Makalah
Disusun Oleh :
195120100111001
A-1 Sosiologi
UNIVERSITAS BRAWJAYA
JURUSAN SOSIOLOGI
MALANG
2019
1
KATA PENGATAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Konstitusi dan Kedudukan Konstitusional Dalam Negara” dengan baik.Makalah ini
telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari
semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari susunan
kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya
berharap semoga makalah dengan judul “Konstitusi dan Kedudukan Konstitusional
Dalam Negara” ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penysun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
6
undang-undang (state law). Di Negara-negara federal, terdapat
hukum tingkat tiga, dalam bentuk undang-undang negara bagian
atau provinsi. Kedua, status dari dokumen yang terkondifikasi
dijamin oleh fakta bahwa paling tidak ketentuan-ketentuan tertentu
dalam dokumen tersebut memiliki kedudukan kuat, dalam
pengertian bhawa mereka tdak mudah untuk diamandemen atau
dihapus. Prosedur untuk membentuk konstitusi, dan untuk
merevisinya dikemudian hari, karenanya pasti lebih kompleks dan
sulit daripada prosedur untuk membuat undang-undang biasa.
Terakhir, logika dari aturan-aturan yang dikondifikasi adalah,
karena konstitusi menetapkan tugas-tugas, kekuasaan-kekuasaan
dan fungsi-fungsi dari lembaga-lembaga pemerintahan dalam status
sebagai hukum yang lebih tinggi, ia harus justiciable, yang berarti
bahwa semua badan politik harus tunduk pada otoritas dari
pengadilan-pengadilan dan, terutama, mahkamah agung atau
mahkamah konstitusi. Ini secara substansial meningkatkan peran
dan pengaruh dari para hakim, atau paling tidak para hakim senior
atau hakim agung, yang menjadi wasit konstitusi akhir, dan
kearenanya memiliki kekuasaan untuk melakukan peninjauan
kembali (judicial review).
7
legislatif mereka, badan-badan seperti Parlemen Inggris dan
Knesset di Israel mampu untuk berfungsi sebagai wasit tertinggi
dalam masalah konstitusi: makna dari konstitusi mengikuti
penafsiran mereka terhadap konstitusi.
8
berusaha untuk memberi rezim mereka serangkaian nilai penyatu, sebuah rasa
tentang tujuan ideologis dan sebuah kosakata yang dapat digunakan dalam
penyelenggaraan politik. Dalam banyak kasus, tujuan-tujuan ini tercantum
secara eksplisit dalam pembukaan dari dokumen-dokumen konstitusional,
yang sering kali berfungsi sebagai pernyatan tentang cita-cita nasional. Cita-
cita ini beragam mulai dari sebuah komitmen pada demokrasi, kebebasan atau
negara kesejahteraan hingga sebuah keyakinan pada sosialisme, federalisme
atau islam.
3. Menyediakan stabilitas pemerintahan
Dalam mengalokasikan tugas-tugas, kekuasaan-kekuasaan dan fungsi-
fungsi di antara lembaga pemerintahan, konstitusi bertindak sebagai bahan
organisasi, panduan definisi atau cetak biru kelembagaan. Dengan demikian,
mereka memformalkan dan mengatur hubungan-hubungan antara badan-badan
politik dan menyediakan sbebuah mekainsme melalui mana konflik-konflik
dapat diayudikasi dan dipecahkan.
4. Melindungi kebebasan
Di Negara-negara demokrasi liberal, secara luas dipahami bahwa
tujuan utama dari sebuah konstitusi adalah untuk membatasi pemerintah
dengan tujuan untuk melindungi kemerdekaan individu. Inilah mengapa
konstitusi cenderung dipandang sebagai alat untuk membentuk dan
memelihara pemerintahan terbatas. Jelas, konstitusi-konstitusi menyediakan
mekanisme hubungan antara negara dan individu, dan menggariskan lingkup
otoritas negara dan lingkup kebebasan individu.
5. Melegitimasi rezim-rezim
Fungsi terakhir dari sebuah konstitusi adalah untuk membantu
membangun legitimasi. Ini dapat menjelaskan fakta meluasnya penggunaan
konstitusi, bahkkan oleh negara-negara dengan kosntitusi-konstitusi yang
sekedar formalitas atau bahkan topeng belaka. Proses legitimasi ini memiliki
dua dimensi. Pertama, keberadaan sebuah konstitusi hampir merupakan
prasyarat bagi keanggotaan sebuah negara dalam komunistas internasional dan
prasyarat bagi pengakuan dari negara-negara lain. Yang lebih signifikan akan
tetapi adalah kemampuan untuk menggunakan sebuah negara melalui usaha-
usaha untuk meningkatkan rasa penghargaan dan kepatuhan di kalangan
warga. Ini memungkinkan rasa sebuah konstitusi melambangkan dan sekaligus
9
menyebarkan nilai-nilai dari elite yang berkuasa, dan memberikan pada sistem
pemerintahan tersebut sebuah jubah legalitas. Untuk membuat konstitusi lebih
efektif dalam hal ini, banyak dilakukan usaha-usaha untuk mendorong,
pemujaan terhadap konstitusi itu sendiri, baik sebagai seuah dokumen yang
bernilai sejarah atau sebagai simbol cita-cita dan identitas nasional.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konstitusi adalah sebuah aturan tertulis maupun tak tertulis yang mamiliki
tujuan untuk menetapkan tugas, kekuasaan, fungsi dari lembaga pemerintahan dan
mengatur hubungan antara tugas, kekuasaan, dan fungsi lembaga pemerintahan
tersebut serta mendefinisikan hubungan antara negara dan individu. Konstitusi juga
diklasifikasikan kedalam beberapa bagian yaitu konstitusi tertulis dan tak-tertulis,
selain itu ada juga konstitusi terkodifikasi dan yang tak-terkodifikasi.
3.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa kita harus mengetahui dan paham apa itu definisi
dari konstitusi, maksud dari konstitusi dan juga pengklasifikasian dari konstitusi itu
sendiri, karena hal tersebut penting bagi generasi penerus bangsa untuk mengatur dan
memajukan bangsa kedepannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12