Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Garut, 27 Februari 2024

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1. Latar Belakang.................................................................................................1

2. Rumusan Masalah............................................................................................2

3. Tujuan Penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

1. Pemerintahan Daerah.......................................................................................3

2. Sejarah Pemerintahan Daerah..........................................................................3

3. Tujuan Pemerintahan Daerah...........................................................................9

4. Manfaat Pemerintahan Daerah.......................................................................10

BAB III PENUTUP..............................................................................................12

1. Kesimpulan.....................................................................................................12

2. Saran...............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

1. Buku:...........................................................................................................14

2. Jurnal:..........................................................................................................14

3. Internet:.......................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan daerah otonom oleh
pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi bahwa unsur-unsur
penyelenggara pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan
perangkat daerah.

Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas


penyelenggaraan otonomi daerah, harus memperhatikan hubungan antar susunan
pemerintahan. Hal tersebut dilakukan agar pemerintah mampu menjalankan
tugasnya, daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan
pemberian hak dan kewajiban untuk menyelenggarakan otonomi daerah dalam
kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Sesuai dengan amanat
Undang Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia di dalam Pasal 18,
pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan pembantuan.

Perihal otonomi dan penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur di dalam


Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai
pengganti Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. Jika di dalam UU No. 22 Tahun
1999 lebih menitikberatkan pada penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
lebih mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi, maka dalam UU No. 23
Tahun 2014 ini pada prinsipnya untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas otonomi dan tugas
pembantuan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang tersebut di atas maka rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah

1. Apa definisi dari pemeritahan daerah?


2. Bagaimana sejarah dalam pemerintahan daerah di Indonesia?
3. Apa tujuan dari pemerintahan daerah?
4. Apa saja manfat dari pemerintahan daerah?

3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah:

1. Agar mengetahui definisi pemerintahan daerah


2. Untuk mengetahui dan memahami sejarah pemerintahan derah di
Indonesia
3. Agar dapat mengetahui tujuan pemerintahan daerah
4. Untuk mengetahui manfaat pemerintahan daerah
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pemerintahan Daerah
Pemerintah Daerah adalah penyelenggara urusan administrasi
pemerintahan oleh pemerintah di daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah
dengan landasan dasar otonomi dan tugas. Pemerintah Daerah bukan negara
bagian seperti dalam negara federal.

Menurut, Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan


Daerah, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Sejarah Pemerintahan Daerah


Sejarah perjalanan pelaksanaan pemerintahan daerah di Indonesia senantiasa
mengalami pasang surut seiring dengan perkembangan sistem ketatanegaraan
Indonesia. Beragam peraturan perundang-undangan terkait yang mengatur secara
khusus tentang pemerintahan daerah bergulir sejak Negara ini berdiri. Dimulai
dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1948, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957, Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1965, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 dan terakhir Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015. Hal ini membuktikan
bahwa implementasi terhadap pemerintahan daerah begitu rumit dan kompleks
karena banyaknya persoalan yang perlu diatur dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
1) Otonomi Daerah Era Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Berdasarkan UU No. 1/1945, Sebenarnya Undang-Undang ini hanya mengatur
tentang Kedudukan Komite Nasional Daerah, namun dapat dikatakan pada
hakikatnya mengatur tentang Pemerintahan Daerah (Desentralisasi dan Otonomi
Daerah).

Berdasarkan UU No. 22/1948, Mulai tahun ini Kebijakan otonomi daerah


lebih menitikberatkan pada desentralisasi. Tetapi masih ada dualisme peran di
kepala daerah, di satu sisi ia punya peran besar untuk daerah, tapi juga masih
menjadi alat pemerintah pusat. Pada masa Indonesia post-kolonial, UU yang
berkaitan dengan desentralisasi antara lain UU Nomor 1 tahun 1945, UU Nomor
22 tahun 1948, UU Nomor 1 tahun 1957. Hampir seluruh UU yang ada dalam
sejarah pemerintahan Indonesia modern tidak ada yang berjalan sebagaimana
mestinya. Pelimpahan wewenang dan kekuasaan dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah mengalami kemandekan. Beberapa UU justru terkesan
“melegalkan” semangat sentralistik. Dua “gaya” pemerintahan yang diterapkan
sebelum reformasi, ada kemiripan hanya berbeda bentuk dan pelaksanaannya saja.
Namun semangatnya tetap sama: sentralistik dan otoritarian. Bedanya, Orde Lama
lebih mengedepankan semangat revolusioner, sedangkan Orde Baru lebih
mengedepankan slogan-slogan pembangunanisme. Kebijakan Otonomi daerah
pada masa ini lebih menitikberatkan pada dekonsentrasi. Kepala daerah hanyalah
kepanjangan tangan pemerintahan pusat.
Berdasarkan UU No. 1/1957, Secara umum undang-undang ini bermaksud
untuk mengatur sebaik-baiknya soal-soal yang semata-mata terletak dalam
lapangan otonomi diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Disamping itu,
undang-undang ini juga merancang tentang Pemilihan Kepala Daerah secara
langsung. Dimana Kepala Daerah haruslah seorang yang dekat kepada dan dikenal
oleh masyarakat daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu Kepala Daerah
haruslah seorang yang mendapat kepercayaan dari rakyat tersebut dan diserahi
kekuasaan atas kepercayaan rakyat itu.
Akan tetapi meskipun pada azasnya seorang Kepala Daerah harus dipilih
secara langsung, namun sementara waktu dipandang perlu memperhatikan pula
keadaan yang nyata dan perkembangan masyarakat di daerah-daerah yang
bersangkutan. Namun demikian yang terlihat kenyataannya bahwa keinginan itu
belum bisa terwujud, karena belum dapat menjamin berlangsungnya pemilihan
dengan hasil yang sebaik-baiknya. Oleh karenanya untuk sementara waktu Kepala
Daerah tetap dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan
memperhatikan syarat-syarat kecakapan dan pengetahuan yang diperlukan bagi
jabatan tersebut.
2) Otonomi Daerah Era Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Berdasarkan UU No. 18/1965, Perubahan Undang-undang tentang
Pemerintahan Daerah dari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 ke Undang-
undang Nomor 18 tahun 1965 dilatar belakangi karena perkembangan
ketatanegaraan setelah Dekrit Presiden Republik Indonesia tanggal 5 Juli 1959
yang menyatakan berlakukanya kembali Undang-undang Dasar 1945, maka
undang-undang ini disusun untuk malaksanakan Pasal 18 UUD 1945 dengan
berpedoman kepada Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-garis
Besar Haluan Negara yang dipidatokan Presiden pada tanggal 17 Agustus 1959
dan telah diperkuat oleh Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS) Nomor 1/MPRS/1960.

Sesuai dengan Ketetapan MPRS Nomor: II/MPRS/1960 dan Keputusan


Presiden Nomor: 514 tahun 1961, maka undang-undang ini mencakup segala
pokok-pokok (unsur-unsur) yang progresif dari Undang-undang No. 22 Tahun
1948, Undang-undang No. 1 Tahun 1957, Penetapan Presiden No. 6 Tahun 1959
(disempurnakan), Penetapan Presiden No. 2 tahun 1960 dan Penetapan Presiden
No. 5 Tahun 1960 (disempurnakan) juncto Penetapan Presiden No. 7 Tahn 1965
dengan maksud dan tujuan berdasarkan gagasan Demokrasi Terpimpin dalam
rangka NKRI.
Dengan berlakunya undang-undang tentang Pokok-pokok Pemerintahan
Daerah ini, maka diharapkan akan dapat diakhiri kesimpangsiuran di bidang
hukum yang menjadi landasan bagi pembentukan dan penyusunan Pemerintahan
Daerah dan dapat diakhiri pula segala kelemahan demokrasi liberal, sehingga akan
terwujudlah pemerintahan daerah yang memenuhi sifat-sifat dan syarat-syarat
yang dikehendaki oleh Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 yaitu stabil dan
berkewibawaan yang mencerminkan kehendak rakyat, revolusioner dan gotong-
royong, serta terjaminnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Undang-undang ini berkehendak membagi habis seluruh Negara Republik
Indonesia dalam tiga tingkatan daerah yang berhak mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri (Otonomi).

3) Otonomi Daerah Era Orde Baru (1965-1998)

Berdasarkan UU No. 5/1974, Perubahan ini terjadi disebabkan karena


Undang-undang sebelumnya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
keadaan pada waktu itu, disamping itu untuk menjamin terselenggaranya tertib
pemerintahan, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu dibagi atas
daerah besar dan daerah kecil, baik yang bersifat otonom maupun yang bersifat
administratif. UU Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah merupakan pilot project desentralisasi. Ia dimaksudkan untuk
menitikberatkan otonomi pada daerah tingkat kabupaten/kota madya. Namun
demikian, pelaksanaannya tersendat-sendat, lamban, bahkan dalam beberapa hal
mengalami dampak kemunduran. Dalam pelaksanaannya, daerah otonom
sekaligus dijadikan daerah administrasi. Konsekuensi pembauran terhadap sistem
ini adalah pimpinan Pemerintahan Daerah sekaligus menjadi Kepala Wilayah.
Kedudukan Kepala Wilayah merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah
Pusat. Peran kepala daerah sebagai alat kontrol pusat menjadi lebih dominan
dibanding kedudukannya sebagai Kepala Daerah.
4) Otonomi Daerah Era Reformasi.
Berdasarkan UU No. 22/1999, Di tengah krisis multidimensi yang mendera
sejak 1997, pada tahun 2001 pemerintah memberlakukan otonomi daerah. Ide
utama otonomi daerah menurut arsiteknya, Ryaas Rasyid, daerah harus kreatif
dalam menangani sumber daya yang dimilikinya. Ketidakjelasan akuntabilitas
kepala daerah terhadap masyarakat setempat, yang membuat bentuk-bentuk
tanggung jawab kepala daerah ke publik pun menjadi belum jelas. Karena posisi
masyarakat dalam proses penegakan prinsip akuntabilitas dan transparansi
pemerintah daerah, belum jelas, publik tidak pernah tahu bagaimana kinerja
birokrasi di daerah, Andrinof berharap dalam amandemen UU Pemerintahan
daerah nantinya dicantumkan distribusi hak dan kewajiban anggota Dewan, sama
besarnya Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, semula diharapkan mampu
antara lain mewujudkan suatu tatanan sistem pemerintahan daerah yang lebih
demokratis, mempercepat tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
serta meningkatkan kapasitas publik.
Berdasarkan UU No. 32/2004, Salah satu keunggulan dari UU No 32/2004
tentang Pemerintahan Daerah adalah pelaksanaan pemilihan kepada daerah secara
langsung, tetapi dalam pelaksanaannya masih muncul sejumlah persoalan. Dengan
pilkada langsung diharapkan akan terbentuk pemerintahan bersih (good
governance), lebih responsif (tanggap), lebih akuntabel, lebih transparan, dan
sebagainya. Hal-hal itu baru bisa tercapai jika kita sudah berada pada suasana
substantive democracy. Demokrasi tidak hanya dalam bentuk lembaga saja, tetapi
sudah sampai pada perilaku demokrasi yang ditunjukkan oleh para pelakunya.
Berdasarkan UU No. 23/2014, Pada masa ini, muncul semangat lahirnya
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang, Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa dan Undang-Undang 2 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah menjadi Undang-Undang.
Dari ketentuan di atas yang sudah berlaku, secara tidak langsung
mempengaruhi produk hukum di daerah baik peraturan daerah, peraturan kepala
daerah maupun yang lainnya yang sebelumnya sudah berlaku terlebih dahulu.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penyisiran terhadap produk-produk hukum
daerah khususnya peraturan daerah yang tidak lagi sejalan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah maupun desa yang
berlaku saat ini agar dapat segera untuk disesuaikan sehingga tidak terjadi
tumpang tindih kewenangan antara pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota.
Berdasarkan UU No. 9/2015, Perubahan dilakukan sebagai konsekuensi atas
perubahan undang-undang tentang pemilihan gubernur, bupati, dan walikota yang
mengatur wakil kepala daerah dipilih secara berpasangan dengan kepala daerah.
Sehingga diatur pembagian tugas antara kepala daerah dan wakil kepala daerah
agar tidak terjadi disharmoni dan dan perlunya pengaturan mekanisme pengisian
jabatan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan
jabatan untuk meneruskan sisa masa jabatan.
Pemerintah memiliki kewenangan lebih dari mengontrol, mengevaluasi, tapi
dapat membatalkan perda yang telah lama diterapkan. Perencanaan pembangunan
oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota sangat dipengaruhi akibat adanya
kewenangan yang sebelumnya menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota dikembalikan kepada Pemerintah Provinsi yang akan membuat
berkurangnya berbagai perencanaan pembangunan di Kabupaten/Kota.
3. Tujuan Pemerintahan Daerah
Dalam konteks Hukum Tata Negara (HTN), Hukum Pemerintahan Daerah
merupakan bagiarn dari HTN yang mengatur kekuasaan atau wewenang organ-
organ daerah, hubungan organ daerah satu sama lain dan mengatur juga hubungan
antara organ pemerintah daerah rakyat. Tujuan utama Hukum Pemerintahan
Daerah adalah bagaimana mewujudkan kesejahteraan rakyat yang ada di daerah.
Indonesia merupakan negara berbentuk negara kesatuan dengan wilayah begitu
luas dan jumlah penduduk yang banyak, tentu sangat sulit dengan wujudkan
kesejahteraan rakyat di daerah tanpa kehadiran pemerintahan daerah.

Pentingnya peranan pemerintahan daerah sebagai bagian dari HTN dalam


memandu kestabilan jalannya roda pemerintahan di daerah. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pembentukan
daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Saherimiko dan Sihaloho dalam bukunya memaparkan bahwa tujuan


otonomi daerah setidaknya meliputi empat aspek, dengan penjelasan sebagai
berikut:

1. Aspek Politik
Untuk mengikutsertakan, menyalurkan aspirasi dan inspirasi masyarakat di
lapisan bawah, baik untuk kepentingan daerah maupun kepentingan nasional. Hal
ini semata-mata untuk proses pembangunan demokratisasi.

2. Aspek Manajemen
Untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah,
terlebih pada pemberian pelayanan terhadap masyarakat. Salah satu upayanya
adalah dengan memperluas jenis-jenis pelayanan di berbagai bidang kebutuhan
masyarakat.
3. Aspek Kemasyarakatan
Untuk meningkatkan partisipasi serta menumbuhkan kemandirian masyarakat di
daerah sehingga tidak terlalu bergantung pada pemberian pemerintah pusat. Salah
satu caranya dengan melakukan pemberdayaan pada masyarakat.

4. Aspek Ekonomi
Untuk melancarkan pelaksanaan program pembangunan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Manfaat Pemerintahan Daerah


Salah satu manfaat otonomi daerah adalah memotong birokrasi. Hal ini
dilakukan demi memudahkan kepentingan masyarakat, mengingat sebelum
dilakukan otonomi daerah, semua kewenangan dimiliki oleh pemerintah pusat dan
berdampak pada panjangnya birokrasi.

Otonomi daerah merupakan esensi pemerintahan desentralisasi yang


merupakan penyerahan sebagian kekuasaan dan tanggung jawab dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah. Otonomi daerah mengatur serta menjalankan
pemerintahannya sendiri. Kewenangan yang dimiliki otonomi daerah dalam
menjalankan pemerintahan daerahnya sendiri memiliki sejumlah manfaat. Dikutip
dari buku Optimalisasi Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Saherimiko dan Sihaloho, terdapat 5 manfaat
otonomi daerah dengan penjabaran sebagai berikut:

1. Kepentingan Masyarakat

Pelaksanaan dari otonomi daerah dapat dilaksanakan untuk memenuhi


kepentingan masyarakat.

2. Memotong Birokrasi

Menghilangkan berbagai prosedur rumit dari pemerintah pusat sehingga


menjadi lebih terstruktur.
3. Meningkatkan Efisiensi Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat tidak lagi melaksanakan tugas-tugas yang dilakukan


secara rutin ke daerah-daerah karena dapat diserahkan kepada pejabat daerah
otonom yang memiliki wewenang.

4. Meningkatkan Pengawasan Kegiatan Elit Lokal


Memudahkan pengawasan aktivitas yang dilakukan oleh kaum elit lokal,
yang biasanya tidak memiliki rasa simpati terhadap program pembangunan
nasional dan peka terhadap kebutuhan masyarakat miskin di daerah pedesaan.

5. Menekan Biaya Pasokan Barang dan Jasa


Biaya pasokan barang dan jasa di daerah menjadi lebih terjangkau dan
rendah dari harga pasaran, sehingga tidak lagi menjadi beban pemerintah pusat
karena telah diserahkan langsung kepada pemerintah daerah.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Pada hakekatnya otonomi daerah tidak lain merupakan refleksi dari power
sharing yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Secara
teoritis terdapat tujuh urusan pusat yang tidak dapat diserahkan kepada daerah
yaitu: pertahanan keamanan, urusan diplomatik luar negeri, urusan peradilan, dan
urusan keuangan dalam pengertian mencetak uang. Diluar itu pada dasarnya
urusan-urusan pemerintah pusat dapat didesentralisasikan ke Daerah-daerah. Yang
perlu dilakukan pertama-tama adalah langkah-langkah penataan kewenangan
daerah yang meliputi 1). Reaktualisasi Kewenangan/Otonomi, 2) Penyeragaman
yang berlebihan terhadap otonomi daerah ternyata menyebabkan Pemda kurang
responsif dengan kebutuhan masyarakat sendiri. Kondisi tersebut merupakan
salah satu sebab rendahnya akuntabilitas Pemda kepada warganya dan jelas hal
tersebut kurang kondusif dengan penguatan kedaulatan rakyat. Untuk itu perlu
diadakan need assessment yang merupakan analisis terhadap kebutuhan
masyarakat yang perlu dikelola oleh Pemda, 3). Kejelasan dalam Pembagian
Urusan otonomi, 4). Penatan sesuai dengan ketentuan Undang Undang tentang
pemerintah Daerah, 5) Dilakukan pembagian urusan atau kewenangan yang lebih
jelas dan transparant antara daerah Otonom Propinsi dan kabupaten/Kota. Pemda
sesuai dengan tingkatan dan ruang lingkupnya mempunyai kewenangan atau
urusan-urusan yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan masyarakatnya, 6)
Pertimbangan akuntabilitas perlu dikedepankan dalam pembagian urusan tersebut.
Pemda propinsi seyogyanya melakukan urusan yang dengan cakupan tingkat
Propinsi seperti sungai, transportasi antar kota/kabupaten, perencanaan tata ruang
regional, hutan dan lembah dalam kawasan regional dan sebagainya.
2. Saran
Di harapkan agar semua dapat memahami dan semoga apa yang telah
dijelaskan menjadi suatu ilmu, pengetahuan maupun manfaaat bagi kita semua.
Semoga bangsa kita ini, yakni; bangsa Indonesia bisa semakin berkembang dan
mampu menghadapi segala apa yang menjadi permasalah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku:
Imam Mahdi, Hukum Tata Negara Indonesia, Ctk Pertama, Teras, Yogyakarta,
2011.

Krishna D Darumurti dan Umbu Rauta. 2008. Otonomi Daerah: perkembangan


pemikiran dan pelaksanaan. Universitas Michigan: Citra Aditya Bakti

2. Jurnal:
Fadly. 2010. Kelebihan dan Kekurangan Otonomi Daerah. Dalam
http://www.sultanahamu.blogspot.co.id

Bappenas. 2008. Otonomi Daerah. Dalam http://


www.bappenas.go.id/files/.../bab-05-pj-1999
cek__20090203093634__1778__5.doc

Katigade. 2015. UU NO 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintah Daerah. Dalam


katigade.wordpress.com

3. Internet:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah

https://www.nawasis.org/portal/digilib/read/undang-undang-no-23-tahun-2014-
tentang-pemerintahan-daerah/51754

https://perpustakaan.kasn.go.id/index.php?
p=show_detail&id=498#:~:text=Tujuan%20utama%20Hukum%20Pemerintahan
%20Daerah,rakyat%20yang%20ada%20di%20daerah.

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2007/78TAHUN2007PPPenj.htm

https://m.kumparan.com/amp/ragam-info/5-manfaat-otonomi-daerah-beserta-
tujuannya-dalam-pemerintahan-20lvlSrxkW2

Anda mungkin juga menyukai