Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KONSTITUSI DAN RULE OF LAW

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Kewarganegaraan
Prodi :Manajemen Pendidikan Islam Semester : 1 (satu)
Dosen Pengampu : Ilyas Hibatullah Abdul Quddus, S.H.I,. S.IP,. M.Si,. M.H.

Disusun Oleh :

Sayidatul Musyarofah
Halma Yanti
Chintya Safrilla Usman

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ”SYAMSUL


ULUM” GUNUNG PUYUH KOTA SUKABUMI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “konstitusi dan Rule of law”
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi pembaca dan penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ilyas Hibatullah Abdul


Quddus, S.H.I,. S.IP,. M.Si,. M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah
Kewarganegaraan sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Ucapan terima kasih juga kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
dari dosen yang membaca makalah ini yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Sukabumi, 3 Oktober 2022


i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………i
BAB 1 ……………………………………………………………………………………………………………………1
A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………………………………………1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………………………….1
C. TUJUAN…………………………………………………………………………………………………….2
BAB 2.………………………………………………………………………………………………………3
PEMBAHASAN....…………………………………………………………………………………………3
A. KONSTITUSI…………………………………………………………….……………………………..3
B. RULE OF LAW…………………………………………………………………………..……………14
BAB 3…………………………………………………………………………………..………………….11
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………….12
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konstitusi merupakan hukum dasar suatu negara yang berisi aturan dan
ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara. Jadi
segala praktik-pratik dalam penyelenggaraan negara harus didasarkan pada
konstitusi dan tidak boleh bertentangan dengan konstitusi tersebut. Gagasan ini
memiliki fungsi untuk mengatur dan membatasi kekuasaan.
Selain itu, Negara yang berdasarkan konstitusi dan sering disebut sebagai
negara hukum juga haruslah menyesuaikan kebutuhan untuk merespon
perkembangan relatif kekuasaan umum dalam suatu kehidupan umat manusia,
sehingga dalam praktiknya, konstitusi pastilah mengalami dinamika dalam
penyesuaian perkembangan zaman.
Pengertian Negara hukum sebenarnya juga sangat sulit dipisahkan dengan
istilah Rule of law, dimana banyak hal yang saling berhubungan disini. Negara
hukum tersebar haruslah senantiasa menegakan Rule of law yang isinya sangat
berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam satu
Negara

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dan definisi konstitusi ?


2. Apakah Tujuan dan fungsi konstitusi?
3. Sebutkan dinamika pelaksanaan konstitusi?
4. Sebutkan institusi dan mekanisme pembuatan konstitusi?
5. Apakah pengertian rule of law ?
6. Sebutkan fungsi dan dinamika pelaksanaan rule of law ?
1
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dan definisi konstitusi


2. Untuk mengetahui Tujuan dan fungsi konstitusi
3. Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan konstitusi
4. Untuk mengetahui institusi dan mekanisme pembuatan konstitusi
5. Untuk mengetahui pengertian rule of law
6. Untuk mengetahui dan dinamika pelaksanaan rule of law
2
BAB II

PEMBAHASAN

KONSTITUSI

A. PENGERTIAN DAN DEFINISI KONSTITUSI

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan Mahkamah Konstitusi Republik


Indonesia dengan judul “Konstitusi dan Konstitusionalisme”, Guru Besar Ilmu
Perundang-undangan dari Universitas Andalas yakni Profesor Yuliandri
mengungkapkan bahwa konstitusi dan konstitusionalisme merupakan dua
bentuk kata yang memiliki hubungan keterkaitan dan bisa saling meneguhkan
eksistensi.

Konstitusionalisme sendiri adalah sebuah paham yang sangat perlu untuk dijaga
melalui pembentukan konstitusi. Hal itu sama halnya bahwa konstitusi
merupakan sarana agar paham konstitusionalisme dapat diimplementasi dalam
sebuah negara.Profesor Yuliandri menjelaskan dalam buku tersebut bahwa kata
konstitusi merupakan kata yang berasal dari bahasa Perancis, yakni constituer,
yang memiliki makna membentuk. Kata constituer sendiri memiliki maksud
sebagai pembentukan suatu negara. Oleh karena itu, konstitusi memiliki
kedudukan sebagai sebuah wujud hukum tertinggi. Konstitusi sendiri dapat
terbentuk dari hasil pemikiran para pendiri negara.Dalam sistem negara
Indonesia, para pendiri negara membentuk UUD 1945 sebagai konstitusi negara
Indonesia.

UUD 1945 adalah hasil dari sebuah kesepakatan oleh para pendiri negara
Republik Indonesia yang berangkat dari berbagai macam latar belakang daerah
dan beragam disiplin ilmu. UUD 1945 dapat dikatakan lahir melalui sebuah
mekanisme yang demokratis dengan kompromi dari semua pihak.Masih
mengutip pendapat dari Profesor Yuliandri, konstitusi memuat ketentuan pokok
tentang lembaga dan kekuasaan yang hendak menjalankan aspek formil atau
biasa disebut kewenangan negara.
3
Tidak hanya itu, konstitusi juga mengandung ketentuan pokok mengenai
kekuasaan dan lembaga terkait adanya jaminan terhadap aspek materiil atau hak
asasi manusia.

Nah, setelah memahami uraian di atas, secara sederhana, pengertian konstitusi


dapat dipahami sebagai hukum dasar yang dapat dijadikan sebuah pedoman
dalam menjalankan pelaksanaan pemerintahan negara. Selanjutnya, Kita akan
membahas pengertian konstitusi menurut istilah dari sejumlah ahli, sebagai
berikut:
1. Pengertian konstitusi Menurut L.J. Van Apeldoor
Konstitusi merupakan sebuah hukum dasar yang mencakup Undang-
Undang Dasar seperti hukum dasar tertulis hingga hukum dasar yang
tidak tertulis atau biasa disebut dengan konvensi.
2. Pengertian konstitusi Menurut E. C. S Wade
Konstitusi adalah sebuah naskah yang mampu memaparkan rangka
hingga tugas pokok dari suatu badan pemerintahan negara sekaligus
menentukan juga berbagai pokok dalam panduan kerja badan tersebut.
3. Pengertian konstitusi Menurut Jimly Asshidiqie
Konstitusi merupakan Undang Undang Dasar yang termasuk dalam
hierarki hukum menempati kedudukan paling tinggi dan memiliki sifat
fundamental, sehingga pembuatan berbagai macam peraturan
dibawahnya tidak boleh bertentangan dengan Undang Undang Dasar.
4. Pengertian konstitusi Menurut Miriam Budiarjo
Konstitusi adalah sebuah piagam yang memuat pernyataan tentang cita-
cita suatu bangsa dan sebagai dasar organisasi suatu bangsa.
5. Pengertian konstitusi Menurut KC, Wheare
Wheare mengungkapkan pendapat bahwa konstitusi merupakan sebuah
keseluruhan sistem tata negara suatu pelosok yang berupa kumpulan
berbagai gaya untuk membentuk serta melakukan pengelolaan terhadap
pemerintahan suatu negara.
4
6. Pengertian konstitusi Menurut Herman Heler
Konstitusi menurut Herman Heller dapat dibagi menjadi tiga pengertian,
yaitu seperti:
a. Konstitusi politik sosiologis, yaitu konstitusi yang menjadi cerminan
dari kehidupan politik penduduk.
b. Konstitusi yuridis, yaitu konstitusi yang merupakan kesatuan
kaidah yang hidup di dalam masyarakat.
c. Konstitusi politis, yaitu suatu konstitusi yang dapat diwujudkan
menjadi bentuk tulisan dan dimuat ke dalam salah satu naskah
sebagai Undang-Undang.

7. Pengertian Konstitusi Menurut F. Lassalle


Ada dua pengertian konstitusi menurut F. Lasalle, di antaranya yaitu:

a. Secara Yuridis, konstitusi adalah sebuah naskah yang memuat berbagai


macam bangunan serta berbagai jenis sendi pemerintahan dalam suatu negara.
b. Secara sosiologis dan politis, konstitusi adalah sintesis atau hasil akhir dari
berbagai faktor yang terjadi dalam sebuah masyarakat. Konstitusi merupakan
sebuah penjelasan dari hubungan antara kekuasaan yang berada di suatu negara,
yaitu seperti kabinet, parlemen, parpol, raja, perdana menteri, dan lain
sebagainya.

Berdasarkan berbagai pendapat dari para ahli yang sudah disampaikan


sebelumnya, dapat diambil simpulan bahwa konstitusi memiliki dua pengertian,
yakni dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertama, dalam arti sempit,
pengertian konstitusi adalah Undang Undang Dasar merupakan sebuah hukum
dasar tertulis. UUD 1945 sendiri ialah suatu dokumen yang memuat segala
aturan serta ketentuan yang bersifat pokok dari sistem tata negara suatu negara.
Kedua, dalam arti secara luas, dapat disimpulkan bahwa pengertian konstitusi
adalah suatu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar, baik dari hukum dasar
yang meliputi hukum dasar tertulis hingga hukum dasar tidak tertulis.
5

Konstitusi juga melakukan pengaturan terkait suatu sistem pemerintahan yang


telah diselenggarakan di dalam suatu negara.

B. TUJUAN DAN FUNGSI KONSTITUSI

Strong menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untuk


membatasi kewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang
diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Oleh
karena itu setiap konstitusi senantiasa memiliki dua tujuan, yaitu (Utomo,
2007:12):

a. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan


politik.
b. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta
menetapkan batas-batas kekuasaan bagi penguasa.

Tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan


dengan jalan membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya
kesewenangan yang dilakukan penguasa terhadap rakyatnya serta
memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan tujuan Negara.

Menurut Henc Van Maarseven (Harahap, 2008:179) bahwa konstitusi


berfungsi menjawab berbagai persoalan pokok negara dan masyarakat,
yaitu:
1. Konstitusi menjadi hukum dasar suatu negara.
2. Konstitusi harus merupakan sekumpulan aturan-aturan dasar
yang menetapkan lembaga-lembaga penting negara.
3. Konstitusi melakukan pengaturan kekuasaan dan hubungan
keterkaitannya.
4. Konstitusi mengatur hak-hak dasar dan kewajiban-kewajiban
warga negara dan pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama.
6
5. Konstitusi harus mengatur dan membatasi kekuasaan negara dan
lembaga-lembaga-nya.
6. Konstitusi merupakan ideologi elit penguasa.
7. Konstitusi menentukan hubungan materiil antara negara dan
masyarakat.

Keberadaan konstitusi tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan negara.


Konstitusi ditempatkan pada posisi ter-atas yang menjadi pedoman untuk
jalanya sebuah negara dan mencapai tujuan bersama warga negara. Adapun
Fungsi konstitusi, baik tertulis maupun tidak tertulis adalah sebagai berikut
(Asshiddiqie, 2006:122):

1. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.


2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
3. Fungsi pengatur hubungan antar organ negara dengan warga negara.
4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara atau
pun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang
asli (yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
6. Fungsi simbolik sebagai pemersatu.
7. Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan.
8. Fungsi simbolik sebagai pusat upacara.
9. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat, baik dalam arti sempit
hanya dibidang politik maupun dalam arti luas yang mencakup sosial
dan ekonomi.
10. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social
engineering dan social reform), baik dalam arti sempit atau pun luas.
7
C. DINAMIKA PELAKSANAAN KONSTITUSI

Dalam pelaksanaanya, konstitusi (UUD 1945) banyak mengalami


perubahan mengikuti perubahan sistem politik negara Indonesia dimana
disebut  dinamika pelaksanaan konstitusi.

Setelah sebelumnya kita membahas masalah pengertian, tujuan,


hakikat, dan fungsi Konstitusi, kali ini kita akan membahas dinamika
pelaksanaan Konstitusi.  Perubahan tersebut secara sistematis dapat
dikemukakan sebagai berikut :

1. UUD 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949)

Dalam kurun waktu ini pelaksanaan UUD tidak dapat dilaksanakan dengan baik
karena bangsa Indonesia dalam masa upaya membela dan
mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan, sedangkan pihak
kolonial Belanda masih ingin menjajah kembali negara Indonesia.

2. Konstitusi RIS (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)

Rancangan Konstitusi RIS ini disepakati oleh wakil-wakil pemerintah RI


dengan wakil-wakil pemerintah negara BFO, yaitu negara-negara buatan
Belanda. Konstitusi ini tidak dapat berlangsung lama karena adanya tuntutan
masyarakat dari berbagai daerah untuk kembali ke bentuk negara kesatuan dan
meninggalkan bentuk RIS, dan akhirnya RIS dibubarkan.

3. UUDS (15 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)

Menurut UUDS, sistem pemerintah yang dianut ini adalah sistem pemerintahan


parlementer dan bukan sistem kabinet presidensil lagi seperti dalam UUD
1945. Dalam pelaksanaannya sistem parlementer ini menyebabkan tidak
tercapainya stabilitas politik dan pemerintahan, karena sering bergantinya
kabinet yang didasarkan pada dukungan suara di parlemen.

8
Selain itu, Dewan Konstituante yang diberi tugas untuk menyusun UUD
baru sebagai pengganti UUD 1945 mengalami kemacetan selama 2 tahun.
Kondisi politik yang demikian membuat Presiden Ir.Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi kembali ke UUD 1945.

4. UUD 1945 (5 Juli 1959 - 1966)

Pelaksanaan UUD 1945 pada masa kepemimpinan Soekarno    (Orde Lama,


1959-1966) terdapat beberapa penyimpangan yaitu :

1. Presiden merangkap sebagai penguasa eksekutif dan legislatif.


2. . Mengeluarkan UU dalam bentuk Penetapan
Presiden tanpa  persetujuan DPR.
3. MPRS mengangkat presiden seumur hidup.
4. Hak Budget DPR tidak berjalan
5. Pimpinan lembaga-lembaga tinggi negara dan tertinggi negara diangkat
menjadi menteri-menteri negara dan presiden menjadi ketua DPA.

Sedangkan dalam kepemimpinan Soeharto (Orde Baru,1966 - 1999) hal yang


perlu dicatat mengenai pelaksanaan konstitusi ialah :
1. Membentuk lembaga-lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 yang
ditetapkan dengan UU.
2. Menyelenggarakan mekanisme kepemimpinan nasional lima tahunan.
3. Menggunakan sistem pemerintahan presidensial sebagai mana diatur
dalam konstitusi.
 
5. Amandemen 1999 (1999 - sekarang)

Inti penerapan sistem pemerintahan pasca amandemen konstitusi, antara lain :


1. Perubahan ideologi politik dari sosialis demokrat (ORBA) menjadi
liberal yang berintikan demokrasi dan kebebasan individu serta pasar
bebas.
2. Penyelenggaraan otonomi daerah kepada PEMDA tingkat I dan II
(kabupaten/kota).
3. Pelaksanaan pemilu langsung presiden dan wakil presiden.
4.   Pelaksanaan kebebasan pers yang bertanggung jawab .

9
5. Perubahan UU politik yang berintikan pemilu langsung
sistem  multipartai. 

6. Pelaksanaan amandemen konstitusi yang berintikan perubahan struktur


ketatanegaraan Indonesia yang ditandai dengan ditetapkannya konstitusi
sebagal lembaga tinggi negara dan lain-lain.

D. INSTITUSI DAN MEKANISME PEMBUATAN KONSTITUSI

INSTITUSI DAN MEKANISME PEMBUATAN KONSTITUSI (UUD 1945),


PERPU, PP,DAN PERDA

1. Institusi LegilasiInstitusi atau lembaga yang bertugas untuk membuat


konstitusi (UUD 1945) dan peraturan perundang-undangan yang ada
dibawahnya meliputi 2 institusi (lembaga) yaitu,Badan Legislatif (DPR)
dan Badan Eksekutif (Presiden). Kedua institusi ini bertugas
untukmembuat UU, sedangkan untuk tingkat I dan II dan
Bupati/Walikota bersama DPRD tingkatII. Institusi lain di luar kedua
institusi (lembaga) di atas, baik yang bersifat infrastrukturmaupun
suprastruktur politik memiliki tugas memberi dukungan sesuai dengan
perankompetensinya. Bentuk produk peraturan perundang-undangan
yang dihasilkan oleh institusidi atas, adalah berupa UUD , UU, Perpu,
Perda dan PP.
2. Mekanisme Amandemen Institusi (UUD) dan Pembuatan UU, Perpu,
PP, dan PerdaProses pembuatan peraturan perundang-undangan di atas
dapat dijelaskan sebagai berikut:a. Amandemen Konstitusi UUD
1945Sebagai usaha untuk mengembalikan kehidupan negara yang
berkedaulatan rakyat berdasarkan UUD 1945, salah satu aspirasi yang
terkandung di dalam semangat reformasiadalah melakukan amandemen
terhadap UUD 1945, maka pada awal reformasi, MPR
telahmengeluarkan seperangkat keteteapan sebagai landasan
konstitusionalnya, yaitu :

10
1. Pencabutan ketetapan MPR tentang referendum (dengan Tap.
NomorVIII/MPR/1998).
2. Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil presiden (Tap.
NomorXIII/MPR/1998).
3. Pernyataan HAM (Tap. Nomor XVII/MPR/1998).

4. Pencabutan ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang P4 dan


penetapan tentang penegasan Pancasila sebagai dasar negara (Tap.
Nomor XVIII/MPR/1998).
5. Perubahan pertama UUD 1945 pada tanggal 19 Oktober 1999.
6. Perubahan kedua UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 2000.
7. Sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan (Tap. Nomor
III/MPR/2000).
8. Perubahan ketiga pada tanggal 1-10 November 2001.
9.Perubahan keempat (terakhir) UUD 1945, 1-11 Agustus 2002.
disahkannya perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat UUD
1945 dalam sidangumum MPR tahun 2002 menandai sebuah lompatan
besar ke depan bagi bangsaIndonesia, karena bangsa Indonesia telah
mempunyai sebuah UUD yang lebihsempurna dibandingkan dengan
UUD 1945 sebelumnya. Namun demikian, MPRtelah menyadari bahwa
konstitusi (UUD) yang diamandemen belum sempurna. untukitu MPR
membentuk komisi konstitusi akan bertugas untuk menyempurnakan
perubahan Konstitusi (UUD) itu. dengan pengesahan perubahan UUD
1945 MPRtelah menuntaskan reformasi konstitusi sebagai suatu langkah
demokrasi dalam upayamenyempurnakan UUD 1945 menjadi konstitusi
yang demokratis. perubahan itumerupakan suatu lembaran sejarah
lanjutan setelah Bung Karno dan Bung Hatta danrekan-rekannya
berhasil menegaskan UUD 1945 dalam rapat BPUPKI dan PPKI. b.
Mekanisme Amandemen Konstitusi (UUD 1945) dalam pelaksanaan
AmandemenKonstitusi (UUD) 1945, MPR menggunakan mekanisme
sebagai berikut :

11

1. MPR mengadakan rapat konsultasi dengan seluruh badan


kelengkapan MPR dananggotanya yaitu DPR dan DPD.
2. Mendapat persetujuan 2/3 anggota DPR/MPR atas rencana
amandemen UUD 1945tersebut.
3. MPR membentuk panitia perumus badan pekerja (BP-MPR) yang
bertugasmerumuskan RUUD 1945. Dalam pembahasan panitia perumus
mengadakan rapatdengar pendapat (Hearing) dengan elemen-elemen
yang meliputi pemerintah, profesional, pengusaha, partai politik, LSM,
ormas, OKP, tokoh masyarakat danunsur-unsur lain yang terkait.
4. Hasil perumusan panitia badan pekerja MPR RI menyerahkan hasil
perumusanRUU kepada pimpinan MPR RI.
5. Pimpinan MPR menyelenggarakan Sidang Umum MPR RI tahunan
untukmendengarkan pandangan umum fraksi-fraksi yang ada di MPR
RI guna menetapkanrancangan UUD 1945 (konstitusi) Amandemen
menjadi UUD 1945 amandemen.

c. Mekanisme Pembuatan UU dan Perpu pembuatan UU dilakukan secara


bersama-sama oleh Presiden (eksekutif)dengan DPR RI (legislatif)
dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Pemerintah mengajukan RUU melalui menteri sekretariat Negara
kepada SetjenDPR RI.
2. Setjen DPR RI mengirimkan RUU kepada pimpinan DPR RI.
3. Pimpinan DPR RI mengirimkan RUU tersebut kepada Komisi yang
terkait.
4. Pimpinan komisi membentuk panitia khusus (Pansus) untuk
membahas RUUusulan pemerintah atau usulan inisiatif DPR RI.
5. Panitia khusus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing) dengan
elemen-elemenyang meliputi, pemerintah, profesional, pengusaha,
partai politik, LSM, ormas, OKP,tokoh masyarakat, dan unsur-unsur
lain yang terkait.

12
6. DPR mengadakan sidang paripurna untuk mendengarkan pandangan
umum darifraksi-fraksi yang selalu punya menetapkan RUU menjadi
UU.
d. Mekanisme pembuatan undang-undang atas usul inisiatif DPR
RI.Pembuatan UU dilakukan oleh DPR RI (legislatif) dengan
mekanisme sebagai berikut:
1. Komisi mengajukan usul inisiatif RUU kepada badan legislatif DPR
RI.

2. Badan legislatif DPR RI mengirimkan RUU kepada pemerintah untuk


dibahas danselanjutnya dikembalikan lagi kepada pimpinan DPR RI.
3. Pimpinan DPR RI mengirimkan RUU tersebut kepada komisi yang
terkait.
4. Pimpinan komisi membentuk panitia khusus (pansus) untuk
membahas RUUusulan pemerintah atau usulan inisiatif DPR RI.
5. Panitia khusus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing) dengan
elemen-elemenyang meliputi, pemerintah, profesional, pengusaha,
partai politik, LSM, ormas, OKP,tokoh masyarakat, dan unsur-unsur
lain yang terkait.
6. Pimpinan DPR mengadakan sidang paripurna untuk mendengarkan
pandanganumum dari fraksi-fraksi yang selalu punya menetapkan RUU
menjadi UU.

f. Mekanisme pembuatan peraturan pemerintahPembuatan PP adalah


sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah (eksekutif). PP berfungsi
sebagai peraturan mengenai pelaksanaan undang-undang atau
Perpu(peraturan pemerintah pengganti undang-undang)
g. Hierarki Peraturan Perundang-undangan

13

Menurut Ketetapan MPR RI III/MPR/2000, tentang sumber hukum dan


tataurutan perundang-undangan negara Republik Indonesia adalah :
1. Undang-undang Dasar 1945.
2. Ketetapan MPR RI.
3. Undang-undang.
4. Peraturan pemerintah pengganti UU (Perpu).
5. Peraturan pemerintah.
6. Keputusan Presiden.
7. Peraturan daerah

RULE OF LAW

E. PENGERTIAN RULE OF LAW

Aturan hukum juga disebut supremasi hukum, berarti bahwa  hukum diatas


semua orang dan itu berlaku bagi semua orang. Apakah gubernur atau diatur,
apakah penguasa atau dikuasai, tidak ada yang diatas hukum, tidak ada yang
dibebaskan dari hukum, dan tidak ada yang dapat memberikan dispensasi untuk
penerapan hukum.

Penegakan hukum adalah sebuah pepatah hukum umum sesuai


dengan  keputusan yang harus dilakukan dengan menerapkan prinsip –
prinsip atau hukum yang dikenal, tanpa intervensi kebijaksanaan
dalam aplikasi mereka. Peribahasa ini dimaksudkan sebagai pelindung
terhadap pemerintahan yang sewenang – wenang. Kata “sewenang – wenang”
(dari bahasa latin “penengah”) menandakan suatu keputusan yang dibuat di atas
kebijaksanaan wasit, bukan menurut aturan hukum.Secara umum,
hukum adalah kumpulan aturan – aturan yang ditetapkan oleh negara dikenakan
sanksi atau konsekuensi. Yang dominan adalah bahwa konsep “rule of law”
mengatakan apa – apa tentang “justness” dari hukum itu sendiri, tetapi hanya
bagaimana sistem hukum beroperasi.

14

Sebagai+ konsekuensi dari ini, bangsa yang sangat tidak demokratis atau satu


tanpa menghargai  hak asasi manusia bisa eksis dengan “rule of law” sebuah
situasi yang mungkin terjadi didalam beberapa diktator modern. “Aturan
hukum” atau Rechssstaat mungkin kondisi yang diperlukan untuk
demokrasi, tetapi bukan syara cukup.

Negara hukum merupakan terjemahan dari konsep rechtsstaat atau Rule Of


Lawyang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di eropa abad
ke – 19 dan ke – 20. Oleh karena itu , Negara demokrasi pada dasarnya adalah
Negara hukum . cirri Negara hukum antara lain : adanya supremasi hukum ,
jaminan hak asasi manusia dan legalitas hokum. Di Negara hukum , peraturan
perundang –undangan yang berpuncak pada undang – undang dasar
( konstitusi ) merupakan satu kesatuan system hukum sebagai landasan bagi
setiap penyelenggaraan kekuasaan.

Rule Of Law merupakan suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke
XIX, bersamaan dengan kelahiran Negara berdasarkan hukum ( konstitusi ) dan
demokrasi. Kehadiran Rule Of Lawboleh disebut sebagai reaksi dan koreksi
terhadap Negara absolute ( kekuasaan di tangan penguasa ) yang relah
berkembang sebelumnya.

Berdasarkan pengertian, friedman ( 1959 ) membedakan Rule Of Lawmenjadi 2


yaitu pengertian secara formal ( in the formal sense ) dan pengertian secara
hakiki / materil ( ideological sense ). Secara formal , Rule Of Law diartikan
sebagai kekuasaan umum yang terorganisir ( organized public power ) . hal ini
dapat diartikan bahwa setiap Negara mempunyai aparat penegak hukum yang
menyangkut ukuran yang baik dan buruk ( just anf unjust law ).

Rule Of Law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap “ rasa


keadilan “ bagi rakyat Indonesia dan juga “ keadilan social “ . inti dari Rule Of
Law  adalah adanya keadilan bagi masyarakat , teruatama keadilan social.
15

Secara sederhana , yang dimaksud dengan Negara hukum adalah Negara yang
penyelenggaraan kekuasaan pemerintah dan lembaga – lembaga lain dalam
melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hokum. Dalam Negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan ( supremasi hokum) dan
bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa kemal pasha,
2003 ).

F. FUNGSI DAN DINAMIKA RULE OF LAW

Fungsi rule of law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap
“rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia dan juga ‘’keadilan sosial’’, sehingga
diatur pada pembukaan UUD 1945, bersifat tetap dan instruktif bagi
penyelenggaraan negara. Prinsip-prinsip di atas merupakan dasar hukum
pengambilan kebijakan bagi penyelenggara negara/pemerintahan, baik di
tingkat pusat maupun daerah, yang berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan,
terutama keadilan sosial.

Penjabaran prinsip-prinsip Rule of Lawsecara formal termuat didalam pasal-


pasal UUD 1945, yaitu :

Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3 UUD 1945)

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk


menyelenggaraakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan (pasal 24
ayat 1 UUD 1945)

Segala warga Negara bersamaan kedudukanya didalam hukum dan


pemerintahan, serta menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya (pasal 27 ayat 1 UUD 1945)
16

Dalam Bab X A Tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara lain
bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama dihadapan hukum (pasal
28 D ayat 1 UUD 1945) dan Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D
ayat 2 UUD 1945).

Dinamika Pelaksanaan Rule Of Law mengandung keinginan untuk terciptanya


Negara hukum , yang membawa keadilan bagi seluruh rakyat. Penegakan Rule
Of Lawharus diartikan secara hakiki ( materil ) yaitu dalam arti pelaksanaan
dari just law. Prinsip – prinsipRule Of Lawsecara hakiki sangat erat kaitannya
dengan “the enofercement of the rules of law “ dalam penyelenggaraan
pemerintahan terutama dalam hal penegakan hukum dan implementasi prinsip –
prinsip rule of law.Secara kuantatif, peraturan perundang – undangan yang
terkait dengan Rule of Law telah banyak dihasilkan di Negara kita, namun
implementtasi / penegakannya belum mencapai hasil yang optimal.sehingga
rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan Rule of Law belum dirasakan
sebagian masyarakat.Dasar pijakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara
hukum sekarang ini tertuang dengan jelas pada pasal 1 ayat ( 3 ) UU 1945
Perubahan Ketiga, yang berbunyi “ Negara Indonesia adalah Negara hukum “.
Dimasukkanya ketentuan ini ke dalam pasal UUD 1945 menunjukkan semakin
kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat Negara, bahwa Negara Indonesia
adalah dan harus merupakan Negara hukum.Dasar lain yang dapat dijadikan
landasan bahwa indoanesia adalah Negara hukum dalam arti materiil terdapat
dalam pasal – pasal UUD 1945, sebagai berikut.

a. Pada Eab XIV tentang Perekonomian Negara dan kesejahteraan sosial Pasal
33 dan pasal 34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa Negara turut aktif dan
bertanggung jawab atas perekonomian Negara dan kesejahteraan rakyat.

b. Pada bagian penjelasan umum tentang pokok – pokok pikiran dalam


pembuakaan juga dinyatakan perlunya turut serta dalam kesejahteraan rakyat.
17

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Konstitusionalisme sendiri adalah sebuah paham yang sangat perlu untuk dijaga
melalui pembentukan konstitusi. Hal itu sama halnya bahwa konstitusi
merupakan sarana agar paham konstitusionalisme dapat diimplementasi dalam
sebuah negara.Profesor Yuliandri menjelaskan dalam buku tersebut bahwa kata
konstitusi merupakan kata yang berasal dari bahasa Perancis, yakni constituer,
yang memiliki makna membentuk. Kata constituer sendiri memiliki maksud
sebagai pembentukan suatu negara. Oleh karena itu, konstitusi memiliki
kedudukan sebagai sebuah wujud hukum tertinggi. Konstitusi sendiri dapat
terbentuk dari hasil pemikiran para pendiri negara.Dalam sistem negara
Indonesia, para pendiri negara membentuk UUD 1945 sebagai konstitusi negara
Indonesia. Aturan hukum juga disebut supremasi hukum, berarti
bahwa  hukum diatas  semua orang dan itu berlaku bagi semua orang. Apakah
gubernur atau diatur, apakah penguasa atau dikuasai, tidak ada yang diatas
hukum, tidak ada yang dibebaskan dari hukum, dan tidak ada yang dapat
memberikan dispensasi untuk penerapan hukum.

Penegakan hukum adalah sebuah pepatah hukum umum sesuai


dengan  keputusan yang harus dilakukan dengan menerapkan prinsip –
prinsip atau hukum yang dikenal, tanpa intervensi kebijaksanaan
dalam aplikasi mereka. Peribahasa ini dimaksudkan sebagai pelindung
terhadap pemerintahan yang sewenang – wenang. Kata “sewenang – wenang”
(dari bahasa latin “penengah”) menandakan suatu keputusan yang dibuat di atas
kebijaksanaan wasit, bukan menurut aturan hukum. Secara umum,
hukum adalah kumpulan aturan – aturan yang ditetapkan oleh negara dikenakan
sanksi atau konsekuensi.
18

Yang dominan adalah bahwa konsep “rule of law” mengatakan apa – apa


tentang “justness” dari hukum itu sendiri, tetapi hanya bagaimana sistem
hukum beroperasi.

Sebagai+ konsekuensi dari ini, bangsa yang sangat tidak demokratis atau satu


tanpa menghargai  hak asasi manusia bisa eksis dengan “rule of law” sebuah
situasi yang mungkin terjadi didalam beberapa diktator modern. “Aturan
hukum” atau Rechssstaat mungkin kondisi yang diperlukan untuk
demokrasi, tetapi bukan syara cukup.
20

DAFTAR PUSTAKA

Sugito, H.A.T. 2005. Rule of Law. Materi Kursus Calon Dosen


Kewarganegaraan, 12 – 23 Desember 2005, Jakarta. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
MPR RI. 2005. Undang-Undang dasar negara republik Indonesia Tahun 1945.
Sekretariat Jenderal MPR RI. Jakarta.
21

Anda mungkin juga menyukai