Oleh
HANDINI NOVIYANTI
B1D020090
KELAS B1
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
A. Konstitusi
1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian; luas dan sempit. Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum
dasar. Sedangkan konstitusi dalam pengertian sempit adalah piagam dasar atau
undang-undang dasar (lio consititutionalle) ialah suatu dokumen lengkap mengenai
peraturan dasar negara. Pengertian konstitusi dalam pengertian yang sempit didukung
oleh C.F. Strong, yang mengartikan konstitusi sebagai suatu kumpulan asas-asas
yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintah, hak-hak pemerintah, dan hubungan
antara pemerintah dan yang diperintahkan.1
1
Bambang Tri Purwono,dkk,Khazanah Kewarganegaraan…,hal 120
2
Dede Rosyada,dkk,Pendidikan Kewarganegaraan...,hal 90
3
Bambang Tri Purwono,dkk,Khazanah Kewarganegaraan…,hal 121
tentang sistem dan peraturan dasar negara. Konstitusi lebih tepat kita sebutkan sebagai
undang-undang dasar, bila mengacu pada pandangan Sri Soemantri.
Konstitusi antara satu negara dengan negara lain tentu berbeda, macam konstitusi
pun berbeda, perbedaan tersebut dapat dilihat dari dua macam secara umum, yaitu
tertulis dan tidak tertulis ( convensional). Hal ini sebagaimana dijelaskan kan oleh
prof. Kaelan (2010), yaitu :
3. Substansi konstitusi
Substansi konstitusi merupakan muatan atau isi pokok konstitusi negara. Menurut
Syarbaini (2009), secara khusus dan mendasar dari konstitusi harus singkat mungkin
untuk menghindari kesulitan-kesulitan pada pembentukan undang-undang dasar
dalam memilih mana yang penting dan mana yang harus dicantumkan dalam
konstitusi dan mana yang tidak perlu sehingga hasilnya akan dapat diterima baik oleh
eh mereka yang melaksanakan maupun pihak yang dilindungi.Pada hakikatnya nya,
konstitusi itu berisi tiga hal pokok, yaitu:
Selain tiga muatan tersebut dalam konstitusi juga memuat hal-hal sebagai berikut:
B. Tujuan Konstitusi
5
Sulaiman,Pendidikan Kewarganegaraan…,hal 72
6
Benny Ahmad Benyamin,dkk,Pendidikan Kewarganegaraan Untuk…,hal 46
Dalam bukunya yang berjudul Leviathan (1651) ia mengajukan suatu
argumentasi tentang kewajiban politik yang disebut kontrak sosial yang
mengimplikasikan pengalihan kedaulatan kepada primus inter pares yang kemudian
berkuasa secara mutlak (absolut). Primus inter pares adalah yang utama di antara
sekawanan (kumpulan) atau orang terpenting dan menonjol di antara orang yang
derajatnya sama. Negara dalam pandangan Hobbes cenderung seperti monster
Leviathan.
Pemikiran Hobbes tak lepas dari pengaruh kondisi zamannya (zeitgeist- nya)
sehingga ia cenderung membela monarkhi absolut (kerajaan mutlak) dengan konsep
divine right yang menyatakan bahwa penguasa di bumi merupakan pilihan Tuhan
sehingga ia memiliki otoritas tidak tertandingi. Pandangan inilah yang mendorong
munculnya raja-raja tiran. Dengan mengatasnamakan primus inter pares dan wakil
Tuhan di bumi mereka berkuasa sewenang-wenang dan menindas rakyat.
7
Direktorat Jedral Pembelajaran dan Kemahasiswaan,Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi…,hal 94-95
2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon Presiden dan calon Wakil
Presiden (Pasal 6 Ayat 1).
3. Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 7).
4. Pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya (Pasal 7A
dan 7B).
5. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR (Pasal 7C).
6. Pernyataan perang, membuat pedamaian, dan perjanjian dengan negara lain
(Pasal 11 Ayat 1, Ayat 2, dan Ayat 3).
7. Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12)
8. Mengangkat dan menerima duta negara lain (Pasal 13 Ayat 1, Ayat 2, dan
Ayat3).
9. Pemberian grasi dan rehabilitasi (Pasal 14 Ayat 1).
10. Pemberian amnesti dan abolisi (Pasal 14 Ayat 2).
11. Pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lan tanda kehormatan (Pasal 15).
12. Pembentukan dewan pertimbangan (Pasal 16).
Aturan-aturan dasar dalam UUD NRI 1945 tersebut merupakan bukti adanya
pembatasan kekuasaan pemerintahan di Indonesia. Tidak dapat kita bayangkan
bagaimana jadinya jika kekuasaan pemerintah tidak dibatasi. Ingat tentang hukum besi
kekuasaan bahwa setiap kekuasaan pasti memiliki kecenderungan untuk berkembang
menjadi sewenang-wenang, seperti dikemukakan oleh Lord Acton: “Power tends to
corrupt, and absolute power corrupts absolutely”. Inilah alasan mengapa diperlukan
konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara Indonesia, yakni untuk membatasi
kekuasaan pemerintah agar tidak memerintah dengan sewenang-wenang.8
Konstitusi juga diperlukan untuk membagi kekuasaan dalam negara. Pandangan ini
didasarkan pada fungsi konstitusi yang salah satu di antaranya adalah membagi
kekuasaan dalam negara (Kusnardi dan Ibrahim, 1988). Bagi mereka yang
memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi
kekuasaan maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang
menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi di antara beberapa lembaga kenegaraan,
misalnya antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Konstitusi menentukan cara-
8
Direktorat Jedral Pembelajaran dan Kemahasiswaan,Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi…,hal 96
cara bagaimana pusat-pusat kekuasan itu bekerja sama dan menyesuaikan diri satu
sama lain serta merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam negara.
K.C. Wheare menegaskan bahwa dalam sebuah negara kesatuan yang perlu
diatur dalam konstitusi pada asasnya hanya tiga masalah pokok berikut
(Soemantri, 1987):
Phillips Hood & Jackson menegaskan bahwa materi muatan konstitusi adalah
sebagai berikut (Asshiddiqie, 2002):
“Suatu bentuk aturan, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang menentukan
susunan dan kekuasaan organ-organ negara yg mengatur hubungan-hubungan di
antara berbagai organ negara itu satu sama lain, serta hubungan organ-organ
negara itu dengan warga negara.”
UUD 1945 merupakan hukum dasar negara memuat tentang aturan-aturan pokok
ketatanegaraan, yaitu; mengatur bentuk negara, bentuk pemerintah, pembagian
kekuasaan, dan sistem pemerintahan. Pada periode ini pelaksanaan aturan pokok
ketatanegaraan terbagi menjadi 2 periode, yaitu sebagai berikut:
Setelah terjadi Aksi Militer Belanda 2, bangsa indonesia memasuki babak
baru untuk mencapai pengakuan kemerdekaannya. Bangsa indonesia harus
menghadapi pembentukan negara-negara federal/ bagian dari Belanda. Pemerintah
berbicara dengan wakil-wakil negara untuk membentuk konstitusi apa yang
digunakan. Akhirnya, setelah dihasilkan rancangan UUD RIS maka rancangan itu
segera diajukan dan disahkan oleh badan perwakilan rakyat dan pemerintah negara
bagian.
9
Bambang Tri Purwono,dkk,Khazanah Kewarganegaraan…,hal 125
10
Bambang Tri Purwono,dkk,Khazanah Kewarganegaraan…,hal 126
3) 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959 Berlaku UUD Sementara 1950
Keadaan negara serikat tidak bertahan lama. Satu demi satu negara-negara
bagian menggabungkan diri dengan negara bagian republik indonesia. Akhirnya,
pada tanggal 19 Mei 1950 terbentuklah negara kesatuan sebagai penjelmaan dari
Republik Indonesia berdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945. Kemudian, pada
tanggal 15 Agustus 1950 terbentuklah undang-undang dasar baru menggantikan
UUD RIS. Undang-undang tersebut dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar
Sementara 1950.
11
Bambang Tri Purwono,dkk,Khazanah Kewarganegaraan…,hal 126-127
Sejak itulah , bangsa indonesia kembali memakai konstitusi UUD 1945.
Berdasarkan UUD 1945, nama bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan bentuk
kabinet sebagai berikut:
12
Bambang Tri Purwono,dkk,Khazanah Kewarganegaraan…,hal 127
d. Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan legislatif dan tidak
dapat memerintah diadakan pemilu.
DAFTAR REFERENSI
13
Darsil Radjab,Hukum Tata Negara Indonesia…,hal 54-55