Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan


(Otonomi Daerah)

Di susun oleh kelompok 8:


Jasma [220250501037]
Alfred nando [220250501003]

UNIVERSITAS TOMAKAKA MAMUJU


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, kami berterima
kasih melalui karuna-Nya, akhirnya tugas makalah “OTONOMI DAERAH” dapat
selesai tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan, YUSRAN, S.pd.i.,M.pd.i Yang telah memberikan
kami kesempatan untuk mengulas dan membahas mengenai otonomi daerah.
Dalam pembuatan makalah ini tidak luput juga dari dukungan dan doa orangtua
kami, sehingga kami semangat dalam menyelesaikannya.
Ketidaksempurnaan dalam makalah ini mungkin masih ada.Tetapi, kami
berharap pembahasan ini dapat diterima oleh para pembaca.

Hormat kami

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
LATAR BELAKANG.............................................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................................6
Tujuan............................................................................................................................................6
Kegunaan.......................................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................7
KAJIAN TEORI.....................................................................................................................................7
KONSEP OTONOMI DAERAH..........................................................................................................7
SEJARAH OTONOMI DAERAH.........................................................................................................8
PENGERTIAN OTONOMI DAERAH....................................................................................................10
Jenis Otonomi Daerah.................................................................................................................11
TUJUAN DAN DAMPAK DARI OTONOMI DAERAH............................................................................11
Tujuan Otonomi Daerah..............................................................................................................11
Dampak Positif Otonomi Daerah.................................................................................................12
Dampak Negatif Otonomi Daerah................................................................................................13
DASAR HUKUM OTONOMI DAERAH................................................................................................13
BAB III..................................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................................15
KESIMPULAN...................................................................................................................................15
SARAN..............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Otonomi daerah merupakan suatu bentuk respon dari pemerintah atas

berbagai tuntutan masyarakat terhadap tatanan penyelenggraan Negara dan

Pemerintahan. Hal ini merupakan suatu sinyal bahwa telah berkembangnya

kehidupan berdemokrasi dalam suatu Negara, karena kebutuhan masyarakat

untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan responsif. Otonomi Daerah

bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam penyelenggaraan

pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya negara kesatuan Republik

Indonesia sudah dikenal adanya otonomi daerah yang dipayungi oleh Pasal 18

Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan inti dari pelaksanaan otonomi daerah

adalah terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah (dioscretionary power)

untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreatifitas,

dan peran serta masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan

daerahnya. Tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk menjamin,

mekanisme demokrasi ditingkat daerah untuk menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat baik untuk kepentingan daerah setempat maupun untuk

mendukung kebijaksanaan politik nasional dalam era reformasi saat ini.

pelaksanaan otonomi daerah dibawah UU No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah (UUPD) dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (UU PKPD).


Melalui kedua UU tersebut daerah diberi kesempatan luas untuk mengatur

daerahnya dengan ditopang pendanaan yang lebih memadai.

Sejak kelahiran Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang menggantikan

Undang-undang No. 5 Tahun 1974, masyarakat di daerah menyambut

kehadiran Undang-Undang tersebut dengan penuh harapan, apalagi setelah

disusul dengan kelahiran UndangUndang No. 25 tahun 1999. Kehadiran dua

undang-undang tersebut seperti saudara kembar yang akan saling melengkapi

dan menyempurnakan pelaksanaan otonomi daerah, khususnya untuk

mempersiapkan daerah di masa depan agar lebih otonom dan demokratis.

Ketika suasana hiruk pikuk terjadinya korupsi menjangkiti parlemen dan

eksekutif di daerah, dari Sabang sampai Merauke, lahirlah undang-undang baru

yakni UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang mencabut

pemberlakuan UU No. 22 Tahun 1999 dan kemudian UU No.32 Tahun 2004

diganti dengan UU No. 23 Tahun 2014.

Tantangan yang dihadapi negara dewasa ini adalah, bagaimana

menemukan keseimbangan yang tepat hubungan antara Pusat dan Daerah

dalam Negara Kesatuan dan menghubungkan keduanya dengan cara yang

dapat mendukung pembangunan secara efektif. Dengan penerapan Otonomi

Daerah banyak peluang yang dapat dimanfaatkan oleh daerah dengan cara

menggali potensi-potensi daerah secara maksimal untuk kepentingan daerah.

Akan tetapi di pihak lain ada hambatan dan kendala dalam pelaksanaan

otonomi daerah ini yang salah satunya adalah masalah kesiapan daerah dalam

hal ketersediaan sumber daya manusia yang mampu mengimplementasikan

otonomi daerah dengan baik dan maksimal .


1. RUMUSAN MASALAH

Makalah ini dibuat dengan rumusan masalah :

1. Pengertian otonomi daerah.

2. Tujuan dan Dampak dari otonomi daerah.

3. Dasar hukum otonomi daerah.

1. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dasar dari otonomi daerah.

2. Apa tujuan dari otonomi daerah.

3. Dasar hukum apa yang membuat otonomi daerah terbentuk.

4. Dampak dari adanya otonomi daerah.

2. Kegunaan

1. Membantu dalam mengetahui apa itu otonomi daerah.

2. Memenuhu salah satu tugas mata kuliah PPKN.


BAB II

PEMBAHASAN
A. KAJIAN TEORI
1. KONSEP OTONOMI DAERAH

Otonomi Daerah adalah suatu keadaan yang memungkinkan daerah

dapat mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang dimilikinya secara

oftimal. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Otonomi daerah adalah

hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangt

berlaku. Dalam UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi

daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Selain

itu, menurut Suparmoko (2002:61) mengartikan otonomi daerah adalah

kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat. Menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat. Sesuai dengan penjelasan UU No. 32 tahun 2004, bahwa

pemberian kewenangan otonomi daerah dan kabupaten/kota didasarkan

kepada desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan

bertanggung jawab.

2. SEJARAH OTONOMI DAERAH

Era Pemerintah Hindia Belanda Dari sisi historis, otonomi daerah

bukanlah hal yang baru, bahkan mengalami perjalanan yang panjang.


Konsep desentralisasi baru dikenal ketika pemerintah Hindia Belanda mulai

menginjakkan di bumi Indonesia. Dalam era penjajahan inilah mulai dikenal

desentralisasi sebagai bagian dari pemerintahan modern. Tahun 1822 dapat

dicatat sebagai tahun bermulanya konsep desentralisasi-sentralisasi

pemerintahan dengan dikeluarkannya reglement op het Beleid der Regering

van Nederlandsch Indie. Namun di Hindia Belanda disamping sentralisasi

diperkenalkan juga dekonsentrasi. Dengan adanya dekonsentrasi dikenal

adanya wilayah-wilayah administratif yang diatur secara hierarkis.Pada

tahun 1903 pemerintah Belanda menetapkan satu undang-undang

desentralisasi (Wethoudende Decentralisatie van her Bertuur in

Nederrlandch Indie), yang memungkinkan adanya daerah otonom yang

memiliki kewenangan mengurus keuangan sendiri. Tahun 1922 dikeluarkan

Wet op de Bestuurhervorming, dimana sudah mulai dilibatkan orang

Indonesia dalam badan-badan pemerintahan. Sejak inilah orang-orang

Indonesia mulai diberi “pendidikan politik”.Pada tahun 1937 mulai diterapkan

konsep desentralisasi atau yang disebut otonomi daerah. Namun yang

disebut “otonom” adalah hak untuk membantu pelaksanaan pemerintah

pusat, sementara kepala daerah adalah “orang pusat di daerah” yang

sekaligus memegang jabatan tertinggi di daerah dan diawasi oleh Gubernur

Jenderal.

Era pemerintahan jepang Ketika Jepang masuk pada tahun 1942,

konsep yang sudah dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda tidak dipakai.

Pemerintah Jepang menerapkan sistem sentralisasi penuh dengan

kekuasaan militer sebagai sentralnya.Wilayah administratif di Indonesia

dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu: Sumatra, Jawa, dan Madura.


Era Kemerdekaan Indonesia Di era kemerdekaan, pasal 1 UUD 1945

menetapkan Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Republik. Pasal 18 UUD 1945 beserta penjelasannya menyatakan bahwa

daerah Indonesia terbagi dalam daerah yang bersifat otonom atau bersifat

daerah administrasi. Adapun Peraturan perundangan yang pernah ada

berkaitan dengan otonomi daerah yaitu : UU No. 1 Tahun 1945, UU No. 22

Tahun 1948, UU No. 1 Tahun 1957 Penetapan Presiden No. 6/1959 jo.

Penetapan Presiden No. 5/1960, UU No. 18 Tahun 1965, UU No. 5 Tahun

1974, UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, UU No. 32

Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004, Pada masa pasca kemerdekaan

dikeluarkan UU No. 1/1945 yang hanya mengakui daerah-daerah otonom

yang telah ada pada saat proklamasi kemerdekaan, dengan konsekuensi

baik sistem pemerintahan daerah maupun sistem keuangannya tetap

mengikuti sistem yang telah ada sebelumhya yaitu sistem sluit post.

Sampai dengan berlakunya UU No. 25/1999 Tentang Perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, landasan yuridis yang

mengatur hubungan keuangan pusat dan daerah yang berlaku adalah UU

No. 32/1956 tentang perimbangan keuangan antar negara dengan daerah-

daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Selanjutnya UU

No. 25/1999 juga mengalami revisi karena sudah tidak sesuai lagi dengan

kondisi terkini dengan adanya perubahan-perubahan

yang signifikan dalam pengaturan mnegenai keuangan negara dan

daerah.Langkah-langkah untuk memperbaiki sistem pemerintahan daerah

dan sistem keuangannya mulai dipikirkan terutama setelah berlakunya

UUDS 1950. Tahun 1952 dibentuk panitia Nasrun yang diketahui oleh Mr.
Muh. Nasrun yang tugasnya mempelajari dan merancang peraturan

perimbangan keuangan pusat dan daerah..

B. PENGERTIAN OTONOMI DAERAH

Otonomi daerah adalah salah satu kebijakan yang sangat penting bagi

Indonesia. Perlu diingat bahwa otonomi daerah yang merupakan

perwujudan dari konsep desetralisasi menjadi cita-cita reformasi yang

terealisasi pasca orde baru. Pada prinsipnya, otonomi daerah

diimplementasikan untuk melakukan desentralisasi kewenangan pada

pemerintah daerah. Hal ini tentu untuk dapat menggeser kekuasaan yang

selalu sentralistik dipusat menuju kekuasaan dan otonomi daerah di

indonesia.

Secara defenitif, pengertian otonomi daerah adalah kewenangan

daerah untuk dapat mengatur dan mengurus berbagai kepentingan

masyarakat secara mandiri serta berdasar pada aspirasi masyarakat.

Fakta menarik, di mana diksi otonomi ini bermuara dari bahasa Yunani

yaitu auto bermakna sendiri dan nomous bermakna peraturan/aturan. Di lain

sisi, menurut UU No 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, otonomi

daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur

dan mengurus pemerintahan dalam taraf kepentingan masyarakat.

Dalam konteks ini, dapat diambil dua substansi penting pada otonomi

daerah. Pertama, yaitu otonomi yang berimplikasi terhadap hak maupun

wewenang bagi daerah untuk melakukan manajerial terhadap kenijakan

daerah. Kedua, pemerintah daerah sebagai perpanjangan tangan

pemerintah pusat untuk mengtur daerahnya.


1. Jenis Otonomi Daerah

Otonomi daerah ini terkategorisasi menjadi beberapa jenis. Hal ini

dituturkan oleh Sarundajang S.H. dalam bukunya yang berjudul Arus

Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, yaitu:

- Otonomi organik, yaitu otonomi menjadi akumulasi urusan yang

memiliki peran untuk menentukan ritme dari badan otonom

- Otonomi formal, yaitu segala hal yang menyangkut persoalan otonom

tidak memiliki limitasi secara positif.

- Otonomi materiil, yaitu kewenangan daerah dilimitasi secara positif,

terperinci dan tegas untuk mengatur suatu kebijakan.

- Otonomi riil, yaitu pemerintah daerah memiliki legitimasi wewenang

pangkal untuk kemudian dieksekusi secara gradual.

- Otonomi nyata, yaitu hak dan wewenang pemerintah daerahuntuk

mengurus “rumah tangganya” sendiri sesuai dengan konstitusi.

C. TUJUAN DAN DAMPAK DARI OTONOMI DAERAH.


1. Tujuan Otonomi Daerah

Dikutip dari modul PPKN kelas X, pelaksanaan otonomi daerahmemiliki

sejumlah tujuan, yaitu:

 Terlaksananya pendidikan politik.

 Menciptakan stabilitas politik.

 Mewujudkan demokratisasi sistem pemerintahan di daerah.

 Membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi

dalam berbagai aktivitas politik ditingkat lokal.


 Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan pemerintah daerah dalam memperhatikan

masyarakatnya.

 Pemerintah daerah akan mengetahui lebih banyak masalah

dihadapi masyarakatnya.

Otonomi daerah sendiri memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan

dan kekurangantersebut menimbulkan dampak sosial, politik, hingga

ekonomi.

2. Dampak Positif Otonomi Daerah

Disebut dampak positif paling terlihat pada efisiensi

pemerintahan karena daerah diberi hak untuk mengatur. Sehingga,

daerah berkesempatan membentuk sebuah sistem dan aturan yang

cocok dengan wilayahnya tersebut tanpa perlu menunggu arahan

pemerintah pusat.

Berikut merupakan dapak positif dari otonomi daerah:

 Kegiatan pemerintah dapat berjalan lebuh efektif, karena

kewenangan berada di tangan daerah.

 Potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dapat

dimanfaatkan dengan lebih efektif dan efesien.

 Daerah dapat menyelenggarakan kepentingannya sesuai dengan

adat istiadat dan budaya setempat.

 Dinamika dan perkembangan politik lebih mudah dikontrol.

 Laju pertumbuhan ekonomi di daerah setempat lebih mudah

dikontrol.
 Kriminalitas, masalah sosial dan berbagai bentuk penyimpangan

lebih mudah dideteksi.

3. Dampak Negatif Otonomi Daerah

Namun, meski memiliki banyak damoak positif, otonomi daerah tidak

terlepas dari dampak negatif. Adapun beberapa dampak negatif yang

bisa terjadi akibat otonomi daerah, yaitu:

 Munculnya sifat kedaerahan atau etnosentrisme yang fanatik,

sehingga dapat menyebabkan konflik antar daerah.

 Munculnya kesenjangan antara daerah satu dengan yang lain,

karena perbedaan sistem politik, tanpa ada kerja sama, maupun

faktor yang lainnya.

 Munculnya pejabat daerah yang sewenang-wenang.

 Pemerintah pusat kurang mengawasi kebijakan daerah karena

kewenangan penuh yang diberi pada daerah.

 Masing-masing daerah berjalan sendiri-sendiri, tanpa ada kerja

sama, koordinasi, atau bahkan interaksi.

D. DASAR HUKUM OTONOMI DAERAH.

Pelaksanaan otonomi daerah di indonesia didasarkan pada hukum dam

undang-undang yang berlaku, di antaranya:

1. Undang-undang Dasar Tahun 1945 amandemen ke-2, pasal 18, ayat

1-7, pasal 18A ayat 1 dan 2, dan pasal 18B ayat 1 dan 2.

2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/2000 tentang rekomendasi

kebijakan dalam penyelenggaraan otonomi, pengaturan, dan


pemanfaatan sumber daya Nasional yang berkeadilan serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka NKRI.

3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang rekomendasi

kebijakan dalampenyelenggaraan otonomi daerah.

4. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah.

5. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

6. Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah

(revisi UU No. 32 Tahun 2004).

Otonomi Daerah Menurut UU No. 33 tahun 2004, menyebutkan dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai amanat UUD

1945, pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

dalam UU tersebut, juga dijelaskan pengertian otonomi daerah dan

daerah otonom, yaitu Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Penyelenggaram otonomi daerah yang sehat dapat diwujudkan dengan

ditentukan oleh kapasitas yang dimiliki oleh manusia pelaksananya. Dan

berarti otonomi daerah hanya dapat berjalan dengan sebaik-baiknya


apabila manusia pelaksananya baik, dalam arti mentalitas maupun

kapasitasnya. Pentingnya manusia pelaksana karena manusia merupakan

unsur dinamis dalam organisasi yang bertindak atau berfungsi sebagai

subyek penggerak roda pemerintakan. Oleh karena itu, kualifikasi

mentalitas dan kapasitas manusia yang kurang memadai dengan

sendirinya melahirkan implikasi yang kurang menguntungkan bagi

penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam pemerintah daerah terdapat

pemerintah daerah yang penyelenggaraan urusan pemerintah oleh

pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),

kemudian alat-alat perlengkapan daerah, yaitu aparatur atau

pegawaidaerah dan terakhir rakyat daerah, yaitu sebagai komponen yang

merupakan sumber energi terpenting bagi daerah sebagai organisasi yang

bersistem terbuka.

B. SARAN
Sebaiknya para aparatur pemerintah daerah dibekali dengan pendidikan

yang cukup yang dapat dimiliki oleh aparatur daerah dalam menjalankan

tugas wewenangnya masing-masing, dan dapat menjalankan tugas dan

wewenangnya dengan bijaksana dan adil.

DAFTAR PUSTAKA

http://e-journal.uajy.ac.id/2516/2/1HK09190.pdf

https://repository.uir.ac.id/841/1/%2819%29%20PROSIDING%20SEMNAS

%20UMRAH%20%28OTDA%202017%29%20.pdf

Anda mungkin juga menyukai