Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

Sani Safitri
Universitas Sriwijaya

Abstrak: Dengan diberlakukanya undang-undang otonomi tersebut memberikan kewenangan


penyelenggaraan pemerintah daerah yang lebih luas, nyata,dan bertanggung jawab. Adanya
perimbangan tugas fungsi dan peran antar pemerintah pusat dan pemerintah daerahtersebut
menyebabkan masing-masing daerah harus memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus
memiliki sumber pembiayaan yang memadai untuk memikul tanggung jaawab
penyelenggaraan pemerintah daerah. Otonomi daerah memberi kebebasan dalam menyusun
program dan mengajukannya kepada pemerintahan pusat. Hal ini sangat akan berdampak
positif dan bisa memajukan daerah tersebut apabila Orang/badan yang menyusun memiliki
kemampuan yang baik dalam merencanan suatu program serta memiliki analisis mengenai hal-
hal apa saja yang akan terjadi dikemudia hari.

PENDAHULUAN tanggung jaawab penyelenggaraan pemerintah


Otonomi daerah merupakan daerah. Dengan demikian di harapkan masing-
hak,wewenang,dan kewajiban daerah untuk masing daerah akan dapat lebih
mengatur dan mengurus ekonomi rumah maju,mandiri,sejahtera dan kompetetif di
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan dalam pelaksanaan pemerintahan maupun
perundang-undangan nomor 22 tahun 1999. pem,bangunan daerahnya masing-masing.
Dari penegertiam tersebut tampak bahwa Memang harapan dan kenyataaan tidak
daerah di beri hak otonom oleh pemerintah akan selau sejalan. Tujuan atau harapan tentu
pusat untuk mengatur dan mengurus akan berakhir baik biloa pelaksanaan dan
kepentingna sendiri.Dalam hal ini hak dan pengawasan terhadap pelaksanaan juga
wewenang yang diberikan terutama mngeola berjalan baik. Namun ktidaktercapain harapan
kekayaan alam dan ekonomi rumah tangganya itu tampak nya mulai terlihat dalam otonomi
sendiri daerah yang ada di Indonesia. Masih banyak
Implementasi otonomi daerah telah permasalahan yang mengiring berjalanya
memasuki era baru setelah pemerintah dan otonomi daerah di Indonesia.
DPR sepakat unuk mengesahkan UU nomer
32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah KONSEP OTONOMI DAERAH
dan UU nomer 33 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah adalah suatu
perimbangan keuangan antara pemerintah keadaan yang memungkinkan daerah dapat
pusat dan daerah. mengaktualisasikan segala potensi terbaik
Sejalan dengan di berlakukanya yang dimilikinya secara oftimal. Menurut
undang-undang otonomi tersebut memberikan kamus besar Bahasa Indonesia Otonomi
kewenangan penyelenggaraan pemerintah daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban
daerah yang lebih luas, nyata,dan bertanggung daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
jawab. Adanya perimbangan tugas fungsi dan tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
peran antar pemerintah pusat dan pemerintah perundang-undangan yangt berlaku.
daerahtersebut menyebabkan masing-masing Dalam UU No. 32 tahun 2004
daerah harus memiliki penghasilan yang pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi daerah
cukup, daerah harus memiliki sumber adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah
pembiayaan yang memadai untuk memikul otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

79
80 JURNAL CRIKSETRA, VOLUME 5, NOMOR 9, FEBRUARI 2016

urusan pemerintah dan kepentingan Nomor 22 tahun 1948, penyerahan sebagian


masyarakat setempat sesuai dengan peraturan urusan pemerintahan kepada daerah telah
perundang-undangan.Selain itu, menurut mendapat perhatian pemerintah. Pemberian
Suparmoko (2002:61) mengartikan otonomi otonomi kepada daerah berdasarkan Undang-
daerah adalah kewenangan daerah otonomi undang tentang pembentukan, telah dirinci
untuk mengatur dan mengurus kepentingan lebih lanjut pengaturannya melalui peraturan
masyarakat setempat. Menurut prakarsa pemerintahan tentang penyerahan sebagaian
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. urusan pemerintahan tertentu kepada daerah.
Sesuai dengan penjelasan UU No. 32 tahun Perjalanan sejarah otonomi daerah di
2004, bahwa pemberian kewenangan otonomi Indonesia selalu ditandai dengan lahirnya
daerah dan kabupaten/kota didasarkan kepada suatu produk perundang-undangan yang
desentralisasi dalam wujud otonomi yang menggantikan produk sebelumnya. Perubahan
luas, nyata dan bertanggung jawab. tersebut pada suatu sisi menandai dinamika
orientasi pembangunan daerah di Indoneia
SEJARAH OTONOMI DAERAH dari masa kemasa. Tapi disisi lain hal ini
Peraturan perundang-undangan pertama dapat pula dipahami sebagai bagian dari
kali yang mengatur tentang pemerintahan “eksperimen politik” penguasa dalam
daerah pasca proklamasi kemerdekaan adalah menjalankan kekuasaannya. Periode otonomi
UU Noomor 1 tahun 1945. Ditetapkannnya daerah di Indonesia pasca UU Nomor 22
undang-undang ini erupakan hasil (resultante) tahun 1948 diisi dengan munculnya beberapa
dari berbagai pertimbangan tentang sejarah UU tentang pemerintahan daerah yaitu UU
pemerintahan dimasa kerajaan-kerajaan serta Nomor 1 tahun 1957 (sebagai pngaturan
pada masa pemerintahan kolonialisme. tunggal pertama yang berlaku seragam untuk
Undang-undang ini menekankan pada aspek seluruh Indonesia), UU Nomor 18 tahun 1965
cita-cita kedaulatan rakyat melalui pengaturan ( yang menganut sistem otonomi yang seluas-
pembentukan badan perwakilan tiap daerah. luasnya) dan UU Nomor 5 tahun 1974.
Dalam undang-undang ini ditetapkan tiga UU yang disebut terakhir mengatur
jenis daerah otonom, yaitu karesidenan, pokok-pokok penyelenggara pemerintahan
kabupaten, dan kota. Periode berlakunya yang menjadi tugas Pemerintah Pusat di
undang-undang ini sangat terbatas. Sehingga daerah. Prinsip yang dipakai dalam pemberian
dalam kurun waktu tiga tahun belum da otonomi kepada daerah bukan lagi “otonomi
peraturan pemerintahan yang mengatur yang riil dan luas-luasnya” tetapi “otonomi
mengenai penyerahan urusan (desentralisasi) yang nyata dan bertanggung jawab”.
kepada daerah. Undang-undang ini berumur Alasannya, pandangan otonomi daerah yang
lebih kurang tiga gtahun karena diganti seluas-luasnya dapat menimbulkan
dengan Undang-undang Nomor 22 tahun kecenderungan pemikiran yang dapat
1948.(Muhammad.Arthut 2012 :10) membahayakan keutuhan Negara Kesatuan
Undang-undang Nomor 22 tahun 1948 Republik Indonesia dan tidak serasi dengan
berfokus pada pengaturan tentang susunan maksud dan tujuan pemberian otonomi
pemerintahan daerah yang demokratis. Di kepada daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
dalam undang-undang ini ditetapkan dua jenis yang digariskan dalam GBHN yang
daerah otonom, yaitu daerah otonom biasa berorientasi pada pembangunan dalam arti
dan daerah otonom istimewa, serta tiga luas. Undang-undang ini berumur paling
tingkatan daerah yaitu provinsi, panjang yaitu 25 tahun, dan baru diganti
kabupaten/kota besar dan desa/kota kecil. dengan Undang-undang nomor 22 tahun 1999
Mengacu pada ketentuan Undang-undang
Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah Di Indonesia, Sani Safitri 81

dan Undang-undang nomor 25 tahun 1999 kepada Presiden melalui Menteri Dalam
setelah tuntunan reformasi dikomandangkan. Negeri, dan bukan kepada DPRD sebagai
Kehadiran Undang-undang Nomor 22 representasi dari rakyatdi daerah yang
tahun 1999 tidak terlepas dari perkembangan memilihnya.
situasi yang terjadi pada masa itu, dimana Dengan demikian yang
rezim otoriter orde baru lengser dan semua melatarbelakangi dilaksanankannnya otonomi
pihak berkehendak untuk melakukan daerah secara nyata di Indonesia adalah
reformasi disemua aspek kehidupan berbangsa ketidakpuasan masyarakat yang berada di
dan bernegara. Berdasarkan kehendak daerah yang kaya sumber daya alam namun
reformasi itu, sidang Istimewa MPR tahun kehidupan masyarakatnya tetap berada
1998 yang lalu menetapkan ketetapan MPR dibawah garis kemiskinan.Walaupun secara
Nomor XV/MPR/1998 tentang Undang-Undang sudah sering diterbitkan
penyelenggaraan otonomi daerah; pengaturan, namun dalam kenyataannya pengelolaan
pembagian, dan pemanfaatan sumber daya kekayaan alam dan sumber daya alam daerah
nasional, yang berkeadilan, serta perimbangan masih diatur oleh pusat.Sehingga masyarakat
keuangan pusat dan daerah dalam kerangka daerah yang kaya sumber daya alamnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia. merasa sangat dirugikan.Akhirnya,pada masa
Satu hal yang paling menonjol dari reformasi mereka menuntut dilaksanakannya
pergantian Undang-undang Nomor 5 tahun otonomi daerah. Sehingga lahirlah UU no 22
1974 dengan Undang-undang Nomor 22 tahun tahun 1999 dan pelaksanaan otonomi daerah
1999 adalah adanya perubahan mendasar pada mulai terealisasi sejak tahun 2000 secara
format otonomi daerah dan substansi bertahap.
desentralisasi. Perubahan tersebut dapat Setelah dilaksanakannya otonomi
diamati dari kandungan materi yang tertuang daerah maka perimbangan keuangan sesuai
dalam rumusan pasal demi pasal pada undang- UU no 25 tahun 1999 memberikan peluang
undang tersebut. Beberapa butir yang kepada daerah untuk mendapatkan 70% dari
terkandung di dalam kedua undang-undang hasil pengelolaan kekayaan alamnya sendiri
tersebut (UU No. 22 tahun 1999 dan No. 25 untuk dimanfaatkan bagi kemajuan daerahnya
tahun 1999) secara teoritis akan menghasilkan sendiri.
suatu kesimpulan bahwa desentralisasi dalam Pelaksanaan otonomi daerah ini
Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 lebih diperbarui menurut UU no.32 tahun 2004 dan
cenderung pada corak dekonsentrasi. perimbangan keuangan diperbarui juga
Sedangkan desentralisasi dalam Undang- menurut UU no.33 tahun 2004. Sehingga
undang Nomor 22 tahun 1999 lebih cenderung dengan adanya otonomi daerah ini , daerah
pada corak devolusi. Hal ini akan lebih nyata yang memiliki potensi sumber daya alam
jika dikaitkan dengan kedudukan kepala mengalami kemajuan
daerah. Berdasarkan Undang-undang Nomor Dalam pembangunan sedangkan daerah
5 tahun 1974, kepala daerah adalah sekaligus yang tidak memiliki kekayaan alam
kepala wilayah yang merupakan mengalami kesulitan untuk memajukan
kepangjangan tangan dari pemerintah. Dalam wilayahnya.
praktik penyelenggaraan pemerintahan di
daerah, kenyataan menunjukkan peran sebagai PERMASALAHAN
kepala wilayah yang melaksanakan tugas- Setelah pelaksanaan otonomi daerah
tugas dekonsentrasi lebih dominan dibanding berjalan di Indonesia maka muncul beberapa
sebagai kepala daerah. Hal ini dimungkinkan permasalahan. Adapun masalah-
karena kepala daerah bertanggung jawab
82 JURNAL CRIKSETRA, VOLUME 5, NOMOR 9, FEBRUARI 2016

masalah yang ditimbulkan dalam pelaksanaan hubungan vertikal dalam


otonomi daerah meliputi : pemerintahan.
1. Ketimpangan kemajuan pembangunan 2. Meningkatkan pelaksanaan
antara daerah yang kaya sumer daya alam kerjasama antar pemerintah daerah
dengan daerah yang miskin sumber daya termasuk peningkatan peran
alam. pemerintah provinsi.
2. Semakin maraknya penyebaran korupsi 3. Menyusun kelembagaan pemerintah
diberbagai daerah, money politics, daerah yang disesuaikan dengan
munculnya fenomena pragmatism politik kebutuhan daerah dan potensi daerah
di masyarakat daerah, yang perlu dikelola.
3. legitimasi politik dan stabilitas politik 4. Memfasilitasi penyediaan, menyusun
belum sepenuhnya tercapai, rencana pengelolaan serta
4. adanya konflik horizontal dan konflik meningkatkan kapasitas aparat
vertical, dan pemerintah daerah dalam rangka
5. kesejahteraan masyarakat ditingkat local peningkatan pelayanan masyarakat,
belum sepenuhnya diwujudkan. penyelenggaraan pemerintahan, serta
penciptaan aparatur pemerintah
Solusi untuk Mengatasi Kendala daerah yang kompeten dan
Penerapan Otonomi Daerah dan Peran profesional.
Serta Masyarakat 5. Meningkatkan dan mengembangkan
Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi kapasitas keuangan pemerintah daerah
daerah yang setengah hati dan berada dalam rangka peningkatan pelayanan
dipersimpangan jalan tentu saja harus masyarakat, penyelenggaraan otonomi
dikembalikan ke koridor yang sesungguhnya. daerah, dan penciptaan pemerintahan
Untuk inilah, peran lembaga mediasi seperti daerah yang baik.
Partnership for Governance Reform (PGR) 6. Menata dan melaksanakan kebijakan
dibutuhkan untuk membangun kapasitas pembentukan daerah otonom baru
masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam sehingga tidak memberikan beban
pembangunan. Selain itu, partnership juga bagi keuangan negara dalam kerangka
dapat memberi tekanan agar agenda upaya meningkatkan pelayanan
desentralisasi dan otonomi daerah tetap masyarakat dan percepatan
berjalan sesuai dengan yang diamanatkan. pembangunan wilayah.
Intervensi yang bertujuan memperkuat 7. Transparansi pengelolaan keuangan
masyarakat sipil dilakukan melalui program dan kesadaran bagi seluruh pejabat
yang berkesinambungan dan terukur serta daerah serta masyarakat untuk
bukan berorientasi pada proyek yang bersifat mendukung penuh pelaksanaan
jangka pendek (Kaho,2000:12). otonomi daerah dalam rangka
Ada beberapa solusi yang bisa mencapai kesejahteraan masyarakat.
dilakukan untuk mengembalikan Dengan demikian tujuan utama
desentralisasi atau otonomi daerah agar sesuai pembentukan daerah otonom ialah
dengan tujuan semula. Program tersebut memberikan kemandirian kepada daerah
antara lain: untuk mengurus rumah tangga sendiri dan
1. Menata kembali peraturan perundang- mampu membangun pertumbuhan ekonomi
undangan mengenai desentralisasi dan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
otonomi daerah untuk memperbaiki rakyat. Proses pemekaran wilayah ternyata
memunculkan kerajaan-kerajaan kecil yang
Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah Di Indonesia, Sani Safitri 83

dikuasai sekumpulan elite di daerah.


Mayoritas dana yang seharusnya dikelola
daerah untuk kesejahteraan masyarakat habis
untuk anggaran belanja rutin pegawai. Dengan
pendekatan lintasa sektor pemerintah dapat
mengatur keuangan daerah yang harus
digunakan secara efektif dan efisien, agar
kehidupan masyarakat menjadi sejahtera.

KESIMPULAN
Dengan adanya otonomi daerah, maka
setiap daerah akan diberi kebebasan dalam
menyusun program dan mengajukannya
kepada pemerintahan pusat. Hal ini sangat
akan berdampak positif dan bisa memajukan
daerah tersebut apabila Orang/badan yang
menyusun memiliki kemampuan yang baik
dalam merencanan suatu program serta
memiliki analisis mengenai hal-hal apa saja
yang akan terjadi dikemudia hari. Tetapi
sebaliknya akan berdamapak kurang baik
apabila orang /badan yang menyusun program
tersebut kurang memahami atau kurang
mengetahui mengenai bagaimana cara
menyusun perencanaan yang baik serta
analisis dampak yang akan terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Kaho, Josef Riwu. 2000. Prospek Otonomi
Daerah di Negara Republik
Indonesia. Jakarta: PT Raja Drafindo
Persada.

Arthur, Muhammad. 2012. Menggugah


Peran Aktif Masyarakat dalam Otonomi
Daerah. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai