BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
wewenang pada badan-badan dan golongan dalam masyarakat dalam daerah tertentu
penyelenggaraan pemerintahan.
saluran bagi aspirasi dan partisipasi daerah; dan keenam, membangun efesiensi dan
1
efektifitas pemerintahan.
1
Amran Muslimin dalam Ridwan Juniarso, 2009, Hukum Administrasi Negara dan
Kebijakan Pelayanan Publik. Bandung: Nuansa, hlm. 16
2
Mahfud MD, 1999, Hukum dan PilarPilar Demokrasi, Yogyakarta: Gama Media, hlm. 188
2
yang dimiliki secara tepat kepada Pemerintah Daerah. Dikemukakan oleh Ryaas
Rasyid bahwa “secara teoritis kemampuan pemerintah antara lain terbentuk melalui
karena Pemerintah Daerah adalah lembaga yang paling mengetahui situasi dan
untuk mengambil insiatif dan mengembangkan kreatifitas, mencari solusi terbaik atas
setiap masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas-tugas sehari-hari. 4 Selain itu,
kesatuan (unitary state), hubungan antar rel pemerintahan berlangsung secara inklusif
urusan-urusan pemerintahan tetap diatasi oleh pemerintah pusat melalui suatu sistem
urusan pemerintahan. Kebebasan dan kemandirian dalam hal ini mengandung arti
“atas nama dan tanggung jawab sendiri” (op eigen naam enverantwooddelijkheid).5
tentang sistem pemerintahan daerah, istilah otonomi sering di sebut dengan otonomi
seluas-luasnya, otonomi khusus, otonomi riil, otonomi yang nyata dan bertanggung
mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan, diluar yang menjadi urusan
tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk
tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.
menjadi urusan rumah tangganya sendiri. Pemberian otonomi kepada daerah haruslah
manusia yang ada, serta ketersediaan sumber daya alam dan peluang ekonomi daerah
tersebut.
kompeten, pembangunan daerah juga tidak mungkin dapat berjalan lancar tanpa
adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Untuk itu tidak hanya kualitas
aparatur yang harus ditingkatkan tetapi juga kualitas partisipasi masyarakat. Guna
undangan memiliki aspek antara lain: (1) proses pembentukan hukum (perundang-
undangan), dan juga bisa berarti (2) produk hukum (perundang- undangan). Namun,
kamus tidaklah sama dalam memberikan pengertian legislasi ini. Ada yang memberi
makna ganda dan ada yang memberi makna tunggal ditentukan tujuannnya oleh
pemerintah; dan kedua, partisipasi sebagai bentuk kerjasama yang erat antara
undang”.6
ialah proses pembuatan peraturan negara. Dengan kata lain tata cara mulai dari
menyebutkan bahwa legislasi, seperti halnya banyak kata serapan yang berakhiran
‘asi’, menunjuk pada suatu proses, untuk menghasilkan hukum (dalam arti UU).
6
Satjipto Rahardjo, 2002, Sosiologi Hukum, Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah,
Surakarta, Muhammadiyah University Press. hlm.. 123
7
M. Solly Lubis, 1995 Landasan dan Teknik Perundang-undangan, Bandung: Penerbit
Alumni, hlm. 1
6
hukum perundang-undangan tersebut adalah lembaga legislatif baik yang ada di pusat
Rakyat Daerah/DPRD). UUD Tahun 1945 maupun UUP3 dan UU No. 32 Tahun
2004 secara tegas menentukan bahwa fungsi legislasi (fungsi pembentukan peraturan
perundang-undangan) adalah berada pada DPR dan DPRD. Namun, fungsi legislasi
ini bukan merupakan fungsi mandiri yang dimiliki lembaga legislatif Indonesia,
melainkan lembaga tersebut harus bekerja sama dengan eksekutif baik di pusat
dimana berlaga berbagi kepentingan dan kekuatan yang ada dalam masyarakat”.
unsur penyelenggara Pemerintah Daerah. Anggota DPRD terdiri atas anggota partai
peserta Pemilihan Umum (Pemilu) yang dipilih berdasarkan Pemilu. Anggota DPRD
demokrasi berdasarkan Pancasila, yang secara artificial dalam era reformasi ini telah
mengalami pergeseran, baik dalam peran maupun fungsi eksekutif cukup dominan
bahkan fungsi legeslatif pun diperankan oleh eksekutif. Seperti ditegaskan oleh
Miriam Budiarto: “telah menjadi gejala umum bahwa titik berat dibidang legeslatif
DPRD (lembaga legislatif), dimana peran DPRD sebagai posisi sentral yang biasanya
tercermin dalam doktrin kedaulatan rakyat di era otonomi daerah ini.Pergeseran akan
peran dan fungsi lembaga legislatif di era otonomi daerah ini di tandai dengan
penegasan akan peran tugas dan wewenang DPRD, yakin selain menyerap dan
melakukan fungsi pengawasan. Lebih tegas lagi dinyatakan dalam penjelasan umum
UU No 32 Tahun 2004, bahwa DPRD harus menyatu dengan masyarakat daerah dan
Fungsi adalah mengubah atau menjabarkan pola orientasi ideologi menjadi orientasi
adalah Fungsi DPRD dalam menjalankan tugasnya: “(1). Fungsi Legslasi; (2). Fungsi
bersama Kepala Daerah, dalam hal ini Peraturan daerah adalah peraturan yang dibuat
dalam suatu kerja sama agar kesinambungan di suatu kegiatan dapat terjaga sehingga
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, selain itu pengawasan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik
untuk menulis skripsi dengan judul : “Kewenangan dan Fungsi Dewan Perwakilan
Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabuaten Ogan Ilir dalam era otonomi
daerah?
Ruang lingkup dalam penulisan skripsi ini pada hakikatnya adalah membahas
tentang fungsi dan kewenangan DPRD kabupaten Ogan Ilir dalam pelaksanaan sistem
kewenangan dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam era otonomi di
Indonesia.
C.2. Tujuan :
dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ogan Ilir dalam
sistem Otonomi Daerah di Indonesia, serta apa saja yang menjadi hambatan dalam
D. Kerangka Konseptual
10
memerintah orang lain melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai
tujuan tertentu.10
2. Fungsi adalah rincian tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama lain
A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum Yuridis Empiris terdiri dari
perbandingan hukum yang dipergunakan untuk penelitian skripsi ini ialah penelitian
hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah suatu proses untuk menemukan
menjawab isu hukum yang dihadapi. dengan skripsi yang berjudul Kewenangan dan
Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ogan ilir dalam sistem otonomi
hukumnya adalah kajian komprehensif analisis terhadap bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Hasil kajian dipaparkan secara
2. Sumber/jenis Data
a. Data Primer
Data primer ialah merupakan data yang di dapatkan melalui penelitian lapangan
otonomi daerah.
b. Data Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang tertulis atas buku-buku teks
yang ditulis oleh ahli hukum yang berpengaruh, jurnal-jurnal hukum, pendapat
14
Bambang Waluyo, 2015, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: PT. Sinar Grafika,
hlm. 8
12
Sumatera Selatan.
yang satu dengan yang lain sehingga permasalahan dalam penelitian skripsi
cara berfikir dengan menarik kesimpulan dari fakta yang bersifat umum
tersebut.16
B. Sistematika Penulisan
15
H.M. Burhan Bungin, 2014. Penelitian Kualitatif, Jakarta: Persada Media Group, hlm. 149
16
Jazim Hamidi, 2015, Makna dan Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945
dalam Sistem Ketatanegaraan RI, (Bandung: disertai UNPAD), hlm. 29
13
BAB I : PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
Indonesia.
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti sendiri
dan nomos yang berarti hukum atau peraturan. Menurut Encyclopedia of Social
Science, bahwa otonomi dalam pengertian orisinal adalah the legal self sufficiency of
social body and its actual independence. Jadi ada 2 ciri hakikat dari otonomi yakni
legal self sufficiency dan actual independence. Dalam kaitannya dengan politik atau
pemerintahan, otonomi daerah berarti self government atau the condition of living
under one’s own laws.
Jadi otonomi daerah adalah daerah yang memiliki legal self sufficiency yang
bersifat self government yang diatur dan diurus oleh own laws. Karena itu, otonomi
lebih menitik-beratkan aspirasi daripada kondisi.17
Koesoemahatmadja sebagaimana dikutip I Nyoman S berpendapat bahwa
menurut perkembangan sejarah di Indonesia, otonomi selain mengandung arti
perundangan (regeling), juga mengandung arti pemerintahan (bestuur). Namun
demikian, walaupun otonomi ini sebagai self government, self sufficiency dan actual
independence, keotonomian tersebut tetap berada pada batas yang tidak melampaui
wewenang pemerintah pusat yang menyerahkan urusan kepada daerah.18
17
I Nyoman S, 2005, Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, Citra Utama,
Jakarta, hlm. 39
18
Ibid, hlm. 40
16
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
a) Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom. Hak
(pusat) yang diserahkan kepada daerah. Istilah sendiri dalam mengatur dan
pemerintah (pusat);
19
H.A.W Widjaja, 2005. Op, Cit, hlm. 35
17
tangga daerah lain sesuai dengan wewenang pangkal dan urusan yang
diserahkan kepadanya.
Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan mengurus
rumah tangga sendiri tidak merupakan subordinasi hak mengatur dan mengurus
rumah tangga daerah lain. Dengan demikian suatu daerah otonom adalah daerah yang
self goverment, self sufficiency, self authority, dan self regulation maupun horisontal
otonomi daerah meliputi makna daerah itu telah secara nyata menjadi satuan
masyarakat hukum, satuan unit ekonomi publik, satuan unit sosial budaya, satuan unit
wewenang serta kewajiban dan tanggung jawab badan pemerintah daerah untuk
desentralisasi.21
desentralisasi dan ukuran besaran pemberian otonomi daerah kepada daerah otonomi
di atas, telah menjadi jelas bahwa formulasi maupun implementasi kebijakan otonomi
20
Taliziduhu Ndraha, 2003, Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru), Rineka Cipta, Jakarta,
hlm 23
21
Ibid, hlm. 50
18
atas dasar prakarsa, kreativitas dan peranserta aktif masyarakat dalam rangka
mewujudkan cita-cita masyarakat yang lebih baik, serta suatu masyarakat yang lebih
rakyat.
22
Ekom Koswara K., Op.Cit, hlm. 26
19
kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang anggotanya dipilih
mana formulasi yang terkenal dari Abraham Lincoln disebut “ The Gettysburg
Formula“ yakni “government of the people, for the people“ (Pemerintahan dari, oleh
(DPRD). Dapat juga diartikan bahwa DPRD sebagai salah satu unsur penyelenggara
merupakan lembaga perwakilan rakayat yang berada di Daerah dan sebagai unsur
berkedudukan sebagai mitra sejajar dengan Kepala Daerah. Dan dalam melaksanakan
fungsi, tugas dan wewenang serta hak DPRD berpedoman pada peraturan perundang-
lagi terpusat pada presiden, ini setidaknya ditandai dengan tidak lagi kekuasaan
Dalam hal ini presiden hanya kebagian mengajukan rancangan undangundang. Begitu
unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu tugas dan wewenang DPRD
adalah membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat
tersebut, maka dimungkinkan bagi DPRD untuk mengajukan suatu rancangan Perda
Pengajuan rancangan Perda oleh DPRD dapat dilakukan atas usul anggota
DPRD yang kemudian disetujui oleh rapat paripurna DPRD. Namun kenyataannya
masih ada anggota DPRD yang kurang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
Peningkatan fungsi legislasi atau fungsi pengaturan DPRD tidak hanya dilihat
dari pengaturan yang dihasilkan, yang berasal dari hak inisiatif DPRD.Kualitas
DPRD dalam menjalankan fungsinya juga diukur dari muatan peraturan daerah yang
berperan sebagai sumber ide dan gagasan, sesuai kedudukannya sebagai insan politik.
Anggota DPRD tidak dituntut untuk menguasai secara teknis materi dan bahasa
hukum peraturan daerah, karena hal tersebut dapat diserahkan kepada para ahli dalam
bagaimana para anggota DPRD sibuk menyusun peraturan daerah sampai pada hal
yang sangat rinci dan substantif, tanpa didasari dengan keahlian yang cukup.
23
Sadu Wasistiono, Yonata Wiyoso, 2010, Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), Fokusmedia, Bandung, hlm. 57
22
Indikasi tidak maksimalnya fungsi legislasi DPRD dapat dilihat dari kuantitas
maupun kualitas produk hukum yang dihasilkan oleh pemerintah daerah. Dari segi
kuantitas, belum banyak perda baru yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat
yang dihasilkan pemerintah daerah. Kepala Daerah dan DPRD masih berkutat pada
perda-perda lama yang perlu direvisi dan disesuaikan dengan kondisi sekarang, tapi
Sedangkan DPRD hanya urun rembu atas usulan undang-undang tersebut dan
ikut mengesahkan. Sehingga fungsi legislasi anggota DPRD tidak memuaskan publik.
DPRD dan benturan kepentingan antara wewenang pusat yang belum diserahkan dan
24
Djoko Prakorso, 1995, Proses Pembuatan Peraturan Daerah dan Beberapa Usaha
Penyempurnaannya, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 72
25
Sarundajang, 2002, Pemerintah Daerah Diberbagai Negara, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, hlm. 125
23
hukum tata Negara dan hukum administrasi. Sebegitu pentingnya kewenangan ini
sehingga F.A.M. Stroink dan J.G Steenbeek menyatakan: “Het Begrip bevoegdheid is
merupakan konsep inti dari hukum tata Negara dan hukum administrasi.
26
Suara Merdeka Cyber News, Perekat Komunitas Jawa Tengah, www.suaramerdeka.com.
diakses pada tanggal 09 Oktober 2023 Pukul 11.25
27
Nur Basuki Winanrno, 2014, Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi,
Laksbang Mediatama, Yogyakarta, hlm.65
28
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka Jakarta, Jakarta, hlm.170
24
Wewenang artinya hak dan kekuasaan untuk bertindak atau kekuasaan untuk
arti kewenangan itu sendiri adalah hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk
melakukan sesuatu.
berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh Undang-undang atau legislatif dari
segolongan prang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan atau
Perwakilan Rakyat atau yang disingkat dengan DPR. Selanjutnya, DPR disebut
dengan lembaga tinggi negara karena wewenangnya diberi langsung oleh UUD 1945
29
Philipus M. Hadjon, 1997, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta,hlm.130
25
pelaksanaan hak, kewajiban, tugas, wewenang dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat
dalam UU No. 18 Tahun 1965, UU No.5 Tahun 1974, UU No. 22 Tahun 1999, UU
(1) yang menentukan bahwa: “pemerintah daerah terdiri dari kepala daerah dan
dewan perwakilan daerah”. Sehingga dalam hal ini kedudukan DPRD merupakan
daerah tidak secara tegas menyatakan kedudukan DPRD secara kelembagaan, apakah
DPRD diletakan sebagai lembaga legislatif yang ada di daerah atau sebagai unsur
penyelenggara pemerintah daerah dan berada pada satu rezim yang sama bersama
26
pemerintah daerah. Namun secara jelas bahwa DPRD memilki tugas menetapkan
peraturan daerah, melakukan pembahasan terkait dengan APBD dan sebagai wahana
Dalam tugas dan wewenang DPRD Provinsi dan kabupaten/Kota diatur dalam
Pasal 101 dan Pasal 154 meliputi membentuk Perda bersama kepala daerah,
dan APBD, memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam hal terjadi
terhadap rencana kerja sama Internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah,
sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan
27
Daerah, dan melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, antara lain hak DPRD
kebijakan pemerintah daerah, meminta keterangan kepada kepala daerah atas suatu
rencana kebijakan atau akibat dari pelaksanaan kebijakan atau atas suatu masalah
yang menurut hukum atau etika yang berlaku termasuk dalam lingkup tanggungjawab
kepala daerah, mengadakan penyelidikan termasuk meminta pejabat dan atau warga
masyarakat yang diperlukan untuk memberikan keterangan tentang suatu hal demi
kepentingan daerah.
a) Legislasi
sama bupati.
b) Anggaran
c) Pengawasan
Pemerintah Daerah.
daerah.
Ketika bola reformasi bergulir dan ketika system politik Negara berubah
syaratakan berbagai perubahan, tidak ada cara lain bagi pemerintah daerah untuk
tetap survive, eksis pada abad 21 ini. Selain harus berbenah diri mereka juga
rezim Soeharto namun juga berimbas pada terbukanya “Kran Air” yang selama ini
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Amran Muslimin dalam Ridwan Juniarso, 2009, Hukum Administrasi Negara dan
Kebijakan Pelayanan Publik. Bandung;Nuansa.
Bambang Waluyo, 2015, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: PT. Sinar
Grafika
32
Jazim Hamidi, 2015, Makna dan Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus
1945 dalam Sistem Ketatanegaraan RI, (Bandung: disertai UNPAD)
Mahfud MD, 1999, Hukum dan PilarPilar Demokrasi, Yogyakarta: Gama Media.
Nining Naslinda Zainal. 2008. Analisis Kesesuaian Tugas Pokok dan Fungsi Dengan
Kompetensi Pada Sekretariat Pemerintah Kota. Universitas Hasanuddin.
15
B. Jurnal
Faizal Liky. 2011. Fungsi Pengawasan DPRD di Era Otonomi Daerah. Jurnal TAPIs,
vol 7 no. 1.
C. Undang-Undang