OTONOMI DAERAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Semester 4
PEMBIMBING :
Hudriyah Mundzir, SH,. MH.
Penyusun:
D-IV/JTD 1D
KELOMPOK 5 :
ARTDIENA IZDIHAR DARIN 1741160023
GARIS SANUBARI 1741160070
MAULANA ABDAN SYAKUR 1741160053
OMAS ADZAN AZHAR 1741160118
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah–Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang "Otonomi Daerah”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Namun terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat diambil manfaatnya
dan menambah pengetahuan mengenai Otonomi Daerah.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Agar lebih mengerti apa arti otonomi daerah, maka kita bisa merujuk kepada pendapat
beberapa ahli tentang daerah otonom. Berikut ini adalah pengertian regional
autonomy menurut para ahli:
1. Benyamin Hoesein
Menurut Benyamin Hoesein, pengertian otonomi daerah adalah pemerintahan oleh rakyat
dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional Negara secara informal berada diluar
pemerintah pusat.
2. Ateng Syarifuddin
Menurut Ateng Syarifuddin, pengertian otonomi daerah adalah kebebasan atau
kemandirian yang terbatas dimana kemandirian itu terwujud sebagai suatu pemberian
kesempatan yang harus dapat dipertanggungjawabkan.
3. F. Sugeng Istianto
Menurut Sugeng Istianto, pengertian otonomi adalah suatu Hak dan wewenang guna
untuk mengatur serta mengurus sebuah rumah tangga daerah.
4. Vincent Lemius
Menurut Vincent Lemius, definisi otonomi daerah adalah suatu kebebasan atau
kewenangan dalam membuat suatu keputusan politik maupun administasi yang sesuai
dengan yang ada didalam peraturan perundang-undangan.
5. Syarif Saleh
Menurut Syarif Saleh, pengertian otonomi daerah adalah suatu hak untuk mengatur serta
memerintah daerah sendiri dimana hak tersebut ialah hak yang diperoleh dari suatu
pemerintah pusat.
6. Sunarsip
Menurut Sunarsip, pengertian otonomi daerah adalah wewenang daerah untuk mengurus
dan mengatur semua kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri yang
berlandaskan pada aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7. Philip Mahwood
2. Landasan
Berikut ini ada beberapa yang menjadi landasan teori dalam otonomi daerah .
a. Asas Otonomi
Berikut ini ada beberapa asas otonomi daerah yang kami tuliskan
di sini. Asas-asas tersebut sebagai berikut:
Asas tertib penyelenggara negara yaitu asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian serta keseimbangan dalam pengendalian
penyelenggara negara.
Asas Kepentingan umum yaitu asas yang mengutamakan
kesejahteraan umum dengan cara aspiratif, akomodatif, dan selektif.
Asas Kepastian Hukum yaitu asas yang mementingkan landasan
peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam penyelenggaraan
suatu negara.
Asas keterbukaan yaitu asas yang membuka diri atas hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, serta tidak diskriminatif
mengenai penyelenggara negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
Asas Profesionalitas yaitu asas yang mengutamakan keadilan yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Asas efisiensi yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus bisa
dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau masyarakat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi suatu negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Asas proporsionalitas yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban.
Asas efektifitas yaitu asas yang menjamin terselenggaranya kepada
masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara
optimal dan bertanggung jawab.
Asas akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus bisa
dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau masyarakat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi suatu negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah
tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam
kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. dengan adanya
desentralisasi maka muncullan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah.
Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang
secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam
kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-
akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan
adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan pardigma
pemerintahan di Indonesia. Desentralisasi juga dapat diartikan sebagai
pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan sumber-sumber daya
(dana, manusia dll) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dasar
pemikiran yang melatarbelakanginya adalah keinginan untuk
memindahkan pengambilan keputusan untuk lebih dekat dengan mereka
yang merasakan langsung pengaruh program dan pelayanan yang
dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini akan meningkatkan
relevansi antara pelayanan umum dengan kebutuhan dan kondisi
masyarakat lokal, sekaligus tetap mengejar tujuan yang ingin dicapai
oleh pemerintah ditingkat daerah dan nasional, dari segi sosial dan
ekonomi. Inisiatif peningkatan perencanaan, pelaksanaan, dan keuangan
pembangunan sosial ekonomi diharapkan dapat menjamin digunakannya
sumber-sumber daya pemerintah secara efektif dan efisien untuk
memenuhi kebutuhan lokal.
c. Sentralisasi
Sentralisasi dan desentralisasi sebagai bentuk
penyelenggaraan negara adalah persoalan pembagian sumber daya
dan wewenang. Pembahasan masalah ini sebelum tahun 1980-an
terbatas pada titik perimbangan sumber daya dan wewenang yang
ada pada pemerintah pusat dan pemerintahan di bawahnya. Dan
tujuan “baik” dari perimbangan ini adalah pelayanan negara
terhadap masyarakat.
Di Indonesia sejak tahun 1998 hingga baru-baru ini,
pandangan politik yang dianggap tepat dalam wacana publik
adalah bahwa desentralisasi merupakan jalan yang meyakinkan,
yang akan menguntungkan daerah. Pandangan ini diciptakan oleh
pengalaman sejarah selama masa Orde Baru di mana sentralisme
membawa banyak akibat merugikan bagi daerah. Sayang, situasi
ini mengecilkan kesempatan dikembangkannya suatu diskusi yang
sehat bagaimana sebaiknya desentralisasi dikembangkan di
Indonesia. Jiwa desentralisasi di Indonesia adalah “melepaskan diri
sebesarnya dari pusat” bukan “membagi tanggung jawab
kesejahteraan daerah”.
Sentralisasi dan desentralisasi tidak boleh ditetapkan
sebagai suatu proses satu arah dengan tujuan pasti. Pertama- tama,
kedua “sasi” itu adalah masalah perimbangan. Artinya, peran
pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan selalu merupakan
dua hal yang dibutuhkan. Tak ada rumusan ideal perimbangan.
Selain proses politik yang sukar ditentukan, seharusnya ukuran
yang paling sah adalah argumen mana yang terbaik bagi
masyarakat.
Adapun tiga asas otonomi daerah yang meliputi:
1. Asas desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan dari
pemerintah kepada daerah otonom berdasarkan struktur NKRI.
2. Asas dekosentrasi yaitu pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat daerah.
3. Asas tugas pembantuan yaitu penugasan oleh pemerintah kepada daerah
dan oleh daerah kepada desa dalam melaksanakan tugas tertentu dengan
disertai pembiayaan, sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan
mempertanggungjawabkan kepada yang berwenang.