ABSTRAK
Keluarnya UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, untuk ketiga kalinya desa diatur dengan UU
tersendiri, setelah pertama kalinya diatur dengan UU Nomor 19 Tahun 1965 Tentang Desa Praja dan
kedua diatur dengan UU Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa. Kondisi ini menunjukkan
desa mendapatkan perhatian serius masyarakat, sehingga masyarakat merasa perlu melakukan pembaruan.
Karena selama ini pengaturan desa disatukan kedalam UU Pemerintahan Daerah dianggap masih banyak
kelemahan dalam mengatur tentang desa dan belum mampu mempercepat pembangunan desa. Penjelasan
UU Nomor 6 Tahun 2014, dinyatakan; “Desa atau yang disebut dengan nama lain ada sebelum NKRI
ada atau terbentuk. Sebagai bukti keberadaan desa, terlihat dari penjelasan Pasal 18 UUD 1945, terdapat
lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen”, seperti Desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau,
dan lain sebagainya”. Keberagaman karakteristik dan jenis desa, tidak menjadi penghalang bagi pendiri
bangsa (founding fathers) untuk menetapkan pilihannya pada bentuk negara kesatuan. Meskipun disadari
dalam negara kesatuan perlu terdapat homogenitas, tetapi NKRI tetap memberikan pengakuan,
perlindungan dan jaminan terhadap keberadaan kesatuan masyarakat hukum dan kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya yang tumbuh dan berkembang. Keberadaan UU Nomor 6
Tahun 2014 mengatur dan menjawab permasalahan pemerintahan desa sehingga diharapkan mampu
mempercepat perkembangan desa, melalui penataan kelembagaan pemerintah desa.
ABSTRACT
The issuance of Law No. 6 of 2014 About Village, for the third time village governed by a separate law,
after the first time regulated by Law No. 19 of 1965 On Rural Township and second regulated by Law No.
5 of 1979 About the Village Government. This condition shows the village of serious attention of society,
so that people feel the need to make updates. Because during this time the village setting incorporated
into the Regional Government Law is considered still many weaknesses in governing the country and
have not been able to accelerate the development of the village. Explanation of Law No. 6 of 2014, stated;
"Village or called by any other name existed before the Homeland existing or formed. As evidence of the
existence of the village, seen from the explanation of Article 18 UUD 1945, there are approximately 250
"Zelfbesturende landschappen", such as the Village in Java and Bali, Nagari in Minangkabau, and so
forth ". The diversity of characteristics and the type of village, not a barrier for our founding fathers to
make informed choices in a unitary state. Although we recognize the need there is homogeneity of the
unitary state, but Homeland still provide recognition, protection and guarantee of the existence of a unit
of community and unity of indigenous communities and their traditional rights are to grow and develop.
The existence of Law No. 6 of 2014 set and answer the problems of the village administration that are
expected to accelerate the development of the village, the village government through institutional
arrangement.
1
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
PENDAHULUAN
2
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
pembangunan desa), menyerap aspirasi dan dalam mengambil keputusan desa demi
kebutuhan dari masyarakat desa, dan fungsi kepentingan masyarakat desa.
kontrol (pengawasan) terhadap penyelenggaraan Asas Keberagaman, adalah; “pengakuan dan
pemerintahan desa oleh pemerintah desa. BPD penghormatan terhadap sistem nilai yang
menjadi institusi untuk menjaga akuntabilitas berlaku di dalam masyarakat desa, tetapi
horizontal. Pemerintah Desa atau Kepala Desa, dengan tetap mengindahkan sistem nilai
bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD, bersama dalam kehidupan berbangsa dan
dan menyampaikan keterangan bernegara. Asas keberagaman ini maksudnya
pertanggungjawaban kepada Bupati sebagai Pemerintah Republik Indonesia mengakui
bahan untuk evaluasi, supervisi damn dan menghormati keberadaan dari sistem
pembinaan”. nilai yang ada di dalam suatu kehidupan
masyarakat desa, namun dalam
Melalui kerangka dasar kelembagaan desa
pelaksanaannya harus tetap mengindahkan
menunjukkan era reformasi telah memposisikan
berbagai bentuk dari sistem nilai bersama
desa sebagai subsistem pemerintahan kabupaten
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
yang secara prinsip dapat menandakan bahwa
Asas Kebersamaan, adalah; “semangat
pemerintahan semakin dekat antara hulu-hilir
berperan aktif dan bekerjasama dengan
kekuasaan dengan masyarakat. Kondisi tersebut
prinsip saling menghargai antara masing-
di atas kertas telah memberi ruang besar bagi
masing kelembagaan dan masyarakat desa
eksistensi pemerintahan desa, namun pada
dalam membangun Desa.” Asas kebersamaan
tataran implementatif masih menemukan
ini dalam penataan desa perlu adanya
berbagai kendala penyelenggaraan kegiatan
semangat untuk berperan aktif dan senantiasa
pemerintahan desa, baik dari SDM maupun dari
dapat bekerjasana dengan prinsip saling
sarana dan prasarana dimiliki pemerintahan desa
menghargai dari berbagai unsur yang terkait
masih berada pada kondisi relatif masih memiliki
dengan masyarakat desa, berkoordinasi antara
kekurangan. Sehubungan dengan
masing-masing kelembagaan terkait di
diberlakukannya UU Nomor 6 Tahun 2014,
tingkat desa dan juga unsur dari masyarakat
maka diperlukan penataan terhadap lembaga
desa dalam pelaksanaan pembangunan desa
pemerintah desa.
itu sendiri. Sehingga rasa kesatuan dan
ANALISIS KAJIAN persatuan dari masyarakat desa akan dapat
Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. lebih hidup dalam masyarakat dan
pemerintah desa setempat.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa Asas Kegotongroyongan, adalah; “kebiasaan
memiliki asas tersendiri yang harus diperhatikan,
saling tolong menolong untuk membangun
asas penyelenggaraan pemerintahan desa ini
desa”. Asas kegotongroyongan maksudnya
sesuai dengan substansi, filosofis dan semangat
dalam penataan dan pengelolaan desa pada
UU Tentang Desa. Asas penyelenggaraan pembangunan desa perlu
pemerintahan desa diatur pasal 3 UU Nomor 6 menumbuhkembangan kebiasaan masyarakat
Tahun 2014, yang berbunyi; Pengaturan Desa
saling tolong menolong sesama masyarakat
berasaskan:
desa dan pemerintah desa serta unsur-unsur
Asas Rekognisi, adalah; “pengakuan terhadap
lainnya yang ada di desa seperti lembaga
hak asal usul”, maksudnya Pemerintah
kemasyarakatan desa.
Indonesia dalam pengaturan tentang desa Asas Kekeluargaan, adalah; “kebiasaan
memperhatikan dan mengakui keberadaan warga masyarakat desa sebagai bagian dari
hak asal-usul desa, dikarenakan desa ada
satu kesatuan keluarga besar. Asas
yang terbentuk sebelum dan sesudah
kegotongroyongan maksudnya dalam
kemerdekaan Republik Indonesia.
penataan desa diperlukan
Asas Subsidiaritas, adalah; “penetapan
ditumbuhkembangkan kebiasaan masyarakat
kewenangan berskala lokal dan pengambilan desa sebagai bagian dari satu kesatuan
keputusan secara lokal untuk kepentingan keluarga besar masyarakat desa itu sendiri.
pemerintah dan masyarakat desa”. Asas
Asas Musyawarah, adalah; proses
Subsidiaritas maksudnya Pemerintah
pengambilan keputusan menyangkut
Indonesia mengakui dan menetapkan adanya
kepentingan masyarakat desa melalui diskusi
kewenangan berskala lokal serta pengambilan dengan berbagai pihak.
keputusan secara lokal, dengan tujuan untuk Asas Demokrasi, adalah; “sistem
kepentingan masyarakat desa, diharapkan
pengorganisasian masyarakat desa dalam
dapat memberikan sedikit keleluasaan bagi
sistem pemerintahan yang dilakukan
pemerintah desa berinovasi dan berinisiatif
masyarakat desa atau dengan persetujuan
3
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
masyarakat desa serta keluhuran dari harkat pasal 4 UU Nomor 6 Tahun 2014, yakni;
dan martabat manusia sebagai makhluk “Pengaturan Desa bertujuan:
Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa 1. Memberikan pengakuan dan penghormatan
diakui, ditata, diatur dan dijamin. atas desa yang sudah ada dengan
Asas Kemandirian, adalah; “proses yang keberagamannya sebelum dan sesudah
dilakukan pemerintah desa dan masyarakat terbentuknya NKRI;
desa untuk melakukan kegiatan dalam rangka 2. Memberikan kejelasan status dan kepastian
memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan hukum atas desa dalam sistem ketatanegaraan
sendiri”. Republik Indonesia demi mewujudkan
Asas Partisipasi, adalah; kepada masyarakat keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia;
desa diharapkan dapat untuk turut berperan 3. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi,
aktif dalam suatu kegiatan terkait aktivitas dan budaya masyarakat desa;
tentang desa”. 4. Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi
Asas Kesetaraan, adalah; kesamaan masyarakat Desa untuk pengembangan
kedudukan dan peran antara lembaga potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan
pemerintah desa dengan masyarakat dan bersama;
unsur desa lainnya yang berkompetan . 5. Membentuk Pemerintahan Desa yang
Asas Pemberdayaan, adalah; upaya profesional, efisien, terbuka, serta
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan bertanggungjawab;
masyarakat desa melalui penetapan kebijakan, 6. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga
program, dan kegiatan yang sesuai dengan masyarakat. Desa guna mempercepat
esensi masalah dan prioritas dari kebutuhan perwujudan kesejahteraan umum;
masyarakat desa tersebut. 7. Meningkatkan ketahanan sosial budaya
Asas Keberlanjutan, adalah; proses yang masyarakat Desa guna mewujudkan
dilakukan secara sistematis, terkoordinasi, masyarakat Desa yang mampu memelihara
terintegrasi, dan berkesinambungan dalam kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan
merencanakan, melaksanakan dan mengawasi nasional;
penyelenggaraan pemerintahan desa dan 8. Memajukan perekonomian masyarakat Desa
program pembangunan desa yang serta mengatasi kesenjangan pembangunan
dilaksanakan oleh desa dan masyarakat desa nasional; dan
itu sendiri. 9. Memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek
pembangunan
Asas Pengaturan Desa.
Asas pengaturan tentang desa juga harus Sebagai perbandingan dari pengaturan
memperhatikann asas-asas penyelenggaraan tentang desa yakni pada masa berlakunya UU
pemerintahan desa, seperti dinyatakan pasal 24 Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
UU Nomor 6 tahun 2014, adalah sebagai beriku; Daerah, dimana UU ini tidak diatur dengan jelas
- kepastian hukum, tentang dasar, asas, dan tujuan pengaturan
- tertib penyelenggaraan pemerintahan, tentang desa, karena secara teknis Desa lebih
- tertib kepentingan umum, banyak diatur pada Peraturan Pemerintah (PP)
- keterbukaan, Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, walaupun
- proporsionalitas, secara teknis Peraturan Pemerintah tersebut
- profesionalitas, mengatur tentang desa, secara umum PP ini juga
- akuntabilitas, tidak mengatur dengan jelas tentang dasar, asas,
- efektivitas dan dan tujuan dari pengaturan tentang desa, dalam
- efisiensi, penjelasan tentang PP Nomor 72 Tahun 2005
- kearifan lokal, diketahui hanya mengatur prinsip
- keberagaman, dan penyelengaraan pemerintahan desa yakni;
- Partisipatif. Pertama Prinsip Keanekaragaman,
merupakan pencerminan adanya pengakuan
Sehingga dalam penyelenggaraan
pemerintah Indonesia terhadap perbedaan
pemerintahan desa akan lebih maksimal, efisien,
kondisi dan karakteristik desa, sehingga
efektif, serta lebih bertanggungjawab dan sesuai
pengaturan desa bersifat teknis
dengan peraturan perundang-undangan. Salah
pelaksanaannya lebih berorientasi kepada
satu tujuan pengaturan adalah memberikan
nilai-nilai terkandung dalam adat istiadat
pengakuan dan penghormatan atas keberadaan
setempat, nilai-nilai, tradisi dan kebiasaan
desa itu sendiri dalam sistem pemerintahan
desa dan masyarakat desa dalam
NKRI, agar pemerintah dan masyarakat desa
penyelenggaraan pemerintahan desa.
dapat leluasa mengelola desa, seperti diatur
4
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
Tabel. 1
Perbandingan asas pemerintahan desa pada masa UU Nomor 6 tahun 2014
dengan UU Nomor 32 Tahun 2004.
Asas Pengaturan Desa Asas Penyelenggaraan Prinsip Penyelenggaraan
(UU No. 6 Tahun 2014) Pemerintahan Desa Pemerintahan Desa
(UU No 6 Tahun 2014) (UU No 32 Tahun 2004)
a. Rekognisi a. Kepastian Hukum a. Keanekaragaman
b. Subsidiaritas b. Tertib Penyelenggaraan b. Partisipasi
Pem.
c. Keberagaman c. Tertib Kepentingan Umum c. Otonomi Asli
d. Kebersamaam d. Keterbukaan d. Demokratisasi
e. Kegotongroyongan e. Proporsionalitas e. Pemberdayaan Masyarakat
f. Kekeluargaan f. Profesionalitas
g. Musyawarah g. Akuntabilitas
h. Demokrasi h. Efektivitas dan Efisiensi
i. Kemandirian i. Kearifan Lokal
j. Partisipasi j. Keberagaman
k. Kesetaraan k. Partisipatif
l. Pemberdayaan
m. Keberlanjutan
Sumber: Rahyunir dan Maulidiah (2015)
5
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
6
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
a. Batas usia Desa induk paling sedikit 5 paling sedikit 1.500 (seribu lima
(lima) tahun terhitung sejak ratus) jiwa atau 300 (tiga ratus)
pembentukan. kepala keluarga.
b. Jumlah Penduduk, yaitu : 8) Wilayah Nusa Tenggara Timur,
Maluku, dan Maluku Utara paling
1) Wilayah Jawa paling sedikit 6.000
sedikit 1.000 (seribu) jiwa atau 200
(enam ribu) jiwa atau 1.200 (seribu
(dua ratus) kepala keluarga, dan
dua ratus) kepala keluarga.
9) Wilayah Papua dan Papua Barat
2) Wilayah Bali paling sedikit 5.000
paling sedikit 500 (lima ratus) jiwa
(lima ribu) jiwa atau 1.000 (seribu)
atau 100 (seratus) kepala keluarga.
kepala keluarga.
c. Wilayah kerja yang memiliki akses
3) Wilayah Sumatra paling sedikit
transportasi antarwilayah.
4.000 (empat ribu) jiwa atau 800
d. Sosial budaya yang dapat menciptakan
(delapan ratus) kepala keluarga.
kerukunan hidup bermasyarakat sesuai
4) Wilayah Sulawesi Selatan dan
dengan adat istiadat Desa.
Sulawesi Utara paling sedikit
e. Memiliki potensi yang meliputi
3.000 (tiga ribu) jiwa atau 600
sumber daya alam, sumber daya
(enam ratus) kepala keluarga.
manusi, dan sumber daya ekonomi
5) Wilayah Nusa Tenggara Barat
pendukung.
paling sedikit 2.500 (dua ribu lima
f. Batas wilayah Desa yang dinyatakan
ratus) jiwa atau 500 (lima ratus)
dalam bentuk peta Desa yang telah
kepala keluarga.
ditetapkan dalam peraturan
6) Wilayah Sulawesi Tengah,
Bupati/Walikota.
Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara,
g. Sarana dan prasarana bagi Pemerintah
Gorontalo, dan Kalimantan Selatan
desa dan pelayanan publik, dan
paling sedikit 2.000 (dua ribu) jiwa
h. Tersedianya daya operasional,
atau 400 (empat ratus) jiwa atau
penghasilan tetap, dan tunjangan
300 (tiga ratus) kepala keluarga.
lainnya bagi Perangkat pemerintah
7) Wilayah Kalimantan Timur,
Desa sesuai dengan ketentuan
Kalimantan Barat, Kalimantan
peraturan perundang-undangan.
Tengah, dan Kalimantan Utara
Tabel. 2
Batas Minimal Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Dalam
Pembentukan Desa Baru
Jumlah Penduduk Jumlah
No Wilayah
(Jiwa) Kepala Keluarga
1. Jawa 6.000 1.200
2. Bali 5.000 1.000
3. Sumatera 4.000 800
4. Sul Sel dan Sulawesi Utara 3.000 600
5. Nusa Tenggara Barat 2.500 500
6. Sulteng, SulBar, SulTeng, Gorontalo 2.000 400
dan Kalimantan Selatan
7. KalTim, KalBar, KalTeng dan 1.500 300
Kalimantan Utara
8. Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan 1.000 200
Maluku Utara.
9. Papua dan Papua Barat 500 100
Sumber: Hasil Olahan berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2014
Pada UU Nomor 6 Tahun 2014 dinyatakan; persiapan, setelah itu baru desa persiapan dapat
proses pembentukan desa baru dilakukan melalui ditingkatkan statusnya menjadi desa baru
tahapan “Desa persiapan”, Desa persiapan definitif, proses peningkatan status desa juga
merupakan bagian wilayah desa induk khususnya dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi yang
secara penyelenggaraan administrasi desa. dilakukan unsur terkait kegiatan penilaian
Setelah berjalan 1- 3 tahun berstatus sebagai desa peningkatan status desa persiapan menjadi desa
7
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
Tabel. 3
Perbandingan Persyaratan Jumlah Penduduk Pembentukan Desa Baru
pada UU Nomor 6 Tahun 2014 dengan UU Nomor 32 Tahun 2004
Selain perbedaan jumlah penduduk, dapat 6 Tahun 2014 dengan UU Nomor 32 Tahun 2004,
juga dilihat perbedaan persyaratan lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini;
pembentukan desa baru, yang diatur UU Nomor
Tabel.4
Perbandingan Persyaratan Pembentukan Desa antara UU Nomor 6 Tahun
2014 dengan UU Nomor 32 Tahun 2004
Persyaratan Pembentukan Desa Persyaratan Pembentukan Desa
Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2014 Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004
1. Batas Usia Induk paling sedikit 5 (lima) 1. Pembentukan desa (hasil pemekaran desa)
Tahun terhitung sejak pembentukan dapat dilakukan setelah mencapai paling
sedikit 5 tahun penyelenggaraan pemerintahan
desa
2. Jumlah Penduduk (lihat tabel 4) 2. Jumlah Penduduk (lihat tabel 4)
3. Wilayah kerja yang memiliki akses 3. Luas wilayah
transportasi antar wilayah
4. Sosbud dapat menciptakan kerukunan hidup 4. Bagian wilayah kerja
bermasyarakat sesuai adat istiadat
5. Memiliki potensi meliputi SDA, SDM, dan 5. Perangkat daerah
sumber daya ekonomi pendukung
6. Batas wilayah desa dinyatakan dalam bentuk 6. Sarana dan prasarana pemerintah
peta desa yang telah ditetapkan dalam
8
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
Praturan Bupati/Walikota
7. Sarana dan prasarana bagi pemerintahan desa
dan pelayanan publik
8. Tersedianya dana operasional, penghasilan
tetap, dan tunjangan lain bagi perangkat
Pemerintah Desa.
Sumber: Rahyunir dan Maulidiah (2015)
Bentuk dan Jenis Kewenangan Desa. 3. Kewenangan desa yang diperoleh dari
Dari sisi bentuk dan jenis kewenangan, maka penugasan oleh Pemerintah, Pemerintah
desa memiliki empat kewenangan, yang Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
meliputi hal-hal sebagai berikut; Kabupaten/Kota; dan
1. Yang dimaksud “hak asal usul” menurut 4. Kewenangan desa lainnya yang ditugaskan
penjelasan pasal 19 huruf (a) UU Nomor 6 oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
Tahun 2014 adalah; hak yang merupakan atau kabupaten/Kota dalam penerapannya
warisan yang masih hidup dan prakarsa desa sesuai dengan ketentuan peraturan
atau prakarsa masyarakat desa sesuai perundang-undangan berlaku. Kewenangan
perkembangan kehidupan masyarakat, antara desa dimaksudkan adalah dalam bentuk
lain sistem organisasi masyarakat adat, tugas pembantuan yang dapat ditugaskan
kelembagaan, pranata dan hukum adat, tanah langsung dari pemerintah, pemerintah daerah
kas desa, serta kesepakatan masyarakat desa. provinsi, dan kabupaten/kota.
2. Yang dimaksud “kewenangan lokal berskala
Perbandingan pembagian kewenangan desa
desa” adalah kewenangan untuk mengatur
berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 dengan
dan mengurus kepentingan masyarakat desa
UU Nomor 6 Tahun 2014 dapat dilihat pada
yang telah dijalankan oleh desa atau mampu
tabel berikut :
dan efektif dijalankan desa atau yang muncul
karena perkembangan desa dan prakarsa
masyarakat desa.
Tabel. 5
Perbandingan Kewengan Desa antara UU Nomor 6 Tahun 2014 dengan
UU Nomor 32 Tahun 2004
Kewenangan Desa Kewenangan Desa
Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2014 Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004
1. Kewenangan berdasarkan hak asal-usul 1. Urusan Pemerintahan yang sudah ada
berdasarkan hak asal-usul Desa
2. Kewenangan lokal yang berskala Desa 2. Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan
pengaturannya kepada Desa
3. Kewenangan yang ditugaskan oleh 3. Tugas Pembantuan dari Pemerintah,
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Provinsi, dan/atau Pemerintah
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota
4. Kewenangan lain ditugaskan Pemerintah, 4. Urusan Pemerintahan lainnya oleh Peraturan
Pemerintah Daerah. Perundang-Undangan diserahkan kepada Desa
Penataan Kelembagaan Kepala Desa perangkat Desa atau yang disebut dengan nama
Dalam sistem Pemerintahan Desa terdapat 2 lain”. Oleh karena itu, berdasarkan ketentuan
unsur penyelenggara pemerintahan desa, yakni pada pasal tersebut di atas, dapat diketahui
Pemerintah Desa (Kepala Desa + Perangkat bahwa unsur dari Pemerintah Desa terdiri dari:
Desa) dan BPD, Pengertian Pemerintahan Desa - Kepala Desa
diatur pada Pasal 25 UU Nomor 6 Tahun 2014, - Perangkat Desa
yakni; “Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 adalah Kepala Desa atau yang
disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh
9
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
Fungsi dan keberadaan Kepala Desa diatur d. Mendapat perlindungan hukum atas
dalam Pasal 26 UU Nomor 6 Tahun 2014, yang kebijakan yang dilaksanakan, dan
berbunyi; e. Memberikan mandat pelaksanaan
1. Kepala Desa bertugas menyelenggarakan tugas dan kewajiban lainnya kepada
Pemerintahan Desa, melaksanakan perangkat Desa.
Pembangunan Desa, pembinaan 4. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa
masyarakat Desa. berkewajiban :
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana a. Memegang teguh dan mengamalkan
dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa Pancasila, melaksanakan Undang-
berwenang: Undang Dasar Negara Republik
a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintah Indonesia Tahun 1945, serta
Desa mempertahankan dan memelihara
b. Mengangkat dan memberhentikan keutuhan Negara Kesatuan Republik
perangkat Desa Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
c. Memegang kekuasaan pengelolaan b. Meningkatkan kesejahteraan
Keuangan dan Aset Desa mayarakat Desa.
d. Menetapkan Peraturan Desa c. Memelihara ketentraman dan
e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan ketertiban masyarakat Desa
Belanja Desa d. Menaati dan menegakkan peraturan
f. Membina kehidupan masyarakat Desa perundang-undangan.
g. Membina ketentraman dan ketertiban e. Melaksanakan kehidupan demokrasi
masyarakat Desa dan berkeadilan gender.
h. Membina dan meningkatkan perekomian f. Melaksanakan prinsip tata
Desa serta mengintegrasikannya agar Pemerintahan Desa yang akuntabel,
mencapai perekomian skala produktif transparan, profesional, efektif, dan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran efesien, bersih, serta bebas dari kolusi,
masyarakat Desa korupsi dan nepotisme.
i. Mengembangkan sumber pendapatn Desa g. Menjalin kerja sama dan koordinasi
j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan dengan seluruh pemangku
sebagian kekayaan negara guna kepentingan di Desa.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat h. Menyelenggarakan administrasi
Desa Pemerintahan Desa yang baik
k. Mengembanagkan kehidupan sosial i. Mengelola Keuangan dan Aset Desa
budaya masyarakat Desa j. Melaksanakan urusan pemerintahan
l. Memanfaatkan teknologi tepat guna yang menjadi kewenangan Desa
m. Mengkoordinasikan Pembangunan Desa k. Menyelesaikan perselisihan
secara partisipatif masyarakat di Desa
n. Mewakili Desa di dalam dan di luar l. Mengembangkan perekomian
pengadilan atau menunjuk kuasa hukum masyarakat Desa
untuk mewakilinya sesuai dengan m. Membina dan melestarikan nilai sosial
ketentuan peraturan perundang-undangan, budaya masyarakat Desa
dan n. Memberdayakan masyarakat dan
o. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai lembaga kemasyarakatan di Desa
dengan ketentuan peraturan perundang- o. Mengembanagakan potensi
undangan. sumberdaya alam dan melestarikan
3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana linkungan hidup, dan
dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa p. Memberikan informasikan kepada
berhak : masyarakat Desa.
a. Mengusulkan struktur organisasi dan
Dalam menjalankan Tugas, Kepala Desa
tata kerja Pemerintah Desa
selain memiliki kewenangan yang diberikan
b. Mengajukan rancangan dan
kepadanya juga memiliki Hak, yang telah diatur
menetapkan Peraturan Desa
dalam pasal 26 ayat (3) UU Nomor 6 Tahun
c. Menerima penghasilan tetap setiap
2014, bahwa; “hak Kepala Desa tersebut adalah
bulan, tunjangan, dan penerimaan
sebagai berikut; mengusulkan struktur organisasi
lainnya yang sah, serta mendapat
dan tata kerja Pemerintah Desa, mengajukan
jaminan kesehatan.
rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;
10
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
11
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
2. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Desa berdasarkan persyaratan yang telah
Esa. ditentukan, melaksanakan pemungutan suara,
3. Memegang teguh dan mengamalkan menetapkan calon Kepala Desa terpilih, dan
Pancasila, melaksanakan Undang- melaporkan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa,
Undang Dasar Negara Republik Biaya yang dibutuhkan dalam proses
Indonesia Tahun 1945, serta penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa
mempertahankan dan memelihara dibebankan pada APBD Kabupaten/Kota.
keutuhan Negara Kesatuan Republik Berdasarkan penjelasan dari pasal 43 ayat 6
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika. Biaya pemilihan kepala desa yang dibebankan
4. Berpendidikan paling rendah tamat kepada APBD Kabupaten/Kota untuk;
sekolah menengah pertama atau Pengadaan surat suara, Pengadaan Kotak suara,
sederajat. dan Kelengkapan peralatan lainnya seperti
5. Berusia paling rendah 25 (dua puluh honorarium panita, dan biaya pelantikan.
lima) tahun pada saat mendaftar.
Bagi bakal calon kepala desa yang telah
6. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala
memenuhi persyaratan sebagai kepala desa,
Desa.
ditetapkan sebagai calon kepala desa oleh panitia
7. Terdaftar sebagai penduduk dan
pemilihan kepala desa, melalui surat keputusan
bertempat tinggal di Desa setempat
yang dikeluarkan panitia pemilihan kepala desa.
paling kurang 1 (satu) tahun sebelum
Bagi Calon kepala desa yang telah ditetapkan
pendaftaran.
panitia pemilihan kepala desa sebagai calon
8. Tidak sedang menjalani hukuman
kepala desa, maka panitia pemilihan akan
pidana penjara.
mengumumkan kepada masyarakat desa
9. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara
ditempat-tempat umum sesuai dengan kondisi
berdasarkan putusan pengadilan yang
sosial budaya dari masyarakat desa setempat.
telah mempunyai kekuatan hukum tetap
Bagi Calon kepala desa yang telah ditetapkan
karena melakukan tindak pidana yang
oleh panitian pemilihan kepala desa, dapat
diancam dengan pidana penjara paling
melakukan kegiatan kampanye sesuai dengan
singkat 5 tahun atau lebih, kecuali 5
kondisi sosial budaya dari masyarakat desa
tahun setelah selesai menjalani pidana
setempat dan senantiasa memperhatikan
penjara dan mengumumkan secara jujur
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
dan terbuka kepada publik bahwa yang
berlaku.
bersangkutan pernah dipidana serta
bukan sebagai pelaku kejahatan Calon kepala desa yang dinyatakan terpilih
berulang-ulang. adalah calon kepala desa yang memperoleh suara
10. Tidak sedang dicabut hak pilihnya terbanyak dalam proses pemilihan kepala desa
sesuai dengan putusan pengadilan yang tersebut. Panitia pemilihan kepala desa dapat
telah mempunyai kekuatan hukum tetap. menetapkan calon kepala desa terpilih dengan
11. Berbadan sehat. suatu surat keputusan yang dikeluarkan oleh
12. Tidak pernah sebagai Kepala Desa panitia pemilihan kepala desa, berdasarkan pada
selama 3 (tiga) kali masa jabatan; dan calon kepala desa yang memperoleh suara
13. Syarat lain yang diatur dalam Peraturan terbanyak.Paling lambat 7 hari setelah proses
Daerah. penetapan calon kepala desa terpilih oleh
panitian pemilihan kepala desa, maka panitia
Prosedur pemilihan kepala desa dilaksanakan
pemilihan kepala desa harus telah
melalui; Sesuai dengan prosedurnya maka kepala
menyampaikan nama calon kepala desa terpilih
desa secara langsung dapat dipilih oleh
kepada BPD setempat, untuk diproses pada
penduduk desa setempat, Pemilihan kepala desa
tahapan selanjutnya. Paling lambat 7 hari setelah
didasarkan pada unsur Langsung, Umum, Bebas,
menerima laporan hasil pemilihan kepala desa
Rahasia dan bersifat, Jujur dan Adil. Pemilihan
dari panitia pemilihan kepala desa, maka BPD
kepala desa harus didasarkan pada asas
harus sudah menyampaikan nama calon kepala
pemilihan kepala desa, Pemilihan kepalan desa
desa terpilih kepada Bupati/Walikota untuk
dilaksanakan melalui tahapan pencalonan,
disyahkan. Paling lambat 30 hari semenjak
pemungutan suara, dan penetapan, Dalam proses
tanggal diterimanya penyampaian hasil
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa, maka harus
pemilihan kepala desa dari panitia pemilihan
dibentuk panitia pemilihan kepala desa, sebagai
kepala desa, maka Bupati/Walikota harus sudah
pelaksana proses pemilihan umum Kepala Desa,
mengesahkan calon kepala desa terpilih sebagai
Panitia pemilihan bertugas mengadakan
kepala desa dalam bentuk keputusan
penjaringan dan penyaringan bakal calon Kepala
Bupati/Walikota. Dalam hal apabila terjadinya
12
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
perselisihan pada hasil pemilihan kepala desa, tindak pidana terhadap keamanan negara”. Pasal
maka Bupati/Walikota wajib menyelesaikan 43 UU Nomor 6 Tahun 2014, dinyatakan;
perselisihan pemilihan kepala desa dalam jangka “Kepala Desa yang diberhentikan sementara
waktu paling lambat 30 hari semenjak tanggal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dan Pasal
diterimanya penyampian hasil pemilihan kepala 42 diberhentikan oleh Bupati/Walikota setelah
desa dari panitia pemilihan kepala desa. dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai
Calon kepala desa terpilih dapat dilantik oleh
kekuatan hukum tetap”. Sehubungan dengan
Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk
pemberhentian seorang kepala desa, apabila
Bupati/Walikota paling lambat 30 hari setelah
ternyata melalui proses peradilan ternyata
penerbitan Surat Keputusan Bupati/Walikota
terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan
tentang penetapan kepala desa terpilih. Kepala
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
Desa terpilih, sebelum memangku jabatannya
hukum tetap, maka Bupati/Walikota harus
kepala desa harus bersumpah/berjanji seseuai
merehabilitasi dan mengaktifkan kembali kepala
dengan keyakinan atau agama masing-masing.
desa bersangkutan sebagai kepala desa sampai
Yang dimaksud dengan “terhitung sejak tanggal
berakhirnya masa jabatan.
pelantikan” adalah seorang yang telah dilantik
sebagai Kepala Desa, maka apabila yang Pada saat pemberhentian sementara kepala
bersangkutan mengundurkan diri sebelum habis desa yang bersangkutan, guna keberlanjutan
masa jabatannya dianggap telah menjabat satu penyelenggaraan pemerintahan desa maka
periode masa jabatan 6 tahun. Kepala desa yang sekretaris desa dapat dan harus melaksanakan
telah menjabat satu kali masa jabatan tugas dan kewajiban Kepala Desa sampai dengan
berdasarkan UU nomor 32 tahun 2004 diberi adanya putusan pengadilan yang telah
kesempatan mencalonkan kembali paling lama 2 mempunyai kekuatan hukum tetap, seperti diatur
kali masa jabatan. Sementara itu, kepala desa Pasal 45 UU Nomor 6 Tahun 2014, yakni;
yang telah menjabat 2 kali masa jabatan “Dalam hal Kepala Desa diberhentikan
berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 diberi sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
kesempatan mencalonkan kembali hanya 1 kali 41 dan Pasal 42, sekretaris Desa melaksanakan
masa jabatan. Masa jabatan Kepala Desa adalah tugas dan kewajiban Kepala Desa sampai dengan
6 tahun semenjak tanggal pelantikan kepala desa adanya putusan pengadilan yang telah
oleh Bupati/Walikota. Periodesasi masa jabatan mempunyai kekuatan hukum tetap”. Dalam hal
kepala desa paling banyak hanya 3 kali masa sisa masa jabatan Kepala Desa yang
jabatan, baik secara berturut-turut ataupun tidak diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam
secara berturut-turut. Yang dimaksud dengan Pasal 43 tidak lebih dari 1 tahun,
“berakhir masa jabatannya” adalah apabila Bupati/Walikota mengangkat PNS dari
seorang kepala desa yang telah berakhir masa Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagai
jabatannya 6 tahun terhitung tanggal pelantikan penjabat Kepala Desa sampai dengan terpilihnya
harus diberhentikan. Dalam hal belum ada calon Kepala Desa. Penjabat Kepala Desa
terpilih dan belum dapat dilaksanakan pemilihan, melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan
diangkat penjabat. hak Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26. Yang dimaksud sisa masa jabatan
Kepala desa berdasarkan peraturan
seorang kepala desa yang diberhentikan “tidak
perundang-undang berlaku dapat diberhentikan
lebih dari 1 tahun” adalah 1 tahun atau kurang.
sementara oleh Bupati/Walikota apabila
Sehingga dapat dinyatakan bahwa sisa masa
dikarenakan adanya permasalahan hukum yang
jabatan tidak lebih dari 1 tahun ialah masa
menyangkut kepala desa, apabila kepala desa
waktu 1 tahun atau kurang dari 1 tahun.
dinyatakan sebagai “terdakwa” yang diancam
dengan “pidana penjara paling singkat 5 tahun” Penataan Kelembagaan Perangkat Desa.
berdasarkan register perkara di pengadilan.
Perangkat desa merupakan salah satu unsur
Pemberhentian sementara kepala desa oleh
pemerintah desa, pengaturan terkait tentang
Bupati/Walikota apabila kepala desa yang
perangkat desa di jelaskan Pasal 48 UU nomor 6
bersangkutan telah ditetapkan sebagai
tahun 2014, perangkat desa terdiri dari;
“tersangka” dalam tindak pidana korupsi,
terorisme, makar, dan/atau tindak pidana a. Sekretariat Desa (dipimpin oleh seorang
terhadap keamanan negara, dinyatakan Pasal 42 sekretaris)
UU Nomor 6 Tahun 2014, yakni; “ Kepala Desa
diberhentikan sementara oleh Bupati/Walikota b. Pelaksana Kewilayahan; dan
setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam c. Pelaksana Teknis.
tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau
13
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
14
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. II Nomor 1 April 2016
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Khasan, Effendy, 2010, Penguatan
Pemerintahan Desa, Indra Prahasta,
Bandung.
Nurcholis, Hanif, 2011, Pertumbuhan dan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
Erlangga, Jakarta.
Rahyunir, Rauf dan Sri Maulidiah, 2015,
Pemerintahan Desa, Zanafa Publishing,
Yogyakarta.
Rahyunir, Rauf, 2014, Pemerintahan Lokal,
Materi Perkuliahan Magister Ilmu
Pemerintahan Pascasarjana Universitas
Islam Riau.
Sadu, Wasistiono, dan M. Irwan Tahir, 2006,
Prospek Pengembangan Desa,
Fokusmedia, Bandung.
Taliziduhu, Ndraha, 2005, Kybernology;
Beberapa Konstruksi Utama, Sirao
Credintao Center, Tangerang, Banten.
Sarundajang, 2005, Babak Baru Sistem
Pemerintahan Daerah, Kata Hasta
Pustaka, Jakarta.
15
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi