Anda di halaman 1dari 20

PEMERINTAH DESA

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah S.1

Oleh :
USRI AFRINATO
NIP. .....................................................

PEMERI NTAH KABUPATEN LEBAK


KECAMATAN BOJONGMANIK
20124
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak di tetapkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, maka pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota dapat melakukan penataan desa.
Penataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa berdasarkan hasil evaluasi tingkat
perkembangan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan peraturan
Perundang-Undangan. Hal tersebut bertujuan untuk mewujudkan
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa, mempercepat peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa, mempercepat peningkatan kualitas
pelayanan publik, meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa,
dan meningkatkan daya saing Desa (Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa Pasal 7 Ayat 3).
Desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Pasal 1 mengartikan Desa sebagai berikut : “Desa adalah desa dan desa
adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut
menjelaskan bahwa Desa mempunyai wewenang untuk mengurus sendiri
pemerintahannya. Dan mementingkan masyarakat setempat yang
berdasarkan prakasa masyarakat, hak asal usul dan hak tradisional yang di
akui dan di hormati.”
Rumusan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, bahwa Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
3

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional


yang diakui dan dihormati. Jadi yang dimaksud penyelenggaraan urusan
pemerintahan adalah untuk mengatur, mengurus urusan pemerintahan, dan
kepentingan masyarakat setempat. Kemudian Berdasarkan ketentuan
umum Pasal 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
Dan pemeritahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Kegiatan pembangunan nasional dengan segala ukuran
keberhasilan dan dampak positif serta negatifnya, tidak terlepas dari
pengabdian aparat pemerintah Desa. Meskipun demikian, masih banyak
masalah yang dihadapi masyarakat Desa yang sampai saat ini belum dapat
diatasi secara tuntas. Kenyataan ini telah membuktikan bahwa meskipun
Desa memiliki dua sumberdaya penting yaitu SDM dan SDA, tetapi
kesatuan masyarakat hukum tersebut tidak mampu mengubah potensi yang
dimilikinya menjadi sebuah kekuatan guna memenuhi 1 kebutuhannya
sendiri. Keterbatasan kemampuan pemerintah Desa dalam menjalankan
fungsi dan peranannya menyebabkan pertumbuhan dan perubahan sosial di
Desa berjalan lambat. Oleh sebab itu, penulis mencoba memaparkan
pemerintahan Desa dari sejarah pembentukkan, sampai kepada kondisi
pemerintahan Desa masa sekarang.
B. Pembatasan Masalah
1. Bagaimana sejarah pembentukkan pemerintah Desa ?
2. Apa dasar hukum pembentukan pemerintah Desa ?
3. Apa tugas pokok, fungsi dan hak kewenangan pemerintah Desa ?
4. Bagaimana struktur organisasi pemerintah Desa ?
5. Bagaimana pemerintahan Desa pada masa sekarang ?
C. Tujuan Penulisan
4

1. Untuk mengetahui sejarah dan dasar hukum pembentukan pemerintah


Desa.
2. Untuk mengetahui tugas pokok, fungsi dan hak kewenangan
pemerintah Desa.
3. Untuk mengetahui struktur organisasi pemerintah Desa.
4. Untuk mengetahui kondisi pemerintahan Desa pada masa sekarang.
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Terbentuknya Pemerintah Desa


1. Pemerintahan Desa Masa Kolonial
Ketika masa pemerintahan kolonial atau biasa disebut
dengan Pemerintahan Hindia Belanda, Desa atau Pemerintahan
Desa diatur dalam pasal 118 jo Pasal 121 I. S. yaitu Undang-
Undang Dasar Hindia Belanda. Dalam pasal ini dijelaskan bahwa
penduduk negeri/asli dibiarkan di bawah langsung dari kepala-
kepalanya sendiri (pimpinan). Kemudian pengaturan lebih lanjut
tertuang dalam IGOB (Inlandsche Gemeente Ordonantie
Buitengewesten) LN 1938 No. 490 yang berlaku sejak 1 Januari
1939 LN 1938 No. 681. Nama dan jenis dari persekutuan
masyarakat asli ini adalah Persekutuan Bumi Putera. Persekutuan
masyarakat asli di jawa disebut DESA, di bekas Karesidenan
Palembang disebut “Marga”, “Negeri” di Minangkabau sedangkan
di bekas Karesidenan Bangka Belitung disebut HAMINTE.1
2. Pemerintahan Desa Masa Awal Kemerdekaan
Ketika awal kemerdekaan Pemerintahan Desa/Marga diatur
dalam UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut: 2 “Dalam
teritorial Negara Indonesia terdapat kurang lebih 250
“Zelfbesturendelandschappen” dan “Volksgemeenschappen”
seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan
marga di Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu
mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap
sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia
1
LL Sinaga, Sejarah Pemerintahan Desa di Indonesia, Universitas Sumatera Utara 2010.
Hlm. 2
2
Pasal 18 Pejelasan II UUD 1945.
6

menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan


segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan
mengingati hak-hak asal-usul daerah tersebut”. Kemudian
pengaturan lebih lanjut dituangkan dalam UU No. 19 tahun 1965
tentang Pembentukan Desa Praja atau daerah otonom adat yang
setingkat di seluruh Indonesia. Undang-undang ini tidak sesuai
dengan isi dan jiwa dari pasal 18 penjelasan II dalam UUD 1945,
karena dalam UU No. 19/1965 ini mulai muncul keinginan untuk
menyeragamkan istilah Desa. Namun dalam perkembangannnya
peraturan ini tidak sempat dilaksanakan karena sesuatu alasan pada
waktu itu.
3. Pemerintahan Desa Masa Orde Baru
Pemerintah Orde Baru mengatur Pemerintahan Desa/Marga
melalui UU No. 5/1979 tentang Pemerintahan Desa. Undang-
undang ini bertujuan untuk menyeragamkan nama, bentuk, susunan
dan kedudukan Pemerintahan Desa. Undang-undang ini mengatur
Desa dari segi pemerintahannya yang berbeda dengan
Pemerintahan Desa/Marga pada awal masa kolonial yang mengatur
pemerintahan serta adat-istiadat. Dengan demikian, Pemerintahan
Desa berdasarkan undang-undang ini tidak memiliki hak
pengaturan di bidang hak ulayat atau hak wilayah. Istilah Desa
dimaknai sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
organisasi. Pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan
NKRI.3
4. Pemerintahan Desa Masa Reformasi (1999 – Sekarang)
Pada masa reformasi Pemerintahan Desa diatur dalam UU
No. 22/1999 yang diperbarui menjadi 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah, khususnya pada Bab XI pasal 200 s/d 216.

3
Ibid, hal. 4
7

Undang-undang ini berusaha mengembalikan konsep, dan bentuk


Desa seperti asal-usulnya yang tidak diakui dalam undang-undang
sebelumnya yaitu UU No. 5/1979. Menurut undang-undang ini,
Desa atau disebut dengan nama lain, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memilik kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-
istiadat setempat yg diakui dalam sistem pemerintahan nasional
dan berada di Daerah Kabupaten. Desa dapat dibentuk, dihapus,
dan/atau digabung dengan memperhatikan asal-usulnya atas
prakarsa masyarakt dengan persetujuan Pemerintah Kabupaten dan
DPRD.
Langkah selanjutnya dalam hal pengaturan tentang Desa
ditetapkan dalam peraturan Daerah kabupaten masing-masing
sesuai dengan pedoman umum yang ditetapkan oleh Pemerintah
berdasarkan UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Daerah yang dimaksud, tidak boleh bertentangan dengan
asal-usul yaitu asal-usul terbentuknya desa yang bersangkutan.
Sebelum pemberlakuan UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan
Daerah yang memuat tentang Desa, asal-usul dan adat istiadat Desa
telah tercerabut dari asalnya, karena UU No. 5/1979 tentang
Pemerintahan Desa telah menyeragamkan bentuk, kedudukan dan
susunannya. Apabila dirunut dari sejarah Pemerintahan Desa di
Indonesia, pengakuan keanekaragaman berdasarkan adat-istiadat
dan asal-usul Desa merupakan sebuah keinginan untuk
mengembalikan karakteristik Pemerintahan Desa asli yang telah
ada sebelumnya.
Desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa Pasal 1 mengartikan Desa sebagai berikut : “Desa
adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
8

mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat


berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut menjelaskan
bahwa Desa mempunyai wewenang untuk mengurus sendiri
pemerintahannya. Dan mementingkan masyarakat setempat yang
berdasarkan prakasa masyarakat, hak asal usul dan hak tradisional
yang di akui dan di hormati.”
B. Dasar Hukum Pembentukan Pemerintah Desa
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 201 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 201 tentang Dana Desa
Yang Bersumber Dari APBN
4. Permendagri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan Desa
5. Permendagri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala
Desa
6. Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa
7. Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa
C. Tugas Pokok, Fungsi dan Hak Kewenangan Pemerintah Desa
Tugas kepala desa yang mengalami perubahan yang
sebelumnya dalam pengaturan PP No. 72/2005 pasal 14 ayat (1)
dikatakan tugas kepala desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kepala desa
disini hanya sebagai penyelenggara atau pelaksana tugas yang
diberikan oleh pemerintahan atasan. Hal ini berbeda dengan UU
No. 6/2014 pasal 26 ayat (1) yang mengatakan tugas kepala desa
adalah menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan
9

pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan


pemberdayaan masyarakat desa. Dapat diintepretasikan bahwa
kepala desa diberi keleluasaan yang cukup dalam melaksanakan
tugasnya dibanding pengaturan sebelumnya yang hanya
menempatkan kepala desa sebagai pelaksana saja.4
Berikut tugas pokok, fungsi dan kewenangan pemerintah
Desa menurut UU NO 6 Tahun 2014 :5
a. Kepala Desa
1. Menyelenggarakan pemerintahan desa berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama BPD
2. Mengajukan rancangan peraturan Desa
3. Menetapkan peraturan-peraturan yang telah mendapatkan
persetujuan bersama BPD
4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa
mengnenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan
bersama BPD
5. Membina kehidupan masyarakat Desa
6. Membina ekonomi desa
7. Mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
8. Mewakili desanya di dalam dan luar pengadilan dan dapat
menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan; dan
9. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
b. Sekretaris Desa
 Tugas Pokok : Membantu Kepala Desa dalam
mempersiapkan dan melaksanakan pengelolaan

4
Suharsono, Perbandingan Struktur dan Kewenangan Pemerintahan Desa: Studi Kasus
Desa Menganti, Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan, Jurnal Politik Muda, Vol. 4, No. 3,
Agustus -Desember 2015, hlm. 332.
5
Desa Lemahabang Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, http://desa-
lemahabang.blogspot.co.id/p/tupoksi-pemerintah-desa.html, (diakses 1 juni 2016)
10

administrasi Desa, mempersiapkan bahan penyusunan


laporan penyelenggaraan Pemerintah Desa.
 Fungsi :
1. Penyelenggara kegiatan administrasi dan
mempersiapkan bahan untuk kelancaran tugas
Kepala Desa
2. Melaksanakan tugas kepala desa dalam hal kepala
desa berhalangan
3. Melaksanakan tugas kepala desa apabila kepala desa
diberhentikan sementara
4. Penyiapan bantuan penyusunan Peraturan Desa
5. Penyiapan bahan Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
6. Pengkoordinasian Penyelenggaraan tugas-tugas
urusan; dan
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Desa.
c. Kepala Urusan (KAUR) Umum
 Tugas Pokok : Membantu Sekretaris Desa dalam
melaksanakan administrasi umum, tata usaha dan
kearsipan, pengelolaan inventaris kekayaan desa, serta
mempersiapkan bahan rapat dan laporan.
 Fungsi :
1. Pelaksanaan, pengendalian dan pengelolaan surat
masuk dan surat keluar serta pengendalian tata
kearsipan
2. Pelaksanaan pencatatan inventarisasi kekayaan Desa
3. Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum
4. Pelaksanaan penyediaan, penyimpanan dan
pendistribusian alat tulis kantor serta pemeliharaan
dan perbaikan peralatan kantor
11

5. Pengelolaan administrasi perangkat Desa


6. Persiapan bahan-bahan laporan; dan
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Sekretaris Desa.
d. KAUR Keuangan
 Tugas Pokok : Membantu Sekretaris Desa dalam
melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan Desa,
pengelolaan administrasi keuangan Desa dan
mempersiapkan bahan penyusunan APB Desa.
 Fungsi :
1. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan
Desa
2. Persiapan bahan penyusunan APB Desa; dan
3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Sekretaris Desa.
e. KAUR Pemerintahan
 Tugas Pokok : Membantu Kepala Desa dalam
melaksanakan pengelolaan administrasi kependudukan,
administrasi pertanahan, pembinaan, ketentraman dan
ketertiban masyarakat Desa, mempersiapkan bahan
perumusan kebijakan penataan, Kebijakan dalam
Penyusunan produk hukum Desa.
 Fungsi :
1. Pelaksanaan kegiatan administrasi kependudukan
2. Persiapan bahan-bahan penyusunan rancangan
peraturan Desa dan keputusan Kepala Desa
3. Pelaksanaan kegiatan administrasi pertanahan
4. Pelaksanaan Kegiatan pencatatan monografi Desa
5. Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan
penataan kelembagaan masyarakat untuk kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan Desa
12

6. Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan


kemasyarakatan yang berhubungan dengan upaya
menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat
dan pertahanan sipil; dan
7. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan kepada
Desa.

Administrasi Pemerintahan Desa :

1. Pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP)


2. Pembuatan Kartu Keluarga (KK)
3. Pembuatan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) bagi
warga Desa yang berkehidupan ekonomi kurang mampu agar
mendapatkan penangguhan-penangguhan. Misalkan
penangguhan atau pengurangan beban biaya di rumah sakit.
Pembuatan surat ini tidak memerlukan biaya, digratiskan bagi
warga Desa yang memerlukan. Dalam perkembangannya
SKTM ini berubah menjadi Kartu Multiguna, Kartu ini dapat
digunakan oleh satu keluarga yang diwakili oleh kepala
keluarga sebagai pemegang kartu
4. Surat Keterangan Lalu Lintas
5. Surat Keterangan NTCR
6. Surat Pengantar Pernikahan
7. Surat Keterangan Naik Haji
8. Surat Keterangan Domisili
9. Surat Keterangan Pengantar Kepolisian
10. Surat Keterangan Pindah
11. Surat Keterangan Lahir/Mati
12. Surat Keterangan Ke Bank dll.
13. Surat Keterangan Pengiriman Wesel
14. Surat Keterangan Jual Beli Hewan
15. Surat Keterangan Izin Keramaian
13

16. Pengenaan Pungutan atas Transaksi Jual beli Hasil Bumi


dikenakan dari harga transaksi jual beli dan dikenakan kepada
pembeli atau penjual
17. Pengenaan pungutan atas transaksi jual beli tanah rumah
dikenakan dari harga transakasi jual beli dan dikenakan kepada
pembeli atau penjual
18. Surat Keterangan Tebang Kayu/Bambu
19. Tarip pengenaan pungutan pengusaha angkutan sewa sarana
dan BUMdes; dan
20. Perusahaan PT/CV atau pemborong dan sejenisnya dari jumlah
anggaran.
f. KAUR EKONOMI PEMBANGUNAN
 Tugas Pokok : Membantu Kepala Desa dalam
melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis pengembangan ekonomi masyarakat dan potensi
desa, pengelolaan administrasi pembangunan,
pengelolaan pelayanan masyarakat serta penyiapan
bahan usulan kegiatan dan pelaksanaan tugas
pembantuan.
 Fungsi :
1. Penyiapan bantuan-bantuan analisa & kajian
perkembangan ekonomi masyarakat
2. Pelaksanaan kegiaatan administrasi pembangunan
3. Pengelolaan tugas pembantuan; dan
4. Pelaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Desa.
g. KAUR KESRA (Kesejahteraan Rakyat)
 Tugas Pokok : Membantu Kepala Desa dalam
melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis Penyusunan Program Keagamaan serta
14

melaksanakan Program pemberdayaan masyarakat dan


sosial kemasyarakatan.
 Fungsi :
1. Penyiapan bahan untuk pelaksanaan program kegiatan
keagamaan
2. Penyiapan dan pelaksanaan program perkembangan
kehidupan beragama
3. Penyiapan bahan dan pelaksanaan program,
pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan;
dan
4. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala
Desa.
h. Kepala Dusun (KADUS)
 Tugas :
1. Membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam
wilayah kerjanya
2. Melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan
swadaya dan gotong royong masyarakat
3. Melakukan kegiatan penerangan tentang program
pemerintah kepada masyarakat
4. Membantu kepala desa dalam pembinaan dan
mengkoordinasikan kegiatan RW (Rukun Wilayah) dan
RT (Rukun Tetangga) diwilayah kerjanya
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala
desa.
 Fungsi :
1. Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintah
desa, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan
masyarakat diwilayah dusun
15

2. Melakukan tugas dibidang pembangunan dan


pembinaan kemasyarakatan yang menjadi tanggung
jawabnya
3. Melakukan usaha dalam rangka meningkatkan
partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat dan
melakukan pembinaan perekonomian
4. Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan dan
pemeliharaan ketrentaman dan ketertiban masyarakat
5. Melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan oleh
kepala desa.
i. BPD (Badan Perwakilan Desa)
 Fungsi :
menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
 Tugas :
1. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala
desa
2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan desa dan peraturan kepala desa
3. Mengusulkan, pengangkatan dan pemberhentian
kepala desa
4. Membentuk panitia pemilihan kepala desa
5. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan
dan menyalurkan aspirasi masyarakat
6. Menyusun tata tertib BPD.
 Hak :
1. Meminta keterangan kepada pemerintah desa
2. Menyatakan pendapat Kewajiban
3. Mengamalkan pancasila, melaksanakan UUD 1945
dan mentaati segala peraturan perundang-undangan
16

4. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam


penyelenggaraan pemerintahan desa
5. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional
sera keutuhan NKRI
6. Menyerap, menampung, menghimpun dan
menindaklanjuti aspirasi masyarakat
7. Memproses pemilihan kepala desa
8. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi, kelompok dan golongan
9. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat
istiadat masyarakat setempat
10. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja
dengan lembaga kemasyarakatan.

Berbicara mengenai kewenangan desa terdapat perubahan yang


mendasar dari pengaturan desa dalam UU No. 32/2004 menjadi UU No.
6/2014. Kewenangan desa dalam UU No. 32/2004 lebih bertumpu
kepada urusan pemerintahan dan tugas pembantuan dari pemerintahan
atasan. Disini desa hanya dianggap sebagai obyek dari pemerintah
atasan, karena desa sebenarnya tidak memiliki cukup kewenangan
untuk mengatur dan mengelolah desanya secara mandiri. Berbeda jauh
dengan UU No. 6/2014 pasal 19, yang memberi desa kewenangan
berdasarkan hak asal-usul desa dan kewenangan lokal berskala desa.
Dalam UU ini desa diberi kepercayaan untuk mengatur dan mengurus
desanya sendiri secara mandiri tanpa perlu dibebani lagi berbagai tugas
dan urusan pemerintahan atasan yang terkadang memberatkan desa
sendiri.6

6
Ibid
17

D. Struktur Organisasi Pemerintah Desa

E. Kondisi Pemerintahan Desa pada Masa Sekarang


Lahirnya Undang-Undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa
mengembang paradigma dan konsep baru kebijakan tata kelola desa
secara nasional. UU Desa ini tidak lagi menempatkan desa sebagai
latar belakang Indonesia, tapi halaman depan Indonesia. UU Desa yang
disahkan pada akhir tahun 2013 lalu juga mengembangkan prinsip
keberagaman, mengedepankan azas rekognisi dan subsidiaritas desa.
Lain daripada itu, UU Desa ini mengangkat hak dan kedaualatan desa
yang selama ini terpinggirkan karena didudukan pada posisi sub
nasional. Padahal, desa pada hakikatnya adalah entitas bangsa yang
membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam
18

bagian penjelasan UU tersebut dinyatakan bahwa tujuan UU No.6


Tahun 2014 adalah sebagai berikut:7
1. memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah
ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam
sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia;
3. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat
Desa;
4. mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa
untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan
bersama;
5. membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan
efektif, terbuka, serta bertanggung jawab;
6. meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna
mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;
7. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna
mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan
sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
8. memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi
kesenjangan pembangunan nasional; dan
9. memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.

Tujuan UU Desa tersebut satu nafas dengan visi dan misi


perencanaan pembangunan nasional 2015-2019 yang bersumber pada
Nawa Cita Presiden Joko Widodo yang menghendaki terwujudnya
Indonesia yang berdaulat, Mandiri, dan berkepribadian berlandaskan
gotong royong. Karenanya, dapat dikatakan Nawa Cita menjadi
jembatan harapan ditindaklanjutinya visi dan misi pembaharuan desa

7
Bordi Kurniawan, Desa Mandiri Desa Membangun, (Jakarta: Kementrian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2010),hlm. 10
19

dalam peta jalan pembangunan lima tahun mendatang. Lalu, apa saja
sembilan agenda prioritas pembangunan yang dikenal dengan Nawa
Cita tersebut.

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa


dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara;
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintah yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya;
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan;
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional;
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik;
8. Melakukan revolusi karakter bangsa;
9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia.

UU Desa menempatkan desa sebagai subyek pembangunan.


Pemerintah supradesa menjadi pihak yang menfasilitasi tumbuh
kembangnya kemandirian dan kesejahteraan desa melalui skema
kebijakan yang mengutamakan rekognisi dan subsidiaritas. Supra desa
tak perlu takut dengan konsekuensi pemberlakukan kedua azas
tersebut. Dengan menjadi subyek pembangunan justru desa tidak lagi
akan menjadi entitas yang merepotkan tugas pokok pemerintah
kabupaten, provinsi bahkan pusat. Justru desa akan menjadi entitas
negara yang berpotensi mendekatkan peran negara dalam membangun
kesejahteraan, kemakmuran dan kedaulatan bangsa baik di mata
warga negaranya sendiri maupun negara lain.
20

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai