NIM : 2001113665
NO. ABSEN : 32
MATA KULIAH : PEMERINTAHAN NASIONAL
KELAS : IP-B
JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN
TUGAS INDIVIDU
RESUME JURNAL
I. DATA JURNAL
- Judul Jurnal : Hakikat Otonomi Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan di
Indonesia.
- Penulis Jurnal : Roy Marthen Moonti
- Vol. Tahun Terbit : Vol. 19 No. 2 November 2017
- Jumlah Halaman : 12 Lembar
Komentar : Menurut saya, seharusnya bawaslu berperan dalam hal ini, dikarenakan ini adalah
sebuah pemilu, dimana rakyat memiliki hak untuk memilih, didalam kasus ini juga terdapat
pelanggaran asas-asas demokrasi yaitu langsung, umum, bebas, jujur, rahasia dan adil. Maka
dari itu sikap ini sangat disayangkan, karena satu suara sangat berpengaruh, selain itu panitia-
panitia juga harus teliti ketika berlangsungnya pemilihan suara, seperti beberapa hal yang
telah dijelaskan oleh KPU untuk mengantisipasi terjadinya mobilisasi pemilih seperti pada
pemilu 2019, diantaranya akses surat suara yang disesuaikan dengan lokasi aslinya dan
kemudian alasan pindah memilih yang jelas, seperti kondisi atau keadaan tertentu yang diatur
undang-undang. Hal ini diharapkan tidak terjadi lagi kedepannya, dengan begitu pemilu dan
pilkada yang akan datang bisa menjunjung tinggi asas-asas demokrasi. Dalam kasus
mobilisasi pemilih ini sama saja telah mencederai asas-asas dalam demokrasi.
5) PEMILU
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) menyatakan akan melakukan
digitalisasi dalam pemilihan umum (pemilu)
sesuai arahan Presiden Joko Widodo
(Jokowi) yang meminta mempercepat
transformasi digital. Hammam riza
menyebut digitalisasi penyelenggaraan
pemilu bukan hal yang baru. Pemilihan
kepala desa pun sudah menggunakan sistem
e-voting sejak sepuluh tahun lalu. Dari data
terbaru, kata Hammam, pemilihan kepala
desa di empat kabupaten bahkan sudah 100
persen menggunakan sistem e-voting.
Masing-masing pemilih menggunakan KTP
elektronik agar bisa memilih calon kepala desa. Dalam laman resmi, BPPT
menyampaikan sistem pemilihan secara e-voting akan banyak membutuhkan berbagai
perangkat, baik perangkat keras maupun lunak.
Komentar : Menurut saya, sebenarnya penerapan e-voting dalam pemilu merupakan
wacana yang bagus untuk dilaksanakan, dengan memanfaatkan kemajuan transformasi
digital dan teknologi sekarang dapat mempersingkat waktu pelaksanaan pemilihan dan
mampu mencegah kecurangan pemilu pada saat perhitungan di Tempat Pemungutan
Suara (TPS), rekapitulasi di Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), dan di kabupaten/kota.
Selain itu, satu identitas hanya dapat digunakan untuk satu kali memilih. Artinya kartu
cip putih tak akan keluar dua kali dengan satu identitas sama, hal ini tentu saja akan
meminimalisir kecurangan yang biasanya terjadi pada pemilu. Akan tetapi penerapan e-
voting ini harus memiliki persiapan yang matang juga, seperti komponen mesin e-voting
yang perlu dikembangkan, antara lain CPU dan harddisk untuk menjalankan software
dan menyimpan voting secara digital, layar touchscreen untuk memberikan voting,
display eksternal untuk menampilkan status mesin supaya bisa dipantau oleh petugas.
6) PILKADA
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi
(MK) Jimly Asshiddiqie menyoroti
polemik bupati terpilih Kabupaten Sabu
Raijua, Nusa Tenggara Timur, Orient P
Riwu Kore yang berstatus warga negara
Amerika Serikat. ketika mengikuti
Pilkada 2020. Jimly menegaskan, WNA
tidak diperbolehkan mendapatkan SK dan
dilantik menjadi bupati. Jimly
menegaskan, untuk tidak membaca
Undang-Undang secara tekstual, seolah-
olah logis untuk tidak mencoret WNA
jadi bupati terpilih ataupun bupati yang
akan dilantik. Sebagai penggantinya,
wakil bupati terpilih Thobias Uly bisa
ditetapkan sebagai bupati. Untuk jabatan
wakil bupatinya bisa diberikan ke
mekanisme DPRD.
Komentar : Menurut saya, seharusnya KPU lebih teliti lagi mengenai permasalahan
seperti ini, bagaimana bisa seorang yang masih berstastus Warga Negara Asing (WNA)
dapat mencalonkan diri sebagai seorang bupati di pilkada 2020. Tentu saja hal ini
melanggar ketentuan UU yang berlaku yaitu, UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada,
syarat pencalonan kepala daerah harus Warga Negara Indonesia (WNI). Orient Patriot
Riwu Kore dikabarkan berstatus Warga Negara Amerika. Hal ini juga dibenarkan
Bawaslu setempat berdasarkan surat balasan dari Kedutaan Besar AS di Jakarta. Itu
artinya kedepannya KPU tidak bisa lagi melihat seseorang yang akan mencalonkan diri
menjadi kepala daerah hanya dari KTP nya saja, tetapi latar belakangnya juga harus jelas
agar tidak terjadi kejadian seperti ini lagi.