Dosen Pengampu :
Meisy Fajaranim H.
Disusun Oleh :
Kelompok 2 ( Kelas B )
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konstitusi merupakan sebuh landasan fundamental kenegaraan yang akan
dijalankan, dengan tujuan untuk membatasi kekuasaan dalam negara karena
dalam suatu negara akan terdapat banyak kekuasaan. Dalam arti lain, konstitusi
merupakan roda bagi suatu negara.
Indonesia tentulah memiliki konstitusi sebagai landasan dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negera merdeka, Indonesia tidak
mungkin dapat membentuk dan menjalankan pemerintahan jika tidak
membentuk konstitusi. Seperti yang diketahui bahwa sebelum itu telah
terbentuk konstitusi UUD terlebih dahulu. Dalam konstitusi disebutkan
perintah membentuk pemerintahan seperti yang terurai dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea ke 4, yang berbunyi :”Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dst……….” Sehingga
atas perintah konstitusi yang sudah disahkan, maka Indonesia secara legal
dapat membentuk pemerintahan sesuai yang dicita-citakan.
Dalam perjalanannya, konstitusi mengalami perubahan dalam suatu kurun
waktu. Dimulai sejak Proklamsai Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus
1945 dan diikuti pengesahan UUD 1945 sebagai konstitusi pada tanggal 18
Agustus 1945, hingga kini UUD 1945 sebagai konstitusi telah mengalami
perkembangan dan perubahan-perubahan. Banyak faktor yang mempengaruhi
hal tersebut satu di antaranya adalah akibat perkembangan politik demokrasi
yang selalu berkembang dan berubah-ubah. Dengan begitu, kepentingan yang
berubah-ubah ikut menjadi sebab berubahnya konstitusi, tetapi hal-hal tersebut
tetap memiliki tujuan sam, yaitu menuju hukum yang dicita-citakan (Ius
constituendum).
Oleh sebab itu, makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman mengenai konstitusi, terlebih urgensi konstitusi
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam NKRI.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apakah makna dari hakikat konstitusi?
b. Bagaimanakah sejarah perkembangan konstitusi di Indonesia?
c. Apakah yang terjadi pada UUD 1945 (amandeman) dan peraturan hukum
Indonesia?
d. Bagaimanakah urgensi konstitusi bagi kehidupan bernegara?
1.3. Tujuan
Tujuan Umum
a. Dapat menyimpulkan urgensi konstitusi bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam NKRI
b. Dapat meyakini urgensi konstitusi bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam NKRI
c. Dapat mengemukakan pentingnya konstitusi bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam NKRI
Tujuan Khusus:
a. Mengetahui dan memahami hakikat konstitusi dengan baik.
b. Mengetahui dan memahami sejarah singkat bagaimana perkembangan
konstitusi di Indonesia.
c. Mengetahui dan memahami bagaimana UUD 1945 ketika mengalami
amandeman dan peraturan hukum di Indonesia.
d. Mengetahui dan memahami urgensi konsitusi bagi kehidupan berbegara.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Hakikat Konstitusi
Konstitusi tentunya bukan istilah yang asing bagi Anda, terutama yang
terkait dengan proses amandemen Undang-Undang Dasar RI 1945 yang
beberapa waktu terakhir menjadi isu sentral dalam ketatanegaraan Indonesia.
Perkataan “Konstitusi” berarti membentuk “pembentukan” berasal dari kata
kerja “coustituer” (Prancis) yang berarti “membentuk”. Kini yang dibentuk
adalah suatu Negara, maka “Konstitusi” mengandung permulaan dari segala
peraturan mengenai suatu negara.
Sendi-sendi itu tentunya harus kuat dan tidak akan mudah runtuh, agar
bangunan “Negara” tetap berdiri. Oleh karena itu, peraturan yang termuat
dalam konstitusi harus tahan uji, jangan sampai sendi-sendi itu memiliki celah-
celah untuk disalahartikan atau bahkan diganti oleh pihak-pihak yang tidak
menginginkan bangunan suatu negara itu kokoh. Dengan demikian maka tidak
ada seorang pun yang dengan serta-merta dapat menggantikan sendi-sendi itu
dengan tiang-tiang yang lain coraknya dan yang akan mengubah wajah negara
(Nadiroh, 2015).
Konstitusi dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum
yang merupakan hasil pembentukan pemerintahan pada suatu negara yang
biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Dalam kasus pembentukan
negara, konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum,
istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai
prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam
bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan negara
pada umumnya. Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada
warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh
hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara (Nadiroh, 2015).
Konstitusi berarti hukum dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis. Hukum dasar yang tertulis biasanya disebut sebagai Undang-Undang
Dasar, sedangkan hukum dasar yang tidak tertulis disebut Konvensi, yaitu
kebiasaan ketatanegaraan atau aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelenggaraan negara. Mengingat sulitnya mengubah
Undang-Undang Dasar, sementara ada kondisi yang memerlukan peraturan,
maka dalam penyelenggaraan pemerintahan biasanya digunakan konvensi.
Oleh karena konstitusi itu sendiri adalah hukum yang dianggap paling
tinggi tingkatannya, maka tujuan konstitusi sebagai hukum tertinggi itu juga
untuk mencapai dan mewujudkan tujuan yang tertinggi. Tujuan yang dianggap
tertinggi itu adalah: (i) keadilan, (ii) ketertiban, dan (iii) perwujudan nilai-nilai
ideal seperti kemerdekaan atau kebebasan dan kesejahteraan atau kemakmuran
bersama, sebagaimana dirumuskan sebagai tujuan bernegara oleh para pendiri
negara (the founding fathers and mothers). Misalnya, 4 (empat) tujuan
bernegara Indonesia adalah seperti yang termaktub dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945. Yakni:
1) kekuasaan,
3) kemerdekaan,
4) keadilan, serta
Ketentuan atau lembaga yang baru yang diatur dalam Perubahan UUD 1945,
dapat disebut di sini antara lain:
(1) Dewan Perwakilan Daerah (DPD), diatur dalam Pasal 22C dan 22D
UUD 1945
Perubahan ketiga.
(2) Mahkamah Konstitusi4, diatur dalam Pasal 24C UUD 1945 Perubahan
ketiga.
(3) Komisi Yudisial, diatur dalam Pasal 24B UUD 1945 Perubahan ketiga.
(4) Komisi pemilihan umum sebagai penyelenggaran pemilihan umum
diatur langsung dalam bab baru (VIIB) UUD 1945 Pasal 22E,
sebelumnya diatur dalam uandangundang.
(5) Bank Sentral yang sebelumnya hanya diatur dalam undang-undang,
sekarang diatur dalam Pasal 23D UUD 1945 Perubahan kempat.
Konstitusi atau UUD dalam suatu negara adalah sebuah norma sistem
politik dan hukum berbentuk dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-
hal yang terperinci, tetapi hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi
dasar. Oleh sebab itu konstitusi memiliki kemuliaan yang menjadikannya
sebagai fundamental law (hukum dasar) dan the higher law (hukum tertinggi).
Konstitusi berisi kerangka dasar, susunan, fungsi, dan hak lembaga negara,
pemerintahan, hubungan antara negara dan warganya, serta pengawasan
jalannya pemerintahan.
Selain fungsi diatas, ada pendapat lain menurut C.F. Strong pada
prinsipnya fungsi konstitusi adalah untuk membatasi kewenangan tindakan
pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Berikut ini adalah fungsi konstitusi
secara umum:
Konstitusionalisme
A. Konstitusionalisme Yunani
Bagi Bangsa Yunani, negara merupakan seluruh pola pergaulannya,
sebuah kota tempat terpenuhinya semua kebutuhan secara materi dan spiritual
(C.F Strong, 1996). Menurut Plato dan Aristoteles, tidak ada pertentangan
antara negara dengan individu. Sehingga dapat diartikan negara adalah satu-
satuya cara bagi individu untuk mewujudkan tujuan-tujuan terbaiknya dan
manusia bukanlah seorang manusia yang baik kecuali jika dia juga seorang
warga negara yang baik. Walaupun konstitusionalisme politik Yunani telah
berakhir, idealisme politik mereka masih tertinggal dan sulit untuk
memperkirakan apa jadinya pemerintahan politik masa kini tanpa adanya
inspirasi yang diperoleh dari contoh klasik ini.
B. Konstitusi Romawi
Konstitusi Romawi pada awalnya adalah suatu perpaduan antara elemen-
elemen monarki, aristokratis, dan demokratis dan berakhir sebagai aristokratis
yang tidak bertanggung jawab. Konstitusi Romawi terdiri dari sekumpulan
preseden yang dibawa dalam ingatan seseorang atau tercatat secara tertulis,
kumpulan keputusan pengacara, negarawan, kumpulan adat istiadat, kebiasaan,
pengertian, dan keyakinan yang berhubungan dengan metode pemerintahan
(Strong, 1996).
Pengaruh abadi konstitusionalisme Romawi dapat dilihat pertama hukum
Romawi (roman law) berpengaruh besar terhadap sejarah hukum Eropa
kontinental, kedua kecintaan bangsa Romawi akan ketenteraman dan kesatuan
sangat kuat sehingga orang-orang di abad pertengahan terobsesi dengan
gagasan kesatuan politik dunia untuk menghadapi kekuatan disintegrasi
(Strong, 1996).
C. Konstitusionalisme di Abad Pertengahan
Fenomena feodalisme pada abad pertengahan mulai berkembang pesat di
seluruh Eropa. Feodalisme adalah salah satu konstitusionalisme abad
pertengahan karena tersusun menjadi suatu bentuk pemerintahan sosial dan
politik yang dapat diterima secara umum.
Ciri utamanya adalah pembagian negara menjadi unit-unit kecil. Prinsip
umum feodalisme adalah “setiap orang harus punya penguasa” (Strong, 1996).
Hal ini semakin menambah hak-hak istimewa bayangan di dalam kekaisaran di
abad pertengahan tanpa menambah hakikatnya. Kejahatan feodalisme terletak
pada sedemikian banyaknya kekuasaan yang diberikan pada baron-baron tinggi
dan proporsi kekuatan mereka dimasa itu yang terhambat ketika negara
kesatuan bangkit. Oleh karena itu para raja dari abad pertengahan adalah
mereka yang melakukan segala daya dan upaya untuk memusatkan kekuasaan
di tangan mereka sendiri dan menyusun suatu kontrol pusat yang merusak
supremasi pada baron. Dengan cara ini feodalisme berkembang secara pasif
untuk menjembatani jurang pemisah antara chaos pada awal abad pertengahan
dan keteraturan di negara modern (Strong, 1996).
D. Konstitusionalisme di Inggris
Menjelang paruh kedua abad pertengahan abad ke-18, Inggris adalah
sebuah negara konstitusional, walaupun bukan negara demokratis. Selama
abad ke-18 Inggris merupakan satu-satunya negara konstitusional di dunia.
Oleh karena itu, sistem konstitusi di Inggris telah menjadi contoh bagi
perkembangan konstitusional di negara-negara lain.
Konstitusi di Inggris adalah hasil dari perkembagan konvensi yang
berlangsung lambat dan bukan penemuan yang disengaja yang dihasilkan dari
sebuah teori. Walaupun perkembagannya bukan merupakan hasil sebuah teori,
konstitusi Inggris sudah dijadikan titik tolak pemikiran politik yang mencirikan
abad ke-17 dan abad ke-18. Konstitusi Inggris mampu beradaptasi dengan
kondisi baru dan menambahkan unsur-unsur baru yang dihasilkan oleh
konstitusi terdokumentasi yang muncul kemudian pada konstitusi yang sudah
ada tanpa mengubahnya secara mendasar (Strong, 1996).
E. Konstitusionalisme dan Perang Dunia I
Menjelang perang dunia I pada tahun 1914, eksperimen konstitusional
nasional dalam berbagai bentuk telah dicobakan di setiap negara Eropa dengan
pengecualian Rusia. Pada masa ini konstitusionalisme tidak hanya terbatas di
Eropa, Amerika Serikat dan Dominion (daerah kekuasaan) Inggris yang
berpemerintahan sendiri, pada masa ini pula konstitusionalisme telah menyebar
pula ke belahan lain dunia hingga ke tempat-tempat yang jauh, seperti Amerika
Selatan, Jepang, dan bahkan Cina.
Dan konstitusionalisme pada masa ini selalu dibentuk menurut bentuk lain
dari model Inggris yang diadopsi oleh Amerika Serikat, dengan kata lain
konstitusionalisme membentuk institusi representatif dan menjadikan bangsa
sebagai basis negara (Strong, 1996).
F. Konstitusi Indonesia dari Masa ke Masa
Sejak proklamasi 17 Agustus 1945, hingga sekarang di Indonesia telah
berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam beberapa periode yaitu:
1) Periode 18 Agustus 1945–27 Desember 1949.
2) Periode 27 Desember 1949–17 Agustus 1950.
3) Periode 17 Agustus 1950–5 Juli 1959.
4) Periode 5 Juli 1959–Sekarang. (Strong, 1996).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konstitusi berarti hukum dasar, baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis. Hukum dasar yang tertulis biasanya disebut sebagai Undang-
Undang Dasar, sedangkan hukum dasar yang tidak tertulis disebut
Konvensi, yaitu kebiasaan ketatanegaraan atau aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara. Konstitusi
memiliki peran untuk mempertahankan esensi keberadaan sebuah negara
dari pengaruh berbagai perkembangan yang bergerak dinamis.
Konstitusi di Indonesia selalu mengalami perubahan, yang pertama
kali berlaku adalah UUD 1945, kemudian disusul UUD RIS pada tahun
1949 merupakan konstitusi kedua yang mengakibatkan bentuk Negara
Kesatuan berubah menjadi Negara Serikat. UUDS 1950 merupakan
konstitusi yang ketiga, walaupun kembali kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia, tetapi sistem pemerintahannya adalah Parlementer
sampai dikeluarannya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 untuk kembali ke
UUD 1945 yang berlaku hingga reformasi yang menghantarkan
amandemen UUD 1945 ke empat kali dan berlaku sampai sekarang.
Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah
dokumen formal. UUD 1945 pertama kali disahkan berlaku sebagai
konstitusi Negara Indonesia dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu sehari setelah kemerdekaan
negara Republik Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad
Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Amandemen UUD 1945 sebagai
amanat reformasi pada akhirnya dapat dituntaskan dalam Perubahan
keempat dengan nama resmi Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD 1945).
Urgensi konstitusi atau UUD dalam suatu negara adalah untuk
menentukan batas wewenang penguasa, menjamin hak rakyat dan mengatur
jalannya pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ibid., hlm. 1.
Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, Bandung, PT. Raja Grafindo
Persada.
Strong, C.F Konstitusi Konstitusi Politik Modern, Kajian Tentang Sejarah dan
Bentuk-Bentuk Konstitusi Dunia (Bandung : Nuansa & Nusa Media : 2004).
Nadiroh. (2015). Konstitusi UUD 45. In: Teori dan Konsep Konstitusi. Modul
Universitas Terbuka, 1–32. http://repository.ut.ac.id/id/eprint/3939