Anda di halaman 1dari 14

RESUME TUGAS KULIAH

“Nilai dan Norma Konstitusional UUD NKRI 1945 dan


Konstitusionalitas Ketentuan Perundang-Undangan di Bawah
UUD”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mandiri


Mata Kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Sawaludin, S.Pd.,M.Pd

Oleh
HANDINI NOVIYANTI
B1D020090
KELAS B1

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
A. Konstitusi
1. Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari bahasa perancis, constituer memiliki arti membentuk.


Istilah konstitusi dalam bahasa inggris disebut constituon.  Istilah konstitusi dalam
bahasa belanda disebut dengan grondwet, berarti undang-undang dasar ( grond=
dasar,  wet= undang-undang)  .secara umum dalam konteks  ketatanegaraan, konstitusi
berarti pembentukan suatu negara atau menyusun suatu negara.  Dengan demikian,
kesimpulan umum mengenai konstitusi dapat diartikan sebagai peraturan rasa tentang
pembentukan suatu negara.

Konstitusi dapat dilihat dalam dua pengertian;  luas dan sempit.  Konstitusi
dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum
dasar. Sedangkan konstitusi dalam pengertian sempit adalah piagam dasar atau
undang-undang dasar (lio  consititutionalle)  ialah suatu dokumen lengkap mengenai
peraturan dasar negara.  Pengertian konstitusi dalam pengertian yang sempit didukung
oleh  C.F. Strong,  yang mengartikan konstitusi sebagai suatu kumpulan asas-asas
yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintah,  hak-hak pemerintah,  dan hubungan
antara pemerintah dan yang diperintahkan.1

Menurut Khairul Anwar dalam Rosyada dkk (2005),  konstitusi adalah


fundamental laws tentang pemerintah suatu negara dan nilai-nilai fundamentalnya.
Sementara menurut Sri Soemantri,  konstitusi berarti suatu naskah yang memuat suatu
bangunan negara dan sandi-sandi sistem pemerintahan negara.2

  Konstitusi biasanya disamakan dengan istilah undang-undang dasar.  Terdapat


pula ahli kewarnegaraan yang membedakan dan menyamakan konstitusi dengan uud. 
Misalnyanya, L.J. Van Apeldroorn, mengemukakan bahwa konstitusi berbeda dengan
undang-undang dasar.  Konstitusi adalah memuat peraturan tertulis dan tidak tertulis, 
sedangkan undang-undang dasar adalah peraturan tertulis.  Sementara menurut Sri
Soemantri,  konstitusi sama artinya dengan UUD.3

Mengacu pada beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa


konstitusi untuk suatu negara merupakan aturan dasar tata kenegaraan yang memuat

1
Bambang Tri Purwono,dkk,Khazanah Kewarganegaraan…,hal 120
2
Dede Rosyada,dkk,Pendidikan Kewarganegaraan...,hal 90
3
Bambang Tri Purwono,dkk,Khazanah Kewarganegaraan…,hal 121
tentang sistem dan peraturan dasar negara. Konstitusi lebih tepat kita sebutkan sebagai
undang-undang dasar, bila mengacu pada pandangan Sri Soemantri.

2. Konstitusi tertulis dan Konvensional

Konstitusi antara satu negara dengan negara lain tentu berbeda, macam konstitusi
pun berbeda, perbedaan tersebut dapat dilihat dari dua macam secara umum,  yaitu
tertulis dan tidak tertulis ( convensional).  Hal ini sebagaimana dijelaskan kan oleh
prof.  Kaelan (2010),  yaitu :

1. Konstitusi tertulis (  undang-undang dasar).  UUD 1945 sebagai konstitusi dasar


negara, memiliki sifat:
a. Tertulis maka rumusnya jelas,  merupakan suatu hukum positif yang
mengikat pemerintah Sebagai penyelenggara negara, maupun mengikat bagi
setiap warga negara.
b. Sebagaimana tersebut dalam menjelaskan undang-undang dasar 1945,
Undang-undang dasar bersifat singkat dan supel, memuat aturan-aturan yaitu
tu memuat aturan-aturan pokok yang setiap kali harus dikembangkan Sesuai
dengan perkembangan zaman,   serta memuat hak-hak asasi manusia.
c. Memuat norma-norma,  serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus
dilaksanakan secara konstitusional.

UUD 1945  dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum


positif yang tinggi,  Disamping itu sebagai alat kontrol terhadap app yang lebih
rendah dalam hierarki tertib hukum Indonesia.

2. Konstitusi tidak tertulis ( konvensional),  merupakan hukum dasar yang tidak


tertulis,  yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan dipelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara meskipun sifatnya tidak tertulis.  Konvensi ini
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan dipelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara.
b. Tidak bertentangan dengan UUD yang berjalan sejajar.
c. Diterima oleh seluruh masyarakat.
d. Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan
dasar yang tidak terdapat dalam undang-undang dasar.4
4
Kaelan,Pendidikan Pancasila…,hal 178-179
Undang-undang dasar 1945 sebagai hukum dasar tertulis sekaligus disebut
sebagai konstitusi Dasar Negara Republik Indonesia.  UUD 1945 sebagai landasan
dasar hukum yang mengatur tentang sistem negara.

3. Substansi konstitusi

Substansi konstitusi merupakan muatan atau isi pokok konstitusi negara.  Menurut
Syarbaini (2009),  secara khusus dan mendasar dari konstitusi harus singkat mungkin
untuk menghindari kesulitan-kesulitan pada pembentukan undang-undang dasar
dalam memilih mana yang penting dan mana yang harus dicantumkan dalam
konstitusi dan mana yang tidak perlu sehingga hasilnya akan dapat diterima baik oleh
eh mereka yang melaksanakan maupun pihak yang dilindungi.Pada hakikatnya nya, 
konstitusi  itu berisi tiga hal pokok,  yaitu:

1) Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia dan warga negaranya.


2) Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara cara yang bersifat
Fundamental.
3) Adanya pembagian atau pembatasan tugas ketatanegaraan yang  juga bersifat
fundamental.

 Selain tiga muatan tersebut dalam konstitusi juga memuat hal-hal sebagai berikut:

1) Organisasi negara,  misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,


eksekutif, dan yudikatif.
2) Wilayah negara.
3) Warga negara dan penduduk.
4) Hak-hak asasi manusia.
5) Pertahanan dan keamanan negara.
6) Perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial.
7) Perubahan konstitusi.

Pembagian atau pembatasan tugas ketatanegaraan,  juga merujuk pada 


moutesquieu  dengan teori trias politica-nya,  yang terkenal:  legislatif,  eksekutif, 
dan yudikatif.  Merujuk pada teori tersebut,  maka pembagian atau pembatasan tugas
dalam negara mencakupi:  eksekutif( pemerintah),  legislatif ( MPR),  dan yudikatif. 
Pembatasan tugas tersebut memiliki tujuan kan negara dapat terlaksana dengan
efektif.5

B. Tujuan Konstitusi

Konstitusi merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk dalam mengatur


hubungan antara negara dan warga negara.  Konstitusi juga dapat dipahami sebagai
bagian dari kontrak sosial (perjanjian  masyarakat) yang memuat aturan main dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.6

Konstitusi sebagaimana dimaksud memiliki tujuan,  menurut Rosyada dkk (2005), 


tujuan konstitusi dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1) Konstitusi bertujuan untuk memberi pembatasan sekaligus pengawasan terhadap


kekuasaan politik.
2) Konstitusi bertujuan melepas kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri.
3) Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa
dalam menjalankan kekuasaannya.

Konstitusi pada hakikatnya nya memiliki tujuan untuk membatasi  kewenangan


pemerintah dalam menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat.  Dengan adanya konstitusi pemerintah memiliki wewenang
yang jelas dan menjadi bagian yang harus dijalankan.

C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Konstitusi dalam


Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia

Menurut Hobbes, manusia pada “status naturalis” bagaikan serigala. Hingga


timbul adagium homo homini lupus (man is a wolf to [his fellow] man), artinya
yang kuat mengalahkan yang lemah. Lalu timbul pandangan bellum omnium contra
omnes (perang semua lawan semua). Hidup dalam suasana demikian pada akhirnya
menyadarkan manusia untuk membuat perjanjian antara sesama manusia, yang
dikenal dengan istilah factum unionis. Selanjutnya timbul perjanjian rakyat
menyerahkan kekuasaannya kepada penguasa untuk menjaga perjanjian rakyat yang
dikenal dengan istilah factum subjectionis.

5
Sulaiman,Pendidikan Kewarganegaraan…,hal 72
6
Benny Ahmad Benyamin,dkk,Pendidikan Kewarganegaraan Untuk…,hal 46
Dalam bukunya yang berjudul Leviathan (1651) ia mengajukan suatu
argumentasi tentang kewajiban politik yang disebut kontrak sosial yang
mengimplikasikan pengalihan kedaulatan kepada primus inter pares yang kemudian
berkuasa secara mutlak (absolut). Primus inter pares adalah yang utama di antara
sekawanan (kumpulan) atau orang terpenting dan menonjol di antara orang yang
derajatnya sama. Negara dalam pandangan Hobbes cenderung seperti monster
Leviathan.

Pemikiran Hobbes tak lepas dari pengaruh kondisi zamannya (zeitgeist- nya)
sehingga ia cenderung membela monarkhi absolut (kerajaan mutlak) dengan konsep
divine right yang menyatakan bahwa penguasa di bumi merupakan pilihan Tuhan
sehingga ia memiliki otoritas tidak tertandingi. Pandangan inilah yang mendorong
munculnya raja-raja tiran. Dengan mengatasnamakan primus inter pares dan wakil
Tuhan di bumi mereka berkuasa sewenang-wenang dan menindas rakyat.

Gagasan untuk membatasi kekuasaan raja atau dikenal dengan istilah


konstitusionalisme yang mengandung arti bahwa penguasa perlu dibatasi
kekuasaannya dan karena itu kekuasaannya harus diperinci secara tegas, sebenarnya
sudah muncul sebelum Louis XVI dihukum dengan Guillotine.7

Sejarah tentang perjuangan dan penegakan hak-hak dasar manusia


sebagaimana terumus dalam dokumen-dokumen di atas, berujung pada penyusunan
konstitusi negara. Konstitusi negara di satu sisi dimaksudkan untuk membatasi
kekuasaan penyelenggaran negara dan di sisi lain untuk menjamin hakhak dasar
warga negara. Seorang ahli konstitusi berkebangsaan Jepang Naoki Kobayashi
mengemukakan bahwa undang-undang dasar membatasi dan mengendalikan
kekuasaan politik untuk menjamin hak-hak rakyat. Melalui fungsi ini undang-undang
dasar dapat memberi sumbangan kepada perkembangan dan pembinaan tatanan
politik yang demokratis

Contoh Kekuasaan Pemerintahan Negara memuat aturan-aturan dasar sebagai


berikut:

1. Pedoman bagi Presiden dalam memegang kekuasaan pemerintahan


(Pasal 4, Ayat 1).

7
Direktorat Jedral Pembelajaran dan Kemahasiswaan,Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi…,hal 94-95
2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon Presiden dan calon Wakil
Presiden (Pasal 6 Ayat 1).
3. Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 7).
4. Pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya (Pasal 7A
dan 7B).
5. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR (Pasal 7C).
6. Pernyataan perang, membuat pedamaian, dan perjanjian dengan negara lain
(Pasal 11 Ayat 1, Ayat 2, dan Ayat 3).
7. Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12)
8. Mengangkat dan menerima duta negara lain (Pasal 13 Ayat 1, Ayat 2, dan
Ayat3).
9. Pemberian grasi dan rehabilitasi (Pasal 14 Ayat 1).
10. Pemberian amnesti dan abolisi (Pasal 14 Ayat 2).
11. Pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lan tanda kehormatan (Pasal 15).
12. Pembentukan dewan pertimbangan (Pasal 16).

Aturan-aturan dasar dalam UUD NRI 1945 tersebut merupakan bukti adanya
pembatasan kekuasaan pemerintahan di Indonesia. Tidak dapat kita bayangkan
bagaimana jadinya jika kekuasaan pemerintah tidak dibatasi. Ingat tentang hukum besi
kekuasaan bahwa setiap kekuasaan pasti memiliki kecenderungan untuk berkembang
menjadi sewenang-wenang, seperti dikemukakan oleh Lord Acton: “Power tends to
corrupt, and absolute power corrupts absolutely”. Inilah alasan mengapa diperlukan
konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara Indonesia, yakni untuk membatasi
kekuasaan pemerintah agar tidak memerintah dengan sewenang-wenang.8

Konstitusi juga diperlukan untuk membagi kekuasaan dalam negara. Pandangan ini
didasarkan pada fungsi konstitusi yang salah satu di antaranya adalah membagi
kekuasaan dalam negara (Kusnardi dan Ibrahim, 1988). Bagi mereka yang
memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi
kekuasaan maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang
menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi di antara beberapa lembaga kenegaraan,
misalnya antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Konstitusi menentukan cara-

8
Direktorat Jedral Pembelajaran dan Kemahasiswaan,Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi…,hal 96
cara bagaimana pusat-pusat kekuasan itu bekerja sama dan menyesuaikan diri satu
sama lain serta merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam negara.

 Materi Muatan Konstitusi

J. G. Steenbeek mengemukakan bahwa sebuah konstitusi sekurang-kurangnya


bermuatan hal-hal sebagai berikut (Soemantri, 1987):

a. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara;


b. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan yg bersifat fundamental; dan
c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas kenegaraan yg juga bersifat
fundamental.

K.C. Wheare menegaskan bahwa dalam sebuah negara kesatuan yang perlu
diatur dalam konstitusi pada asasnya hanya tiga masalah pokok berikut
(Soemantri, 1987):

a. Struktur umum negara, seperti pengaturan kekuasaan eksekutif, kekuasaan


legislatif, dan kekuasaan yudisial.
b. Hubungan – dalam garis besar – antara kekuasaan-kekuasaan tersebut satu
sama lain.
c. Hubungan antara kekuasaan-kekuasaan tersebut dengan rakyat atau warga
Negara.

A.A.H. Struycken menyatakan bahwa konstitusi dalam sebuah dokumen formal


berisikan hal-ahal sebagai berikut (Soemantri, 1987):

a. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yg lampau


b. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
c. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu
sekarang maupun untuk masa yang akan datang
d. Suatu keinginan dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan
bangsa hendak dipimpin.

Phillips Hood & Jackson menegaskan bahwa materi muatan konstitusi adalah
sebagai berikut (Asshiddiqie, 2002):
“Suatu bentuk aturan, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang menentukan
susunan dan kekuasaan organ-organ negara yg mengatur hubungan-hubungan di
antara berbagai organ negara itu satu sama lain, serta hubungan organ-organ
negara itu dengan warga negara.”

Miriam Budiardjo (2003) mengemukakan bahwa setiap UUD memuat


ketentuanketentuan mengenai:

a. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,


eksekutif dan yudikatif. (b) Hak-hak asasi manusia.
b. Prosedur mengubah UUD.
c. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD.

 Hal-hal yang dimuat dalam konstitusi atau UUD


a. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif: Pada negara federal, pembagian kekuasaan antara
pemerintah federal dan pemerintah negara-negara bagian, dan tentang prosedur
menyelesaikan masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan
pemerintahan.
b. Hak-hak asasi manusia. Dalam UUD NRI Tahun 1945, misalnya diatur secara
khusus dalam BAB XA, Pasal 28A sampai Pasal 28 J.
c. Prosedur mengubah UUD. Dalam UUD NRI Tahun 1945, misalnya diatur
secara khusus dalam BAB XVI, Pasal 37 tentang Perubahan Undang-Undang
Dasar.
d. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD. Hal ini
biasanya terdapat jika para penyusun UUD ingin menghindari terulangnya
kembali hal-hal yang baru saja diatasi, seperti misalnya munculnya seorang
diktator atau kembalinya suatu monarki. UUD Federal Jerman melarang untuk
mengubah sifat federalisme dari UUD oleh karena dikuatirkan bahwa sifat
unitarisme dapat melicinkan jalan untuk munculnya kembali seorang diktator
seperti Hitler. Dalam UUD NRI 1945, misalnya diatur mengenai ketetapan
bangsa Indonesia untuk tidak akan mengubah bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Pasal 37, Ayat 5).
e. Memuat cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara. Ungkapan ini
mencerminkan semangat (spirit) yang oleh penyusun UUD ingin diabadikan
dalam UUD sehingga mewarnai seluruh naskah UUD itu. Misalnya, UUD
Amerika Serikat menonjolkan keinginan untuk memperkokoh penggabungan 13
koloni dalam suatu
Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut
UndangUndang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Tidak semua negara memiliki
konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar. Kerajaan Inggris misalnya, sebagai
negara konstitusional tetapi tidak memiliki suatu naskah UndangUndang Dasar.
Atas dasar kenyataan demikian, maka konstitusi lebih tepat diartikan sebagai
seperangkat peraturan tertulis dan tidak tertulis yang bertujuan membangun
kewajiban-kewajiban, kekuasaan-kekuasaan, dan fungsi-fungsi dari pelbagai
institusi pemerintah, meregulasi hubungan antara mereka, dan mendefinisikan
hubungan antara negara dan warga negara (individu).

D. Konstitusi yang pernah berlaku di indonesia

Negara kesatuan republik indonesia sejak merdeka tanggal 18 Agustus 1945


hingga sekarang, negara Indonesia pernah menggunakan tiga macam UUD  yaitu UUD
1945,  nama konstitusi RIS 1949, dan UUD Sementara 1950.  Dilihat dari perspektif
periodesasi berlakunya uud tersebut dibagi dalam lima periode,  yaitu: 

1) 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949 berlaku UUD 1945

UUD 1945 merupakan hukum dasar negara memuat tentang aturan-aturan pokok
ketatanegaraan,  yaitu;  mengatur bentuk negara,  bentuk pemerintah,  pembagian
kekuasaan, dan sistem pemerintahan.   Pada periode ini pelaksanaan aturan pokok
ketatanegaraan terbagi menjadi 2 periode,  yaitu sebagai berikut:

1. Periode 18 Agustus 1945 -  14 November 1945


a. Bentuk negara :  negara kesatuan.
b. Bentuk pemerintahan : republic.
c. Bentuk kabinet :  kabinet presidensial.
2. Periode 14 November -  27 Desember 1945 
a. Bentuk negara :  negara kesatuan.
b. Bentuk pemerintahan : republic.
c. Bentuk kabinet :  kabinet parlementer.

 Sistematika dari UUD 1945 adalah sebagai berikut: 

1. Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea.


2. Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab,  37 pasal.
3. Penutup terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan khusus.9
2) 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950 Berlaku Konstitusi RIS 1949

Setelah terjadi  Aksi Militer Belanda 2,  bangsa indonesia memasuki babak
baru untuk mencapai  pengakuan kemerdekaannya.  Bangsa indonesia harus
menghadapi pembentukan negara-negara federal/ bagian dari Belanda.  Pemerintah
berbicara dengan wakil-wakil negara untuk membentuk konstitusi apa yang
digunakan.  Akhirnya,  setelah dihasilkan rancangan UUD RIS maka rancangan itu
segera diajukan dan disahkan oleh badan perwakilan rakyat dan pemerintah negara
bagian.

Konstitusi RIS 1949 disahkan melalui keputusan presiden pada tanggal 31


Januari 1950 No . 48 (LN.50-3)  dan diundangkan pada tanggal 16 Februari 1950. 
Konstitusi RIS mengatur bentuk negara,  bentuk pemerintahan, dan bentuk kabinet, 
sebagai berikut:

a. Bentuk negara :  negara  federasi/ serikat.


b. Bentuk pemerintahan : republik.
c. Bentuk kabinet :  kabinet  parlementer.

 Sistematika dari konstitusi ris 1945 adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan ( Mukadimah)  terdiri atas empat alinea.


2. Batang tubuh terdiri atas 6 bab dan 197 pasal.
3. Tidak ada penjelasan.10

9
Bambang Tri Purwono,dkk,Khazanah Kewarganegaraan…,hal 125
10
Bambang Tri Purwono,dkk,Khazanah Kewarganegaraan…,hal 126
3) 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959 Berlaku UUD  Sementara 1950

Keadaan negara serikat tidak bertahan lama.  Satu demi satu negara-negara
bagian menggabungkan diri dengan  negara bagian republik indonesia.  Akhirnya,
pada tanggal 19 Mei 1950 terbentuklah negara kesatuan sebagai penjelmaan dari 
Republik Indonesia berdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945.  Kemudian,  pada
tanggal 15 Agustus 1950 terbentuklah undang-undang dasar baru menggantikan
UUD RIS.  Undang-undang tersebut dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar
Sementara 1950.

Berdasarkan UUD Sementara 1950,  maka bentuk negara,   pemerintahan, dan


kabinet sebagai berikut:

a. Bentuk negara :  negara kesatuan.


b. Bentuk pemerintahan :  republik.
c. Bentuk kabinet :  parlementer.

 UUDS 1950 memiliki sistematika sebagai berikut:

1. Pembukaan ( Mukadimah)  terdiri atas empat alinea.  Namun rumusannya


tidak sama dengan UUD 1945.
2. Batang tubuh terdiri nama dan 146 pasal.
3. Tidak ada penjelasan.11
4) 5 Juli 1959- 19 Oktober 1999 Berlaku Kembali UUD 1945

Pelaksanaan UUDS  1950 tidak berjalan baik.  Bahkan menimbulkan


kekacauan di berbagai bidang.  Beberapa kekacauan tersebut karena banyaknya partai
politik yang garis politiknya berbeda-beda sehingga menambah munculnya partai
politik.  Akhirnya berakibat sering terjadi pergantian kabinet.

Selain itu membentuk badan konstituante yang diharapkan dapat


menghasilkan sebuah UUD yang dapat membawa stabilitas politik ternyata
mengalami kegagalan.  Oleh karena itu,  tidak mungkin lagi mempertahankan UUDS
1950 yang mempergunakan Demokrasi Liberal.  Akhirnya,  pada tanggal 5 Juli 1999
presiden kembali mengeluarkan dekrit yang salah satu isinya kembali
mempergunakan UUD 1945. 

11
Bambang Tri Purwono,dkk,Khazanah Kewarganegaraan…,hal 126-127
 Sejak  itulah ,  bangsa indonesia kembali memakai konstitusi UUD 1945. 
Berdasarkan UUD 1945, nama bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan bentuk
kabinet sebagai berikut:

a. Bentuk negara :  negara kesatuan.


b. Bentuk pemerintahan :  republik.
c. Bentuk kabinet :  presidensial.

 Sistematika uud 1945 adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan terdiri atas 4  alinea.


2. Batang tubuh terdiri atas 16 bab dan 37 pasal.
3. Penutup terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan khusus.12

5) 19 Oktober 1999- Sekarang Berlaku UUD 1945 ( Hasil Perubahan)

Seiring dengan  tuntutan Reformasi dan setelah lengsernya Presiden Soeharto


sebagai penguasa Orde Baru,  maka sejak tahun 1999 dilakukan perubahan 
( Amandemen)  terhadap UUD 1945. Sampai saat ini, UUD 1945 sudah mengalami 4
tahap perubahan, yaitu pada tahun 1999,  2000,2001, dan 2002.  Penyebutan UUD
setelah perubahan menjadi lebih lengkap, yaitu : Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan lima perioderisasi  konstitusi yang berlaku di indonesia terdapat dua


sistem yang sangat berbeda,  yaitu sistem presidensial dan sistem pemerintah
parlementer. Darsil mengutip dari sri soemantri menjelaskan, perbedaan 2 sistem
tersebut sebagai berikut:

1) Konstitusi sistem presidensial  terdapat ciri-ciri, yaitu:


a. Disamping mempunyai kekuasaan nominal ( Sebagai Kepala Negara) 
Presiden juga berkedudukan sebagai kepala pemerintahan.  Dia mempunyai
kekuasaan yang besar.
b. Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilihan seperti Amerika
Serikat.
c. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif.

12
Bambang Tri Purwono,dkk,Khazanah Kewarganegaraan…,hal 127
d. Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan legislatif dan tidak
dapat memerintah diadakan pemilu.

2) Sedangkan konstitusi sistem parlementer,  mempunyai ciri-ciri, yaitu: 


a. Kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri dibentuk oleh atau berdasarkan
kekuatan-kekuatan yang menguasai parlemen.
b. Para anggota kabinet mungkin seluruhnya atau sebagiannya adalah anggota
parlemen yang mungkin pula seluruhnya bukan anggota parlemen.
c. Perdana menteri bertanggung jawab  kepada parlemen.
d. Kepala negara dengan saran atau nasihat perdana menteri dapat
membubarkan parlemen dan memerintah diadakan pemilu.13

DAFTAR REFERENSI

Sulaiman.2016.PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK DIPERGURUAN


TINGGI.Banda Aceh:PeNA.Cet.1. hal:69-78.

Direktorat Jedral Pembelajaran dan Kemahasiswaan.2016.Pendidikan Kewarganegaraan


untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: RISTEKDIKTI.Cet.1.hal: 85-114.

Tri Purwono Bambang,dkk.2010.Khazanah Kewarganegaraan 1 Untuk SMA&MA kelas X.


Jakarta:PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.Cet.1. hal:120-127.

Kaelan,dkk.2007.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:Paradigma.Cet.1. hal:117.

Rosyada Dede,dkk.2005.Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education):Demokrasi,Hak


Asasi Manusia Madani. Jakarta:Prenada Media.Cet.2. hal:23.

Benyamin Ahmad Benny,dkk.2007.Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMP dam MTs


kelas VIII. Jakarta:PT Mapan.Cet.1. hal:46.

Darsil Radjab.2005.Hukum Tata Negara Indonesia.Ed.Revisi.Jakarta:Rineka Cipta.Cet.2.


hal:54-55.

13
Darsil Radjab,Hukum Tata Negara Indonesia…,hal 54-55

Anda mungkin juga menyukai