Anda di halaman 1dari 12

Konsitusi Negara

Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampu:
Ratna Widya Iswara, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Andhika Pernanda (2307422040)
2. B
3. C
4. D
5. E
6. F

PROGRAM STUDI TEKNIK MULTIMEDIA DAN


JARINGAN
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DAN
KOMPUTER
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konstitusi
Negara" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang konstitusi negara bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ratna Widya Iswara selaku


dosen Mata Kuliah Kewarganegaraan. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Depok, 1 Oktober 2023

Penulis

Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................4
1.3. Tujuan Pembahasan..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................4
2.1 Pengertian Konstitusi............................................................................................4
2.2 Pengertian Negara.................................................................................................4
2.3 Kedudukan fungsi, sifat, dan tujuan konstitusi negara......................................4
2.4 Hukum Dasar (tertulis dan tidak tertulis)...........................................................4
2.5 Perubahan Konstitusi Negara (UUD 45).............................................................4
BAB III PENUTUP...............................................................................................................5
3.1 Simpulan................................................................................................................5
3.2 Saran......................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai
dengan ide demokrasi dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin
terbentuk. Konstitusi merupakan hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar
penyelenggaraaan bernegara didasarkan pada konstitusi sebagai hukum dasar.
Negara yang berlandaskan kepada suatu konstitusi dinamakan Negara
konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara ideal sebagai Negara
konstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus memenuhi sifat-sifat dan
ciri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus menganut gagasan
tenttang konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu ide,
gagasan, atau paham.
Konstitusi negara memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga
stabilitas, keadilan, dan tatanan hukum di dalam suatu negara. Ini juga
mencerminkan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan aspirasi masyarakat yang
merancangnya. Oleh karena itu, kajian tentang konstitusi negara menjadi krusial
dalam pemahaman tentang sistem pemerintahan, demokrasi, hak asasi manusia,
dan perkembangan politik suatu negara.
Dalam makalah ini, akan dibahas berbagai aspek terkait pengertian konstitusi,
pengertian negara, kedudukan fungsi, sifat, dan tujuan konstitusi, hukum dasar
(tertulis dan tidak tertulis), serta perubahan konstitusi negara (UUD 45) dan
perkembangan terkini yang memengaruhi konstitusi negara. Melalui pemahaman
yang lebih mendalam tentang konstitusi negara, diharapkan dapat mendorong
diskusi yang lebih kritis dan konstruktif dalam membangun sistem pemerintahan
yang lebih baik di masa depan.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja Pengertian konstitusi


2. Apa Pengertian negara
3. Bagaimana Kedudukan fungsi, sifat dan tujuan konstitusi negara
4. Apa saja Hukum dasar (tertulis dan tidak tertulis)
5. Bagaimanakah Perubahan konstitusi negara (UUD 45)

1.3. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian konstitusi


2. Untuk mengetahui pengertian negara
3. Untuk mengetahui kedudukan fungsi, sifat, dan tujuan konstitusi negara
4. Untuk mengetahui hukum dasar (tertulis dan tidak tertulis)
5. Untuk mengetahui perubahan konstitusi negara (UUD 45)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konstitusi

Konstitusi adalah hukum dasar tertinggi dalam suatu negara atau organisasi.
Konstitusi terdiri dari kumpulan peraturan yang membentuk dan
mengatur/memerintah dalam pemerintahan suatu negara. Tujuan konstitusi
adalah untuk membatasi kekuasaan agar negara dapat dijalankan sesuai dengan
tujuan pembentukannya. Konstitusi juga merujuk pada penjaminan hak kepada
warga masyarakatnya. Konstitusi dapat berupa dokumen tertulis atau tidak
tertulis seperti tradisi, kebiasaan, dan adat. Jenis-jenis konstitusi menurut ahli
konstitusi K.C. Wheare yaitu:
1. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis
- Konstitusi tertulis adalah konstitusi yang dibuat secara tertulis dalam suatu
dokumen yang umumnya berupa peraturan hukum yang mengatur pemerintahan.
- Konstitusi tidak tertulis adalah konstitusi yang dibuat secara tidak tertulis
berupa peraturan hukum yang mengatur pemerintahan, seperti tradisi, kebiasaan,
dan adat.
2. Konstitusi Lentur dan Konstitusi Kaku
- Konstitusi lentur adalah konstitusi yang proses amandemennya bersifat umum,
sama dengan hukum lainnya.
- Konstitusi kaku adalah konstitusi yang amandemennya memerlukan proses
yang bersifat khusus.
Konstitusi juga dapat diterapkan pada seluruh hukum yang mendefinisikan
fungsi pemerintahan negara.

2.2 Pengertian Negara

Negara merupakaan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Pada prinsipnya setiaap warga mayaraka menjadi anggota dari suatu
negara dan harus tunduk pada kekuasaan negara. Melalui kehidupan bernegara
dengan pemerintah yang ada di dalamnya, masarakat ingin mewujutkan tujuan
tujuan tertentu sepertti terwujudnya kertentaraman, ketertiban, dan kesejahteraan
masyrakat. Agar pemerintah suatu negara memiliki kekuasaan untuk mengatur
kehidupan masayakat tidak bertindak seenaknya, maka ada system aturan
tersebut menggambarakan suatu hierakhi atau pertindakan dalam aturan yang
paliing tinggi tingkatanya sampai pada aturan yang paling rendah.
Negara dan konstitusi adalah dwitunggal. Jika diibaratkan bangunan, negara
sebagai pilar-pilar atau tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi yang kuat,
yaitu konstitusi Indonesia. Hampir setiap negara mempunyai konstitusi, terlepas
dari apakah konstitusi tersebut telah dilaksanakan dengan optimal atau belum.
Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara yang perannya tak bisa
dipandang sebelah mata.

2.3 Kedudukan fungsi, sifat, dan tujuan konstitusi negara


Konstitusi adalah sebuah dokumen nasional yang menyangkut kehidupan
nasional suatu negara. Berikut adalah penjelasan mengenai kedudukan, fungsi,
sifat, dan tujuan konstitusi:
 Kedudukan Konstitusi
- Konstitusi memiliki kedudukan sebagai sebuah wujud hukum tertinggi.
- Konstitusi juga merupakan alat rakyat dalam perjuangan kekuasaan
melawan golongan penguasa.
 Fungsi Konstitusi
- Fungsi konstitusi yang khas dalam negara demokrasi adalah untuk
membatasi kekuasaan pemerintah.
- Fungsi konstitusi adalah untuk menentukan batas wewenang penguasa,
menjamin hak rakyat, dan mengatur jalannya pemerintahan.
Fungsi konstitusi juga meliputi:
- Penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.
- Pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
- Pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga negara.
- Pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun
kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
- Penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli
(yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
- Simbolik sebagai pemersatu, sebagai rujukan identitas dan keagungan
kebangsaan, serta sebagai center of ceremony.
- Sarana pengendalian masyarakat, baik dalam arti sempit hanya di bidang
politik maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial dan ekonomi.
 Sifat Konstitusi
- Konstitusi memiliki sifat sebagai hukum tertulis dan tertib.
- Konstitusi juga memiliki sifat sebagai hukum dasar yang meliputi hukum
dasar tertulis hingga hukum dasar tidak tertulis.
 Tujuan Konstitusi
- Tujuan konstitusi adalah untuk mencapai keadilan, ketertiban, dan
perwujudan nilai ideal seperti kemerdekaan, kebebasan, kesejahteraan,
perdamaian, keamanan, dan ketertiban.
- Konstitusi juga memiliki tujuan sebagai sarana menjadi perekayasaan
serta pembaharuan masyarakat.

2.4 Hukum Dasar (tertulis dan tidak tertulis)

Konstitusi tertulis adalah konstitusi yang dituangkan dalam dokumen atau


naskah. Pengertian konstitusi tertulis ini seperti pengertian konstitusi menurut
K.C. Wheare yaitu hasil seleksi dari peraturan-peraturan hukum yang mengatur
pemerintahan negara tersebut dan telah dihimpun dalam sebuah dokumen.
Konstitusi tidak tertulis adalah nilai-nilai dan norma hukum tata negara yang
dianggap ideal tetapi tidak tertulis, juga harus diterima sebagai norma konstitusi
yang mengikat dalam penyelenggaraan kegiatan bernegara. Nilai-nilai dan
norma yang dimaksud dapat berupa pikiran-pikiran kolektif dan dapat pula
berupa kenyataan-kenyataan perilaku yang hidup dalam masyarakat negara yang
bersangkutan. Adapun contoh konstitusi tidak tertulis umumnya diwujudkan
dalam bentuk konvensi.

2.5 Perubahan Konstitusi Negara (UUD 45)

Konstitusi bukan hanya sebagai kumpulan norma-norma dasar statis yang


merupakan sumber ketatanegaraan, tapi juga memberi ruang untuk mengikuti
perkembangan masyarakat yang terjadi dalam suatu negara. Sejalan dengan
dinamika perkembangan masyarakat pada suatu negara, maka konstitusi dapat
pula mengalami perubahan. Namun, untuk melakukan perubahan tersebut tiap-
tiap konstitusi mempunyai cara-cara atau prosedur tertentu. Menurut Thaib
(2003 :50), terdapat dua sistem perubahan sistem konstitusi yaitu : Sistem yang
pertama, bahwa apabila suatu Undang-Undang Dasar atau konstitusi diubah,
maka yang berlaku adalah Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang baru
secara keseluruhan. Hal ini pernah dialami di Indonesia yaitu perubahan
(pergantian) konstitusi dari UUD 1945 menjadi Kontitusi RIS (27 Desember
1949 ± 17 Agustus 1950), dan perubahan (pergantian) dari Kontitusi RIS
menjadi UUDS 1950 (17 Agustus 1950 ± 5 Juli 1959), serta dari UUDS 1950
kembali menjadi UUD 1945 ( 5 Juli 1959 ± 1999).
Sistem kedua, bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi asli
yang tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan
amandemen dari konstitusi yang asli tadi. Perubahan konstitusi yang
menggunakan sistem pertama berarti terjadinya pergantian suatu konstitusi atau
Undang-Undang Dasar (UUD) yang lama dengan adanya konstitusi atau
Undang-Undang Dasar yang baru. Perubahan konstitusi yang menggunakan
sistem kedua yang berarti dilakukan amandemen dari konstitusi atau Undang-
Undang Dasar juga pernah dialami di Indonesia, yaitu terjadi amandemen
terhadap UUD 1945, yaitu amandemen UUD 1945 yang pertama tahun 1999,
yang kedua tahun 2000, yang ketiga tahun 2001, yang keempat tahun 2002.
Mengenai prosedur perubahan konstitusi, menurut C.F. Strong (Thaib,
2003: 51), bahwa cara perubahan konstitusi ada empat macam yaitu; (1)
perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif
menurut pembatasan-pembatasan tertentu, (2) perubahan konstitusi yang
dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum, (3) perubahan konstitusi yang
dilakukan oleh sejumlah negara-negara bagian yang terdapat pada negara
berbentuk Serikat, (4) perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu
konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk
hanya untuk keperluan perubahan.
Sejak bergulirnya gerakan reformasi, UUD 1945 telah mengalami
perubahan. Prosedur perubahan UUD 1945 tersebut berdasarkan ketentuan
Pasal 37 bahwa untuk merubah UUD 1945, harus hadir sekurang-kurangnya
2/3 daripada jumlah anggota MPR, dan kemudian putusan diambil atas
persetujuan sekurang- kurangnya 2/3 dari anggota yang hadir. Setelah
Amandemen keempat, Pasal 37 UUD 1945 pengalami perubahan bahwa untuk
perubahan Pasal-Pasal UUD dapat dilakukan jika diajukan sekurang-kurangnya
oleh 1/3 anggota MPR. Keputusan tentang perubahan diambil jika Sidang MPR
dihadiri oleh sekurang- kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.
Pada bagian ini dibahas perubahan UUD 1945, perubahan pertama, kedua,
ketiga dan keempat dengan fokus substansi perubahan yang terjadi. Pada
perubahan pertama, substansi perubahan dimaksudkan untuk pembatasan masa
jabatan Presiden dan Wakil Presiden, hanya dua periode masa jabatan saja.
Perubahan kedua, substansi perubahan dimaksudkan untuk mempertegaskan
hal-hal tentang Hak-hak Asasi Manusia dan memperkokoh eksistensi DPR
sebagai lembaga legislatif. Perubahan ketiga, substansi perubahan
dimaksudkan untuk mengembalikan kedaulatan rakyat dari MPR kepada
rakyat, sehingga berimplikasi pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
secara langsung oleh rakyat. Perubahan ketiga juga dimaksudkan untuk
memperkokoh independensi kekuasaan kehakiman. Perubahan keempat,
substansinya dimaksudkan untuk penghapusan Dewan Pertimbangan Agung,
dan mempertegas persyaratan pengisian dan tata cara pengisian Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai