PEMERINTAHAN DAERAH”
Makalah Kelompok 3
“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pemerintahan Daerah”
Disusun Oleh:
2022M/1443H
KATA PENGANTAR
ن الرحي هم
للا الرحم ه
بسم ه
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Sebelum Amandemen UUD 1945 (Era Orde Baru) .......................................... 3
B. Pasca Amandemen UUD 1945 (Era Reformasi) ................................................. 8
BAB III ................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................ 17
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara Kesatuan dengan kedaulatan tertinggi dalam
pemerintahan berada di tangan Presiden. Salah satu asas Negara Kesatuan yang
didesentralisasikan (otonomi), maka ada tugas-tugas tertentu yang diurus oleh
Pemerintah Daerah sendiri. Adanya kewenangan yang diurus sendiri oleh
Pemerintah Daerah, terdapat berbagai bentuk disharmonisasi antara Kabinet
(Pemerintah Pusat) dengan Pemerintah Daerah. Sengketa kewenangan lahan,
masalah harmonisasi regulasi, perimbangan keuangan, merupakan bagian dari
problematika antara Pusat dengan Daerah.
1
pemerintahan dinyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud konsep Perubahan Struktur Pemerintahan daerah?
2. Bagaimana Struktur sebelum amandemen UUD 1945?
3. Bagaimana Struktur Pasca Amandemen UUD 1945?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Perubahan Struktur Pemerintahan daerah.
2. Untuk mengetahui Struktur sebelum amandemen UUD 1945.
3. Untuk mengetahui Struktur Pasca Amandemen UUD 1945.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
https://kumparan.com/berita-update/sistem-pemerintahan-yang-dijalankan-pada-masa-orde-baru-
1ww9MT6wnoc
2
https://www.dpr.go.id/blog/kegiatan-detail/id/1468/berita/1330
3
Mukhirijal, Jurnal Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia h. 24
4
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 2001. h 805
5
Drs.Josef Riwu Kaho,MPA. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. h 31
3
daerah dititikberat- kan pada daerah tingkat II berdasarkan Undangan-Undang
No. 15 Tahun 1974. Selanjut nya pasal 11 undang-undang ini menyebutkan
bahwa pelaksanaan otonomi dengan titik berat pada daerah tingkat II
dilaksanakan dengan memuat tiga aspek utama, yaitu aspek administrasi; aspek
politik; dan aspek kemandirian. Aspek administrasi merujuk pada pemerataan
dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Aspek politik merujuk pada upaya pendemo- krasian pemerintah di daerah,
sedangkan aspek kemandirian dimaksudkan agar daerah mampu mandiri,
khususnya dalam melaksa nakan urusan rumah tangganya sehingga pemerintah
daerah dituntut untuk menciptakan kondisi dimana masyarakat ikut berperan
serta. Kreatif, dan inovatif dalam pemba ngunan daerah. Dengan demikian, isu
mengenal otonomi daerah telah lama diperdebatkan dalam tata pemerintahan
Indonesia, terutama dalam konteks hubungan antara pusat dan daerah.
6
Budi Winamo, Jurnal Implementasi Konsep Reiventing Government dalam Pelaksanaan
Otonomi Daerah h. 176
7
Andi Sagala, Jurnal Model Otonomi Daerah pada Masa Orde Lama Orde Baru dan Reformasi di
Negara Kesatuan Republik Indonesia, h. 3)
4
mewarnai sepanjang pelaksanaan otonomi daerah di masa Orde Baru. Pada
masa ini isu desentralisasi dalam konteks hubungan kekuasaan antara pusat dan
daerah terbatas pada distribusi keuangan ke daerah-daerah tidak pernah
menyentuh masalah pembagian kekuasaan (power sharing) sebagai sesuatu
yang diperlukan dalam menumbuhkan proses pembangunan demokrasi di
daerah, baik antara pusat dengan daerah maupun antara birokrasi dengan
masyarakatnya.
(2) tingginya tingkat sentralisasi dalam bidang perpajakan. Dalam konteks ini,
pemerintah pusat menguasai sumber-sumber pajak penting yang bersifat
lucrative (pajak bidang usaha dan penghasilan orang, pajak pertambahan nilai,
dan bea cukai);
(3) akibat yang ditimbulkan dari faktor kedua adalah minimnya sumber-
sumber penerimaan daerah yang dapat diandalkan; dan
5
(4) faktor politis. Dalam hal ini ada kekhawatiran pusat jika daerah diberi
kekuasaan yang besar dalam hal keuangan dan pendapatan akan muncul
gerakan disintegrasi dan separatisme.
8
(Budi Winamo, Jurnal Implementasi Konsep Reiventing Government dalam Pelaksanaan Otonomi
Daerah h. 176-177)
9
Taliziduhu Ndraha, 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru), Rineka Cipta, Jakarta, hal. 23.
6
Pemerintahan Daerah (UUPD) dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (UU PKPD).
Melalui kedua UU tersebut daerah diberi kesempatan luas untuk mengatur
daerahnya dengan ditopang pendanaan yang lebih memadai. Sejak kelahiran
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang menggantikan Undang-undang No.
5 Tahun 1974, masyarakat di daerah menyambut kehadiran Undang-Undang
tersebut dengan penuh harapan, apalagi setelah disusul dengan kelahiran
UndangUndang No. 25 tahun 1999. Kehadiran dua undang-undang tersebut
seperti saudara kembar yang akan saling melengkapi dan menyempurnakan
pelaksanaan otonomi daerah, khususnya untuk mempersiapkan daerah di masa
depan agar lebih otonom dan demokratis. Ketika suasana hiruk pikuk
terjadinya korupsi menjangkiti parlemen dan eksekutif di daerah, dari Sabang
sampai Merauke, lahirlah undang-undang baru yakni UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, yang mencabut pemberlakuan UU No. 22 Tahun
1999 dan kemudian UU No.32 Tahun 2004 diganti dengan UU No. 23 Tahun
2014.10
10
H.A.W Widjaja, 2005. Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta. hal. 35.
7
Istilah otonomi mempunyai arti kebebasan atau kemandirian ,tapi
bukan kemerdekaan sehingga daerah otonomi itu diberi kebebasan atau
kemandirian sebagai wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggung
jawabkan .Oleh sebab itu ,usaha pembangunan keseimbangan harus
diperhatikan dalam konteks hubungan kekuasaan antara pusat dan
daerah.Artinya daerah harus dipandang dalam dua kedudukan ,yaitu :sebagai
organ daerah untuk melaksanakan tugas-tugas otonomi ;dan sebagai agen
pemerintah pusat sebagai agen pemerintahan pusat untuk menyelenggarakan
urusan pusat daerah.11 Pergeesaran peranan pemerintah daerah dalam format
otonomi daerah terbatas dan bertingkat pada masa orde baru menjadi otonomi
daerah seluas luasanya pada era reformasi harus lebih menekannakan pada
peran pemerintah daerah sebagai wahana untuk mewujudkan kesejahteraan dan
memberdayakan masyarakat lokal. 12 Inti dari pelaksanaan otonomi daerah
adalah terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah (discretionary power) untuk
menyelenggarakan pemerintah sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas dan
peranserta aktif masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan
daerahnya. Memberikan otonomi daerah tidak hanya berarti melaksanakan
demokrasi di lapisan bawah tetapi juga mendorong otoaktivitas untuk
melaksanakan sendiri apa yang dianggap penting bagi lingkungan sendiri.13
11
Drs Yudhiyono Bambang M.Si:Otonomi Daerah. Jakarta .Pustaka Sinar.2001
12
Haris Syamsuddin ,Desentralisasi dan Otonomi Daerah , Jakarta : LIPI Press,2007
13
Ekom Koswara K., 2001. Otonomi Daerah untuk Demokrasi dan Pemberdayaan. Yayasan
Pariba, Jakarta, hal. 25.
8
pengadilan (judical interpretation), dan oleh kebiasaan dalam bidang
ketatanegaraan (usages and conventions).14
14
UINSGD. “Otonomi Daerah Pasca Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Antara Idealita
dan Realita”. Diakses pada: September 2023. https://uinsgd.ac.id/otonomi-daerah-pasca-
amandemen-undang-undang-dasar-1945-antara-idealita-dan-realita/
9
perubahan paradigma penyelenggaraan pembangunan tersebut adalah
timbulnya fenomena pemekaran wilayah.15
15
Muqoyyidin, Andik Wahyun. Pemekaran Wilayah dan Otonomi Daerah Pasca Reformasi di
Indonesia : Konsep, Fakta Empiris dan Rekomendasi ke Depan. Volume 10 No 2. Jurnal
Konsititusi. 2013 hal 288.
16
Prof. Amrah Muslimin, S.H. Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah. Bandung; Alumni. 1982.
Hlm. 6
10
Kewenangan yang ada pada daerah adalah merupakan pelimpahan
kewenangan dari Pemerintah Pusat yang berasas kesamaan. Artinya
kewenangan yang dilimpahkan kepada daerah sebagai konsekuensi Otonomi
Daerah harus mempunyai nilai yang sama. Dalam artian tidak ada perbedaan
antara satu daerah dengan daerah yang lain yang menjadi kewenangan pusat.
Demikian pula kesamaan itu diartikan dalam pelaksanaan yang harus sesuai
dengan batas-batas yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Daerah
sebagai kawasan yang memperoleh pelimpahan kewenangan harus
melaksanakannya dengan tidak mengurangi makna kekuasaan pusat yang
memegang otoritas kedaulatan sebagai cermin dari kekuasaan di dalam Negara
Kesatuan.17
17
Dr. Suriansyah Murhani, S.H., M.H. Aspek Hukum Pengawasan Pemerintahan Daerah.
Palangkaraya; Laksbang Mediatama. 2008. Hlm.8.
11
Pengaturan pemerintahan daerah yang lebih baik dalam UUD
merupakan salah satu agenda pembaharuan ketatanegaraan dalam perubahan
UUD 1945. Perubahan pertama UUD 1945, Pasal 18 yang mengatur perihal
pemerintahan daerah belum tersentuh perubahan, sebab pada perubahan
pertama ini, yang menjadi sasaran adalah, bagaimana membatasi kekuasaan
yang terlalu besar Presiden (executive heavy).
Tentunya ada beberapa catatan yang dapat dilihat bila membandingkan pasal
18 UUD 1945 yakni :
12
Efek dari jatuhnya presiden soeharto pada tahun 1998, membuat
banyak implikasi terhadap sistem hukum ketatanegaraan Indonesia. Termasuk
juga untuk menjalankan otonomi bagi daerah yang memikirkan, merumuskan
hingga menjalankan rumah tangganya masing-masing. Dalam era reformasi,
semangat Pembangunan daerah sedang tinggi-tingginya sehingga diberikanlah
otonomi seluas-luasnya kepada rakyat dengan berpatokan pasal 18 UUD 1945.
18
Siswanto Sunarno. Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. 2006.
Hlm. 4.
13
implikasi negative, yaitu peluang terciptanya hubungan yang tidak
sehat antara Kepala Daerah dan DPRD. Memang pada prinsipnya,
UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 telah memberikan peluang kepada
DPRD dalam menjalankan tugas pengawasan kepada Kepala Daerah agar tidak
bertindak berlebihan. Hal ini disebabkan oleh adanya Pasal 46 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengisyaratkan, bahwa Kepala Daerah dapat
diberhentikan, apabila Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Tahunan ditolak.19
19
J.Kaloh. Kepemimpinan Kepala Daerah, Pola Kegiatan, Kekuasaan, Perilaku Kepala Daerah
dalam Pelaksnaan Otonomi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika. 2009. Hlm. 86
14
memegang kekuasaan pemerintahan Negara RI, menurut UUD 1945 (pasal 1
angka 1 Undang-undang No. 32 tahun 2004).
20
Ni’matul huda. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Sinar Grafindo. 2011. Hlm. 345
15
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004.Beberapa kelemahan yang dimaksud
adalah konsep kebijakan desntralisasi dalam Negara kesatuan, hubungan
anatara pemerintahan daerah dengan masyarakat sipil dan berbagai aspek
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang belum diatur.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orde baru satu-satunya pemerintahan yang memeliki kurang waktu
yang paling lama dalam implementasinya melalui UU No. 5 tahun 1975 dan
terus bertahan sampai masuknya era reformasi ,kemudian melahirkan regulasi
yang mengatur hubungan antara pusat dan daerah dengan lahirnya UU No 22
tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Pada hakekatnya kebijakan otonomi
daearah di Indonesia dalam era reformasi merupakan pokok-pokok reformasi
manajemen pemerintah daerah,Secara substansial, reformasi pemerintah
ditingkat sub nasional merupakan planned change, perubahan yang
direncanakan atau intededchange, perubahan yang dikehendaki pada elemen-
elemen utama pemerintah daerah. Perubahan itu dilakukan dengan sengaja dan
secara sadar atau bersifat artificialman made dan tidak terjadi secara otomatis.
Sekalipun tersedia jumlah pilihan pendekatan mengenai rentang dan lingkup
perubahan yang dituju, namun pilihan lebih pada drastic change dari pada
gradual change. Penentuan waktu implementasi kebijakan tergolong cepat lebih
merupakan keinginan sepihak para politisi DPR, pemerintah memperkuat
dianutnya pendekatan drastic change tersebut. Oleh karena itu ada banyak
konflik krisis dan turbulance yang terjadi mengiringi implementasi kebijakan
terasa lebih besar.
17
pusat diharapkan lebih mampu berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro
nasional yang bersifat strategis.dengan desentralisasi kewenangan pemerintah ke
daerah, maka daerah akan mengalami proses pemberdayaan yang signifikan.
Kemampuan prakarsa dan kreativitas mereka akan terpacu, sehingga kapabilitas
dalam mengatasi berbagai masalah domestik akan semakin kuat. Desentralisasi
merupakan simbol dari adanya ’trust’ dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Andi, Sanggala. Jurnal Model Model Otonomi Daerah pada Masa Orde Lama
Orde Baru dan Reformasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia
Ekom, Koswara. Otonomi Daerah untuk Demokrasi dan Pemberdayaan. Jakarta:
Yayasan Pariba
Haris, Syamsuddin. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. 2007. Jakarta: Lipi Pers
Drs Yudhiyono Bambang M.Si. Otonomi Daerah. 2001 Jakarta: Pustaka Sinar
H.A.W Widjaja. Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, 2005. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta, 2001.
Murhani,Suriansyah. Aspek Hukum Pengawasan Pemerintahan Daerah. 2008
Palangkaraya; Laksbang Mediatama.
19
Firda, Shabrina Duliyan. 2016. PERLUASAN KEWENANGAN GUBERNUR
DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH. Skripsi. Diterbitkan. Fakultas Hukum.
Universitas Lampung : Bandar Lampung
MPR RI. Hubungan Pusat dan Daerah. 2022. Jakarta : Badan Pengkajian MPR RI
Badan Pengkajian MPR RI. 2020. Otonomi Daerah Serta Hubungan Pusat dan
Daerah. Jakarta : MPR RI
- https://kumparan.com/berita-update/sistem-pemerintahan-yang-dijalankan-pada-
masa-orde-baru-1ww9MT6wnoc
- https://www.dpr.go.id/blog/kegiatan-detail/id/1468/berita/1330
20