktur pada tahap ini RW melakukan tindakan arbitrasi
yang mirip dengan ketua RT, tetapi dengan usaha ketua RW masih belum
memberikan hasil, sehingga kasus ini direkomendasikan kepala desa.
Ketiga, saat laporan diserahkan ke kepala desa, kedua belah pihak
saling bertengkar bertemu dan meminta mereka untuk informasi tentang isu
isu kontroversial, demikian pula ketua RT dan ketua RW disebut sebagai
penguasa dan para saksi dimintai keterangan tentang latar belakang
perselisihan tersebut. Dengan mengumpulkan para pihak terus melakukan
mediasi sebagai mediator internal kepala desa menyelesaikan sengketa yang
melibatkan perangkat desa dan dan kepala desa.
Sebagai penengah dalam penyelesaian sengketa tanah yang timbul
akibat pewarisan anak angkat yang terjadi di desa lompu, kepala desa
bertindak sebagai mediator, dengan memfasilitasi lokasi dan informasi yang
dibutuhkan untuk menentukan status hak atas tanah yang disengketakan.
Kepala desa mengikuti buku desa C, jelasnya para pihak yang terlibat dalam
peralihan hak atas tanah kepada anak angkat AL terjadi karena orang tua ahli
waris yang tidak sempat memberi tahu anaknya. Anak-anak mereka memasuki
pengalihan tanah sampai orang tua mereka meninggal. “Buku C Desa tersebut
merupakan bukti pengalihan tanah yang dilakukan oleh penduduk desa
kelurahan tanete, baik itu tentang jual beli, warisan dan hadiah”. 
Dengan tidak diberitahukannya akan perihal hibah tersebut dari orang
tua kepada anak cucunya penggugat yang menyebabkan kesalahpahaman
tentang pengetahuan tentang hak waris untuk inisiatif untuk membawa anak
angkat ke pengadilan. tentang apa itu kepala desa menjelaskan bahwa
pemohon bisa atau menerima terbuka bahwa hak atas tanah sebenarnya jelas
anak angkat yang disumbangkan oleh orang tua sebelumnya dengan hak
peralihan tanah tersebut merupakan hibah di desa Buku C. 
Hasil wawancara dengan responden 25 terkait peran kepala desa
sebagai mediator dalam penyelesaian sengketa tanah di desa lompu, kepala
desa menanggapi pemberitahuan dari warga perselisihan dan bantuan tempat
arbitrase, kepala desa terlibat dalam arbitrase sekretaris desa dan pegawai
kadus tidak memperdebatkan satu pihak yang menang sengketa, dan kepala
desa memberikan informasi yang benar dengan menggunakan Buku Desa C
tentang pengalihan hak atas tanah desa lompu. 

B. Akibat Hukum Kepala Desa Sebgai Mediator


Hukum sebagai standar memiliki karakteristik fitur khusus, yaitu untuk
perlindungan, mengatur dan menyeimbangkan untuk melindungi kepentingan
umum. Pelanggaran ketentuan hukum dalam pengertian ini berbahaya, lalai
atau menganggu keseimbangan kepentingan publik menimbulkan reaksi dari
masyarakat. Akibat hukum huku bagi kepala desa yang tidak melaksanakan
tugas dan kewajibannya menurut Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa, disebabkan karena kepala desa meninggal dunia; permintaan
sendiri; atau diberhentikan. Kepala desa diberhentikan karena: berakhir masa
jabatannya; tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap secara berturut turut selama 6 (enam) bulan; tidak lagi
memenuhi syarat sebagai calon kepala desa; dan melanggar larangan sebagai
kepala desa. Pemeberhentian kepala desa ditetapkan oleh bupati/walikota.
Untuk menambahkan sifat positif dalam masyarakat maka
dicantumkan oleh Undang-Undang Desa, dengan adanya persengketaan maka
harus didayagunakan semaksimal mungkin sebagai ikhtiar agar masyarakat
lebih banyak tahu mengenai penyelesaiaan persengketaan tersebut. Sebagai
bekal kepala desa dengan kemampuan bertindak sebagai mediator
penyelesiaan sengketa yang profesional, maka pendidikan dan pelatihan
kepala desa diselenggarakan dengan kemanfaatan para pihak yang berselisih,
sehingga tidak sulit seperti pada proses dipengadilan. Mereka yang terlibat
persengketaan bisa dengan mudah menentukan bagaimana seharusnya
penyelesaiaan ini dilakukan. Jika dengan pengadilan diselesaikan bertahun-
tahun, terus naik banding, kasasi , maka dengan secara mediasi akan lebih
mudah dan singkat, karena banding atau bentuk lainnya itu tidak ada.
Penegakan hukum dilaksanakan menegakkan, mengawasi, dan
menegakkan hukum bertentangan dengan tujuan hukum dan tidak ada yang
melanggarnya. Kegiatan penegakan hukum adalah tindakan penerapan hukum
bagi setiap orang yang perbuatannya menyimpang dan bertentangan dengan
standar hukum, yaitu hukum cocok untuk semua orang pelaksanaan sesuai
mekanisme dan adat istiadat dalam sistem penegakan hukum. Dengan kata
lain, lembaga penegak hukum sebagai kegiatan bercocok tanam dan menjaga
hukum, bahwa itu mungkin berdiri standar yang mengatur kehidupan orang
untuk memesan, keamanan dan ketentraman di masyarakat mengarahkan
hidupnya.
Dalam penuntutan negara menjadi orang yang bertanggung jawab
kewajiban bersama sebagai bangsa berdasarkan hukum karena merupakan
negara bertanggung jawab atas ketertiban dan keamanan dan ketentraman
warganya adalah tugas dan wewenang asli dari dan tradisional dari pemerintah
atau negara itu kemudian didelegasikan keadilan.
 Dalam proses pengajuan aduan administratif tentang sengketa tanah
waris yang ada di desa lompu tergugat AM hanya dengan mengirimkan surat-
surat sertifikat tanah kepada RT, RW dan kepala desa. Proses mediasi
dilakukan oleh kepala desa fasilitasi lokasi dan informasi dari Desa Buku C
yang menunjukkan hak atas tanah diserahkan kepada terdakwa AL dengan
bantuan orang tua ahli perkebunan.
Kepala desa dapat memberikan penjelasan kepada penggugat tentang
informasi ini terkait dengan perubahan kepemilikan tanah dengan bantuan
laporan kepala desa yang berujung pada ketidaktahuan penggugat AM atas
pengalihan harta tersebut diberikan kepada terdakwa AL. Kepala desa mampu
menyelesaikan perselisihan tersebut tentang sengketa berdasarkan UU No. 6
Tahun 2014. 5
Dalam hal ini kepala desa lompu sebagai perantara tidak memihak
lebih memilih agar tidak ada yang membantu para pihak dalam proses mediasi
untuk mencari hal lain cara untuk menyelesaikan perselisihan tanpa anda
harus memutuskan atau mendikte larutan. 
Saya tidak percaya dengan proses mediasi kades lompu menimbulkan
akibat hukum akibat masa mediasi jadwal pertemuan para pihak tidak bisa
diatur seperti dalam mediasi internal pengadilan padahal, kemungkinan
campur tangan pihak yang tidak beritikad baik sangat kecil tidak ada. Namun,
masih terdapat celah dalam tindakan kades karena tidak meminta kelengkapan
dokumen dari pemohon AM yang merupakan syarat formal. Mengacu pada
formalitas untuk perumusan klaim, seperti identitas penggugat, kejelasan
subjek klaim dan masalah lain yang terkait dengan persyaratan formal aplikasi
uji coba dan mungkin dengan dokumentasi yang tidak lengkap atau
persyaratan pengiriman formal seharusnya kades lompu dapat menolak jika
aduan tersebut dapat diterima Pasal 8 ayat 3 Rv (Reglement de
Rechtsvordering) dengan kata “Jika sengketa cacat fisik dan mental,
pengaduan akan ditolak atau tidak akan diterima. M Yahya Harahap
mengatakan jika penggugat tidak membuktikan klaimnya maka kasusnya
sepenuhnya ditolak. Karena dianggap penggugat tidak membuktikan dalilnya.
Meski permintaan itu diterima kepala desa, meski sudah bisa ditebak terlibat
dalam penyelundupan hukum dan tuntutan hukum yang harus dijatuhkan. Tapi
dalam kasus itu karena kepala desa bertindak sebagai perantara dan
mengumpulkan bukti dari konsekuensinya hukum dapat diselesaikan dengan
damai. 6
 
C. Analisa Data

5
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 229-230.
6
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian dan Putusan Pengadilan (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), h. 235.
Menurut Pasal 14 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005,
kepala desa merupakan penanggung jawab utama pengelolaan, pembangunan
dan kemasyarakatan kerangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah.
Tergantung kepala desa memegang peranan penting sebagai pemimpin dalam
organisasi. 
Posisi kepala desa lompu adalah sebagai mediator dalam penyelesaian
sengketa tanah adat sesuai dengan hukum UU Desa No. 6 Tahun 2014, Pasal
26 Ayat 4 Ayat k, menyatakan bahwa kepala desa mempunyai kewajiban
untuk menyelesaikan perselisihan komunal desa. Sementara itu, kewenangan
desa adat mengatur dalam Pasal 103: Pasal 19 d tentang hak asal sebagai dasar
untuk “penyelesaian perselisihan agama atas undang-undang yang merepotkan
di desa-desa tradisional di wilayah tersebut sesuai dengan prinsip hak asasi
manusia dengan mengutamakan penyelesaian dengan sengaja”.
Menurut artikel tersebut, kepala desa lompu menjadi perantara dalam
proses tersebut memenuhi kewajibannya untuk menyelesaikan setiap
perselisihan yang mungkin timbul karenanya desa. Sifat kasus dan
perselisihan, bentuk mekanisme, hasil keputusan atau akibat hukum
penyelesaian sengketa kepala desa tidak dijelaskan secara rinci dalam undang-
undang tersebut UU No 6 Tahun 2014 atau Peraturan Pemerintah (PP) No 43
Tahun 2014.  
Oleh karena itu, kepala desa lompu prihatin dengan penyelesaian
sengketa di luar pengadilan berdasarkan UU Pasal 1 No. 10 UU No. 30 Tahun
1999, sebagai alternatif penyelesaian sengketa dilakukan oleh badan
penyelesaian sengketa atau badan penyelesaian sengketa tata cara yang
disepakati para pihak yaitu penyelesaian di luar pengadilan melalui
musyawarah, negosiasi, mediasi, arbitrasi atau pendapat ahli.7
Pengalihan tanah yang terjadi di desa lompu merupakan pengalihan
hak milik kepemilikan tanah dengan hibah untuk anak angkat, hal ini dicatat
pada Buku C di desa, sedangkan dalam Pasal 37 b Peraturan Pemerintah (PP)

7
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesiaan Sengketa Di Luar Pengadilan (Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2003), h. 4.
No. 24 Tahun 1997, meskipun harus menggunakan dokumen yang dibuat oleh
PPAT yang berwenang menunjukkan peralihan, tetapi peralihan hak atas tanah
karena hibah tidak serta merta berarti pemberi telah menyerahkan tanah
kepada penerima. Sedangkan menurut artikel 1666 KUH Perdata, hibah adalah
suatu perjanjian di mana pemberi hibah, pada saat kematiannya, dengan
Cuma-Cuma dan tidak dapat ditarik kembali memberikan sesuatu kepada
penerima hibah yang menerima hibah itu.
Tentu saja pasti ada masalah di desa yang bisa Anda lihat kelompok
masyarakat bergumul dengan perbedaan antara realitas dan cita-cita, antara
yang praktis dan norma dan antara realitas dan yang sebenarnya ingin
masyarakat memiliki norma dan nilai kelompok yang bervariasi secara
internal menentukan tingkah laku individu. Penyimpangan dari nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat.
Tercantum dalam Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945, yang menyatakan: “Semua warga negara memiliki
status yang sama secara internal hukum dan pemerintah dan harus mematuhi
hukum dan pemerintah itu ada pengecualian.” Beginilah seharusnya setiap
warga negara indonesia diperlakukan benar dan tepat di hadapan hukum. 
Dengan demikian, kepala desa diharapkan dapat mempromosikan
perdamaian di wilayahnya tanpa mengganggu ketertiban masyarakat. Dengan
menerapkan hukum yang berlaku sebagai sarana penegakan perintah orang-
orang desa mereka. Pada prinsipnya, kepala desa bisa melakukan itu
yurisprudensi dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan oleh kepala
desa sendiri.8
Padahal PERMA No. 01 Tahun 2008 menyebutkan pasal 6 ayat (1).
Bahwa hakim pengadilan negeri yang dapat menjadi mediator selama pihak
lain dengan orang yang para pihak sendiri telah memilih untuk bertindak
sebagai mediator sertifikat sebagai mediator, tetapi ini tidak berlaku untuk
proses mediasi yang berlangsung di luar pengadilan seperti yang dilakukan
kepala desa lompu.

8
Sugiyono, Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 334.
Kepala desa lompu menjalankan tugasnya sebagai mediator sengketa
tanah yang jatuh di bawah yurisdiksi mereka oleh hukum Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 26 ayat (4) huruf (k) yang merupakan tugas kepala
desa untuk menyelesaikan perselisihan dengan dan dengan penduduk di
daerahnya akibat tidak adanya surat keterangan ombudsman untuk
menjalankan tugasnya dalam menyelesaikan sengketa.9
Namun, jika kepala desa tidak memenuhi tugasnya sebagai perantara
atau untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul, sanksi dikenakan kepada
kepala desa dalam Pasal 28 UU No 6 Tahun 2014:
1. Kepala Desa yang tidak melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (4) dan Pasal 27 berlaku untuk sanksi administratif berupa
teguran lisan dan/atau teguran tertulis
2. Apabila sanksi administratif tersebut pada ayat 1 tidak dilaksanakan,
penghentian sementara terjadi dan dapat dilanjutkan Penyelesaian 

SIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab di atas, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kedudukan kepala desa sebagai mediator dalam penyelesaian sengketa
tanah konsekuensi dari warisan diselesaikan secara damai sesuai dengan
kewajiban dan kekuatan pasal 26 ayat (4) huruf (k) Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014, kepala desa memiliki tanggung jawab untuk
menyelesaikan perselisihan komunal di desa. Dan menurut peraturan resmi
desa adat dalam Pasal 103 kewenangan desa adat didasarkan pada hak asal
usul menurut Pasal 19 huruf (d), yang menyatakan: “Penyelesaian
sengketa informasi tersebut didasarkan pada hukum adat desa adat di
daerah tersebut sesuai dengan prinsip hak asasi manusia yang
mengutamakan penyelesaian dengan cara tertentu ceramah".

9
Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Hukum Syariah, Adat, Dan Hukum Nasional (Jakarta:
Kencanab Prenada Media, 2009), h. 1-2.
2. Kekurangan yang dilakukan oleh kepala desa ketika tidak meminta
kesempurnaan dokumen Penggugat AM yang merupakan syarat formil
yang berkaitan dengan formalitas penyusunan gugatan, seperti identitas
pihak penggugat, keunikan objek tuntutan dan hal-hal lain menurut Pasal
8 ayat 3 Rv ( Reglement of Rechtsvordering) “Apabila gugatan itu
mengandung cacat lahir dan batin, maka pengaduan ditolak atau tidak
dapat diterima”. 

SARAN
Berkaitan dengan pengajuan gugatan kepemilikan tanah, lebih baik
percaya pada kepala desa ke depan, dokumen identitas harus lengkap jika
dikuasakan dibuktikan dengan surat kuasa dan identitas pengirim dan penerima
surat-surat kuasa, bukti atau bukti kepemilikan properti pengadu, informasi
pendukung properti subjek sengketa atau konflik, uraian singkat tentang sejarah
sengketa. 
Sosialisasi dan pelatihan penyelesaian kasus atau kasus hukum dilakukan
undangan sesekali dari ahli hukum bekerja sama dengan firma hukum pemerintah
daerah atau bahkan bantuan hukum lainnya. 

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Petunjuk Teknis Direktorat Survey dan Potensi Tanah. Jakarta: Deputy
Survey, 2007.
Hakim M. Lukman. Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Studi Komparasi Otonomi Daerah Sebelum dan
Sesudah Perubahan UUD 1945). Yogyakarta: Otonomi Daerah, 2013.
Jurnal Sammuel Dharma Putra Nainggolan. Kedudukan Kepala Desa Sebagai
Hakim Perdamaian. Surabaya: FHUA, 2018.
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualiatatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.
Harahap M. Yahya. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
Harahap M. Yahya. Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan,
Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika,
2016.
Usman Rachmadi. Pilihan Penyelesaiaan Sengketa Di Luar Pengadilan.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta,
2007.
Abbas Syahrizal. Mediasi Dalam Hukum Syariah, Adat, dan Hukum Nasional.
Jakarta: Kencanab Prenada Media, 2009.

Anda mungkin juga menyukai