Anda di halaman 1dari 20

1TUGAS KELOMPOK 4

“OTONOMI DAERAH”

1. Miftahul Hidayat (12209010)


2. Muhammad Ardiansyah (12209027)
3. Anggun Nadia Zulaiqa (12209029)
4. Sulistia Dama Yanti (12209015)

Pertanyaan No. 1

Definisikan konsep otnomi daerah. Apa yang dimaksud dengan otonomi daerah dan
mengapa hal ini penting bagi pembangunan daerah? Jelaskan beberapa jenis otonomi
daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Jawaban

a. Konsep Otonomi Daerah


Konsep otonomi daerah telah lama ada dan diberlakukan di Indonesia, bahkan
semenjak Indonesia merdeka sudah ada konsep otonomi daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia, hal ini ditandai dengan
substansi dari Undang-Undang No 1 Tahun 1945 yang telah menyebutkan
penerapan konsep otonomi daerah dalam sistem dan penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Indonesia. Konsep otonomi daerah yang dilaksanakan di
Indonesia, merupakan hak,
wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus pemerintaha
daerah dan masyarakatnya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dan harus tetap berada dalam ruang lingkup kerangka negara
kesatuan Republik Indonesia.
Pada hakekatnya konsep otonomi daerah yang dilaksanakan di Indonesia sangat
berbeda dengan konsep otonomi daerah model negara federal, Otonomi daerah
model negara Indonesia penerapannya senantiasa menghormati dan berada dalam
ruang lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga otonomi daerah di
Indonesia bukan berarti kebebasan tanpa batas dalam menyelenggarakan
pemerintahan daerah dan mengurus masyarakat daerahnya sendiri, akan tetapi
merupakan suatu konsep yang memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah
dalam menyelenggarakan pemerintahan dan mengurus masyarakatnya dengan
batas-batas senantiasa menghormati keberadaan dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Oleh karena itu tidak tepat apabila kita membandingkan antara konsep
otonomi daerah model Indonesia dengan konsep otonomi daerah model negara
federal yang diterapkan oleh negara-negara lain yang memang memberikan
kebebasan penuh kepada negara bagian untuk mengatur dan mengurus
masyarakatnya sendiri.
b. Definisi Otonomi Daerah dan mengapa Otonomi Daerah penting bagi
Pembangunan Daerah
Koesoemahatmadja sebagaimana dikutip I Nyoman S berpendapat bahwa
menurut perkembangan sejarah di Indonesia, otonomi selain mengandung arti
perundangan (regeling), juga mengandung arti pemerintahan (bestuur). Namun
demikian, walaupun otonomi ini sebagai self goverment, selfsufficiency dan actual
independence, keotonomian tersebut tetap berada pada batas yang tidak
melampaui wewenang pemerintah pusat yang menyerahkan urusan kepada daerah.
Otonomi, menurut Manan sebagaimana yang dikutip Sondang P.S mengandung arti
kemandirian untuk mengatur dan mengurus urusan (rumah tangganya) sendiri.
Otonomi daerah, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1974, adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
1999, otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. UU. No. 32 Tahun 2004
dan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mendefinisikan otonomi
daerah sebagai wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Otonomi daerah merupakan prinsip penting dalam sistem pemerintahan di
banyak negara, termasuk di Indonesia. Ada beberapa alasan mengapa otonomi
daerah dianggap penting bagi pembangunan daerah, antara lain:
1. Pemberdayaan Lokal: Otonomi daerah memberikan kesempatan kepada
pemerintah daerah untuk mengambil keputusan dan mengelola sumber daya
lokal sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah tersebut. Ini memberikan
pemberdayaan kepada pemerintah dan masyarakat setempat untuk
merencanakan dan mengimplementasikan program-program pembangunan
yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan khusus daerah mereka.
2. Responsif terhadap Kebutuhan Lokal: Dengan adanya otonomi daerah,
pemerintah daerah dapat lebih responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi
masyarakat setempat. Karena mereka lebih dekat dengan masyarakat dan
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang masalah lokal, pemerintah
daerah dapat merancang kebijakan dan program yang lebih tepat sasaran
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
3. Pengembangan Ekonomi Lokal: Otonomi daerah memberikan peluang bagi
pemerintah daerah untuk mengembangkan sektor ekonomi lokal dengan
memanfaatkan potensi daerah secara optimal. Pemerintah daerah dapat
mengambil inisiatif dalam menarik investasi, mengembangkan pariwisata,
membangun infrastruktur, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi
masyarakat setempat. Dengan demikian, otonomi daerah dapat menjadi
pendorong utama pertumbuhan ekonomi regional.
4. Partisipasi Masyarakat: Otonomi daerah juga memungkinkan adanya
partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam proses pembangunan daerah.
Melalui mekanisme partisipatif, masyarakat dapat ikut serta dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pembangunan, mengawasi
penggunaan anggaran, serta memberikan masukan dan saran kepada
pemerintah daerah. Ini dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
dalam pemerintahan serta memperkuat hubungan antara pemerintah dan
masyarakat.
5. Pemenuhan Kebutuhan Dasar: Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah
daerah memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk menyediakan
pelayanan dasar kepada masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, sanitasi,
air bersih, dan infrastruktur dasar. Keterlibatan pemerintah daerah dalam
penyediaan pelayanan ini diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas dan
kualitas pelayanan publik, serta memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
secara lebih efektif.
Secara keseluruhan, otonomi daerah penting bagi pembangunan daerah karena
memberikan kewenangan, pemberdayaan, dan tanggung jawab kepada pemerintah
dan masyarakat setempat untuk merencanakan, mengelola, dan mempercepat
pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah masing-masing.
c. jenis otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah.
Pemerintah pusat di Indonesia memberikan jenis otonomi daerah kepada
pemerintah daerah melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Ada tiga jenis otonomi daerah yang diberikan:
1. Otonomi Daerah Kabupaten/Kota: Undang-Undang memberikan wewenang
kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dalam batas-batas yang
ditetapkan oleh undang-undang. Pemerintah kabupaten/kota memiliki
otoritas dalam bidang pemerintahan umum, perekonomian, dan
pembangunan daerah.
2. Otonomi Daerah Provinsi: Pemerintah provinsi memiliki otoritas yang lebih
luas dibandingkan dengan pemerintah kabupaten/kota. Mereka memiliki
wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi. Selain itu, pemerintah provinsi juga memiliki
peran penting dalam pembangunan regional, pembangunan ekonomi, dan
pengelolaan sumber daya alam di wilayah provinsi.
3. Otonomi Khusus: Beberapa daerah di Indonesia juga diberikan status
otonomi khusus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik khusus yang
dimiliki oleh daerah tersebut. Contohnya adalah Provinsi Aceh, Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan Provinsi Papua. Otonomi khusus memberikan
tingkat otonomi yang lebih tinggi kepada daerah-daerah ini, termasuk dalam
hal hukum adat, sistem pemerintahan, dan pengelolaan sumber daya alam.
Melalui otonomi daerah ini, pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah untuk mengurus dan mengambil keputusan dalam urusan
pemerintahan yang lebih dekat dengan masyarakat setempat. Tujuannya adalah
untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan,
mempercepat pembangunan daerah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
di seluruh Indonesia.

Pertanyaan No. 2

Otonomi daerah telah menjadi perdebatan nasional sejak lama. Tinjau sejarah
perkembangan otonomi daerah di Indonesia, termasuk peran UU No. 22 Tahun 1999
tentang pemerintahan daerah dan UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahn daerah
yang saat ini berlaku.

Jawaban

a. Sejarah perkembangan otonomi daerah dimulai dengan peraturan perundang-


undangan pertama yang mengatur tentang pemerintahan daerah pasca
proklamasi kemerdekaan yaitu UU N. 1 tahun 1945. Undang -undang ini
menekankan pada aspek pada aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui
pengaturan pembentukan badan perwakilan tiap daerah. Dan dalam UU ini
ditetapkan tiga jenis daerah otonom, yaitu keresidenan, kabupaten, dan kota.
Periode berlakunya undang-undang ini sangat terbatas. Oleh karena itu dalam
kurun waktu 3 tahun belum ada peraturan pemerintahan yang mengatur
mengenai penyerahan urusan (desentralisasi) kepada daerah. Setelah peraturan
perundang-undangan No. 1 tahun 1945 digantilah dengan Undang-undang No.
22 tahun 1948. UU ini lebih berfokus pada pengaturan tentang susunan
pemerintahan daerah yang demokratis, dan dalam Undang-undang ini
ditetapkan dua jenis daerah otonom, yaitu daerah otonom biasa dan daerah
otonom istimewa, serta tiga tingkatan daerah yaitu provinsi, kabupaten/kota
besar dan desa/kota kecil. Periode otonomi daerah di Indonesia pasca UU Nomor
22 tahun 1948 diisi dengan munculnya beberapa UU tentang pemerintahan
daerah yaitu UU Nomor 1 tahun 1957 (sebagai pngaturan tunggal pertama yang
berlaku seragam untuk seluruh Indonesia), UU Nomor 18 tahun 1965 (yang
menganut sistem otonomi yang seluasluasnya) dan UU Nomor 5 tahun 1974 UU
yang mengatur pokok-pokok penyelenggara pemerintahan yang menjadi tugas
Pemerintah Pusat di daerah. Undang-undang ini berumur paling panjang yaitu
25 tahun, dan baru diganti dengan Undang-undang nomor 22 tahun 1999 dan
Undang-undang nomor 25 tahun 1999 setelah tuntunan reformasi
dikomandangkan. Satu hal yang paling menonjol dari pergantian Undang-undang
Nomor 5 tahun 1974 dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 adalah
adanya perubahan mendasar pada format otonomi daerah dan substansi
desentralisasi. Beberapa butir yang terkandung di dalam kedua undang-undang
tersebut (UU No. 22 tahun 1999 dan No. 25 tahun 1999) desentralisasi dalam
Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 lebih cenderung pada corak dekonsentrasi
Sedangkan desentralisasi dalam Undangundang Nomor 22 tahun 1999 lebih
cenderung pada corak devolusi. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun
1974, kepala daerah adalah sekaligus kepala wilayah yang merupakan
kepangjangan tangan dari pemerintah. Dalam praktik penyelenggaraan
pemerintahan di daerah, kenyataan menunjukkan peran sebagai kepala wilayah
yang melaksanakan tugas tugas dekonsentrasi lebih dominan dibanding sebagai
kepala daerah. Undang-Undang sudah sering diterbitkan namun dalam
kenyataannya pengelolaan kekayaan alam dan sumber daya alam daerah masih
diatur oleh pusat.Sehingga masyarakat daerah yang kaya sumber daya alamnya
merasa sangat dirugikan.Akhirnya,pada masa reformasi mereka menuntut
dilaksanakannya otonomi daerah. Sehingga lahirlah UU no 22 tahun 1999 dan
pelaksanaan otonomi daerah mulai terealisasi sejak tahun 2000 secara bertahap.
b. Peran UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah adalah
peraturan hukum yang mengatur tentang sistem pemerintahan daerah di
Indonesia. UU ini memiliki peran penting dalam memberikan kerangka hukum
bagi otonomi daerah dan penataan pemerintahan di tingkat lokal. Beberapa
peran utama UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah antara lain:
1. Pembagian Urusan Pemerintahan: UU ini mengatur tentang pembagian
urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal
ini dilakukan untuk memastikan adanya koordinasi dan kolaborasi antara
kedua tingkatan pemerintahan agar pembangunan dan pelayanan publik
dapat dilaksanakan secara efektif.
2. Pemilihan Kepala Daerah: UU ini juga mengatur tentang pemilihan kepala
daerah secara langsung oleh rakyat. Proses pemilihan ini mencakup
pemilihan gubernur, bupati, dan walikota. UU tersebut menyediakan
kerangka hukum yang jelas mengenai tahapan, prosedur, dan mekanisme
pemilihan kepala daerah.
3. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah: UU ini mengatur tata cara
penyelenggaraan pemerintahan daerah, termasuk struktur pemerintahan
daerah, tugas dan wewenang lembaga pemerintahan daerah, serta
mekanisme pengambilan keputusan di tingkat daerah.
4. Keuangan Daerah: UU No. 22 Tahun 1999 juga mengatur tentang keuangan
daerah, termasuk mengenai pendanaan pemerintahan daerah, pengelolaan
keuangan daerah, serta pengawasan terhadap penggunaan anggaran daerah.
UU ini memberikan dasar hukum bagi otonomi keuangan daerah.
c. Peran UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang berlaku
saat ini.
Menurut undang-undang 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah
dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah daerah mepunyai hak dan
peran serta kewajiban yang sudah diatur secara eksplisit dan jelas.
1. Pasal 65 UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah bahwa
pemerintah daerah ( kepala daerah) memiliki hak dan kewajiban,
yaitu
a. Kepala daerah mempunyai tugas:
1. Memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah berdasarkan ketentuan peraturan
perundang undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersam
DPRD.
2. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.
3. Menyusun dan mengajukan rancangan perda tentang RPJPD
dan rancangan perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk
dibahas Bersama DPRD, serta Menyusun dan menetapkan
RKPD.
b. Dalam melaksnakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1
kepala daerah berwenang:
1. Mengajukan rancangan perda
2. Menetapkan perda yang telah mendapat persetujuan Bersama
DPRD.
3. Menetapkan perkada dan keputusan kepala daerah.
c. Kepala daerah yang sedang menjalani masa tahanan dilang
melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagaimana dimaksud
pada ayat 3, yaitu:
1. Dalam hal kepala daerah sedang menjalani masa tahanan atau
berhalangan sementara, wakil kepala daerah melaksanakan
tugas dan wewenang kepala daerah.
2. Apabila kepala daerah sedang menjalani masa tahanan atau
berhalangan sementara dan tidak ada wakil kepala daerah
maka, sekretaris daerah yang melaksanakan tugas sehari-hari
kepada daerah.

Referensi:

-SUPARTO, Suparto. Otonomi Daerah di Indonesia: Pengertian, Konsep, Tujuan, Prinsip


dan Urgensinya. 2017.

- Sugianto, Bambang. "Analisis Yuridis Hubungan Pemerintah Daerah Dan Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah Menurut Uu Nomor 23 Tahun 2014." Solusi 15.3 (2017).

Pertanyaan No. 3

Evaluasi implementasi otonomi daerah di Indonesia. Tinjau bagaimana implementasi


otonomi daerah di Indonesia sejauh ini. Apa saja tantangan dan kendala yang dihadapi
dalam implementasi otonomi daerah di Indonesia dan bagaimana hal ini dapat
diperbaiki?

Jawaban

Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat.
Sekarang ini, implementasi otonomi daerah di Indonesia belum optimal. Ada beberapa
daerah yang masih memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) di bawah 20%. Mereka
hanya menggantungkan keuangannya pada pemerintah pusat lewat Transfer ke
Daerah dan Dana Desa (TKDD).

Mengutip dari Palangakaraya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito


Karnavian menanggapi agar daerah yang memiliki PAD masih rendah mencoba untuk
melakukan inovasi baru untuk menggali potensi. Dengan begitu akan terjadi
peningkatan PAD yang harapannya akan dapat melampaui besaran TKDD yang diterima
di daerah tersebut. Namun, inovasi tersebut harus tetap memperhatikan hukum dan
norma sehingga tidak memberatkan rakyat.

Masalah utama yang membuat ketimpangan PAD ini adalah pusat industrialisasi
masih fokus di Jawa sedangkan perkembangan industrialisasi di daerah pedalaman
terasa lambat, terutama di dalam bidang manufaktur dan teknologi informasi.

Walaupun demikian, terdapat kemajuan dalam otonomi daerah, seperti adanya


percepatan pembangunan yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), bertambahnya PAD, dan kemampuan fiskal daerah.

Di tahun 2022 ini sudah terbentuk sebanyak Daerah Otonom Baru (DOB)
sebanyak 34 provinsi, 416 kabupaten, dan 98 kota.

Berkat hal itu, pemerintah pusat melaksanakan segala upaya untuk mendukung
dan mendorong pemerintah daerah untuk menemukan identitas mereka.

Selain itu, masing-masing daerah juga bisa terus berinovasi menciptakan sistem
dan penerapan teknologi yang optimal untuk menghadapi persaingan dunia serta
tantangan revolusi industri.

Faktor penghambat pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah salah satunya


kesenjangan antardaerah.

Faktor penghambat pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah:


-Kesenjangan antardaerah. Kesenjangan yang dimaksud adalah kesenjangan yang ada
pada kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di setiap daerah.
-Kesenjangan sumber daya alam. Sumber daya alam yang berbeda di setiap daerah akan
membuat daerah yang minim sumber daya alam dengan populasi penduduk yang tinggi
sulit melaksanakan otonomi.
-Terpaku pada sentralisasi. Daerah masih sangat bergantung pada pemerintah pusat
dan hal ini menghambat kreativitas perangkat pemerintahan daerah serta
masyarakatnya.
-Sarana dan prasarana yang terbatas. Belum semua daerah di Indonesia memiliki
sarana dan prasarana yang memadai untuk pelaksanaan otonomi daerah.
Salah satu cara mengatasi atau memperbaikinya yaitu dengan Pemerintah melakukan
sosialisasi terkait peraturan tentang otonomi daerah. Pemerintah pusat melakukan
pelatihan kepada pemerintah daerah terkait implementasi otonomi daerah.

Referensi:

-https://edukasi.okezone.com/read/2022/12/05/624/2721017/bagaimana-
pelaksanaan-otonomi-daerah-di-indonesia-sekarang-ini

Pertanyaan No. 4

Otonomi daerah harus dijalankan dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Tinjau hubunganantara otonomi daerah dan NKRI, termasuk kewajiban
pemerintah daerah untuk menjalankan tugas dan wewenang yang diberikan dalam
kerangka NKRI.

Jawaban

Otonomi daerah dan NKRI mempunyai hubungan sinergi yang kuat. Karena
otonomi daerah merupakan sebuah sistem untuk menompang keutuhan negara
Indonesia ini yang mempunyai kemajemukan. Otonomi daerah menjadi poin penting
karena daerah akan leluasa mengelola daerahnya sendiri tanpa ada campur tangan dari
pusat secara utuh. Wujud memberikan kemandirian inilah yang mendorong Indonesia
bisa bertahan tetap menjadi satu kesatuan meskipun memiliki suku, agama dan adat
yang bermacam-macam.

NKRI menjadi modal utama menjadikan negara Indonesia ini menjadi negara yang
lebih maju dan berkembang yang bebas atas konflik berkepanjangan yang bersifat
kesukuan keagamaan dankeadatan. Akan tercipta keutuhan yang progresif dengan
adanya otonomi daerah yang bisa disebut menghargai tiap-tiap daerah untuk mandiri
tanpa harus lepas dari negara kesatuan republik Indonesia.

Berikut kewajiban pemerintah daerah yang diberikan dalam kerangka NKRI adalah
:
1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

3. Mengembangkan kehidupan demokrasi.

4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan.

5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.

6. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.

7. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak.

8. Mengembangkan sistem jaminan sosial.

9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah.

10. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah.

11. Melestarikan lingkungan hidup.

12. Mengelola administrasi kependudukan.

13. Melestarikan nilai sosial budaya.

14. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan


kewenangannya.

15. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Referensi:

https://kumparan.com/berita-terkini/faktor-penghambat-pelaksanaan-otonomi-
daerah-di-indonesia-1zpNuelyyhh

Pertanyaan No. 5
Ada beberapa isu terkini dalam otonomi daerah yang perlu diperhatikan, termasuk
kesenjangan pembangunan antar daerah, keterbatasan anggaran, dan tumpang
tindihnya tugas dan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Tinjau
isu-isu terkini ini dan jelaskan mengapa hal ini penting bagi masyarakat.

Jawaban

Isu-isu terkini dalam otonomi daerah yang perlu diperhatikan adalah


kesenjangan pembangunan antar daerah, keterbatasan anggaran, dan tumpang
tindihnya tugas dan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal ini
penting bagi masyarakat karena dapat berdampak pada pemerataan pembangunan,
penyediaan layanan publik yang berkualitas, dan efektivitas pengelolaan pemerintahan
di tingkat daerah.

a. Kesenjangan pembangunan antar daerah

kesenjangan antar daerah dalam pembangunan terjadi karena perbedaan


infrastruktur, sumber daya alam, dan sumber daya manusia di berbagai macam daerah.
Kesenjangan pembangunan antar daerah menjadi isu penting karena ketimpangan
pembangunan dapat menyebabkan disparitas ekonomi, sosial, dan infrastruktur antara
daerah yang kaya dan daerah yang kurang berkembang. Ke tidak merataan ini dapat
menciptakan kesenjangan sosial, meningkatkan ketimpangan pendapatan, dan
menghambat mobilitas sosial. Hal ini menjadi penting bagi masyarakat karena setiap
individu berhak mendapatkan akses yang adil terhadap fasilitas dan peluang yang sama
untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Kesenjangan pembangunan merupakan suatu
yang tidak sejalan dengan proses yang terjadi pada pembangunan itu sendiri. Menurut
Adisasmita (2014) kesenjangan antar daerah atau wilayah ialah kesenjangan yang
diakibatkan bukan hanya dari distribusi pendapatan, namun juga adanya ketimpangan
pembangunan terhadap daerah pada suatu negara. Kesenjangan pembangunan antar
daerah dapat dikatakan cukup tinggi, terutama perbedaan kualitas pembangunan yang
terjadi pada daerah Indonesia Barat dan Timur. Contoh nyata dari kesenjangan
pembangunan ini bisa dilihat pada pedalaman Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut
data tahun 2021, masih ada 352 desa di NTT yang belum ter aliri listrik dan minimnya
infrastruktur untuk di berbagai akses di pedalaman. Hal yang menjadi latar belakang
terjadi di daerah Timur Indonesia adalah posisi ibu kota Indonesia yang terletak di
Jakarta juga menjadi penyebab kesenjangan pembangunan di Indonesia. sebagai ibu
kota negara, Jakarta yang terletak di pulau Jawa ini menjadi pusat pemerintahan, pusat
berkembangnya ekonomi, pusat lapangan kerja, pusat teknologi dan informasi, hingga
pusat pendidikan. Berbagai proyek pembangunan pun dilakukan untuk menunjang
kegiatan-kegiatan tersebut. Hal yang bertolak belakang terjadi di daerah timur
Indonesia, pembangunan di daerah pedalaman justru begitu minim dan lamban.
Mahalnya biaya pembangunan karena letak geografis wilayah pedalaman juga membuat
kesenjangan pembangunan antara kota besar dan desa di pedalaman Indonesia timur
semakin kentara.

b. Keterbatasan Anggaran:

Keterbatasan anggaran menjadi isu penting dalam otonomi daerah karena dapat
membatasi kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan layanan publik yang
memadai. Terbatasnya pendapatan daerah dapat menghambat pembangunan
infrastruktur, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sektor-sektor penting lainnya.
Masyarakat yang tinggal di daerah dengan keterbatasan anggaran dapat mengalami
kesulitan dalam memperoleh layanan yang diperlukan. Contoh daerah dengan
keterbatasan anggaran adalah daerah-daerah pedalaman atau terpencil di negara-
negara berkembang.Isu Otonomi Daerah Terkini lainnya di daerah. Hal ini juga dapat
berdampak negatif pada kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, terutama di
daerah yang memiliki keterbatasan ekonomi. Oleh karena itu, perlu upaya untuk
memperkuat sumber pendapatan daerah, meningkatkan kapasitas pengelolaan
keuangan daerah, serta meningkatkan alokasi anggaran yang adil dan berkeadilan.

Salah satu contoh daerah di Indonesia yang mengalami keterbatasan anggaran


dalam konteks otonomi daerah adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). NTB adalah
salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat pendapatan daerah yang rendah.

Keterbatasan anggaran di NTB disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya
pendapatan asli daerah (PAD) yang terbatas, keterbatasan sumber daya alam yang dapat
dieksploitasi, serta ketergantungan terhadap transfer anggaran dari pemerintah pusat.
Selain itu, NTB juga memiliki tantangan geografis yang mempengaruhi pembangunan
infrastruktur, transportasi, dan aksesibilitas ke daerah-daerah terpencil.

c. Tumpang Tindihnya Tugas dan Wewenang:


Tumpang tindihnya tugas dan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah menjadi isu penting karena dapat menyebabkan ketidak jelasan dan
konflik dalam pengambilan keputusan serta pelaksanaan kebijakan publik. Jika tugas
dan wewenang tidak ditetapkan dengan jelas, hal ini dapat menghambat efisiensi dan
efektivitas pemerintahan di tingkat daerah. Masyarakat dapat menjadi korban dari
kebingungan administratif dan Kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan
daerah dalam menyediakan layanan publik. Contoh tumpang tindihnya tugas dan
wewenang dapat ditemukan dalam kasus pengelolaan sumber daya alam di Indonesia,
di mana terdapat tumpang tindih antara otoritas pemerintah pusat dan pemerintah
daerah.

Isu Otonomi Daerah Terkini Salah satu contoh daerah di Indonesia yang mengalami
tumpang tindih tugas dan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dalam konteks otonomi daerah adalah Provinsi Papua. Provinsi Papua merupakan
provinsi yang memiliki karakteristik geografis dan sosial yang kompleks, serta memiliki
masalah tumpang tindihnya tugas dan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.

Tumpang tindih tugas dan wewenang di Provinsi Papua terkait dengan penguasaan
sumber daya alam, pengelolaan wilayah adat, serta kebijakan pembangunan. Provinsi
Papua memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti tambang, kehutanan, dan
perikanan. Namun, dalam pengelolaan sumber daya alam ini, terjadi tumpang tindih
antara kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan kebijakan yang diinginkan
oleh pemerintah daerah dan masyarakat adat setempat. Hal ini dapat menimbulkan
konflik kepentingan dan ketidakjelasan dalam pengambilan keputusan.

Referensi "Potret Kesenjangan Pembangunan Antar Daerah di Indonesia." Badan Pusat


Statistik,2018. (https://www.bps.go.id/news/2018/07/02/159/potret-kesenjangan-
pembangunan-antar-daerah-di-indonesia.html)

Mawardi, Moch. "Keterbatasan Anggaran Pemerintah Daerah dalam Pembangunan


Daerah." Jurnal Inovasi Pemerintahan, vol. 1, no.
Pertanyaan No. 6

Ada beberapa lembaga negara yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia, termasuk Kementerian Dalam Negeri dan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Tinjau peran lembaga ini dan evaluasi
keberhasilan mereka dalam memastikan pelaksanaan otonomi daerah yang baik.

Jawaban

Di Indonesia, ada beberapa lembaga negara yang bertugas mengawasi pelaksanaan


otonomi daerah, termasuk Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Mari kita tinjau peran masing-
masing lembaga ini dan evaluasi keberhasilan mereka dalam memastikan pelaksanaan
otonomi daerah yang baik.

1. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri): Kemendagri adalah lembaga


pemerintah pusat yang bertanggung jawab atas urusan dalam negeri, termasuk
pengawasan dan pembinaan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. Peran
Kemendagri dalam konteks otonomi daerah meliputi:

 Memberikan pedoman teknis dan kebijakan terkait otonomi daerah.

 Memberikan bantuan teknis kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan


pemerintahan dan pelayanan publik.

 Melakukan evaluasi kinerja pemerintah daerah.

 Mengoordinasikan kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah.

 Memastikan kepatuhan pemerintah daerah terhadap peraturan hukum.

Keberhasilan Kemendagri dalam memastikan pelaksanaan otonomi daerah yang baik


dapat dievaluasi berdasarkan beberapa faktor:
 Kesesuaian kebijakan: Sejauh mana kebijakan yang dikeluarkan Kemendagri
mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan otonomi daerah secara efektif.

 Penegakan hukum: Kemendagri perlu memastikan kepatuhan pemerintah


daerah terhadap peraturan hukum dan melakukan tindakan penegakan hukum
jika diperlukan.

 Koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah: Kemendagri perlu memastikan


koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah dalam rangka
mencapai tujuan otonomi daerah.

 Pembinaan dan bantuan teknis: Kemendagri harus memberikan bantuan teknis


yang memadai kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitas
mereka dalam menjalankan pemerintahan dan pelayanan publik.

2. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP): BPKP adalah lembaga


negara yang bertugas mengawasi pengelolaan keuangan negara dan
pembangunan di Indonesia. Peran BPKP dalam konteks otonomi daerah
meliputi:

 Melakukan audit terhadap keuangan daerah untuk memastikan pengelolaan


keuangan yang transparan, akuntabel, dan sesuai dengan peraturan.

 Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program dan proyek pembangunan di


daerah.

 Memberikan rekomendasi dan saran kepada pemerintah daerah terkait


perbaikan pengelolaan keuangan dan pembangunan.

Evaluasi keberhasilan BPKP dalam memastikan pelaksanaan otonomi daerah yang baik
dapat melibatkan beberapa faktor:

 Meningkatkan kinerja : guna untuk memperbaiki proses pertumbuhan dan


pembelajaran serta proses internalnya sehingga bkkp dapat meningkatkan
kinerja dan citranya.

 Efektivitas Pengawasan: Evaluasi dilakukan terhadap efektivitas BPKP dalam


melaksanakan tugas pengawasan terhadap pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini
mencakup penilaian terhadap tingkat kepatuhan daerah terhadap peraturan dan
ketentuan terkait pengelolaan keuangan, tata kelola pemerintahan, serta
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan.
 Sinergi dengan Pemerintah Daerah: Evaluasi dilakukan terhadap sinergi antara
BPKP dengan pemerintah daerah dalam mengawasi pelaksanaan otonomi
daerah. Hal ini mencakup penilaian terhadap koordinasi dan kolaborasi dalam
penyusunan rencana kerja, pelaksanaan audit, serta tindak lanjut hasil audit agar
dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi pemerintah daerah.

referensi:

-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan


Presiden Nomor 41 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Dalam Negeri.

-Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPKP, Peraturan Presiden Nomor 60


Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemeriksaan Keuangan Negara oleh BPKP.

-Pedoman Tata Kerja BPKP dan pedoman kerjasama antara BPKP dengan pemerintah
daerah.

Pertanyaan No. 7

Berikan rekomendasi untuk meningkatkan pelaksanaan otonomi daerah. Berikan


beberapa rekomendasi yang dapat membantu meningkatkan pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia. Rekomendasi ini harus didasarkan pada analisis Anda tentang isu-
isu terkini dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan otonomi daerah.

Jawaban

Rekomendasi Otonomi Daerah

Meningkatkan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia memerlukan pendekatan


komprehensif yang mengatasi beberapa isu terkini dan tantangan yang dihadapi.
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang dapat membantu dalam meningkatkan
pelaksanaan otonomi daerah:

1. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia: Otonomi daerah membutuhkan


sumber daya manusia yang berkualitas di tingkat pemerintahan daerah.
Diperlukan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah dalam hal
pengelolaan keuangan, perencanaan pembangunan, manajemen sumber daya
manusia, dan tata kelola pemerintahan yang baik. Program pelatihan dan
pengembangan kompetensi harus diselenggarakan secara teratur untuk
memastikan kualitas dan kapabilitas yang memadai.
2. Penguatan Koordinasi Antar Lembaga: Pelaksanaan otonomi daerah sering
mengalami hambatan akibat kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan
daerah. Diperlukan mekanisme yang jelas dan efektif untuk memastikan
koordinasi yang baik antara kedua entitas tersebut, termasuk pembentukan
forum dialog yang rutin, peningkatan komunikasi, dan berbagi informasi secara
terbuka.
3. Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas: Otonomi daerah harus disertai
dengan transparansi dan akuntabilitas yang tinggi agar masyarakat dapat
mengawasi penggunaan anggaran dan pelaksanaan kebijakan di tingkat daerah.
Pemerintah daerah perlu mengadopsi sistem pelaporan keuangan yang
transparan, menyediakan akses informasi yang mudah bagi masyarakat, serta
memperkuat peran Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
dalam mengawasi penggunaan anggaran publik.
4. Pemberian Insentif bagi Pemerintah Daerah yang Berprestasi: Dalam rangka
mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan pelaksanaan otonomi,
pemberian insentif dapat menjadi salah satu langkah yang efektif. Pemerintah
pusat dapat memberikan insentif keuangan, seperti tambahan alokasi dana bagi
daerah yang berhasil mencapai target pembangunan, serta penghargaan dan
pengakuan publik bagi pemerintah daerah yang berhasil melakukan inovasi dan
perbaikan dalam pelayanan publik.
5. Evaluasi dan Monitoring yang Berkelanjutan: Diperlukan mekanisme evaluasi
dan monitoring yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan otonomi daerah.
Pemerintah pusat perlu membentuk tim independen yang bertugas untuk
melakukan evaluasi secara periodik terhadap kinerja pemerintah daerah. Hasil
evaluasi tersebut dapat digunakan untuk memberikan umpan balik kepada
pemerintah daerah dan mengidentifikasi masalah yang perlu diperbaiki.

Isu-isu terkini dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan otonomi daerah sangat
bervariasi tergantung pada konteks setiap negara atau wilayah. Namun, beberapa isu
dan tantangan umum yang sering muncul dalam pelaksanaan otonomi daerah meliputi:

1. Sumber daya keuangan: Salah satu tantangan terbesar adalah mencukupi


kebutuhan keuangan daerah untuk membiayai program dan kegiatan mereka.
Pemerintah daerah seringkali menghadapi keterbatasan sumber daya keuangan
yang menyebabkan kesulitan dalam memberikan pelayanan publik yang
memadai.
2. Kompetensi sumber daya manusia: Pemerintah daerah membutuhkan sumber
daya manusia yang kompeten dan berkualitas untuk mengelola dan
melaksanakan tugas-tugas mereka. Namun, seringkali ada kekurangan
keterampilan dan pengetahuan di tingkat pemerintah daerah yang menghambat
pelaksanaan otonomi daerah yang efektif.
3. Koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah: Pelaksanaan otonomi daerah
seringkali dihadapkan pada tantangan koordinasi antara pemerintah pusat dan
daerah. Ketidakselarasan kebijakan, perbedaan interpretasi hukum, dan
kurangnya komunikasi yang efektif dapat menyulitkan pelaksanaan otonomi
daerah.
4. Ketimpangan regional: Otonomi daerah dapat mengakibatkan ketimpangan
antara daerah yang memiliki sumber daya melimpah dan daerah yang kurang
berkembang. Beberapa daerah mungkin menghadapi kesulitan dalam
menghasilkan pendapatan sendiri, sementara daerah lain mungkin lebih mudah
berkembang karena kekayaan alam atau lokasi strategis mereka.
5. Ketergantungan pada pemerintah pusat: Pemerintah daerah sering kali masih
sangat bergantung pada dana transfer dari pemerintah pusat untuk membiayai
kegiatan mereka. Ketergantungan ini dapat mengurangi kemandirian finansial
dan kebebasan dalam pengambilan keputusan pemerintah daerah.
Referensi;

-Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. (2018). Pedoman Teknis Evaluasi dan
Monitoring Otonomi Daerah. Retrievedfromhttps://otonomi-dalamnegeri.net/wp-
content/uploads/2019/10/Ped

-Suara Pembaruan. (2017, 26 April). "Isu-isu Strategis Implementasi Otonomi Daerah"


[Online]. Tersedia: https://www.suarapembaruan.com/amp/berita/isu-isu-strategis-
implementasi-otonomi-daerah/72638

-Kompas. (2022, 6 Mei). "Tantangan Otonomi Daerah" [Online]. Tersedia:


https://www.kompas.id/baca/opini/2022/05/06/tantangan-otonomi-daerah/

Anda mungkin juga menyukai