Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ARIFA RAKHMAN
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
Indonesia.
luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua
nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa
2
wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi dan kekhasan
daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu
sama dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang
benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya
merupakan bagian utama dari tujuan nasional. Seiring dengan prinsip itu,
beberapa daerah agar diberlakukan otonomi yang lebih luas semakin kuat.
Tuntutan itu menyangkut pula akan perimbangan keuangan antara Pusat dan
Daerah yang lebih rasional, proporsional dan nyata. UU No. 22 Tahun 1999
Otonomi diberikan kepada daerah kota dan kabupaten didasarkan pada asas
desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
3
Kondisi yang demikian ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
yang sangat prinsip dan mendasar dari terselenggaranya Otonomi Daerah (otoda)
diharapkan dapat diraih melalui otonomi daerah. Hal ini sesuai dengan tujuan
4
Desentralisasi pada dasarnya dipahami sebagai pemberian sebagian
dan pemerintahan itu diatur dalam peraturan dan perundang yang yang
pemerintah dari pemerintah pusat atau daerah tingkat atasnya kepada daerah di
sumber daya manusia dan kemampuan administrasi pemerintah daerah serta yang
agama, moneter, dan peradilan. Sebagian besar pemerintahan umum yang menjadi
lainnya yang secara nasional lebih berhasil guna dan berdaya guna jika tetap
5
risiko disintergrasi nasional atas kecenderungan ke arah otokrasi, mengingat
penyerahan tugas dan tanggung jawab saja, akan tetapi juga mencakup tanggung
kecuali tugas-tugas yang secara lagsung melekat pada hakikat Negara persatuan
dan dalam wawasan yang lebih demokratis. Termasuk pula di dalamnya, berbagai
pendidikan dari yang bersifat sentralistik kepada yang lebih bersifat desentralistik.
merupakan suatu keharusan. Menurutnya, ada tiga hal yang berkaitan dengan
daya saing bangsa. Ketiga hal tersebut sudah lebih dari cukup untuk dijadikan
Ketika bendungan kekuasaan Negara Orde Baru (NOB) yang sangat bersifat
6
arah tanah air tersebut “muncrat” atau mengalir? Sistem pemerintahan NOB yang
sangat sentralistik tersebut, tiba-tiba karena alasan tertentu, lalu berubah menjadi
ditunjukkan oleh pemerintahan daerah, ada yang “muncrat” tidak terkendali, ada
yang mengalir deras sehingga membuat jalur aliran sendiri, ada yang mengalir
damai pada jalurnya, dan lain sebagainya. Pemerintah pusat, sebagai pihak
tersebut, berusaha agar tidak terdapat daerah yang menyikapi kondisi ini, secara
“muncrat” liar tidak terkendali, atau mengalir dengan derasnya di luar jalur yang
maka tantangan yang dihadapi dalam akuntasi sector publik adalah menyediakan
wewenang dan tanggung jawab yang luas. Peran pemerintah daerah dalam
7
manajemen pendidikan yang dilakukan dengan berdasarkan konsep desentralisasi
kinerja yang sistematis, pertanyaan penting tersebut tidak dapat dijawab secara
akurat. Oleh karena itu, implikasi kebijakan desentralisasi pendidikan yang lebih
telah dilakukan, tidak ada perangkat evaluasi komprehensif yang telah diterapkan
akan mendorong semangat kompetisi yang sehat, akan tetapi juga dapat
Pemerintah pusat juga akan dapat memantau kinerja dengan lebih akurat,
Suatu indeks yang luas yang mengukur kemajuan pemerintah daerah dalam
layanan, dan iklim investasi dapat menjadi indikator utama bagi pemerintah
8
Mengingat akan pentingnya pembahasan tentang desentralisasi pendidikan
tersebut, maka kita harus jujur dengan diri sendiri bahwa, sebenarnya, masih
banyak daerah di Indonesia ini yang tidak atau belum siap untuk menerima
Alasan atau indicator yang bisa dijelaskan dalam makalah ini adalah (a)
belum memadai; (c) sarana dan prasarana mereka belum tersedia; (d) pembiayaan
pendidikan (anggaran), pendapatan asli daerah (PAD) mereka sangat rendah; (d)
secara psikologis, mental mereka terhadap perubahan belum siap; (e) mereka juga
gamang atau takut terhadap upaya pembauran. Kelima indikator ini dapat
otonomi daerah.
otonomi daerah?
pendidikan ini?
pendidikan?
9
4. Apakah dampak yang ditimbulkan dari kebijakan desentralisasi pendidikan
ini?
otonomi daerah.
pendidikan ini.
10
BAB II
PEMBAHASAN
menimbulkan impilikasi baik dalam kurun waktu singkat maupun dalam jangka
waktu panjang.
11
meningkatkan mutu pendidikannya sesuai dengan kemampuan dan potensi yang
Pasal 2
12
i. Pengaturan dan pengembangan pendidikan tinggi, pendidikan jarak jauh serta
pengaturan sekolah internasional.
j. Pembinaan dan pengembangan bahasa da sastra Indonesia.
Pasal 3
dan lebih bermakna bagi masyarakat setempat. Antara Pemda Kabupaten dengan
pendidikannya.
13
menjadi hubungan kemitraan yang sejajar dan kedua-duanya mempunyai
hubungan antar lembaga sehingga secara vertical dan horizontal terjalin proses
2010).
dimiliki daerah itu. Sikap responsif dan itikad baik pemerintah daerah setempat
adalah kesempatan untuk mengurus rumah tangga sendiri. Oleh karena itu, dalam
pendidikan yang bermutu, ber-martabat dan berdaya saing yang tinggi, hanya
sekedar cita-cita yang sukar diwujudkan dalam masyarakat. Hal ini mencerminkan
14
bahwa konsep desentralisasi pendidikan di Indonesia adalah sebuah keharusan,
bahwa masih terdapat daerah tertentu yang belum siap menerima kewenangan dari
pemerintah pusat, khususnya dalam bidang bidang pendidikan ini. Pada bagian
yakni diantaranya:
a. Sumber daya manusia (SDM) belum memadai. Maksud dari sumber daya
manusia yang kurang yaitu berhubungan dengan kuantitas dan juga kualitas.
Terdapat daerah tertentu yang kualitas SDM-nya belum dapat dengan baik
memahami, menganalisis, serta mengaplikasikan konsep desentralisasi
pendidikan ini. Demikian pula halnya, yang berkaitan dengan kuantitas atau
jumlah SDM yang ada. Daerah tertentu melihat bahwa dari segi jumlah SDM
mereka masih sangat terbatas. Kalaupun ada yyang telah menyelesaikan
program magisternya, jumlahnya tidak mencukupi atau tidak memadai.
b. Sarana dan prasarana belum tersedia secara cukup dan memadai. Hal ini
berhubungan erta dengan ketersediaan dana yang ada di setiap daerah. Selama
ini, mungkin daerah-daerah tertentu asyik dan terlena dengan sistem dropping
15
yang diterapkan oleh pemerintah pusat. Mereka sangat terkejut (future shock)
ketika tiba-tiba memperolah kewenangan untuk mengelola secara mandiri
sebagain besar urusan pendidikan di daerahnya. Untuk itu, mereka yang belum
siap dengan segala bentuk sarana dan prasarana yang diperlukan. Jika dalam
waktu singkat mereka dipersyaratkan untuk melengkapi segala sarana dan
prasarana tersebut, mereka akan mengalami kesulitan besar. Kecuali, jika
pemerintah pusat masih bersedia membantu atau menyediakan segala bentuk
sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan kebijakan
desentralisasi pendidikan tersebut (Chan Sam,M, 2013).
e. Mereka juga gamang atau takut terhadap upaya pembauran. Salah satu bentuk
perubahan yang sering dipakai yaitu upaya pembauran. Pembauran dalam
bidang pendidikan saat ini kita kenal dengan sebutan pembauran kurikulum.
Setiap kali terjadi pembauran kurikulum, para guru kembali disibukkan dengan
berbagai kegiatan, seperti penataran, uji coba model, uji coba mekanisme,
sosialisasi kurikulum, dan sebagainya. Semuanya itu ditangkap oleh sebagaian
personil guru kita sebagai sebuah ‘malapetaka’ aatau setidaknya menjadi beban
yang cukup berat bagi mereka (Tilaar, 2002).
16
2.2.1.3. Sikap Daerah
sebagai berikut:
b. Ada pula yang menyikapi kebijakan itu dengan biasa-biasa saja. Mereka
menganggap konsep desentralisasi merupakan sebuah konsekuensi dari
perubahan sistem politik atau pemerintahan.
c. Sikap lain yang dapat dibaca dari masyarakat Indonesia yaitu sikap pesimistis.
Mereka menganggap kebijakan tersebut sebagai wujud ketidakberdayaan
pemerintah pusat dalam mengelola masyarakat daerah.
e. Sikap lain yang diperlihatkan oleh sebagian Pemda yaitu sikap khawatir dan
rasa takut. Hal ini dilakukan karena berkaitan dengan ketersediaan dana,
prasarana, dan sarana yang mendukung, kurang mereka miliki. Apabila hal ini
dipaksakan pada daerah mereka, hanya akan menambah banyak orang yang
kurang bahagia. Rasa takut ini berhubungan dengan ketidakyakinan mereka
akan kemampuan mereka dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut
(Mulyasa, 2002).
di dunia pendidikan. Hal ini terlihat jelas pada Peraturan Pemerintah Republik
kewenangan provinsi sebagai daerah otonomi, khususnya pada pasal 2, butir 11,
17
bidang pendidikan tercantum 10 butir kewenangan yang masih dipegang oleh
penilaian secara nasional; standar materi pelajaran pokok; gelar akademik; biaya
siswa/mahasiswa; benda cagar alam budaya; dan kalender akademik (PP No. 25
Tahun 2000).
sebagai berikut:
b. Desentralisasi pendidikan ini memberi peluang kekuasaan yang cukup kuat dan
besar bagi para kepala dinas pendidikan. Hal ini membuka peluang bagi
terciptanya raja-raja kecil di daerah, khususnya ketika control pemerintah
propinsi dan pusat tidak lagi berperan dalam pengambilan keputusan. Dengan
demikian, para kepala dinas pendidikan pemerintah kota atau kabupaten
tersebutlah yang secara individual memiliki kekuasaan dan kewenangaan
dalam pengmbilan keputusan decision making
18
c. Kebijakan ini juga ada kemungkinan akan menimbulkan jurang yang semakin
lebar antara si kaya dan simiskin. Hal ini bisa terjadi karena daerah-daerah
dengan PAD besar akan memberikan porsi dana pendapatannya itu untuk
kesejahteraan guru-gurunya. Sementara daerah lainnya tidak mungkin
melaksanakannya. Hal ini sampai terjadi karena mereka tidak memiliki dana
yang cukup besar untuk menambah insentif bagi para guru-guru mereka.
prasarana, biaya, teknologi, daan informasi. Namun demikian, sumber daya yang
19
paling penting dalam pendidikan adalah sumber daya manusia. Bagaimana
memajukan sebuah organisasi. Katen itu, tugas terpenting dari manajer adalah
kekuatan dan profesionalitas manajer. Salah satu alternatif yang diambil atau
dilakukan seorang manajer adalah dengan melakukan analisa SWOT guna untuk
lembaga.
perusahaan. analisa ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara unsur-
SWOT adalah sebuah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif
(memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai factor
mutu pendidikan dan kinerja pada sektor publik, karena analisis dan gambaran
20
uraian tersebut, maka pada bahasan berikut ini dilakukan analisis SWOT tentang
masyarakat pendidikan di daerah. Kekuatan lain yang juga amat mendukung bagi
lahirnya kebijakan ini adalah dukungan dari ppihak legislative. Kekuatan laainnya
perubahan tersebut.
dari 4%. Kita berharap anggaran pendidikan yang disepakati 20% dari APBN
21
2. Kelemahan Kebijakan Desentralisasi
yang harus dilakukan oleh pemerintah pusat adalah melakukan monitoring dan
keberadaannya.
pelaksanaannya. Mengingat kabijakan ini lahir dari arus paling bawah (grass
roots), walaupun baru terlaksana sekarang di era reformasi, kebijakan ini memiliki
22
peluang yang cukup signifikan dalam hal keberhasilan pelaksanaannya karena
telah menjadi focus perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dukungan dan
control dari masyarakat dapat terus berjalan selama kebijakan ini digunakan.
4. Tantangan Implementasi
diwaspadai mental-mental korup yang haus akan uang. Salah satu contonya
belum pernah disentuh oleh KPK sampai saat ini, sehingga para pejabat dan
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
sebagai berikut:
wacana.
24
5. Pemerintah belum berlaku tegas terhadap bentuk-bentuk pelanggaran yang
pendidikan di daerah-daerah.
2. Seharusnya dan perlu adanya kerja sama dari seluruh stakeholders dalam
dengan memberikan insentif yang memadai dan wajar, karena selama ini
maupun APBN.
25
DAFTAR PUSTAKA
Chan, S.M. (2013). Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
26