Anda di halaman 1dari 43

PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN
Dr Aloysius Jondar M.Si
TOPIK 4 KONSTITUSI DAN PERUBAHANNYA
Dr Aloysius Jondar M.Si
PENGANTAR RESUME TOPIK 3
INTEGRASI NASIONAL
• 1.Integrasi nasional berasal dari kata integrasi
dan nasional. Integrasi berarti memberi tempat
dalam suatu keseluruhan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, integrasi berarti pembauran
hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh.
Kata nasional berasal dari kata nation (Inggris)
yang berarti bangsa sebagai persekutuan hidup
manusia.
• 2.Integrasi nasional merupakan proses mempersatukan bagian-bagian,
unsur atau elemen yang terpisah dari masyarakat menjadi kesatuan yang
lebih bulat, sehingga menjadi satu nation (bangsa).

• 3.Jenis jenis integrasi mencakup 1) integrasi bangsa, 2) integrasi


wilayah, 3) integrasi nilai, 4) integrasi elit-massa, dan 5) integrasi
tingkah laku (perilaku integratif).

• 4.Dimensi integrasi mencakup integrasi vertikal dan horizontal, sedang


aspek integrasi meliputi aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya.
• 5.Integrasi berkebalikan dengan disintegrasi. Jika
integrasi menyiratkan adanya keterpaduan, kesatuan dan
kesepakatan atau konsensus, disintegrasi menyiratkan
adanya keterpecahan, pertentangan, dan konflik.
• 6.Model integrasi yang berlangsung di Indonesia adalah
model integrasi imperium Majapahit, model integrasi
kolonial, dan model integrasi nasional Indonesia.
• 7.Pengembangan integrasi dapat dilakukan
melalui lima strategi atau pendekatan yakni 1)
Adanya ancaman dari luar, 2) Gaya politik
kepemimpinan , 3) Kekuatan lembaga–lembaga
politik, 4) Ideologi Nasional, dan 5) Kesempatan
pembangunan ekonomi. 8.Integrasi bangsa
diperlukan guna membangkitkan kesadaran akan
identitas bersama, menguatkan identitas
nasional, dan membangun persatuan bangsa
TOPIK 4 KONSTITUSI
Dr Aloysius Jondar M.Si
A. KONSEP DAN URGENSI KONSTITUSI DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA NEGARA

Apa konstitusi itu sebenarnya?

Konstitusi yaitu seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang bagaimana pemerintah
diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat dalam konstitusi itu mengatur hal-hal
yang amat mendasar dari suatu negara, Maka konstitusi dikatakan pula sebagai
hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara.
A. KONSEP DAN URGENSI KONSTITUSI DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA NEGARA

Istilah konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa Prancis
dikenal dengan istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan istilah 
constitutio, dalam bahasa Inggris digunakan istilah constitution, dalam bahasa
Belanda digunakan istilah constitutie, dalam bahasa Jerman dikenal dengan
istilah verfassung, sedangkan dalam bahasa Arab digunakan istilah masyrutiyah 
(Riyanto, 2009).
Constituer (bahasa Prancis) berarti membentuk, pembentukan.
Yang dimaksud dengan membentuk di sini adalah membentuk suatu negar.
Kontitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu
negara atau dengan kata lain bahwa konstitusi mengandung permulaan dari
segala peraturan mengenai negara (Prodjodikoro, 1970), pembentukan
suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara (Lubis, 1976),
dan sebagai peraturan dasar mengenai pembentukan negara
(Machfud MD, 2001).
• Konstitusi menurut K.C. Wheare: keseluruhan sistem
ketatanegaraan dari suatu negara, berupa kumpulan
peraturan yang membentuk, mengatur, atau
memerintah dalam pemerintahan suatu negara
• Konstitusi meliputi konstitusi tertulis dan tidak tertulis,
UUD merupakan konstitusi yang tertulis.
• Istilah UUD merupakan terjemahan istilah Belanda
“Gronwet”. Grond: dasar/tanah, wet: undang-undang.
B. Materi Muatan/Substansi Konstitusi

• J. G. Steenbeek, pada umumnya suatu konstitusi


berisi tiga hal pokok: 1). adanya jaminan terhadap hak-
hak asasi manusia warga negaranya; 2). ditetapkannya
susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat
fundamental; 3). adanya pembagian dan pembatasan
tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental
• Miriam Budiardjo, setiap UUD memuat
ketentuan-ketentuan mengenai: 1) Organisasi negara,
misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,
eksekutif dan yudikatif, dsb; 2). Hak-hak asasi manusia;
3) Prosedur mengubah UUD; 4) Adakalanya memuat
larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD
Materi Muatan/Substansi Konstitusi

Suatu kumpulan kaidah yang


Konstitusi
memberikan pembatasan-pembatasan
kekuasaan kepada para penguasa

Suatu dokumen tentang pembagian


tugas

Suatu deskripsi dari lembaga-lembaga


negara

Suatu deskripsi tentang perlindungan


HAM
C. Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Konstitusi

 Kedudukan Konstitusi:
Menempati kedudukan yang sangat penting dalam
kehidupan ketatanegaran suatu negara, yaitu : 1)
Sebagai Hukum Dasar, karena berisi aturan-aturan dan
ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam
kehidupan suatu negara; 2) Sebagai Hukum Tertinggi,
konstitusi lazimnya diberi kedudukan sebagai hukum
tertinggi dalam tata hukum sehingga aturan-aturan
yang terdapat dalam konstitusi secara hierarkis
mempunyai kedudukan lebih tinggi/superior terhadap
aturan lainnya
Fungsi Konstitusi

1. Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme. Landasan


konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi dalam
arti luas maupun konstitusi dalam arti sempit. Konstitusi dalam arti luas meliputi
undang-undang dasar, undang-undang organik, peraturan perundang-undangan lain,
dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit berupa Undang-Undang Dasar (Astim
Riyanto, 2009).
2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah
sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak
bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian, diharapkan hak-hak
warganegara akan lebih terlindungi. Gagasan ini dinamakan
konstitusionalisme, yang oleh Carl Joachim Friedrich dijelaskan
sebagai gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan
kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi
yang dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan
menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu
tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk
memerintah (Thaib dan Hamidi, 1999)
3. Konstitusi berfungsi: 
Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam
menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya; 
Memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang
dicitacitakan tahap berikutnya; 
Dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem
ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga
negaranya; 
Menjamin hak-hak asasi warga negara.
Tujuan Konstitusi Negara

• Untuk memberikan pembatasan dan


pengawasan terhadap kekuasaan
• Untuk membebaskan kekuasaan dari
kontrol mutlak para penguasa, serta
menempatkan bagi penguasa tersebut
batas-batas kekuasaan mereka
• Menjamin pemenuhan hak-hak dasar
warga negara
D. ALASAN MENGAPA DIPERLUKAN KONSTITUSI
DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA NEGARA INDONESIA

Konstitusi sesungguhnya memiliki peranan yang sangat penting dalam


kehidupan bernegara. Karena jika dalam sebuah negara tidak ada
konstitusi, akan ada banyak orang yang melakukan tindakan sewenang-
wenangnya. Setiap negara memiliki konstitusinya masing-masing demi
terciptanya keadilan, kenyamanan, ketentraman, saling menghargai
antar negara, antar individu, dll.
E. MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN
TANTANGAN KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
NEGARA INDONESIA

Melihat kembali perjalanan sejarah Indonesia merdeka, ternyata


sudah terjadi banyak dinamika ketatanegaraan seiring berubahnya konstitusi atau
Undang-Undang Dasar yang diberlakukan. Setelah ditetapkan satu hari setelah
proklamasi kemerdekaan, UUD NRI 1945 mulai berlaku sebagai hukum dasar yang
mengatur kehidupan ketatanegaraan Indonesia dengan segala keterbatasannya.

Mengapa demikian, Bapak soekarno sejak awal telah mengatakan bahwa UUD


1945 merupakan UUD kilat yang akan terus disempurnakan pada era yang
akan datang.
MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN
TANTANGAN KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
NEGARA INDONESIA
MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN
TANTANGAN KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
NEGARA INDONESIA

Pada pertengahan 1997, negara kita dilanda krisis ekonomi dan moneter yang sangat
hebat. Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia ketika itu merupakan suatu
tantangan yang sangat berat. Akibat dari krisis tersebut adalah harga-harga
melambung tinggi, sedangkan daya beli masyarakat terus menurun. Sementara itu nilai
tukar Rupiah terhadap mata uang asing, terutama Dolar Amerika, semakin merosot.
Menyikapi kondisi seperti itu, pemerintah berusaha menanggulanginya dengan berbagai
kebijakan.
MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN
TANTANGAN KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
NEGARA INDONESIA

Namun kondisi ekonomi yang tidak kunjung membaik.


Bahkan semakin hari semakin bertambah parah. Krisis yang
terjadi meluas pada aspek politik. Masyarakat sudah mulai tidak
lagi mempercayai pemerintah. Oleh karena itu timbullah krisis
kepercayaan pada Pemerintah. Gelombang unjuk rasa secara
besar-besaran terjadi di Jakarta dan di daerah-daerah. Unjuk rasa
tersebut digagasi oleh mahasiswa, pemuda, dan berbagai
komponen bangsa lainnya.
MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN
TANTANGAN KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
NEGARA INDONESIA

Pemerintah sudah tidak mampu lagi mengendalikan keadaan. Maka pada 21 Mei 1998
Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya.
Berhentinya Presiden Soeharto menjadi awal era reformasi di tanah air.
Pada awal masa reformasi (pertengahan tahun 1998), muncul beberapa tuntutan reformasi
di masyarakat. Tuntutan tersebut diutarakan oleh berbagai komponen bangsa, terutama
oleh mahasiswa dan pemuda. 
Beberapa tuntutan reformasi itu adalah sebagai berikut:
• Mengamandemen UUD NRI 1945,
• Menghapuskan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,
• Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), serta
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),
• Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah,
• Mewujudkan kebebasan pers,
• Mewujudkan kehidupan demokrasi
MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN
TANTANGAN KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
NEGARA INDONESIA

Tuntutan untuk mengamandemen UUD Negara Republik


Indonesia tahun 1945. Adanya tuntutan tersebut didasarkan
pada pandangan bahwa UUD 1945 belum cukup memuat
landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan
rakyat, dan penghormatan HAM.

Selain itu, di dalam isi UUD 1945 juga terdapat pasal-pasal


yang bisa menimbulkan banyak penafsiran, atau lebih dari satu tafsir (multitafsir)
dan membuka dapat peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter,
sentralistik, tertutup, dan berpotensi tumbuhnya ruang praktik korupsi kolusi, dan
nepotisme (KKN).
MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN
TANTANGAN KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
NEGARA INDONESIA

Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi


kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Berdasarkan hal tersebut Majelis
Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999, sesuai dengan kewenangannya
yang diatur di dalam Pasal 37 UUD 1945 melakukan perubahan secara
bertahap dan sistematis dalam 4 kali perubahan, yakni
• Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999.
• Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000.
• Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001.
• Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.
F. Konstitusi Indonesia

 Konstitusi negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar


1945 yang untuk pertama kali disahkan oleh PPKI tanggal 18
Agustus 1945
 Dalam tata susunan peraturan perundang-undangan negara,
UUD 1945 menempati tingkat tertinggi. Menurut jenjang
norma hukum, UUD 1945 merupakan kelompok
Staatsgrundgesetz atau Aturan Dasar/Pokok Negara yang
berada di bawah Pancasila sebagai Grundnorm atau Norma
Dasar
Perubahan UUD 1945 dan Hasil-hasilnya

• Istilah perubahan konstitusi mencakup dua pengertian:


a. Amandemen konstitusi
Perubahan yang dilakukan merupakan addendum atau sisipan dari
konstitusi yang asli, konstitusi yang asli tetap berlaku. Sistem perubahan
ini dianut oleh Amerika Serikat.
b. Pembaharuan konstitusi
Perubahan yang dilakukan adalah “baru” secara keseluruhan, yang
berlaku adalah konstitusi yang baru, yang tidak ada kaitannya lagi dengan
konstitusi yang lama. Sistem ini dipakai di Belanda, Perancis, Jerman
Perubahan UUD 1945 dan Hasil-hasilnya

• Secara filosofis, Konstitusi sebagai landasan kehidupan bernegara


harus senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di
masyarakat.
• Perubahan UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan
memperbaharui konstitusi negara Indonesia agar sesuai dengan
prinsip-prinsip negara demokrasi
• Adanya perubahan terhadap UUD 1945, diharapkan semakin baik dan
lengkap menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan
• Perubahan UUD 1945 menggunakan sistem addendum.
Perubahan UUD 1945 dan Hasil-hasilnya

• Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan oleh MPR


sebanyak 4 (empat) kali, yaitu:
• Perubahan Pertama, Sidang Umum MPR Tahun 1999,
disahkan 19 Oktober 1999
 MPR dalam sidang umum tahun 1999 mengeluarkan putusan mengenai UUD 1945
dengan perubahan yang kemudian dikenal dengan Perubahan Pertama
 Perubahan pertama atas UUD 1945 tersebut diambil dalam suatu putusan majelis
pada tanggal 19 Oktober 1999
 Perubahan pertama ini MPR mengubah Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13
ayat (2), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan (3), Pasal 20 dan Pasal 21 UUD
1945.
 Perubahan pertama, yang telah diamandemen sebanyak 9 (sembilan) pasal
Perubahan UUD 1945 dan Hasil-hasilnya

• Perubahan Kedua, Sidang Tahunan MPR,


disahkan tanggal 18 Agustus 2000
 MPR dalam sidang tahunan tahun 2000 mengeluarkan putusan mengenai UUD 1945 dengan
perubahan yang kemudian dikenal dengan Perubahan Kedua yang diambil dan ditetapkan
tanggal 18 Agustus 2000
 MPR RI mengubah dan/atau menambah Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 19, Pasal 20
ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, Bab IXA, Pasal 25E, Bab X, Pasal 26 ayat (2) dan
ayat (3), Pasal 27 ayat (3), Bab XA, Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C, Pasal 28D, Pasal 28E,
Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A,
Pasal 36B, dan Pasal 36C UUD Republik Indonesia Tahun 1945
Amandemen UUD 1945 dan Hasil-hasilnya

• Perubahan Ketiga, Sidang Tahunan MPR, disahkan 10



November 2001
MPR dalam sidang tahunan tahun 2001 mengeluarkan putusan mengenai UUD 1945
dengan perubahan yang kemudian dikenal dengan Perubahan Ketiga yang diambil dan
ditetapkan tanggal 10 November 2001
 Pada perubahan ketiga, MPR RI mengubah dan/atau menambah Pasal 1 ayat (2) dan (3),
Pasal 3 ayat (1), (3), dan (4), Pasal 6 ayat (1) dan (2), Pasal 6A ayat (1), (2), (3) dan (5),
Pasal 7A, Pasal 7B, ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), dan (7), Pasal 7c, Pasaal 8 ayat (1) dan
(2), Pasal 11 ayat (2) dan (3), Pasal 17 ayat (4), Bab VIIA, Pasal 22Cayat (1), (2), (3), dan
(4), Pasal 22D ayat (1) , (2), (3), dan (4), Bab VIIB, Pasal 22E ayat (1), (2), (3), (4), (5),
dan (6), Pasal 23 ayat (1), (2) dan (3), Pasal 23A, Pasal 23G ayat (1) dan (2), Pasal 24
ayat (1) dan (2), Pasal 24A ayat (1), (2), (3), (4) daan (5), Pasal 24B ayat (1), (2), (3),
dan (4), Pasal 24C ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) UUD Negara RI 1945
 Jadi pada amandemen yang ketiga yang diamandemen sebanyak 23 pasal
Perubahan UUD 1945 dan Hasil-hasilnya

• Perubahan Keempat, Sidang Tahunan MPR, disahkan 10


Agustus 2002
 MPR dalam sidang tahunan tahun 2002 kembali mengeluarkan putusan mengenai UUD 1945
dengan perubahan yang kemudian dikenal dengan Perubahan Keempat yang diambil dan
ditetapkan tanggal 10 Agustus 2002
 Perubahan keempat MPR RI mengubah dan/atau menambah Pasal 2 ayat 1), Pasal 6A ayat (4),
Pasal 8 ayat (3), Pasal 11 ayat (1), Pasal 16, Pasal 23B, Pasal 23D, Pasal 24 ayat (3), Bab XIV,
Pasal 33 ayat (4) dan (5), Pasal 34 ayat (1), (2), (3), dan (4), Pasal 37 ayat (1), (2), (3), (4) dan
(5), Aturan Peralihan Pasal I, II, dan III, Aturan Tambahan Pasal I dan II UUD Negara RI 1945
 Jadi, pada perubahan keempat ini yang diamandemen sebanyak 13 pasal serta 3 pasal Aturan
Peralihan dan 2 Pasal Aturan Tambahan
Penjaga UUD NRI Tahun 1945

• Menjaga kemurniaan UUD NRI Tahun 1945 dibentuk Mahkamah


Konstitusi
Tugas Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar

Memutuskan Sengketa Kewenangan antar Lembaga Negara

Memutuskan Pembubaran Partai Politik

Memutuskan Perselisihan Hasil PEMILU

Memutuskan Pendapat DPR dalam Proses Impeachment Presiden


dan / atau Wakil Presiden

Memutuskan Sengketa Pemilihan Kepala Daerah


Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia

Dalam sejarahnya, sejak Proklamasi 17 Agustus 1945


hingga sekarang di Indonesia telah berlaku 3 (tiga) macam
Undang-Undang Dasar dalam empat periode, yaitu
• Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 berlaku UUD
1945. UUD 1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang
tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal Aturan Peralihan, 2 ayat
Aturan Tambahan, dan bagian Penjelasan
• Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 berlaku UUD
1949 (Konstitusi RIS). UUD RIS terdiri atas 6 bab, 197
pasal, dan beberapa bagian
• Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950
yang terdiri atas 6 bab, 146 pasal, dan beberapa bagian
Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia

• Periode 5 Juli 1959 – sekarang, kembali


berlaku UUD 1945
• Khusus untuk periode keempat berlaku
UUD 1945 dengan pembagian :
1. UUD 1945 sebelum perubahan
2. UUD 1945 sesudah perubahan (1999, 2000, 2001, 2002)
3. UUD hasil perubahan disebut UUD NRI Tahun 1945
Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia

18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950

Oendang-Oendang Dasar Konstitusi RIS

5 Juli 1959 -19 Oktober 1999 17 Agustus 50 – 5 Juli 1959

UUD 1945 UUDS 1950

19 Oktober – 18 Agustus 2000 18 Agustus 2000 – 9 Nopember 2001

Perubahan I UUD NRI Tahun 1945 Perubahan I, II UUD NRI Tahun 1945

9 Nopember 2001 – 10 Agustus 2002 10 Agustus 2002 - sekarang

Perubahan I, II, III UUD NRI Tahun 1945 Perubahan I, II, III, IV UUD NRI Tahun 1945
TERIMA KASIH

• SALAM SEHAT
• Dr Aloysius Jondar M.Si
•.

Anda mungkin juga menyukai