Secara etimologis berasal dari bahasa latin yang berarti de = lepas dan centrum = pusat jadi
melepaskan dari pusat. Jadi pelimpahan kekuasaan Pemerintah dari Pusat kepada Daerah-daerah
yang mengurus rumah tangganya sendiri .
Pasal 1 huruf (e) UU No. 22 Tahun 1999 “Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemerintahan dari Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia” .
Pasal 1 ayat (7) UU No. 32 Tahun 2004 “Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemrintahan oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Keatuan Republik Indonesia”.
Eksistensi Penggunaan Asas Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan
dalam Pelaksanaan Pemerintahan Daerah di Indonesia
Tujuan dan manfaat
Untuk mengetahui eksistensi dan praktik nyata penggunaan azas desentralisasi, dekonsentrasi ,
dan tugas pembantuan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia serta relasi antara
tugas pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Fungsi Pemerintah Daerah
Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah :
Pengertian Otonomi Daerah Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5 otonomi
derah adalah hak ,wewenang, dan kewajiban daerah otonom untukmengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Rumusan Masalah
1. bagaimana ekstistensi penggunaan azas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia?
2. bagaimana praktik nyata azas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan dalam
pemerintahan Indonesia ?
Pengertian daerah merupakan Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah
tertentu, berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat.
Kelebihan dari sistem desentralisasi
Kelemahan dari sistem desentralisasi
Karena besarnya organ-organ pemerintah, maka struktur pemerintah bertambah kompleks yang
mempersulit koordinasi.
Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan dan daerah dapat lebih
terganggu.
Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong timbulnya apa yang disebut dengan
daerahisme atau provinsialisme.
Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lambat karena memerlukan perundingan yang
bertele-tele.
Dalam menyelenggarakan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak dan sulit untuk
memeperoleh keseragaman/uniformitas dan kesederhanaan.
Asal Usul Latar Belakang Otonomi Daerah
UUD 1945 sebagai konstitusi bangsa Indonesia sejak awal telah menegaskan dianutnya prinsip
otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Walaupun secara tegas UUD 1945
menghendaki adanya otonomi daerah, namun praktik penyelenggaraannya mengalami pasang
surut. Bahkan kita pernah mengalami puncak-puncak sentralisasi seperti pada masa
diterapkannya demokrasi terpimpin di bawah kekuasaan Presiden Soekarno. Di awal Orde Baru,
pemikiran pentingnya otonomi daerah sempat menguat dan menjadi salah satu kebijakan yang
dituangkan dalam Ketetapan MPRS Nomor XXI/MPRS/1966 tentang Pemberian Otonomi
Seluas-Luasnya Kepada Daerah. Namun idealisme tersebut kembali pupus oleh kebijakan
konsolidasi kekuasaan Orde Baru yang mengarah kepada sentralisasi yang diwujudkan dalam
UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah dan UU Nomor 5
Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.
Tuntutan pemberian otonomi daerah kemudian menjadi bagian dari agenda demokratisasi di era
reformasi hingga lahirlah UU Nomor 22 Tahun 1999 yang selanjutnya diganti dengan UU
Nomor 32 Tahun 2004. Kembalinya otonomi daerah tidak hanya diwujudkan dalam bentuk
hukum undang-undang, tetapi jugaditegaskan dalam UUD 1945 melalui perubahan yang
dilakukan oleh MPR.
Dalam UUD 1945, perubahan tersebut diatur yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi dibagi atas daerah kabupaten dan kota, juga
ditentukan bahwa masing-masing daerah tersebut mempunyai pemerintahan daerah yang
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi (desentralisasi dan dekonsentrasi)
dan tugas perbantuan. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Untuk
melaksanakan otonomi tersebut pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain (misalnya keputusan gubernur atau keputusan bupati/walikota).
PEMBAHASAN
Pengertian pemerintah daerah
Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan.
terciptanya pelayanan masyarakat (public services) yang efektif, efisien dan ekonomis.
2) Pertahanan
Misalnya mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan damai dan perang,
menyatakan negara atau sebagian wilayah negara dalam keadaan bahaya, membangun dan
mengembangkan sistem pertahanan negara dan persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib
militer, bela negara bagi setiap warga negara dan sebagainya
3) Keamanan
Misalnya mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menetapkan kebijakan keamanan
nasional, menindak setiap orang yang melanggar hukum negara, menindak kelompok atau
organisasi yang kegiatannya mengganggu keamanan negara dan sebagainya.
4) Yustisi
Misalnya mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jaksa, mendirikan lembaga
pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman dan keimigrasian, memberikan grasi,
amnesti, abolisi, membentuk undangundang, Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang,
Peraturan Pemerintah, dan peraturan lain yang berskala nasional, dan lain sebagainya.
6) Agama
Misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional, memberikan
pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan
kehidupan keagamaan dan sebagainya.
Urusan pemerintah yang menjadi urusan pemerintah daerah
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah diluar
urusan pemerintah , pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan sebagian
urusan pemerintahan kepada perangkat pemerintaha di Daerah atau dapat menugaskan kepada
pemerintah daerah berdasarkan atas tugas pembantuan.
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, terdiri atas urusan wajib dan
urusan pilihan. Urusan wajib artinya, penyelenggaraan pemerintahan yang berpedoman pada
standart pelayanan minimal, dilaksanakan secara bertahap dan diterapkan oleh pemerintah.
Adapun untuk urusan pemerintah yang bersifat pilihan, meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan skala provinsi
dan dalam skala kabupaten/kota meliputi:
2. Jadi dalam prakteknya yang terjadi adalah sentralisasi yang dominan dalam perencanaan
maupun implementasi pembangunan Indonesia. Salah satu fenomena paling menonjol dari
pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1974 ini adalah ketergantungan Pemda yang relatif tinggi terhadap
pemerintah pusat.
3. Hubungan pemerintah pusat dan daerah diibaratkan seperti suatu system dimana keduanya
harus saling melengkapi demi tercapainya tujuan Negara. Dan pemerintah pusat mengerjakan
urusanya jika ingin mendapat bantuan dari pemerintah daerah maka menggunakan tugas
pembantuan kepada pemerintah daerah. Lalu pemerintah daerah memiliki tugasnya sendiri untuk
mengatur daerahnya masing-masing sesuai dengan kebutuhan daerah otonomnya