Anda di halaman 1dari 12

MEMAHAMI KOSEP OTONOMI DAERAH DAN PROBLEMATIKANYA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:

“PKN”

Dosen Pengampu:

Abd. Hadi MR, S.Ud., M.Pd

Disusun oleh:

Ahmad Muzakki

Muhamad Nashihuddin

Ahmad Afifuddin

MA’HAD ALY AL FITHRAH


TAKHASSUS TASAWWUF DAN TAREKAT
Jln. Kedinding Lor 99 Surabaya Tlp. 0851 0300 6049 Surabaya 60129
E-mail:mahadalyalfithrah99@gmail.com

Akademik 2021-2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik yang


dalam pelaksanaan pemerintahannya di bagi atas daerah-daerah propinsi
dan daerah propinsi di atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten dan kota mempunyai pemerintahan daerah untuk mengatur
dan mengurus sendiri pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah
dan peraturan-peraturan lain untuk melaksankan otonomi daerah.

Otonomi daerah merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah


pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya
sendiri tanpa campur tangan dari pemerintah pusat . Dengan otonomi
daerah, pemerintah daerah di harapkan semakin mandiri, mengurangi
ketergantungan terhadap pemerintah pusat baik dalam hal pembiayaan
pembangunan maupun dalam hal pengelolaan keuangan daerah.
Pengertian otonomi daerah yang melekat pada pemerintah
daerah, sanagat berkaitan erat dengan asas desentralisasi, baik
pemerintahan daerah asas desentralisasi maupun otonomi daearah
dalah bagian dari suatu kebijakan dan praktek penyelenggaraan
pemerintahan.

Tujuannya adalah demi terwujudnya kehidupan masyarakat yang


tertib, maju dan sejahtera, agar setiap orang hidup tenang, nyaman,
wajar oleh karena memperoleh kemudahan dalam segala hal bidang
pelayanan masyarakat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Otonomi Daerah


belumlah terwujud sebagaimana yang diharapkan. Kita nampaknya baru
menuju kearah otonomi daerah yang sebenarnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan otonomi daerah?


2. Bagaimana sejarah perkembangan otonomi daerah di
Indonesia?
3. Adakah problematika yang timbul dalam konsep otonomi
daerah?
4. Bagaimana cara mengatasi upaya dari problematika yang
terjadi pada otonomi daerah tersebut ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengertian dari konsep
otonomi daerah

2.Untuk mengetahui bagaimana perkembangan konsep otonomi


daerah yang ada daerah di indonesia

3.Untuk mengetahui dampak yang timbul dari konsep otonomi


daerah

4. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi


problematika yang sedang terjadi saat ini di indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian konsep otonomi daerah
Otonomi Daerah berasal dari bahasa yunani yaitu authos yang bediri
sendiri Dan namos Yang berarti undang-undang atau aturan. dengan gan
demikian otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur
dan mengurus rumah tangga sendiri.1 sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai


“mandiri”. Sedangkan makna yang lebih luas diartikan sebagai
1
Marzuki, M. Laica , 2007. Hakikat Desentralisasi Dalam Sistem Ketatanegaraan RI-Jurnal Konstitusi
Vol. 4 Nomor 1 Maret 2007 ( Jakarta : Sekertaris Jendral & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI )
“berdaya”. otonomi daerah dengan demikian berarti kemandirian suatu
daerah dalam kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai
kepentingan daerahnya sendiri. Jika daerah sudah mampu mencapai
kondisi sesuai yang dibutuhkan daerah maka dapat dikatakan bahwa
daerah sudah berdaya (mampu) untuk melakukan apa saja secara
mandiri tanpa tekanan dan paksaan dari pihak luar dan tentunya
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah.

Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian konsep


otonomi daerah, sebagai berikut :

1. F. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah sebagai hak


dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.

2. Ateng Syarifuddin, mengemukakan bahwa otonomi mempunyai


maknakebebasan atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan (tidak
terikat atau tidak bergantung kepada orang lain atau pihak tertentu).
Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud pemberian
kesempatan yang harus di pertanggungjawabkan.

3. Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak


mengatur dan memerintah daerah sendiri. Hak mana diperoleh dari
pemerintah pusat.

Pendapat lain dikemukakan oleh Benyamin Hoesein bahwa otonomi


daerah adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah
nasional suatu Negara secara informal berada di luar pemerintah pusat.
Sedangkan Philip Mahwood mengemukakan bahwa otonomi daerah
adalah suatu pemerintahdaerah yang mempunyai kewenangan sendiri
yang keberadaannya terpisah denganotoritas (kekuasaan atau
wewenang) yang diserahkan oleh pemerintah gunamengalokasikan
sumber sumber material yang substansial (sesunggguhnya atauyang inti)
tentang fungsi-fungsi yang berbeda.

Berbagai definisi tentang Otonomi Daerah telah banyak


dikemukakan oleh para pakar. Dan dapat disimpulkan bahwa Otonomi
Daerah yaitu kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
(inisiatif) sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan daerah otonom itu sendiri
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah
tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Sejarah perkembangan konsep otonomi daerah

Peraturan perudangan-undangan pertama kali yang yang mengatur


tenntang pemerintahan daerah pasca proklamasi kemerdekaan adalah UU
Nomor 1 tahun 1945. Di tetapakannya undang-undang ini merupakan
hasil resultan dari berbagai pertimbangan tentang sejarah pemerintahan
di masa kerajaan-kerajaan serta pada masa pemerintahan
kolonialisme.undang-undang ini menekankan pada pada aspek cita-cita
kedaulatan rakyat melalui pengaturan pembentukan badan perwakilan
tiap daearah. Dalam undang-undang ini di tetapkan tiga jenis daearah
otonom, yaitu krasidenan, kabupaten dan kota. Periode berlakunya
undang-undang ini sangat terbatas sehigga dalam kurun waktu tiga tahun
belum ada peraturan pemerintahan yang mengatur mengenai urusan
kepada daerah dan umurnyapun hanya tiga tahun karena di gantidengan
Undang-undang nomor 22 tahun 1948.2

Undang-undang nomor 22 tahun 1948 berfokus pada peraturan


tentang susunan pemerintahan daerah yang demokratis. Di dalam
undang-undang ini di tetapkan dua jenis daerah otonom, yaitu daerah
otnom biasa dan daerah otonom istimewa serta tingkatan daerah yaitu
provinsi, kabupaten/kota besar dan desa/kota kecil.

Mengacu pada ketentuan Undang-undang nomor 22 tahun 1948


penyerahan sebagaian urusan pemerintahan kepala daerah telah mendapat
perhatian pemerintah. Pemberian otonomi kepada kepala daerah
berdasarkan undang-undang tentang pembentukan telah dirinci lebih
lanjut pengaturannya melalui peraturan pemerintah tentang penyerahan
sebagaian urusan pemerintahan tertentu kepada daerah.

2
Arthur, Muhamad. Menggunakan Peran Aktif Masyarakat dalam Otonomi Daerah ( Jakarta : PT Raja
Drafindo Persada 2000 ) hal.80
Dengan demikian yang melatarbelakangi dilaksanakannya otonomi
daerah secara nyata di indonesia adalah ketidak puasan masyarakat yang
berada di daerah yang kaya sumber daya alam namun kehidupan
masyakatnya tetap berada di bawah garis kemiskinan walaupun secara
undang-undang sudah sering diterbitkan namun dalam kenyataannya
pengolahan sumber daya alam masih diatur oleh pusat sehingga
masyarakat daerah yang kaya akan sumber daya alamnya merasa sanagat
di rugikan.

Pelaksanaan otonomi daerah ini diperbarui menurut UU no.32 tahun


2004 dan perimbangan keuangan sesuai UU no 33 tahun 2004 sehingga
dengan adanya otnomi daerah ini daerah yang memiliki potensi sumber
daya alam mengalami kemajuan.

3. Problematika yang timbul dari konsep otonomi daerah

Setelah pelaksanaan otonomi daerah berjalan di indonesia muncul


beberapa permasalahan yang di timbulkan dalam pelaksanaan otonomi
daerah yaitu :

1. Ketimpangan kemajuan pembangunan antara daerah yang kaya


akan sumber daya alam dengan daerah miskin sumber daya alam
2. Semakin maraknya penyebaran korupsi diberbagai daerah money
politik
3. Legitimasi politik dan stabilitas politik di masyarakat daerah
4. Adanaya konflik horizontal dan konflik vertikal
5. Kesejahteraan masyarakat ditingkat lokal belum sepenuhnya
diwujudkan
4. Upaya mengatasi problematika yang mucul pada konsep
otonomi daerah

Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah yang setengah hati


dan berada dipersimpanagan jalan tentu saja harus dikembalikan ke
koridor yang sesungguhnya selain itu patnership juga memberi tekanan
agar desentralisasi dan otonomi daerah tetap berjalan sesuai deangan
yang di amanatkan. Intervensi yang bertujuan memperkuat masyarakat
sipil dilakuakan melalui program yang berkesinambungan dan terukur
serta bukan berorientasi pada proyek yang bersifat jangka pendek.3

Bebeapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi problematika


konsep otonomi daerah yang sesuai dengaan tujuan semula yaitu, antara
lain :

1. Menata kembali peraturan perundang-undanagan mengenai


desentralisasi dan otonomi daerah untuk memperbaiki hubungan
vertikal dalam pemerintahan.
2. Meningkatkan pelaksanaan kerjasama antar daerah termasuk
peningkatan peran pemerintah provinsi.
3. Menyusun kelembagaan pemerintah daerah yang disesuaikan
dengan kebutuhan daerah dan potensi daerah yang perlu dikelola.
4. Meningkatkan dan mengembangkan kpasitas keuangan pemerintah
daerah dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat,
penyelenggaraan pemerintahan, serta penciptaan aparatur
pemerintah daerah yang kompeten dan profesional.

3
Kaho, Josef Riwu Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia ( Jakarta : 2012 ) hal.82
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi
masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Dalam sejarah konsep otonomi daerah terdapat dua peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah pasca
proklamasi republik indonesia. Yaitu Undang-undang nomor 1 tahun
1945 dan Undang-undang nomor 22 tahun 1948. Yang mnjelaskan
tentang berbagai pertimbangan tentang sejarah pemerintahan dimasa
kerajaan-kerajaan serta pada masa pemerintahan kolonialisme.
3. Problematika yang muncul pada konsep otonomi daerah yaitu
sebagai berikut :
a. ketimpangan kemajuan dan pembangunan antara daerah kaya akan
sumber daya alam suatu daerah di bandingkan dengan daerah yang
miskin sumber daya alam.
b. semakin maraknya korupsi diberbagai daerah, money politik serta
fenomena pragmatisme di masyakat daerah.
c. legimitasi politik dan stabilitas politik yang sepenuhnya tecapai.
d. adanya konflik horizontal dan konflik vertikal
e. kesejahteraan suatu maasyarakat ditingkat lokal belum sepenuhnya
terwujudkan.
4. Solusi yang dapat dilakukan untuk menaggulangi problemaika
konsep otonomi daerah adalah menata kembali perda yang mengenai
desentralisasi dan otonomi daerah, perlu meningkatkan kerjasama
pemda termasuk peran dari pemprov, fasilitas penyediaan menyusun
rencana pengelolaan serta meningkatkan kapasitas aparat
pemda,meningkatkan serta mengembangkan kapasitas keuangan
pemda.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini mungkin masih terdapat kekurangan dalam


segi penulisan, pengolahan data dan simpulan sementara kami. Untuk itu
kami mengharap sumbangsih kritikdan saran dari teman-teman maupun
dari dosen pengampu agar dapat terarahkan kekeadaan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kaho, Josef Riwu, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia
( Jakarta : PT Raja Drafindo Persada,2000)
Arthur, Muhamad, Menggugah Peran Aktif Masyarakat dalam Otonomi
Daerah( Jakarta : 2012)
Seminar Desentralisasi Pemerintahan “Inventarisasi Penyerahan Urusan
Pemerintahan” Refleksi 10 tahun Otonomi Daerah, Ditjen Otda –
Depdagri.
Marzuki, M. Laica, 2007. “Hakikat Desentralisasi Dalam Sistem
Ketatanegaraan RI– Jurnal Konstitusi Vol. 4 Nomor 1 Maret 2007″,
Jakarta : Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.

Anda mungkin juga menyukai