DISUSUN OLEH:
NAMA: LALU MUHAMMAD KHAIRUL
NIM: D1A022455
KELAS-SEMESTER: G1-3
1
Murtir Jeddawi dkk, “Studi Kemungkinan Perubahan Status Desa Teluk Kapuas Menjadi Kelurahan di Kabupaten
Kubu Raya”, Ilmu Pemerintahan Suara Khatulistiwa. Vol. 3 No. 1, Juli 2018, Hal. 31-32.
2. Uraikan Sejarah Pengaturan Desa dan Kelurahan Dalam Tata Hukum
Indonesia
2
Mashuri Maschab, Politik Pemerintahan Desa..., hlm. 26.
3
Ibid., hlm. 49-50.
4
Ibid., hlm. 54.
b. Pemerintahan Desa Dari Awal Kemerdekaan Hingga Orde Lama
Harus diakui, setelah merdeka Pemerintah Republik Indonesia belum banyak
melakukan tindakan untuk mengatur pemerintahan desa. Hanya beberapa peraturan
yang ada diubah seperlunya untuk menyesuaikannya dengan keadaan dan asas
kerakyatan. Demikian pula oleh beberapa penguasa setempat ditetapkan
peraturanperaturan yang bermaksud memberi kesempatan kepada rakyat untuk lebih
banyak ikut serta dalam pemerintahan desa.5 Dalam sejarah pengaturan desa, kemudian
lahir berbagai peraturan perundang-undangan yang strategis dalam pengaturan
pemerintahan desa.
1. UU Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam Pasal 1 ayat (1) ditetapkan “Daerah Negara Republik Indonesia tersusun
dalam tiga tingkatan: Propinsi, Kabupaten (Kota Besar), dan Desa (Kota Kecil,
negeri, marga dan sebagainya), yang berhak mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri.” Kemudian dalam ayat (2) dinyatakan: “Daerah-daerah yang
mempunyai hak asal-usul dan di jaman sebelum Republik Indonesia mempunyai
pemerintahan sendiri yang bersifat istimewa dengan undang-undang pembentukan
termaksud dalam ayat (3) dapat ditetapkan sebagai daerah istimewa setingkat
Propinsi, Kabupaten, atau Desa yang berhak mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri.”
5
The Liang Gie, Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Negara Republik Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1993), hlm.
256.
c. Pemerintahan Desa Di Era Orde Baru
Di masa Orde Baru setidaknya ada dua produk hukum yang mengatur pemerintahan
desa, yaitu UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan
UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Sejak kelahirannya pada awal
pemerintahan Orde Baru, UU Nomor 5 Tahun 1974 telah mendelegasikan pengaturan
tentang pemerintahan desa dengan Undang-Undang. Untuk itu, setelah lima tahun
berjalannya UU Nomor 5 Tahun 1974, dibentuklah UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa yang menggantikan UU Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desapraja.
Ditinjau dari segi waktu, dikeluarkannya UU Nomor 5 Tahun 1979 ini dipandang
terlambat, karena jauh sebelumnya telah disadari bahwa undang-undang tentang
Pemerintahan Desa yang ada menghambat lancarnya pembangunan dan tidak sesuai
lagi dengan keadaan. Padahal seperti diketahui, Desa termasuk salah satu sarana yang
penting dalam menunjang pembangunan, karena itu perlu diatur secara baik.6
6
Rochmat Soemitro, Peraturan Perundang-Undangan...hlm. 20
7
Putra Fadilah, Devolusi:Politik Desentralisasi Sebagai Media Rekonsiliasi Ketegangan Politik Antara Negara-Rakyat,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), Dikutip kembali oleh Didik Sukriono, Pembaharuan Hukum Pemerintahan Desa,
(Malang: Setara Press dan Pusat Kajian Konstitusi Universitas Kanjuruhan, 2010), hlm. 110.
3. Uraikan Kedudukan dan Kewenangan Desa
A. Lingkup Kedudukan Desa
Pembahasan tentang Desa tidak dapat dilepaskan dari proses reformasi yang bergulir
sejak 1998. Sebagai evaluasi terhadap Pemerintahan Orde Baru yang sentralistik,
pemerintahan di awal era reformasi melahirkan kebijakan yang mendorong terciptanya
desentralisasi secara hakiki, dalam arti daerah diberikan otonomi lebih luas untuk
menjalankan urusannya sendiri, alih-alih hanya sebagai perpanjangan tangan
pemerintah pusat. Hal ini dilakukan melalui terbitnya Undang-Undang No. 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah yang menggantikan UU No. 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Selain mengatur tentang desentralisasi
pemerintahan daerah, UU No. 22/1999 ini juga memberikan porsi cukup banyak
terhadap tata kelola pemerintahan Desa, yaitu Desa diberi keleluasaan untuk mengatur
pemerintahannya sendiri dan mengembangkan proses demokratisasi. Pengaruh
Kedudukan Desa terhadap Kewenangan, Kedudukan Desa dalam rumusan Pasal 5 UU
No. 6/2014 merupakan bagian dari kompromi atas perdebatan mengenai Pasal 18 ayat
(7) dan Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945. UU No. 6/2014 telah menempatkan desa
berkedudukan dalam wilayah kabupaten/kota. Kompromi tentang landasan
konstitusional kedudukan desa memunculkan aturan tentang asas rekognisi dan
subsidiaritas. Rekognisi melahirkan pengakuan terhadap keanekaragaman kultural,
sedangkan subsidiaritas terkait dengan relasi hubungan antara negara dengan desa
setelah didudukkan, dimana negara tidak lagi mengontrol desa secara penuh tapi harus
memosisikan desa itu sanggup mengelola dirinya sendiri.
Kedudukan Desa sebagai Subyek Pembangunan Pengaturan tentang kedudukan Desa,
menjadikan Desa tidak ditempatkan sepenuhnya sebagai subordinasi pemerintahan
kabupaten/kota. Perubahan kedudukan Desa dari UU No. 22/1999, UU No. 32/2004
dan UU No 6/2014 bertujuan agar Desa bukan lagi obyek pembangunan tetapi menjadi
subyek pembangunan. Konstruksi pemerintahan desa yang dianut dalam UU Desa
adalah konstruksi gabungan. Penjelasan Umum UU Desa menyebutkan secara tegas:
“Dengan konstruksi menggabungkan fungsi self-governing community dengan local
self government, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini
merupakan bagian dari wilayah desa ditata sedemikian rupa menjadi desa dan desa
adat”. 41 Ringkasnya, asas rekognisi dan subsidiaritas telah mengubah pendekatan9
B. Kewenangan Desa
Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang lama (UU No. 32/2004) pada Pasal 206
hanyalah membagi kewenangan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa.
Berdasarkan ketentuan ini dapat dilihat bahwa titik berat UU No. 32/2004 tidak secara
spesifik memberikan perhatian kepada kewenangan desa, tetapi lebih memberikan titik
tekan pada pembagian urusan pemerintahan saja. Sedangkan pembagian urusan
pemerintahan yang berlaku saat ini, dan relasinya dengan kewenangan desa, dapat
dilihat dalam UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan