Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

OTONOMI DAERAH

DOSEN
Indra Aldila Wiradiputra, S.IP.,M.A.P.

DISUSUN OLEH
Ajeng Riyanti Ratna Kumala_21.011.001
Rizky Feby Milenia Sari_21.011.579

BANDUNG UNIVERSITY
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK (INTENSIF SORE)
MATA KULIAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
DAERAH
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bertitik tolak pada pada gagasan amandemen UUD 1945 maka perubahan
mendasar dalam kerangka sistem ketatanegaraan RI ditandai dengan adanya
perubahan struktur maupun paradigma bernegara yang sentralistik menuju
kearah konsep bernegara yang desentralistik sehingga berimplikasi pada
kelahiran otonomi daerah sebagai suatu sistem ketatanegaraan yang dianggap
ideal di tengah tuntutan demokrasi partisipatif dengan tujuan untuk
mendekatkan masyarakat pada proses partisipasi, pelayanan publik,
peningkatan kesejahteraan, pemerataan pembangunan dan pengambilan
kebijakan maupun kebijaksanaan di tingkat lokal bagi terwujudnya
pembangunan untuk rakyat Indonesia yang seluruhnya dan seutuhnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan otonomi daerah?


2. Apa tujuan dari otonomi daerah?
3. Apa saja Asas-asas otonomi daerah?

1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari otonomi daerah


2. Untuk mengetahui tujuan dari otonomi daerah
3. Untuk mengetahui asas-asas dari otonomi daerah

1.4 Manfaat penulisan

1. Memahami tentang otonomi daerah


2. Mengetahui tujuan dari otonomi daeah
3. Memberikan informasi mengenai asas-asas dari otonomi
daerah
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah pemberian kewenangan kepada


pemerintah daerah untuk secara mandiri mengatur dan mengelola
urusan nasional. Dengan kata lain, pemerintah daerah memiliki hak
dan kewajiban untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan
kepentingan lokal. Artinya wewenang dan tanggung jawab ditransfer
ke tingkat daerah yang lebih rendah dari pemerintah pusat.
Otonomi secara sempit diartikan sebagai “mandiri”, sedangkan
dalam arti luas adalah “berdaya”. Jadi otonomi daerah yang
dimaksud di sini adalah pemberian kewenangan pemerintahan
kepada pemerintah daerah untuk secara mandiri atau berdaya
membuat keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri.
Sedangkan desentralisasi menurut M.Turner dan D.Hulme
adalah transfer/pemindahan kewenangan untuk
menyelenggarakan beberapa pelayanan kepada masyarakat dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Sementara
desentralisasi menurut Shahid Javid Burki dan kawan- kawan
adalah proses pemindahan kekuasaan politik, fiskal, dan
administratif kepada unit dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah.
Jadi otonomi daerah dapat diartikan pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah. Otonomi daerah adalah suatu instrumen
politik dan instrumen administrasi/manajemen yang digunakan
untuk mengoptimalkan sumber daya lokal, sehingga dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemajuan masyarakat di
daerah, terutama menghadapi tantangan global, mendorong
pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan kreativitas,
meningkatkan peran serta masyarakat, dan mengembangkan
demokrasi.

Pengertian Otonomi Daerah Menurut Undang- Undang dan Para Ahli

1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 menetapkan


otonom daerah sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk
mengatur dan mengawasi masyarakatnya sendiri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 sebagai
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah mendefinisikan otonomi daerah sebagai wewenang
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat lokal sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

4. Bayu Suria Ningrat mendefinisikan otonomi daerah sebagai kemampuan


untuk mengelola dan mengawasi rumah tangga daerah, sebagaimana
dikutip oleh I Nyoman S.

5. Hoessien menggambarkan otonomi daerah sebagai pemerintahan yang


dilakukan oleh rakyat di bagian wilayah nasional suatu negara melalui
lembaga pemerintahan yang secara formal berbeda dari pemerintahan
pusat.

6. Amrah Muslimin berpendapat bahwa otonomi berarti berpemerintahan


sendiri berdasarkan paham catur praja, yang terdiri dari fungsi
membentuk perundangan, pelaksanaan, kepolisian, dan peradilan.
Pemerintah otonom melakukan keempat tugas ini untuk
menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat di daerah yang pemerintah
pusat tidak dapat.
2.2 Tujuan Otonomi Daerah

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah adalah suatu
hal yang sifatnya prinsipil dan substantif bagi negara Indonesia. Tetapi, kira-
kira tujuannya apa? Menurut Sjafrizal dalam Perencanaan Pembangunan
Daerah Dalam Era Otonomi ada tiga tujuan utama dari otonomi daerah, yaitu:

1. Political Equality
Mengelaborasikan otonomi daerah sebagai suatu kebijakan akan turut serta
dalam meningkatkan partisipasi politik di tingkatan daerah. Tentu hal ini
sangat penting, terutama untuk mengejawantahkan demokratisasi dalam
pengelolaan negara.

2. Local Accountability
Menjalankan otonomi daerah berarti ikut mengakselerasi dan mengeskalasi
tanggung jawab pemerintah daerah dalam mencapai sistem yang aspiratif oleh
masyarakat daerah. Hal ini juga berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi
maupun pembangunan ekonom daerah yang akan meningkat.

3. Local Responsiveness
Terakhir, otonomi daerah akan ikut mengeskalasi respon pemerintah terhadap
berbagai persoalan sosial maupun ekonomi di tingkat daerah. Aspek ini juga
penting, sebab otonomi daerah akan menjadi sistem yang menuntaskan
beberapa problematika di tingkat yang jauh dari pusat.

Sebagian para ahli pemerintahan juga mengemukakan pendapat lain


tentang alasan perlunya otonomi-desentralisasi, yaitu:
1. Untuk terciptanya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.
2. Sebagai sarana pendidikan politik.
3. Sebagai persiapan karier politik.
4. Stabilitas politik.
5. Kesetaraan politik (political equality).
6. Akuntabilitas publik.

2.3 Asas-asas Otonomi Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengenai Pemerintah


Daerah, terdapat 3 jenis penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
dasar bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah. Asas-asas
tersebut antara lain adalah asas desentralisasi, asas dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.

1. Asas Desentralisasi
Asas desentralisasi adalah sebuah penyerahan wewenang. Penyerahan tersebut
dilakukan oleh pemerintah pusat pada pemerintah daerah. Pemerintah daerah
memiliki wewenang untuk mengurus daerahnya tersebut secara mandiri. Hal
ini berdasarkan dari asas otonom.

2. Asas Dekonsentrasi
Asas dekonsentrasi adalah sebagian urusan dari pemerintahan yang menjadi
wewenang pemerintah pusat pada gubernur. Hal tersebut karena gubernur
adalah wakil dari pemerintah pusat.

Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat pada instansi vertikal di sebuah


wilayah tertentu, dan/atau pada gubernur dan walikota atau bupati sebagai
penanggung jawab dari urusan pemerintahan umum.

3. Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah
otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah provinsi kepada
daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah provinsi.

2.4 OTONOMI DAERAH DAN DEMOKRATISASI

Otonomi daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem


demokrasi yang berintikan kebebasan kepada individu, kelompok,
daerah untuk mengatur, mengendalikan, serta menyelenggarakan
pemerintahan sendiri. Pemerintahan sendiri yang dimaksud adalah
pemerintahan yang diatur dan dikendalikan oleh masyarakat sendiri
di daerah atas dasar otonomi yang diberikan oleh pemerintahan
pusat. Tujuan utama adanya kebijakan otonomi daerah adalah:
1. Kesetaraan politik (political equality), yaitu hak warga negara
untuk mendapatkan kesetaraan atau kesamaan politik.
2. Tanggung jawab daerah (local accountability), yaitu
masyarakat daerah dapat secara langsung ikut bertanggung jawab
dalam membangun dan mengembangkan segala potensi sumber
daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), dan sumber daya
buatan (SDB) yang ada pada baerah bagi kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat dan daerahnya.
3. Kesadaran Daerah (local responsiveness), yaitu kesadaran
daerah untuk menumbuhkembangkan segenap potensi yang
dimilikinya bagi masyarakat maupun negara.

2.5 PERKEMBANGAN UU OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

Pelaksanaan otonomi daerah (OTDA) di Indonesia telah


mengalami perubahan sebanyak tujuh kali yang ditandai dengan
perubahan UU OTDA/Desentralisasi, yaitu:
1. UU Nomor 1 Tahun 1945, tentang Pemerintahan Daerah.
2. UU Nomor 22 tahun 1948, tentang Susunan Pemda yang Demokratis.
3. UU Nomor 1 Tahun 1957, tentang Pemerintahan Daerah yang berlaku
menyeluruh dan bersifat seragam.
4. UU Nomor 18 Tahun 1965, tentang Pemerintahan Daerah yang menganut
otonomi yang seluas-luasnya.
5. UU Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok penyelenggaraan
Pemerintahan Pusat di Daerah.
6. UU Nomor 22 Tahun 1999, tentang Otonomi Daerah.
7. UU Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.
8. UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.
9. UU Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.

2.6 IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH


Implementasi otonomi daerah dapat dikelompokkan dalam lima bidang,
yaitu:
1. Implementasi Otonomi Daerah dalam Pembinaan Wilayah
2. Implementasi Otonomi Daerah dalam Pembinaan Sumber Daya Manusia.
3. Implementasi Otonomi Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan Masalah
kemiskinan merupakan masalah penting bagi pemerintah daerah.
4. Implementasi Otonomi Daerah dalam Hubungan Fungsional Eksekutif dan
Legislatif
5. Implementasi Otonomi Daerah dalam Membangun Kerja Sama Tim
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam makna luas memiliki arti berdaya. Maka dari itu, otonomi daerah
adalah kemandirian suatu daerah. Kemandirian tersebut berkaitan dengan
pembuatan dan keputusan mengenai hal-hal penting yang ada di daerahnya
sendiri.

Selain itu, dapat juga dikatakan bahwa otonomi daerah adalah sebuah
kewenangan otonomi daerah. Kewenangan tersebut untuk mengatur serta
mengurus kepentingan masyarakat setempatnya. Hal ini didasari oleh
pelaksanaannya sendiri, dan berdasarkan aspirasi dari masyarakat.

Otonomi daerah berjalan sesuai dengan peraturan undang-undang. Sedangkan


arti dari daerah otonomi adalah sebuah kesatuan masyarakat hukum.
Kesatuan tersebut memiliki batas daerah tertentu.

Daerah tersebut memiliki wewenang untuk mengatur daerahnya. Selain itu,


terdapat pula wewenang untuk mengurus kepentingan masyarakatnya. Hal ini
juga didasari oleh aspirasi masyarakat di dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Ada salah satu hal yang menjadi aspek penting dari otonomi daerah. Hal
tersebut adalah pemberdayaan masyarakat. Hal ini akan membuat mereka
memiliki hak untuk berpartisipasi.

Seperti dalam proses perencanaan, proses pelaksanaan, proses penggerakan


dan proses pengawasan. Proses-proses tersebut akan terjadi dalam pengelolaan
pemerintah daerah. Hal tersebut digunakan dalam penggunaan sumber daya
pengelola serta memberi pelayanan yang prima kepada public atau masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/otonomi-daerah/

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6116318/otonomi-daerah-
pengertian-jenis-dan-tujuannya

https://fahum.umsu.ac.id/pengertian-otonomi-daerah/

https://www.mpr.go.id/pengkajian/
01_HKBP_KA_Pelaksanaan_Otonomi_Daerah_Unibraw.pdf

Srijanti, A. Rahman H.I, Puswanto S.K., 2009.


Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi :
Mengembangkan Etika Berwarga Negara. Edisi 3.
Jakarta: Penerbut Salemba Empat : Bohenhamer David, J.
2001.

Federalism and Democracy. Working Paper. US

Department of State. Wasington D.C.

Fokus Media. 2004. Undang-undang Otonomi Daerah.


Fokus Media. Bandung.

Kaloh, J. 2002. Mencari Bentuk Otonomi Daerah. Renika


Cipta. Jakarta.

Kusnardi, M. dan Bintan Saragih. 2000. Ilmu Negara.


Gaya Media Pratama. Jakarta. Muluk Hadi, 2005.
Otonomi Daerah Akibatkan Perubahan Identitas
Nasional.

Perspektif, Oktober 200

Anda mungkin juga menyukai