Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH OTONOMI DAERAH DI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Otonomi Daerah

Disusun oleh:

Zayina arfiyanti 5121600018

Asa Salsabila 5121600027

Nasywa Ghina Z 5121600042

Riska Finia Cahyaningtyas 5121600051

Puji Astuti 5121600054

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

1
2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul Otonomi Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Makalah ini disampaikan untuk memenuhi syarat penilaian mata kuliah Hukum
Otonomi Daerah. Kami mengharapkan dengan membaca makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan yang akan didapatkan bagi para pembaca.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
sebab itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tegal, 20 Desember 2022

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya negara
kesatuan Republik Indonesia sudah dikenal adanya otonomi daerah yang

2
dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar 19451. Sedangkan inti dari
pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keleluasaan pemerintah
daerah (dioscretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri
atas dasar prakarsa, kreatifitas, dan peran serta masyarakat dalam rangka
mengembangkan dan memajukan daerahnya. Tujuan pemberian otonomi
daerah adalah untuk menjamin, mekanisme demokrasi ditingkat daerah untuk
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat baik untuk kepentingan
daerah setempat maupun untuk mendukung kebijaksanaan politik nasional
dalam era reformasi saat ini.
Sebagai respon atas tuntutan reformasi, pemerintah dengan cukup
cepat telah melakukan perubahan yang cukup mendasar atas
berbagai UU dalam bidang politik dari yang berwatak
sentralistisotoritarian ke otonomi-demokratis. Setelah berhasil
menyusun tiga UU bidang politik yang menjadi landasan pelaksanaan
pemilu tahun 1999 pemerintah segera menyusulinya dengan UU baru
dalam bidang politik khusus mengenai hubungan kekuasaan antara
pusat dan daerah yakni UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah dan UU No 25 Tahun 1999 tentang Hubungan Keuangan antara
Pusat dan Daerah.
Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk
meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat disamping sebagai pendidikan politik
ditingkat lokal. Pertimbangan dan syarat lain yang memungkinkan
daerah itu dapat menyelenggarakan dan mewujudkan tujuan
dibentuknya daerah dan diberikannya otonomi daerah. Pemerintah
dapat menetapkan kawasan khusus di daerah otonomi untuk
menyelenggarakan fungsi – fungsi pemerintahan tertentu yang
bersifat khusus dan untuk kepentingan nasional/ berskala nasional
yang bertujuan “khusus” untuk kepentingan-kepentingan dan
bermanfaat bagi Indonesia. Salah satu daerah otonomi khusus ini
ialah Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah diakui daerah otonomi
khusus pada UU No.13 tahun 2012 tentang keistimewaan Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah

3
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1) Apa pengertian Otonomi Daerah secara umum?
2) Bagaimana proses pembentukan wilayah otonomi khusus oleh Daerah
Istimewa Yogyakarta?
3) Bagaimana wewenang yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta?
4) Apa dampak dari otonomi daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.Mengetahui Definisi Otonomi Daerah
2. Mengetahui proses pembentukan wilayah otonomi khusus oleh Daerah
Istimewa Yogyakarta
3. Mengetahui wewenang yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta
4. Mengetahui dampak positif dan dampak negatif dari otonomi khusus yang
diberikan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Otonomi Daerah secara umum


Secara Etimologi “Otonomi Daerah” berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
autos dan namos, autos artinya sendiri, sedangkan namos artinya aturan. Sehingga
definisi otonomi daerah adalah kewenangan untuk mengatur sendiri pemerintah
dan kepentingan madyarakatnya yang dilakukan oleh suatu daerah.
Selain itu ada beberapa definisi Otonomi Daerah yang dikemukakan oleh
Para Ahli.

4
 Benyamin Hoesein: Pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat di bagian
wilayah nasional Negara secara informal berada diluar pemerintahan pusat
 Philip Mahwood: Regional autonomy adalah hak dari masyarakat sipil
untuk mendapatkan kesempatan serta perlakuan yang sama, baik dalam hal
mengekspresikan, berusaha mempertahankan kepentingan mereka masing
– masing dan ikut serta dalam mengendalikan penyelenggaraan kinerja
pemerintah daerah
2.2 Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah otonomi
khusus
Pada saat ini Kraton Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X
dan Puro Pakualaman oleh Sri Paduka Paku Alam IX. Keduanya memainkan
peranan yang sangat menentukan di dalam memelihara nilai-nilai budaya dan
adat-istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta. Dengan
dasar pasal 18 Undang-undang 1945, Dewan Perwakilan Rakyat Propisni Daerah
Istimewa Yogyakarta menghendaki agar kedudukan sebagai Daerah Istimewa
untuk Daerah Tingkat I, tetap lestari dengan mengingat sejarah pembentukan dan
perkembangan Pemerintahan Daerahnya yang sepatutnya dihormati.
Pasal 18 undang-undang dasar 1945 itu menyatakan bahwa “pembagian Daerah
Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar
permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan Negara dan hak-hak asal-usul
dalam Daerah-daerah yang bersifat Istimewa“. Sebagai Daerah Otonom setingkat
Propinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-undang No.3
tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut. Disebutkan
bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas Daerah/Kasultanan
Yogyakarta dan Daerah Pakualaman.
Dalam perjalanan menjadi daerah otonomi khusus, Yogyakarta mendabatkan
kecaman serta perdebatan yang hanya bisa dipecahkan dengan cara kajian dan
masukan dari masyarakat luas. Hal ini membuat terjadi perubahan Undang-
undang untuk keistimewaan Yogyakarta,diantaranya :
1. Dalam perumusan Undang-Undang nomer I tahun 1957 tentang pokok

5
pokok pemerintahan daerah, 4 masalah pokok yang diperdebatkan itu
dipecahkan menjadi pasal-pasal undang –undang sebagi berikut:
- Sistem otonomi real, yaitu kesempatan bagi daerah-daerah untuk
menunaikan tugasnya secara penuh sesuai bakat dan kesanggupannya agar dapat
berkembang secara luas.
- Tingkat daerah yang ditetapkan dalam undang-undang adalah pendapat
pemerintah yaitu dua tingkat daerah otonom dan kalau dperlukan tiga tingkat.
- Kepala daerah harus mendapat kepercayaan dan diserahi kekuasaan atas
kepercayaan rakyat itu.
- Undang-undang membebankan pengawasan kepada menteri dalam negeri
untuk daerah tingkat I dan kepada DPD setingkat lebih atas untuk daerah-daerah
lain yaitu dengan menangguhkan atau membatalkan peraturan serta keputusan
DPRD atau DPD yang tidak sesuai atau bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi atau kepentingan umum.
Dengan UU nomer 1/ 1957 ini pertentangan antara pemerintah pusat yang
menginginkan daerah-daerah dapat dikontrol dengan ketat dengan lembaga-
lembaga serta birokrasi pemerintahan dan daerah yang menginginkan otonomi
seluas-luasnya dikompromikan oleh pemerintah dan DPR.
2. Setelah UU No. 1 / tahun 1957, ternyata masalah kembali timbul, dimulainya
pesta demokrasi Indonesia dalam kurun waktu tahun 1999 sampai dengan 2009
masih membuat orang bertanya-tanya mengenai penetapan gubernur dan wakil
gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut. Ke depannya, apakah akan di
gantikan atau diberi kekuasaan penuh yang sesuai dengan aturan yang telah di
tetapkan UUD 1945. Perjuangan rakyat Yogyakarta dalam mengawal
keistimewaannya sebagaimana Amanat Maklumat 5 September 1945 dari Sultan
Hamengku Buwono IX dan Adipati Paku Alam VIII, yang menyatakan bahwa
Kesultanan Ngayogyakarto Hadiningrat menjadi bagian dari NKRI, merupakan
perjuangan yang tak boleh selesai pada tahapan telah disahkannya UUK DIY saja.
Kemudian pada tahun 2012 ditetapkanlah UU Nomer 3 / tahun 2012 tentang
keistimewaan Yogyakarta yang dibagi menjadi 3 bahasan pokok utama yaitu :

6
- Penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta,
Pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY disepakai melalaui
penetapan Sultan dan Pakualam yang terdaftar masing-masing sebagai Gubernur
dan Wakil Gubernur DIY.
- Sumber dan mekanisme penyaluran dana keistimewaan Yogyakarta
bersumber dari APBN dan juga memperhatikan kebutuhan pemerintah
Yogyakarta, proses pelaksanaannya dilaksanakan melalui transfer ke daerah.
- Penyelenggaraan keistimewaan di bidang pertanahan keistimewaan
dilakukan dengan ketentuan Sultan dan Pakualaman ground merupakan badan
hukum subyek hak.
2.3 Wewenang yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta

Sebagai Daerah Otonom, Daerah Istimewa Yogyakarta juga memiliki


wewenangnya sendiri yang terdiri dari :
 Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur
dan Wakil Gubernur
Keistimewaan dalam wewenang ini yaitu terletak pada kedudukan hukum yang
dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan sejarah dan hak asal-usul.
Dalam bidang tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang
Gubernur dan Wakil Gubernur antara lain syarat khusus bagi calon gubernur DI
Yogyakarta yaitu Sultan Hamengku Buwono yang bertahta, dan wakilnya ialah
Adipati Paku Alam yang bertahta.
 Kelembagaan Pemerintah Daerah di Yogyakarta
Dalam bidang kelembagaan Pemerintah Daerah DI Yogyakarta yakni penataan
dan penetapan kelembagaan, dengan Perdais, dalam rangka pencapaian efektivitas
dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat
berdasarkan prinsip responsibilitas, akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi
dengan memperhatikan bentuk dan susunan pemerintahan asli.
 Kebudayaan
Dalam bidang kebudayaan, yaitu keistimewaan dalam memelihara dan
mengembangkan hak cipta, rasa, karsa, dan karya yang terdiri atas nilai-nilai,

7
pengetahuan, norma, adat istiadat, benda, seni, dan tradisi luhur yang mengakar
dalam masyarakat DI Yogyakarta, yang diatur dengan perdais.
 Pertahanan
Dalam bidang pertahanan yakni Kasultanan dan Kadipaten yang berwenang
mengelola serta memanfaatkan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten
ditunjukkan untuk pengembangan kebudayaan, kepentingan sosial, serta
kesejahteraan masyarakat.
 Tata Ruang
Sedangkan dalam bidang tata ruang, keistimewaan DI Yogyakarta yaitu terletak
pada kewenangan Kasultanan dan Kadipaten dalam tata ruang pada pengelolaan
dan pemanfaatan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten.

2.4 Dampak positif dan negatif dari bentuk otonomi daerah khusus di
Daerah Istimewa Yogyakarta
Dalam melakukan suatu tindakan, tentu selalu ada akibat yang dilakukan. Dalam
sub-bab ini, akan dibahas mengenai dampak positif dan negatif dalam
pelaksanaannya.
Dampak positif yang dirasakan adalah bahwa dengan otonomi daerah maka
pemerintah daerah Yogyakarta akan mendapatkan kesempatan untuk
menampilkan identitas lokal yang ada di masyarakat. Berkurangnya wewenang
dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon tinggi dari pemerintah daerah
dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri. Bahkan dana yang
diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi dari
pemerintah pusat. Dana tersebut memungkinkan pemerintah lokal mendorong
pembangunan daerah serta membangun program promosi kebudayaan dan juga
pariwisata yang sudah mengakar dan berbudaya di Yogyakarta. Dengan
melakukan otonomi daerah maka kebijakan-kebijakan pemerintah akan lebih tepat
sasaran, hal tersebut dikarenakan pemerintah daerah cinderung lebih mengerti
keadaan dan situasi daerahnya, serta potensi-potensi yang ada di daerahnya
daripada pemerintah pusat.

8
Dampak negatif dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan bagi oknum-
oknum di pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan
Negara dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu terkadang ada
kebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi Negara yang
dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan daerah tetangganya,
atau bahkan daerah dengan Negara, seperti contoh pelaksanaan Undang-undang
Anti Pornografi di tingkat daerah. Hal tersebut dikarenakan dengan system
otonomi daerah maka pemerintah pusat akan lebih susah mengawasi jalannya
pemerintahan di daerah, selain itu karena memang dengan sistem otonomi daerah
membuat peranan pemerintah pusat tidak begitu berarti. Otonomi daerah juga
menimbulkan persaingan antar daerah yang terkadang dapat memicu perpecahan.
Contohnya jika suatu daerah sedang mengadakan promosi pariwisata, maka
daerah lain akan ikut melakukan hal yang sama seakan timbul persaingan bisnis
antar daerah. Selain itu otonomi daerah membuat kesenjangan ekonomi yang
terlampau jauh antar daerah. Daerah yang kaya akan semakin gencar melakukan
pembangunan sedangkan daerah pendapatannya kurang akan tetap begitu-begitu
saja tanpa ada pembangunan. Hal ini sudah sangat mengkhawatirkan karena ini
sudah melanggar pancasila sila ke-lima, yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.”

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

10
11

Anda mungkin juga menyukai