Dosen Pengampu:
Oleh:
KELAS 4D
JURUSAN HUKUM
FAKULTAS HUKUM
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas resume ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari resume ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Hukum Pemerintahan Daerah dan OTDA. Selain itu,
resume ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hukum Pemerintahan
Daerah dan OTDA bagi para pembaca dan juga penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Bunga Permatasari, S.H., M.H,
selaku dosen mata kuliah Hukum Pemerintahan Daerah dan OTDA yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan resume ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan resume ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................... 1
BAB I PEMBAHASAN
B. Desentralisasi ............................................................................................. 5
3
BAB I
PEMBAHASAN
1. Konsep Negara
Mengacu pada teori-teori modern, maka bentuk negara terdapat dua bentuk,
yaitu bentuk negara kesatuan (unitarisme) dan bentuk negara serikat (federal).
Negara kesatuan ialah, suatu negara yang merdeka dan berdaulat dan seluruh negara
yang berkuasa hanya ada satu pemerintah (pusat) yang mengatur seluruh daerah.
Negara kesatuan pada umumnya menggunakan dua sistem pemerintahan, ada
kalanya menggunakan sistem sentralisasi dan ada pula yang menggunakan sistem
desentralisasi. Sistem desentralisasi merupakan pilihan asas yang tepat bagi negara
kesatuan, dibandingkan asas otonomi. 1 Indonesia sendiri adalah negara kesatuan
dengan menganut sistem desentralisasi.
Apabila dilihat dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (1), bahwa Indonesia ialah
Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Sedangkan prinsip negara kesatuan
ialah, bahwa yang memegang tampuk kekuasaan tertinggi atas segenap urusan
negara ialah pemerintahan pusat tanpa adanya suatu delegasi atau pelimpahan
kekuasaan kepada pemerintah daerah. Dalam negara kesatuan terdapat asas bahwa
segenap urusan-urusan negara tidak dibagi antara pemerintah pusat (central
government) dan pemerintah lokal (local government), sehingga urusan-urusan
negara dalam negara kesatuan tetap merupakan suatu kebulatan (eenheid) dan
pemegang kekuasaan tertinggi di negara tersebut ialah pemerintah pusat. 2
Pilihan Indonesia menjadi negara kesatuan, didasarkan bukan hanya
sekedar kepentingan atau sikap politik, melainkan juga didasarkan atas komitmen
persatuan dan keadilan. Sikap Indonesia memilih bentuk negara kesatuan
sepertinya menjadi konsep pilihan sebelum kemerdekaan Indonesia. Jika melihat
pandangan Yamin, maka negara kesatuan lebih tepatnya menggunakan asas
otonomi bagi daerah-daerah otonom di bawahnya. Pemberian otonomi dalam
rangka pembagian kekuasaan (distribution of power) kepada daerah untuk
menjalankan dan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat secara adil.
1
Ni’matul Huda, Berkayuh Diantara Bentuk Negara Kesatuan Dan Federal, Jurnal Konstitusi PSHK UII, Vol.1.No.01.
Hlm. 60
2
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta, Grafindo Persada, 2005) hlm. 92
4
Semakin jauh akses masyarakat dengan pemerintahannya, maka semakin tidak
merata program pemerintah. Sehingga akan terlihat tampak kesenjangan sosial
masing-masing daerah.
2. Desentralisasi
Desentralisasi adalah sebuah paradigma yang sangat antithesis dengan
sentralisasi yang menjadi paradigma absolut dari pemerintahan orde baru yang
hegemonic. Dengan wilayah yang sangat luas seperti Indonesia, dengan beragam
corak dan budaya daerah yang beraneka rupa, dengan bermacam-macam kebutuhan
dan potensi yang dimiliki daerah, dan dengan letak geografis dan demografis yang
begitu luas. 3
Desentralisasi juga merupakan penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem NKRI. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus rumah tangganya
sendiri. Namun penyerahan wewenang ini tidak diberikan secara penuh. Bentuk
dari penggunaan asas desentralisasi adalah otonomi daerah. Otonomi daerah
merupakan sebuah kewenangan dimana suatu daerah memiliki tanggung jawab
terhadap urusannya sendiri. 4Manfaat desentralisasi ialah:
a. Desentralisasi meningkatkan level transparansi dan akuntabilitas serta
berkembangnya praktek good governance.
b. Kebutuhan daerah akan terpenuhi secara lebih baik sebagai akibat diberikannya
otonomi.
c. Para penguasa akan dapat diawasi secaara langsung oleh masyarakat setempat.
d. Inisiatif penduduk lokal dan kreativitas public akan berkembang bebas karena
mengendornya pengawasan pusat yang terlalu kuat pada aspek kehidupan
masyarakat.
Terdapat beberapa jenis dimensi-dimensi desentralisasi yaitu:
a. Desentralisasi publik
b. Desentralisasi Fiskal
c. Desentralisasi Administrasi
3
Muhammad Noor, Memahami Desentralisasi Indonesia, (Yogyakarta, Interpena, 2012) hlm. 1
4
Syamsuddin haris, Desentralisasi dan otonomi daerah, (Jakarta, LIPPI pres, 2007) hlm 52
5
Tujuan umum pengelolaan dengan asas desentralisasi ini adalah untuk
meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam pencapaian tujuan organisasi.
Tidak hanya itu, pemberian kewenangan dari atas ke bawah ini juga diharapkan
dapat membentuk delegasi yang mampu mengambil keputusan secara mandiri. 5
Surat ketetapan pajak ini tidak bersifat mutlak tetapi fakultatif, artinya untuk jenis
pajak tertentu kadang tidak memerlukan surat ketetapan pajak. 6
5
Dina Lathifa, “Asas Desentralisasi: Pengertian, Tujuan & Penerapannya dalam Fiskal” https://www.online-
pajak.com/tentang-pajak/asas-desentralisasi (diakses pada 28 Maret 2023, pukul 20.19)
6
Suparnyo, Hukum Pajak Suatu Sketsa Asas (Semarang: Pustaka Magister, 2012), hal. 33
7
I Wayan Arthanaya, “Otonomi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah”, Jurnal Kertha Wicaksana, Vol. 17,No. 2,
Juli 2011, hal. 178.
6
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD NRI tahun 1945. Dengan adanya
Undang-Undang Dasar (constitution), maka negara Indonesia merupakan negara
yang berdasar atas hukum (rechtstaat) tidak berdasar atas kekuasaan semata
(machtstaat). Pemerintah yang berdasar atas sistem konstitusi, tidak bersifat
absolut. Berdasarkan hal tersebut maka kebijaksanaan pemerintah pusat untuk
menyerahkan sebagian urusan-urusannya untuk menjadi kewenangan daerah
diserahkan melalui peraturan perundang-undangan. 8 Menyangkut pembagian
kewenangan dalam urusan pemerintahan tersebut secara konseptual dikenal tiga
ajaran utama yakni ajaran rumah tangga formal, material dan nyata. Bagir Manan
menyebut dengan istilah “sistem rumah tangga daerah, yang didefinisikan sebagai
tatanan yang bersangkutan dengan cara membagi wewenang, tugas dan tanggung
9
jawab mengatur dan mengurus urusan pemerintahan antara pusat dan daerah.
Ajaran-ajaran rumah tangga tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sistem rumah tangga formal
Pembagian wewenang, tugas dan tanggung jawab untuk mengatur dan
mengurus suatu urusan pemerintahan semata-mata didasarkan pada keyakinan
bahwqa suatu urusan pemerintahan akan lebih baik dan berhasil kalua diurus
dan diatur oleh pemerintahan tertentu, dan begitu pula sebaliknya. Pada sistem
rumah tangga formal, pembagian wewenang, tugas dan tanggung jawab antara
pusat dan daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan tertentu
tidak ditetapkan secara rinci.
b. Sistem rumah tangga material
Dalam sistem rumah tangga material ada pembagian wewenang tugas dan
tanggung jawab yang rinci antara pusat dan daerah. Urusan pemerintahan yang
termasuk ke dalam urusan rumah tangga daerah ditetapkan dengan pasti.
c. Sistem rumah tangga nyata
Dalam sistem ini penyerahan urusan atau tugas dan kewenangan kepada daerah
didasarkan pada faktor yang nyata atau sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan yang riil atau nyata dari daerah maupun pemerintah pusat serta
pertumbuhan kehidupan masyarakat yang terjadi.
8
Riwu Kaho, Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, (Yogyakarta:Pol Gov Fisipol UGM, 2012),
hlm. 29.
9
Bagir Manan, Hubungan antara Pusatdan Daerah Menurut UUD 1945, (Jakarta: Pusataka Sinar Harapan, 1994), hlm. 26.
7
Salah satu unsur penting di dalam hubungan pusat dengan daerah ialah
pembagian kewenangan yang secara yuridis pembagian kewenangan ini oleh
undang-undang diatur sebagai urusan pemerintahan. Urusan pemerintahan dibagi
menjadi beberapa macam yaitu:
a. Urusan pemerintahan absolut yaitu urusan pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan pusat dan oleh karena itu tidak berhubungan dengan asas
desentralisasi atau otonomi.
b. Urusan pemerintahan konkuren yaitu urusan pemerintahan yang dibagi antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yaitu provinsi dan kabupaten/kota.
c. Urusan pemerintahan umum yang diatur dalam Pasal 25 ayat (1)
Membahas mengenai kewenangan daerah pula kita akan membahas
mengenai otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Terdapat 3 asas penyelenggaraan otonomi daerah yaitu:
a. Desentralisasi, yaitu penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat
kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi.
b. Dekosentrasi, yaitu pelimpahan pembagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah
pusat, kepada instansi vertical di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur
dan bupati/walikota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.
c. Tugas pembantuan, yaitu penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah
otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah provinsi kepada
daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah provinsi.
4. Kepala Daerah dan Organisasi Pemerintah Daerah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat
Undang- Undang Dasar 1945, maka kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah
terhadappemerintahan daerah mempunyai hak untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan, menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, yang
bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
8
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat dengan
mempertimbangkan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintahan yang melibatkan keterlibatan berbagai pihak dalam suatu daerah
berdasarkan aspirasi masyarakat daerah, maka urusan pemerintahan yang menjadi
wewenang pemerintahan pusat diserahkan sebagian kepada pemerintahan daerah
untuk diurus sebagai urusan rumah tangga sendiri. Penyerahan urusan
pemerintahan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
disebut dengan desentralisasi.
10 Moh Kusnadi dan B. Saragih,1988, Ilmu Negara, Gaya Media Pratama, Jakarta, hal.108.
9
pemerintahan yang oleh Undang-undang ditentukan sebagai urusan
pemerintah pusat.
f. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
g. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam
Undang-undang.
Menurut Bagir Manan bahwa ketentuan dalam, pasal 18 ayat (3) tersebut
termuat prinsip bahwa Kepala Daerah dipilih langsung oleh rakyat dalam suatu
pemilihan umum. 11 Di dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah telah diatur mengenai pengertian Kepala Daerah. Berdasarkan
Pasal 1 butir 3 dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Lalu dalam Pasal 59 ayat
(2) UU No.23 Tahun 2019 memperjelas bahwa Kepala daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk Daerah provinsi disebut gubernur, untuk Daerah
kabupaten disebut bupati, dan untuk Daerah kota disebut wali kota. Dapat diambil
kesimpulan bahwasannya kepala daerah merupakan pemerintah di daerah dimana
ia diberikan kewenangan oleh undang-undang untuk mengurus dan mengatur
rumah tangganya sendiri atau daerahnya sesuai dengan otonomi daerah di mana
saling ada keterkaitan dengan pembagian kekuasaan dalam penyelenggaraan
pemerintah di daerah. Yang meliputi kepala daerah adalah gubernur sebagai
kepala daerah provinsi, bupati sebagai kepala daerah kabupaten, atau wali kota
sebagai kepala daerah kota. Dalam menjalankan tugasnya, seorang Kepala Daerah
didampingi oleh seorang Wakil Kepala Daerah, dijelaskan dalam Pasal 63 ayat
(1) bahwa Kepala daerah dapat dibantu oleh wakil kepala daerah. Lalu dalam ayat
(2) ditambahkan bahwa wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk daerah provinsi disebut wakil gubernur, untuk Daerah kabupaten disebut
wakil bupati, dan untuk daerah kota disebut wakil wali kota.
11 Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, PSH-FH UII, Yogyakarta, 2004. hlm. 16
10
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Ni’matul, 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Grafindo Persada.
Huda, Ni’matul. Berkayuh Diantara Bentuk Negara Kesatuan dan Federal. Jurnal
Konstitusi PSHK UII 1 (1).
Manan, Bagir, 1994. Hubungan antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Moh Kusnadi dan B. Saragih, 1988. Ilmu Negara. Jakarta: Gaya Media Pratama
Suparnyo, 2012. Hukum Pajak Suatu Sketsa Asas. Semarang: Pustaka Magister
11