Disusun oleh:
Herry Yulianto (Nim: 154011)
Maryadi (Nim: 154010
Yunus Bagastama (Nim: 154009)
1
OTONOMI DAERAH
2
yang dicanangkan pada tanggal 1 Januari 2001. Sehingga otonomi daerah semakin dituntut
dalam pelayanan kepada masyarakat dan kesejahteraan umum.3[3]
3
c) Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai dengan kultur demokrasi demi menjamin
tampilnya kepemimpinan pemerintahan yang berkualifikasi tinggi dengan tingkat
akseptabilitas yang tinggi pula.
d) Peningkatan efektifitas fungsi-fungsi pelayanan eksekutif melalui pembenahan organisasi
dan institusi yang dimiliki agar lebih sesuai dengan ruang lingkup kewenangan yang telah
didesentralisasikan, setara dengan beban tugas yang dipikul, selaras dengan kondisi daerah
serta lebih responsif terhadap kebutuhan daerah.
e) Peningkatan efisien administrasi keuangan darah serta pengaturan yang lebih jelas atas
sumber-sumber pendapatan negara dan daerah, pembagian revenue (pendapatan) dari sumber
penerimaan yang berkait dengan kekayaan alam, pajak dan retribusi serta tata cara dan syarat
untuk pinjaman dan obligasi daerah.
f) Perwujudan desentralisasi fiskal dari pemerintahan pusat yang bersifat alokasi subsidi
berbentuk block gran, peraturan pembagian sumber-sumber pendapatan daerah, pemberian
keleluasaan kepada daerah untuk menetapkan prioritas pembangunan serta optimalisasi upaya
pemberdayaan masyarakat melalui lembaga-lembaga swadaya pembangunan yang ada.
6
Secara umum, UU No. 22 tahun 1999 banyak membawa kemajuan bagi daerah dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tetapi sesuai perkembangan keinginan masyarakat
daerah, ternyata UU ini juga dirasakan belum memenuhi rasa keadilan dan kesejahteraan bagi
masyarakat.
7. Periode Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
Pada tanggal 15 Oktober disahkan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah Daerah
yang dalam pasal 239 dengan tegas menyatakan bahwa dengan berlakunya UU ini, UU No.
22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan tidak berlaku lagi. UU baru ini
memperjelas dan mempertegas hubungan hierarki antara kabupaten dan provinsi, antara
provinsi dan pemerintah pusat berdasarkan asas kesatuan administrasi dan kesatuan wilayah.
Pemerintah pusat berhak melakukan kordinasi, supervisi, dan evaluasi terhadap pemerintahan
di bawahnya, demikian juga provinsi terhadap kabupaten/kota. Di samping itu, hubungan
kemitraan dan sejajar antara kepala daerah dan DPRD semakin di pertegas dan di perjelas.
7
pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta
mempertimbangkan potensi dan keanekaragaman daerah.
Otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 adalah otonomi luas yaitu
adanya kewenangan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup semua
bidang pemerintahan kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan-kewenangan bidang
lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Di samping itu, keleluasaan otonomi
maupun kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.
Dalam penjelesan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, dikatakan bahwa yang
dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan
kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta
tumbuh, hidup dan berkembang di daerah. Sedangkan yang dimaksud dengan otonomi yang
bertanggung jawab adalah berupa perwujudan pertanggung jawaban sebagai konsekuensi
pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus
dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi berupa peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, serta pemeliharaan hubungan
yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Atas dasar pemikiran di atas¸ maka prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah dalam
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 adalah sebagai berikut:6[6]
a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi,
keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah yang terbatas.
b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.
c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah Kabupaten dan
daerah kota, sedang otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas.
d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan kontibusi negara sehingga tetap terjalin
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.
e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom, dan
karenanya dalam daerah Kabupaten/daerah kota tidak ada lagi wilayah administrasi.
f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif
daerah, baik fungsi legislatif, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan
pemerintah daerah.
6
8
g. Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam kedudukannya
sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan sebagai wakil daerah.
h. Pelaksanaan azas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah kepada
daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan,
sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan
dan mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.
9
a. Kewenangan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota, seperti kewenangan bidang pekerjaan
umum, perhubungan, kehutanan dan perkebunan.
b. Kewenangan pemerintahan lainnya, yaitu perencanaan dan pengendalian pembangunan
regional secara makra, pelatihan bidang alokasi sumber daya manusia potensial, penelitian
yang mencakup dalam wilayah provinsi, pengelolaan pelabuhan regioal, pengendalian
lingkungan hidup, promosi dagang dan budaya/pariwisata, penanganan penyakit menular, dan
perencanaan tata ruang provinsi.
c. Kewenangan kelautan yang tidak meliputi eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan
pengelolaan kekayaan laut, pengaturan kepentingan administratif, pengaturan tata ruang,
penegakan hukum, dan bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.
d. Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan daerah kota
diserahkan kepada provinsi dengan penyertaan dari daerah otonom kabupaten atau kota
tersebut.
Dalam rangka negara kesatuan, pemerintah pusat masih memiliki kewenangan
melakukakan pengawasan terhadap daerah otonom. Tetapi, pengawasan yang dilakukan
pemerintah pusat terhadap daerah otonom diimbangi dengan kewenangan daerah otonom
yang kebih besar, atau sebaliknya, sehingga terjadi semacam keseimbangan kekuasaan.
Keseimbangan kekuasaan yang dimaksud adalah pengawasan ini tidak lagi dilakukan secara
struktural yaitu bupati/wali kota dan gubernur bertindak sebagai wakil pemerintah pusat
sekaligus kepala daerah otonom, dan tidak lagi secara preventif perundang-undangan, yaitu
setiap peraturan daerah (perda) memerlukan persetujuan pusat untuk dapat berlaku.7[7]
Terkait dengan pembagian kewenangan antara pemerintah dengan pemerintah daerah
terdapat 11 jenis kewenangan wajib yang diserahkan kepada daerah otonom kabupaten dan
daerah otonom kota, yaitu:8[8]
1. Pertahanan,
2. Pertanian,
3. Pendidikan dan kebudayaan,
4. Tenaga kerja
5. Kesehatan,
6. Lingkungan hidup,
7. Pekerjaan umum,
8. Perhubungan,
7
10
9. Perdagangan dan industri,
10. Penanaman modal, dan
11. Koperasi.
Penyerahan kesebelas jenis kewenangan ini kepada daerah otonomi kabupaten dan
daerah otonomi kota dilandasi oleh sejumlah pertimbangan sebagai berikut :
1. Makin dekat produsen dan distributor pelayanan publik dengan warga masyarakat yang
dilayani, semakin tepat sasaran, merata, berkualitas dan terjangkau.
2. Penyerahan sebelas jenis kewenangan itu kepada daerah otonom kabupaten dan daerah
otonom kota akan membuka peluang dan kesempatan bagi aktor-aktor politik lokal dan
sumber daya manusia yang berkualitas didaerah untuk mengajukan prakarsa, berkreativitas
dan melakukan inovasi karena kewenangan merencanakan, membahas, memutuskan,
melaksanakan, mengevaluasi sebelas jenis kewenangan.
3. Karena distribusi sumber daya manusia yang berkualitas tidak merata, dan kebanyakan
berada di Jakarta dan kota besar lainnya, maka penyerahan sebelas jenis kewenangan ini juga
dimaksudkan dapat menarik sumber daya manusia yang berkualitas di kota-kota besar untuk
berkiprah di daerah-daerah otonom, yang kabupaten dan kota.
4. Pengangguran dan kemiskinan sudah menjadi masalah nasional yang tidak saja hanya
dipikulkan kepada pemerintah pusat semata
11
MASYARAKAT MADANI
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep
civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah orang
Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam filsafat politiknya.
Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil
society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang
ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian
kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah dikemukakan di
atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep di luar
menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil society lalu membandingkannya dengan tatanan
masyarakat Madinah yang dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di
masyarakat Muslim modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara
keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans;
gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai
moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani
lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan
masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas
landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii
Maarif, 2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti
atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia
12
berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat
militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani sering digunakan untuk
menjelaskan “the sphere of voluntary activity which takes place outside of government and
the market.” Merujuk pada Bahmueller (1997).
13
Norcholish Madjid istilah masyarakat madani mengandung makna toleransi kesediaan priadi
untuk menerima berbagai macam pandangan politik dan tingkah laku sosial.
15
masyarakat. Ia memberiakan pandangan penting kepada kaum cendikiawan sebagai aktor
dalam proses utama perubahan sosial dan politik.
Selanjutnya wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab hegelian dikembangkan
oleh Alexis de Tocqueville (1805-1859 M) yang bersumber dari pengalamanya mengamati
budaya demokrasi america. Menurutnya Tocqueville kekuatan politik dalam masyarakat sipil
merupakan kekuatan utama yang menjadikan demokrasi amerika mempunyai daya tahan
yang kuat. Berkaca pada budaya amerika yang berciri Plural, Mandiri, dan kedewasaan
berpolitik warga negara manapun mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.
Berbeda dengan hegelian, pemikiran Tocqueville lebih menempatkan masyarakat sipil
sebagai suatu yang tidak apriori maupun tersubordinasi lembaga negara. Sebaliknya civil
society bersifat otnom dan memiliki kepastian politik cukip tinggi sehingga mampu
menjadikan kekuatan penyeimbang terhadap kecenderungan intervensi negara atas warga
negara.
Dari sekian banyak pandangan mengenai civil society, Mazhab Gramscian dan
Tocquevillian telah menjadi inspirasi gerakan prodemokrasi di eropa timur dan eropa tengah
pada dasawarsa 80-an. Pengalaman kawasan ini hidup dibawah dominasi negara terbukti
telah melumpuhkan kehidupan masyarakat sipil.
Tidak hanya di eropa timur dan eropa tengah , muzhab pemikiran civil society
tocquelville juga dikembangkan oleh cendikiawan muslim indonesia Dawam Rahardjo
dengan konsep masyarakat madaninya, rahardjo mengilustrasikan bahwa peranan pasar
sangat menenukan unsur-unsur dalam masyarakat madani sedangkan menurut Wutnow dalam
hubungan anrata unsur-unsur pokok masyarakat madani faktor Valuntary sangat menentukan
pola interaksi antara negara dan pasar.
Didalam tatanan pemerintahan yang demokratis komponen rakyat disebut masyarakat
madani (Civil Society) yang harus memperoleh peranan utama. Dalam sistem demokrasi
kekuasaan tidak hanya ditangan penguasa melainkan ditangan rakyat. Jadi peran sektor
swasta sangat mendukung terciptanya proses keseimbangan kekuasaan dalam koridor
pemerintahan yang baik, seketika peran swasta bisa berada diatas ini terjadi jika pembuatan
kebijakan publik berkolusi dan tergoda untuk memberikan akses yang longgar pada
konglomerat ataupun usahawan.
16
Gambar hubungan kerja tiga komponen Good Governance (Mifthah Thoha, 2000)
3. Toleransi
Merupakan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat. Menurut
Nurcholish Madjid toleransi adalah persoalan ajaran dan kewajiban melaksanakan ajaran itu.
Jika toleransi menghasilkan tata cara pergaulan yang menyenangkan antara kelompok yang
berbeda-beda maka hasil itu dipahami sebagai hikmah atau manfaat dari ajaran yang benar.
Toleransi bukan hanya tuntutan sosial masyarakat majemuk saja , tapi juga menjadi bagian
terpenting pelaksanaan ajaran moral.
4. Kemajemukan
Disebut juga pluralisme yang tidak hanya dipahami seagai sebatas sikap harus
mengakui dan memahami kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai dengan sikap
ttulus untuk menerima kenyataan pandangan sebagai suatu yang alamiah dan rahmat tuhan
yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.
17
5. Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang propersional atas
hak dan kewajiban warga negara yang mencakup segala aspek kehidupan ekonomi, politik,
pengetahuan, dan pelengkapan. Dengan pengertian lain keadilan sosial adalah hilangnya
monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau
golongan tertentu.
18
gabungan strategi dan paradigma. Tiga paradigma diatas dapat dijadikan acuan dalam
pengembangan demokrasi dimasa transisi sekarang melalui :
1. Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi kelas menegah untuk
berkembang menjadi kelompok masyaraat madani yang mandiri secara politik dan ekonomi.
2. Mereformasikan sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-lembaga
demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi.
3. Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga negara secara
keseluruhan.
Menurut Rahardjo masyarakat madani indonesia masih merupakan sisitem-siste yang
dihasilkan oleh sister politik represif. Ciri kritisnya lebih menonjol dibandingkan ciri
struktifnya. Menurutnya lebih banyak melakukan protes daripada mengajukan solus, lebih
banyak menuntut daripada memberi sumbangan terhadap pemecahan masalah.
Mahasiswa merupakan salah satu komponen strategis bangsa indonesia dalam
pembanguunan demokrasi dan masyarakat madani. Peran startegis mahasiswa dalam proses
perjuangan demokrasi menumbangkan rezim otorier seharusnya ditindak lanjuti dengan
keterlibatan mahasiswa dalam proses demokrasi bangsa dan pembangunan masyarakat
demokrasi madani indonesia. Karenaa mahasiswa merupakan bagian dari kelas menengah, ia
memiliki tanggung jawab terhadap nasib masa depan demokrasi dan masyarakat madani
indonesia.
Sikap demokratis diekspressikan melalui peran aktif mahasiswa dalam proses
pendemokrasian masyarakat melalui cara analogis, santun, dan bermartabat. Adapun sikap
kritis mahasiswa dapat dilakukan dengan mengaamati, mengkritik, mengontrol pelaksanaan
kebijakan pemerintah atau lembaga publik terkait, khususnya pada kebijakan yang
menyangkut dengan masa depan bangsa.
21
Proses menuju masyarakat madani pada dasarnya tidaklah mudah, harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi yang tercermin antara lain dari kemampuan
tenaga-tenaga profesionalnya untuk memenuhi kebutuhan pembangunan serta penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok sendiri (mampu mengatasi
ketergantungan) agar tidak menimbulkan kerawanan, terutama bidang ekonomi .
3. Semakin mantap mengandalkan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri (berbasis
kerakyatan) yang berarti ketergantungan kepada sumber pembangunan dari luar negeri
semakin kecil atau tidak ada sama sekali.
4. Secara umum telah memiliki kemampuan ekonomi, sistem politik, sosial budaya dan
pertahanan keamanan yang dinamis, tangguh serta berwawasan global.
Dalam rangka menuju masyarakat madani (civil society), melalui beberapa proses dan
tahapan-tahapan yang konkret dan terencana dengan matang, serta adanya upaya untuk
mewujudkan dengan sungguh-sungguh. Langkah pertama yang perlu diwujudkan adalah
adanya pemerintahan yang baik (good governance). Pemerintahan yang baik dalam rangka
menuju kepada masyarakat madani adalah berorientasi kepada dua hal, sebagai berikut :
1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional, yaitu mengacu pada
de- mokratisasi dengan elemen: legitimasi, akuntabilitas, otonomi, devolusi (pendelegasian
wewenang) kekuasaan kepada daerah, dan adanya mekanisme kontrol oleh masyarakat.
2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien melakukan upaya
pencapaian tujuan nasional. Hal ini tergantung pada sejauh mana pemerintah memiliki
kompetensi, struktur dan mekanisme politik serta administrasi yang berfungsi secara efektif
dan efisien.
Dalam kehidupan demokrasi, agar masyarakat dapat hidup secara madani harus
mempunyai tiga syarat, yaitu sebagai berikut :
1. Ketertiban dalam pengambilan suatu keputusan yang menyangkut kepentingan bersama.
2. Adanya kontrol masyarakat dalam jalannya proses pemerintahan.
3. Adanya kemerdekaan memilih pemimpinnya.
Ketiga hal tersebut merupakan sarana untuk mewujudkan kehidupan yang demokratis, yaitu
kehidupan yang dalam pemerintahannya bersumber dari, oleh, dan untuk rakyat itu sendiri.
1.
22
GLOBALISASI
1. PENGERTIAN GLOBALISASI
Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling
berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas
Negara.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau
batas-batas negara.
Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh
wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja
(working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang
akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan
batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-
negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk
yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan
ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing.
23
Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan
berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte
merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun
1985.Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan
globalisasi:
1. DAMPAK GLOBALISASI
Adanya globalisasi mampu membuat dunia tampak sempit, dahulu apabila kita akan
menonton siaran sepak bola kita harus ke negara yang mengadakan pertandingan. Tapi
sekarang kita tidak perlu kemana-mana, kita cukup melihat di televisi. Ketika akan
menghubungi seseorang kita harus bertemu dengan orang tersebut, tetapi sekarang dengan
adanya pesawat telepon kita tidak perlu bertemu langsung cukup berbicara melalui telepon
saja. Adanya globalisasi membawa manfaat bagi umat manusia tetapi ada juga dampak
buruknya.
Semakin bertambah globalnya berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat dunia.
Merebaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi
24
film dan musik dalam bentuk kepingan CD/ VCD atau DVD. Dampak positif globalisasi di
bidang sosial adalah para generasi muda mampu mendapatkan sarana-sarana yang
memungkinkan mereka memperoleh informasi dan berhubungan dengan lebih efisien dengan
jangkauan yang lebih luas. Adapun dampak negatifnya adalah bahwa generasi muda yang
tidak siap akan adanya informasi dengan sumber daya yang rendah hanya akan meniru hal-
hal yang tidak baik seperti adanya bentuk-bentuk kekerasan, tawuran, melukis di tembok-
tembok, dan lain-lain. Dengan adanya fasilitas yang canggih membuat seseorang enggan
untuk berhubungan dengan orang lain sehingga rasa kebersamaan banyak berkurang. Manfaat
globalisasi di antaranya adalah informasi yang dapat diperoleh secara mudah, cepat, dan
lengkap dari seluruh dunia sehingga pengetahuan dan wawasan manusia menjadi lebih luas.
Akan tetapi dengan adanya arus globalisasi kadang-kadang tidak disertai penyaringan. Semua
informasi diterima apa adanya. Hal itu berakibat pada perubahan pola hidup, pola pikir, dan
perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma kebudayaan bangsa Indonesia. Segi budaya
merupakan segi yang paling rentan terkena dampak negatifnya. Bentuk informasi dan sarana
yang dapat diterima dengan bebas mampu memengaruhi pola bertindak dan berpikir generasi
muda. Sebagai contoh, menurunnya budaya membaca di kalangan pelajar, mereka lebih suka
melihat televisi yang memperlihatkan tontonan yang mengandung unsur kekerasan yang
kemudian mereka tiru.
Dampak positif globalisasi di bidang ekonomi adalah mampu memacu produktivitas dan
inovasi para pelaku ekonomi agar produk yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk-
produk yang lain. Pada era globalisasi ini menuntut manusia yang kreatif dan produktif.
Sedangkan dampak negatifnya adalah mampu menimbulkan sifat konsumerisme di kalangan
generasi muda. Sehingga tidak mampu memenuhi tuntutan zaman karena sudah terbiasa
menerima teknologi dan hanya mampu membeli tanpa membuatnya. Globalisasi dan
liberalisme pasar telah menawarkan alternatif bagi pencapaian standar hidup yang lebih
tinggi. Semakin melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar negara-negara kaya
dengan negara-negara miskin. Munculnya perusahaan-perusahaan multinasional dan
transnasional. Membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan dan monopoli usaha dan
kekuasaan politik pada segelintir orang. Munculnya lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti
Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, WTO
26
6. kualitas alam sekitar yang semakin merosot sebagai akibat terlalu mementingkan
faktor keuntungan.
7. Pembangunan yang tidak seimbang dan jurang perbezaan ekonomi yang semakin
melebar antara kawasan-kawasan di sesebuah negara dan antara sektor-sektor
ekonomi.
8. Pengabaian keperluan asas hidup di kalangan rakyat termiskin di banyak negara
terutamanya negara-negara Selatan.
9. Modal jangka pendek yang keluar masuk pasaran seperti kilat sebagai akibat amalan
baru yang menjadikan wang sendiri sebagai komoditi keuntungan.
10. Pengangguran yang semakin memburuk dan jurang perbezaan pendapatan yang
semakin melebar di negara-negara Utara sendiri.
11. Kecenderungan ke arah pembentukan suatu budaya global yang homogen menerusi
peranan yang dimainkan oleh perbadanan transnasional dan media komunikasi global.
12. Penyebaran budaya pop Amerika yang ‘menyegarkan pancaindera dan mematikan
roh’.
13. Kecenderungan pusat-pusat pengajian tinggi untuk memberi keutamaan kepada
kursus-kursus ilmu pengurusan dan teknik dengan mengabaikan kursus-kursus ilmu
kemanusiaan dan kemasyarakatan.
14. Pembanjiran maklumat yang tidak berguna.
15. Pengantarabangsaan jenayah yang menyukarkan jenayah dibendung.
16. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP NILAI NASIONALISME DI
KALANGAN GENERASI MUDA
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda.
Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut
telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.
Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak
muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang
cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang
memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian
tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut
mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan
27
cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa
dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat
diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka
sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna.
Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan
mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno.
Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial
terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan
menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya
adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu
ketentraman dan kenyamanan masyarakat. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa
jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis
antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak
ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal
generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak
memiliki rasa nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada
pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh
negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai
nasionalisme antara lain yaitu :
28
3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti
sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi,
Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh
globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak
akan kehilangan kepribadian bangsa
1. CIRI GLOBALISASI
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di
dunia.
ü Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh
perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization
(WTO).
ü Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan
mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam
budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
29
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada
globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens
menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian
dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan
rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang
mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman
transformasi sosial.
GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia
(sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal
dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat
ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20
dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak
fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan
komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya
perkembangan globalisasi kebudayaan.
30
– Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
– Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
– Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.
31