Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Sumber Hukum Tata Negara, Bentuk Negara dan Bentuk


Pemerintahan
Disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Hukum dan
Ketatanegaraan

Dosen Pengampu:
Dra. Nina Nurhasanah, M. Pd.

Disusun Oleh:
Annisa (1107620240)
Mugya Amaniah Putri (1107620041)
Nabila Nur Alifah (1107620226)
Naila Putri Ardiny (1107620217)
Nida Laila Naswa (1107620221)
Zahra Savitri (1107620220)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat sehat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu
Hukum dan Ketatanegaraan. Kami selaku penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini
sesuai waktu yang telah ditetapkan dengan judul makalah “Sumber Hukum Tata Negara, Bentuk
Negara dan Bentuk”. Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada kepada Ibu Dra. Nina
Nurhasanah, M. Pd. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Hukum yang telah
memberikan tugas makalah ini kepada kami dan atas bimbingannya, serta pihak-pihak lain yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan, baik pikiran maupun materi dalam
menyelesaikan makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar-
Dasar Ilmu Hukum. Tidak hanya itu, kami sangat berharap makalah ini dapatmenambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca bahkan lebih jauh lagi bisa dipraktikkan atau
dijadikan bahan referensi dalam kegiatan belajar mengajar. Kami menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran
yang bisa membangun kemampuan kami, agar kami kedepannya bisa menulis makalah dengan
lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya
sebagai penyusun.

Jakarta, 02 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 2
A. Ruang Lingkup Hukum Tata Negara ................................................................................... 2
B. Sumber Hukum Tata Negara Indonesia .............................................................................. 5
C. Bentuk-Bentuk Negara......................................................................................................... 8
D. Bentuk - Bentuk Pemerintah.............................................................................................. 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 14

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum tata negara mengalami dinamika perubahan yang sangat mendasar
dibidang ketatanegaraan diawali oleh krisis multidimensi yang mengakibatkan
pengunduran diri Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, berhentinya Soeharto
diakibatkan adanya protes bertubi-tubi dan terus menerus dari rakyat pada umumnya dan
para mahasiswa khususnya, di tengahtengah merosotnya keadaan sosial dan ekonomi.
Pengunduran diri Presiden Soeharto membuka ruang demokratisasi di semua bidang
kehidupan, berbagai tuntutan yang disuarakan masyarakat untuk memperbaiki struktur
ketatanegaraan, salah satu tuntutan masyarakat adalah perubahan Undang-Undang Dasar
1945.
Dengan perubahan UUD 1945 tersebut, berimplikasi terhadap hukum tata negara
karena hukum tata negara sebagai salah satu cabang ilmu hukum mempuyai sumber hukum
utama yaitu UndangUndang Dasar, begitu juga dengan dinamika perubahan struktur politik
negara sangat berpegaruh terhadap hukum tata negara. Perubahan-perubahan
ketatanegaraan tersebut perlu pengkajian yang lebih luas dan mendalam sehingga tercipta
pemahaman yang utuh dan komprehensif tentang hukum tata negara yang berlaku saat
sekarang ini
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ruang lingkup Hukum Tata Negara?
2. Apa saja Sumber Hukum Tata Negara Indonesia?
3. Bagaimana Bentuk - Bentuk Negara?
4. Bagaimana Bentuk - Bentuk Pemerintah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup hukum tata negara
2. Untuk mengetahui apa saja sumber hukum tata negara Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk – bentuk negara
4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk – bentuk pemerintah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Hukum Tata Negara

Dalam kerangka melakukan Studi Hukum Tata Negara, perlu diperjelas tentang ruang lingkup
kajiannya sehingga memberikan gambaran tentang bagian-bagian mana yang perlu mendapatkan
perhatian dalam rangka mempelajarinya. Logemann dalam bukunya Het Staatrecht van
Indonesie, het formele systeem bahasan Hukum Tata Negara mencakup sebagai berikut.

1. Susunan dari jabatan (lembaga negara).


2. Penunjukan mengenai pejabat (Pimpinan lembaga negara).
3. Tugas dan kewajiban dari lembaga dan pimpinannya.
4. Kekuasaan dan kewenangan dari lembaga- lembaga negara.
5. Batas wewenang, dan tugas dari jabatan terhadap daerah dan yang dikuasainya.
6. Hubungan antarlembaga/jabatan.
7. Hubungan antara jabatan dan pejabat

Bahasan Hukum Tata Negara yang dirumuskan dalam bentuk tema, yang diturunkan dari ruang
lingkup yang amat luas, seperti dikemukakan oleh Usep Ranawijaya (1989:28). Bertitik tolak dari
ruang lingkup yang lebih luas mencakup kehidupan ketatanegaraan dari suatu bangsa di dalam
usahanya menyelenggarakan kepentingan hidup bersama. Ruang lingkup tersebut mencakup (1)
ketentuan hukum mengenai administrasi negara sebagai bagian dan organisasi negara bertugas
melaksanakan yang telah ditetapkan pokok- pokoknya oleh badan ketatanegaraan yang lebih
tinggi, (2) Ketentuan hukum mengenai organisasi negara selain tersebut di atas. Berdasarkan
cakupan besar di atas, dikemukakannya secara terperinci beberapa pokok bahasan dan subpokok
bahasan yang terdiri dari 4 pokok bahasan.

Pertama, struktur umum dari organisasi negara, terdiri dari bentuk negara, bentuk pemerintahan,
sistem pemerintahan, corak pemerintahan, sistem pemencaran kekuasaan garis-garis besar
tertentu, organisasi, wilayah negara, hubungan antara rakyat dan negara, cara-cara rakyat
menjalankan hak-hak ketatanegaraan, dasar negara, ciri-ciri lahir dari kepribadian negara
Indonesia.

2
Kedua, tentang badan-badan Ketatanegaraan, yang konsep intinya meliputi cara
pembentukannya, susunan masing-masing, badan, tugas dan wewenangnya, cara bekerjanya,
kekuasaan di antaranya dan masa jabatan dari masa jabatan masing-masing lembaga tersebut.

Ketiga, tentang kehidupan politik rakyat mencakup sub bahasan berikut.


1. Jenis penggolongan dan jumlah partai di dalam negara dan ketentuan hukum yang
mengaturnya.
2. Hubungan antara kekuatan-kekuatan politik dengan badan-badan ketatanegaraan
3. Kekuatan politik dan pemilihan umum
4. Arti dan kedudukan golongan kepentingan
5. Pencerminan pendapat
6. Cara kerja sama antarkekuatan-kekuatan politik
Keempat, mencakup bahasan sejarah perkembangan ketatanegaraan sebagai latar belakang
keadaan yang sedang berlaku yang mencakup konsep kurun waktu; masa Penjajahan Belanda,
masa penjajahan Jepang, masa 17 Agustus 1945-27 Desember 1949, masa 27 Desember 1949-17
Agustus 1950, masa 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959, Masa 5 Juli 1959 hingga sekarang. Babakan
sejarah secara sosiopolitik dapat dikategorikan masa orde lama dan masa orde baru. Menganalisis
ruang lingkup atau pokok persoalan yang dibahas dalam Hukum Tata negara, kiranya lebih tepat
ruang lingkup dalam pengantar atau pengantar studi hukum tata negara dalam arti hukum positif.
Hal ini dikarenakan cakupan bahasan tersebut lebih bersifat akademis dan keilmuan. Tidak hanya
mencakup hukum positif akan tetapi semua aspek yang berkaitan dengan kebenaran dan
berlakunya hukum positif tersebut. Kita menyadari hukum positif, seperti dalam Hukum Tata
Negara, sulit dimengerti apabila hanya mempelajari rumusan kaidah hukum semata. Untuk itu,
diperlukan pemahaman yang komprehensif. Sehubungan tuntutan tersebut, berikut akan dibahas
tentang Pendekatan dalam Studi Hukum Tata Negara.
 Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Lain
Hukum Tata Negara memiliki muatan aspirasi politik dan cita hukum yang tumbuh dalam
masyarakat, kemudian dikemas dan dibentuk hukum sehingga menjadi Hukum Tata Negara
Memunculkan unsur-unsur muatan tersebut tidaklah mudah. Oleh karena itu, pemunculan dan
pengembangannya memerlukan bantuan dari ilmu-ilmu sosial lainnya. Dengan bantuan dari
ilmu-ilmu sosial lainnya itu memudahkan menemukan unsur muatan untuk membangun kaidah
hukum positif. Berikut hubungan antara Hukum Tata Negara dengan ilmu-ilmu lainnya :

3
 Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Negara
Hubungan HTN dengan ilmu negara dilihat dari :

1. Kedudukannya :
1) Ilmu negara merupakan pengantar bagi HTN dan HAN.
2) Ilmu negara, ilmu teoritis-ilmiah yang akan dipraktekan dalam HTN.
2. Manfaatnya (Rengers Hora Sicama):
• Dilihat tugas ahli hukum: Ilmu negara sebagai penyelidik yang hendak
mendapatkan kebenaran-kebenaran secara obyektif. Ilmu negara tidak
melaksanakan hukum, sedangkan HTN sebagai pelaksana hukum.
• Dilihat dari objek kajian: Ilmu negara obyek penyelidikannya adalah asas-asas
pokok dan pengertian-pengertian pokok tentang negara pada umumnya sein
wissenschaft. Sedangkan HTN objeknya adalah hukum positif normativen
wissenschaft. Dengan demikian hubungan antara Ilmu Negara dengan Hukum
Tata Negara adalah Ilmu Negara adalah dasar dalam penyelenggaraan praktek
ketatanegaraan yang diatur dalam Hukum Tata Negara lebih lanjut dengan kata
lain Ilmu Negara yang mempelajari konsep, teori tentang Negara merupakan
dasar dalam mempelajari Hukum Tata Negara.

 Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Politik

Hukum Tata Negara mempelajari peraturan-peraturan hukum yang mengatur


organisasi kekuasaan Negara, sedangkan Ilmu Politik mempelajari kekuasaan
dilihat dari aspek perilaku kekuasaan tersebut. Setiap produk Undang-Undang
merupakan hasil dari proses politik atau keputusan politik karena setiap Undang-
Undang pada hakekatnya disusun dan dibentuk oleh Lembaga-Lembaga politik,
sedangkan Hukum Tata Negara melihat Undang-Undang adalah produk hukum
yang dibentuk oleh alat-alat perlengkapan Negara yang diberi wewenang melalui
prosedur dan tata cara yang sudah ditetapkan oleh Hukum Tata Negara. Menurut
Barrents, Hukum Tata Negara ibarat sebagai kerangka manusia, sedangkan Ilmu
Politik diibaratkan sebagai daging yang membalut kerangka tersebut. Dengan
kata lain Ilmu Politik melahirkan manusia-manusia Hukum Tata Negara, dan
sebaliknya Hukum Tata Negara merumuskan dasar dari perilaku politik/
kekuasaan

4
 Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara

Hukum Administrasi Negara merupakan bagian dari Hukum Tata Negara dalam arti luas,
sedangkan dalam arti sempit Hukum Administrasi Negara adalah sisanya setelah
dikurangi oleh Hukum Tata Negara. Hukum Tata Negara adalah hukum yang meliputi
hak dan kewajiban manusia, personifikasi, tanggung jawab, lahir dan hilangnya hak serta
kewajiban tersebut hak-hak organisasi batasan-batasan dan wewenang. Sedangkan,
Hukum Administrasi Negara adalah yang mempelajari jenis bentuk serta akibat hukum
yang dilakukan pejabat dalam melakukan tugasnya.

B. Sumber Hukum Tata Negara Indonesia


Menurut Jimly Asshiddiqie sebagaimana dikutip Sumber Hukum Materiil dan Sumber Hukum
Formal, sumber hukum berasal dari dasar hukum, landasan hukum ataupun payung hukum.
Adapun dasar hukum atau landasan hukum adalah norma hukum yang mendasari suatu tindakan
atau perbuatan hukum tertentu sehingga dapat dianggap sah atau dapat dibenarkan secara hukum.
Secara umum, sumber hukum dibagi menjadi dua yaitu sumber hukum materiil dan sumber
hukum formil. Begitu pula dengan sumber hukum tata negara, dibagi menjadi dua, yaitu sumber
hukum tata negara materiil dan sumber hukum tata negara formil.
1. Sumber Hukum Tata Negara Materiil
Sumber hukum tata negara materiil adalah sumber yang menentukan isi kaidah hukum tata
negara. Menurut Bagir Manan sebagaimana dikutip Ni’matul Huda dalam Hukum Tata Negara
Indonesia, sumber hukum tata negara materiil ini terdiri atas (hal. 32):
• Dasar dan pandangan hidup bernegara;
• Kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat dirumuskannya kaidah hukum tata
negara.
Adapun, menurut Jimly Asshiddiqie dalam Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, sumber hukum
tata negara materiil adalah Pancasila. Menurut Jimly, pandangan hidup bangsa Indonesia
tercermin dalam perumusan sila-sila Pancasila yang dijadikan falsafah hidup bernegara. Sebagai
sumber hukum materiil, Pancasila harus dilaksanakan oleh dan dalam setiap peraturan hukum
Indonesia (hal. 197). Sejalan dengan pendapat Jimly, Pasal 2 UU 12/2011 juga menegaskan
bahwa Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum negara. Artinya, Pancasila merupakan
sumber hukum materiil, termasuk dalam bidang hukum tata negara.

5
2. Sumber Hukum Tata Negara Formil
1. Konstitusi
Menurut Jimly Asshiddiqie, konstitusi adalah hukum dasar, norma dasar, dan
sekaligus paling tinggi kedudukannya dalam sistem bernegara. Konstitusi sendiri
terbagi menjadi dua, yaitu konstitusi dalam arti tertulis dan konstitusi tidak tertulis.
a. Konstitusi tertulis, Konstitusi tertulis adalah konstitusi dalam arti sempit, yang
biasa dikenal sebagai undang-undang dasar. Di Indonesia, UUD 1945 merupakan
sumber hukum dasar tertulis yang mengatur persoalan kenegaraan sekaligus
landasan hukum bagi ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan di
bawahnya.
b. Konstitusi tidak tertulis, Konstitusi tidak tertulis adalah konstitusi dalam arti luas,
yang hidup dalam kesadaran hukum dan praktik penyelenggaraan negara yang
diidealkan.
2. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan menurut Jimly Asshiddiqie, adalah peraturan
tertulis yang berisi norma-norma hukum yang mengikat untuk umum, ditetapkan
oleh legislator dan regulator atau lembaga pelaksana undang-undang yang memiliki
kewenangan delegasi dari undang-undang untuk menetapkan peraturan tertentu.
Adapun menurut Ni’matul Huda, peraturan perundang-undangan (atau disebut juga
sebagai perundang-undangan) adalah hukum tertulis yang dibentuk dengan cara-
cara tertentu oleh pejabat yang berwenang dan dituangkan dalam bentuk tertulis.
Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan menurut Pasal 7 UU 12/2011
terdiri dari:
a. UUD 1945;
b. Tap MPR;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Perda Provinsi; dan
g. Perda Kabupaten/Kota.
Selain yang disebut menurut Pasal 7 di atas, juga terdapat peraturan yang dibuat
oleh MPR, DPR, DPD, MA, MK, BPK, KY, BI, Menteri, badan, lembaga atau
komisi yang dibentuk undang-undang atau pemerintah atas perintah undang-

6
undang, Gubernur, Bupati/Walikota, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota,
Kepala Desa atau yang setingkat, sebagaimana diatur di dalam Pasal 8 UU 12/2011.
3. Hukum Adat Ketatanegaraan
Hukum adat ketatanegaraan adalah hukum asli bangsa Indonesia di bidang
ketatanegaraan adat. Contoh: ketentuan mengenai swapraja, persekutuan-
persekutuan hukum kenegaraan asli seperti desa, gampong, dan mengenai peradilan
agama.
4. Konvensi Ketatanegaraan
Menurut Bagir Manan, konvensi atau (hukum) kebiasaan ketatanegaraan adalah
hukum yang tumbuh dalam praktik penyelenggaraan negara untuk melengkapi,
menyempurnakan, dan menghidupkan atau mendinamisasi kaidah-kaidah hukum
perundang-undangan atau hukum adat ketatanegaraan. Contoh konvensi
ketatanegaraan selengkapnya dapat Anda baca dalam Pengertian Konvensi
Ketatanegaraan dan Contohnya di Indonesia.
5. Yurisprudensi Ketatanegaraan
Yurisprudensi adalah kumpulan putusan-putusan pengadilan mengenai persoalan
ketatanegaraan, yang setelah disusun secara teratur memberikan kesimpulan adanya
ketentuan hukum tertentu yang ditemukan atau dikembangkan oleh badan
peradilan. Meskipun di Indonesia, putusan pengadilan tidak mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat, namun yurisprudensi mempunyai kekuatan yang cukup
meyakinkan.
6. Hukum Perjanjian Internasional Ketatanegaraan
Hukum perjanjian internasional ketatanegaraan terdiri dari traktat (treaty) yang
telah diratifikasi, perjanjian internasional yang diadakan pemerintah atau lembaga
eksekutif (executive agreement) dengan pemerintah lain yang tidak memerlukan
ratifikasi, yang menentukan segi hukum ketatanegaraan bagi masing-masing negara
yang terikat di dalamnya, dapat menjadi sumber hukum formal tata negara.
7. Doktrin Ketatanegaraan
Doktrin ketatanegaraan adalah ajaran-ajaran tentang hukum tata negara yang
ditemukan dan dikembangkan dalam dunia ilmu pengetahuan sebagai hasil
penyelidikan dan pemikiran seksama berdasarkan logika formal yang berlaku.
Pendapat para sarjana hukum terkemuka atau doktrin merupakan sumber tambahan
yang cukup penting, karena meskipun bukan sumber hukum langsung, namun

7
doktrin membantu hakim dalam mengambil keputusan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sumber hukum tata negara Indonesia
dibagi menjadi dua, yaitu pertama, sumber hukum tata negara materiil yang terdiri
dari Pancasila, dasar dan pandangan hidup bernegara, serta kekuatan-kekuatan
politik yang berpengaruh pada saat dirumuskannya kaidah hukum tata negara.
Kedua, sumber hukum tata negara formil yang terdiri dari konstitusi, peraturan
perundang-undangan, hukum adat ketatanegaraan, konvensi ketatanegaraan,
yurisprudensi ketatanegaraan, hukum perjanjian internasional ketatanegaraan dan
doktrin ketatanegaraan.

C. Bentuk – Bentuk Negara


a) Bentuk Negara Pada Zaman Yunani Kuno
Pada masa yunani kuno dahulu hanya dikenal adanya 3 bentuk pokok dari
negara. Pada waktu itu pengertian dari negara, pemerintahan dan masyarakat masih
belum dibedakan, hal ini disebabkan karena susunan negara masih sangat sederhana
sekali, bila dibandingkan dengan luas daerah negara dan julah penduduknya belu
sebesar asa sekarang ini. Negara hanya seluas kota saja oleh karena itu pada hakikatnya
hanya merupakan negara-kota saja. Negara-kota ini ada istilahnya yaitu “polis”. Selain
itu sifat dari urusan negara masih sangat sederhana sekali. Dalam pandangan
masyarakat dan para ahli negara, belu ada perbedaan antara pengertian negara,
pengertian masyarakat dan pengertian pemerintahan. Adapun tiga bentuk pokok
daripada negara pada masa yunani kuno tersebut ialah: Monarchi, Oligarchi, dan
Demokrasi. Dipergunakan sebagai ukuran untuk membedakan bentuk-bentuk tersebut
diatas yaitu: jumlah dari pemegang kekuasaan. Jika yang memegang kekuasaan itu satu
oarang aka bentuk negaranya Monarchi (bahasa Yunani “monos” berarti “satu”
sedangkan “archien” berarti “memerintah”). Jika memegang pemeritahan itu beberapa
orang maka bentuk negaranya itu Oligarchi (bahasa Yunani “oligai” berarti
“beberapa”). Jika yang emegang pemerintahan rakyat maka bentuk negara nya disebut
Demokrasi (bahasa Yunani “Demos” bararti “rakyat”).
b) Bentuk Negara pada Masa Modern Sekarang.
• Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat,
dengan satu pelaksanaannya, negara kesatuan ini terbagi kedalam 2 macam
sistem pemerintahan yaitu: Sentral dan Otonomi.

8
• Negara kesatuan dengan sisitem sentralisasi adalah pemerintahan yang
langsung dipimpin oleh pemerintahan pusat, sementara pemerintahan
daerah di bawahnya melaksanakan kebijakan pemerintahan pusat. Model
pemerintahan Orde Baru di bawah pemerintahan presiden Soeharto adalah
salah satu contoh sistem pemerintahan model ini.
• Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah kepala daerah
diberikan kesempatan dan kewenangan untuk memgurus urusan
pemerintahan diwilayah sendiri. Sistem ini dikenal dengan istilah otonomi
daerah atau swatantra. Sistem pemerintahan negara Malaysia dan
pemerintahan paske Orde Baru di Indonesia dengan sistem otonomi
khusus dapat dimasukan kedalam model ini.
c) Negara serikat
Negara serikat atau Federasi merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari
beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Pada mulanya negara-negara
bagian tersebut merupakan negara yang merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri.
Setelah menggabungkan dengan negara serikat, dengan sendirinya negara tersebut
melepaskan sebagian dari kekuasaannya dan menyerahkannya kepada Negara Serikat.
Penyerahan kekuasaan dari negara-negara bagian kepada nagara serikat tersebut
dikenal dengan istilah limitatif (satu demui satu) dimana hanya kekuasaan yang
diberikan oleh negara-negara bagian saja (delagated powers) yang menjadi kekuasaan
Negara Serikat. Namun pada perkembangan selanjutnya, negara serikat mengatur hal
yang bersifat strategis seperti kebijakan politik luar negeri, keamanan dan pertahanan
negara. Adakalanya dalam pembagian kekuasaan antara pemerintahan federasi dan
peerintahan negara-negara bagian yang disebut adalah urusan-urusan yang
diselenggarakan oleh pemerintah negara-negara bagian, yang berarti bahwa bidang
kegiatan federal adalah urusan-urusan kenegaraan selebihnya (reseduary powers).
Disamping 2 bentuk diatas, dari sisi pelaksana dan mekanisme pemilihannya,
bentuk Negara dapat digolongkan ketiga kelompok yaitu: Monarki, Oligarki, dan
Demokrasi.
1. Negara Monarki
Negara monarki yaitu bentuk negara yang pemerintahannya hanya dilakukan
oleh satu orang saja. Dalam hal ini, hak memerintah negara hanya dijalankan
oleh satu orang yang ditunjuk tanpa ada hal lain yang bisa mengganggu gugat.

9
Pemerintahan ini adalah bentuk pemerintahan yang paling umum hingga abad
ke-19.
2. Negara Oligarki
Negara oligarki yaitu bentuk negara yang pemerintahannya dilakukan oleh
suatu kelompok yang biasa disebut sebagai kelompok Feudal. Oligarki adalah
sistem kekuasaan yang memungkinkan beberapa keluarga atau individu untuk
berkuasa memimpin negara. Mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk
mengubah daerah demi menguntungkan mereka dengan mengesampingkan
anggota lainnya. Mereka mempertahankan kekuatan mereka melalui
hubungan satu sama lain.
3. Negara Demokrasi
Istilah negara demokrasi tentunya sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Hal itu
karena bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi di mana pemilik
kekuasaan sepenuhnya berada di tangan rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Itu artinya, rakyat memiliki kendali penuh atas berjalannya pemerintahan.
Demokrasi dapat dilakukan oleh warga negara atau melalui agen terpilih.
Sistem ini pertama kali didirikan oleh orang-orang Yunani, dan muncul
kembali pada abad ke-17.
D. Bentuk Pemerintahan
Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian
institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk menegakkan
kekuasaannya atas suatu komunitas politik. Definisi ini tetap berlaku bahkan untuk
pemerintahan yang tidak sah atau tidak berhasil menegakkan kekuasaannya. Tak tergantung
dari kualitasnya, pemerintahan yang gagal pun tetap merupakan suatu bentuk pemerintahan.
1) Monarki
Monarki adalah bentuk dari pemerintahan yang dipimpin oleh raja atau ratu sebagai
pemegang kekuasaan negara. Monarki juga termasuk bentuk dalam pemerinta
han tertua di dunia. Setiap raja dan ratu ini memiliki julukannya masing-masing seperti
di Jepang, raja dipanggil dengan sebutan Kaisar, Brunei Darussalam dengan sebutan
Sultan, dan sebutan Yang di-Pertuan Agong di Malaysia.
2) Tirani
Sekilas, tirani sama seperti monarki yang kekuasaan negaranya dipegang oleh satu orang.
Tapi, tirani dijalankan dengan sewenang-wenang secara otoriter dan absolut.

10
Contoh negara yang pernah menjalankan bentuk tirani adalah Adolf Hitler di Jerman dan
Joseph Stalin dari Uni Soviet.
3) Aristokrasi
Jika monarki dan tirani dipegang oleh satu orang, berbeda dengan aristokrai
yang dipegang oleh beberapa orang. Orang-orang tersebut memiliki peranan penting
seperti halnya kaum cendikiawan. Pada tahun 1700-an, Prancis pernah menganut
aristokrasi dimana kekuasaan yang mereka miliki ditujukan untuk kepentingan umum.
4) Oligarki
Seperti aristokrasi, kekuasaan dalam oligarki juga dipegang oleh beberapa orang. Tetapi,
yang memiliki peranan dalam oligarki dibedakan berdasarkan kekayaan, keluarga,
maupun militer. Negara yang pernah menganut bentuk oligarki salah satunya adalah
Afrika Selatan yang berakhir pada tahun 1994 ketika Nelson Mandela menjabat sebagai
presiden.
5) Demokrasi
Salah satunya negara demokrasi adalah Indonesia. Dalam demokrasi, setiap warga negara
memiliki hak setara dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, ada istilah dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat yang dicetuskan oleh Abraham Lincoln.
Karena memang, dalam demokrasi pemegang kekuasaan adalah rakyat.
6) Teknokrasi
Tidak hanya politisi yang memiliki kekuasaan dalam suatu negara, ternyata pakar teknis
juga memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan negara.Teknokrasi adalah
bentuk dari pemerintahan dimana pakar teknis mempunyai kekuasaan. Dalam teknokrasi,
para pengambil keputusan akan dipilih berdasarkan seberapa jauh mereka menguasai
bidang tertentu seperti insinyur, ilmuwan, dan profesional kesehatan.
7) Timokrasi
Timokrasi adalah bentuk dari pemerintahan dengan ideal tertinggi negara diatur oleh para
pemimpin yang memiliki kehormatan dan kelayakan. Timokrasi ini
merupakan lawan dari kepemimpinan yang berdasarkan kelas, keturunan, kekuasaan,
dan hak istimewa.
8) Kleptokrasi
Kleptokasi adalah bentuk dalam pemerintahan dimana pemegang kekuasaan
menggunakan posisinya untuk mencuri kekayaan negara atau korupsi. Mereka mengambil

11
pajak yang berasal dari rakyat untuk memperkaya kelompok tertentu atau dirinya sendiri.
Semakin massal tindak korupsi yang dilakukan pejabat publik, maka negara tersebut
semakin merujuk kepada kleptokrasi.
9) Oklokrasi
Oklokrasi terjadi saat negara dalam anarki massa dengan pemerintahan yang tidak legal.
Mereka memiliki kekuasaan senjata dalam jumlah besar, sehingga rakyat lain menjadi
takut. Pada tahun 1930-
an, Amerika Serikat hampir masuk ke dalam kategori ini dimana keluarga mafia
mengendalikan negara secara ilegal dan inkonstitusional
10) Plutokrasi
Ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin sangat terlihat pada plutokrasi. Hal ini
karena bentuk dalam pemerintahan tersebut disetir oleh orang-orang kaya yang tercipta
dari suatu kondisi ekstrim. Mereka tidak hanya menguasai sumber ekonomi dan politik,
tetapi juga sumber militer seperti senjata, dan lain-lain. Negara yang memiliki sumber
daya alam seperti
minyak dan logam mulia berpotensi mengalami jenis pemerintahan ini.
Karena pada umumnya, badan yang mengontrol sumber daya tersebut ingin
mempertahankan kondisi yang menguntungkan mereka

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ruang lingkup yang lebih luas mencakup kehidupan ketatanegaraan dari suatu bangsa di dalam usahanya
menyelenggarakan kepentingan hidup bersama. Ruang lingkup tersebut mencakup ketentuan hukum
mengenai administrasi negara sebagai bagian dan organisasi negara bertugas melaksanakan yang telah
ditetapkan pokok- pokoknya oleh badan ketatanegaraan yang lebih tinggi, Ketentuan hukum mengenai
organisasi negara. Sumber hukum dibagi menjadi dua yaitu sumber hukum materiil dan sumber
hukum formil. Begitu pula dengan sumber hukum tata negara, dibagi menjadi dua, yaitu sumber
hukum tata negara materiil dan sumber hukum tata negara formil. bentuk Negara dapat
digolongkan ketiga kelompok yaitu: Monarki, Oligarki, dan Demokrasi.Bentuk pemerintahan
adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian institusi politik yang
digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk menegakkan kekuasaannya atas suatu
komunitas politik.
Monarki seperti di Jepang, raja dipanggil dengan sebutan Kaisar, Brunei Darussalam dengan
sebutan Sultan, dan sebutan Yang di-Pertuan Agong di Malaysia. Tirani. Contoh negara yang
pernah menjalankan bentuk tirani adalah Adolf Hitler di Jerman dan Joseph Stalin dari Uni
Soviet.. Aristokrasi. Prancis pernah menganut aristokrasi dimana kekuasaan yang mereka miliki
ditujukan untuk kepentingan umum. Oligarki, Negara yang pernah menganut bentuk oligarki
salah satunya adalah Afrika Selatan. Demokrasi Salah satunya negara demokrasi adalah
Indonesia. Teknokrasi, Dalam teknokrasi, para pengambil keputusan akan dipilih berdasarkan
seberapa jauh mereka menguasai bidang tertentu seperti insinyur, ilmuwan, dan profesional
kesehatan. Timokrasi, Timokrasi ini merupakan lawan dari kepemimpinan yang berdasarkan
kelas, keturunan, kekuasaan, dan hak istimewa.. Kleptokrasi Kleptokasi adalah
bentuk dalam pemerintahan dimana pemegang kekuasaan menggunakan posisinya untuk
mencuri kekayaan negara atau korupsi. Oklokrasi, Oklokrasi terjadi saat negara dalam anarki
massa dengan pemerintahan yang tidak legal. Mereka memiliki kekuasaan senjata dalam jumlah
besar, sehingga rakyat lain menjadi takut. Plutokrasi

13
DAFTAR PUSTAKA
Jimly Asshiddiqie. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jilid I. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. 2006;
Moch. Kusnadi, dkk. (1983). Pengantar Hukum Tata Negara. Jakarta: Pusat Studi Hukum tata
Negara UI.
M. Solly Lubis. (1993). Ketatanegaraan Republik Indonesia. Bandung: Mandar Maju.
Ni’matul Huda. Hukum Tata Negara Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Press, 2012.
Salsabila, D. t. (2020). Pengertian Dan Macam – Macam Bentuk Negara
Sari, Sarah Puspita. 2020. Pengertian dan Bentuk Pemerintahan. Diakses pada 25 Oktober 2022
dari https://osf.io/jaf7s/
Satjipto Rahardjo. (1991). Ilmu Hukum Tata Negara, Bandung; Citra Aditya.
Syamsuddin, Rahman. Ismail Aris. 2014. Merajut Hukum di Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana
Media

14
15

Anda mungkin juga menyukai