Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN 14

PENGGUNAAN ASAS OTONOMI DAERAH DAN TUGAS PEMBANTUAN

Secara etimologis berasal dari bahasa latin yang berarti de = lepas dan centrum = pusat jadi
melepaskan dari pusat. Jadi pelimpahan kekuasaan Pemerintah dari Pusat kepada Daerah-daerah
yang mengurus rumah tangganya sendiri .

Pasal 1 huruf (e) UU No. 22 Tahun 1999 “Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemerintahan dari Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia” .

Pasal 1 ayat (7) UU No. 32 Tahun 2004 “Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemrintahan oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Keatuan Republik Indonesia”.
Eksistensi Penggunaan Asas Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan
dalam Pelaksanaan Pemerintahan Daerah di Indonesia
Tujuan dan manfaat
Untuk mengetahui eksistensi dan praktik nyata penggunaan azas desentralisasi, dekonsentrasi ,
dan tugas pembantuan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia serta relasi antara
tugas pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Fungsi Pemerintah Daerah
Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah :
Pengertian Otonomi Daerah Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5 otonomi
derah adalah hak ,wewenang, dan kewajiban daerah otonom untukmengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Rumusan Masalah
1. bagaimana ekstistensi penggunaan azas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia?

2. bagaimana praktik nyata azas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan dalam
pemerintahan Indonesia ?

3. bagaimana relasi antara tugas pemerintah pusat dan pemerintah daerah ?


Ekstistensi penggunaan azas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia
Pengertian pemerintah dalam arti luas Luas (in the broad sense) merupakan semua alat
kelengkapan Negara. Sedangkan dalam arti sempit Sempit (in the narrow sense) merupakan
kekuasaan eksekutif . Kemudian pengertian pemerintahan (bestuurvoering ) merupakan
pelaksanaan tugas pemerintah.

Pengertian daerah merupakan Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah
tertentu, berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat.
Kelebihan dari sistem desentralisasi
Kelemahan dari sistem desentralisasi
Karena besarnya organ-organ pemerintah, maka struktur pemerintah bertambah kompleks yang
mempersulit koordinasi.

Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan dan daerah dapat lebih
terganggu.

Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong timbulnya apa yang disebut dengan
daerahisme atau provinsialisme.

Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lambat karena memerlukan perundingan yang
bertele-tele.

Dalam menyelenggarakan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak dan sulit untuk
memeperoleh keseragaman/uniformitas dan kesederhanaan.
Asal Usul Latar Belakang Otonomi Daerah
UUD 1945 sebagai konstitusi bangsa Indonesia sejak awal telah menegaskan dianutnya prinsip
otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Walaupun secara tegas UUD 1945
menghendaki adanya otonomi daerah, namun praktik penyelenggaraannya mengalami pasang
surut. Bahkan kita pernah mengalami puncak-puncak sentralisasi seperti pada masa
diterapkannya demokrasi terpimpin di bawah kekuasaan Presiden Soekarno. Di awal Orde Baru,
pemikiran pentingnya otonomi daerah sempat menguat dan menjadi salah satu kebijakan yang
dituangkan dalam Ketetapan MPRS Nomor XXI/MPRS/1966 tentang Pemberian Otonomi
Seluas-Luasnya Kepada Daerah. Namun idealisme tersebut kembali pupus oleh kebijakan
konsolidasi kekuasaan Orde Baru yang mengarah kepada sentralisasi yang diwujudkan dalam
UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah dan UU Nomor 5
Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.
Tuntutan pemberian otonomi daerah kemudian menjadi bagian dari agenda demokratisasi di era
reformasi hingga lahirlah UU Nomor 22 Tahun 1999 yang selanjutnya diganti dengan UU
Nomor 32 Tahun 2004. Kembalinya otonomi daerah tidak hanya diwujudkan dalam bentuk
hukum undang-undang, tetapi jugaditegaskan dalam UUD 1945 melalui perubahan yang
dilakukan oleh MPR.
Dalam UUD 1945, perubahan tersebut diatur yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi dibagi atas daerah kabupaten dan kota, juga
ditentukan bahwa masing-masing daerah tersebut mempunyai pemerintahan daerah yang
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi (desentralisasi dan dekonsentrasi)
dan tugas perbantuan. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Untuk
melaksanakan otonomi tersebut pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain (misalnya keputusan gubernur atau keputusan bupati/walikota).
PEMBAHASAN
Pengertian pemerintah daerah
Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan.

Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan


pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya
saing daerah.

Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan


pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan tersebut meliputi
wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya
lainnya.
Asas Pelaksanaan Pemerintah
Asas Desentralisasi
Tujuan dianutnya sistem desentralisasi
tidak terjadi penumpukan kekuasaan (concentration of power).

diharapkan terjadi distribusi kekuasaan (distribution of power) maupun transfer kekuasaan


(transfer of power ).

terciptanya pelayanan masyarakat (public services) yang efektif, efisien dan ekonomis.

terwujudnya pemerintahan yang demokratis (democratic government)


Asas Dekonsentrasi
Pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah atau kepala wilayah atau kepala
instansi vertical tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat didaerah. Hal ini tercantum didalam pasal
satu huruf f Undang-undang No. 5 Tahun 1974. Ciri –ciri dari asas ini adalah sebagai berikut:

Bentuk pemencaran adalah pelimpahan


Pemencaran terjadi kepada pejabat sendiri (perseorangan)
Yang dipencar ( bukan urusan pemerintah) tetapi wewenang untuk melaksanakan sesuatu.
Yang dilimpahkan tidak menjadi urusan rumah tangga sendiri.
Asas tugas pembantuan
tugas untuk turut serta dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada
pemerintah daerah oleh pemerintah atau pemerintah daerah tingkat atasnya dengan kewajiban
mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskan.
Eksistensi asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan
Masa sebelum kemerdekaan
Perlu diketahui bahwa penerapan asas-asas otonomi daerah saat ini sudah ada sejak
pemerintahan colonial belanda dulu. Perbedaan sistem pemerintahan daerah sebelum dan
sesudah UU Tahun 1903 terletak pada eksistensi Dewan Daerah. Sebelum itu, tidak terdapat
samasekali otonomi pemerintahan daerah. Semua unit pemerintah bersifat administratif atas
dasar prinsip dekonsentrasi. Setelah UU Tahun 1903 diterbitkan, didirikanlahDewan Daerah
pada unit-unit pemerintahan tertentu, di mana mereka diberikankewenangan menggali
pendapatan daerah guna membiayai pemerintahan daerah.Anggota Dewan Daerah diangkat dari
tokoh setempat, namun Gubernur, Residen,atau Bupati tetap diangkat Pemerintah Pusat.
Masa sebelum Reformasi
Undang-undang pertama yang dibuat oleh Indonesia tentang otonomi daerah adalah UU nomor 1
tahun 1945 yang dibuat tanggal 23 November 1945. Pada masa ini, otonomi diberikan kepada
daerah adalah otonomi yang lebih luas dari jaman penjajahan.
Pada masa ini Kepala daerah menjalankan dua fungsi yaitu sebagai Kepala Daerah Otonom dan
sebagai Wakil Pemerintah pusat. Karena itu meskipun kehendak desentralisasi cukup nyata,
pelaksanaan dekonsentrasi sangat dominan. Selanjutnya, dilakukan revisi melalui Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1948, yang diterbitkan pada 10 Juli 1948, yang menekankan otonomi
seluas-luasnya. Selain itu, hal lainnya yang tercantum dalam undang-undang ini hanya dikenal
satu bentuk satuan pemerintahan tingkat daerah yaitu pemerintahan daerah otonom.
Lalu titik berat otonomi pada desa, susunan pemerintahan daerah menjadi hanya 3 tingkatan (dari
sebelumnya 5), yaitu propinsi, kabupaten/kotamadya, dan desa/kota kecil . Walaupun demikian,
undang-undang ini lebih menekankan praktek demokrasi parlementer sesuai dengan sistem
pemerintahan saat itu, dan kontrol pemerintah pusat kepada daerah masih sangat kuat. Terjadinya
perubahan ketatanegaraan menjadi Negara Kesatuan Repubik Indonesia dibawah UUD
Sementara 1950, melahirkan Undang-Undang Nomor 1Tahun 1957, yang menekankan sistem
otonomi riil yang didasarkan pada kesanggupan dan kemampuan nyata dari daerah. Namun,
pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1957 tidak berjalan lancar dan mendapat tantangan kuat dari
berbagai pihak. Tidak lama kemudian, negara kembali ke dasar ketatanegaraan UUD 1945,yang
ditindaklanjuti dengan penetapan Penetapan Presiden (Penpres) Nomor 6 Tahun 1959 pada 16
Nopember 1959, yang menekankan desentralisasi beralih kepada kontrol pemerintahan pusat
yang kuat terhadap pemerintahan daerah.
. Penpres inipun dianggap tidak sesuai dengan Pasal 18 UUD 1945 yang menghendaki
pengaturan melalui undang-undang. Selanjutnya ditetapkan Undang-undang No 18 Tahun 1965
tentang pemerintahan daerah. Berdasarkan undang-undang tersebut para eksekutif daerah
diperbolehkan menjabat di partai, sehingga tumbuh loyalitas para pemerintah daerah kedapa
pemerintah pusat dan juga kepada partai. Pada masa ini diperkenalkan istilah provinsi,
kabupaten, dan kecamatan. Namun, kemudian undang-undang ini direvisi karena dianggap
memberi otonomi yang seluas-luasnya yang seharusnya berupa otonomi nyata dan bertanggung
jawab. Hal inilah yang mendasari lahirnya undang-undang No 5 Tahun 1974, yang mempunyai 3
prinsip dasar yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Undang-undang inilah
yang paling lama berlakunya sampai masa sebelum reformasi.
Pasca Reformasi
Otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan diterbitkannya Undang-undang No 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah dan Undang-undang No 25 Tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, yang diresmikan pada tanggal 1 Januari 2001.
Undang-undang tersebut memuat dua misi utama yaitu, memuaskan semua daerah dengan
memberikan ruang partisipasi politik yang tinggi di tingkat daerah dan memuaskan daerah kaya
sumber daya alam yang “memberontak” dengan memberikan akses yang lebih besar untuk
menikmati sumber daya alam yang ada di daerah mereka masing-masing. Walaupun usianya
masih baru, namun telah banyak kritik untuk undang-undang tersebut. Setidaknya, terdapat dua
hal yang mendorong perlunya revisi terhadap undang-undang tersebut, yaitu pemerintah pusat
tak kunjung serius memberikan hak otonomi kepada pemerintahan di daerah dan desentralisasi
telah menggelembungkan semangat yang tak terkendali di kalangan sebagian elit di daerah
sehingga memunculkan sentimen kedaerahan yang kuat. Berbagai pembelajaran dan pengalaman
sepanjang 5 tahun pelaksanaan otonomi daerah ini kemudian mendorong dilakukannya
penyempurnaan terhadap regulasi yang ada, sehingga diterbitkannya Undang-undang No 32
Tahun 2004 dan Undang-undang No 33 Tahun 2004 yang merupakan revisi terhadap Undang-
undang No 22 Tahun 1999 dan Undang-undang No 25 Tahun 1999. Penyempurnaan terhadap
undang-undang tersebut untuk penyesuaian dengan ketentuan dalam UUD 1945.
Di dalam prakteknya bisa kita tunjukkan dengan contoh
Dalam kaitannya dengan Kepala Daerah baik untuk Dati I (Provinsi) maupun Dati II
(Kabupaten/Kotamadya), dicalonkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari sedikit-
dikitnya 3 orang dan sebanyak-banyaknya 5 orang calon yang telah dimusyawarahkan dan
disepakati bersama antara Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/Pimpinan Fraksi-fraksi
dengan Menteri Dalam Negeri, untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1
kali masa jabatan berikutnya, Hak, wewenang dan kewajiban sebagai pimpinan pemerintah
Daerah yang berkewajiban memberikan keterangan pertanggungjawaban kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah sekurang-kurangnya sekali setahun, atau jika dipandang perlu
olehnya, atau apabila diminta oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, serta mewakili Daerahnya
di dalam dan di luar Pengadilan.
Relasi antara tugas pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat dilihat dari adanya hubungan
dalam penyelenggaraan pemerintahan, Kebijakan desentralisasi dimaksudkan untuk memberikan
kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahwa tanggung jawab akhir dari
penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah adalah menjadi
tanggung jawab Pemerintah pusat karena dampak akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut
akan menjadi tanggung jawab negara.
Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah meliputi
1) Politik Luar Negeri
Mengangkat pejabat diplomatik dan menunjuk warga negara untuk duduk dalam jabatan
lembaga internasional, menetapkan kebijakan luar negeri, melakukan perjanjian dengan negara
lain, menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri, dan sebagainya.

2) Pertahanan
Misalnya mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan damai dan perang,
menyatakan negara atau sebagian wilayah negara dalam keadaan bahaya, membangun dan
mengembangkan sistem pertahanan negara dan persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib
militer, bela negara bagi setiap warga negara dan sebagainya

3) Keamanan
Misalnya mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menetapkan kebijakan keamanan
nasional, menindak setiap orang yang melanggar hukum negara, menindak kelompok atau
organisasi yang kegiatannya mengganggu keamanan negara dan sebagainya.
4) Yustisi
Misalnya mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jaksa, mendirikan lembaga
pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman dan keimigrasian, memberikan grasi,
amnesti, abolisi, membentuk undangundang, Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang,
Peraturan Pemerintah, dan peraturan lain yang berskala nasional, dan lain sebagainya.

5) Moneter dan Fiskal Nasional


Misalnya mencetak uang dan menentukan nilai mata uang, menetapkan kebijakan moneter,
mengendalikan peredaran uang dan sebagainya

6) Agama
Misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional, memberikan
pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan
kehidupan keagamaan dan sebagainya.
Urusan pemerintah yang menjadi urusan pemerintah daerah
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah diluar
urusan pemerintah , pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan sebagian
urusan pemerintahan kepada perangkat pemerintaha di Daerah atau dapat menugaskan kepada
pemerintah daerah berdasarkan atas tugas pembantuan.
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, terdiri atas urusan wajib dan
urusan pilihan. Urusan wajib artinya, penyelenggaraan pemerintahan yang berpedoman pada
standart pelayanan minimal, dilaksanakan secara bertahap dan diterapkan oleh pemerintah.
Adapun untuk urusan pemerintah yang bersifat pilihan, meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan skala provinsi
dan dalam skala kabupaten/kota meliputi:

1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan


2) Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
4) Penyedia sarana dan prasarana umum
5) Penanganan bidang kesehatan
6) Penyelenggaraan pendidikan
7) Penanggulangan masalah social
8) Pelayanan bidang ketenagakerjaan
9) Fasilitasi pengembangan koperasi,usaha kecil, dan menengah
10) Pengendalian lingkungan hidup
11) Pelayanan pertanahan
12) Pelayanan kependudukan dan catatan sipil
13) Pelayanan administrasi umum pemerintahan
14) Pelayanan administrasi modal
15) Penyelenggaraan pelayanan dasar lainya
16) Urusan wajib lainya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
Kesimpulan
1. jadi, keberadaan atau eksistensi dari asas otonomi daerah dan tugas pembantuan hingga saat
ini masih berlaku . dapat ditinjau dari masa sebelum kemerdekaan, sebelum reformasi, hingga
pasca reformasi. Oleh karena itu, segala aktifitas pemerintahan selalu diatur atau berdasarkan
asas desentralisasi, dekonsentrasi, serta tugas pembantuan yang dijadikan pedoman demi
tertatanya penyelenggaraan pemerintah.

2. Jadi dalam prakteknya yang terjadi adalah sentralisasi yang dominan dalam perencanaan
maupun implementasi pembangunan Indonesia. Salah satu fenomena paling menonjol dari
pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1974 ini adalah ketergantungan Pemda yang relatif tinggi terhadap
pemerintah pusat.
3. Hubungan pemerintah pusat dan daerah diibaratkan seperti suatu system dimana keduanya
harus saling melengkapi demi tercapainya tujuan Negara. Dan pemerintah pusat mengerjakan
urusanya jika ingin mendapat bantuan dari pemerintah daerah maka menggunakan tugas
pembantuan kepada pemerintah daerah. Lalu pemerintah daerah memiliki tugasnya sendiri untuk
mengatur daerahnya masing-masing sesuai dengan kebutuhan daerah otonomnya

Anda mungkin juga menyukai