Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“PENGENALAN KONSSTITUSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN


PENGENALAN NORMA DALAM PENGALAMAN HIDUP SEHARI-HARI”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I

1. ALVITA RAMDANI
2. ANDI ARDIANSYAH
3. ANDINI
4. ARDIANSYAH
5. ARIEL MAULANA
6. DIKA
7. FIKRAM
8. GAJALIL MAULANA
9. GUNAWAN
10. FAJILA NURAIN

SMA NEGERI 1 MANGGELEWA


TAHUN AJARAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
anugerah-nyalah kami dapat menyelesaikan tugas/ makalah yang berjudul “Pengenalan
Konsstitusi dalam kehidupan sehari-hari dan pengenalan norma dalam pengalaman hidup
sehari-hari” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan
tugas akhir yang diberikan sekolah. Isi dari makalah ini adalah pemaparan pengetahuan
tentang ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang berperan dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi banyak orang dan berguna untuk para kalangan
muda khususnya pelajar.

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
LEMBARAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi
B. Istilah Konstitusi
C. Kedudukan konstitusi
D. Macam Konstitusi
E. Sifat dan Fungsi Konstitusi
F. Tujuan Konstitusi
G. Substansi Konstitusi
H. Pentingnya Konstitusi Dalam Negara
I. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia
J. Klasifikasi Konstitusi

BAB III SARAN DAN KESIMPULAN


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Difinisi konstitusi adalah aturan dasar mengenai ketatanegaraan suatu negara.
Kedudukannya merupakan hukum dasar dan hukum tertinggi. Konstitusi memiliki dua
sifat yaitu kaku dan luwes. Adapun fungsi konstitusi adalah membatasi kekuasaan dan
menjamin HAM. Isinya berupa pernyataan luhur, struktur dan organisasi negara, jaminan
HAM, prosedur perubahan, dan larangan perubahan tertentu. Konstitusi yang pernah
berlaku di Indonesia terdiri dari 1. UUD 1945 (Konstitusi I), 2. Konstitusi RIS 1949, 3.
UUDS 1950, 4. UUD 1945 Amandemen. Amandemen konstitusi terdiri dari pengertian,
hasil-hasil dan sikap yang seharusnya positif-kritis dan mendukung terhadap proses
Amandemen UUD 1945. Pelaksanaan Konstitusi di Indonesia pernah terjadi
penyimpangan, yang mana bertujuan untuk menjadi pelajaran bagi masa depan.
Pesan Bijak :
1. “Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional,
UUD mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan
2. pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaan kekuasaan tidak bersifat
sewenang-wenang”. (Miriam Budiharjo)“Kekuasaan cenderung diselewengkan,
semakin besar kekuasaan, semakin besar kecenderungan untuk diselewengkan”.
(Lord Acton).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Konstitusi ?
2. Bagaimana sifat dan fungsi Konstitusi ?
3. Apa kedudukan konstitusi?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu konstitusi.
2. Dapat mengetahui sifat dan fungsi konstitusi.
3. Dapat mengetahui kedudukan konstitusi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris)-constitutie (Bhs. Belanda)-
constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun, menyatakan. Dalam
bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan artinya dengan UUD.
Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang disebut
negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu
berupa kumpulan peraturan untuk membentuk, mengatur, atau memerintah negara.
Pengertian konstitusi menurut para ahli.
1. Koernimanto soetopawiro
Istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang berarati bewrsama dengan
dan statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti
menetapkan secara bersama.
2. Lasalle
Konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di dalam
masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di dalam masyarakat
misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik.
3. Herman heller
Konstitusi mempunyai arti luas daripada uud. Konstitusi tidak hanya bersifat
yuridis tettapi juga sosiologis dan politis
4. K. C. Wheare
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketaatanegaraaan suatu negara yang berupa
kumpulan peraturan yang mmbentuk mengatur /memerintah dalam pemerintahan
suatu negara.
Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang
berwenang, dan ada yang tidak tertulis berupa konvensi. Dalam konsep dasar
konstitusi, pengertian konstitusi:
a) Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti
membentuk.
b) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume” berarti
bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.
c) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang lebih
luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturn-
peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat
cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat.
d) Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan sebutan
DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar
sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
e) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka
masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui hokum. Dengan
kata lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur
kekuasaan pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan diantara keduanya

Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:


1. Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti
keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum
pada umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis atau tidak
tertulis atau dapat pula campuran dari dua unsur tersebut. sebagai hukum dasar yang
tertulis atau undang-undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi.
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat ;
a) Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan Negara.
b) Tidak bear tentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang Dasar dan
bearjalan sejajar.
c) Diterima oleh rakyat Negara Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan
sebagai aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang Dasar. Konstitusi
sebagiai hukum dasar memuat aturan-aturan dasar atau pokok-pokok
penyelenggaraan bernegara, yang masih bersifat umum atau bersifat garis besar
dan perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.

2. Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam dasar
atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara.
Contohnya adalah UUD 1945.
Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang Dasar, hal
tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller. Menurut
Apeldorn, konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar hanyalah
sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di samping memuat hukum dasar
yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak tertulis. Adapun menurut
Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian, yaitu:
 Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi yang
mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kewajiban.
 Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum dari
konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan sebagai suatu
kaidah hukum.
 Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu naskah
sebagai peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan berlaku dalam suatu
negara.

Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-poko


penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.

B. Istilah Konstitusi
Istilah konstitusi secara umum menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan
suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur atau
memerintah negara, peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis dan ada yang tidak
tertulis.Sehubungan dengan konstitusi ini para sarjana dan Ilmuan Hukum Tata Negara
terjadi perbedaan pendapat:
1. Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;
2. Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.

Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih luas dari
undang-undang.Dia membagi konstitusi dalam tiga pengertian antara lain:
a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai suatu
kenyataan (Die Polotiche Verfasung Als Gesellchaftliche)
b. Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat dijadikan sebagai
suatu kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-unsur hukum ” Abstraksi ”.
c. Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi dan berlaku dalam
suatu negara.
Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi :
1. Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-haknya yang mungkin
terancam dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan penguasa;
2. Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah dengan harapan
untuk menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk suatu sistem ketatanegaraan
tertentu;
3. Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata cara
penyelenggaraan ketatanegaraan;
4. Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar negara bagian.

C. Kedudukan konstitusi
Konstitusi menempati kedudukan yang begitu krusial di dalam kehidupan
ketatanegaraan sebuah Negara sebab konstitusi menjadi tolak ukur kehidupan berbangsa
dan bernegara yang penuh dengan fakta sejarah perjuangan para pahlawannya.Hampir
semua Negara didunia memiliki konstitusi, kecuali inggris yng memang tidak memiliki
konstitusi atau undang-undang dasar.walupun demikian setiap konstitusi
yangmempunyai kedudukan resmi/formal yang relative sama,yaitu hukum dasar dan
hukum tinggi:
 Konstitusi sebagai hukum dasar
Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar karena berisi aturan dan ketentuan
tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu Negara.
 Konstitusi sebagai hukum tertinggi
Konstitusi lazimnya juga diberikan kedudukan sebagai hukum tertinggi dala tata
hukum yang bersangkutan.

D. Macam Konstitusi
Menurut C.F. Strong konstitusi memiliki bentuk tertulis dan tidak tertulis.
Konstitusi tertulis adalah aturan-aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata
negara, demikian juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di
dalam persekutuan hukum negara. Konstitusi tidak tertulis/konvensi adalah berupa
kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul. Adapun syarat-syarat konvensi adalah:
Diakui dan dipergunakan berulang – ulang dalam praktik penyelenggaraan negara, tidak
bertentangan dengan UUD 1945, memperhatikan pelaksanaan UUD 1945

Secara teoritis konstitusi dibedakan menjadi konstitusi politik dan konstitusi


sosial. Konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma dalam penyelenggaraan
negara, hubungan rakyat dengan pemerintah, hubuyngan antar lembaga negara.Sedangkan
konstitusi sosial adalah konstitusi yang mengandung cita-cita sosial bangsa, rumusan
filosofis negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik yang ingin
dikembangkan bangsa itu.

E. Sifat dan Fungsi Konstitusi


1. Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku).
a) Konstitusi negara memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu
memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan jaman
/dinamika masyarakatnya.
b) Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigit / kaku apabila konstitusi itu sulit
untuk diubah kapanpun.
2. Fungsi konstitusi adalah:
a) Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
b) Menjamin hak-hak asasi warga Negara

Fungsi Konstitusi menurut, (Jimly Asshiddiqie, 2002).


1. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan Negara
2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar lembaga Negara.
3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara lembaga dengan warga Negara.
4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan ataupun kegiatan
penyelnggaraan kekuasaan Negara.
5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli
(dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ Negara.
6. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan
identitas dan keagungan kebangsaan (identitu of nation) serta sebagai center of
ceremony.
7. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam arti
sempit yaitu bidang politik dan dalam arti luas mencakup bidang social ekonomi.
8. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat.

Sesuai dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diarti
kan sebagai:
1. Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan;
2. Undang-undang Dasar suatu negara. Berdasarkan pengertian tersebut,

Konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan menjadi
dasar utama bagi penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi menempati posisi
penting dan strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga
menjadi tolok ukur kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan bukti sejarah
perjuangan para pendahulu sekaligus memuat ide-ide dasar yang digariskan oleh pendiri
negara ( the founding fathers ). Konstitusi memberikan arahan kepada generasi penerus
bangsa dalam mengemudikan negara menuju tujuannya.

F. Tujuan Konstitusi
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-
wenangpemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan menetapkan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada hakekatnya tujuan konstitusi
merupakan perwujudan paham tentang konstitusionalisme yang berati pembatasan
terhadap kekuasaan pemerintah diastu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga
Negara maupun setiap penduduk dipihak lain.

Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang pemerintah dan


menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan yang
berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan perwujudan paham
tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan
pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap
penduduk di pihak lain.Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat
Steenbeck, menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi,
yaitu:
1. Jaminan hak-hak manusia;
2. Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;
3. Pembagian dan pembatasan kekuasaan.

Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:


1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3. Peradilan yang bebas dan mandiri.
4. Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi utama dari
asas kedaulatan rakyat.

Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu
pemerintah yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau
pemerintah disebut demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun
konstitusinya telah menetapkan aturan dan prinsip-prinsip diatas, jika tidak
diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata pemerintahan, ia belum bisa
dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham konstitusi
demokrasi.
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga tujuan, yaitu :
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan pembatasan sekaligus
pengawasan terhadap kekuasaan politik;
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri;
3. Konstitusi berjuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.

G. Substansi Konstitusi
1. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak dalam bentuk tertulis (written constitution and
unwritten constitution). suatu konstitusi disebut tertulis bila berupa (Doumentary
Constitution), sedangkan konstitusi tidak tertulis tidak berupa satu naskah (Non-
Doumentary Constitution) dan banyak di pengaruhi oleh tradisi konvensi. Contoh
konstitusi Inggris yang hanya berupa kumpulan dokument. Contoh konstitusi Inggris
yang hanya berupa kumpulan dokument.
2. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution). Yang
dimaksud dengan konstitusi yang fleksibel adalah konstitusi yang diamandemen tanpa
adanya prosedur khusus sedangkan konstitusi yang kaku adalah konstitusi yang
mensyaratkan suatu adanya prosedur khusus dalam melakukan amandemen. Dikatakan
konstitusi itu flaxible apabila konstitusi itu memungkinkan adanya perubahan
sewaktu-waktu sesuai perkembangan msyarakat (contoh konstitusi inggris dan
sealndia baru). Sedangkan konstitusi itu dikatakan kaku atau rigid apabila konstitusi
itu sulit diubah sampai kapanpun (contoh : USA, Kanada, Indonesia dan Jepang).
a) Ciri-ciri pokok, antara lain:
 Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah
 Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah undang-
undang
b) Konstitusi rigid mempunyai ciri-ciri pokok, antara lain:
 Memiliki tingkat dan derajat yang lebih tinggi dari undang-undang
 Hanya dapat diubah dengan tata cara khusus/istimewa
3. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi (Supreme and not
supreme constitution) Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai
kedudukan tertinggi dalam negara (tingkatan peraturan perundang-undangan).
Konstitusi tidak derajat tinggi.
4. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary Constitution).
Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam
negara (tingkatan peraturan perundang-undangan). Konstitusi tidak derajat tinggi.
5. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President
Executive and Parliamentary Executive Constitution).
a) Dalam sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara lain:
 Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga
memiliki kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan
 Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih
 Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat
memerintahkan pemilihan umum
b) Konstitusi dalam sistem pemerintahan parlementer memiliki ciri-ciri (Sri
Soemantri)
 Kabinet dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang dibentuk berdasarkan
kekuatan yang menguasai parlemen
 Anggota kabinet sebagian atau seluruhnya dari anggota parlemen
 Presiden dengan saran atau nasihat Perdana menteri dapat membubarkan
parlemen dan memerintahkan diadakan pemilihan umum.

H. Pentingnya Konstitusi Dalam Negara


Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak mungkin
terbentuk, maka konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara. Negara dan konstitusi merupakan lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain. Dr. A. Hamid S. Attamimi, dalam disertasinya
berpendapat tentang pentingnya suatu konstitusi atau Undang-undang Dasar adalah
sebagai pegangan dan pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara
harus dijalankan.

Sejalan dengan pemahaman di atas, Struycken dalam bukunya Net Staatsrecht


van Het Koninkrijk der Nederlanden menyatakan bahwa konstitusi merupakan barometer
kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para
pendahulu, sekaligus ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding father, serta
memberi arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang
akan dipimpin. Semua agenda penting kenegaraan ini tercover dalam konstitusi, sehingga
benarlah kalau konstitusi merupakan cabang yang utama dalam studi ilmu hukum tata
negara.

Pada sisi lain, eksistensi suatu ”negara” yang diisyaratkan oleh A. G. Pringgodigdo,
baru riel ada kalau telah memenuhi empat unsur, yaitu :
1. Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat,
2. Wilayah Tertentu
3. Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan
4. Pengakuan dari negara-negara lain.

Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup menjamin
terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum dasar yang
mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah sebuah konstitusi atau Undang-Undang
Dasar
Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi. Pertama, dari
segi sisi (naar de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari struktur dan memuat fungsi
negara. Kedua, dari segi bentuk (Naar de Maker) oleh karena yang memuat konstitusi
bukan sembarangan orang atau lembaga. Mungkin bisa dilakukan oleh raja, raja dengan
rakyatnya, badan konstituante atau lembaga diktator.

Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare menggkaitkan pentingnya


konstitusi dengan peraturan hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan
yang mempunyai ”wewenang hukum” yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk
memberikan kekuatan hukum pada konstitusi.

I. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia


1. Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan caraperubahan
UUD, yaitu pasal 37 yang menyebutkan:
a) Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota MPR harus
hadir;
b) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah angggota
yang hadir.
2. Pasal 37 terrsebut mengandung tiga norma, yaitu:
a) Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga
tertinggi negara;
b) Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurang-kurangnya adalh
2/3 dari sejumlah anggota MPR;
c) Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.

Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare, merupakan


bentuk konstitusi bersifat “tegar”, karena selain tata cara perubahannya tergolong sulit,
juga karena dibutuhkannya prosedur khusus. Menurut KC. Wheare, tingkat kesulitan
perubahan-perubahan konstitusi memilki motif-motif tersendiri yaitu:
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak secara
serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum
perubahan dilakukan;
3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama atau
kebudayaanya mendapat jaminan.

Apabila kita amati mengenai system pembaharuan konstitusi di berbagai Negara ,


terdapat dua system yang berkembang yaitu renewel (pembaharuan) dan Amandement
(perubahan). System renewel adalah bila suatu konstitusi dilakukan perubahan (dalam arti
diadakan pembaharuan) maka yang berlaku adalah konstitusi baru secara keseluruhan.
System ini dianut di Negara-negara Eropa Kontinental. System Amandement adalah bila
suatu konstitusi yang asli tetap berlaku sedang hasil amandemen tersebut merupakan
bagian atau dilampirkan dalam konstitusi asli. Sistem ini dianut di Negara-negara Anglo
Saxon.

Factor utama yang menentukan pembaharuan UUD adalah berbagai pembaharuan


keadaan di masyarakat. Dorongan demokrasi, pelaksanaan paham Negara kesejahteraan
(welfare state), perubahan pola dan system ekonomi akibat industrialisasi, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat menjadi kekuatan (forces) pendorong pembaharuan
UUD. Demikian pula dengan peranan UUD itu sendiri. Hanya masyarakat yang
berkendak dan mempunyai tradisi menghormati dan menjunjung tinggi UUD yang akan
menentukan UUD dijalankan sebagaimana semestinya.
1. Menurut KC Wheare, perubahan UUD yang timbul akibat dorongan kekuatan (forces)
dapat berbentuk:
a) Kekuatan tertentu dapat melahirkan perubahan keadaan tanpa mengakibatkan
perubahan bunyi tertulis dalam UUD. Yang terjadi adalah pembaharuan makna.
Suatu ketentuan UUD diberi makna baru tanpa mengubah bunyinya.
b) Kekuatan kekuatan yang melahirkan keadaan baru itu mendorong perubahan atas
ketentuan UUD, baik melalui perubahan formal, putusan hakim, hukum adat
maupun konvensi.
Secara Yuridis, perubahan konstitusi dapat dilakukan apabila dalam
konstitusi tersebut telah ditetapkan tentang syarat dan prosedur perubahan
konstitusi. Perubahan konstitusi yang ditetapkan dalam konstitusi disebut
perubahan secara formal (formal amandement). Disamping itu perubahan
konstitusi dapat dilakukan melalui cara tidak formal yaitu oleh kekuatan-kekuatan
yang bersifat primer, penafsiran oleh pengadilan dan oleh kebiasaan dalam bidang
ketatanegaraan.
2. Menurut CF Strong ada empat macam cara prosedur perubahan konstitusi, yaitu:
a) Melalui lembaga legislative biasa tetapi dibawah batasan tertentu.( By the ordinary
legislature, but under certain restrictions) Ada tiga cara yang diizinkan bagi
lembaga legislative untuk melakukan amandemen konstitusi.
 Untuk mengubah konstitusi siding legislative harus dihadiri sekurang-
kurangnya 2/3 jumlah keseluruhan anggota lembaga legislative. Keputusan
untuk mengubah konstitusi adalah sah bila disetujui oleh 2/3 dari jumlah
anggota yang hadir.
 Untuk mengubah konstitusi, lembaga legislative harus dibubarkan lalu
diselenggarakan Pemilu. Lembaga legislative yang baru ini yang kemudian
melakukan amandemen konstitusi.
 Cara ini terjadi dan berlaku dalam system dua kamar. Untuk mengubah
konstitusi, kedua kamar harus mengadakan sidang gabungan. Sidang inilah
yang berwenang mengubah konstitusi sesuai dengan syarat cara kesatu.
 Melalui rakyat lewat referendum. (By the people through a referendum)

Apabila ada berkehendak untuk mengubah konstitusi maka lembaga Negara yang
berwenang m,engajukan usul perubahan kepada rakyat melalui referendum. Dalam
referendum ini rakyat menyampaikan pendapatnya dengan jalan menerima atau menolak
usul perubahan yang telah disampaikan kepada mereka. Penentuan diterima atau
ditolaknya suatu usul perubahan diatur dalam konstitusi
1. Melalui suara mayoritas dari seluruh unit pada Negara federal.( By a majority of all
units of a federal state). Cara ini berlaku pada Negara federal. Perubahan terhadap
konstitusi ini harus dengan persetujuan sebagian besar Negara bagian. Usul
perubahan konstitusi diajukan oleh Negara serikat tetapi keputusan akhir berada di
tangan Negara bagian. Usul perubahan juga dapat diajukan oleh Negara bagian.
2. Melalui konvensi istimewa.( By a special conventions)

Cara ini dapat dijalankan pada Negara kesatuan dan Negara serikat. Bila terdapat
kehendak untuk mengubah UUD maka sesuai ketentuan yang berlaku dibentuklah suatu
lembaga khusus yang tugas serta wewenangnya hanya mengubah konstitusi.usul
perubahan dapat berasal dari masing-masing lembaga kekuasaan dan dapat pula berasal
dari lembaga khusus tersebut. Bila lembaga khusus tersebut telah melaksanakan tugas
dan wewenangnya sampai selesai dengan sendirinya dia bubar.
Pada dasarnya dua metode amandemen konstitusi yang paling banyak dilakukan di
Negara-negara yang menggunakan konstitusi kaku: pertama dilakukan oleh lembaga
legislative dengan batasan khusus dan yang kedua, dilakukan rakyat melalui referendum.
Dua cara yang lain dilakukan pada Negara federal. Meski tidak universal dan konvensi
istimewa umumnya hanya bersifat permisif (dapat dipakai siapa saja dan dimana saja).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa konstitusi dari berbagai Negara dapat
dikemukaka hal-hal yang diatur dalam konstitusi mengenai perubahan konstitusi, yaitu:
1. Usul inisiatif perubahan konstitusi.
2. Syarat penerimaan atau penolakan usul tersebut menjadi agenda resmi bagi lembaga
pengubah konstitusi.
3. Pengesahan rancangan perubahan konstitusi.
4. Pengumuman resmi pemberlakuan hasil perubahan konstitusi.
5. Pembatasan tentang hal-hal yang tidak boleh diubah dalam konstitusi.
6. hal-hal yang hanya boleh diubah melalui putusan referendum atau klausula
khusus.
7. Lembaga-lembaga yang berwenang melakukan perubahan konstitusi, seperti
parlemen, Negara bagian bersama parlemen, lembaga khusus, rakyat melalui
referendum.

Perubahan Konstitusi menurut K.C.Wheare :


1. Some primary forces, Didorong oleh beberapa kekuatan yang muncul di dalam
masyarakat. Contoh: di Filipina, Cori terhadap pemerintahan Marcos.
2. Formal amandement, Secara formal – sesuai dengan apa yang diatur dalam
konstitusi, dalam hal ini didalam konstitusi kita diatur dalam pasal tentang
perubahan yaitu pasal 37.
3. Judicial interpretation, Perubahan dilakukan oleh hukum, dalam hal ini biasanya
adalah oleh MA – melalui penafsiran MA. Sebagai contoh; dengan menafsirkan
pasal II Tap MPR No. VII/ MPR/2000 tentang Kewenangan presiden untuk
mengangkat memberhentikan Kapolri, dimana menurut pasal ini sebelum Presiden
mengangkat Kapolri harus dengan persetujuan DPR yang ketentuannya diatur
dalam UU, tapi UU-nya sendiri belum ada sedang situasi dan kondisi
menghendaki pergantian tersebut di saat seperti itu maka yang semestinya
dilakukan penilaian terhadap apa yang dilakukan oleh Presiden dengan
mengangkat Kapolri baru tanpa persetujuan DPR adalah penafsiran MA dengan
menafsirkan Tap tersebut yaitu pasal 10.
4. Usage and convention, Berangkat dari aturan dasar yang tidak tertulis.

Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang Dasar 1945


yang diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan masa
berlakunya di Indonesia, yakni dengan rincian sebagai berikut:
1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950);
3. Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950-5Juli
1959);
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000);
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9 Nopember
2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan peereubahan I, II, dan III (9 Nopember 2001-10
Agustus 2002);
8. Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus 2002).

J. Klasifikasi Konstitusi
Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
a) Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang dapat dijumpai
pada sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau dirancang oleh para penyusun
konstitusi dengan tujuan untuk memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi
proses undang-undang biasa untuk mengembangkan konstitusi itu sendiri dalam
aturan-aturang yang sudah disiapkan.
b) Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses yang
panjang misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen, Referendum dan
konvensi.

2. Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku


a) Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu
 Elastic
 Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.
b) Ciri-ciri konstitusi yang kaku
 Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan undang-
undang yang lain.
 Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan persyaratan yang
berat.
c) Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi
 Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat kedudukan
yang paling tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan perundang-
undang yang lain.
 Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai
kedudukan serta derajat.
d) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan
 Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system pembagian
kekuasaan antara pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara
bagian.
 Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena seluruh
kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur dalam
konstitusi.
e) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system pemerintahan
parlementer.Konstitusi yang mengatur beberapa ciri-ciri system pemerintrahan
presidensial dapat diklasifikasikan kedalam konstitusi system pemerintah
presidensial begitu pula sebalikny
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang
disebut Negara.
2. Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku).
 Konstitusi negara memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu
memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan jaman
dinamika masyarakatnya.
 Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigit / kaku apabila konstitusi itu sulit
untuk diubah kapanpun.
Adapun fungsi konstitusi adalah:
Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
Menjamin hak-hak asasi warga Negara

3. kedudukan konstitusiyaitu:
 Konstitusi sebagai hukum dasar
Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar karena berisi aturan dan ketentuan
tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu Negara.
 Konstitusi sebagai hukum tertinggi
Konstitusi lazimnya juga diberikan kedudukan sebagai hukum tertinggi dala tata
hukum yang bersangkutan.
B. Saran
Semoga dengan adanya materi ini kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari ,bahwa KONSITUSI itu sangat penting ,karena merupakan suatu hukum dasar
tertulis yang merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk dalam mengatur hubungan
antarNegara dan warga Negara.

Anda mungkin juga menyukai