Anda di halaman 1dari 9

PERTEMUAN KE 2:

POKOK –POKOK ILMU NEGARA

A. TUJUAN BELAJAR

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Pokok – Pokok Ilmu Negara

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan tentang Pokok –pokok Ilmu Negara

3. Mahasiswa dapat memahami tentang Ilmu Negara

4. Mahasiswa dapat menunjukkan sikap tentang Pokok –pokok Ilmu Negara

B. URAIAN MATERI

Ilmu negara : dasarnya/ esensinya teoritis

Istilah Ilmu negara :

1. Thomas Aquino (1225-1274)

Tokoh yang penting pada abad ini adalah Thomas van Aquino. Menurut

pendapatnya dalam menerangkan kedudukan negara di dalam masyarakat berpangkal

pada manusia sebagai makhluk masyarakat (animal social) disamping manusia sebagai

makhluk politik (animal politicum). Karena manusia sebagai makhluk masyarakat

menurut kodratnya, maka ia tidak bisa hidup dalam suatu pergaulan masyarakat dan

senantiasa mencari masyarakat itu.

Filsafat Thomas Aquinas bersifat finalities, ini berarti bahwa apa yang menjadi

tujuannya itu dikemukakan terlebih dahulu, baru kemudian harus diusahakan supaya

tujuan itu dapat tercapai.

Pendapat Thomas Aquino tentang perimbangan kedudukan atau kekuasaan antara

negara dan gereja, yaitu dikatakan olehnya bahwa organisasi negara yang dipimpin oleh
raja mempunyai kedudukan sama dengan organisasi gereja yang dipimpin oleh Paus.

Hanya saja masing-masing organisasi itu mempunyai tugas yang berlainan. Tugas atau

kekuasaan negara adalah lapangan keduniawian, sedang tugas atau kekuasaan gereja

adalah dalam lapangan kerohanian, keagamaan.

Menurut Thomas Aquino bentuk pemerintahan yang paling baik adalah Monarki.

Karena tujuan negara itu adalah selain member kemungkinan supaya manusia itu dapat

mencapai kemulyaan yang abadi, juga supaya manusia itu hidup susila. Hal ini dapat

terlaksana apabila terdapat perdamaian di dalam masyarakat dan untuk ini yang

terpenting adalah adanya persatuan dan kesatuan. Oleh karena itu Monarki dipimpin oleh

satu orang tunggal, maka Monarki adalah yang paling ideal.

Thomas Aquino mengadakan perbedaan hukum dalam empat golongan, yaitu:

1. Hukum abadi atau lex aeterna, ini adalah hukum dari keseluruhannya yang berakar

dalam jiwa Tuhan

2. Hukum Alam. Manusia adalah sebagai makhluk yang berpikir, maka ia merupakan

bagian daripada Nya. Ini adalah merupakan hukum alam.

3. Hukum positif. Ini adalah pelaksanaan dari hukum alam oleh manusia, yang

disesuaikan dengan syarat-syarat khusus yang diperlukan untuk mengatur soal-soal

keduniawian di dalam negara.

4. Hukum Tuhan. Ini adalah hukum yang mengisi kekurangan-kekurangan daripada

pikiran manusia dan memimpin manusia dengan wahyu-wahyunya kea rah kesucian

untuk hidup di alam baka dan ini dengan cara yang tidak mungkin salah. Wahyu-wahyu

inilah yang akhirnya terhimpun dalam kitab-kitab suci.


Tentang keadilan, Thomas Aquinas mengatakan bahwa keadilan adalah kemauan, yaitu

kemauan untuk memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Disamping

itu orang harus juga mengusahakan kepatutan, seperti yang telah diajarkan oleh

Aristoteles. Undang-undang tertulis dapat dianggap sebagai hukum dan keadilan dan

yang mendapat kekuasaan dari hukum alam.

Ajaran Thomas Aquinas merupakan puncak dari pemikiran pada abad pertengahan dan

berada pada titik balik dari pertumbuhan kebudayaan berikutnya. Sementara itu orang

mulai kelihatan melepaskan pikiran yang teokratis, ini terjadi sebagai akibat perubahan

social dan perkembangan aliran filsafat yang nominalistis.

2. F. Oppenheimer

Di dalam bukunya Die Sache, mengatakan bahwa negara itu adalah merupakan

suatu alat dari golongan yang kuat untuk melaksanakan suatu tertib masyarakat, yang

oleh golongan yang kuat tadi dilaksanakan kepada golongan yang lemah, dengan maksud

untuk menyusun dan membela kekuasaan dari golongan yang kuat tadi, terhadap orang-

orang baik dari dalam maupun luar, terutama dalam sistem ekonomi. Sedangkan tujuan

terakhir dari semuanya adalah penghisapan ekonomis terhadap golongan yang lemah tadi

oleh golongan yang kuat.

3. R. Kranenburg
Mengenai pendapatnya tentang negara Kranenburg mengatakan bahwa negara itu

pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok

manusia yang disebtu bangsa. Jadi menurut Kranenburg terlebih dahulu harus ada

sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu organisasi,

dengan tujuan untuk memelihara dari kepentingan kelompok tersebut. Maka disini yang

primer atau yang utama dan yang terpenting harus ada adalah kelompok manusianya.

Sedangkan negara itu adalah sekunder, artinya adanya itu menyusul kemudian dam

adanya itu hanya dapat kalau berdasarkan atas suatu kelompok manusia yang disebut

bangsa.

Pendapat Kranenburg tersebut di atas kiranya didasarkan atau dikuatkan dengan

alasan-alasan bahwa pada zaman modern ini terdapat formasi-formasi kerjasama

internasional, atau antara bangsa-bangsa. Misalnya Perserikatan Bangsa-bangsa. Di sini

yang menjadi anggota nya adalah negara-negara. Tetapi mengapa disebut Perserikatan

Bangsa-bangsa? Bukan United States, Melainkan United Nations. Hal yang demikian

menurut Kranenburg menunjukkan bahwa menurut pandangan modern, bangsa itu

menjadi dasar dari negara. Jadi bangsalah yang primer, yang harus terlebih dahulu, baru

kemudian menyusul adanya negara, jadi negara sifatnya sekunder.

Krenenburg beranggapan pengelompokan manusia itu didasarkan atas empat

macam ukuran yaitu:

a. Pengelompokan berada pada suatu tempat tertentu dan teratur

b. Pengelompokan pada suatu tempat tertentu tetapi tidak teratur

c. Pengelompokan tidak berada pada suatu tempat tetapi teratur

d. Pengelompokan tidak berada pada suatu dan tidak teratur.


4. Aliran Fasisme

Kira-kira pada tahun 1922-1944 sebelum Perang Dunia Kedua selesai, di Italia

terdapat suatu paham yang berpengaruh dan disebut Fasisme. Ajarannya pertama-tama

menolak adanya negara hukum yang demokratis di mana dalam negara demokratis diakui

adanya hak-hak kemerdekaan manusia. Sebagai kelanjutan dari paham ini ialah tidak

diakuinya pembagian kekuasaan yang hendak mencegah adanya tidakan-tindakan

sewenang-wenang. Pembagian kekuasaan dianggap sebagai sekunder, kedaulatan

tertinggi terletak pada negara dan tidak diakui adanya kekuasaan yang lebih tinggi dari

negara. Tidak boleh ada pendapat yang bertentangan dengan negara dan semuanya adalah

untuk kepentingan negara. Jika semua kekuasaan dipusatkan pada negara maka yang

memegang kekuasaan itu adalah Duce pemimpin atas Capodel Governo. Dalam negara

hanya terdapat satu partai sebagai elit dan partai-partai lainnya tidak diakui. Negara

adalah satu dan sama. Karena sifat-sifatnya ini maka negara fasis mempunyai ciri

otoriter, totaliter, dan korporatif. Jadi dalam negara fasis orang tidak mengenal negara

hukum yang dapat menjamin kebebasan hukum dan kebebasan politik daripada

warganegaranya.

Kebebasan dalam hukum dan kebebasan dalam politik berarti mengakui adanya

kebebasan individu-individu, sedangkan individu dalam negara Fasis tidak ada artinya.

Individu merupakan bagian daripada korporasi dan korporasi-korporasi itu adalah

merupakan bangsa Italia.

Bangsa Italia sebagai suatu kesatuan moral, politik, dan ekonomi kini menjelma

menjadi negara. Kepribadian tertinggi terletak pada negara dan tidak lagi pada bangsa

Italia, sehingga bukan Italia yang membentuk negara melainkan negara Italia yang
membentuk bangsanya. Negara Fasis meripakan negara yang paling berkuasa dan

menentukan segala kekuatan baik dalam bidang moral maupun dalam bidang intelektual

dari individu-individu. Tugas negara tidak hanya terbatas pada bidang tata tertib saja

seperti halnya dalam negara liberal dan juga tidak hanya merupakan alat untuk

membatasi kebebasan individu saja, lebih daripada itu negara mengatur seluruh

kehidupan manusia dengan disiplin yang keras mempengaruhi kemauan serta pikirannya.

Negara merupakan pusat inspirasi yang mendalam bagi setiap bangsa Italia dan

menanamkan kemungkinan dari tindakannya dalam bidangnya masing-masing baik ia

adalah seorang sarjana, seniman atau pedagang.

Pengerahan setiap warganegaranya adalah untuk menaklukan negara-negara

disekitar Italia dan kemudian hendak membentuk suatu Imperium dunia. Hal seperti ini

telah disimpan dalam dada setiap orang Italia. Inilah yang menjadi tujuan akhir dari

negara Fasis. Oleh karena itu tujuannya tidak objektif maka dilihat dari segi Ilmu Negara

ia tidak mempunyai arti sebagai Ilmiah.

5. Liberalisme

Aliran ini sudah lama timbul sebagai reaksi dari paham Mercantilisme yang hidup

pada abad 16, 17, 18 dan 19 di negara-negara Barat yang melaksanakan plitik ekonomi

berdasarkan sistem perdagangan yang menguntungkan. Negara yang menganut aliran ini

hendak mengusahakan agar ekspor lebih besar dari impor sehingga pemasukan uang

lebih banyak daripada pengeluarannya. Pada awal abad ke 17 Menteri Colbert dari

Perancis melaksanakan politik ekonomi dengan sistem mercantilisme guna memperoleh


emas dan perak terutama dari pihak Spanyol yang pada waktu itu menjadi negara yang

sangat kaya karena banyaknya jajahan di Amerika Selatan.

Paham Liberalisme ditujukan kepada kebesaran dalam bidang ekonomi dan

politik. Dalam bidang ekonomi terutama dimaksudkan sebagai kemerdekaan dan

kebebasan yang leluasa dalam mencapai kemakmuran rakyatnya. Untuk mencapai ini

negara dilarang ikut campur tangan jika terjadi perselisihan di antara rakyatnya satu sama

lain di dalam penyelenggaraan kemakmurannya masing-masing. Dalam lapangan

ekonomi paham ini terkenal seperti yang diajarkan oleh Adam Smith. Dengan adanya

aliran liberalism ini maka tampak dengan jelas perbedaan antara negara dengan

masyarakat atau antara penguasa dengan yang dikuasai atau antara pemerintah dengan

rakyatnya.

Paham ini mula-mula dikemukakan oleh Emmanuel Kant yang menghendaki

kebebasan rakyat dari campur tangan pemerintah dengan mengemukakan unsur-unsur

yang penting dalam negara hukum seperti hak asasi manusia dan pembagian kekuasaan

negara. Dari ajaran Emmanuel Kant ini ternyata bahwa negara hukum tidak dapat

dipertahankan lagi tanpa campur tangan pemerintah terhadap kemakmuran rakyatnya.

Pemerintah tidak bisa tinggal diam walaupun campur tangannya terhadap kepentingan

rakyat harus dibatasi dengan undang-undang. Yang sangat menarik perhatian dengan

filsafatnya, paham liberalisme ini membiarkan setiap individu mengembangkan bakatnya

masing-masing, tanpa paksaan, tekanan dan lain-lain. Dengan filsafat hidup ini mereka

beranggapan bahwa kebahagiaan hidupnya akan tercapai Dari sini mulai lahir pengertian

free fight competition yang membawakan bermacam-macam akses di dalam masyarakat.

Akses itu antara lain perlombaan dalam mendapat keuntungan ekonomi dan sebagai
akibatnya timbul segolongan kecil manusia yang memiliki modal di dalam masyarakat

dan menguasai golongan yang terbanyak dalam masyarakat yang hidupnya tergantung

mereka.

6. Nasional Sosialisme

Dalam waktu yang bersamaan denga Fasisme di Italia, paham ini mempunya

pengaruh yang besar sekali di Jerman sebelum Perang Dunia II. Kalau menurut paha

Fasisme, negara adalah yang paling dan yang paling berkuasa maka menurut paham

Nasiona Sosialisme Jerman adalah Fuhrer, Reichstag tidak mempunya arti sama sekali

dan hanya sekali ia berkumpul kalau diperlukan oleh Fuhrer untuk memberitahukan apa

yang sudah dan apa yang akan dijalankan olehnya. Paham Nasional Sosialisme itu

dihidupkan di atas mytos bangsa Jerman yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari

semua bangsa-bangsa di dunia baik mengenai ciri-ciri jasmaniahnya maupun ciri-ciri

rohaniahnya. Melalui ajarannya mengenai ras, para sarjana Jerman hendak membuktikan

bahwa ia adalah keturunan dari dewa-dewa yang disebut sebagai das Herrnvolk yang

mempunyai bakat-bakat yang lebih tinggi dari bangsa-bangsa lainnya di dunia. Adalah

suatu panggilan dari bangsa Jerman untuk membentuk negara Germania yang besar yang

hendak menyamai Imperium Romawi dahulu. Anehnya kalau bangsa Romawi dahulu

dikalahkan oleh Bangsa Germania maka sekarang bangsa Germania ingin meniru bangsa

Romawi maka sekarang bangsa Germania ingin meniru bangsa Romawi. Juga seperti

halnya dengan pihak Fasisme, paham ini sesudah Perang Dunia II selesai tidak

mempunyai tempat yang subur sebagai ilmiah.


C. LATIHAN/TUGAS

1. Bagaimana bentuk pemerintahan yang baik menurut Thomas Aquino ?

2. Krenenburg beranggapan pengelompokan manusia itu didasarkan atas empat macam

ukuran, sebutkan!

3. Apa yang dimaksud dengan Paham Liberalisme?

4. Filsafat Thomas Aquinas bersifat finalities, mengapa demikian?

5. Menurut saudara, apa perbedaan antara Paham Liberalisme dengan Paham Nasional

Sosialisme?

D. REFERENSI

Abu Daud Busroh. (1990). Aksara Ilmu Negara. Jakarta: Bumi

Budiyanto. (2000). Dasar-dasar Ilmu Tata Negara untuk SMU. Jakarta: Erlangga.

C.S.T Kansil. (2001). Ilmu Negara (Umum dan Indonesia). Jakarta: Pradnya Paramita

Miriam Budiarjo. (1995). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Moh. Kusnardi dan Bintan Saragih. (1998). Ilmu Negara. Jakarta: Mega Media Pratama.

M.Solly Lubis. (1998). Ilmu Negara. Bandung: Penerbit Alumni.

Anda mungkin juga menyukai