Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah otonomi mempunyai arti kebebasan atau kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan, sehingga
daerah otonom itu diberi kebebasan atau kemandirian sebagai wujud pemberian kesempatan yang harus
dipertanggungjawabkan.
Otonomi daerah merupakan kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan pengambilan
keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri, serta mempunyai hubungan erat dengan
desentralisasi. Mafud MD, menyatakan bahwa desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus daerah mulai dari kebijakan,
perencanaan, sampai pada implementasi dan pembiayaan dalam rangka demokrasi. Otonomi adalah
wewenang yang dimiliki daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka desentralisasi.
Jadi, apabila suatu daerah tidak memiliki kemandirian maka daerah tersebut belum dikatakan daerah yang
sempurna.
Otonomi yang diberikan kepada daerah, pada dasarnya berhubungan dengan semangat demokratisasi,
dan berkaitan dengan usaha optimalisasi pemberian pelayanan kepada masyarakat. Secara konseptual titik
tekan pemberian otonomi daerah adalah kepada masyarakat lokal, bukan kepada pemerintah daerah atau
elit-elit lokal. Melalui otonomi daerah masyarakat tidak hanya memiliki peluang yang lebih besar untuk
berpartisipasi dalam pemerintahan, tetapi juga memiliki akses yang lebih luas untuk ikut mengawasi
jalannya pemerintahan dan pembangunan. Dengan demikian, otonomi daerah dapat berpengaruh positif
terhadap terbangunnya pemerintah yang bersih dan berwibawa.

Sebagai dampak dari Reformasi yang terjadi di tahun 1998, ditinjau dari segi politik dan
ketatanegaraan, adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak
sentralistik di pemerintah pusat ke arah sistem pemerintahan yang desentralistik di pemerintah daerah.
Pemerinntahan semacam ini memberikan keleluasaan kepada daerah dalam wujud ”Otonomi Daerah”
yang luas dan bertanggung jawab, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta, prakarsa dan aspirasi masyarakat sendiri atas dasar
pemerataan dan keadilan, serta sesuai dengan kondisi, potensi dan keragaman daerah.

Kebijakan Otonomi Daerah yang tertuang dalam UU No.22 tahun 1999 yang kemudian direvisi
menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan strategi baru yang membawa
harapan dalam memasuki era reformasi, globalisasi serta perdagangan bebas. Hal-hal pokok yang
menjiwai lahirnya undang-undang ini adalah demokratisasi, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat serta
terpeliharanya nilai-nilai keanekaragaman daerah. Hal tersebut muncul oleh karena kebijakan ini
dipandang sebagai jalan baru untuk menciptakan tatanan yang lebih baik dalam sebuah skema good
governancedengan segala prinsip dasarnya.

Dalam pelaksanaannya, otonomi daerah bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan
daerah sesuai dengan potensi lokal wilayahnya. Kedudukan pemerintah daerah terutama tingkat II
(Kabupaten/Kota) dalam sistem otonomi daerah menjadi sangat penting karena akan berperan sebagai
motor dalam pelaksanaan otonomi. Pemerintah daerah yang menguasai daerah yang lebih sempit daripada
pemerintah pusat diharapkan sangat memahami kondisi dan permasalahan wilayahnya secara lebih detail.
Dengan demikian, pembangunan daerah diharapkan akan berjalan secara pasif dan merata sampai pada
wilayah-wilayah daerah.
B. Rumusan Makalah
1. Sejarah dan Pengertian Otonomi Daerah
2. Asas dan Landasan Hukum Otonomi Daerah
3. Pendapat Seorang Tokoh terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia
4. Dampak Positif dan Negatif dalam Berbagai Aspek terhadap Otonomi Daerah

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Otonomi Daerah


Dari sisi sejarah perkembangan penyelenggaraan pemerintahan di daerah dalam merealisasikan
amanat konstitusi, telah di hadirkan berbagai peraturan perundangan yang mengatur penyelengaraan
pemerintahan di daerah, antara lain:

 Undang - undang Nomor 1 tahun 1945


 Undang - undang Nomor 22 tahun 1948
 Undnag - undang Nomor 1 tahun 1957
 Undnag - undang Nomor 18 Tahun 1965
 Undang - undang Nomor 5 Tahun 1974

Di samping terdapat penetapan presiden No.6 tahun 1959 (disempurnakan) dan No. 5 tahun1960
(disempurnakan). Pengalaman dalam melaksanakan berbagai ketentuan dimaksud menunjukkan berbagai
masalah yang mempunyai dampak tersendiri baik terhadap keutuhan Negara Kesatuan, Stabilitas Politik,
Keserasian hubungan Pusat dan Daerah maupun implikasi lain terhadap kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan.

Pada masa orde baru pemerintah mengeluarkan UU No. 5 tahun 1974 tentang pemerintah daerah
sebagai pengganti UU No. !8 tahu 1965, Sejalan dengan konfigurasi politik yang otoriter UU No. 5 tahun
1974 merupakan produk hukum yang cenderung konservatif atau ortodoks, di dalam undang-undang
tersebut istilah otonomi nyata dan seluas-luasnya tidak dipergunakan dan digantikan dengan otonomi
nyata dan bertanggung jawab.

Dominasi pusat atas daerah cukup menonjol seperti dapat terlihat pada cara pengangkatan kepala
daerah yang memberikan kekuasaan kepada pusat untuk menentukan tanpa terkait hasil pemilihan d
DPRD. Setelah itu pemerintah kembali mengeluarkan UU terkait otonomi daerah yaitu UU No. 22 tahun
1999 tentang pemerintah daerah sebagai pengganti UU No 5 tahun 1974. UU No. 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah pada prinsipnya mengatur penyelenggaraan pemerintah daerah yang lebih
mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi. Selanjutnya setelah UU no 22 tahun 1999 dirasa sudah
tidak layak lagi maka diganti dengan UU no 32 tahun 2004.

Pada umumnya hubungan kekuasaaan antara pusat dan daerah berdasarkan atas tiga asas yaitu
desentralisasi, dekonsentrasi, dan asas pembantuan. Negara Republik Indoonesia sebagai Negara kesatuan
menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan
keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daearah.

Pemerintah daerah adalah organ daerah otonom yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri
dalam rangka desentralisasi, sehingga dalam konteks Indonesia terwujud dalam bentuk Daerah Tingkat 1
dan Daerah Tingkat 2, sedangkan pemerintah wilayah adalah organ pemerintah pusat di wilayah - wilayah
administrative dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi yang terwujud dalam bentuk propinsi, kabupaten,
kota dan kecamatan.

Selanjutnya tinjauan mengenai otonomi para sarjana mengidentifikasikan ke dalam tiga asas, yaitu:

1) Asas Otonomi Formal


Dalam asas otonomi formal pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab antara pusat dan
daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri tidak di rinci di dalam undang-undang.
Pandangan yang di pakai dalam asas ini adalah bahwa tidak ada perbedaan sifat antara urusan
yang di selenggarakan oleh pemerintah pusat dan daerah. Dengan demikian asas otonomi formal
memberikan keleluasaan yang luas kepada daerah untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan sebagai urusan rumah tangganya sendiri.
2) Asas Otonomi Material
Asas otonomi material membuat secara rinci di dalam peraturan perundang-undangan pembagian
wewenang, tugas dan tanggung jawab antara pusat dan daerah. Semuanya di tetapkan secara pasti
dan jelas sehingga daerah memiliki pedoman yang jelas. Titik tolak pemikiran asas otonomi
material adalah adanya perbedaan mendasar antara urusan pemerintah pusat dan daerah. Urusan-
urusan pemerintahan itu dapat dipilah-pilah dalam berbagai lingkungan satuan pemerintah.
3) Asas Otonomi Riil
Asas otonomi riil merupakan jalan tengah antara asas otonomi formal dan material. Dalam asas
ini, penyerahan urusan kepada daerah otonom didasarkan pada factor-faktor riil. Dalam asas rii,
asas material berperan memberikan kepastian sejak awal mengenai urusan daerah. Melalui asas
material, urusan pangkal diserahkan dan dikembangkan dengan asas formal yang lebih memberi
kebebasan dan kemandirian.
Dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah, seorang kepala daerah dalam implementasi pola
kepemimpinannya seharusnya tidak hanya berorientasi pada tuntutan untuk memperoleh kewenangan
yang sebesar-besarnya, tanpa menghiraukan makna Otonomi Daerah itu sendiri yang lahir dari suatu
kebutuhan akan efisiensi dan efektivitas manajemen penyelenggaraan pemerintahan yang bertujuan untuk
memberi pelayanan yang lebik baik kepada masyarakat.

B. Pengertian Otonomi Daerah


Berbagai definisi tentang otonomi daerah telah banyak dikemukakan oleh pakar sebagai bahan
perbandingan dan bahasan dalam upaya menemukan pengertian yang mendasar tentang pelaksanaan
otonomi daerah sebagai manifestasi desentralisasi[5]. Otonomi dalam makna sempit dapat diartikan
sebagai mandiri. Sedangkan dalam makna yang lebih luas diartikan sebagai “berdaya”. Jadi, otonomi
daerah adalah kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai
kepentingan daerahnya sendiri. Jika daerah sudah mampu mencapai kondisi tersebut maka daerah apat
dikatakan sudah berdaya untuk melakukan apa saja secara mandiri tanpa tekanan dari luar.

C. Asas Penyelenggaraan Otonomi Daerah


Asas penyelenggaraan otonomi daerah terbagi menjadi 3yaitu:
1) Asas Desentralisasi.
Asas penyelenggaraan otonomi daerah yang terpenting adalah desentralisasi
(Latin:decentrum). Desentralisasi dapat diartikan “lepas dari pusat” atau “ tidak terpusat”.
Desentralisasi sebagai suatu sistem yang dipakai dalam bidang pemerintahan merupakan kebalikan
dari sentralisasi. Dalam sistem sentralisasi, kewenangan pemerintah, di pusat maupun di daerah,
dipusatkan dalam tangan pemerintahan pusat. Pejabat-pejabat yang ada di daerah hanya
melaksanakan kehendak pemerintah pusat. Dalam sistem desentralisasi sebagian kewenangan
pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak lain untuk dilaksanakan
Van Wijk dan Willem (dalam Lukman, 1977:55) menyatakan bahwa delegasi merupakan
penyerahan wewenang dari pejabat yang satu kepada pejabat yang lainnya, atau dari badan
administrasi satu kepada badan administrasi negara. Desentralisasi sebagai penyerahan
wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka NKRI terdapat
penyerahan wewenang. Wewenang itu adalah penyerahan sebagian wewenang pusat ke daerah
terhadap hal-hal tertentu yang diatur dalam undang-undang.
Ada empat aspek yang menjadi tujuan desentralisasi atau otonomi daerah dalam menata
jalannya pemerintahan yang baik, yaitu:
 dalam hal politik, untuk mengikutsertakan, menyalurkan inspirasi dan aspirasi
masyarakat, baik untuk kepentingan daerah sendiri maupun untuk mendukung
kebijakan nasional dalam rangka pembangunan proses demokrasi lapisan bawah.
 dalam hal manajemen pemerintahan, untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakat dengan memperluas jenis-jenis pelayanan dalam berbagai bidang
kebutuhan masyarakat.
 dalam hal kemasyarakatan, untuk meningkatkan partisipasi serta untuk
menumbuhkan kemandirian masyarakat, dengan melakukan usaha empowerment
masyarakat, sehingga masyarakat makin mandiri dan tidak terlalu banyak tergantung
pada pemberian pemerintah serta memiliki daya saing yang kuat dalam proses
pertumbuhan.
 dalam hal ekonomi pembangunan, untuk melancarkan pelaksanaan program
pembangunan guna tercapainya kesejahteraan rakyat yang makin meningkat.
2) Asas Dekonsentrasi.
Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabat-
pejabat di daerah. Pelimpahan wewenang berdasarkan asas dekonsentrasi adalah tetap menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat, baik dari segi policy,perencanaan, pelaksanaan, maupun
pembiayaan.
Wewenang yang dilimpahkan dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi ini adalah
(Penjelasan Pasal 14 UU No. 32 Tahun 2004):
 Bidang pemerintahan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota, seperti pekerjaan
umum, perhubungan, kehutanan, dan perkebunan.
 Bidang pemerintahan tertentu yang meliputi:
a) perencanaan dan pengendalian pembangunan regional secara makro.
b) pelatihan bidang tertentu, alokasi sumberdaya manusia dan penelitian yang
mencakup provinsi.
c) pengelolaan pelabuhan regional.
d) pengendalian lingkungan hidup, promosi budaya/pariwisata.
e) penanganan penyakit menular dan hama tanaman.
f) perencanaan tata ruang provinsi.
 Kewenangan daerah otonom Kabupaten/Kota setelah ada pernyataan dari daerah
yang bersangkutan tidak atau belum dapat melaksanakan kewenangannya.
Pelaksanaan kewenangan tersebut dilakukan dengan menselaraskan pelaksanaan
otonomi yang nyata, luas, dan bertanggung jawab.
3) Asas Tugas Pembantuan.
Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kota
kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu (Ketentuan Umum nomor 9, UU 32 Tahun 2004).
Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan desa, dan dari
daerah ke desa, untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya. Pelaksanaan asas tugas pembantuan ini
dapat dilaksanakan di provinsi, kota, dan desa. Oleh karena itu, pemerintah dalam melaksanakan
asas tugas pembantuan ini, pusat dapat menerapkan di provinsi sampai ke desa. Demikian juga
provinsi dapat memberikan tugas pembantuan kepada daerah kabupaten/kota sampai ke desa-
desa. Pelaksanaan tugas pembantuan ini senantiasa untuk memperkuat kedaulatan Indonesia
sebagai negara kesatuan.

D. Landasan Hukum Otonomi Daerah


Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk
republik”. Dengan demikian, adanya daerah yang mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga sendiri harus diletakkan dalam kerangka negara kesatuan bukan negara federasi[23]. Pasal
18 berbunyi sebagai berikut
 Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
 Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
 Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan perwakilan Rakyat
Daerah yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
 Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.
 Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya. Kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
 Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
 Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.

Di dalam Pasal 18A UUD 1945, disebutkan bahwa hubungan wewenang antara pemerintah
pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten
dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang.

Selanjutnya, dalam Pasal 18B UUD 1945 ditegaskan bahwa (1) Negara mengakui dan
menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang
diatur dengan undang-undang; (2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang.
E. Pendapat Seorang Tokoh Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah
Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri menyoroti penerapan otonomi daerah di Indonesia.
Menurut Mega, kebijakan otonomi daerah tidak memberikan manfaat bagi masyarakat di daerah karena
dana pemerintah daerah lebih banyak dihabiskan untuk belanja rutin daripada pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
"Kalau kita bisa berkata jujur APBD yang ada bisa dikatakan 90 persen itu habis untuk whatever
namanya biaya rutin," kata Megawati di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Selasa
(15/8/2017).
Menurut dia, kebijakan otonomi daerah saat ini sudah jauh dari nilai-nilai semangat membangun
daerah. Padahal, lanjut Mega, undang-undang otonomi daerah dikeluarkan untuk membangkitkan
kemandirian ekonomi daerah.
Mega juga menceritakan pengalamannya saat mengunjungi daerah yang baru saja dimekarkan, di sana
ia mengaku menemukan sebuah daerah yang belum mempunyai pembangunan fisik yang memadai dan
pos pengamanan.
Bahkan, kata Mega, pihak kepolisian pun menjawab kalau mereka belum mempunyai gedung pos
pengamanan.
Untuk itu, Mega mengaku kurang setuju dengan konsep otonomi daerah sejak awal. Perempuan yang
juga Ketua Umum PDIP itu menilai, konsep otonomi daerah tidak memperhatikan permasalahan ekonomi
daerah.
Mega pun meminta pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan otonomi daerah dan LIPI perlu meneliti
lebih lanjut tentang kebijakan tersebut.
"Saya sudah bilang juga kepada yang berwenang coba toh dievaluasi kembali dan saya kira LIPI pun har
meneliti," kata Mega.

F. Dampak Positif dan Negatif dalam Berbagai Aspek terhadap Otonomi Daerah
 Dampak Positif Secara Umum;
1)Setiap daerah bisa memaksimalkan potensi masing-masing.
2)Pembangunan untuk daerah yang punya pendapatan tinggi akan lebih cepat berkembang.
3)Daerah punya kewenangan untuk mengatur dan memberikan kebijakan tertentu.
4)Adanya desentralisasi kekuasaan.
5)Daerah yang lebih tau apa yang lebih dibutuhkan di daerah itu, maka diharapkan dengan otonomi
daerah menjadi lebih maju.
6) Pemerintah daerah akan lebih mudah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya, jika SDA
yang dimiliki daerah telah dikelola secara optimal maka PAD dan pendapatan masyarakat akan
meningkat.
7) Dengan diterapkannya sistem otonomi dareah, biaya birokrasi menjadi lebih efisien.
8) Pemerintah daerah akan lebih mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh
daerah tersebut. (Kearifan lokal yg terkandung dalam budaya dan adat istiadat daerah).
 Dampak Negatif Secara Umum;
1) Daerah yang miskin akan sedikit lambat berkembang.
2) Tidak adanya koordinasi dengan daerah tingkat satu karena merasa yang punya otonomi adalah
daerah Kabupaten/Kota.
3) Kadang-kadang terjadi kesenjangan sosial karena kewenangan yang di berikan pemerintah pusat
kadang-kadang bukan pada tempatnya.
4) Karena merasa melaksanakan kegiatannya sendiri sehingga para pimpinan sering lupa tanggung
jawabnya.
 Dampak Positif dari Segi Ekonomi;
Dari segi ekonomi banyak sekali keutungan dari penerapan otonomi daerah diantaranya;
pemerintahan daerah memberikan wewenang kepada masyarakat daerah untuk mengelola sumber
daya alam yang dimiliki di masing-masing daerah, dengan demikian apabila sumber daya alam yang
dimiliki telah dikelola secara maksimal maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan
meningkat. Dengan begitu masyarakat akan mandiri dan berusaha untuk mengembangkan suber daya
alam yang mereka miliki, karena mereka lebih mengetahui hal-hal apa saja yang terbaik bagi mereka.
Pengelolaan sumberdaya alam khususnya sumberdaya kelautan berbasis komunitas lokal sangatlah
tepat diterapkan di indonesia, selain karena efeknya yang positif juga mengingat komunitas lokal di
Indonesia memiliki keterikatan yang kuat dengan daerahnya sehingga pengelolaan yang dilakukan
akan diusahakan demi kebaikan daerahnya.
 Dampak Negatif dari Segi Ekonomi;
Namun demikian, sejak orde lama sampai berakhirnya orde baru, pemerintah pusat begitu
dominan dalam menggerakkan seluruh aktivitas negara. Dominasi pemerintah pusat terhadap
pemerintah daerah telah menghilangkan eksistensi daerah sebagai tatanan pemerintahan lokal yang
memiliki keunikan dinamika sosial budaya tersendiri, keadaan ini dalam jangka waktu yang panjang
mengakibatkan ketergantungan kepada pemerintah pusat yang pada akhirnya mematikan kreasi dan
inisiatif lokal untuk membangun lokalitasnya. Dan dengan adanya penerapan sistem ini membukan
peluang yang sebesar-besarnya bagi pejabat daerah (pejabat yang tidak benar) untuk melalukan
praktek KKN.
 Dampak Positif dari Segi Sosial Budaya;
Dengan diadakannya desentralisasi akan memperkuat ikatan sosial budaya pada suatu daerah.
Karena dengan diterapkannya desentralisasi ini pemerintahan daerah akan dengan mudah untuk
mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut. Bahkan kebudayaan tersebut dapat
dikembangkan dan di perkenalkan kepada daerah lain. Yang nantinya bisa di jadikan symbol daerah
tersebut.
 Dampak Negatif dari Segi Sosial Budaya;
Dapat menimbulkan kompetisi yang tidak sehat anatar daerah karena setiap ingin
menonjolkan kebudayaan masing-masing dan merasa bahwa kebudayaannya paling baik.
 Dampak Positif dari Segi Keamanan Politik;
Dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya untuk mempertahankan kesatuan
Negara Indonesia, karena dengan diterapkannya kebijakna ini akan bisa meredam daerah-daerah yang
ingin memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-daerah yang merasa kurang puas dengan sistem atau
apa saja yang menyangkut NKRI).
 Dampak Negatif dari Segi Keamanan Politik;
Disatu sisi otonomi daerah berpotensi menyulut konflik antar daerah satu dengan yang lain.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Otonomi daerah adalah suatu keadaan yang memungkinkan daerah dapat mengaktualisasikan segala
potensi terbaik yang dimilikinya secara optimal.Dimana untuk mewujudkan keadaan tersebut,berlaku
proposisi bahwa pada dasarnya segala persoalan sepatutnya diserahkan kepada daerah untuk
mengidentifikasikan,merumuskan,dan memecahkannya, kecuali untuk persoalan-persoalan yang memang
tidak mungkin diselesaikan oleh daerah itu sendiri dalam perspektif keutuhan negara- bangsa. Dalam
Sidang Tahunan MPR tahun 2000 telah pula ditetapkan Ketetapan MPR No.IV/MPR/2000 tentang
Kebijakan dalam Penyelenggaran Otonomi Daerah yang antara lain merekomendasikan bahwa prinsip
otonomi daerah itu harus dilaksanakan dengan menekankan pentingnya kemandirian dan keprakarsaan
dari daerah-daerah otonom untuk menyelenggarakan otonomi daerah tanpa harus terlebih dulu menunggu
petunjuk dan pengaturan dari pemerintahan pusat. Bahkan,kebijakan nasional otonomi daerah ini telah
dikukuhkan pula dalam materi perubahan Pasal 18UUD 1945.
Otonomi Daerah dapat dikatakan sudah berdaya untuk melakukan apa saja secara mandiri tanpa
tekanan dari luar. Dan bahwa otonomi daerah dapat memberi peluang kepada masyarakat untuk memiliki
kesempatan untuk memperoleh pelayanan publik dengan lebih baik, memiliki akses lebih terbuka untuk
berpartisipasi dalam pemerintahan dan pembangunan, serta memiliki kesempatan lebih luas untuk secara
aktif melaksanakan peran mengawasi penyelanggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Adapun dampak positif dan negatif dari otonomi daerah adalah pemilihan kepala daerah langsung,
hubungan antara provinsi dengan kabupaten/kota, hubungan antara eksekutif dan legislatif, distorsi putera
daerah, kemunculan raja lokal, timbulnya konflik batas wilayah, munculnya kesempatan bagi oknum-
oknum di tingkat daerah untuk melakukan berbagai pelanggaran, munculnya pertentangan antara
pemerintah daerah dengan pusat, serta timbulnya kesenjangan antara daerah yang pendapatannya tinggi
dangan daerah yang masih berkembang.Bisa dilihat bahwa masih banyak permasalahan yang mengiringi
berjalannya otonomi daerah di Indonesia. Permasalahan-permasalahan itu tentu harus dicari
penyelesaiannya agar tujuan awal dari otonomi daerah dapat tercapai.

B. Saran
Dari kesimpulan yang dijabarkan diatas, maka dapat diberikan saran antara lain:
 Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintah
daerah, potensi dan keanekaragaman daerah.
 Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab tetap dijadikan acuan dengan meletakkan
pelaksanaan otonomi pada tingkat daerah yang paling dekat dengan masyarakat.
 Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintah daerah juga perlu diupayakan.
Kesempatan yang seluas-luasnya perlu diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan
mengambil peran. Masyarakat dapat memberikan kritik dan koreksi membangun atas kebijakan
dan tindakan aparat pemerintah yang merugikan masyarakat dalam pelaksanaan Otonomi
Daerah. Karena pada dasarnya Otonomi Daerah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat juga perlu bertindak aktif dan berperan serta dalam
rangka menyukseskan pelaksanaan Otonomi Daerah.
 Pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sebaiknya membuang
jauh-jauh egonya untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompoknya dan lebih
mengedepankan kepentingan masyarakat. Pihak-pihak tersebut seharusnya tidak bertindak egois
dan melaksanakan fungsi serta kewajibannya dengan baik.
 Sebaiknya dalam pembuatan aturan otonomi di daerah dapat lebih memperhatikan kebutuhan
masyarakat di daerah itu sendiri, dan untuk memajukan daerah tersebut, bukan hanya untuk
mencari kekuasaan yang sebesar-besarnya dan bukan hanya untuk kepentinngan individu atau
kelompok.
”Mengeluarkan suatu kebijakan ibarat melemparkan batu kedalam air, pasti akan menimbulkan riak,
namun riaknya air akan hilang ketika batu telah sampai kepada dasar atau kedalaman tertentu.” Begitu
juga kebijakan otonomi daerah yang menimbulkan pro dan kontra sebagai suatu konsekuensi logis yang
harus disikapi oleh seluruh masyarakat menuju proses pendewasaan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

 Utang rosidin, sh, MH, Otonomi daerah dan desentralisasi, Bandung,cu pustaka setia.
 Mudrajad kuncoro, Ph.D. Otonomi daerah dan pembangunan daerah. Jakarta,Erlangga 2004
 Amrah Muslimin, aspek-aspek Hukum Otonomi Daerah, Bandung:Alumni,1986.
 Sujamto, Otonomi Daerah yang Nyata dan bertanggung jawab, ghalia Indonsesia, Jakarta, 1990.
 http://www.transparansi.or.id/otoda/perkembangan.html
 Drs.Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi daerah di Negara Republik Indonesia, jakarta, PT raja
grafindo persada
 Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1998.
 .w. Widjaja, Titik Berat Otonomi, Rajawali Pers, Jakarta, 1992.
 Bagir Manan, Hubungan antara Pusat dan Daerah Berdasarkan Asas Desentralisasi Menurut
UUD 1945, fak pasca sarjana universitas padjajdaran, Bandung, 1990.
 Ateng Syafrudin, Pasang Surut Otonomi Daerah, Binacipta, 1985.
 Deddy Supriady Bratakusumah, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Pt. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2002
 Moh Mahfud MD, Op. Cit.
 Deddy Supriady Bratakusumah, Op. Cit.
 Sujamto, Otonomi Daerah yang Nyata dan bertanggung jawab, ghalia Indonsesia, Jakarta, 1990.
 J. Kaloh, Kepemimpinan Kepala Daerah, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
 Sri Soemantri Martosoewignjo. Dasar-dasar Politik Hukum, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2011.
 Dr. H.siswanto sunarno,SH,M.H. Hukum pemerintahan daerah di indonesia.jakarta, Sinar
grafika,2008.
 Armen Yasir, Hukum Perundang-undangan, Bandar Lampung:Penerbit Universitas Lampung
2007.
 Bagir Mnan(a),Dasar-dasar Konstitusional peraturan Perundang-undangan Nasional,
Padang;Fakultas Hukum Andalas,1994.
 Surachmin,Azas dan prinsip hukum serta penyelenggaraan Negara, jakarta;Yayasan Gema
Yustisia Indonesia.
 Marzuki, M. Laica, 2007. “Hakikat Desentralisasi Dalam Sistem Ketatanegaraan RI – Jurnal
Konstitusi Vol. 4 Nomor 1 Maret 2007″, Jakarta : Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI.
 Siregar, Faris. 2011. Hambatan Pelaksanaan Otonomi Daerah. Dari
http://catatankuliahpraja.blogspot.com/2011/09/hambatan-pelaksanaan-otonomi-daerah.html,
dikutip pada 23 januari 2016
 Arthur, Muhammad. 2012. Menggugah Peran Aktif Masyarakat dalam Otonomi Daerah.
 http://alunandialektis.wordpress.com/2013/05/13/dampak-kebijakan-otonomi-daerah-terhadap-
tata-kelola-sumber-daya-alam-untuk-mendorong-pembangunan-daerah-di-indonesia/
 http://aga-prima.blogspot.com/2012/06/pengaruh-otonomi-daerah-terhadap-sistem.html
 http://restudara10.blogspot.com/2012/12/otonomi-daerah-dampak-positif-dan.html
 http://my-world-ly2k.blogspot.com/2012/02/dampak-positif-dan-negatif-otonomi.html
 http://tugas-akuntansi.blogspot.com/2011/12/ringkasan-otonomi-daerah.html
 http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20121006210107AAopxzq
 http://indahcintaaa.blogspot.com/2012/12/dampak-positif-dan-negatif-dari-otonomi.html
 http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20111114221851AAXcbDj

Anda mungkin juga menyukai