Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TEORI PEMERINTAHAN

Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom

Dosen Pengampu : Dr. Titin Rohayatin, S.I.P.,M.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

Adrian Maulana Iskandar 6111221101


Alfath Azzukhruf Ramadhan 6111221102
Zalfa Amelia Putri 6111221103
Anggun Agustina 6111221104
Juan Ezra Richmarth Asyerem 2250111123

PRODI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...…i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………ii
BAB I........................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1 Pengertian Otonomi Daerah dan Daerah Otonom...............................................................2
2.2 Perkembangan Otonomi Daerah..........................................................................................2
2.3 Azas – Azas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah .........................................................3
2.4 Tujuan dan Prinsip Pemberian Otonomi Daerah.................................................................4
2.5 Pelaksanaan Otonomi Daerah..............................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................6
PENUTUP..................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................6
3.2 Saran.....................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................7

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan
dan rahmatnya kepada kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik - baiknya. Ucapan
terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Dr. Titin Rohayatin, S.IP.,M.Si sebagai dosen
pengampu mata kuliah Teori Pemerintahan yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis
dapat bermanfaaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penyusun

Cimahi, 19 Maret 2023

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otonomi daerah adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat agar
pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan dari
pemerintah pusat. Otonomi daerah di berlakukan sejak dikeluarkannya UU No. 32 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.
Otonomi daerah merupakann suatu bentuk respon dari pemerintah atas berbagai tuntutan
masyarakat terhadap tatanan penyelenggaraan pemerintahan negara. Selain itu, otonomi
daerah juga merupakan proses desentralisasi kewenangan yang semula berada di pusat
kemudian diberikan kepada daerah secara utuh, dengan tujuan agar pemerintah daerah dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dalam proses demokrtatisasi.
Dengan diberlakukannya UU No, 22 Tahun 1999 memberi kesempatan kepada daerah
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan hal di atas, secara tidak langsung memperlihatkan bahwa telah berkembangnya
kehiduupan demokrasi dalam suatu negara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan otonomi daerah dan daerah otonom ?
2. Bagaimana perkembangan otonomi daerah di Indonesia ?
3. Apa saja azas pemerintahan dan azas pemerintahan di daerah ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Menjelaskan pengertian otonomi daerah dan daerah otonom
2. Menjelaskan perkembangan otonomi daerah di Indonesia
3. Menjelaskan azas pemerintahan dan azas pemerintahan di daerah

1.4 Manfaat Penulisan


1. Mengetahui pengertian otonomi daerah dan daerah otonom
2. Mengetahui perkembangan otonomi daerah di Indonesia
3. Mengetahui azas pemerintahan dan azas pemerintahan di daerah

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Otonomi Daerah dan Daerah Otonom

Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti sendiri dan nomos
yang berarti hukum atau peraturan. Jadi, otonomi daerah merupakan sebuah kewenangan untuk
mengatur dan mengurus berbagai kepentingan masyarakat secara mandiri. Pada prinsipnya,
otonomi daerah diimplementasikan dengan pemerintah pusat untuk menyerahkan hak wewenang
pemerintah kepada pemerintah daerah guna mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah
di daerah.

Otonomi daerah, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974,


adalah hak,, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999, otonomi daerah adalah kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. UU. No 32
Tahun 2004 dan UU. No. 32 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah mendefinisikan otonomi
daerah sebagai wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Daerah Otonom menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan pasal 1 angka 12 UU 23/2014 adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat. Bentuk dari daerah
otonom ini dapat berupa provinsi, kota dan kabupaten.

2.2 Perkembangan Otonomi Daerah

Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, seluruh pemerintahan daerah di indonesia


begitu saja menerima program dari pemerintah pusat sehingga ada kesearagaman program di
setiap daerah dan tidak terjadinya pemerataan pembangunann yang hanya dipusat saja dan tidak
relevan sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Akan tetapi, setelah adanya otonomi daerah, daerah
memiliki kewenangan untuk mengatur daerahnya sendiri karena pemerintah daerah lebih
mengetahui tentang kebutuhan dan pembangunan daerahnnya dibandingkan dengan
pemerintahan pusat yang mengatur banyak daerah sehingga tidak relevan efektif dalam
melaksanakan kebutuhan dan pembagunan daerah-daerah.

Otonomi daerah di Indonesia telah mengalami perkembangan dari masa ke masa dimulai
pada era orde lama, orde baru, dan reformasi. Jelas telah nampak perubahan dan kemajuan pada

2
daerah-daerah di Indonesia dengan banyaknya pembangunan infrastruktur, pendidikan,
dan pengelolaan tata pariwisata dan kota sejak dimulainya sistem desentralisasi, akan tetapi
dibalik semua kemajuan dan perkembangan daerah-daerah yang berhasil dalam memajukan
daerahnya ada juga daerah yang tidak maju dan merasa kurang diperhatikan dan menimbulkan
konflik internal dan ancaman bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Otonomi daerah membawa perubahan positif di daerah dalam hal kewenangan daerah
untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah sendiri. Kewenangan ini menjadi sebuah
impian karena sistem pemerintahan yang sentralistik cenderung menempatkan daerah sebagai
pelaku pembangunan yang tidak begitu penting atau terpinggirkan. Perubahan dari Undang-
undang Otonomi Daerah itu sejatinya tidaklah mengurangi kewenangan dari daerah. Akan tetapi
lebih baik kedepannya harus ada inovasi dan kreativitas di daerah untuk memakmurkan
daerahnya. Penulis menyamapaikann penduduk akan berpindah ke kota, karena semua
tergantung keberhasilan peertanian dan manufaktur di daerah. Jika pertanian dan manufaktur
berhasil akan timbul kemakmuran bagi daerah.

1. Pelaksanaan Otonomi Daerah

Dengan diadakannya pergantian ordde baru ke orde reformasi berakibat dalam sistem
pemerintahan Indonesia yaitu dari sentralistik ke desesntralisasi pelaksanaan otonomi daerah
berlaku setelah keluar undang-undang nomor 22 tahun 1999 yang kemudian diganti dengan
undang-undang Nomor 32 tahun 20004 tentang pemerintahan daerah, dimana daerah memiliki
kewenangan yang luas untuk mengatur wilayahnya ssendiri.

Pada perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik berpengaruh dan


berdampak luas pada sendi-sendi kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik dan hukum di
masyarakat. Desentralisasi pemerintahan sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah yang
memiliki tiga tujuan pokok bersifat politik, administratif dan sosial ekonomi.

Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah memposisikan daerah dan masyarakat menjadi
pelaku untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dengan melaksanakan kebijakan public melalui
pelayanan prima, penegakan aturan hukum dan pemberdayaan masyarakat. Adapun faktor-faktor
penting berlangsungnya otonomi daerah ditentukan oleh manusia, seperti Kepala Daerah dan
anggota eksekutif lain serta jajaran legislatif dan tidak kalah penting adalah dari partisipasi
masyarakat, yaitu keterlibatan seluruh masyarakat sebagai sistem terhadap masalah-masalah
yang dihadapi dan mencari serta mengusahakan pemecahannya.

Good Governance merupakan faktor pendukung keberhasilan otonomi daerah. Pemerintahan


yang memenuhi kriteria good governance adalah 1) pilihan dan penunjukan pejabatnya
kompeten, menerapkan prinsip transparasi dalam melaksanakan aspek dan fungsi pemerintahan
di daerah 2) melakukan akuntabilitas secara yuridis terhadap setiap tindakan dan keputusannya
kepada public 3) mampu mendorong partisipasi masyarakat dalam menjalankan pemerintahan 4)

3
harus memiliki kepastian dan penegakan hukum (rule of law) yang jelas 5) menjunjung prinsip
kesetaraan dan keadilan bagi seluruh rakyat.

2.3 Azas Pemerintahan & Azas Pemerintahan di Daerah

Asas Pemerintahan

1. Asas Kepastian Hukum


Asas kepastian hukum merupakan asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan ketentuan peraturan perundangann – undangan, kepatutan, keajegan, dan
keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan pemerintahan.
2. Asas Tertib Penyelenggara
Asas tertib penyelenggara adalah asas yang menjadi landasan keteraturan,keserasian, dan
keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.
3. Asas Kepentingan Umum
Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraaan dan
kemanfaatan umum dengan cara yang aspiratif, akodomatif, selektif dan tidak
diskriminatif.
4. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan adalah asas yang melayani masyarakat untuk mendapatkan akses dan
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif dalam penyelenggaraan
pemerintahan dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan, dan rahasia negara.
5. Asas Proporsionalitas
Asas Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggara negara.
6. Asas Profesionalitas
Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Asas Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
dari kegiatan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
8. Asas Efisiensi
Asas efisiensi adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan
harus tepat sesuai dengan rencana dan tujuan.
9. Asas Efektivitas
Asas efektivitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan
harus berhasil mencapai tujuan yang diinginkan masyarakat desa.

4
Azas – Azas Pemerintahan Daerah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak terlepas dari penyelenggaraan
pemerintahan pusat, karena pemerintahan daerah merupakan bagian dari
penyelenggaraan pemerintahan negara. Asas dan pemerintahan daerah menggunakan asas
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
1. Asas desentralisasi
Merupakan penyerahan sebagian urusan pemerinah pusat kepada daerah untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri.
2. Asas dekonsentrasi
Merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau pejabat diatasnya (wilayah
provinsi) melimpahkan wewenangnya kepada kepala kantor departemen di kabupaten.
Beberapa keuntungan asas dekonsentrasi yaitu:
- Mampu mengurangi keluhan akan undang-undang maupun peraturan lain yang
diterbitkan oleh pemerintah
- Bisa membantu aparat pemerintahan yang tengah melaksankan informasi atau
memegang amanat dari pemerintahan daerah, kemudian amanat tersebut diteruskan
kepada pemerintahan pusat.
- Mempermudah rakyat berkomunikasi langsung kepada pemerintahan daerah
3. Asas Pembantuan (medebewind)
Mede berasal dari bahasa belanda yang artinya “ikut serta” sedangkan bewind artinya
“berkuasa atau memerintah”. Jadi pemerintah daerah ikut serta dalam mengurus suatu
urusan, namun demikian urusan itu harus dipertanggungjawabkan kepada pemerintah
pusat. Tugas pembantuan merupakan upaya pemerintahan pusat terkait peningkatan
efektifitas pelayanan umum dengan merata. Fungsi dari asas ini lebih condong ke media
dalam rangka pengembangan pembangunan daerah tertentu.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Otonomi daerah merupakan sebuah kewenangan untuk mengatur dan mengurus
berbagai kepentingan masyarakat secara mandiri. Pada prinsipnya, otonomi daerah
diimplementasikan dengan pemerintah pusat untuk menyerahkan hak wewenang
pemerintah kepada pemerintah daerah guna mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintah di daerah. Selain itu, otonomi daerah juga merupakan proses desentralisasi
kewenangan yang semula berada di pusat kemudian diberikan kepada daerah secara utuh,
dengan tujuan agar pemerintah daerah dapat memberikan pelayanan lebih dekat kepada
masyarakat dan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam proses demokratisasi. Tujuan pemberian otonomi
kepada daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri, untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan
pelaksanaan pembangunan. Prinsip pemberian otonomi kepada daerah adalah prinsip
demokrasi. Berdasarkan pengertian otonomi daerah yang juga merupakan proses
desentralisasi, pelaksanaan otonomi daerah memposisikan daerah dan masyarakat
menjadi pelaku untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dengan melaksanakan kebijakan
public melalui pelayanan prima, penegakan aturan hukum dan pemberdayaan
masyarakat. Good Governance merupakan faktor pendukung keberhasilan otonomi
daerah. Otonomi daerah di Indonesia telah mengalami perkembangan dari masa ke masa
dimulai pada era orde lama, orde baru, dan reformasi. Jelas telah nampak perubahan dan
kemajuan pada daerah-daerah di Indonesia dengan banyaknya pembangunan
infrastruktur, pendidikan, dan pengelolaan tata pariwisata dan kota sejak dimulainya
sistem desentralisasi.

3.2 Saran

Menurut penulis, Otonomi Daerah membawa perubahan positif di daerah dalam


hal kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah sendiri.
Kewenangan ini menjadi sebuah impian karena sistem pemerintahan yang sentralistik
cenderung menempatkan daerah sebagai peran pembangunan yang tidak begitu penting
atau terpinggirkan. Perubahan dari Undang-undang Otonomi Daerah itu sejatinya
tidaklah mengurangi kewenangan dari daerah. Akan tetapi lebih baik kedepannya harus
ada inovasi dan kreativitas di daerah untuk memakmurkan daerahnya, karena semua
tergantung keberhasilan pertanian dan manufaktur di daerah. Jika pertanian dan
manufaktur berhasil akan timbul kemakmuran bagi daerah.

6
DAFTAR PUSTAKA

Rohayatin, T 2022, Teori Pemerintahan, Sleman, Deepublish

HAW. Widjaja, 2005. Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Undang – Undang No, 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang – Undang No, 32 Tahun 20004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang – Undang No, 33 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah

SB. Yudoyono, Ichlasul Amal, Sofian Effendi, Muhtar Mas’ud, 2002. Good Governance dan
Otonomi Daerah, Forkoma MAP., Yogyakarta: Kagama, Universitas Gadjah Mada

https//jdih.kemenkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai